Anda di halaman 1dari 11

Materi 4 : BERORIENTASI PADA TINDAKAN

BAB I Latar Belakang


Salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada
tindakan (action). Tidak hanya sekedar bermimipi, berkata – kata, berpikir-pikir, atau berwacana.
seseorang pengusaha selalu ingin menghadapi risiko, ketidak pastian,dan keterbatasan dalam
setiap masalah yang dihadapi. . Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala
kesempatan yang ada berubah menjadi bencana (kerugian). Sehebat apapun angan-angan untuk
menciptakan perubahan, belum tentu dapat dijalankan jika tidak berorientasi pada tindakan dan
tidak berani mengambil risiko. Begitu juga sebaliknya tindakan hebat, jika tidak dilandasi
dengan strategi yang betul akan sia-sia. Strategi dan tindakan adalah dua hal yang penting dalam
menciptakan perubahan. Strategi yang berorientasi pada tindakan adalah strategi yang kaya akan
inovasi dan dilandasi oleh  suatu pemikiran atau mindset.
Selain itu, seorang pengusaha juga harus memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and
action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi
juga melaksanakannya. Secara spesifik, seorang pengusaha harus menghindari NATO (no action
talk only), NADO (no action dream only) dan NACO (no action concept only). NATO hanya
akan menghasilkan gosip, NADO hanya menghasilkan visi tanpa tindakan, dan NACO hanya
menghasilkan teori dan falsafah. Pada mumnya, yang berpikiran NACO adalah akademisi yang
berpikir menggunakan logika formal. Seorang konseptor atau teoretikus, bekerja dengan data dan
jarang sekali berada di lapangan. Sebaliknya, seorang wirausaha menghabiskan 90% dari
waktunya di lapangan bersama-sama dengan karyawan, pemasok, dan pelanggan-pelanggannya.
Maka supaya mendapatkan data yang valid dan ilmiah, seorang konseptor harus terbiasa menguji
data-datanya, membangun model, dan melakukan validasi. Tetapi, kalau seorang konseptor tidak
menguasai keadaan dan informasi di lapangan, dia bisa menjadi ragu akan keputusannya,
sehingga cenderung mengulangi lagi siklus di atas, yaitu mengumpulkan data lagi. Akibatnya,
dia bisa berputar-putar dan lebih berorientasi pada pikiran daripada tindakan.
BAB II PEMBAHASAN

A.    Karakter yang berorientasi pada tindakan


Karakter yang berorientasi pada tindakan :
Merupakan karakter yang harus dimiliki dan dilakukan oleh pengusaha. Hal ini sangat
penting karena salah satu ciri seorang pengusaha adalah pikirannya yang lebih berorientasi pada
tindakan (action) daripada sekedar bermimpi, berkata-kata, berpikir-pikir, atau berwacana.
Seorang pengusaha selalu menghadapi risiko, ketidakpastian, dan keterbatasan dalam setiap
masalah yang dihadapi. Kalau dia hanya berkata-kata dan tak bertindak, segala kesempatan yang
ada berubah menjadi bencana (kerugian). Karakter untuk menjadi pengusaha yang perlu
dikembangkan, diantaranya yaitu pemikirannya harus out of the box, harus berani mengambil
langkah ke depan tanpa flashback ke belakang.
Sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan :
Menurut kami sikap dan tindakan bagi pribadi yang berorientasi pada tindakan
merupakan sikap yang harus/wajib dilakukan oleh pengusaha itu sendiri. Tidak hanya sekedar
bicara dan bermimpi. Mereka seharusnya  memiliki orientasi PDCA (plan, do, check, and
action). Hal ini berarti dia tidak hanya sekedar merencanakan berbagai strategi dan taktik, tetapi
juga melaksanakannya.

B.     Pengertian resiko menurut para ahli :


1.      Arthur Williams dan Richard, M H
Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode terentu
2.      Abas Salim
Resiko adalah ketidaktentuan yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian
3.      Soekarto
Resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
4.      Herman Darmawi
Resiko adalah penyebaran penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan

C.     Mengidentifikasi resiko potensial :


Proses manajemen risiko terdiri dari beberapa langkah dimana langkah paling awal
adalah mengidentifikasi risiko-risiko yang potensial terjadi yang dapat membahayakan
tercapainya tujuan strategis perusahaan.
Tujuan dari mengidentifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan
risiko-risiko apa saja yang ada dan yang diantisipasi akan terjadi yang dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan.
Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi risiko kita dapat mulai dengan mengenali sumber-
sumber penyebab terjadinya permasalahan atau dari permasalahan itu sendiri :
• Analisa sumber-sumber penyebab terjadinya permasalahan.
Terjadinya permasalahan bisa disebabkan karena faktor risiko internal atau eksternal.
Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di dalam perusahaan atau
proyek yang dapat dikontrol oleh manusia. Risiko - risiko seperti ini biasanya timbul
karena masalah keuangan, organisasi, karyawan, lingkungan kerja, perubahan produk dan
masalah-masalah lain di dalam perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian
yang diharapkan. Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek,
peningkatan biaya atau gangguan / interupsi pada arus kas. Faktor risiko eksternal adalah
faktor-faktor risiko di luar kontrol / kendali manusia, misalnya aktivitas di pasar uang /
pasar modal, kebijakan di bidang perpajakan, perubahan lingkungan / alam (cuaca), dan
lain-lain. Ketika risiko-risiko ini terjadi, yang paling penting adalah bagaimana
menghadapinya.

D.    Langkah-langkah pengelolaan resiko:


1.      Dikontrol (risk control)
Upaya-upaya yang dilakukan agar probabilitas terjadinya risiko yang diidentifikasi
menjadi berkurang. Mengontrol resiko juga dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang
mungkin terjadi.
Upaya yang dilakukan untuk mengontrol resiko :
·         Membuat dan mengimplementasikan standar operasional prosedur (SOP) yang baik.
·         Melakukan pengontrolan secara serius terhadap kualitas produk dan proses.
·         Melengkapi area produksi dengan alat-alat keselamatan kerja dan termasuk
mengintrodusir budaya sadar resiko kepada semua karyawan.

2.      Ditransfer kepada pihak lain (risk transfer)


Upaya-upaya yang secara sadar dilakukan dengan memindahkan resiko yang kita hadapi
terhadap pihak lain.
Cara ditransfer kepada pihak lain, misalnya :
1.      Memindahkan resiko terjadinya kebakaran toko kepada perusahaan asuransi.
2.      Untuk memindahkan resiko meningkatnya beban biaya tetap pegawai dapat
dilakukan dengan kontrak outsourcing.
3.      Untuk memindahkan resiko tingginya modal kerja kepada konsumen dapat
dilakukan dengan meminta pembayaran di awal, atau memindahkan risiko tingginya
biaya persediaan ke tangan supplier.
4.      Dibiayai sendiri (risk retention)

E.     Upaya-upaya mendanai dampak yang ditimbulkan oleh resiko.


Mendanai resiko :
1.      Dengan menyiapkan dana cadangan (allowance) khusus untuk mendanai resiko,
yang tentu akan membuat meningkatnya modal kerja.
2.      Membiayai resiko tanpa dana cadangan akan menimbulkan resiko baru, yaitu
terganggunya kegiatan bisnis yang telah direncanakan sebelumnya. Contoh, ada resiko
kebakaran dari toko yang digunakan, maka bisa jadi dana yang seharusnya untuk
ekspansi usaha akan terpakai untuk membiayai perbaikan toko tersebut, sehingga
ekspansi gagal dilakukan.
3.      Dihindari (risk avoidance)
Tindakan secara sadar untuk menghindari resiko yang dihadapi. Perlu diingat, sebagai
wirausaha, terlalu sering melakukan penghindaran risiko bisa berdampak terhadap
lambatnya pengembangan usaha, karena bisa jadi ada banyak kesempatan atau peluang
yang terlewatkan.

F.      Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah selanjutnya dalam manajemen risiko adalah
mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka
konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian besar. Berbagai cara pengelolaan
risiko:
a.    Penghindaran
Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah dengan menghindar.
Tetapi cara semacam ini tidak optimal. Contoh: jika ingin memperoleh keuntungan dari
bisnis, maka mau tidak mau kita harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian
kita akan mengelola risiko tersebut.
b.    Ditahan (Retention)
Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita menghadapi sendiri risiko
tersebut (menahan risiko tersebut/ risk retention).

c.    Diversifikasi
Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi  pada satu atau dua eksposur saja. Contoh: memegang aset tidak hanya
satu, tetapi bermacam-macam (saham, obligasi, properti). Jika terjadi kerugian pada satu
aset, kerugian tersebut bisa dikompensasi oleh keuntungan dari aset yang lainnya.

       d.  Transfer Risiko


Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita terima tersebut
kita alihkan ke tempat lain sebagian. Jika tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita
dapat menstransfer risiko tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi
risiko tersebut. Contoh: membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi kecelakaan, perusahaan
asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan tersebut.

       e.    Pengendalian Risiko


Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau
kejadian yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara
melakukan kebijakan antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi.
Contoh: untuk mencegah kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm
merupakan salah satu cara kita mengendalikan risiko kebakaran.

f.     Pendanaan Risiko


Mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’ kerugian yang terjadi jika suatu risiko
muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai
cadangan (reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti
perubahan nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran. Contoh: jika terjadi
kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah dari
asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan. Sebuah perbankan mempunyai kebijakan
harus memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga jumlah perkiraan akan
terjadi kenaikan atau perubahan nilai tukar dapat diantisipasi.
G.    Pengendalian Risiko
Dilakukan untuk mencegah atau menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian
yang tidak kita inginkan. Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Contoh: untuk mencegah
kebakaran, kita memasang alarm asap dibangunan kita. Alarm merupakan salah satu cara kita
mengendalikan risiko kebakaran.
a.       Risk  Transfer
Bila skala ekonomis tidak terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu
untuk mengelola risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah
melakukan trnsfer risiko atau risk transfer.  Pada kondisi ini dengan mengalokasikan
sejumlah biaya tertentu (biaya lebih rendah jika dibandingkan biaya yang mungkin
dikeluarkan bila risiko terjadi) pada pihak lain yang memilki kemampuan dan kapasitas
untuk mengumpulkan eksposure sehingga mencapai kondisi ekonomi.
Berikut ini beberapa cara dalam risk transfer.    
-          Asuransi
Prinsip bisnis asuransi didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya,
bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima  perusahaan asuransi,
sampai pada skala ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi
kewajibannya. Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkaat biaya yang
akan dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak
pastiannya.
Asuransi merupakan kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan
perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas
kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer)
memperoleh premi asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam
transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit)
yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4)
penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk
membayar tanggungan.

-          Hedging
Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain sebagai
penanggung jawab bila terjadi  kejadian yang tidak diinginkan terjadi.  Hedging biasanya
terkait dengan perlindungan terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan uang
asing.  Misalnya kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar atau dalam mata
uang asing lainnya, atau juga kewajiban untuk membayar pembelian bahan baku dalam
mata uang asing seperti dolar atau pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang asing
terhadap rupiah misalnya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar misalnya saja
waktu kejadian kerusuhan Mei 1998 yang mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah
yang mencapai 500%.  Pada kondisi ini perusahaan yang melakukan hedging dengan
kepemilikan atau opsi membeli dollar dimasa depan akan sangat tertolong  mengingat
sesuai dengan perjanjian forward atau future yang bersangkutan tidak harus membeli
pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan yang berlaku dalam kontrak. 
Untuk kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.

-          Incoporated
Incoporated merupakan bentuk transfer risiko  bagi individu mengingat  dengan
pembentukan perusahaan kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya
terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan
pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini
biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemgang saham
dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan
yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual,
hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa,
pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya.

H.    Perencanaan dan Tindakan


Setiap orang memiliki perencanaan dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana
akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud tanpa ada tindakan. Keberanian mengambil
tindakan ada pada seseorang yang mantap dalam menentukan nilai hidupnya.
Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang diambil berarti memerlukan cara
pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil akhir
dari keputusan dan tindakan yang kita ambil.
Membuat keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari
beberapa alternatif yang ada. Jadi, membuat keputusan adalah suatu proses memilih antara
berbagai macam cara untuk melaksanakan pekerjaan. Semakin berpengalaman dalam
pengambilan keputusan, semakin besar pula kepercayaan diri yang akan semakin berorientasi
pula pada suatu tindakan. Jika seorang Wirausaha mampu mengambil suatu keputusan dalam
batas-batas waktu yang masuk akal, mungkin ia mampu mengambil suatu keputusan yang
menguntungkan sehingga sewaktu-waktu muncul peluang-peluang bisnis.
Wirausaha harus cepat mengambil suatu keputusan agar dapat menggunakan kesempatan
sebaik-baiknya. Wirausaha yang ingin maju dalam bisnisnya, harus dapat memutar akal dengan
mengandalkan intuisi, ide-ide yang penuh kreatif dan inovatif. Mereka juga harus memandang
persoalan dalam konteks yang lebih luas, sambil mengingat bahwa keputusan-keputusan utama
akan mempunyai akibat-akibat jangka panjang atas operasi bisnisnya.
Seorang wirausaha diharapkan lebih aktif dalam dan lebih kreatif, karena ia harus membuat
keputusan (decision making) tanpa bantuan data-data kuantitatif (data berbentuk angka-angka)
atau dukungan staf yang berpengalaman.
Keberhasilan seorang Wirausaha di dalam bisnis, tergantung pada kemampuan membuat
keputusan yang meningkatkan kemampulabaan bisnisnya pada masa yang akan datang.
Kemampuan membuat keputusan dapat diperoleh dari pengalamannya selama bertahun-tahun.
Akan tetapi, dalam prakteknya pasti ada saja kesalahan-kesalahan, yang harus cepat disadari dan
diambil tindakan pembetulannya.
Dalam perusahaan besar, biasanya pembuatan dan pengambilan keputusan itu didasarkan atas
dasar data-data dan dokumentasi perusahaan yang terdapat dalam survei, laporan usaha, dan
sebagainya.

Informasi ini biasanya telah dihimpun dengan cara yang sudah ditentukan, sesuai dengan teknik-
teknik pemecahan masalah. Adapun pedoman untuk membuat keputusan, kuncinya adalah
sebagai berikut :
-          Terlebih dahulu, tentukan fakta-fakta dari persoalan yang sudah dikenal.
-          Identifikasi, bidang manakah dari persoalan-persoalan yang tidak berdasarkan
fakta-fakta. Di bidang yang dikenal inilah, seorang Wirausaha harus menggunakan
logika, penalaran, dan institusinya untuk membuat keputusan.
-          Keberanian dan antusiasme sangat diperlukan dalam menerapkan sebuah
keputusan.
-          Bersedia untuk mengambil tindakan agresif dalam menerapkan sebuah keputusan.
-          Ambillah risiko yang sedang-sedang saja jika terdapat ketidakpastian yang besar.
-           Dalam keadaan tertentu, mungkin lebih baik untuk meneruskan sesuatu yang
telah berhasil pada masa lampau.
-           Jauhilah keputusan-keputusan yang akan mengubah secara drastic susunan
organisasi yang sekarang.
-           Keputusan perlu diuji cobakan dahulu.
-          Seorang Wirausaha yang kreatif adalah yang pandai mengambil keputusan-
keputusan yang tepat dalam bisnisnya.
-          Seorang Wirausaha suksesnya tergantung pada kemampuan mengambil keputusan
yang meningkatkan kemampulabaan bisnis pada masa mendatang.
-          Seorang wirausaha yang ingin maju sangat tergantung pada.
-          ekspentasi masa depan dan keberlanjutan bisnisnya.

I.       Sifat-sifat yang Menghasilkan Tindakan yang Efektif


Adapun tujuh sifat yang bisa menghasilkan tindakan-tindakan yang efektif yaitu :
1.      Jadilah Proaktif (Be Proactive)
Jadilah proaktif maksudnya adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap
proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, dimasa
sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan
prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan.

2.      Merujuk pada Tujuan Akhir (Begin With The End in Mind)


Merujuk pada tujuan akhir tidak Sekedar tujuan, tetapi tujuan yang benar agar mencapai
tujuan yang benar. Tuliskan misi pribadi hidup kita yang menggambarkan tujuan dan
citra diri, Misi pribadi ditemukan melalui serangkaian tindakan atau kejadian-kejadian
pahit sehingga membentuk kebajikan dan filosoSOFI

3.      Dahulukan yang Utama (Put First Thing First)


Dahulukan yang utama maksudnya adalah mengorganisasikan dan melaksanakan apa-apa
yang telah diciptakan secara mental (tujuan, visi, nilai-nilai, dan prioritas-prioritas yang
kita miliki). Hal-hal sekunder tidak didahulukan, hal-hal utama tidak dikebelakangkan.
Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.

4.      Berfikir Menang/Menang (Think Win Win)


Berfikir menang/menang maksudnya adalah cara berfikir yang berusaha mencapai
keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua
interaksi. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu
masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan.
Berpikir menang/menang artinya berbagai informasi, kekuasaan, pengakuan, dan
imbalan.
5.      Memahami untuk Dipahami (To Understand To BeUnderstood)
Memahami untuk dipahami maksudnya adalah memahami apa yang orang lain
sampaikan kemudian baru sebaliknya, mereka akan memahami kita demi terciptanya
komunikasi yang lancar dan inti yang dibicarakan tersampaikan. Dengan kata lian kalau
kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, kita memulai
komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka
merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara
secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini
menuntut kemurahan, berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak
dalam keseimbangan di antara keduanya.

6.      Wujudkan Sinergi (Synergy)


Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga bukan caraku, bukan caramu,
melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Sinergi adalah
buah dari sikap saling menghargai sikap memahami dan bahkan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang.

7.      Mengasah Gergaji (Sharpening The Saw)


Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus menerus dalam keempat bidang
kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang
meningkatkan kapasitas kita untuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya.

BAB III KESIMPULAN


Pengertian Berorientasi pada tindakan berarti berpikir cepat dan bertidak terhadap suatu
keadaan untuk menghasilkan solusi permasalahan yang baik dan efektif. Sikap ini terkadang
dikaitkan dengan seberapa seseorang responsif terhadap keadaan, seberapa cepat untuk
mengambil tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang ada, dan seberapa jauh komitmen
orang tersebut atas perkataannya. Perencanaan dan Tindakan Setiap orang memiliki perencanaan
dalam hidupnya khususnya dalam berusaha. Rencana akan menjadi mimpi yang tidak akan
terwujud tanpa ada tindakan. Keberanian mengambil tindakan ada pada seseorang yang mantap
dalam menentukan nilai hidupnya. Dalam menentukan perencanaan terhadap tindakan yang
diambil berarti memerlukan cara pengambilan keputusan yang baik dan cepat. Hal ini tentunya
akan mempengaruhi hasil akhir dari keputusan dan tindakan yang kita ambil. Membuat
keputusan (decion making) adalah suatu proses memilih alternatif tertentu dari beberapa
alternatif yang ada.
Resiko sangat tidak bisa dihindari tetapi resiko dapat dikurangi atau dihilangkan dengan
pengelolaan resiko. Karena resiko sangat mengandung ketidak pastian, maka dalam menjalankan
usaha perlu diterapkan manajemen resiko maupun pengelolaan resiko, pengelolaan resiko terbagi
dalam bermacam-macam metode, mulai dari penghindaran,menahan atau menanggung,
diversifikasi, transfer resiko, pengendalian resiko, pendanaan resiko. Dalam metode transfer
resiko ada berbagai macam cara, diantaranya adalah asuransi, hedging dan incoporated.

DAFTAR PUSAKA
1.      http://widianofendri.blogspot.co.id/2015/05/berorientasi-pada-tindakan.html
2.      http://www.totaltren.com/2014/10/wirausaha-itu-berorientasi-pada-tindakan.html

3.      http://rezafrachman.blogspot.co.id/2011/08/18-pengelolaan-risiko.html

Anda mungkin juga menyukai