pengelolaan perusahaan dapat kita telusuri dari pendapat Henry Fayol , yang menyatakan bahwa ada 6(enam) fungsi dasar dari kegiatan pengelolaan suatu perusahaan industri , yaitu : •Kegiatan Teknis (produksi, manufaktur, perbankan) •Kegiatan Komersial (Pembelian, Penjualan, Pertukaran) • Kegiatan Keuangan (mencari, menggunakan, mengendalikan modal) • Kegiatan Pengamanan (Perlindungan terhadap kekayaan perusahaan dan manusia) • Kegiatan Akuntasi (Pembukuan, Statistik, neraca) • Kegiatan Manajerial / Perencanaan, Organisasi, Perintah, kordinasi, Pengawasan) Dari keenam fungsi dasar tersebut maka manajemen resiko adalah berkaitan dengan kegiatan keamanan . Yang tujuannya adalah menjaga harta benda dan personil perusahaan terhadap kerugian akibat pencurian, kecelakaan, kebakaran, banjir, mencegah pemogokan kerja, kejahatan dan semua gangguan sosial atau gangguan alamiah, yang mungkin membahayakan kehidupan dan perkembangan perusahaan. Jadi kegiatan tersebut mencakup semua indakan untuk memberikan kedamaiaan hati serta ketentraman jiwa yang dibutuhkan oleh seluruh personil perusahaan (mencakup pimpinan, pemilik dan karyawan perusahaan. Uraian diatas umumnya memberikan batas-batas terhadap menajemen risiko sebagai keputusan eksekutif/manajerial yang berkaitan dengan pengelolaan risiko murni, yang mencakup : 1.Menemukan secara sistematis dan menganalisis kerugian-kerugian yang dihadapi perusahaan (melakukan identifikasi terhadap risiko). 2.Menemukan motode yang paling baikdalam menangani risiko (kerugian)yang dihubungkan dengan keuntungan perusahaan. Manajemen Risiko dan Asuransi
Konsep manajemen risiko tidak boleh
dicampuradukan dengan konsep mempunyai konsep asuransi, karena keduannya mempunyai ruang lingkup/cakupan yang berbeda, meskipun mempunyai sasaran yang sama. Asuransi adalah merupakan bagian dari manajemen risiko, karena asuransi merupakan salah satu cara penanggulangan risiko, sebagai hasil perumusan strategi penanggulangan risiko dan manajemen risiko Persamaan Dan Perbedaan
•Persamaannya bahwa kedua-duanya
merupakan kegiatan manajemen, yang berkaitan dengan upaya penanggulangan risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan. •Perbedaan Manajemen Resiko 1. lebih menekankan kegiatannya pada menemukan dan menganalisis risiko murni. 2. Tugasnya hanya memberikan penilaian belaka terhadap semua teknik penanggungan risiko (termasuk asuransi). 3. Pelaksanaan programnya menghendaki adanya kerja sama individu dan bagian-bagian dari perusahaan. 4. Kepuasan manajemen resiko mempunyai pengaruh yang lebih luas/besar terhadap operasi perusahaan. Asuransi
1. Merupakan salah satu cara menanggulangi risiko
murni tertentu. 2. Tugasnya menangani seluruh proses pengalihan risiko. 3. Melibatkan jumlah orang dan kegiatan -kegiatan yang lebih kecil. 4. Keputusan ibidang asuransi mempunyai pengaruh yang lebih terbatas. Tujuan Manajemen Risiko • Tujuan sebelum terjadinya Peril 1. Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnyaupaya untuk menanggulangi kemungkinaan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan melalui analisis keuangan terhadap biaya program keselamatan, besarnya premi asuransi, maupunvbiaya dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko. 2. Hal-hal yang bersifat nonekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi kecemasan, sebab adanya kemungkinan terjadinya peril erentu untuk menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang sangat , sehingga dengan adanya upaya penggulangan maka kondisi itu dapat diatasi. 3. Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang berasal dari pihak ketiga/pihak luar perusahaan , seperti : •Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja untuk menghindari kecelakaan kerja. •Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan oleh debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur. • Tujuan Setelah Terjadinya Peril
1. Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya manajer
harus mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan setelah perusahaan terkena peril, meskipun untuk sementara waktu yang beroperasi hanya sebagian saja. 2. Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah perusahaan terkena peril. Hal ini sangat penting terutama untuk perusahaan yang melakukan pelayanan terhadap masyarakat secara langsung. 3. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya. 4. Mengusahakan tetap berlanjutnya pertumbuhan usaha bagi perusahaan yang sedang melakukan pengembangan usaha, misalnya sedang memproduksi barang baru, memasuki pasar baru dan sebagainya. 5. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari perusahaan. Artinya harus dapat menyusun kebijaksanakan yang membuat seminimum mungkin pengaruh buruk dari suatu peril yang diderita perisahaan terhadap karyawan, para pelanggan/penyalur, para pemasok dan sebagainya. Fungsi Pokok Manajemen Risiko 1. Menemukan kerugian potensial Artinya berupaya untuk menemukan/ mengidentifikasi seluruh risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan, meliputi : •Kerusakan fisik dari harta kekayaan perusahaan. •Kehilangan pendapaan atau kerugian lainya akibat terganggunya operasi perusahaan. •Kerugian akibat adanya tuntunan dari pihak lain. •Kerugian yang timbul karena: penipuan, tindakan- tindakan kriminal lainya, tidak jujurnya karyawan dan sebagainya. •Kerugian-kerugian yang timbul akibat keryawan kunci meninggal dunia, sakit atau menjadi cacat. Untuk itu cara- cara yang dapat ditempuh oleh manajer risiko antara lain dengan : •Melakukan inspeksi fisik ditempat kerja •Mengadakan angket kepada semua pihak diperusahaan. •Menganalisis semua variabel yang tercakupdalam peta aliran proses produksi dan sebagainya. Misalnya : A. Dengan menganalisis bahan baku dan pembantu dapat identiikasi bahwa kerugian mungkin disebabkan oleh pasokan yang tidak memadai, penyerahan yang tidak tepat waktu, kerusakan dan kehilangan pada saat penyimpanan. B. Pada proses produksi dapat diidentifikasikan bahwa kemungkinan kerugian karena salah proses, kerusakan alat produksi, keterlambatan dan lain-lain. C. Pada produk akhir kemungkinan kerugian karena barang rusak/hilang dalam penyimpanan, penipuan/ kecurangan pemasak dan sebagainya.
2. Mengevaluasi Kerugian Potensial
Artinya melakukan evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan. Evaluasi dan penilaian ini meliputi : a. Besarnya kemungkinan frekuensi terjadi kerugian artinya memperkirakan jumlah kemungkinan terjadi kerugian selama suatu periode tertentu (biasanya 1 tahun). b. Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian, artinya menilai besarnya kerugian yang diderita, yang biasanya dikaitkan dengan besarnya pengaruh kerugian tersebut, terutama terhaap kondisi finansial perusahaan.
3. Memilih Teknik/Cara yang Tepat atau Menentukan
suatu Kombinasi dari Teknik-teknik tang tepat Guna Menanggulangi Kerugian. Pada pokonya ada empat cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi resiko : •Mengurangi kesempatan terjadinya kerugian •Meretensi •Mengasuransikan dan •Menghindari Didalam tugas dari manajer risiko adalah memilih salah satu cara paling penting tepat untuk menanggulangi suatu risiko atau memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi risiko. Dalam memilih cara penanggulangan risiko secara garis besar dapat disusun suatu matriks sebagai berikut :
No. Frekuensi Kegawatan Kerugian Penanggulangan
kerugian 1 Rendah Rendah Retensi/Pengendalian 2 Tinggi Rendah Retensi/Asuransi/ Pengendalian 3 Rendah Tinggi Asuransi/Pengendalian 4 Tinggi Tinggi Menghindari Langkah-langkah Proses Pengelolahan Risiko
1. Mengidentifikasi/menentukan terlebih dahulu
bjektif/tujuan yang ingin dicapai melalui pengelolaan risiko, misalnya penghasilan yang stabil, kedamaian hati, dan sebagainya. 2. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/peril atau mengidentiikasi risiko-risiko yang dihadapi. Langkah ini adalah yang paling sulit, tetapi juga paling penting. Sebab kerberhasilan pengelolaan risiko sangat tergantung pada hasil identifikasi ini. 3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang dievaluasi dan diukur adalah : • Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu periode tertentu (frekuensinya). • Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan perusahaan/keluarga (kegawatanya). • Kemampuan meramaikan besarnya kerugian yang jelas akan timbul. 4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara paling baik, paling tepat dan paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat terjadinya suatu peril . Upaya-upaya tersebut antara lain : Menghindari kemungkinan terjadi peril Mengurangi kesempatan terjadi peril Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain (mengasuransikan). Menerima dam memikul kerugian yang timbul (meretensi). 5. mengkoordinasi dan mengimplementasikan / melaksanakan keputusan-keputusan yang telah diambil untuk menanggulangi resiko. Misalnya membuat perlindungan yang layak terhadap kecelakaan kerja, menghubungi , memilih , dan menyelesaikan pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi 6. Mengadminitrasi, memonitor dan mengevaluasi semua langkah-langkah atau strategis yang telah di ambil dalam menanggulangi resiko. Hal ini sangat penting terutama untuk dasar kebijaksanaan pengelolaan resiko dimasa mendatang. Disamping itu juga adanya kenyataan bahwa apabila kondisi suatu objek berubah penanggulangannya juga berubah. KEDUDUKAN MANAJER RISIKO
Di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan memang
belum ada perusahaan yang mempunyai manajer atau bagian yang khusus menangani pengelolaan resiko secara keseluruhan yang dihadapi oleh perusahaan. Yang pada umumnya baru seorang manajer asuransi , yang fungsinya hanya mengurus masalah-masalah yang berhubungan dengan perusahaan asuransi, dimana perusahaan menjalin hubungan pertanggungan, yang meliputi antara lain mengurus penutupan kontrak- kontrak asuransi, mengurus ganti rugi bila terjadi peril dan sebagainya. Dinegara-negara maju terutama AS, kurang lebih 80% perusahaan-perusahaan besar, telah memiliki manajer resiko, dengan beragai nama jabatan seperti : manajer resiko, manajer asuransi, direktur manajemen resiko. Kedudukan mereka umumnya setingkat dengan “ manajer tingkat menengah “ tugas mereka antara lain mengidentifikasi dan mengukur kerugian dan exposures, menyelesaikan klaim-klaim asuransi, merencanakan dan mengelola jaminan tenaga kerja. Ikut serta mengendalikan kerugian dan keselamatan kerja, dan lain-lain. Dengan demikian mereka merupakan bagian penting dalam tim manajemen perusahaan. KERJA SAMA DENGAN DEPARTEMEN LAIN
• Seorang manajer resiko tidak berkerja dalam “ isolasi “
artinya dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan risiko dia tidak bekerja sendiri. Sebab tugas utamanya adalah mengidentifikasi dan merumuskan kebijaksanaan dalam penanggulangan risiko. Sedang implementasi / pelaksanaan dari kebijaksanaan tersebut sebagian besar diserahkan kepada departemen / bagian masing-masing yangbersangkutan. Misalnya : impelementasi penanggulangan resiko di bidang produksi diserahkan kepada manajer produksi, dibidang keuangan pada manajer keuangan,dll. Jadi dalam pelaksanaan penanggulangan resiko manajer resiko perlu bekerja sama secara harmonis dengan departemen / bagian lain yang bersangkuta. Perlunya kerja sama tersebut dapat dianalisis melalui kegiatan-kegiatan dari departemen / bagian yang berkaitan dengan penanggulangan risiko. Yaitu : 1. Bagian Akuntansi Yaitu kegiatan-kegiatan terutama yang berkaitan dengan upaya mengurangi penggelapan dan pencurian oleh karyawan sendiri ataupun pihak lain. Misalnya : • A. Mengurangi kesempatan karyawan untuk melakukan penggelapan melalui internal control dan internal audit.
• B. Melalui rekening aset untuk mengidentifikasi dan
mengukui kerugian karena exposures terhadap harta.
• C. Melalui penilaian terhadap rekening piutang mengukur
resiko terhadap piutang dan mengalokasikan cadangan bagi kerugian exposures piutang. 2, Bagian Keuangan terutama berkaitan dengan upaya untuk mendapatkan informasi tentang kerugian gangguan terhadap arus kas ( cash-flow ) dan sebagainya, misalnya :
A. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh turunnya keuntungan dan cash-flow.
B. menganalisis resiko murni terhadap pembelian alat-alat
produksi tahan lama ( yang mahal ) atau investasi baru.
C. menganalisis resiko yang berkaitan dengan pinjaman yang
menggunakan harta milik perusahaan sebagai jaminan. 3. Bagian marketing Terutama yang berkaitan dengan risiko tanggung-gugat, artinya risiko adanya tuntutan dari pihak luar / pelanggan karena perusahaan melakukan sesuatu yang tidak memuaskan mereka. Misalnya : A. Kerusakan barang akibat kemasan yang kurang baik. B. Penyerahan barang yang tidak tepat waktu. Juga upaya-upaya melakukan distribusi barang barang dengan memperhatikan keselamatan, dalam rangka mengurangi kecelakaan. Contoh : logo/tema mobil-mobil pengangkut suatu perusahaan yang berbunyi, “ utamakan selamat “ 4. Bagian produksi Mencakup upaya-upaya yang berkaitan dengan : A. Pecegahan terhadap adanya produk-produk cacat yang tidak memenuhi kualitas.
B. Pencegahan terhadap pemborosan pemakaian bahan
baku, bahan pembantu maupun peralatan.
C. Pencegahan terhadap kecelakaan kerja, dengan
penerapan aturan-aturan dari undang-undang kecelakaan kerja dan sebagainya. 5. Bagian engineering dan maintenance
Bagian ini adalah yang bertanggung jawab terhadap desain
pabrik, pemeliharaan dan melaksanakan perawatan terhadap gedung, pabrik serta peralatan-perlatan lainnya. Semua ini sangat vital untuk mencegah , mengurangi frekuensi maupun kegawatan dari suatu kerugian / peril. 6. Bagian personalia
Bagian ini bertanggung jawab atas penanggulangan risiko
yang berkaitan dengan diri karyawan. Misalnya perencanaan , instalasi , dan adminitrasi program-program kesejahteraan karyawan, yang ditunjukan untuk mencegah pemogokan, keborosan , dan sebagainya. Biasanya bagian ini juga bertanggung jawab langsung terhadap masalah keselamatan ( safety ) kerja dan hygiene industri. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan diatas sangat diperlukan komunikasi dua arah antara Manajer resiko dengan Manajer-manajer bagian yang bersangkutan. Karena,
“tanpa kerja sama aktif dari departemen lain program
manajemen resiko akan gagal”. TELAAH / KAJIAN BERKALA Supaya program penanggulangan risiko yang sudah disusun oleh manajer risiko dapat tetap berlaku secara eekti sepanjang waktu, maka program tersebut perlu selalu ditelaah secara berkala untuk mengetahui apakah terjai perubahan dari variabel-variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya peril dan upaya penanggulangannya, yang menyangkut biaya, program keselamatan, pencegahan kerugian, dan sebagainya.
Untuk itu catatan-catatan kerugian yang telah terjadi perlu selalu
diperiksa, sehingga diketahui bila ada perubahan terhadap frekuensi maupun kegawatannya dari sebagainya, yang sangat perlu guna tindakan penyesuaian diwaktu selanjutnya. Untuk mengatahui perkembangan-perkembangan baru yang akan mempengaruhi upaya penanggulangan risiko, Manajer risiko perlu pula melakukan penelitian secara berkala. TERIMA KASIH