Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI


PENANGGULANGAN DAN PENANGANAN RISIKO

Dosen Pengajar : SARJONO, SE, MM

Oleh :

Lisa Azhalia Putri (023001708002)


Nur Suciana Eka Desiani (023001708004)
Siti Afifah Dianira (023001708011)
Grace Shinshia N Sianturi (023001708039)
Muhammad Anri Praharsyah (023001708056)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah sering kali mendengar kata

resiko dalam kehidupan sehari-hari kita. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual

maupun organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di

jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung

kerugian jika resiko - resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan

kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah

membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup

informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat

menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan

kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian

yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam beberapa tahun

terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan

kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa

kini.

Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit.

Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian

langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya

gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat

kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan

sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada

supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan

hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.


Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari manajemen

resiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat

perusahaan gulung tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya

dengan mengukur dimensi resiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada khususnya dan pada

perusahaan pada umunya.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

PENANGGULANGAN RISIKO

Pada pokoknya manajer melakukan penanggulangan risiko yang terjadi di perusahaannya dengan dua

pendekatan yaitu Penanganan Risiko (risk control) dan Pembiayaan Risiko (risk financing).

Penanganan Risiko (risk control) adalah suatu tindakan untuk menyelamatkan perusahaan dari

kerugian. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam penanganan risiko yaitu:

1. Menghindarinya

2. Mengendalikan

3. Memisahkan

4. Melakukan kombinasi atau pooling

5. Memindahkan

MENGHINDARI

Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari harta, orang, atau

kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan:

1. Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya untuk

sementara.

2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan

kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menghindari risiko

berarti menghilangkan risiko itu.

Karakteristik Dasarnya

Beberapa karakteristik penghindaran risiko yang seharusnya diperhatikan:

1. Boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko yang

dihadapi, maka makin besar ketidamungkinan menghindarinya, misalnya kalau ingin

menghindari semua risiko tanggung jawab, maka semua kegiatan perlu dihentikan.
2. Faedah atau laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan suatu harta,

memperkerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas suatu kegiatan, akan

hilang, jika dilaksanakan pengendalian risiko.

3. Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan

tercipta risiko yang baru, misalnya menghindari risiko pengangkutan dengan kapal

dan menukarnya dengan pengankutan darat, akan timbul risiko yang berhubungan

dengan pengangkutan darat. Implementasi dan Evaluasi hasilnya Untuk

mengimplementasikan keputusan penghindaran risiko, maka harus diadakan

penetapan semua harta, personil, atau kegiatan yang menghadapi risiko yang ingin

dihindarkan tersebut. Dengan dukungan pihak manajemen puncak, maka manajer

risiko seharusnya menganjurkan policy dan prosedur tertentu yang harus diikuti oleh

semua bagian perusahaan dan pegawai. Penghindaran risiko dikatakan berhasil jika

tidak ada terjadi kerugian yang disebabkan risiko yang ingin dhindarkan itu.

Sesungguhnya metode itu tidak diimplementasikan sebagaimana mestinya, jika

ternyata larangan larangan yang telah diinstruksikan itu ternyata dilanggar walau

kebetulan tidak terjadi kerugian.

MENGENDALIKAN KERUGIAN (LOSS CONTROL)

Pengendalian kerugian bertujuan untuk:

1. Memperkecil peluang (chance) untuk terjadinya kerugian

2. Mengurangi keparahan jika kerugian itu memang terjadi

Kedua tindakan itu dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain:

1. Melakukan tindakan pencegahan kerugian dan pengurangan kerugian

Klasifikasi ini telah dipergunakan juga sebagai kriteria untuk membedakan antara

minimization dan salvage. Tindakan pencegahan kerugian (berdasarkan definisi)

semuanya dilaksanakan sebelum kejadian.

2. Program pengendalian kerugian menurut sebab kejadian

Ada dua macam pendekatan dalam program ini, yaitu:


a. Pendekatan engineering

Pendekatan engineering menekankan kepada sebab-sebab yang bersifat fisikal dan

mekanikal misalnya memperbaiki kael listrik yang tidak memenuhi syarat,

pembuangan limbah yang tidak memenuhi ketentuan, konstruksi bangunan dan bahan

dengan kualitas buruk dan sebagainya.

b. Pendekatan hubungan kemanusiaan (human relation)

Pendekatan human relation menekankan sebab-sebab kecelakaan yang berasal dari

faktor manusia, seperti kelengahan, suka menghadang bahaya, sengaja tidak memakai

alat pengaman yang diharuskan, dan lain-lain faktor psikologis.

3. Pengendalian menurut lokasi

Tindakan pengendalian risiko dapat pula diklasifikasikan menurut lokasi daripada kondisi

yang direncanakan untuk dikendalikan. Dr. Haddon menegaskan bahwa kemungkinan

dan keparahan kerugian dari kecelakaan lalu-lintas tergantung atas kondisi-kondisi dalam:

a. Orang yang mempergunakan jalan

b. Kendaraan

c. Lingkungan umum jalan raya yang melingkupi faktor-faktor seperti: desain,

pemeliharaan, keadaan lalu lintas, dan rambu-rambu.

4. Pengendalian menurut timing

Pendekatan ini mempertanyakan apakah metode itu dipakai :

a. Sebelum terjadinya peril

b. Selama terjadinya peril

c. Sesudah terjadinya peril

ANALISIS KERUGIAN DAN ANALISIS HAZARD

Pengendalian risiko dilakukan dengan identifikasi dan analisis terhadap:

1.Kerugian-kerugian yang telah terjadi.

2.Hazard yang menyebabkan sutau kerugian atau yang mungkin menyebabkannya di masa

mendatang.
Agar langkah tersebut dapat berhasil dengan baik, maka diperlukan adanya:

1. Suatu sistem pelaporan yang komprehensif

2. inspeksi secara berkala.

Untuk bisa mendapatkan informasi yang memadai atas kerugian, maka Manajer Risiko perlu

membangun suatu:

1. Jaringan pemberi informasi

2. Formulir untuk melaporkan kerugian

Analisis Kerugian

• Supervisor Lini :

Pemberi informasi yang utama adalah para supervisor lini yang bertanggung jawab terhadap

operasi dimana peril itu terjadi. Karena merekalah yang dapat menyediakan informasi rinci

mengenai peril yang telah terjadi dan dengan mengisi formulir pelaporan dengan sempurna

mereka akan lebih waspada terhadap apa yang menyebabkan terjadinya peril dan tentang

pentingnya mengendalikan sebeb-sebab tersebut.

Informasi dari laporan supervisor lini mempunyai berbagai manfaat, antara lain:

1) Menilai kinerja pada manajer lini.

2) Mengevaluasi operasi perusahaan, sehingga dapat menetapkan operasi mana yang perlu

dibetulkan.

3) Mengidentifikasi hazard yang berkaitan dengan peril

4) Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk memotivasi manajer dan karyawan

agar menaruh perhatian besar terhadap pengendalian kerugian.

• Data Statistik :

Informasi dapat pula diperoleh dari data-data statistik untuk mendapatkan:

1) Perbandingan antara pengalaman perusahaan sendiri dengan perusahaan lain atau

perusahaan secara umum.


2) Pengetahuan tentang karakteristik setiap peril, sifat peril, sifat dan luasnya kerugian bulan-

hari-jam terjadinya peril, karyawan/supervisor yang tersangkut, hazard atau peristiwa yang

melatar belakangi peril.

Catatan-catatan mengenai peril seharusnya dapat mengikhtisarkan karakteristik-

karakteristik tersebut, terutama untuk selama periode yang paling akhir dan juga dapat

menggambarkan bagaimana karakteristik itu berubah sepanjang waktu. Perhatian terutama

harus ditujukan kepada karakteristik yang kemunculannya melebihi frekuensi normal.

Analisis Hazard

Analisias hazard harus tidak dibatasi hanya pada hazard yang telah mengakibatkan terjadinya

peril diperusahaan saja. Perlu pula menyelidiki hazard yang mungkin akan muncul, hazard

dari pengalaman perusahaan lain atau pengalaman dari perusahaan asuransi. Alat-alat yang

dapat digunakan dalam menemukan hazard melalui inspeksi antara lain:

1.Checklist

2.Fault tree analysis

Dalam uapaya pencegahan terhadap segala risiko harus selalu ditinjau pula dari sudut

manfaat dan biayanya, artinya upaya yang digunakan harus economical feasible. Oleh

karena itu, perlu pula dilakukan analisis terhadap:

1. Kerugian yang timbul karena peril

Kerugian yang timbul karena peril sering diperhitungkan/ dialokasikan lebih rendah

dari jumlah yang mungkin terjadi. Hal ini terjadi karena adanya kerugian-kerugian lain yang

tersembunyi, yang tidak terlihat secara langsung pada saat terjadinya peril( umumnya

dikategorikan kerugian tidak langsung). Kerugian-kerugian tersebut antara lain:

a) Kerugian karena hilangnya waktu kerja dari karyawan yang cedera karena terjadinya

peril

b) Kerugian karena hilangnya waktu kerja bagi karyawan lain, yang menolong karyawan

yang terkena peril

c) Kerugian dari waktu yang terpakai supervisor untuk menyiapkan laporan peril dan

melatih karyawan lain untuk mengganti karywan yang terkena peril


d) Kerugian yang disebabkan rusaknya mesin, peralatan harta yang lain, tidak langsung

diakibatkan oleh peril. Contoh, mesin rusak, karena gardu listrik terkena peril

e) Kerugian berkenaan dengan pembayaran penuh upah/gaji karyawan yang telah pulih

dari cederanya, tetapi kemampuannya menurun

f) Kerugian karena hilangnya waktu produksi, terutama selama rehabilitas terhadap

mesin/peralatan yang terkena peril

2. Biaya pengendalian risiko

Biaya pengadaan, pemasangan, dan perawatan peralatan pengendalian risiko dapat dibagi dalam tiga

kategori :

a) Pengeluaran modal/ investasi dan depresiasi untuk alat pencegah peril, seperti masker,

pemadam kebakaran, dan sebagainya

b) Biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk regu pemadam kebakaran, konsultan, dan

sebagainya

c) Biaya untuk menjalankan program pencegahan, seperti upah karyawan pelaksana pencegahan,

inspeksi, perawatan preventif, dan sebagainya

Besarnya kemungkinan kerugian dan biaya pengendalian itu yang biasanya digunakan untuk

membandingkan manfaat dari pengendalian risiko dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk

pengendalian tersebut. Pekerjaan ini menghadapi dua persoalan :

1. Karena manfaatnya biasanya tidak pasti, maka manfaat tersebut harus dikalikan dengan

probabilitas diraihnya manfaat

2. Baik manfaat maupun biaya dapat disebarkan pada biaya untuk beberapa tahun, maka dalam

menghitung harus membandingkan antara present value dan expected cost.

Usaha pengendalian risiko apakah bermanfaat atau tidak dapat dievaluasi dengan menetapkan:

1. Apakah kerugian akibat terjadinya peril dapat dikurangi dengan adanya upaya pengendalian

2. Apakah kebijakan keselamatan (safety policy dan prosedur yang dianjurkan oleh Manajer

Risiko dijalankan
3. Mengukur peubahan-perubahan dalam kerugian dan biaya untuk pencegahan, misalnya premi

asuransi, biaya-biaya karena peril, frekuensi peril, keparahan kerugian, yang harus dianalisis

secara keseluruhan berdasarkan departemen dan berdasarkan exposure.

PEMISAHAN

Yang dimaksud dengan pemisahan disini ialah menyebabkan harta yang menghadapi

risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Misalnya jika banyak

mempunyai truk, maka tindakan pemisahan dilakukan dengan menempatkannya dalam

beberapa pool yang berlainan, menempatkan barang persediaan tidak dalam satu gudang saja,

tapi dipisahkan dalam dua atau lebih. Maksud pemisahan ini adalah mengurangi jumlah

kerugian untuk satu peristiwa. Dengan menambah banyaknya independent exposure unit

maka probabilitas kerugian-harapan diperkecil. Jadi, memperbaiki kemampuan perusahaan

untuk meramalkan kerugian yang akan dialami.

KOMBINASI ATAU POOLING

Kombinasi atau pooling menambah banyaknya exposure unit dalam batas kendali

perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan agar kerugian yang akan dialami lebih dapat

diramalkan, sehingga risiko dikurangi. Salah satu cara perusahaan mengkombinasikan risiko

adalah dengan perkembangan internal. Misalnya, perusahaan angkutan memperbanyak

jumlah truknya ; satu perusahaan merger dengan perusahaan lain ; perusahaan asuransi

mengkombinasikan risiko murni dengan jalan menanggung risiko sejumlah besar orang atau

perusahaan.

PEMINDAHAN RISIKO

Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara-cara :

1. Harta milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dapat dipindahkan kepada pihak lain,

baik dinyatakan dengan tegas, maupun berikut dengan transaksi atau kontrak.

Contoh:
Perusahaan yang menjual salah satu gedungnya, dengan sendirinya telah memindahkan

risiko yang berhubungan dengan pemilikan gedung itu kepada pemilik baru. Ada

perusahaan yang menyerahkan sebagian kegiatan perusahaan kepada kontraktor, dengan

tujuan untuk memindahkan segala risiko yang berhubungan dengan pekerjaan itu.

2. Risiko itu sendiri yang dipindahkan

Contoh:

Dalam perjanjian sewa menyewa rumah, biasanya pemilik rumah memindahkan risiko

kerusakan kepada penyewa, biasanya berupa kerusakan karena kelalaian penyewa.

3. Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure untuk transferee.

Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk

control transfer. Dengan pembatalan itu, transferee tidak bertanggung jawab secara

hukum untuk kerugian yang semula ia setujui, untuk dibayar.

PEMBIAYAAN RISIKO

Penaggulangan risiko dapat pula dilakukan dengan menyediakan/ mengeluarkan dana yang

berhubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk menaggulangi kerugian. Cara-cara yang dapat

digunakan yaitu:

1. Memindahkan risiko dengan pembiayaan ( risk financing transfer)

2. Menangani sendiri risiko yang dihadapi, dengan meretensi.

RISK FINANCING TRANSFER

Pemindahan risiko melalui risk financing berarti transferoro/penaggung harus mencari dana eksternal

untuk membayar kerugian yang diderita oleh tertanggung, yang benar-benar terjadi, karena oleh peril

yang dipindahkan. Pemindahan ini dapat dilakukan dengan cara-cara:

1. Transfer risiko kepada perusahaan asuransi (mengasuransikan).

2. Transfer risiko kepada perusahaan yang bukan perusahaan asuransi (noninsurance transfer).

Insurance Transfer

Insurance Transfer merupakan pemindahan resiko kepada perusahaan asuransi. Asuransi

adalah salah satu cara dalam menghadapi risiko, dengan mentransfer risiko ke perusahaan asuransi,
dengan membayar premi yang jauh lebih kecil atau minim bila dibandingkan dengan resiko kerugian

financial bila terjadi musibah. Asuransi adalah satu pilar utama dalam merencanakan keuangan masa

depan. Terdapat tiga aliran pemikiran mengenai asuransi. Aliran pertama memandang asuransi

merupakan hubungan tetanggung dengan penanggung sebagai alat pemindah risiko. Aliran kedua

mengabaikan hubungan ini dan memandang asuransi sebagai teknik atau mekanisme penaggungan.

Sedangkan aliran ketiga menggabungkan kedua aliran sebelumnya.

Asuransi meratakan beban kerugian dengan memakai dana-dana yang disumbangkan oleh para

anggota kelompok untuk pembayarannya. Jadi, asuransi dapat dikatakan alat pemerataan kerugian.

Untuk mengurangi beban ekonomi para anggota kelompok, penaggung juga ikut serta dalam kegiatan

pencegahan kerugian. Akan tetapi tujuan pokok asuransi bukanlah pemerataan atau pencegahan

kerugian, melainkan mengurangi uncertainty (ketidakpastian) yang disebabkan oleh kesadaran

kemungkinan terjadinya kerugian.

Non Insurance Transfer

Kebanyakan pemindahan resiko kepada pihak non-asuransi dilakukan melalui kontrak-

kontrak bisnis biasa dan melalui kontrak khusus untuk pemindahan resiko. Isi kontrak berkenaan

dengan pemindahan tanggungjawab keuangan atas harta, kerugian atas net income, kerugian personil

dan tanggung gugat kepada pihak ketiga.

Pemindahan ini dapat dibedakan berdasarkan tanggungjawab yang dipindahkan. Pada keadaan yang

ekstrim, transfer hanya memindahkan tanggung jawab keuangan saja untuk tindakan yang tidak

disengaja oleh pihak transfree. Pada keadaan ekstrim yang lain pihak tramsfree akan menerima ganti

rugi berkenaan dengan yang disebutkan dalam kontrak, tidak memperhatikan apa penyebab kerugian

itu sendiri. Non-insurance mempunyai beberapa keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manjer

resiko, antara lain sebagai berikut:

1. Kontrak itu tidak mungkin hanya memindahkan sebagian resiko daripada resiko yang

menurut pendapat manajer telah dipindahtangankan kepada pihak lain. Oleh karena itu

manajer harus mempelajari isi kontrak dengan seksama.

2. Bahasa yang tertulis didalamnya adalah bahasa hukum yang sangat sukar dipahami oleh

orang yang tidak ahli hukum sehingga menyebabkan salah tafsir atau salah mengerti.
3. Surat kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan, jika isi kontrak bertentangan dengan undang-

undang peraturan pemerintah, kebijaksanaan pemerintah atau tidak wajar bagi transfree.

Contoh Non-Insurance Risk Financing Transfer

1. Melaui leasing, lessor dapat memindahkan kepada penyewa tanggung jawab keuangan

untuk kerusakan harta atau kecelakaan badan bagi pihak ketiga. Sebelum ditandatangaini,

perjanjian tanggung jawab seperti itu berada pada pihak lesson.

2. Melalui perjanjian leasing, lesse juga dapat menggeser kerugian potensialnya kepada lessor,

tergantung bagaimana perjanjian itu dibuat.

3. Pemindahan resiko juga terjadi pada kontrak pembangunan suatu bangunan, dimana dalam

kontrak disebutkan adanya pembayaran premi resiko.

4. Neutralization merupakan proses menyeimbangkan kans kerugian atas kans keuntungan.

Contoh yang paling populer dalam dunia perdagangan adalah hedging.

RISK RETENTION (Menaggung Sendiri Resiko/ Meretensi)

Meretensi artinya perusahaan menangung sendiri risiko finansial dari suatu peril dan ini

adalah bentuk penanggulangan risiko yang paling banyak/umum. Sumber dananya diusahakan sendiri

oleh perusahaan yang bersangkutan. Penaggulangan semacam ini dapat bersifat pasif atau tidak

direncanakan (unplanned terention) dapat pula bersifat sktif atau rirencanakan ( unplanned retention)

Retensi bersifat aktif bila Manajer Risiko telah mempertimbangkan metode-metode lain untuk

menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan kerugian

potensial tersebut, sehingga bila terjadi peril kerugiannya akan diperhitungkan sebagai biaya tidak

terduga.

Alasan Perusahaan Melakukan Retention

Suatu perusahaan yang menanggung sendiri resiko, dapat digolongkan kedalam salah satu kategori

sebagai berikut:

a) Keharusan karena perusahaan tidak punya pilihan lain

Keharusan (default) menaggung sendiri resiko disebabkan perusahaan tidak mungkin memindahkan

suatu resiko. Misalnya, resiko tanggung jawab untuk tindakan kriminal, atau keusangan harta. Belum

ada perusahaan asuransi yang bersedia untuk menangani kedua resiko tersebut.
b) Berdasarkan pertimbangan biaya, dimana memindahkan risiko biayanya lebih mahal (loss

allowance/premi asuransi, loading/ biaya pemindahan, profit margin dibandingkan dengan

kemungkinan besarnya kerugian).

c) Kerugian harapan

Jika perusahaan percaya bahwa kerugian harapan yang dihitungnya lebih rendah dari perkiraan pihak

asuransi, maka perusahaan dalam jangka panjang dapat menghemat pengeluaran sebesar selisih kedua

perhitungan itu. Bahkan, jika kerugian harapan sama dengan perhitungan pihak asuransi, maka pilihan

yang tepat masih pada retention.

d) Opportunity cost

Opportunity cost menyangkut timing pembayaran premi dibandingkan dengan pengeluaran untuk

kerugian. Disini juga Manajer risiko berpendapat bahwa penggunaan dana untuk kepentingan

investasi akan legih menguntungkan daripada untuk membayar premi.

e) Kualitas pertanggungan

kualitas pelayanan dari penanggung dianggap kurang memuaskan, dibandinngkan dengan bila risiko

tersebut ditangani sendiri.

Hal-hal yang Mendorong Penggunaan Retensi

Hal-hal yang mendorong Manajer risiko menggunakan retensi dalam Penanggulangan risiko antara

lain:

1. Jika biayanya lebih rendah dibandingkan dengan yang akan dibebankan oleh perusahaan

asuransi

2. Jika expected lossnya lebih rendah daripada yang diperkirakan perusahaan asuransi

3. Jika unit yang menghadapi risiko yang sama banyak jumlah, sehingga risikonya lehih rendah

dan probabilitasnya dapat diperhitungkan dengan lebih akurat

4. Tujuan manajemen risiko menrima varisasi yang besar dalam kerugiaan tahunan

5. Jika pepmbiayaan untuk memindahkan kerugiann membengkak selama jangka waktu yang

cukup panjang, sehingga menghasilkan opportunity cost yang lebih besar

6. Adanya peluang yang kuat untuk melalukan investasi, singga memperbesar oppurtunity cost
Kelemahan tindakan retention ada kemungkinan bahwa :

Ada beberapa hal yang menyebabkan penggunaan retensi kurang menarik untuk menangani risiko,

antara lain:

1. Biaya yang lebih besar daripada biaya yang dibebankan pihak asuransi

2. Kerugian harapan lebih besar dari pada kerugian yang diperkirakan perusahan asuransi

3. Ekspor unit sedikit, kemungkinan resiko tinggi dan perusahaan sukar untuk meramalkan

probabilitas kemungkinan kerugian secara cermat

4. Ketidakmampuan keuangan menopang maximum possible loses atau maximum probable

loses dalam short run

5. Tujuan manajemen resiko yang ditekankan kepada ketenangan pikiran dan variasi laba

tahunan yang kecil

6. Pembayaran kerugian dan expense membengkak selama jangka waktu yang pendek

7. Peluang investasi terbatas serta tingkat pengembalian yang rendah

8. Lebih menguntungkan jasa perusahaan asuransi

9. Peraturan perpajakan dapat pula menyebabkan retention menjadi kurang menarik.

Penyediaan Dana Untuk Retensi

Penyediaan dana untuk program retention dapat dilakukan dengan salah satu cara dari cara-

cara berikut :

a) Tanpa penyediaan dana sebelumnya

Resiko yang ditanggung perusahaan pada suatu waktu dapat menimbulkan kerugian. Dengan

cara seperti ini, maka kerugian perusahaan akan ditutup dengan dana yang kebetulan tersedia

atau dibebankan pada pendapatan ditahun yang bersangkutan. Pendekatan semacam ini

mengandung bahaya jika kerugian sedemikian besar, sehingga tidak dapat ditutup oleh laba

pada tahun yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini, perusahaan terpaksa mencari dana

yang mungkin diperoleh dengan biaya mahal atau dengan menjual murah aset perusahaan

untuk menutup kerugian yang dihadapi.

b) Membentuk dana dan cadangan


Dengan cara ini, dana untuk menutup resiko dapat diperoleh dari dana cadangan yang setiap

tahun dikredit dengan laba yang disisihkan. Banyaknya dana yang disisihkan itu adalah

sejumlah kerugian yang diperkirakan pertahun. Ada perusahaan yang membentuk cadangan

umum saja, ada pula yang membentuk cadangan khusus. Misalnya, cadangan piutang tak

tertagih, cadangan biaya pengobatan, cadangan biaya kecelakaan kerja dan sebagainya.

Beberapa kelemahan dengan cara ini adalah sebagai berikut :

 Cadangan adalah pemindah bukuan secara accounting yang setiap hari belum tentu

tersedia uang tunai sebanyak yang tercatat dalam rekening cadangan yang

bersangkutan, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan memperoleh uang

tunai untuk menutupi resiko.

 Penaksiran expected loss jarang sekali tepat.

 Berkaitan dengan pajak, belum tentu cara seperti ini diizinkan oleh pemerintah,

karena kan mengurangi pendapatan kena pajak.

c) Self insurance

Untuk mengatasi kelemahan pengelolaan dana seperti yang disebutkan diatas, perusahaan

yang memisahkan pengelolaan dana cadangan itu dari pengelolaan dana perusahaan. Self-insurance

adalah bagian dalam organisasi suatu perusahaan yang berwenang mengelola dana yang dicadangkan.

Self insurance dapat menginvestasikan dana cadangan perusahaan dalam kegiatan yang produktif,

selama dana tersebut belum terpakai dengan catatan dana tersebut dapat ditarik sewaktu-waktu jika

perusahaan menderita kerugian karena suatu peristiwa secara tiba-tiba.

d) Captive insurer

Ada perusahaan yang mengorganisasikan sebuah perusahaan asuransi yang sebagian besar

nasabahnya adalah orang perusahaan itu sendiri. Asuransi seperti itu disebut captive insurer.

Keuntungan yang mendorong perusahaan mendirikan captive insurer karena captive insurer dapat

membeli perlindungan dari perusahaan re-asuransi yang lebih flexible dan tidak begitu banyak

pembatasan, sedangkan self insurer tidak dapat memperoleh perlindungan dari re-asuransi. Oleh

karena itu, perusahaan melalui captive insurer-nya dapat membeli perlindungan untuk resiko yang

luar biasa atau untuk resiko yang tidak sanggup ditanggung oleh perusahaan asuransi biasa.
PENANGANAN RISIKO

BAB 18 – MEMBUAT PETA RISIKO

Dalam menangani risiko, ada perbedaan penanganan antar kejadian. Itu sebabnya perlu untuk

diketahui mana kejadian yang sangat berisiko dan mana kejadian yang tidak terlalu berisiko.

Kejadian mana yang lebih berisiko tergantung pada dua hal yaitu:

1. kemungkinan terjadinya kejadian tersebut, dan

2. besarnya akibat yang diderita.

Semakin besar kemungkinan terjadinya suatu kejadian, maka kejadian tersebut semakin

berisiko. Demikian halnya dengan akibat yang ditimbulkan, semakin besar akibat kerugian

yang terjadi, maka semakin berisiko pula kejadian tersebut.

Dengan menghubungkan kemungkinan dan akibat dapat diketuhui status dari risiko. Status

risiko menunjukkan kejadian-kejadian yang berisiko, status yang besar menunjuklkan risiko

yang besar, begitu pula sebaliknya.

𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 = 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑛𝑔𝑘𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡

Contoh Soal :

Sebuah perusahaaan mengukur kemungkinan terjadinya sekali kebakaran adala 3%

sedangkan akibat yang ditimbulkan sekiranya terbajar adalah Rp. 150.000.000. Selain itu ada

kemungkinan produk yang dihasilkan di luar standard kualitas sebesar 12% dengan perkiraan

kerugian sebesar Rp. 50.000.000 karena ditolak pelanggan. Manakah yang lebih berisiko?

𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜𝑘𝑒𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 3% 𝑥 𝑅𝑝. 150.000.000 = 4.500.000

𝑆𝑡𝑎𝑡𝑢𝑠 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ = 12% 𝑥 𝑅𝑝. 50.000.000 = 6.000.000

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa produksi barang dengan kualitas

rendah lebih berisiko daripada kebakaran. Perlu diingat nilai 4.500.000 dan 6.000.000 bukan

menunjukkan besaran rupiah, melaikan hanya status risikonya saja.


Kejadian-kejadian yang merugikan (berisiko) yang telah teridentifikasi, perlulah diketahui

posisinya dalam peta risiko. Peta risiko adalah suatu grafik yang menggambarkan kedudukan

risiko di antasa dua sumbu dimana sumbu vertikal menggambarkan kemungkinan dan sumbu

horizontal menggambarkan akibat.

Kemungkinan (%)

Sangat tinggi

Tinggi

Medium

Rendah

0 Akibat (Rp)
Rendah Medium Tinggi Sangat tinggi

Dengan menggunakan contoh risiko kebakaran di atas dimana kemungkinannya 3% dan

akibatnya Rp 150 juta; dan produksi dengan kualitas rendah dimana kemungkinannya 12%

dan akibatnya Rp 50 juta.

B (kualitas rendah)

10%

A (kebakaran)

0
Rp 100 jt Akibat (Rp)
BAB 19 – MENCEGAH TIMBULNYA RISIKO

Berikut beberapa macam strategi yang dapat dilakukan dalam menangani risiko:

1. Menghindar

Strategi menghindar dilakukan apabila:

a. Risiko yang dihadapi terlalu besar yaitu kemungkinan terjadinya besar dan

akibat yang ditimbulkan juga besar.

b. Risiko yang dihadapi tidak dapat dikendalikan oleh manajemen dan tidak

dapat ditangani dengan strategi-strategi penanganan risiko yang lain

Ada situasi-situasi dimana menghindar sulit dilakukan misalnya dalam hal:

a. Menghindar dari suatu risiko namun menghadapi risiko yang lain yang

mungkin lebih besar

b. Risiko tersebut memberikan upah yang sulit untuk ditolak.

Jika sangat sulit atau tidak mungkin untuk menghindari risiko maka risiko tersebut

terpaksa harus dihadapi dan diterima. Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan

yaitu:

a. Mencegah timbulnya risiko (strategi pencegahan),

b. Mengurangi kerugian akibat risiko (strategi pengurangan kerugian),

c. Mengalihkan risiko ke pihak lain (strategi pengalihan), dan

d. Mendanai risiko (strategi pendanaan).

Strategi pencegahan adalah strategi untuk membuat kemungkinan terjadinya risiko

sekecil-kecilnya. Jadi sasarannya adalah bagaimana agar kemungkinan atau

probabilitas terjadinya suatu kejadian yang merugikan (risiko) itu dapat dibuat

sekecil-kecilnya. Untuk menghilangkan sama sekali risiko itu tidak mungkin dan yang
mungkin dilakukan adalah membuat kemungkinan terjadnya risiko itu sekecil-

kecilnya.

X Y

X Y

Strategi Keterangan
Menghindar Tidak mengambil risiko
Mencegah Mencegah timbulnya risiko untuk meminimalkan
kemungkinan terjadinya
Mengurangi kerugian Mengurangi kerugian akibat risiko untuk
meminimalkan akibatnya
Mengalihkan Mengalihkan risiko ke pihak lain
Mendanai Mendanai risiko sekiranya terjadi

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya risiko dengan

memperkecil kemungkinan terjadinya, cara-cara yang dapat dilakukan antara lain:

1. Memperbaiki sistem dan prosedur,

2. Memperbaiki fasilitas,

3. Memperbaiki sumber daya manusia, dan

4. Membuat/memperbaiki aturan-aturan dan kebijakan.

Strategi Contoh
Memperbaiki sistem dan prosedur Sistem pengeluaran uang, sistem penerimaan
barang
Memperbaiki fasilitas Memasang smoke detector
Memperbaiki sumber daya manusia Pelatihan, magang, coaching
Membuat/memperbaiki aturan-aturan dan Kebijakan insentif, kebijakan promosi, dll
kebijakan
BAB 21 - MENGURANGI KERUGIAN AKIBAT RESIKO

Dalam hal untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resiko, dapat dilakukan strategi pencegahan

resiko. Selain mengurangi kemungkinan terjadinya resiko, yang dapat dilakukan lagi adalah

mengurangi akibat dari resiko. Strategi yang dilakukan untuk mengurangi akibat dari resiko ini

dikenal dengan “Strategi Pengurangan Kerugian”. Apabila suatu kejadian yang merugikan telah

terjadi, diusahakan agar kerugian yang diderita akibat kejadian tersebut sekecil-kecilnya.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat suatu kejadian yang

sekiranya kejadian tersebut terjadi. Strategi pengurangan kerugian ini dapat dilakukan dengan cara-

cara berikut :

1. Menyebar

Menyebar adalah suatu cara atau teknik menempatkan sumber daya yang dimiliki perusahaan

pada beberapa tempat. Tujuannya ialah mengurangi kerugian yang timbul sekiranya suatu

kejadian yang merugikan terjadi disuatu tempat. Strategi pengurangan kerugian dengan cara

menyebar ini pun memiliki beberapa isitilah,yaitu

a. Diversifikasi

Tindakan yang dilakukan dengan menyebarkan operasi bisnis keberbagai bidang.

Contohnya ialah :

 Diversifikasi produk

Yaitu perusahaan memproduksi berbagai macam produk, baik itu saling

berhubungan atau sama sekali berbeda. Tujuannya ialah selain untuk

meningkatkan resiko, juga untuk meminimalkan resiko sekiranya salah satu

produk atau jasa yang dihasilkan tidak laku, produk atau jasa lainnya

diharapkann bisa laku.

 Diversifikasi Geografis

Yaitu perushaan memasuki lokasi baru dengan cara membuka pabrik atau

kantor penjualan. Hal ini dilakukan karena tidak diketahui pasti tempat mana

yang akan memberikan keuntungan dan tempat mana yang tidak.


b. Portfolio

Yaitu menyebarkan investasi pada beberapa bentuk investasi atau dalam berbagai

macam surat berharga. Tujuannya ialah mengurangi resiko kerugian sekiranya salah

satu surat berharga tidak memberikan keuntungan seperti yang dihatapkan

c. Back Up

Yaitu membuat sistem cadangan sekiranya sistem utama tidak berfungsi.

2. Bergabung

Bergabung adalah strategi yang dilakukan untuk megurangi kerugian dengan cara

menyatukan beberapa sumber daya. Bergabung dilakukan pada umumnya untuk menghadapi

persaingan atau untuk menghadapi ancaman. Dengan bergabung, diharapkan memeperkecil

resiko kegagalan. Beberapa perusahaan melakukan merger, joint venture, alliance, atau cartel

yang merupakan usaha-usaha bergabung yang dimaksudkan untuk memperkuat posisi

perusahaan dalam menghadapi persaingan atau untuk memperoleh sinergi.

3. Memperbaiki Fasilitas Fisik

Apabila suatu kejadian yang merugikan perusahaan telah terjadi, makan salah satu startegi

yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian ialah memperbaiki fasilitas fisik.

Contohnya iala untuk mengurangi kerugian akibat kebakaran, perusahaan menyediakan alat-

alat pemdam kebakaran sehingga jika terjadi kebakaran, api dapat segera dipadamkan dan

kerugian dapat diminimalkan.

4. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)

Merupakan proses persiapan individu individu untuk memikul tangggung jawab yang di

dalam organisasi yang umumnya berkaitan dengan peningkatan kemampuan intelektual atau

emosional yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang lebih baik. Salah satu cara

pengembangan SDM ialah dengan memberikan pelatihan kepadan karyawan untuk

meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman, atau pembahasan sikap seorang individu.


BAB 21 - PERTIMBANGAN DALAM MENCEGAH DAN MENGURANGI KERUGIAN

Dalam menangani resiko baik dengan membuat pencegahan atau pengurangan kerugian, selalu akan

ada biaya. Memperbaiaki sistem dan prosedur, memperbaiki fasilitas, mengembangkan sumber daya

manusia itu membutuhkan biaya yang kadang-kadang tidak sedikit. Pencegahan resiko dan

pengurangan kerugian akibat resiko hanya efektif digunakan apabila biaya yang dikeluarkan lebih

kecil dari manfaat yang diterima.

Semakin besar usaha yang dilakukan manajemen untk mengelola resiko, akan semakin besar pula

biaya yang dikeluarakan untuk mengelola resiko tersebut, namun akan semakin kecil kerugian yang

ditimbulkan. Usaha-usaha pencegahan dan usaha-usaha pengurangan rsiko hanya dilakukan selama

biaya pengelolaan resiko lebih kecil dari kerugian resiko. Pada saat biaya pengelolaan resiko lebih

besar dari kerugian resiko, penangnana resiko tidak lagi efisien.

Strategi pencegahan atau pengurangan resiko juga perlu mempertimbangkan apakah kejadian yang

akan terjadi tersebut dapat dikendalikan (controllable) atau tidak dapat dikendalikan

(uncontrolloable). Kejadian yang dapat dikendalikan adalah kejadian-kejadian yang bisa dicegah dan

bisa dikurangi kerugiannya. Jika tidak dapat dicegah dan tidak dapat dikurangi kerugiannya, kejadian-

kejadian tersebut dikatakan tidak dapat dikendalikan. Pada umumnya kejadian-kejadian yang

disebabkan oleh faktor alam tidak dapat dikendalikan. Sedangkan kejadian-kejadian yang disebabkan

oleh manusia dan teknologi pada umumnya dapat dikendalikan.


BAB 22 – MENGALIHKAN RISIKO MELALUI ASURANSI DAN HEDGING

Risiko-risiko yang berada pada setiap kwadran dari peta risiko pada umumnya dapat

dikelompokkan ke dalam risiko-risiko yang dapat dikendalikan (controllable) dan risiko-

risiko yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable).

Hanya risiko-risiko yang dapat dikendalikan saja yang bisa ditangani dengan cara-

cara pencegahan atau pengurangan kerugian. Sedangkan risiko-risiko yang tidak dapat

dikendalikan dialihkan ke pihak lain. Namun, walaupun risiko-risiko yang dapat dikendalikan

telah ditangani dengan cara-cara pencegahan atau pengurangan kerugian, selama masih

memungkinkan terjadinya kejadian yang merugikan dan akibat yang ditimbulkan masih

besar, sebaiknya risiko-risiko tersebut dialihkan pula ke pihak lain. Hal ini dilakukan selama

manfaat yang diterima lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, atau selama kerugian risiko

lebih besar dari biaya pengelolaan resiko.

Jika ternyata risiko tidak dapat dialihkan ke pihak lain dan perusahaan tidak sanggup

menanggung kerugian yang diakibatkan oleh risiko tersebut maka cara yang terbaik adalah

menghindar. Jangan menghadapi risiko yang tidak dapat dikendalikan dan status risikonya

besar. Kalau terpaksa harus dihadapi maka itu akan menjadi tanggung jawab perusahaan

(dalam hal ini pemilik perusahaan) dan itu dianggap sebagai risiko bisnis.

Risiko-risiko dapat dialihkan ke pihak lain sehingga pihak lain yang menanggung

akibatnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengalihkan risiko ke pihak lain

diantaranya:

- Asuransi

- Hedging

- Leasing

- Factoring, dan
- Outsourcing

Mengalihkan risiko melalui asuransi

SDM yang dimiliki perusahaan dapat diasuransikan. Dengan mengasuransikan SDM

yang dimiliki, sekiranya terjadi kejadian yang merugikan pada SDM tersebut, pihak pemberi

asuransi yang akan menanggung kerugiannya. Besarnya tanggungan kerugian dan besarnya

premi yang dibayarkan tergantung kesepakatan antara perusahaan dan pihak asuransi.

Asuransi memperoleh dana dari para pemegang polis (pelanggannya) yang dikumpulkan dan

diinvestasikan. Hasil investasi tersebut kemudian digunakan untuk:

- membayar kerugian yang terjadi

- membiayai operasional perusahaan asuransi itu sendiri, dan

- memperoleh laba

Risiko yang dialihkan ke asuransi kemudian dapat diminmalkan oleh pihak asuransi

dengan cara diversifikasi. Diversifikasi dilakukan dengan menanggung berbagai macam

risikodan dari berbagai tempat. Dengan diversifikasi ini membuat pihak asuransi “tidak

menaruh semua telur didalam satu keranjang” sehingga risiko yang ditanggung pihak

asuransi menjadi kecil. Sekiranya pihak asuransi tidak dapat mendiversifikasikan

tanggungan-tanggungan kerugiannya maka dia dapat mereasuransikan.

Perusahaan asuransi memiliki suatu sistem reasuransi (Reinsurance) dimana mereka

bersepakat untuk mengumpulkan dana (dalam bentuk premi) yang dapat digunakan untuk

menanggung kerugian dalam jumlah besar yang bisa saja dialami oleh salah satu atau

beberapa dari mereka.


Mengalihkan risiko melalui Hedging

Sebenarnya penangan risiko melalui Hedging ini khusus diperuntukkan bagi risiko-

risiko keuangan yaitu risiko-risiko yang disebabkan oleh perubahan harga, perubahan nilai

tukar, dan perubahan tingkat bunga. Walaupun demikian, ada baiknya mengetahui konsep

tentang hedging yang dalam prosesnya bisa saja menimbulkan risiko operasional. Misalnya

dalam proses hedging melibatkan manusia dan teknologi sehingga kejadian-kejadian yang

merugikan yang bisa ditimbulkan oleh manusia dan teknologi dalam proses hedging itu

masuk pada risiko operasional.

Hedging adalah suatu proses membeli dan menjual barang dagangan di dua pasar

yang berbeda. Kerugian yang diderita di pasar yang satu dapat ditutupi oleh keuntungan yang

diperoleh di pasar yang lainnya. Misalnya seseorang yang bertaruh dengan menjagokan club

sepakbola A. Dia bisa menderita kerugian sekiranya club A kalah. Agar dia tidak rugi, yang

dapat dia lakukan adalah dengan mengadakan dua transaksi. Pertama, bertaruh dengan X

untuk menjagokan club A, dan kedua bertaruh dengan Y untuk menjagokan club B. jadi club

mana saja yang menang atau kalah, dia tidak akan rugi. Kerugian yang diderita karena

kekalahan di club yang satu akan ditutupi oleh keuntungan yang diperoleh dari kemenangan

club yang lain. Itu berarti dia tidak akan memperoleh keuntungan juga. Transaksi hedging

tidak semudah transaksi sepakbola diatas.

Misalnya, seorang pedagang tahu memesan 10.000 potong tahu ke pabrik tahu untuk

diambil bulan depan dan 10.000 potong tahu lagi untuk diambil dua bulan kedepan dengan

harga yang sudah disepakati saat ini. Pabrik tahu harus membeli kacang kedelai sebagai

bahan baku utama tahu. Pabrik tahu tidak bisa membeli sekaligus kacang kedelai untuk dua

pesanan tersebut dengan alasan tidak memiliki gudang untuk menyimpan. Pabrik kedelai

akan membeli kebutuhan kedelai untuk 10.000 potong tahu pertama bulan depan dan yang
kedua dua bulan depan dimana dia langsung membuat tahu dan menyerahkannya kepada

pedangan yang memesan. Untuk membuat 10.000 potong tahu misalnya dibutuhkan 6000kg

kacang kedelai.

Dalam contoh ini, pabrik tahu menghadapi risiko perubahan harga. Bagaimana jika

bulan depan dan dua bulan depan harga kacang kedelai berubah? Jika harga kacang kedelai

lebih murah, pabrik tahu akan memperoleh keuntungan. Tapi jika harga kedelai lebih mahal?

Akan menderita kerugian.

Pabrik tahu ini bisa menghilangkan risiko perubahan harga dengan melakukan hedging. Dia

dapat melakukan transaksi di dua tempat yaitu di spot market dan di future market.

Pada umumnya, pasar yang orang banyak ketahui adalah spot market. Dimana

transaksi beli dan bayar dilakukan secara bersamaan. Future market adalah pasar dimana

harga ditentukan saat ini namun transaksi dilakukan di waktu yang akan datang. Membeli

tahu goreng adalah transaksi spot market, tetapi membeli tiket pesawat terbang yang

harganya ditentukan saat ini namun penerbangannya dilakukan di waktu yang akan datang

merupakan transaksi future market.

Hedging untuk pabrik tahu diatas dapat dilakukan dengan cara mengadakan transaksi di

future market sebagai berikut:

- pabrik tahu meminta broker untuk membeli 12.000 kg kacang kedelai dua bulan di

depan dengan harga yang telah ditentukan (future contract)

- pabrik tahu akan memberikan 1% komisi kepada broker. Selain itu, pabrik tahu harus

mendepositkan sejumlah uang kas kepada broker yang dikenal dengan sitilah margin.

Margin ini diperlukan sebagai jaminan untuk mengadakan transaksi.

- Bulan depan, pada saat pabrik tahu membutuhkan 6000 kg kacang kedelai, dia akan

membeli di spot market. Dalam eaktu yang bersamaan, dia meminta broker untuk
menjual 6000 kg kacang kedelai di future market. Dalam hal ini pembelian kacang

kedelai di spot market di hedge dengan penjualan di future market pada waktu yang

bersamaan. Tidak peduli apakah harga kacang kedelai akan naik atau akan turun,

pabrik tahu tidak akan menderita kerugian sebab pada saat yang bersamaan terjadi

transaksi pembelian dan penjualan dengan jumlah yang sama.

- Hal yang sama dilakukan untuk pemesanan dua bulan kemudian

Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa pergerakan harga di spot market sama

dengan di future market. Sebenarnya tidak ada kondisi hedging yang sempurna. Sebab

walaupun pergerakan harga di spot dan future market sama yaitu jika harga naik di spot

market harga juga akan naik di future market dan sebaliknya, namun tidak lazim bagi mereka

untuk bergerak dengan jumlah yang sama.

Jika transaksi jual-beli ini terjadi pada dua atau lebih negara berbeda yang menggunakan

mata uang yang berbeda, akan menghadapi bukan saja risiko perubahan harga barang

dagangan tetapi juga perubahan nilai tukar mata uang. Untuk itu, perlu juga dilakukan

hedging untuk nilai tukar.


BAB 23 – MENGALIHKAN RISIKO MELALUI LEASING

Leasing adalah suatu cara dimana barang dapat digunakan dengan membayar sejumlah

uang setiap suatu periode tertentu tanpa memilikinya. Barang tetap menjadi milik pemberi

leasing (lessor). Jika terjadi sesuatu pada barang tersebut, itu adalah tanggung jawab lessor

dan bukan penerima leasing (lessee). Karena tanggung jawab kerusakan, kehilangan, dan

pemeliharaan pada umumnya ada pada lessor, maka risiko-risiko ini menjadi tanggung jawab

lessor. Dalam hal ini, lessee telah mengalihkan risiko kepada pihak lessor.

Selain leasing dapat digunakan sebagai salah satu cara mengalihkan risiko, leasing juga

memberikan mafaat lain diantaranya:

- Tidak membutuhkan dana yang besar untuk memperoleh asset. Asset dapat digunakan

dengan cara menyewa atau lease. Dengan demikian, ada cukup dana yang dapat

digunakan untuk modal kerja dan maksud-maksud lain.

- Oleh karena setiap periode tertentu lessee harus membayar sejumlah uang kepada

lessor (biaya sewa) maka lessee memperoleh manfaat berupa pengurangan beban

pajak akibat biaya tersebut.

- Asset dapat juga diperoleh misalnya dengan cara meminjam uang di bank. Melalui

uang pinjaman tersebut kemudia di belikan asset. Dengan adanya leasing, perusahaan

tidak perlu meminjam uang di bank sehingga hutang perusahaan kepada bank tidak

ada. Sekiranya sewaktu-waktu ada hal yang mendesak dimana perusahaan harus

meminjam uang, bank dapat memberikan pinjaman karena belum mimiliki pinjaman.

- Mengurangi biaya operasional dan pemeliharaan. Pada umumnya lessor yang

menanggung biaya pembelian, biaya asuransi, dan juga biaya pemeliharaan.

- Pada barang-barang yang mudah usang, leasing memberikan manfaat yang signifikan.

Lessee atau penyewa tidak perlu memiliki barang tersebut, cukup disewa saja oleh

karena dalam waktu yang tidak lama barang tersebut sudah usang.
Ada beberapa bentuk leasing:

1. Direct leasing

2. Sale and leaseback, dan

3. Leverage leasing

Direct leasing adalah suatu cara dimana pemilik barang (lessor) menyewakan barangnya

kepada pihak lain dalam hal ini penyewa (lessee).

Sale and Leaseback adalah suatu cara dimana pemilik barang menjual barang nya kepada

lessor yang kemudian menyewakan kembali barang tersebut kepada yang menjualnya dengan

biaya sewa tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Leverage leasing adalah suatu cara dimana lessor meminjam uang dari kreditur untuk

membeli barang yang akan di lease atau disewakan. Barang tersebut beserta pendapatan

sewanya kemudian digunakan sebagai jaminan.

Misalnya kejadian berupa pencurian kendaraan. Walaupun kemungkinan kendaraan

dicuri telah dikurangi dengan cara memasang alarm atau memasang kunci pada stir masih

saja ada kemungkinan kecurian. Risiko pada situasi seperti inidapat diminimalkan dengan

cara mengalihkan risiko kepada pihak lain, misalnya dengan asuransi atau leasing. Hal ini

dilakukan selama manfaat yang diterima dari pengurangan risiko lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan dalam mengelola risiko tersebut.

Leasing akan menjadi alternatif yang lebih menarik lagi apabila memiliki Net

Advantage of Leasing (NAL). Dikatakan memiliki NAL apabila NAL > 0. Selama NAL lebih

besar dari nol, leasing menjadi alternatif yang lebih menarik dibandingkan membeli.
Rumus:
𝑛−1 𝑛 𝑛
𝐿𝑡 𝐿𝑡 (𝑇) 𝐷𝑡 (𝑇) 𝑅𝑛 (1 − 𝑇)
𝑁𝐴𝐿 = 𝐶 − (∑ − {∑ + ∑ } + )
(1 + 𝑘)𝑡 (1 + 𝑘)𝑡 (1 + 𝑘)𝑡 (1 + 𝑘)𝑛
𝑡=0 𝑡=1 𝑡−1

Dimana:

C = harga barang

𝐿𝑡 = biaya sewa pada waktu t (biasanya pembayaran cicilan pertama dilakukan

lebih dulu yaitu setelah lease disetujui)

𝑘 = biaya modal

𝐷 = penyusutan (sekiranya barang dimiliki akan ada penyusutan)

𝑇 = tingkat pajak

𝑅 = nilai residual dari barang tersebut (harga jual barang setelah masa sewa).

Persamaan NAL diatas sebenarnya menunjukkan perbedaan biaya antara membeli dan

meyewa (lease). Selama biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang tersebut lebih besar

dari biaya yang dikeluarkan untuk menyewa (lease) maka lebih menguntungkan menyewa.

Persamaan NAL menunjukkan bahwa:

NAL = Harga barang – [(pembayaran sewa pertama, present value dari pembayaran

sewa kedua, ketiga, dst) – (present value dari penghematan pajak karena penyusutan

senadainya dimiliki) + (present value nilai residual seandainya dimiliki)].

Dalam memutuskan apakah lebih menguntungkan membeli atau leasing, gunakan alur

sebagai berikut:

Jika akan membeli aktiva atau barang, pertama-tama yang perlu diketahui adalah apakah

barang tersebut memberikan nilai net present value (NPV) yang positif. NPV yang positif
adalah apabila present value (PV) dari pendapatan atau cash flow (CF), yang diperoleh

dengan menggunakan batang tersebut melebihi harga barangnya (C). dengan kata lain;

NPV = PV – C

Dimana:

𝑛
𝐶𝐹1
𝑃𝑉 = ∑
(1 + 𝑘)𝑡
𝑡=1

Jika NPV positif yaitu sama dengan atau lebih besar dari nol kemudian diperiksa apakah

NAL nya juga positif. Jika NAL positif dan NPV positif, maka lebih menguntungkan lease

daripada membeli. Namun, jika NPV positif tapi NAL negatif, maka lebih menguntungkan

membeli. Jika NPV negatif maka investasi ditolak, namun walaupun NPV Negatif selama

NAL ditambah NPV lebih besar atau sama dengan nol, investasi bisa diterima dengan cara

lease, jika tidak sebaiknya investasi ditolak.

Hitung NPV

Ya Tidak
NPV ≥ 0 ?
Hitung NAL Hitung NAL

NAL > 0 ? NAL > 0 ?


Ya Tidak Ya Tidak

Lease Beli NAL + NPV ≥ 0 ? Tolak


Ya Tidak

Lease Tolak
BAB 24 - MENGALIHKAN RISIKO MELALUI FACTORING DAN OUTSOURCING

1. Factoring

Cara pengalihan risiko, dimana sebuah perusahaan (A) yang memiliki piutang, lalu menjual

piutangnya kepada pihak lain/perusahaan B. Dengan mengalihkan piutang ke pihak lain (B),

perusahaan A tidak lagi menanggung risiko piutang tak tertagih.

Factoring dibagi dua :

a. Notifications Basis

Perusahaan A yang memiliki piutang memberitahukan kepada pelanggan C bahwa

piutangnya telah dialihkan kepada factor B (pembeli piutang). Dalam hal ini, pelanggan C

langsung membayar utang kepada factor B.

Contoh:

Kartu kredit (Visa atau Mastercard)

Kartu kredit merupakan factor-nya , mereka yang membeli piutang tersebut. Biasanya,

factor membebankan komisi 0,25%-1,5%. Namun, untuk kartu kredit komisi bisa

mencapai 5% dari nilai piutang

Factoring dengan Notification Basis


Keterangan:

1. Pelanggan (pengecer atau industri), mengirim pesanan barang kepada perusahaan.

2. Berdasarkan pesanan barang, perusahaan mengusulkan kepada factor .

3. Factor (biasanya lembaga keuangan contoh: bank) akan mempertimbangkan usulan

tersebut.

4. Jika usulan disetujui oleh pihak factor, factor akan memberikan uang tunai kepada

perusahaan.

5. Perusahaan mengirim barang kepada pelanggan disertai dengan pemberitahuan.

6. Pelanggan membayar piutangnya kepada factor.

b. Non notification Basis

Perusahaan (A) yang memiliki piutang tidak memberitahukan kepada pelanggan (C) yang

berhutang bahwa utangnya sudah dijual kepada factor (B). Dengan demikian, pelanggan

(C) tetap membayar utangnya kepada perusahaan (A) kemudian setelah menerima

pembayaran baru kemudian memberikan kepada factor (B).

2. Outsourcing

Memberikan pekerjaan untuk dilakukan oleh pihak lain dimana perusahaan (pemberi

outsourcing) membeli barang atau jasa yang dihasilkan. Manfaat yang diperoleh dengan

memberikan pekerjaan dilakukan oleh pihak lain (outsourcing) sebagai berikut:

a. Tidak menanggung risiko gagal dalam pekerjaan

b. Hasil yang diterima bisa lebih baik karena dilakukan oleh orang atau perusahaan yang

lebih ahli dibidangnya

c. Menghemat biaya produksi, pemyimpanan, dan pemeliharaan karena tidak memproduksi

barang tersebut.

Factoring atau outsourcing dilakukan apabila manfaat yang diterima lebih besar dari biaya

yang dikeluarkan, atau kerugian risiko lebih besar dari biaya pengelolaan risiko.
BAB 25 - MENDANAI RISIKO

Dalam beberapa hal, perusahaan menanggung sendiri pembiayaan risikonya. Perusahaan

mempersiapkan dana untuk berjaga-jaga jika terjadi kejadian yang merugikan sehingga perusahaan

memiliki dana untuk membiayai kerugian tersebut dengan demikian operasional perusahaan daoat

terus berjalan. Berikut ini alasan mengapa perusahaan harus menyediakan pembiayaan terhadap

risikonya:

1. Status risiko sangat kecil

Kemungkinan jika risiko sangat kecil maka konsekuensinya juga kecil maka penanganan

risiko dengan menggunakan pembiayaan sendiri.

2. Biaya pengelolaan risiko lebih besar dari kerugian risiko.

Perusahaan akan menderita kerugian jika berusaha untuk menangani risiko karena

kerugiannya lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk menangani risiko.

Contoh:

Risiko kehilangan alat tulis kantor (pulpen), apabila perusahaan membuat strategi penanganan

kehilangan alat tulis kantor yang canggih akan lebih mahal dari pada harga pulpen yang

hilang.

3. Biaya mengalihkan risiko ke pihak lain sudah lebih mahal daripada menanggung sendiri

risiko tersebut.

Contoh:

Asuransi kendaraan mobil tapi karena mobil tersebut jarang digunakan maka risiko kerusakan

mobil lebih kecil dibandingkan dengan membayar premi asuransi tiap bulannya.

Cara untuk mendanai risiko operasional sebagai berikut:

1. Menggunakan kas kecil

Jika kemungkinan terjadinya sangat kecil dan akibat yang ditimbulkan juga sangat kecil. Pada

umumnya perusahaan mempunyai kas kecil yang dipergunakan untuk kejadian-kejadian yang

tak terduga, misalnya pensil atau pulpen yang hilang.


Namun, jika kerugiaannya melebihi kas kecil, risiko tersebut menjadi tanggung jawab pemilik

dan dananya diambil dari laba yang seharusnya diberikam kepada pemilik.

2. Menyediakan dana cadangan

Dana cadangan untuk kejadian-kejadian merugikan (risiko) tertentu yang sudah diantisipasi

sebelumnya.

Misalnya, menyediakan dana cadangan untuk piutang tak tertagih, dana cadangan untuk

pengobatan karyawan dan dana cadangan untuk membiayai kecelakaan kerja.

3. Melakukan self-insurance

Perusahaan membuat satu unit atau bagian khusus didalam organisasi yang menangani

asuransi. Jika terjadi kejadian-kejadian yang merugikan, unit ini yang akan menanggung

kerugian tersebut.

Untuk menjamin kelangsungan unit ini, perusahaan secara rutin menyetor sejumlah dana.

Dana ini yang kemudian diinvestasikan dan pendapatan yang diperoleh dari investasi tersebut

yang kemudian digunakan untuk mendanai kejadian yang merugikan

Kelemahan self-insurance :

a. Tidak dapat memperoleh manfaat dari diversifikasi risiko karena hanya satu

pelanggan yaitu perusahaan itu sendiri.

b. Jika terjadi kerugian, perusahaan tidak mempunyai sumber lain yang dapat menutupi

kerugian tersebut.

c. Tidak mendapatkan fasilitas reinsurance.

4. Membuat captive insurer

Captive insurer ini dibuat untuk mengatasi self-insurance.

Captive insurer adalah membuat perusahaan asuransi dimana memungkinkan untuk

mendapatkan nasabah dari pihak lain selain perusahaan yang merupakan nasabah yang

terbesar. Dengan cara ini, terjadi diversifikasi risiko dan perusahaan asuransi tersebut dapat

memperoleh fasilitas reinsurance.


BAB III

IMPLEMENTASI KASUS

Kasus Oreo Mengandung Melamin terhadap Stakeholder

Berikut identifikasi isu yang material pada perusahaan tersebut berdasarkan risiko perusahaan untuk

masing-masing pemangku kepentingan:

1. Stakeholder primer merupakan pihak yang tidak ikut berpartisipasi secara berkelanjutan,

organisasi tidak dapat bertahan.

a. Pelanggan (anak dan orangtua)

b. Pemasok

c. Pemegang saham

d. Kreditor

e. Karyawan perusahaan

2. Stakeholder sekunder merupakan pihak yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh

perusahaan, tetapi mereka tidak terlibat dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu

berarti untuk kelangsungan hidup perusahaan.

a. Pemerintah

b. Media massa

c. Lembaga masyarakat (YLKI)

Cara Perusahaan Mengembalikan Citra Baik Perusahaan

Biasanya dalam sebuah iklan ada yang banyak menggunakan kartun atau musik. Bobot iklannya tidak

terpusat pada sebuah penjelasan mengenai produk tersebut. Tapi iklan Oreo ini berbeda, bisa dilihat

perbedaannya pada iklan-iklan Oreo sebelumnya yang menceritakan aktifitas anak-anak dalam

menikmati Oreo, ada yang dijilat, kemudian dicelupkan kedalam susu, baru kemudian dimakan. Di

dalam iklan ini Oreo memilih Ferdi Hasan sebagai brand ambassador dalam iklannya. Ferdi Hasan

dapat mewakili kesan orangtua yang sayang keluarga terutama anak-anaknya, dan selama ini ia juga
diaggap sosok yang smart, friendly dan jauh dari gosip-gosip negatif yang banyak menimpa kalangan

artis.

Pada iklan Oreo versi terbarunya ini, jalan cerita iklan justru dititik beratkan pada penjelasan Ferdi

Hasan tentang bagaimana awalnya dia ragu, kemudian mendatangi pabrik pembuatan Oreo, sampai

kemudian yakin bahwa produk Oreo yang ada di Indonesia adalah produk yang di produksi di dalam

negeri, bukan dari Cina. Sepertinya Oreo ingin menggiring persepsi masyarakat bahwa Oreo yang ada

di Indonesia, bukan berasal dari Cina, tapi diproduksi dari dalam negeri, tidak mengandung melamin,

dan aman untuk dikonsumsi. Cukup menarik karena terlihat sekali Oreo berusaha keras

membersihkan image produknya yang sempat tercoreng.

Dalam marketing komunikasi itu ada beberapa pertimbangan yang digunakan untuk melakukan

sebuah komunikasi pemasaran, dan menurut pendapat saya beberapa hal tersebut sudah dijalankan

Oreo dengan cukup baik, diantaranya :

1. Mengidentifikasi audiens sasarannya

Produk Oreo banyak dikonsumsi oleh anak-anak, namun kebanyakan yang menentukan pembelian

suatu produk yang baik untuk anak-anak adalah orang tua. Apalagi rata-rata anak-anak tidak paham

dengan kasus melamin yang terkandung dalam susu, sehingga untuk membersihkan image produknya

yang sempat tercemar, harus menggiring persepsi orang tua bahwa produk Oreo yang ada di Indonesia

itu sehat.

2. Menentukan tujuan komunikasi

Iklan Oreo yang menampilkan Ferdi Hasan ini, tujuannya sangat jelas ingin menyampaikan kepada

audiens terutama orang tua, bahwa Oreo tetap aman untuk dikonsumsi dan tidak perlu khawatir,

karena Ferdi Hasan sendiri ikut memeriksa pabrik pembuatan Oreo dan memastikan kebersihan

produk Oreo di Indonesia.

3. Merancang pesan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa iklan Oreo dulunya sangat kental dengan nuansa

yang menggambarkan cara enak makan Oreo. Tapi pada iklan kali ini, cara enak tersebut diletakkan di

bagian akhir iklan. Isi iklan dari awal lebih dititikberatkan pada pesan bahwa Oreo yang ada di
Indonesia itu tetap aman untuk dikonsumsi. Iklan ini memang tidak ditujukan untuk anak-anak yang

belum mengerti, karena audiens sasaran dari iklan Oreo versi ini adalah orang tua.
DAFTAR REFERENSI

Djojosoedarso, Soeisno. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi. Jakarta: Salemba

Empat.

Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur.

http://liescholisoh.blogspot.co.id/2013/11/pembelanjaan-resiko.html

Anda mungkin juga menyukai