Anda di halaman 1dari 17

PENGENDALIAN RESIKO

NAMA KELOMPOK :

Ni Wayan Winayanthi (1532121173)

A.A Istri Agung Purnamaningrum (1532121181)

Putu Ria Supadmi (1532121188)

Putu Arnita Pardyani (1532121218)

Anisahrin (1532121519)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau


kegiatan. Jika terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan
akan mengalami kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu
bahkan menghancurkan kelangsunganusaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko
merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang
merugikan (Ramli, 2010).
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah ”resiko”. Berbagai
macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan, resiko
terkena banjir dimusim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita akan
menanggung resiko-resiko jika kita tidak mengantisipasi dari awal. Lebih-lebih dalam
dunia bisnis, ketidakpastian beserta resikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat
diabaikan begitu saja, malahan harus diperhatikan secara cermat, bila orang
menginginkan kesuksesan. Resiko tersebut antara lain: kebakaran, kerusakan,
kecelakaan, pencurian, penipuan, kecurangan, penggelapan dan sebagainya, yang
dapat menimbulkan kerugian yang tidak kecil.
Pengendalian risiko merupakan permasalahan yang sering dilupakan
disebabkan peluang terjadinya risiko tidak dapat langsung diamati secara jelas. Oleh
sebab itu diperlukan penerapan manajemen risiko dalam menjalankan suatu aktivitas
usaha, karena sejak aktivitas tersebut dimulai maka elemen risiko-risiko pun
akanmuncul. Manajemen risiko merupakan suatu kegiatan untuk mengenali risiko
yang dihadapi oleh sebuah entitas bisnis dan bagaimana mengontrol risiko
tersebut.Tujuan utama manajemen risiko adalah menjaga agar aktivitas operasional
yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan entitas bisnis
untuk menyerap kerugian tersebut ataupun membahayakan kelangsungan usahanya.
Salah satu elemen risiko yang pasti akan muncul dalam aktivitas hidup usaha pada
suatu entitas bisnis adalah risiko operasional, dan juga merupakan risiko tertua dan
bersifat inheren yang muncul sebelum risiko yang lainnya (Muslich, 2007).
Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang (khususnya pengusaha) selalu
harus berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan
ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan atau paling tidak
diminimumkan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada paper ini antara lain :


1. Apakah yang dimaksud dengan pengendalian resiko?
2. Bagaimanakah penanggulangan resiko?
3. Bagaimanakah pembiayaan resiko?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian pengendalian resiko


2. Untuk mengetahui cara menanggulangi resiko
3. Untuk mengetahui cara pembiayaan resiko
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengendalian Resiko

A. Pengendalian Risiko :

Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur resiko yang dihadapi


perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani resiko tersebut.
Dengan kata lain, pengendalian resiko ( risk control ) adalah suatu tindakan untuk
menyelamatkan perusahaan dari kerugian.

2.1.1 Penanganan Risiko (Risk control)

a. Menghindari resiko

Salah satu cara mengendalikan suatu risiko murni adalah menghindari harta,
orang, atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan :

 Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan walaupun


hanya untuk sementara.
 Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera
menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko.
Jadi menghindari risiko berarti juga menghilangkan risiko itu.
b. Karakteristik Dasarnya.

Beberapa karakteristik penghindaran risiko seharusnya diperhatikan :

 boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko
yang dihadapi, maka makin besar ketidakmungkinan menghindarinya.
 faedah atau laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan suatu
harta, memperkerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas
suatu kegiatan, akan hilang, jika dilaksanakan penghindaran risiko.
 Makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar
kemungkinan akan tercipta risiko yang baru

c. Implementasi dan Evaluasi hasilnya

Untuk mengimplementasikan keputusan penghindaran risiko, maka harus


diadakan penetapan semua harta, personil, atau kegiatan yang menghadapi
risiko yang ingin dihindari tersebut. Dengan dukungan pihak manajemen
puncak, maka manajer risiko seharusnya menganjurkan policy dan prosedur
tertentu yang harus diikuti oleh semua bagian perusahaan dan pegawai

B. Mengendalikan resiko/kerugian

Pencegahan dan pengendalian risiko dilakukan dengan tujuan menghilangkan


segala kerugian, atau mengurangi kerugian seminimal mungkin. Keputusannya
akan tergantung kelayakan program dari sudut teknis dan produksinya.

Pengendalian kerugian dijalankan dengan :

a. Merendahkan kans (chance) untuk terjadinya kerugian

b. Mengurangi keparahannya jika kerugian itu memang terjadi.

Kedua tindakan itu dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara :

a. Tindakan pencegahan kerugian atau tindakan pengurangan kerugian

b. Menurut sebab kejadian yang akan dikontrol

c. Menurut lokasi daripada kondisi-kondisi yang akan dikontrol

d. Menurut timing-nya.

Metode Pencegahan-kerugian dan Metode Pengurangan-kerugian

Program pencegahan kerugian berusaha mengurangi atau menghilangkan


kans (chance) kerugian. Program pengurangan kerugian bertujuan untuk
mengurangi keparahan potensial dari kerugian.Beberapa program pengendalian
kerugian merupakan gabungan antar program pengurangan kerugian dan
pencegahan kerugian.

Pengendalian Kerugian Menurut Sebab-sebab Terjadinya secara tradisional teknik


pengendalian kerugian diklafisikan menurut pendekatan yang dilakukan :

a. Pendekatan engineering.

b. Pendekatan hubungan kemanusiaan (human relation)

Ada 10 strategi yang dapat dilakukan adalah :

1. Mencegah terjadinya hazard

2. Mengurangi jumlah hazard yang mungkin terbawa dan menyebabkan kecelakaan.

3. Membatasi hazard yang baru muncul.

4. Mengubah kecepatan dan jumlah distribusi hazard dari sumbernya.

5. Menyebarkan /memisahkan hazard (dari segi tempat maupun waktu) untuk


membatasi kerugian

6. Memisahkan hazard dari obyek yang harus dilindungi.

7. Mengubah kualitas dasar hazard.

8. Menjadikan obyek lebih tahan terhadap hazard.

9. Melakukan tindakan kontra untuk menahan bertambah parahnya

kerusakan.

10. Menstabilkan, memperbaiki dan menstabilitasi obyek yang terkena peril.


Pengendalian Kerugian Menurut Lokasi

Dr, Haddon menegaskan bahwa kemungkinan dan keparahan kerugian dari kecelakaan
lalu-lintas tergantung atas kondisi-kondisi dalam :

a. Orang yang mempergunakan jalan

b. Kendaraan
c. Lingkungan umum jalan raya yang melingkupi faktor-faktor seperti desain,
pemeliharaan, keadaan lalu-lintas, dan peraturan.

C.Pengendalian Menurut Timing

Pendekatan ini mempertanyakan apakah metode itu dipakaikan pada kondisi :

a. Sebelum terjadinya peril

b. Selama peril terjadi

c. Sesudah peril itu.

D.Analisis Kerugian dan Analisis HAZARD

Langkah pertama dalam pengendalian kerugian adalah untuk mengidentifikasikan


dan menganalisis :

Kerugian yang telah terjadi

Hazard yang menyebabkan kerugian itu atau yang mungkin menyebabkan kerugian di
masa datang.

Langkah ini memerlukan :

a. Suatu sistem pelaporan yang komprehensif


b. Inspeksi secara berkala.
c. Analisis Kerugian

Untuk mendapatkan informasi atas kerugian, maka pengendali kerugian perlu untuk
membangun :

 Jaringan pemberi informasi


 Formulir untuk melaporkan kerugian.
Pemberi informasi yang utama ialah supervisor lini yang bertanggung jawab
terhadap operasi di mana kecelakaan itu terjadi. Mereka dapat menyediakan
informasi terperinci mengenai kecelakaan itu dan dengan mengisi formulir
dengan sempurna mereka akan lebih awas tentang apa yang menyebabkan
kecelakaan dan tentang pentingnya mengendalikan sebab-sebab tersebut.
Informasi yang disediakan melalui laporan ini dapat diperguanakan untuk :
 Mengukur performance manajer lini
 Menetapkan operasi mana yang perlu dibetulkan
 Mengidentifikasi hazard yang tersangkut dengan kerugian itu
 Menyediakan informasi yang dapat dipergunakan untuk memotivasi manajer
dan pekerja untuk menaruh perhatian besar terhadap pengendalian kerugian.

E. Analisis Hazard

Hazard adalah suatu keadaan atau kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya suatu peril. Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadap bencana
yang menimbulkan kerugian, dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak
diharapkan.

Ada 4 (empat) tipe hazard yaitu :

Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada karakteristik secara fisik
dari suatu obyek yang dapat memperbesar kemungkinan terjadi suatu peril ataupun
memperbesar terjadinya suatu kerugian.

Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang yang bersangkutan
yang berkaitan dengan sikap mental atau pandangan hidup serta kebiasaannya yang
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun suatu kerugian.

Morale Hazard. Meskipun pada dasarnya setiap orang tidak mengingatkan terjadinya
suatu kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa ia telah memperoleh jaminan baik
atas diri maupun harta miliknya, maka seringkali menimbulkan kecerobohan atau
kurang hati-hati. Keadaan yang demikian itu akan dapat memperbesar terjadinya suatu
kerugian.

Legal Hazard, seringkali berdasarkan peraturan-peraturan ataupun perundang-


undangan yang bertujuan melindungi masyarakat justru diabaikan atau pun kurang
diperhatikan sehingga dapat memperbesar terjadinya suatu peril.

Alat-alat baru dalam menentukan hazard melalui inspeksi adalah :


 Checklist
 Fault tree analysis

a. Memisahkan resiko

Yang dimaksud pemisahan disini ialah menyebarkan harta yang menghadapi resiko
yang sama, menggantikan penempatan dalam suatu lokasi Misalnya jika banyak
mempunyai truck, maka tindakan pemisahan dilakukan dengan menempatkannya
dalam beberapa pool yang berlainan, penempatan barang persediaan tidak dalam satu
gudang saja, tetapi dipisahkan dalam dua atau lebih.

b. Melakukan kombinasi atau pooling

Merupakan suatu metode pengendalian resiko yang dilakukan dengan cara melakukan
tindakan kombinasi dari metode-metode yang ada, baik itu penghindaran resiko,
pengendalian resiko, pemisahan resiko maupun pemindahan resiko. Dengan tujuan
untuk meminimalkan dampak resiko yang mungkin terjadi.

c Memindahkan resiko

Harta milik atau kegiatan yang menghadapi resiko dapat dipindahkan kepada pihak
lain, baik dinyatakan dengan tegas maupun dengan berbagai transaksi atau kontrak.
Cara terpenting untuk memindahkan risiko adalah asuransi.Dengan asuransi,
seseorang atau perusahaan memindahkan atau menggeser risiko tertentu yang
dipikulnya kepada perusahaan asuransi dengan membayar premi.

2.1.2 PENANGGULANGAN RISIKO

Penanggulangan risiko tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara dan


pengelolaan berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut Manajemen
Risiko. Pengelolaan tersebut meliputi langkah-langkah antara lain :

1. Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko


yang dihadapi bisnisnya.

2. Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi semua unsur ketidakpastian,


misalnya dengan membuat perencanaan yang baik dan cermat.
3. Berusaha untuk mengetahui korelasi dan konsekuensi antar peristiwa, sehingga
dapat diketahui risiko-risiko yang terkandung di dalamnya.

4. Berusaha untuk mencari dan mengambil langkah-langkah (metode) untuk


menangani risiko-risiko yang telah berhasil diidentifikasi (mengelola risiko yang
dihadapi).

5. Pengendalian fisik (risiko dihilangkan / diminimalisir) berarti menghapus semua


kemungkinan terjadinya kerugian.

6. Pengendalian financial (risiko ditahan, risiko ditransfer)

7. Menahan risiko berarti menanggung keseluruhan atas sebagian dari risiko,


misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi
kerugian yang bakal terjadi.

A. Cara menanggulangi Resiko

Beberapa hal yang dapat mengurangi atau menanggulangi resiko :

 Mengurangi (manajemen/mengatur)
 Menahan: menyediakan sesuatu lebih dari satu
 Memindahkan: meminjam sesuatu ke orang lain/tempat lain agar tidak terkena
resiko
 Menghindari: tidak usah punya sesuatu(contoh barang atau rencana)

Pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko,


analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan
pengendalian.

1. Identifikasi Alternatif-Alternatif Pengendalian Risiko.

Alternatif-alternatif pengendalian yang dapat dilakukan dapat dilihat di bawah ini:


a. Penghindaran risiko

Beberapa pertinmbangan penghindaran risiko:


1. keputusan untuk menghindar atau menolak risiko sebaiknya
memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko
2. kemungkin kegagalan pengendalian risiko
3. kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian
4. penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan
pengendalian risiko
5. alokasi sumber daya tidak terganggu

b. Mengurangi probabilitas

c. Mengurangi konsekuensi

d. Transfer risiko

Alternatif transfer risiko ini, dilakukan setelah dihitung keuntungan dan kerugiannya.
Transfer risiko ini bisa berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor. Oleh karena
itu didalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus jelas tercantum ruang
lingkup pekerjaan dan juga risiko yang akan ditransfer. Selain itu konsekuensi yang
mungkin terjadi dapat juga di transfer risikonya dengan pihak asuransi.

2. Penilaian alternative – alternative pengendalian risiko

Pilihan sebaiknya dinilai atas dasar / besarnya pengurangan risiko dan


besarnya tambahan keuntungan atau kesempatan yang ada. Seleksi dari alternative
yang paling tepat meliputi keseimbangan biaya pelaksanaan terhadap keuntungan.
Walaupun pertimbangan biaya menjadi faktor penting dalam penentuan alternative
pengendalian risiko ,tetapu faktor waktu dan keberlangsungan operasi tetap menjadi
pertimbangan utama

3. Rencana persiapan pengendalian

Setelah ditentukan alternative pengendalian risiko yang paling tepat ,langkah


berikutnya adalah menyusun rencana persiapan . Rencana persiapan ini berkaitan
dengan pertanggungjaawaban jadwal waktu , anggaran ,ukuran kinerja dan tempat.

4. Implementasi perbaikan program


Idealnya tanggung jawab dari pengendalian risiko seharusnya dilakukan oleh
mereka yang benar benar mengerti . tanggung jawab tersebut harus disetujui lebih
awal. Pelaksanaa pengendalian risiko yang baik membutuhkan system manajemen
yang efektif , pembagian tanggung jawab yang jelas dan kemampuan individu yang
handal.

2.1.3 Pembiayaan Risiko (Risk financing)

a. Risk Financing Transfer

Memindahkan risiko melalui risk financing transfer berarti mencari dana eksternal
yang akan membayar kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu nanti sungguh
terjadi. Risk financing transfer dapat dilakukan dengan cara :

· Transfer risiko kepada perusahaan asuransi.

· Transfer risiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (nonisurance
transfer) yang meliputi harta, kerugian atas net income, kerugian personil dan
tanggung gugat kepada pihak ketiga.

b. Risk Retention

Metode yang paling umum penanganan risiko adalah penanggungan sendiri oleh
perusahaan yang bersangkutan.Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan yang
bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak direncanakan
bias juga bersifat aktif atau direncanakan.

Retensi disebut aktif, bila manajer mempertimbangkan metode-metode lain untuk


menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk tidak memindahkan
kerugian potensial itu. Apakah satu planned retention adalah rasional tergantung atas
keadan yang melingkupi pengambilan keputusan untuk menanggung sendiri risiko itu.
Sedangkan retensi disebut pasif atau tak direncanakan yaitu jika manajer resiko
tidak menyadari exposure yang ada sehingga tidak melakukan upaya untuk
mengatasi kerugian yang terjadi
Adapun alasan dalam melakukan retensi yaitu :

1. Merupakan keharusan, karena tidak ada alternatif lain.

2. Berdasarkan pertimbangan biaya, di mana memindahkan risiko biayanya lebih


mahal dibandingkan dengan kemungkinan besarnya kerugian.

3.Bila perkiraan expected loss dari manajer risiko lebih rendah dari pada perkiraan
perusahaan asuransi.

4.Berdasarkan prinsip opportunity cost, di mana manajer risiko berpendapat bahwa


penggunaan dana untuk kepentingan investasi akan lebih menguntungkan dari pada
untuk membayar premi.

5 Kualitas pelayanan dari penanggung dianggap kurang memuaskan, dibandingkan


dengan bila risiko tersebut ditangani sendiri.

Hal-hal yang mendorong penggunaan retensi yaitu :

1.Jika biayanya lebih rendah dibandingkan dengan yang akan dibebankan oleh
perusahaan asuransi.

2 .Jika expected loss-nya lebih rendah dari pada yang diperkirakan perusahaan
asuransi.

3. Jika unit yang menghadapi risiko yang sama banyak jumlahnya, sehingga risikonya
lebih rendah dan probabilitasnya dapat diperhitungkan dengan lebih akurat.

4.Tujuan manajemen risiko menerima variasi yang besar dalam kerugian tahunan.

5. Jika pembiayaan untuk memindahkan kerugian membengkak selama jangka waktu


yang cukup panjang, sehingga menghasilkan opportunity cost yang lebih besar.

6. Adanya peluang yang kuat untuk melakukan investasi, sehingga


memperbesar opportunity cost.
7. Keuntungan pelayanan internal (noninsurer serving).

B. Adapun kelemahan dari penggunaan retensi tersebut yaitu :

1. Sering biaya yang dikeluarkan dengan meretensi lebih besar dari pada biaya yang
dibebankan oleh pihak asuransi.

2. Expected losses lebih besar dari pada yang diperkirakan oleh perusahaa asuransi.

3. Exposure unitnya sedikit, yang berarti bahwa risikonya tinggi, sehingga

perusahaan yang bersangkutan tidak sanggup meramalkan besarnya kerugian

secara memuaskan.

4. Ketidakmampuan keuangan perusahaan untuk menopangmaximum possible losse

atau maximum probable losses dalam jangka pendek (short term).

5. Tujuan manajemen risiko ditekankan pada ketenangan pikiran dari variasi laba

tahunan yang kecil (relatif stabil).

6. Jumlah kerugian dan biaya membengkak selama jangka waktu pendek, sehingga

mengurangi opportunity cost.

7. Peluang investasi yang terbatas dengan tingkat pengembalian (return) yang rendah.

8. Peraturan perpajakan yang lebih menguntungkan bila risiko diasuransikan (biaya

pemindahan termasuk biaya).

C.Penyediaan dana retensi

Cara penyediaan dana untuk melaksanakan program retensi, antara lain:

a. Tidak perlu penyediaan dana sebelumnya.

Dalam hal ini perusahaan tidak menyediakan dana khusus untuk meretensi
risiko. Bila terjadi peril, kerugiannya diperhitungkan sebagai biaya.Jadi
langsung mengurangi kentungan.
b. Dengan membentuk dana cadangan.

Membentuk dana cadangan dari bagian laba yang disisihkan, sehingga bila
terjadi peril akan mengurangi besarnya dana cadangan. Tujuan pembentukan
dana yaitu untuk menciptakan keteraturan atau regulasi dari pada kerugian
yang tidak teratur atau irreguler terhadap harta kekayaan perusahaan.

D.Adapun keuntungan yang diberikan dari pembentukan dana yaitu:

· Adanya jaminan tersedianya dana dalam perusahaan yang tidak dapat diganggu
gugat, hanya untuk mengatasi kerugian yang telah ditentukan.

· Untuk membentuk dana diperlukan keahlian penaksiran kerugian yang tepat.

Masalah dalam pembentukan dana yaitu :

 Adanya kemungkinan peristiwa kerugian ternyata lebih sering atau lebih cepat dari
yang diperkirakan.
 Pembentukan dana yang terlalu besar dapat mengganggu penyediaan kas untuk
melaksanakan rencana kegiatan operasional perusahaan. Disamping itu, dana yang
terbentuk akan mengganggur (idle) dan tidak bisa digunakan untuk keperluan lain.
 Usaha memperoleh keringanan pajak tidak mungkin karena biasanya pihak kantor
pajak hanya mengakui pengurangan beban pajak apabila kerugian-kerugian yang
diperhitungkan dalam laba rugi perusahaan benar-benar telah terjadi.

a. Dengan asuransi sendiri.

Perusahaan membentuk organisasi asuransi (“self insurer”), yang bertugas


mengelola dana cadangan untuk membiayai pengelolaan risiko.

b. Dengan “Captive Insurer”.

Dalam hal ini perusahaan membentuk sebuah perusahaan asuransi, di mana


nasabahnya seluruhnya atau sebagian besar adalah perusahaan pendiri itu sendiri.
Keuntungan cara ini adalah bahwa Captive Insurer dapat melakukan re-asuransi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian risiko diambil
Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur resiko yang dihadapi
perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani resiko tersebut.
Dengan kata lain, pengendalian resiko ( risk control ) adalah suatu tindakan untuk
menyelamatkan perusahaan dari kerugian.

Penanggulangan risiko dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pengelolaan


berbagai cara penanggulangan risiko inilah yang disebut Manajemen Risiko.Cara
menanggulangi Resiko adalah Mengurangi (manajemen/mengatur) ,Menahan:
menyediakan sesuatu lebih dari satu, Memindahkan: meminjam sesuatu ke orang
lain/tempat lain agar tidak terkena resiko, Menghindari: tidak usah punya
sesuatu(contoh barang atau rencana).

Pembiayaan resiko dapat diartikan sebagai pembayaran kerugian baik mencari


dana eksternal jika kerugian itu sungguh terjadi maupun penanganan resiko yang
ditangguh sendiri oleh perusahaan ,penanggungan sendiri ini bias bersifat pasif atau
tidak direncanakan bisa juga bersifat aktif atau direncanakan.

.
DAFTAR PUSTAKA

Kangari, R. 1995. Risk Management Perceptions and Trends of U.S. Construction. Journal
of Construction Engineering and Management.ASCE.December.

file:///D:/File%20Download/Manajemen%20Risiko%20_%20Evi%20Gustami.htm

http://www.-FE-Unlam-Banjarmasin-Abdul-Hadi-,-2010.html

http://www.slideshare.net/mobile/twenty2in/bab-1-ruang-lingkup-29279180

http://www.slideshare.net/mobile/twenty2in/manajemen-risiko

http://elip.unicom.ac.id/download.php?id=905

http://www.read.omdidien.com/jurnal/jurnal-manajemen-resiko-penanggulangan resiko.html

http://Disaster-Risk-Reduction-Strategies-and-Risk-Management-Practices:-Critical-
Elements-for-Adaptation-to-Climate-Change.html

Anda mungkin juga menyukai