Praktikum 4
Tareas
manajemen resiko
Planific.
KELOMPOK 4
Bienvenid
1. Afro Ainurridlo B.111.20.0031
2. Putri Suci Setiawati B.111.20.0032
a
3. Rizal Rosidhi B.111.20.0036
4. M Tegar Adi Saputra B.111.20.0038
Fondos
5. Oktoviano Putra N. B.111.20.0039
Inicio
STUDI KASUS
Perusahaan “ ABC” dihadapkan pada persoalan tingkat ketidakhadiran pegawai yang cukup tinggi. Pada
setiap hari Senin dan Jumat kurang lebih 30% pegawai tidak masuk kerja. Berdasarkan hasil rapat yang diikuti
oleh para pimpinan Perusahaan “ABC” dapat ditarik kesimpulan bahwa hal ini sudah membudaya dan sulit
diperbaiki sebab banyak karyawan yang mempunyai pekerjaan tambahan di luar kantor.
Aryo sebagai Kabag Kepegawaian, baru saja mengikuti pelatihan mengenai pengembangan sumberdaya manusia
pada salah satu perguruan tingg ternama. Setelah mengikuti pelatihan, Aryo terinspirasi untuk mengadakan
perubahan dalam manajemen kepegawaian. Karena setelah dianalisis secara ekonomi, tingkat ketidakhadiran
pegawai ini dapat merugikan perusahaan 1 juta Rupiah per minggu. Aryo yakin, dengan perubahan ini akan dapat
mengurangi kerugian.
Aryo mengajukan rencana untuk menyelesaikan masalah ini kepada
atasannya, yang bernama Armando. Rencana Aryo adalah sebagai berikut:
Setiap hari Jumat pukul 15.00 WIB diadakan undian yang akan ditarik setiap minggu. Kartu absen semua
pegawai yang bekerja penuh mentaati jam kerja pada minggu itu akan dimasukkan ke dalam kotak undian. Setiap
minggu 2 orang pemenang akan mendapatkan hadiah berupa Voucher Rp 500.000,- Pada setiap akhir bulan juga
akan diadakan undian bulanan dimana pegawai yang tidak pernah absen saja yang akan diikutkan dalam undian.
Undian bulanan menyediakan hadiah bagi satu pemenang berupa Voucer senilai 1 juta Rupiah.
Setelah menyimak rencana Aryo dan mengadakan kalkulasi keuangan dengan Kabag keuangan, Armando
sebagai Atasan menyetujui rencana ini, dan langsung diimplementasikan pada bulan berikutnya.
Setelah berjalan selama empat bulan, diadakan evaluasi terhadap tingkat ketidakhadiran pegawai.
Hasilnya berkat kebijakan tersebut tingkat ketidakhadiran per minggu hanya sekitar 2 persen. Tetapi kemudian
muncullah suatu persoalan. Beberapa pegawai datang tapi tidak jelas melakukan pekerjaan apa. Beberapa
pegawai yang lain memaksakan diri untuk datang ke kantor walaupun dalam keadaan sakit yang seharusnya
perlu istirahat, sehingga memungkinkan terjadi penularan penyakit terhadap pekerja yang sehat.
Pertanyaan: