NIM : 1965190007
Mata Kuliah : Keuangan Internasional
Dosen : Ibu Dr. Farida .,SE, MM
I. Pendahuluan
Perusahaan multinasional (MNC) adalah sebuah perusahaan internasional atau
transnasional yang berkantor pusat di satu negara tetapi memiliki kantor cabang di
berbagai negara maju dan berkembang. Perusahaan mengglobalisasikan kegiatan
mereka baik untuk memasok pasar dalam negeri-negara mereka , dan untuk melayani
pasar luar negeri secara langsung. Menjaga kegiatan asing dalam struktur perusahaan
memungkinkan perusahaan menghindari biaya yang melekat oleh perantara, dengan
entitas yang terpisah sambil memanfaatkan pengetahuan perusahaan mereka sendiri.
Umumnya, MNC dapat dikategorikan sebagai badan hukum (legal person) yang
kedudukannya setara dengan warga negara (natural person) di tempat MNC didirikan
atau berdomisili usaha. Kebanyakan MNC merupakan milik negara-negara maju yang
ditempatkan di negara-negara berkembang. Alasan yang melatar belakangi hal
tersebut adalah besarnya kemungkinan yang dimiliki MNC untuk menghasilkan
barang-barang produksi dengan harga yang lebih murah. Hal ini dikarenakan adanya
keuntungan lokasi (location advantages). Seperti yang diketahui banyak orang bahwa
dengan membuka usaha di negara berkembang, maka perusahaan tersebut akan
mendapatkan tenaga kerja yang murah, aturan-aturan perpajakan yang ringan serta
aturan-aturan hukum lain yang cenderung lemah ikatannya.
Perusahaan MNC sendiri yang sudah memasuki suatu Negara akan memberikan
efek yang ganda kepada setiap Negara host tersebut, di satu sisi ada dampak postif
yang diberikan, namun di sisi lain MNC juga memberikan dampak buruk kepada
Negara host. Sisi positif yang bias di tawarkan oleh MNC adalah MNC itu merupakan
perusahaan yang berhasil dan memiliki bermacam-macam keunggulan kompetitif,
jadi mereka membawa hal-hal positif didasarkan kepada apa yang dibawanya ke
Negara host seperti membawa teknologi, produk yang dihasilkannya, capital
financial, dan teknik management canggih yang tidak dimiliki oleh Negara-negara
host.
MNC ini bisa merangsang pertumbuhan perusahaan atau UKM(Usaha Kecil
Menengah) yang lebih kecil di negara host semisal ketika ada MNC yang bergerak
dibidang produksi mobil maka secara langsung perusahaan tersebut membutuhkan
pasokan baja, karet untuk memproduksi ban mobilnya, dengan begitu mereka akan
membeli kebutuhan tersebut kenegara house country, perdagangan semakin
bergairah, artinya dilain sisi MNC ini menghidupkan perusahaan atau UKM dengan
dibelinya produk yang dihasilkan oleh mereka, manfaat lainnya adalah perekrutan
buruh yang dilakukan secara missal oleh MNC dan juga perusahaan kecil yang
menjual produk terhadap MNC itu turut serta mengurangi pengangguran di house
country.
Terciptanya lapangan kerja mempunyai “spilt over effect” terhadap berbagai
sector, seperti bisa mereduksi masalah penganguran, meningkatkan gairah daya beli
masyarakat bahkan mengurangi kriminalitas yang disebabkan oleh orang-orang yang
tidak mempunyai pekerjaan, dilain sisi juga MNC ini turut menyumbang pendapatan
disuatu Negara yang berasal dari pajak yang mereka berika kepada Negara host, akan
lebih bagus lagu, sumbangan MNC akan lebih besar apabila MNC yang beroperasi di
Negara host membangun usaha baru, bukan membeli perusahaan local yang telah ada.
Karena Negara host akan mendapatkan tambahan kapasitas prosuksi, perekrutan
buruh yang lebih pastinya akan mentumbangkan kegairahan daya beli masyarakat dan
pajak yang diterima oleh pemerintah.
Sedangkan nilai-nilai negatif yang dibawa oleh MNC ke Negara host adalah
sebagaimana yang kita ketahui Munculnya MNC dapat menjadi ancaman bagi
kesejahteraan negara dan rakyat, diantaranya adalah ancaman terhadap perdamaian
dan keamanan global, kemiskinan gobal, lingkungan global dan migrasi masal.
Bahkan MNC turut andil dalam menciptakan kesenjangan sosial yang semakin
melebar antara yang kaya dan yang miskin. Hal ini sungguh sangat disayangkan, yang
kedua adalah ketika sebuah negara merasa telah dirugikan oleh keberadaan MNC.
Di satu sisi tentunya negara tersebut ingin menuntut adanya tanggung jawab
MNC atas kerugian yang disebabkan olehnya. Kerugian-kerugian tersebut umumnya
dialami oleh negara-negara berkembang dimana MNC tersebut berada. Masalah yang
muncul antara lain, adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses
produksi, eksploitasi besar-besaran terhadap kaum buruh, pelanggaran hak konsumen,
hingga merebaknya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Selain itu, perkembangan
MNC juga semakin menipiskan peranan dan kebijakan negara berkaitan dengan
hukum nasional terhadap MNC.
Namun di sisi lain, tuntutan tersebut baru dapat dipenuhi apabila posisi MNC
telah disejajarkan dengan negara sebagai subyek hukum internasional. Hal inilah
yang sampai sekarang berusaha untuk dihindari dan tetap menjadi polemik dalam
hukum internasional bahwa MNC hingga saat ini masih belum memiliki international
legal personality.