Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yunissa Anggraini

Nim : 2101036136
Mata Kuliah : Auditing 1
Kelas : AK A
Dosen Pengampu : Agus Setiawaty, SE., M.Sc., Ak

KASUS PELANGGARAN KODE ETIK MITRA ERNST & YOUNG’S (EY)


KAP PURWANTONO, SUHERMAN & SURJA

 Studi Kasus

Kantor akuntan publik mitra Ernst & Young's (EY) di Indonesia, yakni KAP
Purwantono, Suherman & Surja sepakat membayar denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp
13,3 miliar) kepada regulator Amerika Serikat, akibat divonis gagal melalukan audit
laporan keuangan kliennya. Kesepakatan itu diumumkan oleh Badan Pengawas
Perusahaan Akuntan Publik AS (Public Company Accounting Oversight
Board/PCAOB) pada Kamis, 9 Februari 2017, waktu Washington. Kasus itu merupakan
insiden terbaru yang menimpa kantor akuntan publik, sehingga menimbulkan
keprihatinan apakah kantor akuntan publik bisa menjalankan praktek usahanya di
negara berkembang sesuai kode etik. Anggota jaringan EY di Indonesia yang
mengumumkan hasil audit atas perusahaan telekomunikasi pada 2011 memberikan
opini yang didasarkan atas bukti yang tidak memadai,

Temuan itu berawal ketika kantor akuntan mitra EY di AS melakukan kajian atas hasil
audit kantor akuntan di Indonesia. Mereka menemukan bahwa hasil audit atas
perusahaan telekomunikasi itu tidak didukung dengan data yang akurat, yakni dalam hal
persewaan lebih dari 4 ribu unit tower selular. Namun afiliasi EY di Indonesia itu
merilis laporan hasil audit dengan status wajar tanpa pengecualian.

PCAOB juga menyatakan tak lama sebelum dilakukan pemeriksaan atas audit laporan
pada 2012, afiliasi EY di Indonesia menciptakan belasan pekerjaan audit baru yang
“tidak benar" sehingga menghambat proses pemeriksaan. Sesaat sebelum PCAOB
memeriksa hasil laporan audit itu pada 2012, anggota tim EY Indonesia yang terlibat
dalam proses audit tersebut secara sengaja memanipulasi pembuatan puluhan kertas
kerja audit yang baru. Partner EY Indonesia juga berpartisipasi dan menyerahkan kertas
kerja tersebut kepada Inspektur PCAOB. Selain mengenakan denda USS 1 juta PCAOB
juga memberikan sanksi kepada dua auditor mitra EY yang terlibat dalam audit pada
2011, Roy Iman Wirahardja, senilai USS 20.000 dan larangan praktik selama lima
tahun. Mantan Direktur EY Asia-Pacific James Randall Leali didenda USS 10.000 dan
dilarang berpraktik selama satu tahun.

 Analisa Pelanggaran yang Dilakukan


Dalam ketergesaan untuk mengeluarkan laporan audit untuk kliennya, EY dan dua
mitranya dinilai lalai dalam menjalankan tugas dan fungsinya untuk memperoleh bukti
audit yang cukup. Pelanggaran yang dilakukan terkait kode etik diantaranya:
1. Mitra EY Indonesia (KAP Purwantono, Suherman & Surja) melanggar Prinsip
Standar Teknis karena tidak memenuhi tanggung jawab untuk mematuhi standar teknis
dan standar pekerjaan lapangan dalam memperoleh bukti audit kompeten yang cukup.
2. Mitra EY Indonesia (KAP Purwantono, Suherman & Surja) melanggar Prinsip
Kepentingan Publik karena terbukti tidak bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
public terkait dengan penyajian laporan audit yang gagal sebagai informasi yang
dibutuhkan untuk public.

Setiap KAP seharusnya mendokumentasikan kebijakan dan prosedur pengedalian


mutunya. Sistem pengendalian mutu harus mencakup kebijakan prosedur sebagai
berikut:
1. Tanggung jawab kepemimpinan demi kualitas perusahaan
Berdasarkan kasus ini, pemimpin seharusnya bertanggung jawab dalam memeriksa dan
memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan. Selain itu pemimpin juga harus memastikan bahwa
bawahan telah mengerti terhadap pekerjaan lapangan audit yang akan dilakukan.
Dengan kegagalan penyajian bukti pendukung perhitungan sewa 4000 menara seluler
dalam laporan keuangan PT Indosat Tbk (ISAT) tahun 2011, Pemimpin telah gagal
dalam mempromosikan budaya perusahaan yang mengutamakan kualitas.
2 Persyaratan etis yang relevan
Dalam kasus ini, sebenarnya KAP telah memiliki unsur independensi dan tidak
memiliki hubungan kepentingan dengan klien (ISAT). Namun dikarenakan kurangnya
kompetensi dan keahlian teknis dari tim audit dari KAP yang bersangkutan. Analisa ini
didasarkan pada hasil kesimpulan akhir dari Pihak OJK yang berkonsultasi dengan
Bareskrim Polri yang menyatakan bahwa kasus ini adalah pelanggaran administratif
biasa dan tidak berkaitan dengan pelanggaran pidana pemalsuan surat sebagaimana
yang diatur dalam UU Akuntan Publik.

3. Penerimaan dan kelanjutan klien


Berdasarkan kasus ini, KAP EY tidak perlu melakukan pemutusan kontrak dengan klien
dikarenakan permalahan yang timbul tidak ada kaitannya dengan klien (PT. Indosat Tbk
) dan murni merupakan pelanggaran administratif yang dilakukan oleh KAP. Justru
KAP EY yang harus mengevaluasi kinerja personel serta meningkatkan kembali
reputasi guna mendapatkan kembali kepercayaan klien

4. Sumber Daya Manusia (SDM)


Berdasarkan kasus ini, untuk perusahaan KAP besar seperti EY belum tentu seluruh
personelnya memiliki kompetesi dan keahlian teknis yang memadai. Padahal mutu
pekerjaan KAP tergantung kepada integritas, kompetensi, dan motivasi personel yang
melaksanakan pekerjaan. Oleh karena itu KAP harus memberikan pendidikan
profesional dan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan, kompetensi serta tanggung
jawab personelnya untuk kemajuan karir mereka di KAP.

5. Kinerja Penugasan
Dalam kasus ini, kemungkinan personel yang ditugaskan kurang memiliki kompetensi
dan keahlian teknis yang memadai dalam melakukan pekerjaan audit terhadap
perhitungan sewu 4000 menara seluler dalam laporan keuangan PT Indosat Tbk (ISAT)
tahun 2011. Sehingga bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi tidak dapat
mempertanggungjawabkan opini yang dikeluarkan oleh tim audit.
6. Pemantauan
Dalam kasus EY ini, terdapat dua kemungkinan, yaitu:
 Pemantauan tidak dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik (EY)
 Pemantauan telah dilaksakan namun tidak sesuai dengan kebijakan dan prosedur
untuk mengimplementasikan tindakan pemantauan (inspeksi).

Anda mungkin juga menyukai