Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak

memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

laporan keuangan. Karena salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah

memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan

keputusan.
Menurut Jimmie Lee Mason (1953) menjelaskan bahwa :
The Accountant man must also be an individual of highest integrity, both
intellectual and moral. He must be mentally able to Judge a problem
fairly, with a high level of accuracy, and have the courage to present his
convictions and stand by them. He must be able to think and reach
conclusions independently, to choose among the experiences and
Judgment of others, and to devise the procedure needed to carry out
applicable principles.

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011

Tentang Akuntan Publik menjelaskan bahwa jasa akuntan publik merupakan jasa

yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan berpengaruh secara

luas dalam era globalisasi yang memiliki peran penting dalam mendukung

perekonomian nasional yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi

dan mutu informasi dalam bidang keuangan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa

akuntan publik di harapkan bisa menciptakan kualitas laporan keuangan yang

andal dan bisa di pertanggung jawabkan oleh Akuntan Publik.

1
2

Hasil inspeksi CPAB (Canadian Public Accountability Board) yang

tercantum dalam Public Report on Annual Inspections of the Quality of Audits in

Canada tahun 2015 menunjukkan bahwa masih terdapat inkonsistensi kualitas

audit di seluruh perusahaan “The Big Four” sehingga dibutuhkan suatu perbaikan

dalam sistem pengendalian kualitas pada keempat perusahaan tersebut. CPAB

menemukan 24 laporan keuangan yang memiliki temuan signifikan dari

93 laporan keuangan yang diinspeksi, jauh meningkat dibandingkan tahun 2014

yang hanya 7 dari 98 laporan keuangan . International Forum of Independent

Audit Regulators (IFIAR) menyatakan bahwa perbaikan kualitas audit sangat

lambat dan menyerukan untuk perbaikan yang terukur pada tahun 2019. IFIAR

juga menyebutkan bahwa area yang paling banyak terdapat kekurangan ketika

inspeksi audit justru merupakan inti dari audit laporan keuangan itu sendiri, yakni

pengukuran nilai wajar, pengujian pengendalian internal, penilaian risiko, serta

pengakuan pendapatan.
Menurut Klynveld, Gambut, Marwick, dan Goerdeler (KPMG) , Kantor

Akuntan Publik seharusnya memiliki suatu kerangka kerja guna meningkatkan

kualitas audit yang disebut Audit Quality Framework. Sistem pengendalian

kualitas audit ini mencakup: leadership responsibility, engagement performance,

relevant ethical requirements, human resource, acceptance and continuance, serta

monitoring. Namun, kerangka kerja ini belum berjalan dengan efektif mengingat

Global Audit Committee Survey tahun 2015 menyatakan bahwa masih terdapat

komite audit yang merasakan adanya gap komunikasi dengan top manager serta

auditor kurang memahami strategi dan risiko perusahaan yang diaudit. Untuk
3

menyerap strategi ini perlu kompetensi yang baik untuk menerapkan nya di

lapangan.
Menurut Salvatore Collemi (2016) menjelaskan bahwa:
Auditors should be proactive and continue to develop their skills, both
technical skills and soft skills such as the ability to negotiate.
Understanding of an industry is also an important thing to be noticed by the
auditor. KAP should not only pursue profit but also must pay attention to the
quality of audit services provided through the competence of auditors.

Dalam prakteknya, terdapat fenomena kerugian perusahaan karena laporan

keuangan yang saat pemeriksaan oleh kantor akuntan publik tidak sesuai dengan

aturan dan prinsip yang berlaku di perusahaan multibisnis, PT. BB

mempublikasikan kesalahan dalam pembukuan rugi bersih di tahun 2008 hingga

mencapai Rp. 15,86 pada laporan keuangan yang telah diaudit oleh KAP DBS.

Kesalahan yang terjadi adalah manajemen BB merevisi rugi bersih tahun 2008

menjadi Rp. 15,86 Triliun. Sebelumnya dalam laporan keuangan yang

dipublikasikan rugi bersih perseroan tertulis Rp. 16,6 Triliun. (Indro Bagus S. U.,

2009). Adapun fenomena lainnya yaitu Kasus akuntan publik JAS yang diindikasi

melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. GRI Tbk. Kasus

tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang

menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset

hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan GRI yang mengakibatkan

perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang.

Sehingga berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan

publik yang memeriksa laporan keuangan GRI ikut menjadi tersangka. Oleh

karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah


4

membekukan izin akuntan publik JAS selama dua tahun karena terbukti

melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP)

berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT GRI

tahun 2003 (Sukrisno Agoes 2017:170).

Kualitas laporan keuangan auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya keahlian, pengalaman, situasi audit yang dihadapi, dan etika (Gusti

dan Ali, 2008). Keahlian dan pengalaman merupakan suatu komponen penting

bagi auditor dalam melakukan prosedur audit karena keahlian seorang auditor

juga cenderung mempengaruhi tingkat skeptisisme profesional auditor. Menurut

Arnan et.al., (2009) auditor harus telah menjalani pendidikan dan pelatihan teknis

yang cukup dalam praktik akuntansi dan teknik auditing sehingga mampu

menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat.

De Angelo (1986 :186) mendefinisikan kualitas audit sebagai berikut:

“Audit quality as the market assessed joint probablitiy that given auditor
will both detect material misstatement in the client’s financial statemenet
and report the material misstatement”.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan

Publik (2011:53), profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa

utamanya adalah jasa asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh

publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan.

Berbagai fenomena audit yang dilakukan oleh akuntan publik yang terjadi

belakangan ini, telah memberikan dampak menurunnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap profesi akuntan publik. Terdapat fenomena audit yang terjadi
5

baik didalam negeri maupun di luar negeri yang dipublikasikan di berbagai media,

yaitu beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Auditor dari member firm Price Waherhouse Coopers di India menjadi

tersangka, keduanya terlibat dalam audit Satyam Computer Services Ltd,

sebuah perusahaan outsourcing India ternama. Laporan Keuangan yang telah

diaudit melaporkan saldo bank sebesar 50,4 miliar rupees, atau setara dengan

USD 1,04 miliar yang sebenarnya fiktif (nonexistent). Kepolisian India

menuduh dua auditor PWC bersengkongkol dengan chairman Satyam

Computer Services. Ltd melakukan window dressing pembukuan. Kasus

tersebut berujung pada penjeblosan dua auditor PWC dan petinggi Satyam

Computer Services. Ltd ke dalam penjara. (Tuanakota, Thodorus M, 2013).

2. Kualitas audit Kantor Akuntan Publik di Indonesia masih belum memadai

karena masih banyak Kantor Akuntan Publik skala kecil yang tidak

menerapkan Standar Pengendalian Mutu (SPM) secara memadai.

Berdasarkan hasil inspeksi yang dilakukan Pusat Pembinaan Akuntan dan

Jasa Penilai (PPAJP) selama tahun 2012, terdapat Sistem Pengendalian Mutu

yang telah diatur dalam SPAP yangmasih belum diterapkan oleh sekitar 67%

dari total 98 Kantor Akuntan Publik skala kecil (perseorangan) yang dipilih

secara acak oleh PPAJP. Hal tersebut menunjukan bahwa kualitas audit KAP

di Indonesia masih perlu dibenahi. (Subur, Langgeng, 2012).


6

Hasil Pemeriksaan Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)

yang saat ini berubah nama menjadi Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK)

terhadap Kantor Akuntan Publik / Akuntan Publik dari tahun 2011 sampai dengan

tahun 2013, menunjukkan masih banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh

KAP dan AP di Indonesia. Menteri Keuangan Republik Indonesia, selama periode

taun 2011 sampai dengan tahun 2013, dan periode tahun 2008 sampai dengan

tahun 2009, telah memberikan sanksi peringatan dan pembekuan izin kepada KAP

dan AP. Beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh KAP dan AP di Indonesia

selama tahun 2018. Disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1
Pelanggaran yang dilakukan oleh KAP dan Akuntan Publik

NAMA KANTOR
NO JENIS PELANGGARAN SANKSI
AKUNTAN PUBLIK
1 KAP Biasa Sitepu di a. Belum melakukan pengujian saldo a. Membekukan lzin Akuntan Publik
Medan awal (SA Seksi 510 Perikatan Audit Biasa Sitepu yang ditetapkan
Tahun Pertama, Saldo Awal) atas berdasarkan Keputusan Menteri
perusahaan PT. Jui Shin Indonesia. Keuangan Nomor 486/KM.L/2016
tanggal 6 Juni 2016 dengan nomor
b. Tidak memperoleh bukti audit yang registrasi AP.0256 untuk jangka
cukup dan tepat dalam meyakini waktu 6 (enam) bulan.
kewajaran saldo akun Penjualan,
Piutang Usaha, Utang Usaha, Aset b. Dilarang memberikan jasa
Tetap, Persediaan, dan Harga Pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
Penjualan (SA 500 Bukti Audit) atas Undang-Undang Republik indonesia
perusahaan PT. Jui Shin Indonesia. Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Publik.
c. Tetap bertanggung jawab atas jasa
yang telah diberikan.
2 KAP Arthawan Santika Terdapat 5 (lima) laporan auditor a. Dilarang memberikan jasa
di Jakarta independen yang tidak didukung kertas sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
kerja; Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Akuntan Pubiik
b. Dilarang menjadi Pemimpin KAP
atau Pemimpin Cabang KAP.
c. Tetap bertanggung jawab atas jasa
yang telah diberikan.
7

3 KAP Hans Belum sepenuhnya mematuhi Standar a. Membekukan lzin Akuntan Publik
Burhanuddin Makarao Audit (SA) - Standar Profesional Hans Burhanuddin Makarao yang
di Palembang Akuntan Publik (SPAP) dalam ditetapkan berdasarkan Keputusan
pelaksanaan audit atas pelaksanaan Menteri Keuangan Nomor
audit atas Laporan Keuangan PT 689/KM.1/2O16 tanggal 20 Juli 2016
Rimba Bintuni Lestari Tahun Buku dengan nomor registrasi AP.0256
2016, khususnya dalam hal AP belum untuk jangka waktu 3 (tiga) bulan.
sepenuhnya memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat dalam meyakini
b. Dilarang memberikan jasa
kewajaran saldo Akun Persediaan,
sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
Aset Tetap, Utang Usaha, Utang Bank,
Undang-Undang Republik Indonesia
Pendapatan, dan Beban pokok
Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Pendapatan (SA 500 dan 230].
Akuntan Publik.
c. Tetap bertanggung jawab atas jasa
yang telah diberikan.
4 KAP James Pardomuan a. Belum sepenuhnya mematuhi Standar a. Membekukan Izin Akuntan Publik
Sitorus di Jakarta Audit (SA) - Standar Profesional James Pardomuan Sitorus yang
Akuntan Publik (SPAP) dalam ditetapkan berdasarkan Keputusan
pelaksanaan audit atas pelaksanaan Menteri Keuangan Nomor
audit atas Laporan Keuangan PT 486/KM.l12016 tanggal 6 Juni 2016
Semen Bosowa Banyuwangi tahun dengan nomor registrasi AP.0256
buku 2016 untuk jangka waktu 6 (enam) bulan.
b. Belum memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat dalam meyakini b. Dilarang memberikan jasa
kewajaran saldo Akun Persediaan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
Penjualan Bersih, Beban Pokok Undang-Undang Republik Indonesia
Penjualan, Beban Bunga Bank (SA Nomor 5 Tahun 2011 tentang
500); Akuntan Publik.
c. Belum melakukan pengujian terkait c. Tetap bertanggung jawab atas jasa
asersi klasifikasi dan asersi yang telah diberikan.
pengungkapan akun (SA 500) dan
belum mengevaluasi kompetensi,
kapabilitas, dan objektivitas pekerjaan
pakar manajemen (SA 5O0);
5 KAP A. Krisnawan a. AP memberikan jasa audit umum atas a. Membekukan Izin Akuntan Publik A.
Budipracoyo di Jakarta laporan keuangan tidak melalui KAP Krisnawan Budipracoyo yang
dan melalui KAP yang telah dicabut ditetapkan berdasarkan Keputusan
izinnya. Menteri Keuangan Nomor
b. AP A. Krisnawan Budipracoyo belum 598/KM.|/2016 tanggal 24 Juni 2016
sepenuhnya mematuhi Standar Audit dengan nomor registrasi AP.0041
(SA) - Standar Profesional Akuntan untuk jangka waktu 18 (delapan
Publik (SPAP) dalam pelaksanaan belas) bulan.
audit atas laporan keuangan PT b. Dilarang memberikan jasa
Nexcom Indonesia tahun buku 2016. sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
c. belum sepenuhnya memperoleh bukti Undang Undang Republik Indonesia
audit yang cukup dan tepat untuk Nomor 5 Tahun 2011 tentang
meyakini kewajaran akun piutang Akuntan Publik.
usaha, persediaan, aset tetap, hutang c. Tetap bertanggung jawab atas jasa
usaha, pendapatan, dan cost of revenue yang telah diberikan.
(SA 500).
8

d. belum memperoieh bukti audit yang


cukup dan tepat dalam menguji
reklasifikasi saldo akun Hutang Pihak
Berelasi ke akun Hutang Lain-lain (SA
500 Bukti Audit).
e. Terdapat 8 Laporan Auditor
Independen (LAI) yang ditandatangani
oleh AP A. Krisnawan Budipracoyo
tidak didukung dengan kertas kerja.
6 KAP Meilina a. Belum sepenuhnya mematuhi kode a. Membekukan Izin Akuntan Publik
Pangaribuan di Medan etik profesi dalam hal menerima dan Meilina Pangaribuan yang ditetapkan
melaksanakan perikatan audit terhadap berdasarkan Keputusan Menteri
PT Jui Shin lndonesia tahun buku 2015 Keuangan Nomor 411/KM.l/2016
yang sudah diaudit oleh KAP lain tanggal 26 Mei 2016 dengan nomor
registrasi AP.0255 untuk jangka
waktu 12 (dua belas) bulan.
b. Belum sepenuhnya mematuhi Standar
Audit - SPAP khususnya terkait tidak
adanya bukti audit atas akun b. Dilarang memberikan jasa
Penjualan, Harga Pokok penjualan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
dan Hutang pajak dalam pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia
audit atas Laporan Keuangan PT. Jui Nomor 5 Tahun 2011 tentang
Shin lndonesia tahun buku 2015 Akuntan Publik.
c. Tetap bertanggung jawab atas jasa
yang telah diberikan.
Sumber: Pusat Pembinaan Profesi Keuangan 2018

Menurut Spencer and Spencer (1993) menjelaskan bahwa:

“Competence is characteristic of a person who can be seen from the skill,


knowledge, in terms of completing the tasks assigned to him. Competence
is the basis of a person to achieve high performance in completing its
performance. Unskilled human resources will not be able to complete its
work efficiently, effectively, and economically. In this case the work
produced will not be timely and there is a waste of time and energy”.

Rai (2008:63) menjelaskan bahwa kompetensi auditor adalah kualifikasi

yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam

melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,

pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi

berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil

dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,


9

seminar, simposium (Suraida, 2005). Auditor yang berkompeten adalah auditor

yang dengan pengetahuan dan pengalamanya yang cukup dan eksplisit dapat

melakukan audit secara obyektif, cermat dan seksama (Elfarini, 2007 dalam

Anugerah dan Akbar, 2014). Menurut Badjuri (2012) semakin tinggi kompetensi

yang dimiliki oleh auditor sektor publik, maka semakin baik pula kualitas hasil

pemeriksaannya.

Pentingnya kompetensi dapat dilihat pada contoh kasus nyata yang terjadi

sehubungan dengan kurangnya kompetensi dalam mengaudit laporan keuangan

kliennya adalah seperti yang terjadi pada PT Kimia Farma pada tahun 2002 milik

pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen

Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan

tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mu`stofa (HTM). Akan tetapi,

Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar

dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober

2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena

telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. (Bapepam, 2002).

Setiap auditor diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah

ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat

dapat dihindarkan. Etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring

terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan akuntan baik akuntan

independen, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah (Dewi,

2009). Sebagai contoh beberapa perusahaan yang terkait kasus etika auditor
10

seperti: Kasus Enron (pada tahun 2001), Kasus WorldCom (tahun 2001), Kasus

Kimia Farma (tahun. 2002), Kasus Telkom (tahun. 2002), Kasus Lippo (tahun.

2003).

Perlunya pemahaman etika bagi profesi auditor adalah sama seperti

keberadaan jantung bagi tubuh manusia. Ada 4 elemen penting yang harus

dimiliki auditor yaitu : (1) keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi

atau standar penyusunan laporan keuangan, (2) standar pemeriksaan/auditing, (3)

etika profesi, (4) pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang diaudit. Dari ke 4

elemen tersebut sangatlah jelas bahwa bagi seorang auditor, persyaratan utama

yang harus dimiliki diantaranya adalah wajib memegang teguh aturan etika

profesi yang berlaku. Hasil penelitian Suraida (2005), membuktikan secara

empiris bahwa faktor etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dari hasil

penelitian tersebut, dapat dilihat pula bahwa etika juga berpengaruh terhadap

keputusan pemberian opini audit oleh auditor. Selanjutnya secara empiris

Dewi(2009) dan Suraida (2005) membuktikan dalam hasil penelitiannya bahwa

terdapat pengaruh positif etika auditor terhadap kualitas audit. Selanjutnya Rifka

Afiati (2017) dan Dian Purnamasari serta Erna Hernawan (2013).

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit adalah Prinsip integritas,

yang mewajibkan setiap Akuntan Profesional untuk bersikap lugas dan jujur

dalam semua hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, integritas juga

berarti berterus terang dan selalu mengatakan yang sebenarnya. Ancaman

terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika, seperti ancaman kepentingan pribadi
11

atau ancaman intimidasi terhadap prinsip integritas dapat muncul ketika Akuntan

Profesional di Bisnis mendapat tekanan (baik dari luar atau dari kemungkinan

perolehan keuntungan pribadi) untuk menyusun atau melaporkan informasi yang

menyesatkan atau dikaitkan dengan informasi yang menyesatkan melalui tindakan

pihak lain. (Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia, 2016). Menurut

penelitian Lesman dan Machdar (2015), setiap akuntan harus memiliki tanggung

jawab profesionalnya dengan memiliki integritas setinggi-tingginya. Integritas

auditor yaitu sikap terbuka dan ketegasan auditor terhadap siapapun.

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission

(COSO) mendefinisikan integritas sebagai kualitas atau keadaan makhluk yang

memiliki prinsip moral yang sehat, kejujuran, ketulusan dan keinginan untuk

melakukan hal yang benar.

Hasil penelitian Mabruri dan Winarma (2010), Carolita dan Rahardjo

(2011), Erina dkk (2012) dan Nagy (2012) menyimpulkan bahwa integritas

berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Hasil ini menunjukkan bahwa

seorang auditor harus bersikap jujur dan transparansi, berani, bijaksana dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan

untuk membangun kepercayaan dan memberikan keputusan yang andal bagi

pengambilan keputusan sehingga kualitas audit akan menjadi baik dan kinerja

akan menjadi baik. Sedangkan hasil penelitian Sukriah dkk (2009) menyatakan

bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan

disebabkan karena auditor mempertimbangkan keadaan pribadi


12

seseorang/sekelompok orang atau suatu organisasi untuk membenarkan perbuatan

melanggar ketentuan atau perundang- undangan yang berlaku, serta bila obyek

pemeriksaan melakukan kesalahan maka auditor bersikap menyalahkan yang

dapat menyebabkan kerugian orang lain.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Etika Audit dan

Integritas terhadap Kualitas Audit (Survey pada Kantor Akuntan Publik di

Wilayah Bandung)”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka masalah dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:


1. Seberapa besar pengaruh dari Kompetensi terhadap Kualitas Audit.
2. Seberapa besar pengaruh dari Etika Audit terhadap Kualitas Audit.
3. Seberapa besar pengaruh dari Integritas terhadap Kualitas Audit.
4. Seberapa besar pengaruh Kompetensi, Etika Audit, dan Integritas

terhadap Kualitas Audit secara simultan.


1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian adalah untuk mendapatkan bukti empiris dilapangan,

seberapa besar pengaruh kompetensi, etika auditor, dan integritas terhadap

kualitas audit baik secara parsial atau simultan.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari Kompetensi terhadap

Kualitas Audit.
13

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari Etika Audit terhadap

Kualitas Audit.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Integritas terhadap Kualitas

Audit.
4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kompetensi, Etika Audit, dan

Integritas terhadap Kualitas Audit secara simultan.

1.4 Kegunaan Penelitian


1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Sebagai pengembangan ilmu audit khususnya tentang Kualitas Audit,

Kompetensi, Etika Audit, dan Integritas.

2. Sebagai masukan empiris untuk menambah informasi khususnya yang

berkenaan dengan ruang lingkup KAP terkait dengan Kualitas audit.

3. Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran bagi peneliti lain yang

berminat didalam masalah yang diteliti.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Bagi Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan

tambahan informasi bagi auditor dikantor akuntan publik mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penilaian audit atau audit

judgment.

b. Bagi Regulator
14

Pihak-pihak regulator yang mengatur operasional KAP mengawasi

operasi KAP dan auditornya guna mencapai hasil audit yang

berkualitas.

c. Bagi Pihak Lain

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca untuk

menambah pengetahuan dan informasi dan tambahan referensi bagi

pihak lain yang membutuhkan sebagai sarana pertimbangan dan

perbandingan dengan penelitian – penelitian.

Anda mungkin juga menyukai