Anda di halaman 1dari 13

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Pelaporan Korporat yang diampu oleh :
Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., CA
Disusun oleh:

Suyono (1519104013)
Dikdik Maulana (1519104014)

Kelas B

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambil keputusan yang bersifat
ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang terus-menerus berubah
karena adanya globalisasi, baik lingkungan bisnis yang bertumbuh bagus, dalam
keadaan stagnas maupun depresi. Tiap-tiap negara tentu saja mempunyai standar
akuntansi yang berbeda dengan negara yan lain. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain kondisi ekonomi, paham ekonomi yang dianut serta perbedaan
kondisi politik dan sosial di tiap-tiap negara. Dengan keadaan yang seperti ini,
tentu saja laporan akuntansi pada perusahaan di masing-masing negara juga
berbeda (Sadjiarto,1999).
Adanya transaksi antar negara dan prinsip akuntansi yang berbeda antar
negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku
secara international. Oleh karena itu, muncul organisasi yang bernama IASB atau
International Accounting Standard Board yang mengeluarkan International
Financial Reported Standard (IFRS). IFRS kemudian dijadikan sebagai pedoman
penyajian laporan keuangan diberbagai negara. Masalah selanjutnya muncul
adalah bagaimana penerapan IFRS di masing-masing negara mengingat perbedaan
lingkungan ekonomi, politik, hokum, dan sosial.
Lingkungan adalah salah satu isu utama dalam masyarakat dan menjadi bagian
yang signifikan dalam pengaruhnya terhadap perekonomian suatu negara. Alasan
utama penyajian laporan keuangan yang memenuhi standar adalah untuk
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri di masa depan, baik ditinjau dari segi
pengguna internal maupun pengguna eksternal. Pengakuan publik akan
kelengkapan dan ketransparanan laporan keuangan sebuah perseroan terbuka
meningkatkan tekanan sektor bisnis untuk menyediakan laporan keuangan yang
kompatibel dan sesuai standar (Imanuella, 2007).
Namun dalam prosesnya terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam
melakukan konvergensi ke IFRS ini. Mulai dari perbedaan budaya tiap negara,
perbedaan sistem pemerintahan, perbedaan kepentingan antar perusahaan, serta
tingginya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan prinsip akuntansi.

2|Page
Konvergensi PSAK ke IFRS di Indonesia telah berlaku efektif dan full
adoption sejak tahun 2012. SAK yang dikonvergensikan dengan IFRS ini
diterapkan pada entitas-entitas yang memilii fungsi fidusia (memegang
kepentingan orang banyak) atau disebut juga dengan berakuntabilitas publik.
Contoh entitas yang memiliki fungsi fidusia adalah entitas perbankan, BUMN,
dan entitas yang menjual saham di pasar modal. Komponen utama dari SAK
adalah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diadopsi dari
International Accounting Standard (IAS) dan International Financial Reporting
Standard (IFRS), dan Interpretasi atas Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang
diadopsi dari Standard Interpretation Committee (SIC) dan International
Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC). Hal ini berarti bahwa
IFRSs terdiri dari IAS, IFRS, IFRIC dan SIC. Perbedaanya, IAS dibuat oleh
International Accounting Standard Committee (IASC) organisasi pendahulu IASB
yang berdiri pada tahun 1973. IASC ini kemudian direstrukturisasi menjadi IASB
pada tahun 1999. Pada tahun 2001, IASC menjadi foundation (IASCF) yang
mendanai IASB. Sejak saat itu, IASB meneruskan tugas dari IASC. Untuk
membedakan produk buatan IASC dan IASB, standar-standar yang selanjutnya
dibuat oleh IASB dinamai dengan IFRS. SIC dibuat oleh Interpretation
Committee, suatu komite khusus yang berfungsi membuat interpretasi dari IAS
yang Principle Based. Interpretasi ini sifatnya menjelaskan lebih lanjut mengenai
hal-hal yang lebih detail. IFRIC dibuat oleh International Financial Reporting
Interpretation Committee, suatu komite khusu yang membuat interpretasi dari
IFRS.

3|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Conseptual Framework pada Pelaporan Keuangan


Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB
sebagai : “a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is
expected to lead to consistent standards and that presecribes the nature, function,
and limits of financial accounting and reporting”. Definisi FASB, menyatakan
bahwa kerangka konseptual akuntansi adalah : suatu sistem yang koheren; sub-sub
sistemnya adalah (1) tujuan (objectives) dan (2) Konsep fundamental yang saling
terkait. Yang dimaksud tujuan adalah konsep-konsep yang mendasari akuntansi
keuangan, yakni yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan
keadaan-keadaan yang harus dipertanggungjawabkan, pengakuan dan
pengukurannya, cara meringkas serta mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar
ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a. Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
Institut Akuntan Indonesia pada bulan September 1994 memutuskan
mengadopsi kerangka konseptual yang disusun oleh International Accounting
Standard Committee (IASC) sebagai dasar penyusunan dan informasi keuangan di
Indonesia. Sedangkan Negara-negara Amerika dan Australia sudah memiliki
kerangka konseptual sendiri. Kerangka konseptual yang akan dibahas dalam teori
akuntansi akan mengacu pada kerangka konseptual yang dikembangkan di USA.

4|Page
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan standar yang
digunakan dalam pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai
pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan. Sedangkan untuk penyajian
laporan keuangan diatur tersendiri pada PSAK 1.
PSAK 1 menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan
umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan
keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode
sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini
mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan
keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Ruang lingkup dari
PSAK 1 ini adalah penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Pernyataan ini tidak berlaku bagi
penyusunan dan penyajian laporan skeuangan entitas syariah. Penyajian Laporan
Keuangan Syariah diatur tersendiri dalam PSAK 101. Dalam pernyataan Standar
ini terdapat istilah-istilah yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
pengguna laporan
2. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah Pernyataan dan
Interpretasi yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia.
3. Ketidakpraktisan. Penerapan suatu persyaratan dianggap tidak praktis
jika entitas tidak dapat menerapkannya setelah melakukan usaha yang
memadai.
4. Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendapatan
komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas.
5. Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban
(termasuk penyesuaian reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi
dari laporan pendapatan komprehensif sebagaimana dipersyaratkan
oleh SAK lainnya.

5|Page
6. Pemilik adalah pemegang instrumen yang diklasifikasikan sebagai
ekuitas.
7. Laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk
komponen-komponen pendapatan komprehensif lain.
8. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang direklasifikasi ke bagian
laba rugi periode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan
komprehensif lain pada periode berjalan atau periode sebelumnya.
9. Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama satu
periode yang dihasilkan dari transaksi dan peristiwa lainnya, selain
perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik.

2.1.1 The role of A Conceptual Framework (Peran Kerangka Konseptual)


Peran kerangka kerja konseptual dari tingkat akuntansi, bertujuan untuk
menyediakan struktur teori akuntansi. Kerangka konseptual dapat dipandang
sebagai teori akutansi yang terstruktur (Belkaoui, 1993), karena struktur kerangka
konseptual sama dengan struktur teori akutansi yang didasarkan pada proses
penalaran logis. Yang dapat digambarkan dalam bentuk hierarki yang memiliki
beberapa tingkatan yaitu :
1) Pada tingkat tertinggi yang teoritis : Kerangka konseptual menyatakan ruang
lingkup dan tujuan pelaporan keuangan.
2) Pada tingkatan selanjutnya : Kerangka konseptual mengidentifikasi dan
mendefinisikan karakteristik kualitatif informasi keuangan (seperti relevansi,
keandalan, komparatif, dan dimengerti) dan elemen dasar akuntansi (seperti
aktiva, kewajiban, ekuitas, biaya pendapatan, dan keuntungan).
3) Pada tingkat operasional yang lebih rendah : Kerangka konseptual berkaitan
dengan prinsip-prinsip dan aturan-aturan (Rules) tentang pengukuran dan
pengakuan elemen laporan keuangan dan tipe informasi yang perlu disajikan.

2.1.2 Objectives of Conceptual Framework (Tujuan Kerangka Konseptual)


Tujuan kerangka konseptual adalah untuk memberikan pedoman dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum (General purposes

6|Page
financial statements). IASB dan FASB mempertimbangkan kerangka tujuan
utama pelaporan keuangan adalah untuk mengkomunikasikan informasi keuangan
kepada pengguna. Informasi tersebut akan dipilih salah satu dasar kegunaannya
dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan ini terlihat ingin dicapai
dalam pelaporan yaitu:
1) Berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2) Berguna dalam menilai prospek arus kas.
3) Tentang sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya dan perubahan
di dalamnya.
Kerangka IASB dikembangkan mengikuti jejak dari pembuat standar AS,
FASB, pada periode 1987-2000 FASB menerbitkan laporan konsep tujuh
mencakup topik-topik berikut:
1) Tujuan dari pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis dan organisasi non-
profit.
2) Karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang berguna.
3) Unsur-unsur laporan keuangan.
4) Kriteria untuk pengakuan dan pengukuran unsur-unsur laporan keuangan.
5) Penggunaan arus kas dan menyajikan informasi nilai dalam pengukuran
akuntansi.
Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang :
1) Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang
ingin memahami kegiatan ekonomik dan bisnis perusahaan.
2) Membantu kreditor dan investor yang ada atau yang potensial, serta pemakai
lain dalam menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian aliran kas di masa
yang akan datang.
Mengenai sumber – sumber ekonomi, tuntutan terhadap sumber ekonomi, dan
perubahan di dalamnya. Oleh karena itu tujuan laporan keuangan dapat di
klasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
1) Tujuan secara luas adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi
investor, kreditor dan pemakai lainnya untuk membuat keputusan.

7|Page
2) Tujuan secara sempit adalah menyampaikan informasi yang berkaitan dengan
kepentingan kreditor, investor untuk menaksirkan penerimaan kas dari
investasi, pinjaman kepada perusahaan.
3) Tujuan yang terakhir adalah menyampaikan informasi yang bermanfaat untuk
penentuan prospek aliran kas bagi usaha perusahaan.

2.1.3 Sifat Kerangka Konseptual


Kebutuhan akan pengembangan kerangka konseptual didasarkan pada
beberapa alasan antara lain :
1) Bermanfaat; Penentuan standar akutansi harus dikembangkan/dibangun dan
berkaitan dengan konsep dan tujuan yang telah ditetapkan.
2) Masalah-masalah praktik baru dan berisiko tinggi terhadap perkembangan
akuntansi harus secara cepat di pecahkan, dengan melihat kerangka dasar teori
yang ada.
3) Kerangka konseptual meningkatkan pemahaman pemakai statement keuangan
dan kepercayaan terhadap laporan keuangan.
4) Kerangka konseptual mendukung komparabilitas pernyataan informasi
laporan keuangan suatu perusahaan.

2.1.4 Pengembangan Kerangka Konseptual


Pengembangan Kerangka konseptual menggambarkan ruang lingkup
keseluruhan dari kerangka konseptual dan mencantumkan dokumen-dokumen
yang berhubungan dan diterbitkan sampai dengan tahun 1982 oleh FASB.
Pada tingkat pertama, tujuan menunjukan sasaran dan maksud dari
akuntansi. Statement of Financial Accounting Concepts No. 1 (Objectives of
Financial Reporting by Business Enterprises) menyajikan sasaran dan maksud
dari akuntansi untuk perusahaan bisnis. Statement of Financial Accounting
Concepts No. 4 (Objectives of Financial Reporting by Non business
Organizations) menyajikan sasaran dan maksud dari akutansi untuk organisasi-
organisasi non bisnis.
Pada Tingkat kedua, hal-hal yang fundamental meliputi karakteristik
kualitatif dari informasi akuntansi (Statement of Financial Accounting Concepts

8|Page
No. 2) dan definisi dari elemen-elemen dalam laporan keuangan (Statement of
Financial Accounting No. 3) . Secara ringkas, lima Statement of Financial
Accounting Concepts yang dikeluarkan dan berhubungan dengan pelaporan
keuangan untuk perusahaan bisnis adalah :
1) SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises”, yang menyajikan sasaran dan maksud dari akuntansi.
2) SFAC No. 2, “Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang
melihat karakteristik-karakteristik yang membuat informasi akutansi berguna.
3) SFAC No. 3, “Elemen of Financial Statements of Business
Enterprises”, yang memberikan definisi mengenai elemen-elemen dalam
laporan keuangan, seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban.
4) SFAC No. 5, “Recognition and Measurement in Financial Statements of
Business Enterprises”, yang menetapkan pengakuan dan kriteria pengukuran
fundamental serta pedoman mengenai bagaimana informasi sebaikanya secara
formal dicantumkan dalam laporan keuangan.
5) SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC
No. 3 dan memperluas ruang lingkupnya untuk ikut mencakup organisasi-
organisasi nirlaba.
6) SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in
Accounting Measurements”, memberikan sebuah kerangka untuk
menggunakan arus kas dan menyajikan nilai-nilai sebagai basis pengukuran.
Tingkat ketiga, pedoman operasional yang dipergunakan oleh akuntan dalam
menentukan dan menerapkan standar akutansi meliputi kriteria pengakuan,
laporan keuangan versus pelaporan keuangan dan pengukuran (Statement of
Financial Accounting Standards No. 33).
Tingkat keempat, mekanisme penyajian yang digunakan untuk
menyampaikan informasi akuntansi meliputi pelaporan penghasilan, pelaporan
arus dana dan likuiditas, dan pelaporan posisi keuangan.

2.1.5 The objective of Financial Statement (Tujuan Laporan Keuangan)


1. Tujuan Laporan Keuangan Perusahaan Bisnis

9|Page
FASB memulai usahanya dalam mengembangkan sebuah konstitusi bagian
akuntansi dan pelaporan keuangan pada bulan November tahun 1978, FASB
menerbitkan pedoman luas yang bersifat perintah yang menyatakan tujuan dari
pelaporan keuangan dalam Statment of Financial Accounting Concepts No. 1,
Objectives of Financial Reporting by Business. Pernyataan ini tidak hanya
dibatasi pada isi dari laporan keuangan saja.
Pelaporan keuangan tidak hanya membuat laporan keuangan namun juga cara-
cara lain dalam mengkomunikasikan informasi yang berhubungan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dengan informasi yang diberikan oleh sistem
akuntansi yaitu: informasi mengenai sumber daya, kewajiban, penghasilan
perusahaan, dan lain-lain. Adapun tujuan dari laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
a) Memberikan informasi yang berguna bagi para calon investor dan kreditor
maupun yang sudah ada dan para pengguna lainnya dalam membuat investasi,
kredit, dan keputusan-keputusan lain yang serupa secara rasional.
b) Memberikan informasi untuk membantu para calon investor dan kreditor serta
para pangguna lain yang sudah ada dalam menilai jumlah, waktu dan
ketidakpastian dari penerimaan kas prospektif untuk deviden atau bunga dan
penerimaan dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya surat berharga
atau pinjaman.
c) Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari perusahaan,
klaim untuk sumber daya tersebut (kewajiban dari perusahaan untuk
mentransfer sumber daya ke entitas dan ekuitas pemilik lainnya), serta dampak
dari transaksi-transaksi, peristiwa, dan kejadian yang mengubah sumber daya
dan klaim atas sumber daya tersebut.
d) Memberikan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode
tersebut.
e) Memberikan informasi mengenai bagaimana perusahaan memperoleh dan
menggunakan kasnya, mengenai pinjaman dan pembayaran kembali pinjaman
tersebut, mengenai transaksi-transaksi modalnya, termasuk dividen kas dan
distribusi sumber daya ekonomi lainnya kepada pemilik.

10 | P a g e
f) Memberikan informasi mengenai bagaimana manajemen dari sebuah
perusahaan menggunakan tanggung jawab pengurusannya kepada pemilik
(pemegang saham) untuk penggunaan sumber daya perusahaan yang
dipercayakan kepadanya.
g) Memberikan informasi yang berguna bagi para manajer dan direktur dalam
mengambil keputusan yang sesuai dengan keinginan dari pemilik.

2. Tujuan Laporan Keuangan Perusahaan Non Bisnis


Tujuan pelaporan keuangan oleh organisasi-organisasi non bisnis antara lain
sebagai berikut:
a) Tidak memiliki indikator kinerja yang dapat dibandingkan dengan laba pada
perusahaan bisnis.
b) Pada umumnya tidak menjadi subjek ujian dari kompetisi dalam pasar.
Tiga karakteristik utama yang membedakan organisasi-organisasi non bisnis
adalah sebagai berikut:
a) Sejumlah besar sumber daya diterima dari penyedia sumber daya, yang tidak
mengharapkan untuk menerima pembayaran kembali ataupun keuntungan
ekonomi yang proposional terhadap sumber daya yang telah mereka berikan.
b) Operasi bisnisnya terutama bergerak untuk tujuan-tujuan selain penyediaan
barang atau jasa yang mendapatkan laba atau ekuivalen laba.
c) Tidak ada saham kepemilikan yang pasti yang dapat dijual, dialihkan, atau
ditebus, atau yang akan menjadi hak atas bagian dari distribusi nilai sisa dari
sumber daya pada saat organisasi dilikuidasi.
Terdapat empat kelompok yang khususnya berkepentingan dengan informasi
yang disajikan oleh pelaporan keuangan oleh organisasi non bisnis :
a) Penyedia sumber daya: pemimjam, pemasok, karyawan, pembayar pajak,
anggota dan kontributor.
b) Elemen penyusun yang menggunakan dan memperoleh keuntungan dari jasa-
jasa yang diberikan oleh organisasi.
c) Badan-badan penyelenggara dan pengawas yang bertanggungjawab untuk
membuat kebijakan dan mengawasi serta menilai para manajer dari organisasi
non bisnis.

11 | P a g e
d) Manajer organisasi-organisasi nonbisnis.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi dari pengguna-pengguna diatas, FASB
mengeluarkan exposure draft yang memberikan tujuan-tujuan berikut ini:
1) Informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai alokasi
sumber daya.
2) Informasi yang bermanfaat dalam menilai jasa dan kemampuan untuk
memberikan jasa.
3) Informasi yang bermanfaat dalam menilai kepengurusan dan kinerja
manajemen.
4) Informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, sumber daya bersih,
dan pembebanan-pembebanannya.
5) Kinerja organisasional: pelaporan keuangan oleh organisasi non bisnis
hendaknya meberikan informasi mengenai kinerja organisasi dalam periode
tertentu.
6) Likuiditas: Pelaporan keuangan oleh organisasi non bisnis hendaknya
memberikan informasi mengenai bagaimana organisasi non bisnis
memperoleh dan menggunakan dana kasnya, mengenai pinjaman dan
pembayaran kembali pinjaman tersebut, serta mengenai faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi likuiditas organisasi.
7) Penjelasan dan interpretasi manajer: pelaporan keuangan oleh organisasi non
bisnis hendaknya mencakup penjelasan dan interpretasi untuk membantu
penyedia sumber daya dan pengguna-pengguna lain memahami informasi
keuangan yang diterima.

2.1.6 Qualitative Characteristic of Accounting Information (Karakteristik


Kualitatif Informasi Akuntansi)
1. Karakteristik kualitatif dari informasi akutansi
a) Kualitas Primer : Relevansi dan Reliabilitas
 Relevansi: Informasi akuntansi mampu untuk mempengaruhi keputusan
pengguna informasi dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa
masa lalu, masa kini atau masa depan.

12 | P a g e
 Predective value: membantu memuat prediksi tentang hasil akhir dari
masa lalu, kini dan masa depan.
 Feed-back value: menjustifikasi atau mengoreksi harapan masa lalu.
 Timeliness: harus tersedia sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas
untuk mempengaruhi keputusan.
 Reliabilitas: Jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan
menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan untuk pengambilan
keputusan. Keandalan suatu informasi tergantung pada tingkat ketepatan
penyajiannya atas suatu peristiwa.
 Verifiability: hasil yang serupa akan dihasilkan jika digunakan metode
pengukuran yang sama oleh pengukur-pengukur independen.
 Representational & Faithfulness: angka-angka dan penjelasan mewakili
apa yang betul-betul ada dan terjadi.
 Neutrality: informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan kelompok
tertentu, informasi tidak bias sehingga tidak mengarahkan penerima
informasi kepada hasil yang diinginkan atau mempengaruhi mode prilaku
tertentu.
2. Kualitas Sekunder
Komparabilitas: Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu pengukuran penyajian dampak keuangan
transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan periode yang
berbeda.
Konsistensi: Mengaplikasikan perlakuan akutansi yang sama untuk kejadian
yang serupa setiap periode. Perusahaan dapat mengganti satu metode ke metode
lainnya asalkan dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada
metode sebelumnya.

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai