Anda di halaman 1dari 14

TEST OF CONTROLS

RESUME

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Audit Assurance, yang diampu oleh:
Bapak Robertus Ary Novianto, S.E., M.M, AK

Disusun oleh:

Tiara Regina (1519104008)


Suyono (1519104013)
Dikdik Maulana (1519104014)
Gin Gin Ginanjar (1519104015)
Jenny Indriyani S (1519104016)

Kelompok 2
Kelas B

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
Uji Pengendalian (Test of Control)

Dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu dibedakan antara prosedur pemahaman
atas pengendalian intern dan pengujian pengendalian (test of control). Dalam pelaksanaan
standar tersebut, auditor melaksanakan prosedur pemahaman pengendalian intern dengan cara
mengumpulkan informasi tentang desain pengendalian intern dan informasi apakah desain
tersebut dilaksanakan. Di samping itu, pelaksanaan standar tersebut juga mengharuskan auditor
malakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan (complience
test) atau sering disebut dengan pengujian pengendalian (test of control).Uji pengendalian
dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti mengenai berfungsinya secara efektif
pengendalian internal.

Pengujian pengendalian (test of control) menurut Mulyadi (2002;198) adalah “Test of


Control adalah salah satu unsur kegiatan pemeriksaan intern yang bertujuan untuk
menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan”.
Selain pengertian di atas, ada juga pengertian pengujian pengendalian (test of control)
yang dikemukakan oleh Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;434)
adalah “Test of Control adalah prosedur audit untuk menguji efektivitas operasional dari
pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai”.
Adapun pengertian pengujian pengendalian (test of control) menurut Sukrisno Agus
(2001;72) adalah “Test of Control adalah test terhadap bukti-bukti pembukuan yang
mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen”.
Dari uraian di atas, kami dapat menyimpulkan pengertian pengujian pengendalian (test of
control) adalah prosedur audit yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah
pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur
dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.

1. Menangani asersi – asersi tertentu; auditor merancang prosedur auditnya berdasarkan


keandalan pengendalian untuk asersi tersebut.
2. Mencegah atau menemukan dan mengoreksi kesalahan dan kecurangan yang material.
Uji pengendalian meliputi pemilihan sejumlah sampel transaksi atau dokumen pendukung
yang representatif (artinya mewakili seluruh populasi) untuk;

1. Mengamati berfungsinya prosedur pengendalian internal;


2. Menginspeksi bukti bahwa prosedur pengendalian internal memang dilakukan;
3. Menanyakan bagaimana dan kapan prosedur pengendalian internal dilakukan; dan
mengulangi melaksanakan (re-perform) prosedur pengendalian internal.

Tujuan Uji Pengendalian

Uji pengendalian atau test of controls dirancang untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat mengenai berfungsinya pengendalian. Pengendalian dapat mencegah
terjadinya salah saji, mendeteksi dan mengoreksi jika salah saji sudah terjadi. Pengendalian
yang dipilih untuk diuji adalah pengendalian yang akan dapat memberikan bukti audit
berkenaan dengan asersi yang bersangkutan (Tuana Kota).

Menurut Mulyadi (2002;198) menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test of


control) adalah untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas
dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;434)
menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menguji efektivitas
operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang
dinilai.
Menurut Sukrisno Agus (2001;72) menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test
of control) adalah untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan
dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.

Dari uraian di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan pengujian pengendalian
(test of control) adalah untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-
aktivitas dalam perusahaan termasuk di dalamnya setiap transaksi yang terjadi sudah diproses
dan dicatat sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan, dan untuk
menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko
pengendalian yang dinilai.
Tahap-tahap dalam Test of Control
Menurut Mulyadi (2002;223), tahap-tahap dalam melakukan test of control (pengujian
pengendalian) adalah sebagai berikut :
1. Telaah dan review pengendalian intern yang sudah digariskan
Sasaran utama tahapan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang pengendalian intern yang sudah digariskan oleh perusahaan,
termasuk fungsi pengendalian akuntansi yang diinginkan, dan untuk memperoleh
dokumentasi yang memadai tentang pengendalian tersebut dalam kertas kerja audit.
Tujuan utamanya adalah menentukan dasar untuk mengevaluasi pengendalian intern
yang ada. Metode telaah dan review hendaknya meliputi :
a. Wawancara mengenai pengendalian intern dengan berbagai pihak atau
karyawan yang kompeten.
b. Penelaahan dan review atas struktur organisasi, bagan arus sistem, rincian tugas
karyawan dan pedoman prosedur yang telah dibuat.

2. Verifikasi pendahuluan pengendalian yang sudah digariskan


Cara yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah observasi, wawancara dan
pengujian pemrosesan menyeluruh (walk trough test) meliputi penelusuran sampel dari
tiap kelompok transaksi utama. Tujuan dari tahap ini untuk memastikan pengendalian
intern perusahaan sudah dipahami benar :
a. Untuk sekurang-kurangnya memperoleh kepastian minimal bahwa
pengendalian intern yang sudah digariskan oleh perusahaan benar-benar ada
dalam sistem yang nyata.
b. Untuk memperjelas dan memperbaiki pemahaman tentang fungsi-fungsi
pengendalian akuntansi yang dilaksanakan oleh pengendalian intern.
c. Untuk mengidentifikasi setiap pengendalian yang terlewatkan waktu me review
sistem yang sudah digariskan.
d. Untuk mengidentifikasi setiap pengendalian yang ada tetapi belum mendapat
pengesahan atau persetujuan yang seharusnya dari pimpinan perusahaan.
e. Untuk memutakhirkan kertas kerja audit mengenai pengendalian intern yang
sudah digariskan dan untuk menjadikan dokumen ittu sesuai dengan sistem
aktual yang sekarang ada dan sedang berjalan.
3. Evaluasi konseptual atau evaluasi pendahuluan atas pengendalian
Prosedur evaluasi konseptual atau pendahuluan atas pengendalian melalui analisis
pengendalian intern, meneruskan evaluasi setiap kelompok pengendalian dan
merencanakan strategi prosedur-prosedur auditing, merencanakan pengandalan
pengendalian internal dan tetapkan kebutuhan ketaatan untuk membenarkan
pengendalan tersebut, serta merencanakan pengujian subtantif dan prosedur audit
ketaatan. Tujuan tahap ini dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengendalian intern.
b. Untuk menentukan kebutuhan bukti subtantif yang bersifat sementara.
c. Untuk merencanakan pengendalan audit pada pengendalian intern tertentu.
d. Untuk menentukan bukti ketaatan yang perlu untuk dipertanggung jawabkan
rencana pengandalan audit pada pengendalian intern tertentu
e. Untuk membuat program audit sementara yang terdiri dari strategi pengendalan
pengendalian intern tertentu.

4. Pelaksanaan prosedur-prosedur ketaatan


Tujuan utama tahap ini untuk menguatkan kompetisi strategi audit sementara
yang direncanakan selama tahap ketiga di atas yaitu tahap evaluasi pendahuluan. Pada
tahap ini dilakukan pengumpulan bukti-bukti tambahan tentang eksistensi dan
keefektivan pengendalian yang diandalkan.

5. Evaluasi akhir pengendalian intern.


Evaluasi akhir hanya merupakan peninjauan kembali secara sepintas lalu atas
evaluasi pendahuluan dan cenderungmengukuhkan kesimpulan yang sudah dibuat
auditor internal sebelumnya tentang pengendalian intern yang sudah direncanakan.
Tahap ini bertujuan untuk :
a. Menelaah dan menafsirkan bukti-bukti yang berasal dari pengujian
pengendalian tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.
b. Mengevaluasi kembali pengendalian intern yang ada dan strategi prosedur audit
yang telah direncanakan selama tahap evaluasi konseptual atau evaluasi
pendahuluan atas pengendalian berdasarkan bukti-bukti tambahan yang
dihasilkan tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.
c. Memperkuat prosedur-prosedur subtantif yang telah direncanakan apabila
pengujian pengendalian mengungkapkan bahwa pengendalian intern yang
hendak diandalkan dalam audit tidak beroprasi dengan tingkat keefektifan yang
dianggap perlu untuk bisa membenarkan prosedur subtantif yang telah
direncanakan sebelumnya selama tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.

Prosedur untuk pengujian pengendalian (Test of Control)


Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;428) ada empat
prosedur untuk pengujian pengendalian yaitu :
1. Melakukan wawancara dengan personil klien yang sesuai
2. Menguji dokumen, arsip dan catatan
3. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
4. Melaksanakan kembali prosedur klien.

Prosedur Substantif

Prosedur Substantif (atau pengujian substantif) adalah mereka kegiatan yangdilakukan oleh
auditor selama substantif (diperlukan klarifikasi) tahap pengujian audityang mengumpulkan
bukti-bukti mengenai validitas, kelengkapan dan / atau akurasi saldoakun dan golongan
transaksi yang mendasari. Manajemen secara implisit menegaskan bahwa saldo akun dan
kelas-kelas yangmendasari transaksi tidak mengandung salah saji material dengan kata lain,
bahwa mereka adalah material lengkap, valid dan akurat. Auditor mengumpulkan bukti
tentang pernyataan dari semua kegiatan perusahaan disebut prosedur substantif. Prosedur
substantive dapat dilaksanakan auditor untuk :

1. Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan (embedded) dalam saldo akun dan jenis transaksi;
2. Mendeteksi salah saji yang material

Prosedur substantif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau transaksi) yang
representatif (artinya mewakili seluruh populasi) untuk;

1. Menghitung ulang (recalculate) angka – angka untuk memastikan ketelitian


(Accuracy);
2. Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi, dan lain – lain);
3. Memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut – off tests atau uji pisah
batas);
4. Membandingkan angka – angka antar periode atau dengan harapan/ekspektasi
(analytical procedures);
5. Menginspeksi dokumen pendukung (seperti invoices atau kontrak penjualan);
6. Mengamati eksistensi fisik dari aset yang dicatat (misalnya mengamati penghitungan
persediaan); dan
7. Menelaah kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai seperti piutang ragu – ragu atau
persediaan yang using (obsolete inventory).

Prosedur substantif diatur dalam ISA 330 yang meliputi :

- ISA 330.18
Apa pun hasil penilaian risiko atas salah saji yang material, auditor wajib
merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap jenis/kelompok
transaksi, saldo akun dan disclosure.

- ISA 330.19
Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal
dilaksanakan sebagai prosedur audit substantif.

- ISA 330.20
Prosedur audit substantif yang dibuat auditor harus meliputi prosedur audit yang
berhubungan dengan proses penutupan laporan keuangan.
a. Mencocokan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
mendasarinya.
b. Memeriksa journal entries yang material dan jurnal penyesuaian lainnya (other
adjustments) yang dibuat dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

- ISA 330.21
Jika auditor telah menentukan bahwa suatu risiko yang dinilai (assessed risk)
mengenai salah saji yang material pada tingkat asersi, memang merupakan risiko yang
signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif yang secara spesifik
menjawab risiko tersebut. Jika pendekatan terhadap risiko yang signifikan itu hanya
terdiri atas prosedur substantif, maka prosedur itu harus meliputi uji rincian.
- ISA 330.22
Jika prosedur substantif dilaksanakan di tengah tahun, auditor wajib
meliput/mencakup periode sisanya dengan melakukan:
1. Prosedur substantif, yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode
yang tersisa (intervening period); atau
2. Jika auditor menentukan sudah cukup, hanya prosedur substantif yang memberikan
dasar yang layak untuk meneruskan kesimpulan audit dari tanggal interim sampai ke
akhir periode.

- ISA 330.23
Jika salah saji yang tidak diperkirakan auditor ketika menilai risiko salah saji
yang material, dideteksi pada tanggal interim, auditor wajib mengevaluasi apakah
penilaian risiko tersebut dan sifat, waktu, dan luasnya prosedur substantif yang
direncanakan untuk mencakup periode tersisa, harus dimodifikasi.

Jenis Prosedur Substantif

Prosedur substantif dirancang oleh auditor untuk mendeteksi salah saji yang material pada
tingkat asersi (at the assertion level). Ada dua jenis prosedur substantif, adalah sebagai berikut:

1. Test of Details (Uji Rinci)


Sebagai prosedur substantif, tests of details ini melihat substansi (misalnya dari satu
akun) dengan menganalisis rincian atau detailnya. Uji ini dipakai untuk mengumpulkan
bukti audit yang memastikan angka dalam laporan keuangan berkenaan dengan asersi
– asersi seperti existence (misalnya persediaan barang memang ada), accuracy
(hitungannya sudah benar, misalnya dalam hal persediaan, jumlah unit dikalikan
harga), dan valuation (misalnya piutang yang diragukan akan dibayar oleh pelanggan,
dibuatkan penyisihan, sehingga saldo piutang dinilai dengan benar, tidak terlalu tinggi
atau overstated).
2. Substantive Analytical Procedures (Prosedur Analitikal Substantif)
Sebagai prosedur substantif, prosedur analitikal substantif melihat substansi angka
dalam laporan keuangan. Perbedaannya ialah, prosedur ini menggunakan hubungan
antara data keuangan dan data nonkeuangan yang dapat diprakirakan. Prosedur ini
umumnya diterapkan pada transaksi yang besar volumenya karena dalam kurun waktu
yang cukup panjang dapat diprediksi. Misalnya hubungan antara laba kotor dengan
penjualan (margin).

Uji Rinci (Test of Details)

Hal – hal yang dipertimbangkan dalam uji rinci disajikan dalam table berikut ini :

Perhatikan Penjelasan
Saldo akun, transaksi, dan disclosure yang Sesuatu yang material harus diperhatikan,
material apa pun hasil penilaian risiko yang material
(assessed risks of material misstatement)
Prosedur audit yang diwajibkan Meliputi semua prosedur yang sesuai ISA
dan kewajiban local. Prosedur yang
diwajibkan antara lain :
 Pemeriksaan journal entries dan
jurnal penyesuaian (adjustment)
lainnya yang material dibuat dalam
rangka penyusunan laporan
keuangan.
 Penanganan management override;
dan
 Pencocokan laporan keuangan
dengan catatan akuntansi terkait.
Perlunya prosedur konfirmasi eksternal Pertimbangkan kebutuhan untuk
memperoleh konfirmasi eksternal
sehubungan dengan asersi yang berhubungan
dengan saldo akun (saldo bank, investasi,
piutang, dan lain – lain) atau hal lain seperti
:
 Syarat dan kondisi dalam
perjanjian/perikatan hokum
 Transaksi antara entitas dan pihak –
pihak lain; dan
 Bukti ada/tidaknya kondisi tertentu
(seperti “side agreement” atau
perjanjian sampingan terhadap
kontrak penjualan)
Risiko yang signifikan Rancang dan laksanakan test of detail yang
khusus menanggapi risiko signifikan yang
diidentifikasi.
Timing (Penentuan waktu) Jika prosedur dilaksanakan sebelum akhir
tahun, periode tersisa harus ditangani dengan
melaksanakan prosedur substantif yang
dikombinasikan dengan ujian pengendalian
(test of controls) atau prosedur substantif
selanjutnya yang memberikan dasar yang
layak untuk menarik kesimpulan audit dari
tanggal interim, ke tanggal akhir tahun. Jika
salah saji yang tidak terduga ditemukan pada
tanggal interim, modifikasi atas prosedur
tersisa yang direncanakan perlu
dipertimbangkan.

Dalam menentukan prosedur substantif mana yang paling tepat menanggapi risiko yang dinilai,
auditor dapat melaksanakan :

1. Uji rinci (tests of details) saja; atau


2. Kalau tidak ada salah saji material yang signifikan, prosedur analitikal substantif saja;
atau
3. Kombinasi uji rinci dan prosedur analitikal substantif.

Prosedur Analitikal Substantif

ISA 520.5 menegaskan kewajiban auditor sehubungan dengan prosedur analitikal


substantif adalah sebagai berikut.

Ketika merancang dan melaksanakan prosedur analitikal substantif, secara terpisah atau
dalam kombinasi dengan uji rinci, sebagai prosedur substantif sesuai dengan ISA 330, auditor
wajib:
1. Menentukan tepatnya suatu prosedur analitikal substantif tertentu untuk suatu asersi
tertentu, dengan memperhatikan risiko salah saji yang dinilai auditor dan uji rinci. Jika
ada, untuk asersi tersebut;
2. Evaluasi keandalan data yang menjadi dasar ekspekstasi auditor mengenai angka yang
diprakirakan dan rasio yang digunakan, dengan memperhatikan sumber;
komparabilitas, dan sifat serta relevansi informasi yang tersedia, dan pengendalian atas
penyusunannya;
3. Kembangkan ekspektasi mengenai jumlah atau rasiom dan evaluasi apakah ekspektasi
tersebut cukup tepat untuk mengidentifikasi salah saji, secara terpisah atau tergabung
dengan salah saji lainnya, bisa menyebabkan laporan keuangan disalahsajikan secara
material; dan
4. Menentukan perbedaan antara jumlah yang tercatat dalam pembukuan dengan angka
prakiraan yang didasarkan atas nilai ekspektasi yang dapat diterima tanpa melakukan
investigasi lebih lanjut.

Teknik prosedur analytical

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur analitikal.
Tujuannya ialah memilih teknik yang paling tepat untuk memberikan tingkat asurans yang
dikehendaki. Teknik – teknik prosedur analitikal ini adalah analisis rasio, analisis tren, analisis
piutang – pokok, analisis pola, dan analisis regresi. Factor – fakto yang harus diperhitungkan
atau dipertimbangkan dalam merancang prosedur analitikal substantif.

 Cocok atau tepatnya penggunaan prosedur analitikal substantif tersebut, dengan sifat
asersi yang diperiksa.
 Keandalan data (internal atau eksternal) yang digunakan untuk menguji ekspektasi dari
angka yang dicatat atau rasio yang dikembangkan. Keandalan data ini perlu diuji
keakuratannya (accuracy), eksistensinya (existence), dan lengkapnya (completeness)
dengan uji pengendalian.
 Apakah ekspekstasinya cukup tepat untuk menunjuk salah saji yang material pada
tingkat assurans yang dikehendaki.
 Seberapa besar perbedaan antara angka yang dicatat dan nilai ekspektasi, yang bisa
diterima atau ditoleransi.
Substantive Test of Transaction

Substantive test of transaction adalah audit prosedur berupa test untuk mencari
kesalahan saji moneter (monetary misstatement) dari sistem akuntansi client. Hal ini dicapai
dengan menetapkan apakah transaksi individual telah dibukukan dan diikhtisarkan dengan
benar ke journal, masterfile, dan bukubesar. Substantive test of transaction digunakan untuk
memastikan apakah keenam transaction-related audit objectives telah cukup untuk setiap jenis
class of transactions. Contoh :

1. Penghitungan ulang (recalculation) dari angka nominal pada sales invoice dengan
melakukan perkalian kuantitas dikali dengan harga jual lalu menelusuri angka tersebut
ke sales journal.
2. Pemeriksaan vendor invoice pada transaksi pembelian inventory untuk melihat apakah
angka nominal yang tercatat pada acquisition journal sudah sesuai.
3. Penghitungan ulang (recalculation) pembayaran gaji pada payroll journal.
4. Penelusuran cash receipt customer ke master file piutang dagang, dengan mencocokan
nama customer dan angka penjualannya.

Analytical Procedures adalah prosedur yang dilakukan selama perencanaan dan


penyelesaian audit yang melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis dilakukan dalam 3 tahap:

1. Dalam tahap perencanaan untuk membantu auditor memahami bisnis klien dan
menentukan bukti lain yang diperlukan untuk memenuhi resiko audit yang bisa diterima
2. Selama audit, terutama selama pengujian substantif
3. Mendekati akhir audit sebagai ujian akhir kewajaran

Untuk menilai resiko material misstatement, keempat jenis test yang lain
penggunaannya tergantung hasil risk assessment procedure. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan jenis test antara lain ketersediaan kedelapan jenis evidence, besarnya biaya yang
berbeda-beda untuk setiap jenis test, keefektifan internal control dan inherent risk. Tabel
dibawah ini menggambarkan hubungan antara keempat audit prosedur lanjutan dengan
kedelapan jenis evidence.
Physical Inquiries of Analytical
Confirmation Documentation Observation Reperformance Recalculation
Examination the client Procedure
Test Of Control v v v v
Substantive test
of transaction v v v v
Analytical
Procedures
Test of details of
balance v v v v v v

Ditinjau dari besarnya biaya, maka urutan besarnya biaya adalah sebagai berikut (diurut
dari yang paling kecil biayanya):

- Analytical procedures
- Risk assessment procedures
- Tests of controls
- Substantive tests of transactions
- Tests of details of balances

Hubungan Antara Beberapa Pengujian Hubungan Pengujian pengendalian dengan


pengujian substantive Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian substantive
dengan lebih baik. Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya
mengidentifikakan kemungkinan salah saji yang mempengaruhi nilai rupiah dari laporan
keuangan, sedangkan sutu pengecualian dalam pengujian substantive transaksi atau pengujian
terperinci saldo.
Sumber

- http://mercubuana.ac.id/files/AuditingIII/MODUL%206-ok.pdf
- https://specialpengetahuan.blogspot.com/2014/07/pengertian-test-of-control-
pengujian.html
- Buku Tuana Kota

Anda mungkin juga menyukai