Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN KE 11 KULIAH KE 10

TEST OF CONTROL, SUBSTANTIF TEST dan TEST OF DETAIL


BALANCE

1. TEST OF CONTROL:
a. Tujuan test of control.
Menurut Arens, dkk yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2015) menyebutkan
tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menguji efektivitas
operasional dari pengendalian dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian
yang dinilai.
Menurut Sukrisno Agus (2001;72) menyebutkan tujuan pengujian pengendalian (test
of control) adalah untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
Dari uraian di atas, kami dapat menyimpulkan bahwa tujuan pengujian pengendalian
(test of control) adalah untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan
aktivitas-aktivitas dalam perusahaan termasuk di dalamnya setiap transaksi yang
terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan, dan untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian
dalam mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai.

b. Difinisi test of control.


Pengujian pengendalian (test of control) yang dikemukakan oleh Arens, dkk yang
diterjemahkan oleh Amir Abadi Yusuf (2003;434) adalah “Test of Control adalah
prosedur audit untuk menguji efektivitas operasional dari pengendalian dalam
mendukung pengurangan resiko pengendalian yang dinilai”.
Adapun pengertian pengujian pengendalian (test of control) menurut Sukrisno Agus
(2001;72) adalah “Test of Control adalah test terhadap bukti-bukti pembukuan yang
mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap
transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur
yang ditetapkan manajemen”.
Dari uraian di atas, kami dapat menyimpulkan pengertian pengujian pengendalian
(test of control) adalah prosedur audit yang bertujuan untuk menentukan dan
mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.
c. Obyek test of control.
Uji pengendalian meliputi pemilihan sejumlah sampel transaksi atau dokumen
pendukung yang representatif (artinya mewakili seluruh populasi) untuk;
1. Mengamati berfungsinya prosedur pengendalian internal;
2. Menginspeksi bukti bahwa prosedur pengendalian internal memang dilakukan;
3. Menanyakan bagaimana dan kapan prosedur pengendalian internal dilakukan; dan
mengulangi melaksanakan (re-perform) prosedur pengendalian internal.
Adapun Ruang Lingkup Test of Control (pengujian pengendalian) meliputi pengkajian
pengendalian akuntansi. Pengkajian ini dilakukan untuk mendapatkan tingkat kepastian yang
wajar bahwa prosedur dan metode dilaksanakan dan berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.

d. Langkah-langkah atau prosedur test of control.


Menurut Mulyadi (2002;223), tahap-tahap dalam melakukan test of control (pengujian
pengendalian) adalah sebagai berikut :
1. Telaah dan review pengendalian intern yang sudah digariskan
Sasaran utama tahapan ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang pengendalian intern yang sudah digariskan oleh perusahaan, termasuk fungsi
pengendalian akuntansi yang diinginkan, dan untuk memperoleh dokumentasi yang memadai
tentang pengendalian tersebut dalam kertas kerja audit. Tujuan utamanya adalah menentukan
dasar untuk mengevaluasi pengendalian intern yang ada. Metode telaah dan review
hendaknya meliputi :
a. Wawancara mengenai pengendalian intern dengan berbagai pihak atau karyawan yang
kompeten.
b. Penelaahan dan review atas struktur organisasi, bagan arus sistem, rincian tugas
karyawan dan pedoman prosedur yang telah dibuat.
2. Verifikasi pendahuluan pengendalian yang sudah digariskan
Cara yang dapat dilakukan dalam tahap ini adalah observasi, wawancara dan
pengujian pemrosesan menyeluruh (walk trough test) meliputi penelusuran sampel dari tiap
kelompok transaksi utama. Tujuan dari tahap ini untuk memastikan pengendalian intern
perusahaan sudah dipahami benar :
a. Untuk sekurang-kurangnya memperoleh kepastian minimal bahwa pengendalian
intern yang sudah digariskan oleh perusahaan benar-benar ada dalam sistem yang
nyata.
b. Untuk memperjelas dan memperbaiki pemahaman tentang fungsi-fungsi pengendalian
akuntansi yang dilaksanakan oleh pengendalian intern.
c. Untuk mengidentifikasi setiap pengendalian yang terlewatkan waktu me review
sistem yang sudah digariskan.
d. Untuk mengidentifikasi setiap pengendalian yang ada tetapi belum mendapat
pengesahan atau persetujuan yang seharusnya dari pimpinan perusahaan.
e. Untuk memutakhirkan kertas kerja audit mengenai pengendalian intern yang sudah
digariskan dan untuk menjadikan dokumen ittu sesuai dengan sistem aktual yang
sekarang ada dan sedang berjalan.
3. Evaluasi konseptual atau evaluasi pendahuluan atas pengendalian
Prosedur evaluasi konseptual atau pendahuluan atas pengendalian melalui analisis
pengendalian intern, meneruskan evaluasi setiap kelompok pengendalian dan merencanakan
strategi prosedur-prosedur auditing, merencanakan pengandalan pengendalian internal dan
tetapkan kebutuhan ketaatan untuk membenarkan pengendalan tersebut, serta merencanakan
pengujian subtantif dan prosedur audit ketaatan. Tujuan tahap ini dapat dinyatakan sebagai
berikut :
a. Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan pengendalian intern.
b. Untuk menentukan kebutuhan bukti subtantif yang bersifat sementara.
c. Untuk merencanakan pengendalan audit pada pengendalian intern tertentu.
d. Untuk menentukan bukti ketaatan yang perlu untuk dipertanggung jawabkan rencana
pengandalan audit pada pengendalian intern tertentu
e. Untuk membuat program audit sementara yang terdiri dari strategi pengendalan
pengendalian intern tertentu.
4. Pelaksanaan prosedur-prosedur ketaatan
Tujuan utama tahap ini untuk menguatkan kompetisi strategi audit sementara yang
direncanakan selama tahap ketiga di atas yaitu tahap evaluasi pendahuluan. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan bukti-bukti tambahan tentang eksistensi dan keefektivan
pengendalian yang diandalkan.
5. Evaluasi akhir pengendalian intern.
Evaluasi akhir hanya merupakan peninjauan kembali secara sepintas lalu atas evaluasi
pendahuluan dan cenderungmengukuhkan kesimpulan yang sudah dibuat auditor internal
sebelumnya tentang pengendalian intern yang sudah direncanakan. Tahap ini bertujuan
untuk :
a. Menelaah dan menafsirkan bukti-bukti yang berasal dari pengujian pengendalian
tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.
b. Mengevaluasi kembali pengendalian intern yang ada dan strategi prosedur audit yang
telah direncanakan selama tahap evaluasi konseptual atau evaluasi pendahuluan atas
pengendalian berdasarkan bukti-bukti tambahan yang dihasilkan tahap pelaksanaan
prosedur ketaatan.
c. Memperkuat prosedur-prosedur subtantif yang telah direncanakan apabila pengujian
pengendalian mengungkapkan bahwa pengendalian intern yang hendak diandalkan
dalam audit tidak beroprasi dengan tingkat keefektifan yang dianggap perlu untuk
bisa membenarkan prosedur subtantif yang telah direncanakan sebelumnya selama
tahap pelaksanaan prosedur ketaatan.

e. Manfaat test of control.


Auditor merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian untuk memperoleh
bukti yang memadai terkait efektivitas pelaksanaan pengendalian yang relevan.
Auditor menguji pengendalian untuk pada waktu-waktu tertentu, atau selama periode
dimaksud, yang mana maksud auditor adalah untuk mengandalkan pengendalian-
pengendalian tersebut. Bukti audit hanya berkaitan dengan waktu-waktu tertentu yang
mungkin dinilai cukup dengan tujuan auditor, misalnya ketika melakukan pengujian
pengendalian atas perhitungan fisik persediaan entitas pada akhir periode. Selain itu
jika auditor bermaksud untuk mengandalkan pengendalian selama periode
tertentu,pengujian pengendalian pada waktu-waktu yang relevan selam aperiode yang
dimaksud dinilai tepat. Pengujian semacam itu dapat mencakup pengujian atas
pemantauan entitas terhadap pengendalian.

2. SUBSTANTIF TEST.
a. Tujuan substantif test.
Prosedur substantive dapat dilaksanakan auditor untuk :
a. Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan (embedded) dalam saldo akun dan jenis transaksi;
b. Mendeteksi salah saji yang material
Prosedur substantif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau transaksi) yang
representatif (artinya mewakili seluruh populasi) untuk;
1) Menghitung ulang (recalculate) angka – angka untuk memastikan ketelitian
(Accuracy);
2) Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi, dan lain – lain);
3) Memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut – off tests atau uji pisah
batas);
4) Membandingkan angka – angka antar periode atau dengan harapan/ekspektasi
(analytical procedures);
5) Menginspeksi dokumen pendukung (seperti invoices atau kontrak penjualan);
6) Mengamati eksistensi fisik dari aset yang dicatat (misalnya mengamati penghitungan
persediaan); dan
7) Menelaah kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai seperti piutang ragu – ragu
atau persediaan yang using (obsolete inventory).

b. Difinisi substantif test.


Pengujian Subtantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dolar
(sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran
saldo laporan keuangan. Subtantif tes atau pengujian subtantif merupakan prosedur-
prosedur pengauditan yang dibuat oleh auditor untuk menguji atau mendeteksi
kesalahan salah saji material dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung

kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan.


Prosedur Substantif (atau pengujian substantif) adalah kegiatan yang dilakukan oleh
auditor selama substantif (diperlukan klarifikasi) tahap pengujian audit yang mengumpulkan
bukti-bukti mengenai validitas, kelengkapan dan / atau akurasi saldo akun dan golongan
transaksi yang mendasari. Manajemen secara implisit menegaskan bahwa saldo akun dan
kelas-kelas yang mendasari transaksi tidak mengandung salah saji material dengan kata lain,
bahwa mereka adalah material lengkap, valid dan akurat. Auditor mengumpulkan bukti
tentang pernyataan dari semua kegiatan perusahaan disebut prosedur substantif.
Prosedur substantif diatur dalam ISA 330 yang meliputi :
- ISA 330.18
Apa pun hasil penilaian risiko atas salah saji yang material, auditor wajib merancang
dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap jenis/kelompok transaksi, saldo akun dan
disclosure.
- ISA 330.19
Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal dilaksanakan
sebagai prosedur audit substantif.
- ISA 330.20
Prosedur audit substantif yang dibuat auditor harus meliputi prosedur audit yang
berhubungan dengan proses penutupan laporan keuangan.
a. Mencocokan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi yang
mendasarinya.
b. Memeriksa journal entries yang material dan jurnal penyesuaian lainnya (other
adjustments) yang dibuat dalam rangka penyusunan laporan keuangan.
- ISA 330.21
Jika auditor telah menentukan bahwa suatu risiko yang dinilai (assessed risk)
mengenai salah saji yang material pada tingkat asersi, memang merupakan risiko yang
signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif yang secara spesifik menjawab
risiko tersebut. Jika pendekatan terhadap risiko yang signifikan itu hanya terdiri atas prosedur
substantif, maka prosedur itu harus meliputi uji rincian.
- ISA 330.22
Jika prosedur substantif dilaksanakan di tengah tahun, auditor wajib
meliput/mencakup periode sisanya dengan melakukan:
a. Prosedur substantif, yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode yang
tersisa (intervening period); atau
b. Jika auditor menentukan sudah cukup, hanya prosedur substantif yang memberikan dasar
yang layak untuk meneruskan kesimpulan audit dari tanggal interim sampai ke akhir
periode.
- ISA 330.23
Jika salah saji yang tidak diperkirakan auditor ketika menilai risiko salah saji yang
material, dideteksi pada tanggal interim, auditor wajib mengevaluasi apakah penilaian risiko
tersebut dan sifat, waktu, dan luasnya prosedur substantif yang direncanakan untuk mencakup
periode tersisa, harus dimodifikasi
c. Obyek substantif test.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkina terjadi karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umu di Indonesia
c. Ketidakkonsistenan dalam penerapan akuntansi berterima umum di Indonesia
d. Ketidaktepatan pisah batas (cutt off) pencatatan transaksi
e. Perhitungan (Penambahan, pengurangan, pengalian, pembagian)
f. Pekerjan penyalinan, penggolongan dan peringkasan infrmasi
g. Pencantuman pengungkapan unsur tertentu dalam laporan keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian subtantif terhadap pendapatan penjualan (sales
revenue) auditor melakukan prosedur audit untuk menemukan:
1) Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan dalam
laporan laba rugi menjadi lebih rendah atau menjadi lebih tinggi dari jumlah yang
seharusnya
2) Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang tidak
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia sehingga dapat
mengakibatkan pemakaian laporan keuangan salah dalam membuat keputusan
3) Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam menyajikan
angka pendapatan penjualan dan tidak memberikan pengungkapan mengenai akibat
perubahan penerapan prinsip tersebut terhadap angka hasil laba bersih, sehingga hal
ini dapat mengakibatkan tidak dapat diperbandingkannya laporan keuangan klien
tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang disajikan dalam tahun
sebelumnya
4) Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cutt off) transaksi penjualan tidak tepat
ata tidak konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya. Misalnya
transaksi penjualan Tahun 20X1 dicatat leh klien sebagai pendapatan tahun 20 X1.
Contoh lainna adalag dalam tahun yang diaudit klien menggunakan tanggal 24
Desember sebagai tanggal cutt off untuk memisahkan transaksi penuaulan tahun yang
diaudit dengan tahun yang akan datang, sedangkan dala tahun sbeleumnya klien
menggunakan tanggal 31 desember sebagai tanggal pisah. Hal ini berakibat terhadap
terjadinya kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba rugi.
Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka penadapatan
penjualan karena terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (Clrercal works).
Pengumpulan informasi penjualan mencakup kegiatan menyalin informasi dari
berbagai dokumen ke dalam jurnal kegiatan menjumlah, mengurangi, mengalikan dan
membagi. Kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan memindahkan jumlahnya
untuk diposting kedalam akun-akun buku besar, kegiatan menyajikan informasi dalam
laporan keuangan. Dalam pengujian subtantif auditor melakukan prosedur aduti untuk
menemukan kesalahan moneter sebagai akibat dari kesalahan pekerjaan klerical ini

d. Langkah-langkah substantif test.


Prosedur substantif dirancang oleh auditor untuk mendeteksi salah saji yang material
pada tingkat asersi (at the assertion level). Ada dua jenis prosedur substantif, adalah sebagai
berikut:
1. Test of Details (Uji Rinci)
Sebagai prosedur substantif, tests of details ini melihat substansi (misalnya dari satu
akun) dengan menganalisis rincian atau detailnya. Uji ini dipakai untuk mengumpulkan
bukti audit yang memastikan angka dalam laporan keuangan berkenaan dengan asersi –
asersi seperti existence (misalnya persediaan barang memang ada), accuracy (hitungannya
sudah benar, misalnya dalam hal persediaan, jumlah unit dikalikan harga), dan valuation
(misalnya piutang yang diragukan akan dibayar oleh pelanggan, dibuatkan penyisihan,
sehingga saldo piutang dinilai dengan benar, tidak terlalu tinggi atau overstated).
2. Substantive Analytical Procedures (Prosedur Analitikal Substantif)
Sebagai prosedur substantif, prosedur analitikal substantif melihat substansi angka
dalam laporan keuangan. Perbedaannya ialah, prosedur ini menggunakan hubungan
antara data keuangan dan data nonkeuangan yang dapat diprakirakan. Prosedur ini
umumnya diterapkan pada transaksi yang besar volumenya karena dalam kurun waktu
yang cukup panjang dapat diprediksi. Misalnya hubungan antara laba kotor dengan
penjualan (margin).
e. Manfaat substantif test.
Dengan dilaksanakan subtantif tes ini maka auditor lebih meyakinkan bahwa transaksi
belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah di catat pada periode
laporan yang tepatm belalanja telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan
belanja telah diihtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar
f. Hubungan antara test of control dengan substanti test.
Adapun hubungan antara Test of Control dengan Suntanti Test, diantaranya:

a. Pengecualian dalam pengujian pengendalian, Merupakan suatu indikasi kemungkinan


salah saji yang mempengaruhi nilai dolar dari laporan keuangan
b. Pengecualian dalam pengujian substantif dari transaksi atau pengujian rincian saldo,
merupakan deviasi pengujian pengendalian
c. Pengujian substantif transaksi atau pengujian rincian saldo, harus dilakukan untuk
menentukan apakahsalah saji dolar sudah benar-benar terjadi Trade-off antara pegujian
atas pengendalian dan pengujian substantive.
Auditor membuat keputusan selama perencanaan apakah akan menetapkan risiko
pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus dilakukan untuk
menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan akan dibenarkan. Jika risiko
pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, resiko penemuan yang direncanakan
dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian substantive yang direncanakan
dapat dikurang Nilai dari Test of Control akan mempengaruhi kepada Test of Detail Balance
yang akan dilakukan . Kita berharap setelah dilakukan Test of Control (bisa bersamaan
dengan Substantive Test of Transaction) bisa menurunkan Control Risk sehingga Test of
Detail Balance bisa dikurangi (tidak terlalu dalam).
Di lain hal, jika kita sudah yakin bahwa Control Risk (Resiko Kontrol) auditee itu
jelek maka auditor bisa langsung ke tahap Test of Detail Balance, dengan tidak usah
melakukan Substantive test of transaction atau Analytical Procedures .
1) Test of Control
Test of control adalah tes yang dilakukan untuk menentukan kualitas internal control
suatu perusahaan. Test of control ini bisa juga dilakukan bersamaan dengan Substantive
Test of Transaction. Hasil dari Test of Control ini menetukan apakah Detail of Balance
perlu diperbanyak atau tidak. Di dalam test of control Auditor dapat melihat apakah
Inhirent Risk dapat turun atau malah tidak. Contoh: test atas transaksi penjualan,
penerimaan uang, dll.
2) Substantive Test of Transaction
d. Substantive test of Transaction adalah pengujian dalam audit yang dilakukan untuk
menguji pencatatan suatu transaksi sudah benar/belum. Substantive test of Transaction ini
melihat apakah suatu transaksi telah sesuai dengan tujuan audit transaksi yaitu existence
(eksistensi), completeness (kelengkapan), Accuracy (Akurasi), Classification
(Klasifikasi), Timing (Waktu), Posting and Summarizing (penyajian). Bagaimana cara
auditor melakukan pengujian atas transaksi-transaksi tersebut? Terdapat 4 prosedur audit
yang bisa dipakai oleh auditor yaitu wawancara (inquiries), Vouching (menelusuri dari
bukti pembukuan ke bukti transaksi), Tracing (menelusuri dari bukti transaksi ke bukti
pembukuan) , Reperforming (melakukan ulang proses yang telah dilakukan) .
3) Prosedur Analitis
Prosedur analitis lebih kepada membandingkan apa yang ada (dicatat) dengan apa yang
menjadi keyakinan/ekspektasi auditor. Bisa dilakukan dengan membandingkan data-data
keuangan dengan non keuangan atau dengan data-data lainnya yang memiliki hubungan.

3. TEST OF DETAIL BALANCE


a. Tujuan test of detail balance.
Tujuan dari test of details balance untuk menilai efektivitas pengendalian juga
kebenaran angka / unit moneternya, apakah telah disajikan secara wajar. Terdapat
permasalahan dalam tes detail atas saldo yaitu:
a. Menentukan jumlah sampel.
b. Memilih item / sampel di antara populasi. Suatu cara yang banyak dilakukan adalah
dengan membuat stratifikasi atas populasi. Dari tingkatan berdasarkan nilai rupiah
tersebut kemudian ditentukan masing-masing sampel yang akan diambil. Dengan
demikian dapat dilakukan penekanan terhadap suatu strata populasi dengan tidak
mengabaikan strata populasi yang lain.
Mengevaluasi hasil sampling. Setelah diketahui hasil pengujian atas sampel,
kemudian dicari generalisasi untuk seluruh populasi. Caranya dengan menjumlahkan
dari setiap strata ( misstatement / nilai sampel yang diambil ) x nilai buku strata tsb.
Meskipun masih terdapat kemungkinan sampling error, namun hal ini cukup
representatif terutama apabila auditor menggunakan statistical sampling
b. Difinisi test of detail balance.
Test of Detail balance adalah pengujian audit yang berfokus pada saldo akhir yang
ada pada buku besar ( bisa neraca, rugi laba ) .Contoh : Ending Balance AR, COGS,
dll.
c. Obyek test of detail balance.
Pengujian rincian saldo (test of details balances) berfokus pada saldo akhir buku
besar baik untuk akun neraca maupun akun laba rugi. Penekanan uatamanya dalam
sebagaian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca. Contohnya meliputi
konfirmasi saldo pelanggan menyangkut piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan,
dan pemeriksaan laporan vendor tentang utang usaha
d. Langkah-langkah test of detail balance.
Tahap-tahap auditor dalam melakukan Test of Detail Balance adalah berikut :
1. Mengenal resiko bisnis klien
2. Mengenal Inhirent Risk (Risiko Bawaan Klien) dan juga Resiko Kontrol (Contro
Risk) Perusahaan
3. Melakukan prosedur analitis serta pengujian atas pengendalian, transaksi. Jika
hasilnya bagus maka bisa mengurangi ditambah/dikuranginya detail of balance
4. Merancang Test of Detail, berapa hal-hal substantive yang perlu seperti prosedur
audit yang digunakan, sample size (ukuran sample), item to select (bukti yang
akan digunakan), timing (waktu)

e. Manfaat test of detail balance.


Pengujian rincian saldo sangat penting karena bukti-bukti biasanya diperleh dari
sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat dipercaya. Pengujian rincian
saldo dapat membantu menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan
sehingga dianggap sebagai pengujian sibtantif. Sebagai contoh , konfirmasi menguji
salah saji moneter piutang usaha dan karenanya merupakan pengujian subtantif,
demikian pula perhitungan persediaan dan kasa yang ada ditangan juga merupakan
pengujian subtantif.
f. Manfaat sampling audit.
Audit sampling banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa
voucing, tracing, dan konfirmasi. Sampling dipergunakan kalau waktu dan biaya
tidak memungkinkan untuk memeriksa seluruh transaksi/kejadian dalam suatu
populasi. Sampling dipergunakan untuk menginferensi karakteristik dari populasi.
Inferensi adalah tindakan atau proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-
premis yang diketahui atau dianggap benar. Keuntungan dari sampling itu sendiri
adalah :
1. Menghemat sumber daya: biaya, waktu, tenaga
2. Kecepatan mendapatkan informasi (up date)
3. Ruang lingkup (cakupan) lebih luas
4. Data/informasi yang diperoleh lebih teliti dan mendalam
5. Pekerjaan lapangan lebih mudah

BUAT RESUME SESUAI OUTLINE DI ATAS SEBAGAI MATERI KULIAH


PERTEMUAN HARI INI (Boleh secara kelompok)

PR TUGAS: Soal nomor: 13.24 dan 13.25 pada halaman 520, Buku: Arens, et.al.; Soal
nomor: 9.26 pada halaman 293, Buku: Rick Hayes, et.al. (Dikerjakan secara individu).

1. Soal No. 13.24 (Hal. 510: Buku Auditing dan Jasa Assurance (Arens, #15 Ed)
Diminta:
a. Tunjukkan apakah masing-masing prosedur itu adalah pengujian pengendalian,
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, atau pengujian rincian saldo.
b. Identifikasi jenis bukti untuk setiap prosedur itu

Jawaban : No. 13.24


Keterangan Tabel
Nomo
Point r
Pengujian Pengendalian 1
Pengujian Substansi atas Transaksi 2
Prosedur Analitis 3
Prosedur Analitis 4
Perhitungan Ulang 5
Konfirmasi 6
Prosedur Analisis 7
Dokumentasi 8
Wawancara 9
Observasi 10
Point A Point B
Jenis Pengujian Jenis Bukti Audit
N
Prosedur Audit 1
o
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Memfoot neraca saldo utang usaha dan
1 membandingkan totalnya dengan buku  
besar.
Mengkonfirmasikan saldo utang usaha
2  
secara langsung dengan vendor.
Menghitung urutan cek dalam jurnal
3 pengeluaran kas untuk menentukan  
apakah ada yang dihilangkan.
Memeriksa faktur vendor untuk
4  
memverifikasi saldo akhir utang usaha.
Membandingkan saldo beban pajak gaji
dengan tahun sebelumnya. Perbandingan
5  
itu memperhitungkan kenaikan tarif pajak
gaji.
Memeriksa inisial auditor internal pada
rekonsiliasi bank bulanan sebagai
6  
indikasi apakah rekonsiliasi itu telah
direview
Memeriksa faktur vendor dan
dokumentasi lain yang mendukung
7  
transaksi yang tercatat dalam jurnal
akuisisi.
Mengalikan tingkat komisi dengan total
8 penjualan dan membandingkan hasilnya  
dengan beban komisi.
Memeriksa faktur vendor dan dokumen
pendukung lainnya untuk menentukan
9 apakah jumlah yang besar dalam akun  
perbaikan dan pemeliharaan harus
dikapitalisasi.
Membahas tugas-tugas klerk pengeluaran
kas dengannya dan mengamati apakah ia
10  
bertanggung jawab menangani kas atau
menyiapkan rekonsiliasi bank.
Menanyakan tentang review bulanan oleh
penyelia utang usaha atas laporan
pengecualian yang dibuat komputer
11  
menyangkut laporan penerimaan dan
pesanan pembelian yang belum
dicocokkan dengan faktur vendor.
2. Soal No. 13-25 (Hal. 510: Buku Auditing dan Jasa Assurance (Arens, #15 Ed)
Diminta:
a. Untuk setiap prosedur audit, identifikasi apakah hal itu merupakan pengujian
pengendalian atau pengujian substantif atas transaksi.
b. Untuk setiap prosedur audit, identifikasi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
atau tujuan yang dipenuhinya?

Jawab:
Prosedur audit, jenis pengujian dan tujuan audit:
No Prosedur Audit Jenis Pengujian (A) Tujuan Audit (B)

Memeriksa salinan duplikat Untuk membuktikan bahwa jumlah


dokumen pengiriman untuk kuantitas barang dengan yang telah
Pengujian
1 membuktikan bahwa kuantitasnya dicatat dalam dokumen pengiriman telah
pengendalian
telah diverifikasi sebelum dicatat dengan benar atau benar-benar
pengiriman dilakukan. terjadi. Tujuan audit : keakuratan

Untuk memeriksa apakah jam kerja dan


Memilih sample cek gaji dan
Pengujian substantif kartu absensi telah benar-benar terjadi
2 mencocokkan jam kerja dengan
atas transaksi dan sesuai dengan cek gaji.
kartu absensi karyawan
Tujuan audit : keakuratan

Menggunakan perangkat lunak


Untuk menentukan apakah saldo telah
audit untuk memfoot dan
Pengujian substantif benar dicatat atau terdapat salah saji
3 mengcross-foot jurnal penjualan
atas transaksi moneter. Tujuan audit : Posting &
serta menelusuri saldonya ke buku
pengikhtisaran
besar

Memeriksa paket voucher dan


faktur vendor terkait untuk Pengujian
4 Klasifikasi
membuktikan persetujuan pengendalian
klasifikasi akun.
Menelusuri sample dokumen
Pengujian substantif
5 pengiriman ke ayat jurnal dalam Klasifikasi
atas transaksi
jurnal penjualan

Memeriksa sample slip


memindahkan gudang Pengujian
6 Keterjadian
menyangkut tanda tangan pengendalian
pejabat yang berwenang

Memilih sample ayat jurnal


dengan jurnal penerimaan kas dan
Pengujian substantif
7 menelusuri posting ke catatan Keterjadian
atas transaksi
piutang usaha pelanggan
individual.

Memilih sample faktur penjualan


dan mencocokkan harganya Pengujian substantif
8 Keakuratan
dengan daftar harga yang atas transaksi
disetujui.

3. Soal No. 9-26 (Hal. 393: Buku Rick Hayes et. al (#3 Ed)
Diminta:
a. Sebutkan hal-hal yang mungkin telah menyebabkan terjadinya situasi yang
dideskripsikan oleh akuntan perusahaan.
b. Sebutkan sejumlah prosedur yang seharusnya digunakan van Deelgaard untuk
menentukan sifat dasar dan cakupan salah saji.

Jawab:
a. Hal-hal yang mungkin telah menyebabkan terjadinya situasi yang dideskripsikan oleh
akuntan perusahaan adalah:
1) …
2) …
3) …
b. Prosedur yang seharusnya digunakan untuk menentukan sifat dasar dan cakupan salah
saji diantaranya adalah:
1) …
2) …
3) …
4)

Anda mungkin juga menyukai