PENDAHULUAN
1
termasuk pertimbangan biaya dari setiap jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan
gabungan jenis pengujian yang paling menghemat biaya, auditor akan merancang
program audit secara terperinci.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Berikut adalah penjelasan dari elemen-elemen perencanaan audit menurut Standar
Audit 300 tentang perencanaan audit suatu audit laporan keuangan adalah:
a. Perencanaan Awal
Beberapa hal penting yang terdapat dalam perencanaan awal ini adalah mengenai
keputusan menerima atau menolak klien baru maupun klien lama, mengidentifikasi
alasan klien untuk diaudit, menentukan staf untuk penugasan dan membuat surat
perikatan. Perencanaan awal itu terdiri dari hal-hal berikut ini:
1. Menyelidiki klien baru
Menyelidiki klien baru adalah hal yang penting bagi auditor sebelum mereka
memutuskan untuk menerima atau menolak klien tersebut. Hal itu dilakukan
dengan cara mengevaluasi prospek klien dalam lingkungan usaha, stabilitas
keuangan dan hubungan klien dengan kantor akuntan terdahulu. Auditor
pengganti diwajibkan untuk berhubungan dengan auditor sebelumnya dan harus
mendapatkan izin dari klien sebelum komunikasi dilakukan.
2. Melanjutkan klien lama
Untuk melanjutkan klien lama juga harus di evaluasi untuk memutuskan apakah
diterima atau tidak dapat dilanjutkan, penyebab tidak bisa dilanjutkannya
pemeriksaan karena perselisihan sebelumnya, jika terjadi tuntutan hukum
terhadap Kantor Akuntan Publik oleh klien.
3. Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit
Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti audit yang akan
dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan laporan.
Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bahan bukti audit jika
laporan digunakan secara luas.
4. Menentukan Staf untuk penugasan
Menentukan staf yang pantes untuk penugasan adalah penting untuk memenuhi
standar auditing yang telah ditetapkan dan meningkatkan efisiensi audit.
Pertimbangan yang mempengaruhi penyusunan staf adalah orang-orang yang
diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien.
5. Membuat surat perikatan
4
Tujuan dibuatnya surat perikatan adalah untuk mengurangi salah pengertian
sehingga harus dibuat secara tertulis. Surat perikatan adalah kesepakatan antara
KAP dengan klien, isi dari surat tersebut adalah menyatakan batasan dari
penugasan, batas waktu, bantuan akan diberikan atau daftar rincian yang perlu
disiapkan untuk auditor, serta honorariuran.
5
mencapai tujuannya) serta risiko salah saji material dalam laporan keuangan
karena risiko bisnis auditee. Cara yang dapat dilakukan untuk menilai risiko bisnis
auditee adalah dengan melakukan berbagai prosedur analitis, dengan
membandingkan berbagai data baik dari eksternal maupun internal perusahaan,
seperti:
1) Membandingkan Saldo tahun ini dengan saldo tahun sebelumnya.
Auditor dapat dengan mudah membandingkan saldo tahun berjalan
dan saldo tahun sebelumnya untuk memutuskan, apakah terdapat akun
yang memiliki kenaikan jumlah signifikan.
2) Membandingkan setiap saldo dengan mendetil dengan
membandingkan detail saldo tahun sebelumnya
Dengan secara singkat membandingkan detail saldo periode saat ini
dengan saldo periode sebelumnya, auditor kadang dapat menentukan
akun yang perlu pemeriksaan lebih lanjut
3) Menghitung rasio keuangan tahun ini dan membandingkan dengan
rasio keuangan tahun sebelumnya
Untuk mengetahui kondisi keuangan auditee, seorang auditor dapat
melakukan beberapa macam rasio keuangan, antara lain : Kemampuan
untuk membayar hutang jangka pendek, rasio likuiditas, kemampuan
untuk membayar hutang jangka panjang, serta rasio keuangan lainnya.
6
Bagan 2 Rasio likuiditas
d. Materialitas
7
entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang
memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Materialitas digunakan dalam membuat dan
mengaudit laporan keuangan dengan mempertimbangkan dampak terhadap
pengambil keputusan ekonomis, situasi yang ada (yang dipengaruhi ukuran dan sifat
salah saji), dan kebutuhan pemakai laporan secara umum. Dalam menentukan
materialitas auditor mengasumsikan pemakai:
1. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan
akuntansi, dan berkeinginan mempelajari informasi dalam laporan keuangan
dengan cukup cermat.
2. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat
materialitas
3. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi,
judgment, dan pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari
4. Membuat keputusan ekonomis yang wajar atas dasar informasi dalam
laporan keuangan.
Terdapat lima tahap berurutan yang saling terkait erat satu sama lainnya
dalam penerapan materialitas. Yaitu sebagai berikut:
1. Menetapkan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
8
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat
memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain,
bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan
memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan.
Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan
keyakinan berikut ini :
1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta
pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan
dikompilasi.
9
secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan
dan kecurangan.
10
dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektifitas pengendalian umum
teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan
pengendalian atas akses.
11
Sehubungan dengan hal diatas, SA 330.6 menetapkan Auditor harus merancang dan
mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut yang sifat, saat dan luasnya didasarkan
pada dan merupakan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah
dinilai pada tingkat asersi. Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit
(SA 330.7) mentapkan bahwa audito harus :
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi, saldo
akun, atau pengungkapan termasuk :
(i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
karakteristik tertentu yang relevan dengan golongan transaksi, saldo akun
atau pengungkapan (contoh risiko inheren) dan,
(ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang relevan
(contoh, risiko pengendalian), dan dengan demikian menuntut auditor
untuk memperoleh bukti audit untuk menentukan apakah pengendalian
berjalan efektif (contoh, auditor bermaksud untuk mengandalkan
efektivitas operasi pengendalian dalam menentukan sifat, saat dan luas
prosedur substantive)
(b) Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko yang lebih
tinggi.
12
Pengujian Rinci Saldo
13
1) Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal.
2) Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan
14
memilki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat
mengurangi pengujian substansif transaksi dan pengujian terperinci saldo.Namun di
perlukan untuk memeberikan kayakinan bahwa petugas yang melakukan verifikasi tidak
menuliskan inisiakl dalam dokumen tampa benar-benar melakukan prosedur pengendlian
atau denganmelakukannya dengan asal-asalan. Karena kebutuhan untuk menyelesaikan
beberapa pengujian ulang dan perhitungan ulang, banyak auditor pengujian atas
pengendalian awal.
15
2.4 Audit atas Estimasi Akuntansi (Sampling Audit)
Sampling adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsur
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis memadai bagi auditor
untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan. Sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Hasil sampel dapat
menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan sampling.
Risiko nonsampling adalah risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan
pengecualian yang ada dalam sampel. Penyebab risiko nonsampling adalah kegagalan
auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur audit yang tidak sesuai atau tidak
efektif.
Risiko sampling adalah risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah
karena sampel populasi tidak representatif. Auditor tidak mengukur risiko sampling.
Sebaliknya, auditor memilih item sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang
paling bermanfaat, dalam situasi tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi
atas dasar pertimbangan. Jenis sampling ini sering disebut dengan sampling
pertimbangan. Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yaitu:
1. Pemilihan sampel terarah
Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan
criteria pertimbangannya sendiri ketimbang menggunakan pemilihan acak.
2. Pemilihan sampel blok
Auditor memilih pos pertama dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara
berurutan.
3. Pemilihan sampel sembarangan
Auditor memilih item atau pos tanpa bias yang disengaja.
4. Pemilihan sampel acak sederhana
Auditor menggunakan sampel ini untuk populasi sampel apabila tidak
ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi
16
5. Pemilihan sampel sistematis
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item-item yang
akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut.
6. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran
7. Pemilihan sampel bertahap
17
BAB III
KESIMPULAN
Prosedur pengukuran dilakukan untuk menialai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. auditor melakukan pengujian pengendalian , pengujian subtantif
transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam
melakukan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26
(SA350) .
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat mencakup
jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang pertama sama seprti yang
digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal).
Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
Mengganti aktivitas terkait pengendalian
Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji
rupiah (sering kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung berpengaruh pada
ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian subtantif,
ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis subtantif, serta
pengujian terperinci saldo.
Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan
audit terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar terjadi (tujuan
keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya yang
rendah ke yang tinggi.
Prosedur analitis.
Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman
atas pengendalian internal
Pengujian pengendalian.
Pengujian substansif transaksi.
18
Pengujian terperinci saldo.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi risiko
risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan
kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini sering kali dinamai
dengan bukti gabungan (envidence mix).
Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian
internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah.
Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan
beberap risiko bawaan
Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa
pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan.
Analisis audit 4 rencana wal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang
digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji
pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian
substantif transaksi dan prosedur analitis substantive
Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat
subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya.
Auditor dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi untuk
penjualan dan penerimaan kas
Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik
Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban
piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.
19