Anda di halaman 1dari 19

International Journal of Business and Management Invention ISSN (Online): 2319 ­ 8028, ISSN (Cetak): 2319 ­ 

801X www.ijbmi.org || Volume 3 || Edisi 6 || Juni. 2014 || PP. 64­74

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas
Audit dengan Anggaran Waktu Audit dan Komitmen Profesional
sebagai Variabel Moderasi
Abdul Halim1, Sutrisno T2, Rosidi2, M. Achsin2 1 Universitas Gajayana Malang, Indonesia 2Brawijaya University Malang,
Indonesia

ABSTRAK: Kualitas audit yang tinggi menunjukkan bahwa auditor dapat mendeteksi laporan keuangan yang mengandung
materi salah saji, dan mereka dapat mengurangi informasi asimetri antara prinsipal dan agen, dan mereka dapat menjamin
kepentingan pemangku kepentingan. Mengenai pendapat ini, penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama adalah untuk menguji
pengaruh kompetensi auditor dan independensi pada kualitas audit. Kedua adalah untuk menguji apakah anggaran waktu audit
dapat memoderasi pengaruh kompetensi auditor dan independensi pada kualitas audit. Ketiga adalah menguji apakah komitmen
profesional memoderasi pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Unit analisis penelitian ini
adalah 918 akuntan publik di Indonesia pada tahun 2012. Data dikumpulkan dengan mengirimkan kuesioner. Sampel 278 dipilih
secara acak. Namun, data yang dikumpulkan adalah 178 yang. Teknik analisis yang digunakan adalah Partial Least Square
(PLS).   Hasil   pengujian   membuktikan   bahwa   pertama,   kompetensi   dan   independensi   auditor   berpengaruh   positif   terhadap
kualitas audit.  Ini  berarti  kompetensi  dan  independensi  auditor  yang  lebih  tinggi,  kualitas audit yang lebih tinggi.  Kedua,
anggaran waktu audit memperlemah pengaruh kompetensi dan kemandirian auditor terhadap kualitas audit. Ini berarti semakin
kecil anggaran waktu audit, semakin besar pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Ketiga,
komitmen profesional memperkuat efek kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit.  Ini  berarti  komitmen
profesional yang lebih kuat, efek yang lebih tinggi dari kompetensi dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

KEYWORDS: kualitas audit, kompetensi auditor, independensi auditor, anggaran waktu audit, komitmen profesional.

I. PENDAHULUAN Keandalan dan akurasi penyajian informasi keuangan dan pengungkapan
informasi penting untuk mendapatkan kepercayaan investor di pasar modal. Kepercayaan investor terhadap laporan keuangan 
emiten dapat ditingkatkan ketika diaudit oleh akuntan publik yang kompeten dan independen. Akuntan publik selalu menjaga 
kualitas audit berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Profesional Akuntan Publik Bersertifikat untuk 
kelangsungan hidup kliennya, investor dari perusahaan yang diaudit, dan Kantor Akuntan Publik sendiri. Namun, kenyataannya 
hal itu tidak terjadi.

Beberapa contoh di Indonesia yang muncul ke permukaan terkait dengan masalah laporan keuangan "memasak" adalah
PT Kimia Farma dan PT Bank Lippo. PT Kimia Farma melaporkan laba sebesar Rp 132 miliar. Bahkan, menghasilkan untung Rp
99 miliar. Sementara itu, PT Bank Lippo secara terbuka melaporkan laba sebesar Rp98 miliar. Namun, dalam beberapa bulan ke
depan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Jakarta menyatakan bahwa perusahaan kehilangan Rp 1,3 triliun
(Gumanti, 2003). Tindakan ini membuat ratusan kualitas laporan keuangan yang diaudit menjadi "dipertanyakan" (Soeratin,
2010).

Masalah­masalah ini adalah gejala masalah yang dihasilkan dari kualitas rendah oleh akuntan publik. Ini berpotensi 
menciptakan ketidakpastian dalam kualitas dan keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit. Oleh 
karena itu, dianggap penting untuk melakukan penelitian ini untuk mengeksplorasi variabel yang mempengaruhi kualitas audit. 
Terkait dengan kualitas audit, DeAngelo (1981) membuktikan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua faktor, yaitu kompetensi 
auditor dalam menemukan pelanggaran klien dalam sistem akuntansi dan independensi auditor untuk melaporkan temuan. 
Kualitas audit DeAngelo (1981) telah diperiksa ulang oleh beberapa peneliti, di antaranya Schroeder et al. (1986), Deis dan 
Giroux (1992), Carcello et al. (1992), Sutton (1993), Behn et al. (1997), Moizer (1998), Pemanasan dan Jensen (2001), Duff 
(2004), Jaffar et al. (2005), Baotham dan Ussahawanitchakit (2009), dan Alexander et al. (2010).

Hasil para peneliti ini menunjukkan konflik yang signifikan. Oleh karena itu, anggaran waktu audit dan komitmen
profesional   dimasukkan   sebagai   variabel   moderasi   pengaruh   kompetensi   dan   independensi   auditor   terhadap   kualitas   audit.
Termasuk anggaran waktu audit dan komitmen profesional sebagai variabel moderasi adalah untuk mengetahui apakah

www.ijbmi.org 64 | Halaman
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit dengan ...
anggaran waktu audit dan komitmen profesional dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh kompetensi dan independensi 
auditor terhadap kualitas audit?

Anggaran   waktu   audit   dalam   penelitian   ini   dimasukkan   sebagai   variabel   moderasi   pengaruh   kompetensi   dan
independensi auditor terhadap kualitas audit berdasarkan teori emosi James (1950) dan Lange (1922) dalam King (2007), yang
menyatakan bahwa emosi adalah hasil dari persepsi seseorang dalam menanggapi berbagai rangsangan dari luar. Sementara itu,
komitmen profesional dalam penelitian ini termasuk sebagai variabel moderasi pengaruh kompetensi dan independensi auditor
terhadap kualitas audit berdasarkan teori sikap Allport (1935) dalam Anwar (1995: 5), yang menyatakan bahwa sikap merupakan
predisposisi potensial untuk merespon dengan cara tertentu ketika individu menghadapi stimulus yang membutuhkan respons
(baik positif atau negatif). Lebih lanjut, dijelaskan bahwa gerakan mengandung tiga komponen: kognitif, afektif, dan konatif.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (a) menguji dan menjelaskan pengaruh kompetensi auditor
terhadap kualitas audit; (b) memeriksa dan menjelaskan pengaruh independensi auditor terhadap kualitas audit; (c) memeriksa
dan menjelaskan apakah anggaran waktu audit memoderasi pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit; (D) memeriksa
dan   menjelaskan   apakah   audit   anggaran   waktu   moderat   efek   independensi   auditor   pada   kualitas   audit;   (e)   memeriksa   dan
menjelaskan apakah komitmen profesional memoderasi pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit; (F) memeriksa dan
menjelaskan apakah komitmen profesional moderat efek independensi auditor pada kualitas audit;

Kontribusi teoritis dari penelitian ini adalah: pertama, memberikan pemahaman yang lebih baik pada kualitas audit dari
DeAngelo (1981) untuk memasukkan anggaran waktu dan mengaudit komitmen profesional sebagai variabel moderasi pengaruh
kompetensi   auditor   dan   independensi   pada   kualitas   audit.   Kedua,   mengembangkan   kerangka   teoritis   untuk   memperlakukan
kualitas audit sebagai konstruk dari beberapa variabel, yaitu kompetensi, independensi, anggaran waktu audit, dan komitmen
profesional   yang   lebih   baik   didefinisikan   melalui   indikator   empiris.   Kontribusi   praktis   dari   penelitian   ini   adalah   untuk
memberikan bimbingan bagi CPA atau Kantor Akuntan Publik untuk meningkatkan kualitas audit dengan mempertimbangkan
variabel penentu,  yaitu:  kompetensi  auditor,  independensi auditor,  anggaran  waktu  audit,  dan komitmen profesional dengan
indikator mereka.

II. TINJAUAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL, DANHIPOTESIS

PENGEMBANGAN2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Audit Kualitas

DeAngelo   (1981)   mengatakan   bahwa   kualitas   audit   adalah   kombinasi   probabilitas   auditor   yang   kompeten   untuk
menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan untuk melaporkan temuan mereka secara independen. Kualitas audit
diukur dengan dua indikator formatif, yaitu: (a) reputasi auditor di mana MacMillan dkk. (2004) menunjukkan bahwa reputasi
adalah persepsi publik tentang kinerja masa lalu auditor berkaitan dengan kualitas audit dan standar perilaku profesional yang
konsisten dalam proses audit dan (b) auditor spesialis industri di mana Mayhew dan Wilkins (2003) menyatakan bahwa auditor
yang sering ditugaskan untuk industri tertentu menjadi sangat mahir untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah audit industri
tertentu, sehingga menghasilkan audit berkualitas tinggi.

2.1.2 Kompetensi

Lasmahadi   (2002)   menyatakan   bahwa   kompetensi   adalah   atribut   pribadi   seseorang   yang   memungkinkan   untuk
mencapai kinerja yang unggul. Kompetensi auditor diukur dengan empat indikator formatif, yaitu: (a) perencanaan, di mana
Dikolli (2004) menyatakan bahwa adanya perencanaan audit yang baik membuat auditor akan berpotensi memiliki kompetensi
untuk menemukan salah saji material dan dalam perencanaan audit harus mempertimbangkan pengendalian internal klien sistem,
risiko audit, dan prosedur pengujian substantif; (B) pengetahuan, di mana Tan dan Libby (1997) menyatakan bahwa pengetahuan
adalah salah satu penentu kompetensi teknis dan sangat berguna dalam tugas auditor terstruktur; (c) pengalaman, di mana Colbert
(1989) menyatakan bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat penilaian dengan tingkat kesalahan yang lebih rendah
daripada auditor yang tidak berpengalaman sehingga mempengaruhi kompetensi; dan (d) pengawasan, di mana Malone dan
Roberts   (1996)   menyatakan   bahwa   pengawasan   yang   kuat   akan   mencegah   kemungkinan   auditor   untuk   bertindak   yang
mengurangi kualitas audit dan proses audit yang diawasi cenderung menghasilkan pengungkapan yang benar dan kualitas audit
yang lebih tinggi.

2.1.3 Kemerdekaan

Sridharan et al. (2002) menyatakan bahwa independensi auditor adalah sikap mental yang tidak bias untuk membuat
keputusan di semua audit dan pelaporan. Independensi auditor diukur dengan empat indikator formatif, yaitu: (a) persaingan
pasar audit, di mana Beattie et al. (1999) mengatakan bahwa persaingan pasar audit tercermin dari harga kompetitif yang tinggi
yang   mempengaruhi   untuk   mengurangi   jumlah   sumber   daya   personil   yang   berkualitas,   sehingga   risiko   untuk   menolak
kompetensi dan independensi auditor; (B) ketergantungan ekonomi, di mana Deis dan Giroux (1992) menyatakan bahwa di
bawah kondisi ekonomi tinggi ketergantungan dapat digunakan oleh klien untuk menindas auditor oleh perubahan auditor. Ini
dapat membuat auditor tidak dapat menghindari tekanan klien, sehingga menyebabkan mereka melemahkan independensi; (c)
layanan non­audit, di mana Ashbaugh (2004) menyatakan bahwa kehadiran layanan non­audit yang tinggi akan menciptakan
tinggi

www.ijbmi.org 65 | Halaman
ikatan   ekonomi   antara   auditor   dan   klien,   sehingga   dapat   menyebabkan   hilangnya   independensi   auditor;   dan   (d)   periode
penugasan auditor di mana Dye (1991) menyatakan bahwa keberadaan penugasan jangka panjang berpotensi dapat merusak
independensi auditor, karena dapat menumbuhkan kedekatan antara manajemen dan auditor.

2.1.4 Audit Waktu Anggaran

DeZoort (1998) menyatakan bahwa anggaran waktu audit adalah waktu anggaran perusahaan karena sumber daya yang
terbatas dialokasikan untuk melaksanakan audit. Anggaran waktu audit diukur dengan dua indikator reflektif, yaitu (a) anggaran
waktu, di mana DeZoort (1998) menghubungkan anggaran waktu anggaran untuk mengendalikan jumlah waktu untuk pekerjaan
audit secara keseluruhan; dan (b) batas waktu, di mana DeZoort (1998) mengaitkan batas waktu dengan batas waktu anggaran
untuk menyelesaikan pekerjaan audit pada tanggal / waktu yang ditentukan.

2.1.5 Komitmen Profesional

Aranya dan Ferris (1984) menyatakan bahwa komitmen profesional adalah cinta dan keberanian seseorang untuk 
melaksanakan tugas dibebankan berdasarkan aturan dan norma dalam profesi. Komitmen profesional diukur dengan tiga 
indikator reflektif Hall et al. (2005), yaitu: (a) komitmen profesional normatif berkenaan dengan perasaan auditor harus tetap 
dalam profesi, karena ia merasa kewajiban atau tugas yang dibuat dengan benar pada manfaat yang diberikan oleh organisasi 
profesional; (b) komitmen profesional berkelanjutan terkait dengan kesadaran auditor harus dalam profesi, karena biaya atau 
kerugian yang harus ditanggung oleh auditor (misalnya kerugian finansial) sehubungan dengan kehilangan organisasi profesional 
auditor; dan (c) komitmen profesional afektif mengenai keinginan untuk ingin berada dalam profesi, karena auditor memiliki 
ikatan emosional atau memiliki nilai yang sama dengan organisasi profesi.

2.2 Kerangka Konseptual Berdasarkan tinjauan teori di atas, dapat dibuat kerangka kerja konseptual berikut.

Gambar 1. Kerangka konseptual Penelitian

2.3 Pengembangan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh Kompetensi Auditor (X1) pada Kualitas Audit (Y1)

Watkins et al. (2004) membuktikan bahwa kompetensi auditor untuk menemukan dan menghilangkan salah saji 
material dan manipulasi dalam laporan keuangan mempengaruhi kualitas audit. Selanjutnya, Lee dan Stone (1995) juga 
membuktikan bahwa kompetensi dan independensi berpengaruh pada kualitas audit. Perry (1984) juga membuktikan bahwa ada 
empat faktor yang mempengaruhi kualitas audit yaitu ruang lingkup anggaran, tidak kompeten, kritis mengevaluasi transaksi, dan
tidak independen. Tidak kompeten dan independen adalah faktor dominan yang mempengaruhi kualitas audit. Oleh karena itu, 
hipotesis penelitian ini adalah: H1: kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit

2.3.2 Pengaruh Independensi Auditor (X2) terhadap Kualitas Audit (Y1)

Mojtahedzadeh dan Aghaei (2005) membuktikan bahwa independensi auditor merupakan faktor penentu di publik. 
profesi akuntansi. Tanpa independensi, tugas deteksi audit untuk menemukan salah saji material dipertanyakan, karena laporan 
bias memiliki pengaruh yang rendah terhadap kualitas audit. Selanjutnya, Wooten (2003) membuktikan bahwa independensi 
auditor merupakan faktor penting untuk mempengaruhi kualitas audit. Hussey dan Lan (2001) juga membuktikan bahwa audit 
hanya dapat dikualifikasi jika auditor menjadi independen untuk melaporkan pelanggaran perjanjian antara principal dan agent. 
Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah: H2: Independensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan ...

www.ijbmi.org 66 | Halaman
Pengaruh Kompetensi dan Auditor Independen pada Kualitas Audit dengan ...

2.3.3 Audit Waktu Anggaran (X3) Sedang Pengaruh Kompetensi Auditor pada Kualitas Audit (Y1)

Arnlod et al. (2000) membuktikan bahwa anggaran waktu yang ketat dalam mengaudit lingkungan akan menurunkan 
kompetensi auditor melalui ruang lingkup yang sempit; mengurangi prosedur audit tertentu, bergantung pada bukti kualitas yang 
lebih rendah, dan penghapusan beberapa prosedur audit. Mann dan Tan (1993) menyimpulkan bahwa anggaran yang ketat kali 
sering menyebabkan stres yang tinggi untuk auditor yang ditandai dengan penurunan dalam pemikiran dan penilaian, 
penyempitan dalam persepsi pemilihan, ketidaktentuan, dan tidak lengkap dan tidak pandang bulu dalam mencari informasi yang 
dapat mengurangi kompetensi auditor. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah: H3: Audit anggaran waktu memperkuat 
pengaruh kompetensi auditor pada kualitas audit

2.3.4 Audit Waktu Anggaran (X3) Moderat Pengaruh Auditor Independen pada Kualitas Audit (Y1)

anggaran waktu audit ketat muncul dari ketidakseimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia yang menyebabkan 
stres mempengaruhi etika profesional auditor melalui sikap, niat, perhatian, dan perilaku auditor (DeZoort, 1998 dan Braun, 
2000). Akibatnya, independensi auditor menurun dan akan meningkatkan risiko bahwa opini audit tidak tepat, sehingga dapat 
merugikan pengguna laporan keuangan yang diaudit (McNair, 1991). Sementara itu, Smith dkk. (1997) membuktikan bahwa 
audit anggaran waktu yang ketat sering menyebabkan efek negatif yang tidak diinginkan pada independensi yang mempengaruhi 
kualitas audit. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah: H4: Audit waktu anggaran memperkuat pengaruh independensi 
auditor pada kualitas audit

2.3.5 Komitmen Profesional (X4) Moderat Pengaruh Kompetensi Auditor pada Kualitas Audit (Y1)

Komitmen profesional merupakan faktor penting dalam perilaku individu dalam konteks profesi. Auditor dengan 
komitmen profesional tingkat tinggi cenderung lebih kompeten dan independen dalam mengatasi masalah yang terkait dengan 
konflik antar peran dan tetap fokus pada pekerjaan (Lui et al., 2001). Sementara Yetmar (2005) membuktikan bahwa komitmen 
profesional yang tinggi tercermin dalam kepekaan terhadap isu­isu etika profesional untuk meningkatkan kompetensi dan 
independensi auditor. Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah: H5: Komitmen profesional memperkuat pengaruh 
kompetensi auditor terhadap kualitas audit

2.3.6 Komitmen Profesional Audit (X4) Moderat Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit (Y1)

Greenfield dkk. (2007) membuktikan bahwa komitmen profesional yang tinggi dapat menjadi faktor untuk 
meningkatkan kompetensi dan independensi auditor. Hasil studi Shaub et al. (1993) menyimpulkan bahwa salah satu komponen 
penting dari komitmen ini adalah dasar dari standar profesional dan etika yang digunakan sebagai dasar praktek akuntan publik 
sehingga dapat meningkatkan kompetensi auditor dan kemandirian dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, hipotesis 
penelitian ini adalah: H6: Komitmen profesional audit memperkuat efek independensi auditor terhadap kualitas audit

III. METODE 3.1 Populasi dan Populasi Sampel

adalah akuntan publik di perusahaan akuntansi di Indonesia pada tahun 2012 yang memperoleh lisensi dari Menteri
Keuangan, tidak dalam kondisi cuti, dan penyebab lainnya, dengan jumlah 918 akuntan publik. Selanjutnya, sampel dipilih secara
acak mengacu pada rumus Slovin Umar (2000: 68) sebanyak 278 akuntan publik.

3.2 Jenis Data dan Pengumpulan Data

Penelitian   ini   menggunakan   data   primer   dalam   bentuk   persepsi   akuntan   publik   tentang   kompetensi   auditor,
independensi auditor, anggaran waktu audit, komitmen profesional, dan kualitas audit. Data dikumpulkan melalui kuesioner.
Responden   diberikan   lima   jawaban   alternatif   kualitatif,   kemudian   dihitung   dengan   memberikan   skor   untuk   setiap   jawaban
menggunakan skala Likert, dari sangat setuju (5) hingga sangat tidak setuju (1) (Sekaran, 2006).

3.3 Teknik Analisis Data Hipotesis 1 sampai 4 diuji dengan Partial Least Square (PLS) dengan persamaan berikut.
y1 = bo + b1x1 + b2x2 + b3x1 * x3 + b4x2 * x3 + b5x1 * x4 + b6x2 * x4 + e di

mana: y

= kualitas audit x

= kompetensi auditor x

= independensi auditor x

= anggaran waktu audit x

= komitmen profesional b

..... b

= koefisien regresi e = variabel lain yang tidak termasuk dalam model (variabel perancu) Bias respon, validitas, 
reliabilitas, linearitas, dan model goodness of fit diuji sebelum analisis PLS dilakukan,

www .ijbmi.org 67 | Halaman
Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan ...
IV. HASIL 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data melalui 
pengiriman kuesioner disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

No Kuesioner Pengiriman Dikirim (%) 1 Tahap 1 278 64 (23%) 2 Tahap 2 (pengulangan untuk tidak respons pada tahap 1) 214 
58 (27%) 3 Tahap 3 (pengulangan untuk tidak respons pada tahap 2) 156 56 (36%)

T otal 648 178 (27%) Sumber: Data primer yang diproses

Tabel 1 menunjukkan bahwa total 648 kuesioner dikirim dan menerima 178 atau 27 persen respons. Dengan demikian, jumlah 
data yang akan dianalisis sebanyak 178.

4.2 Hasil Pengujian Respon Bias, Validitas, reliabilitas, linearitas, dan Goodness of Fit Model

Respon hasil uji bias dengan menggunakan Kolmogorov ­Smirnov Z menunjukkan bahwa nilai asimetri signifikansi 
atau p nilai masing­masing variabel alpha lebih besar 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada bias respon. Hasil validitas 
menggunakan uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa p­value lebih kecil 0:05. Hasil ini menunjukkan bahwa item dalam 
kuesioner adalah valid. Sementara itu, hasil uji reliabilitas menggunakan Cronbach alpha menunjukkan bahwa nilai alpha 
Cronbach melebihi 0,6. Hasil ini menunjukkan bahwa item dalam kuesioner mengungkapkan dapat diandalkan. Hasil uji asumsi 
linieritas menggunakan model kurva Curve Fit menunjukkan bahwa signifikan untuk hipotesis keempat lebih kecil dari 0,05 
untuk semua model yang mungkin. Hasil ini menunjukkan modelnya linear. Hasil uji Goodness of Fit model menggunakan nilai 
R2 adalah 0,6873 atau 68,73 persen. Ini menunjukkan bahwa data dapat menjelaskan informasi 68,73 persen berdasarkan model. 
Sisanya 31,27 persen dijelaskan oleh variabel lain (di luar model) dan kesalahan. Hasil ini mengatakan bahwa model PLS 
terbentuk dengan baik. Dengan demikian, model dapat digunakan untuk pengujian hipotesis.

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan Hasil pengujian hipotesis menggunakan PLS disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 
2 di bawah ini.

Tabel 2. Estimasi koefisien, t­stat, dan p­value dari uji hipotesis

Relation

Estimasi koefisien

t­stat p­value

Kompetensi auditor (x1)  → Kualitas audit (y1) 0,173 2,267 0,023 Auditor independen (x2)  → Kualitas audit (y1) ) 0,246 3,184


0,001 Anggaran waktu audit (x3)  →  Kualitas audit (y1) 0,286 3,950 0,000 Komitmen profesional (x4)  → Kualitas audit (y1)
0,185 2,187 0,029 x1 * x3 → Kualitas audit (y1) ­0,211 2,820 0,005 x1 * x4 → Kualitas audit (y1) 0,219 3,168 0,002 x2 * x3  →
Kualitas audit (y1) ­0,209 3,021 0,003 x2 * x4 → Kualitas audit (y1) 0,214 3,421 0,001 Sumber: Data primer yang diproses pada
tahun 2012

www.ijbmi.org 68 | Halaman
4.3.1 Pengaruh Auditor Kompetensi (X1) pada Kualitas Audit (Y1)

Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p­value 0,023 lebih kecil dan alpha 5%, t­stat 2,267 lebih besar
1,96. Nilai estimasi koefisien 0,273 untuk berat badan dalam adalah positif. Ini menunjukkan hubungan yang positif. Ini berarti
kompetensi auditor yang lebih tinggi, kualitas audit yang lebih tinggi. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan
bahwa kompetensi auditor memiliki efek positif pada kualitas audit diterima.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Schroder et al. (1986) dan Duff (2004) yang membuktikan bahwa atribut 
untuk menentukan kualitas audit adalah kompetensi auditor. Selain itu, data empiris menunjukkan bahwa kompetensi auditor 
dibentuk oleh perencanaan audit yang baik, pengetahuan, pengalaman, dan pengawasan. Ini ditunjukkan oleh nilai rata­rata 4.0. 
Sementara itu, hasil PLS menunjukkan bahwa indikator pengalaman menunjukkan pengaruh besar pada kompetensi auditor 
(urutan pertama) dengan berat luar 0,849, t­stat 3,128> 1,96, 0,000 dan p­value <0,05. Oleh karena itu, pengalaman dianggap 
sebagai indikator paling penting oleh responden untuk membentuk kompetensi auditor. Argumen ini didukung oleh Bouwman 
dan Bradley (2004) bahwa pengalaman auditor merupakan elemen penting dalam tugas inspeksi. Pengalaman dapat diperoleh 
dari pekerjaan. Dengan melakukan pekerjaan, terutama untuk tugas dan rutinitas berulang (seperti audit), auditor bisa 
mendapatkan kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik dan dapat membuat keputusan yang lebih baik juga. Jadi, 
akan mendukung kompetensi. Selanjutnya, Tubbs (1992) menyatakan bahwa subjek dengan pengalaman audit lebih akan lebih 
kompeten menemukan lebih banyak kesalahan dan kesalahan item daripada auditor yang memiliki pengalaman kurang. Lebih 
lanjut, Simanjutak (2005: 88) menyatakan bahwa pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kompetensi kerja. 
Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan cepat dia menyelesaikan pekerjaan. Semakin 
banyak pekerjaan yang dilakukan seseorang, semakin banyak pengalaman dan pekerjaan yang luas dan memungkinkan untuk 
meningkatkan kinerja.

4.3.2 Pengaruh Independensi Auditor (X1) pada Kualitas Audit (Y1)

Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p­value 0,001 lebih kecil dari alpha 0,05 dan t­stat 3,184 lebih
besar dari 1,96. Nilai estimasi koefisien 0,346 untuk berat batin positif. Ini menunjukkan hubungan yang positif. Ini berarti
independensi auditor yang lebih tinggi, kualitas audit yang lebih tinggi. Oleh karena itu, hipotesis kedua bahwa independensi
auditor memiliki efek positif pada kualitas audit diterima.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Schroder et al. (1986), Deis dan Giroux (1992), Pemanasan dan Jensen
(2001), Baotham dan Ussahawanitchakit (2009), dan Alexander et al. (2010) yang menyatakan atribut yang menentukan kualitas
audit dengan fokus utama pada masalah moral dan etika adalah independensi auditor. Selain itu,

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit dengan ...
Gambar 1. Diagram Hasil Pengujian Hipotesis Menggunakan PLS

www.ijbmi.org 69 | Halaman
Pengaruh Kompetensi dan Auditor Independen pada Kualitas Audit dengan ...
data empiris menunjukkan bahwa independensi auditor dibentuk oleh persaingan pasar audit, ketergantungan ekonomi, layanan 
non­audit, dan penugasan di masa depan, dikatakan baik. Ini ditunjukkan oleh nilai rata­rata 4.0. Sementara itu, hasil PLS 
menunjukkan bahwa indikator layanan non­audit merupakan indikator dominan independensi auditor (urutan pertama) dengan 
berat luar ­0984, t­stat 4,184> 1,96, 0,000 dan p­value <0,05. Oleh karena itu, layanan non­audit dianggap sebagai indikator 
paling penting oleh responden untuk membentuk independensi auditor. Argumen ini didukung oleh Shockley (1981) bahwa firma
akuntansi yang menyediakan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko kerusakan 
independensi dibandingkan mereka yang tidak memberikan layanan tersebut. Ruddock dkk. (2006) juga membuktikan bahwa 
keberadaan layanan non­audit dapat menyebabkan hilangnya independensi auditor. Ini karena pendapatan terikat pada klien 
melalui penerimaan besar yang tidak terkait dengan audit. Independensi yang rendah membuat nilai layanan audit tidak akan 
bermanfaat dan pendapatnya tidak akan memberikan nilai tambahan (Sweeney, 1995 dan Mautz dan Sharaf, 1993). Selain itu, 
DeAngelo (1981b) menyatakan bahwa independensi auditor adalah keberanian untuk mengatakan "kebenaran meskipun 
kebenaran adalah berita buruk" dari perspektif klien. Lebih lanjut, Cox (2000) mengemukakan bahwa independensi auditor 
sangat penting untuk menjaga kepercayaan pada integritas pelaporan keuangan dan pasar modal. Oleh karena itu, auditor dituntut
untuk mempertahankan independensinya, kejujuran intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan (Marden dan Edwards, 2002).

Oleh karena itu, independensi harus dipandang sebagai salah satu karakteristik auditor yang paling penting. Ini adalah
alasan mengapa begitu banyak orang yang kehilangan kepercayaan diri mereka menggantung dalam keadilan pelaporan keuangan
oleh   laporan   auditor   adalah   karena   mereka   berharap   untuk   mendapatkan   pendapat   yang   tidak   memihak.   Standar   auditing
menyatakan bahwa auditor harus independen, artinya tidak mudah terpengaruh karena ia melakukan pekerjaan untuk kepentingan
umum. Kepercayaan publik akan menurun jika ada bukti bahwa independensi sikap auditor ternyata berkurang. Oleh karena itu,
agar independen, auditor harus objektif untuk mengungkapkan fakta.

4.3.3 Audit Waktu Anggaran (X3) Sedang Pengaruh Kompetensi Auditor (X1) pada Kualitas Audit (Y1)

Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p­value 0,005 lebih kecil alpha 0,05 dan t­stat 2,820 lebih
besar dari 1,96 . Nilai estimasi dari koefisien inner weight ­0311 adalah negatif. Ini menunjukkan hubungan negatif. Ini berarti
semakin kecil anggaran waktu audit, semakin besar pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa anggaran waktu audit memperkuat pengaruh kompetensi auditor terhadap kualitas audit
ditolak.

Hasil   penelitian   ini   didukung   oleh   teori   ketahanan   Grotberg   (1995),   yang   menyatakan   bahwa   ketahanan   adalah
kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi tekanan pekerjaan atau tekanan hidup, dikelompokkan menjadi empat tingkatan,
yaitu mengalah, bertahan hidup, pulih, dan berkembang.

Berdasarkan teori ketahanan Grotberg (1995), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan responden untuk
menghadapi dan mengatasi tekanan anggaran waktu audit di tingkat berkembang menunjukkan bahwa individu tidak hanya
mampu kembali berfungsi sebelum dan ketika ada tekanan, tetapi individu ulet akan mampu menghadapi dan mengatasi kondisi
yang penuh tekanan dan menantang, dengan membawa kemampuan baru yang membuat individu lebih baik. Individu pada
tingkat berkembang memiliki karakteristik berikut: sikap yang tenang, kontrol emosi, kemampuan, visi yang jelas, konsep diri
yang positif, komitmen / tanggung jawab terhadap profesi, pengalaman, pengetahuan, keinginan untuk hubungan sosial yang
positif, dan kualitas iman.

Agar auditor mampu menghadapi dan menanggulangi anggaran waktu audit yang ketat, mereka harus cepat maju 
(berkembang) dalam teori ketahanan Grotberg (1995), karakteristik yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup. 
Sehubungan dengan pengalaman dan pengetahuan, data empiris menunjukkan bahwa 46 persen responden memiliki pengalaman 
lebih dari 7 tahun dan 47 persen telah diaudit sebanyak 4 kali setahun. Selanjutnya, 51 persen pengetahuan dan keterampilan 
responden yang terkait dengan pengetahuan profesional mereka melebihi 24 SKP. Trotman dan Wright (1996) menyatakan 
bahwa pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperpanjang kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan 
pekerjaan yang sama, semakin terampil dan cepat dia menyelesaikan pekerjaan. Semakin banyak jenis pekerjaan yang dilakukan 
seseorang, semakin banyak pengalaman kerja yang kaya dan ekstensif yang memungkinkan peningkatan kinerja. Lebih lanjut, 
Libby dan Frederick (1995) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang tersimpan dalam memori yang penting 
bagi auditor, karena ketika perubahan audit lingkungan, auditor perlu meningkatkan pengetahuan tentang praktik terbaik untuk 
membuat penilaian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin kecil anggaran waktu audit, pengaruh yang lebih besar dari
kompetensi auditor terhadap kualitas audit. Ini tidak berarti bahwa anggaran waktu audit yang lebih kecil, pengaruh yang lebih 
besar dari kompetensi auditor pada kualitas audit. Hal ini diingatkan oleh McNair (1991) bahwa audit harus diatur dengan 
anggaran waktu dan biaya audit standar. Umumnya, auditor cenderung menetapkan bukan standar dan biaya audit. Biaya yang 
tidak sesuai dengan standar auditing akan menyebabkan waktu anggaran lebih singkat dan tidak diukur secara akurat. Hasil PLS 
menunjukkan bahwa indikator batas waktu merupakan indikator yang mencerminkan besar anggaran waktu audit (urutan 
pertama) dengan pembebanan luar 0,869, t­stat 3.316> 1.96, 0.001 dan p­value <0.05. Oleh karena itu, tenggat waktu dianggap 
indikator paling penting oleh responden untuk mencerminkan anggaran waktu audit.

www.ijbmi.org 70 | Halaman
Pengaruh Kompetensi dan Auditor Independen pada Kualitas Audit dengan ...
Argumen ini didukung oleh Eden (1982) bahwa batas waktu adalah tekanan waktu sementara yang membawa efek pada
intensitas tinggi. Waktu tekanan pada saat ini terlihat lebih berbahaya daripada tekanan anggaran waktu. Batas waktu dapat
membuat auditor diminta untuk menyelesaikan pekerjaan segera sebelum waktu / tanggal yang ditentukan.  DeZoort  (1998)
menyatakan bahwa tenggat waktu dapat berasal dari perusahaan, klien, dan pihak ketiga seperti regulator. Tenggat waktu dapat
muncul tiba­tiba (tidak terduga), sehingga menciptakan tekanan tambahan bagi auditor dan sifat tak terduga membuat auditor
lebih sulit untuk dikelola.

4.3.4 Audit Waktu Anggaran (X3) Sedang Pengaruh Auditor Kemerdekaan (X2) pada Kualitas Audit (Y1)

Hasil hipotesis pada Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa p­value 0,003 lebih kecil dari alpha 0,05 dan t­stat 3,021 lebih
besar dari 1.96. Nilai estimasi koefisien inner weight ­0309 adalah negatif. Ini menunjukkan hubungan negatif (melemah). Ini
berarti semakin kecil anggaran waktu audit, semakin besar efek independensi auditor terhadap kualitas audit. Dengan demikian,
hipotesis keempat yang menyatakan bahwa anggaran waktu audit memperkuat efek independensi auditor pada kualitas audit
ditolak.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori ketahanan Grotberg (1995), yaitu kemampuan seseorang untuk menghadapi dan
mengatasi tekanan kerja atau kehidupan yang dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu tingkat mengalah, bertahan hidup,
pulih dan berkembang.

Berdasarkan teori ketahanan Grotberg (1995), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan responden untuk
menghadapi dan mengatasi tekanan anggaran waktu audit di tingkat berkembang menunjukkan bahwa individu tidak hanya
mampu kembali berfungsi sebelum dan ketika ada tekanan, tetapi individu ulet akan mampu menghadapi dan mengatasi kondisi
yang penuh tekanan dan menantang, dengan membawa kemampuan baru yang membuat individu lebih baik. Individu pada
tingkat berkembang memiliki karakteristik berikut: sikap yang tenang, kontrol emosi, kemampuan, visi yang jelas, konsep diri
yang positif, komitmen / tanggung jawab terhadap profesi, pengalaman, pengetahuan, keinginan untuk hubungan sosial yang
positif, dan kualitas iman.

Sehubungan dengan komitmen terhadap profesi, Jeffrey et al. (1995) proved that accountants with high professional
commitment considers important to adherence to standards and ethics to the improvement of moral development and ethics
encourage sustainable development to increase their independence. So, in order that auditor able to face and overcome tight time
budget audit, they must at advanced level rapidly (thriving) in resilience theory Grotberg (1995), the characteristics which have a
high commitment to profession.

In addition, Waggoner and Cashell (1991) warned that to loose audit time budget can make auditors are not motivated
to work harder. Adversely, too tight audit time budget can lead to counter­productive behavior. It is caused by presence of
neglected tasks. The same thing also expressed by Kelly and Margheim (1990) that tight time budget can affect the auditor's
behavior,   which  failed  to  examine  the  principles  of  accounting,   document   review   superficially,   the  client  receives  a  weak
explanation, and reduce work quality on one step below level of audit accepted. Therefore, according to Braun (2000) it would
impair auditor independence through a reduction in level of detection and investigation.

Sososutikno (2003) states that a tight audit time budget makes auditor is required to show the efficiency of the budget
period prepared. For accounting firm, rigorous audit time budget is a condition that can not be avoided in face of competition
climate. Accounting company should be able to make a proper audit time budget. Too long audit time budget create greater audit
costs, so client will bear greater cost of audit. This could be counterproductive if clients choose more competitive accounting
firm. Therefore, audit time budget should be realistic, not too long or too fast.

Audit time budget is necessary for auditors to perform their duties in order to meet client demand in a timely manner
and be one key to success in future auditors careers. Therefore, criteria to get a good ranking are the achievement of budget time
(Kelley and Seiler, 1982). In addition, audit time budget used as a tool for planning and control are best way for firm make
focused and comprehensive audit (Cook and Kelley, 1991).

4.3.5 Professional Commitment (X4) Moderate Effect of Auditor Competence (X2) on Audit Quality (Y1)

Hypothesis results in Table 2 above show that p­value 0.002 is smaller than alpha 0.05 and t­stat 3.168 is greater than
1.96. Estimated coefficient value of inner weight 0.219 is positive. It indicates positive relationship (strengthening). It means, the
stronger professional commitment, the greater effect of auditor's competence on audit quality. Thus, the fifth hypothesis which
states that commitment strengthens effect of professional auditor's competence on audit quality is accepted.

This study results are supported by research of Jeffrey and Weatherholt (1996) that auditors with high professional
commitment   behavior   is   more   directed   to   obey   rules   than   auditors   with   low   professional   commitment,   thus   increasing
competence   and   independence.   Gunz   and   Gunz   (1994)   proved   that   to   become   a   true   professional,   one   must   have   a   high
professional commitment to invest a lot of time and energy in learning and practicing the knowledge and professional skills.
Therefore, knowledge and skills are professionalism foundation that can improve their professional competence.

www.ijbmi.org 71 | Page
Effect of Competence and Auditor Independence on Audit Quality with...
Professional commitment to research is reflected by normative, continuous and affective professional commitment.
Normative professional commitment demonstrates indicators that reflect the major (first order) of professional commitments.
This indicates that normative professional commitments are considered most important by respondents.

4.3.6 Professional Commitment (X4) Moderation Effect of Auditor Independence (X2) on Audit Quality (Y1)

Hypothesis results in Table 2 above show that p­value 0.0012 is smaller alpha 0.05 and t­stat 3,421 is greater than 1.96.
Estimated coefficient value of inner weight of 0.219 is positive. It indicates positive relationship (strengthening). It means the
stronger professional commitment, the greater auditor independence effect on audit quality. Thus, sixth hypothesis which states
that professional commitment strengthens effect of auditor independence on audit quality is accepted.

This   study   results   are   supported   by   research   of   Jeffrey   et   al.   (1995)   who   concluded   that   accountants   with   high
professional commitment very concern to adherence and ethics that affecting to improve moral development and supporting
sustainable ethics development, thereby increasing independency. Lampe and Finn (1991) in his study concluded that auditor
ethics development reflects ethical and standards compliance. Auditor ethics development level is a function of their orientation
to meet standards and ethics related to professional commitment to improve auditor independence.

V. CONCLUSIONS, IMPLICATIONS, LIMITATIONS AND SUGGESTIONS 5.1 Conclusion

First, auditor's competence has positive effect on audit quality. It means the higher auditor's competence, the higher
audit quality. Second, auditor independence has a positive effect on audit quality. It means the higher auditor independence, the
higher audit quality. Third, audit time budget weaken effect of auditors competence on audit quality. It means the smaller audit
time budget, the greater effect of auditor's competence on audit quality. Fourth, audit time budget weaken effect of auditor
independence on audit quality. It means the smaller audit time budget, the greater effect of auditor independence on audit quality.
Fifth, professional commitment strengthens effect of auditor's competence on audit quality. It means the stronger professional
commitment, the greater effect of auditor's competence on audit quality. Sixth, professional commitment strengthens effect of
auditor independence on audit quality. It means the stronger professional commitment, the greater effect of auditor independence
on audit quality.

5.2 Implications

First implications are for auditor independence. Public accountant, in an effort to improve their competence, should
consider auditors competence creation, including planning, knowledge, experience, and supervision. Auditor experience should
be gained attention in effort to drive auditor's competence. Therefore, empirical data show that auditors experience is dominant to
improve auditor competence greater than other indicators.

Second implications are for auditor independence. Public accountant, in an effort to increase its independence, should
pay   attention   to   indicators   of   auditor's   independence,   namely   audit   market   competition,   economic   dependence,   non­audit
services, and future auditor assignments. Non­audit services should more concern to improve auditor independence. Empirical
data show that non­audit services shows greater effect than other indicators on auditor independence.

Third   implications   are   for   audit   time   budget.   Auditing   should   set   standard   time   budget   and   audit   fees   as   well.
Inappropriate auditing standards fee will lead to shorter budget time and not measured accurately. While longer audit time budget
can make auditors are not motivated to work harder.

Fourth implications are for professional commitments. Auditors, in an effort to improve his professional commitments,
should pay attention to indicators that reflect professional commitment, namely normative, continuous and affective professional
commitment.   Normative   professional   commitment   is   the   biggest   indicator   to   reflect   professional   commitment   than   other
indicators.
5.3 Limitations and Suggestions

Researchers did not differentiate between large (big four) and small (non big four) accounting firm as population and
study sample. Therefore, reader should be cautious in generalizing this study results. Further research should consider typology
of accounting firm, ie large (big four) and a small (non big four) auditing firm as population and study sample. Kelley and Seiler
(1982) warned that typology distinction is important, because it will affect on level of audit time budget pressures and perceived
behavior of auditors in audit. Auditor at a certain level has interest to receive an evaluation of their performance and one of the
important factors for good performance evaluation is achievement of audit time budget.

www.ijbmi.org 72 | Page
Effect of Competence and Auditor Independence on Audit Quality with...
REFERENCES [1]. Aranya, N. and KR Ferris. 1984. A Reexaminatio of Accountants Organizational Profesional Conflict.The
Accounting

Review.Vol.59:1­15 [2]. Arnlod, V., SG Sutton, SC Hayne, and CA P Smith. 2000. Group Decision Making: The Impact 
of Opportunity Cost Time

Pressure and Group Support Systems. Behavioral Research in Accounting. Vol. 12: 69­97 [3]. Ashbaugh, H. 2004. 
Ethical Issues Related to the Provision of Audit and Non­audit Services: Evidence from Academic Research.

Jurnal Etika Bisnis. (June): 143­148. [4]. Beattie, V., R. Brandt, and S. Fearnley. 1999. Perceptions of Auditor 
Independence: UK Evidence. Journal of International

Accounting, Auditing & Taxation. Vol. 8. Number 1: 67­107. [5]. Behn, BK, JV Carcello, DR Hermanson, and RG 
Hermanson. 1997. The Determinants of Audit Client Satisfaction

Among Clients of Big 6 Firms. Accounting Horizons. Sarasota Vol. 11. Iss. 1: 7­25 [6]. Boatham, S. and P. 
Ussahawanitchakit. 2009. Audit Independence, Quality, and Credibility: Effects on Reputation and

Sustainable Success of CPAs in Thailand. International Journal of Business Research. Volume 9. Number 1: 1­26 [7]. Braun, RL
2000. The Effect of Time Pressure on Auditor Attention to Qualitative Aspects of Misstatement Indicative of

Potential Fraudulent Financial Reporting. Accounting, Organization & Society. 25: 89­101 [8]. Carcello, J., R. 
Hermanson, and N. McGrath. 1992. Audit Quality Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Preparers, and

Financial Statement Users. Auditing: A Journal of Practice & Theory, Vol 11, Iss 1: 1­15. [9]. Cook, E., and T. Kelley. 
1991. Auditor Stress and Time­Budgets. The CPA Journal, (Jul.), Vol. 68, Iss. 7: 83­88 [10]. Colbert, JL 1989. The Effect of 
Experience Auditor's Judgements. Journal of Accounting Literature. 8: 137­149. [11]. Cox, R. 2000. Auditor Independence 
becomes Hot International Topic. Chartered Accountants Journal of New Zealand, 79 (8):

7–10. [12]. DeAngelo, LE 1981. Auditor Size and Auditor Quality. Journal of Accounting & Economics. (Dec.) 3: 183­
199. [13]. 1981b. Auditor Independence, "Low Balling" and Disclosure Regulation. Journal of Accounting & Economics, 
(August.): 113­

127. [14]. Deis, DR and GA Giroux. 1992. Determinants of Audit Quality in the Public Sector. Tinjauan Akuntansi. Vol.
67.

Number 3: 462­479. [15]. DeZoort, FT 1998. Time Pressure Research in Auditing Implication for Practice. The 
Auditor's Report. 22. No. 1 (Fall): 1­5 [16]. Dikolli, SS, SA McCracken, and JB Walawski. 2004. Audit­Planning Judgments and 
Client­Employee Compensation

Contracts. Behavioral Research in Accounting. Sarasota Vol. 16: 45­62 [17]. Duff, A. 2004. Auditqual: Dimensions of 
Audit Quality. Published by: The Institute of Chartered Accountants of Sacotland.

http://www.ssrn.com [18]. Dye, RA 1991. Informationally Motivated Auditor Replacement. Journal of Accounting & 
Economics. Vol. 14. Iss. 4: 347­374. [19]. Eden, D. 1982. Critical Job Events, Acute Stress, and Strain: a Multiple Interrupted 
Time Series. Organizational Behavior and

Human Performance. 30: 312­329. [20]. Grothberg, E. 1995. A Giude to Promoting Resilience In Chlidren 
Strengthening the Human Spirit. The Series Early Childhood

Development: Practise and Reflections. Number 8. The Hague: Benard van Leer Foundation. [21]. Greenfield, AC, CS 
Norman, and B. Wier. 2007. The Effect of Ethical Orientation and Professional Commitment on

Earnings Management Behavior. Jurnal Etika Bisnis. Vol. 75: 175­198. [22]. Gumanti, TA 2003. Motivasi Dibalik 
Earning Management. http//:korantempo.com [23]. Gunz HP and Gunz SP 1994. Professional Organizational Commitment and 
Job Satisfaction For Employed Lawyers.

Humman Relatation Journal. 47. (7): 801–827. [24]. Hall, M., D. Smith, and KL Smith. 2005. Accountant's 
Commitment to Their Profession: Multiple Dimensions of Professional

Commitment and Opportunities for Future Research. Behavioral Research Accounting. Vol 17: 89­109 [25]. Hussey, R. and G.
Lan. 2001. An Examination of Auditor Independence Issues from the Perspectives of UK Finance Directors.

Journal of Business Ethics, (Springer). Vol. 32. No. 2: 169­178. [26]. Iskandar, TM, MM Rahmat, and H. Ismail. 2010. 
The Relationship Between Audit Client Satisfaction and Audit Quality

Attributes: Case of Malaysian Listed Companies. International Journal of Economics and Management. 4 (1): 155 – 180 [27].
Jaffar, N., SM Ali, ZB Selamat, and N. Alias. 2005. The Perception of the Audit Partners, Audit Committee and Investment

Analyst on the Audit Quality Attributes in Malaysian. Finance India. (June). Vol. 19. Iss. 2: 535­546 [28]. Jeffrey, C. and N.
Weatherholt. 1996. Ethical Development, Professional Commitment and Rule Observance Attitudes: A Study

of CPAs and Corporate Accountants. Behavioral Research in Accounting. 8: 8–31. [29]. N. Weatherholt, and S. Lo. 
1995. Ethical Development, Professional Commitment, and Rule Observance Attitudes: A Study Of

Auditors In Taiwan. http//:www.ssrn.com [30]. Kelley, T. and RE Seiler.1982. Auditor Stress and Time Budgets. Jurnal 
CPA. Dec. 52: 24­34 [31]. Kelley, T. and L. Margheim. 1990. The Relationships Between Senior Auditor Budget Participation, 
Job Structuring, Job

Consideration And Staff Auditor Time Budget Pressure. The Journal of Applied Business Research. Vol. 18 (2): 105­
113 [32]. King. LA 2007. The Science of Psychology: an apprective view. Ed12. McGraw­Hill 1221 Avenue of the Americas, 
NY 10020 [33]. Lasmahadi, A. 2002. Sistem Manajemen SDM Berbasis Kompetensi. http//:www.e­psikologi.com [34]. Lee, TA 
and M. Stone. 1995. Competence and Independence: the Uncongenial Twins of Auditing?. Journal of Business

Finance & Accounting: 1169­1177. [35]. Libby, R. and D. Frederick. 1990. Experience and the Ability to Explain Audit 
Findings. Jurnal Penelitian Akuntansi. Vol.

22: 348­367. [36]. Lui, S., J. Ngo, and A. Tsang. 2001. Inter­Role Conflict as a Predictor of Job Satisfaction and 
Propensity to Leave: A Study of

Professional Accountants. Jurnal Psikologi Manajerial. 16 (5/6): 469–484. [37]. MacMillan, K., K. Money, S. Downing, 
and C. Hillenbrand. 2004. Giving your Organisation SPIRIT: An Overview and Call to Action for Directors on Issues of 
Corporate Governance, Coporate Reputation and Corporate Responsibility. Journal of General Management. Vol. 30: 15­42. 
[38]. Malone, CF and RW Roberts. 1996. Factors Associated with the Incidence of Reduced Audit Quality Behaviors. Auditing:

A Journal of Practice & Theory. 14: 39­46. [39]. Mann, L. and C. Tan. 1993. The Hassled Decision Maker: The Effects 
of Perceived Time Pressure on Information Processing in

Decision Making. Australian Journal of Management. 18 (2): 197­210. [40]. Marden, R., and R. Edwards. 2002. Issues 
of Auditor Independence Revisited. Internal Auditing Journal, 17 (2): 36­42. [41]. Mautz, RK, and HA Sharaf. 1993. The 
Philosophy of Auditing. American Accounting Association. Makalah kerja.

http://www.ssrn.com

www.ijbmi.org 73 | Page
Effect of Competence and Auditor Independence on Audit Quality with...
[42]. Mayhew, BW and MS Wilkins. 2003. Audit Firm Industry Specialization as a Differentiation Strategy: Evidence from Fees

Charged to Firms Going Public. Auditing: A Journal of Practice and Theory. (Sept.), Vol. 22. Iss. 2: 33­50 [43]. McNair, CJ
1991. Proper Compromises: The Management Control Dilemma in Public Accounting and its Impact on Auditor

Behaviour. Accounting, Organizations & Society. 16 (7): 635­653 [44]. Mojtahedzadeh, V. and P. Aghaei. 2005. Factors
Affecting on Independent Audit Quality: From the ViewPoint of Auditors and

Users. The Iranian Accounting and Auditing Review. Vol.11. Number. 38: 53­76. [45]. Moizer, P. 1998. Company 
Directors' Views on The Performance of The 1987 Big Eight And The 1996 Big Six., Leeds University

Business School. Makalah kerja. http://www.ssrn.com [46]. Perry, L. 1984. The SEC's Enforcement Activities. Jurnal 
CPA. Vol. 54. Number 4: 9­13. [47]. Ruddock, D., SJ Taylor, and SL Taylor. 2006. Non­Audit Services and Earnings 
Conservatism: Is the Auditor Independence

Impaired?. Contemporary Accounting Research, 23 (3): 701­ 746. [48]. Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian untuk 
Bisnis. Salemba Empat. Jakarta [49]. Shockley, R. and R. Holt. 1981. Perceptions of Auditors Independen: An Empirical 
Analysis. Tinjauan Akuntansi. (Oct.):

785­800 [50]. Schroeder, MS, I. Salomon, and DW Vikrey. 1986. Audit Quality: The Perception of Audit Committee 
Chairperson and

Audit Partners. Auditing: A Journal of Practise & Theory, Spring: 77­92 [51]. Shaub, MK, DW Find, and P. Munter. 
1993. Effects of Auditor's Ethical on Commitment and Ethical Sensitivity. Behavioral

Research Accounting. Vol. 5: 145­169 [52]. Smith, C., V. Arnold, and S. Sutton. 1997. The Impact of Time Pressure on 
Decision­Making for Choice and Judgement Tasks.

Accounting & Business Review. (July): 365­383. [53]. Soeratin, HZ 2010. Kantor Akuntan Publik Dibekukan. 
http//:www.depkeu.go.id. [54]. Sososutikno, C. 2003. Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku Disfungsional Serta 
Pengaruhnya Terhadap

Kualitas Audit. Simposium Akuntansi VI, Oktober: 1116­1124. [55]. Sridharan, UV, WR Caines, J. McMillan, and S. 
Summers. 2002. Financial Statement Transparency and Auditor

Responsibility: Enron and Andersen. Jurnal Audit Internasional. Vol. 6: 277­286. [56]. Sutton, SG 1993. Toward an 
Understanding of the Factors Affecting the Quality of the Audit Process. Decision Science. Vol.

24. Iss. 1: 88­105 [57]. Sweeney, JT 1995. The Moral Expertise of Auditors: An Exploratory Analysis. Research on 
Accounting Ethics, Vol. 2: 213­

234. [58]. Tan, H. and R. Libby. 1997. Tacit Managerial Versus Technical Knowledge as Determinants of Audit 
Expertise in the Field.

Jurnal Penelitian Akuntansi. Vol. 35: 97­113. [59]. Trotman, KT and A. Wright. 1996. Recency Effects Task 
Complexity, Decision Mode, and Task Specific Experience.

Behavioral Research in Accounting. Vol. 8: 134­175 [60]. Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. 
PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta [61]. Waggoner, JB and JD Cashell. 1991. The Impact of Time Pressure on Auditors' 
Performance. Jurnal CPA. (Jan­Apr.):

27­32. [62]. Warming, RB and L. Jensen. 2001. Quality Dimensions In External Audit Services An External User 
Perspective. European Accounting

Review, Vol. 7 (1): 1­15. [63]. Watkins, AJ, W. Hillison, and SE Morecroft. 2004. Audit Quality: A Synthetis Theory 
and Empirical Evidence. Journal of

Accounting Literature. Vol. 23: 153­194. [64]. Wooten, TC 2003. Research about Audit Quality. Jurnal CPA. (Jan.). 
Vol. 71. Iss. 1: 48­52 [65]. Wulandari, ER 2010. Strengthening the Integrity of Indonesian Capital Market. Makalah Seminar. 
Hotel Borobudur. Jakarta. 8

April. [66]. Yetmar, SA 2005. Tax Practitioners' Ethical Sensitivity: A Model and Emprical Examination. Journal of 
Business Finance &

Accounting. Vol. 32: 1171­1196.

www.ijbmi.org 74 | Halaman

Anda mungkin juga menyukai