Anda di halaman 1dari 7

Bab 6

ANALISIS CROSS-SECTION

ANALISIS keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar
tertentu. Standar tersebut bisa berupa (1) standar internal yang ditetapkan oleh manajemen seperti
target yang telah ditetapkan, (2) perbandingan historis atau membandingkan angka- angka keuangan
dengan angka-angka masa sebelumnya, dan (3) perbandingan dengan perusahaan atau industri yang
sejenis. Tanpa perbandingan tidak akan diketahui apakah prestasi keuangan suatu perusahaan
menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan. Bab ini membicarakan analisis
perbandingan cross section dalam analisis keuangan. Bab berikutnya akan membicarakan analisis
historis data keuangan, yang tidak lain merupakan analisis time series data keuangan.

6.1. PERBANDINGAN CROSS SECTION

Analisis cross section (perbandingan dengan perusahaan atau industri yang sejenis) akan bermanfaat
untuk melihat prestasi perusahaan relatif terhadap industri dan juga bermanfaat dalam kasus khusus
seperti untuk menentukan bonus bagi manajemen perusahaan. Bonus bagi manajemen perusahaan
pada beberapa perusahaan ditentukan berdasarkan keuntungan perusahan relatif terhadap industri.
Apabila perusahaan memperoleh untung di atas industri, manajemen perusahaan akan memperoleh
bonus, dan tidak memperoleh bonus apabila yang terjadi sebaliknya.

Mendefinisikan industri sejenis bukan merupakan pekerjaan mudah. Industri yang bisa diperbandingkan
pada dasarnya mempunyai satu atau beberapa elemen yang sama dengan perusahaan, Kesamaan
tersebut antara lain:

(1) Kesamaan dalam jenis bahan baku atau supplier

Perusahaan bisa dikelompokkan berdasarkan bahan baku yang dipakai, bisa juga berdasar proses
produksi yang dijpunyai. Standand Industrial Classification biasanya menggunakan kriteria semacam ini
(struktur fisik dan teknologi proses produksi dan homogenitas produksi). Klasifikasi semacam ini juga
banyak dipakai olch lembaga lain. Perhatikan klasifikasi industry yang dikeluarkan oleh laporan Jakarta
Stock Exchange (Bursa Efck Jakarta) untuk mengelompokkan saham-saham yang listing berdasarkan
industri.
Tabel 6.1. Klasifikasi Industri di BEJ (Bursa Efek Jakarta, 20X2)

I. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan


II. Makanan Termak
III. Pertambangan dan Jasa Pertambangan
IV. Konstruksi
V. Manufacturing and Commercial
A. Makanan dan Minuman
B. Manufaktur Tembakau
C. Produk Tekstil dan sejenisnya
D. Kertas dan Produk-produk sejenisnya
E. Pakaian dan Produk Tekstil Lainnya
F. Produk Kertas dan sejenisnya
G. Produk Kimia dan sejenisnya
H. Produk Adhesive
I. Produk Plastik dan Gelas
J. Semen
K. Produk Besi dan sejenisnya
L. Produk Besi fabrikasi dan sejenisnya
M. Produk batu, beton, dan sejenisnya
N. Mesin
O. Kabel
P. Peralatan Kantor dan Elektronik
Q. Produk Otomotif dan sejenisnya
R. Peralatan Fotografi
S. Farmasi
T. Barang Bahan Konsumsi (sabun, pasta gigi, dlm
VI. Pelayanan Transportasi
VII. Komunikasi
VIII. Perdagangan Retail dan Whole Sale
IX. Perbankan, Lembaga Keuangan Selain Bank, Lembaga Sekuritas, Asuransi dan Real Estate
A. Perbankan
B. Lembaga Keuangan Selain Bank
C. Asuransi
D. Properti dan Real Estate
X. Hotel dan Pelayanan Travel
XI. Perusahaan Holding dan investasi lainnya
XII. Lainnya
(2) Kesamaan dari sisi permintaan.

Pendekatan ini menggunakan produk-produk yang dihasilkan sebagai kriteria pengelompokan industri.
Apabila produk-produk memenuhi kebutuhan yang sama, dan produk-produk tersebut merupakan
substitusi satu sama lainnya, maka produk-produk tersebut masuk dalam kelompok industri yang sama.
Produk-produk tersebut bisa mempunyai horison yang pendek yaitu produk-produk yang sama saat ini,
tetapi bisa juga mempunyai horison jangka panjang yaitu produk-produk yang saling berkompetisi pada
beberapa tahun mendatang (misal sepuluh tahun mendatang). Perspektif jangka pendek mempunyai
relevansi yang tinggi karena membicarakan situasi saat ini, tetapi perspektif jangka panjang membuat
perusahaan waspada terhadap kemungkinan perubahan persaingan. Produk yang saat ini bukan
merupakan pesaing, barangkali merupakan pesaing potensial yang akan menjadi pesaing sesungguhnya
pada masa mendatang. Sebagai contoh, mesin fax saat ini tidak bersaing secara langsung dengan
komputer PC. Tetapi pada masa mendatang dengan semakin berkembangnya PC yang mempunyai
kemampuan fax dan modem, maka PC akan menjadi pesaing serius mesin fax. Keduanya akan
memenuhi kebutuhan generik yang sama, yaitu kebutuhan komunikasi.

(3) Kesamaan dalam atribut keuangan.

Dari sudut pandang investasi, saham-saham yang mempunyai beberapa kesamaan atribut bisa
dimasukkan ke dalam satu kelompok. Contoh atribut yang relevan adalah risiko, rasio PER (Price Earning
Ratio), dan kapitalisasi pasar untuk menentukan besar kecilnya kapitalisasi saham. Investor yang ingin
menginvestasikan dananya ke saham kecil (kapitalisasi pasar kecil) barangkali akan memilih 25% saham
paling kecil, dan membandingkan saham- saham yang mempunyai nilai kapitalisasi yang kecil.

Dalam memilih perusahaan yang akan dipakai sebagai perbandingan, analis juga bisa menggabungkan
ketiga atribut di atas. Misalkan sebuah perusahaan transportasi dengan aset tidak terlalu besar (misal
Rpl.5 miliar), maka perbandingan yang tepat adalah perusahaan transportasi lainnya dan yang
mempunyai aset yang hampir sama besarnya. Membandingkan perusahan terscbut dengan perusahaan
transportasi lain yang mempunyai aset Rpl00 miliar barangkali tidak sepenuhnya tepat.

Di negara-negara maju, data-data yang berkaitan dengan industri sejenis biasanya bisa dicari. Tetapi
tidak demikian halnya dengan data industri di negara-negara yang belum maju seperti di Indonesia. Saat
ini perusahaan yang go public dan listing di BEI mencapai sekitar 200 saham (bandingka dengan New
York Stock Exchange yang mencapai sekitar 1.700) Sebagian besar perusahaan di Indonesia masih belum
go public. Perusahaan-perusahaan yang belum go public biasanya tidak memberikan laporan keuangan
ke publik, dan dengan demikian data perbandingan akan sulit dipereloh. Kecuali bank-bank yang
mempunya data-dalta keuangan nasabahnya. Tetapi data semacam ini barangkali akan sulit diakses oleh
perusahaan lain, meskipun untuk perbandingan. Kalaupun menggunakan data perusahaan yang go
public, masih bisa dipertanyakan apakah data yang dipakai sudah dipertanyakan apakah data yang
dipakai sudah "representatif" karena data industri tersebut tidak memasukkan perusahaan yang tidak go
public (private). Masalah ini akan semakin rumit apabila perusahaan yang tidak go public tersebut
merupakan perusahaan yang domina dalam industri tersebut.
Masalah lain yang mungkin timbul adalah tidak "jelasnya” industri yang akan dipakai sebagai
perbandingan Perusahaan yang besar biasanya beroperasi tidak hanya pada satu sektor usaha saja,
tetapi melakukan diversifikasi pada beberapa sektor. Konglomerasi semacam Bimantara atau Salim
Group mempunyai ratusan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang sangat beragam.
Apabila perusahan semaecam tu menertikan laporan keumngamnya per segmen usaha, maka analisis
akan tertolong. karena bisa menggunakan segmen yang relevan dalam analisis. Tetapi biasanya
perusahaan semacam itu tidak menerbikan laporan per segmen, laporan yang dihasilkan biasanya
laporan konsolidasi yang mencakup semua jenis usaha. Laporan konsolidasi tentu saja kurang relevan
dalam analisis perbandingan.

Banyak juga perusahaan yang mempunyai usahap pokok yang tertentu, tetapijuga mempunyai usaha
pada sektor lain yang barangkali tidak terlalu dominan proporsinya. Kebanyakan laporan keuangan
perusahaan semacam ini juga bersifat konsolidasi, tidak melaporkan per segmen Perhatikan urut-urutan
semacam ini.

a. Perusahaan dengan kegiatan tunggal pada sektor yang relevan. Laporan keuangan tersedia.
b. Perusalhaan dengan beberapa aktivitas, tetapi mempunyai kegiatan yang dominan pada sektor
yang relevan. Laporan keuangan tersedia.
c. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan (mirip dengan
konglomerasi). Sulit menentukan sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan per segmen
tersedia
d. Perusahaan dengan banyak aktivitas, tidak ada aktivitas yang paling dominan. Ulit menentukan
sektor usaha yang relevan. Laporan keuangan hanya berupa laporan konsolidasi.
e. Perusahaan private, tidak ada laporan keuangan yang dipublikasikan. (sektor usaha yang relevan
adalah sektor usaha yang akan dijadikan bahan perbandingan).

Perhatikan bahwa industri yang relatif"jelas" adalah industri dengan perusahaan-perusahaan masuk
dalam kategori A. Kategori lainnya memerlukan pertimbangan tersendiri untuk menentukan Bagaimana
sebaiknya suatu industri didefinisikan. Perusahaan dalam kategori E barangkali sangat sulit dianalisis
karena tidak adanya data relevan yang tersedia. Perusahaan dalam kategori D juga sulit dianalisis karena
laporan keuangan yang tersedia masih bersifat konsolidasi. Menentukan industry yang paling tepat
untuk perbandingan dan mengkomunikasikan ke pihak eksternal kadang-kadang bukan merupakan
pekerjaan yang mudah. Sebagai contoh, Bankers Trust adalah bank yang terlibat dalam jual beli surat-
surat berharga (sering disebut sebagai market maker). Sifat usaha semacam ini lebih berisiko
dibandingkan dengan usaha perbankan konvensional yang memfokuskan pada manajemen tingkat
bunga (mengelola spread tingkat bunga deposito dengan tingkat bunga pinjaman). Tetapi pasar
keuangan (dan juga para analisnya) mengelompokkan Bankers Trust ke dalam kelompok perbankan,
yang mengakibatkan usaha Bankers Trust Nampak lebih berisiko dibandingkan rata-rata industri.
Akibatnya rasio PER Bankers Trust lebih rendah dibandingkan rasio PER industri, karena ada persepsi
balhwa Bankers Trust lebih berisiko dibandingkan dengan rata-rata industri. Misalkan Bankers Trust
dibandingkan dengan kelompok Investment Bank (seperti Salomon Brothers) yang terlibat dalam jual
beli saham dan surat berharga lainya, barangkali Bankers Trust tidak akan nampak tinggi risikonya,
dengan hasil PER-nya tidak terlalu rendah dibandingkan PER industri.

Pada beberapa situasi barangkali tidak tersedia angka industri di dala negeri. Contoh yang ing ekstrem
adalah maskapai penerbangan Singapura (Singapo e Airlines /SIA) yang merupakan satu-sa satunya
maskapai penerbangan di Singapura. Di Indonesia kita mempunyai PT KAI (Kereta Api Indonesia) yang
merupakan satu-satunya angkutan kereta api di Indonesia. Dalam situasi semacam ini perbandingan
dengan rata-rata indusiri domestik tidak mungkin dilakukan m kasus Singapore eAirlines, analis
barangkali bisa membandingkan angka-angka

SIA dengan angka-angka dari maskapai lainnya seperti Malaysian Airlines (MAS), British Airways. Dalam
kasus PT KAI (Kereta Api Indonesia), barangkali analis tidak bisa membandingkan secara langsung
dengan perusahaan kereta api di negara-negara lainnya, karena meskipun sama-sama bergerak dalam
industri kereta api, tetapi kondisi lingkungan di negara-negara lain barangkali akan sangat berbeda
dengan l kondisi lingkungan di Indonesia. Sebagai contoh, di Indonesia perusahaan kereta api yang
merupakan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) akan dibebani tugas sebagai agen sosial yang
mempunyai misi menjalankan tugas sosial tanpa memikirkan keuntungan. Sementara di negara lain misi
semacam itu barangkali tidak ada. PT KAI (Kereta Api Indonesia) di Indonesia memegang monopoli
angkutan kereta api, meskipun barangkali ada pengendalian harga. Di luar negeri barangkali persaingan
yang terjadi merupakan persaingan yang sempurna. Dengan beberapa keterbatasan tadi analis
memerlukan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan perbandingany yang tepat untuk PTKAI
(Kereta Api Indonesia). Barangkali perbandingan dengan standar internal (target) akan lebih tepat
diterapkan untuk PT KAI (Kereta Api Indonesia) dengan asumsi target tadi disusun secara realistis.

Berikut ini rasio-rasio keuangan untuk beberapa negara. Untuk Indonesia bisa dilihat pada lampiran.

Secara umum nampak bahwa perusahaan Amerika Serikat lebih likuid, solvabel, efisien, dan
menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan Jepang dan Korea. Apakah perbedaan ini disebabkan
oleh perbedaan akuntansi? Setelah perbedaan akuntansi disesuaikan Nampak bahwa kesimpulan di atas
masih tetap berlaku, sehingga perbedaan akuntansi nampaknya tidak mempengaruhi kesimpulan di
atas. Pertanyaan berikutnya adalah apakah perbedaan ini discbabkan oleh perbedaan faktor budaya dan
institusional. Sampai saat ini riset belum mengarah sampai ke riset untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Barangkali pertanyaan tersebut akan sangat relevan untuk dijawab atas perbedaan-perbedaan
yang terjadi antarnegara tersebut.
6.2. PERHITUNGAN RATA-RATA INDUSTRI

Untuk menghitung rata-rata industri seorang analis mempunyai beberapa alternatif:

(1) Menghitung nilai tunggal sebagai perbandingan,


(2) Menghitung nilai tunggal dengan dispersinya (standar deviasinya),
(3) Menghitung nilai untuk percentile tertentu (misal menghitung nilai untuk perusahaan-

perusahaan yang mempunyai ukuran 25% paling kecil).

Untuk perhitungan (1) di atas ada beberapa alternatif yang bisa dipakai

(1) Menghitung rata-rata aritmatika,


(2) Menghitung rata-rata tertimbang,
(3) Menggunakan median,
(4) Menggunakan modus.

6.3. PERBEDAAN ANTARINDUSTRI

Pada waktu nggunakan perbandingan industri, analis mempunyai asumsi implicit yaitu ada perbedaan
berarti dalam rasio-rasio keuangan antarindustri. Kalau asumsi semacam itu tidak terpenuhi maka tidak
ada artinya menggunakan perbandingan dengan industri yang sejenis, karena perbandingan dengan
rasio perusahaan dalam perekonomian sec ra keseluruhan akan menghasilkan analisis yang sama.
Perbandingan antarindustri secara implisit juga mengakui bahwa ada perbedaan risiko bisnis
antarindustri. Apabila asumsi ini benar, maka perbandingan dengan perusahaan-perusahaan dalam
industri relevan dilakukan karena perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain yang mempunyai
kelas risiko bisnis yang sama. Tetapi apabila risiko bisnis antarindustri tidak berlainan, maka
perbandingan antarindustri tidak puny dasar yang cukup kuat.

Penelitian yang dilakukan oleh David E. Scott Jr. dan John D. Martin (1975) menunjukkan bahwa
memang ada perbedaan yang berarti dalam angka-angka industri. Berikut ini hasil penelitian yang
dilakukan keduanya.
Rata-rata di atas dihitung dengan rata-rata aritmatika. Lampiran buku ini menyajik rasio keuangan yang
lebih lengkap untuk perusahaan-perusahaan yang go public. Analis bisa mempunyai fleksibilitas yang
lebih besar dalam hal penentuan industri yang dipilih (karena klasifikasi dari BEJ barangkali tidak
memuaskan), dan juga dalam hal perhitungan rata-rata industri Analisis di atas memasukkan data outlier
seperti kerugian pada beberapa perusahaan. Analis barangkali ingin menghilangan data outlier tersebut
dari analisis. Nampak daritabel di atas rata-rata angan cukup bervariasi, meskipun pengujian empiris
untuk data- -data di Indonesia, untuk menguji apakah ada perbedaan risiko antarbisnis belum dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai