Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN KERJA, DUE


PROFESSIONAL CARE, DAN AKUNTABILITAS TERHADAP
KUALITAS AUDIT PADA AUDITOR INDEPENDEN (STUDI KASUS
PADA KAP DI KOTA PALEMBANG)

Disusun Oleh :

NAMA : M. RIZKY BENANDO

NIM : 01031281419091

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

KAMPUS INDRALAYA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna
dalam pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah menjadi kewajiban
perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk mengekspose
laporan keuangannya kepada pihak yang berkepentingan. Maraknya skandal
keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan
dampak negatif kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Beberapa
skandal keuangan yang terjadi di luar negeri. Salah satunya ialah kasus Enron dan
KAP Andersen yang memanipulasi laporan keuangan.

Dari contoh kasus Enron memperlihatkan, bahwa sikap independensi,


objektif dan tanggungjawab profesional sangat dibutuhkan auditor dalam
melaksanakan tugasnya. Menurut FASB, ada dua karakteristik terpenting yang
harus ada dalam laporan keuangan, yaitu: relevan (relevance) dan dapat diandalkan
(reliable). Kedua karakteristik ini sulit untuk diukur. Maka dari itu dibutuhkan jasa
pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberikan jaminan bahwa laporan
keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan semua pihak yang berkepentingan pada perusahaan tersebut.

Laporan keuangan yang diaudit a dalah hasil pemrosesan negosiasi antara


auditor dengan klien (Antle, 1984). Dari hasil audit inilah, kemudian auditor
menarik sebuah kesimpulan dan menyampaikan kesimpulan tersebut kepada
pemakai yang berkepentingan. Dengan keadaan seperti ini auditor menghadapi
situasi yang dilematis dimana satu sisi auditor harus dapat bersikap independen
dalam menilai kewajaran laporan keuangan perusahaan, disisi lain auditor juga
harus mampu memenuhi tuntutan dari klien yang membayar fee atas jasanya agar
kliennya puas terhadap pekerjaanya dan menggunakan jasanya lagi ditahun yang
akan datang. Posisinya yang unik menempatkan auditor pada situasi yang dilematis

2
sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Jika auditor dapat menyelesaikan
pekerjaannya secara professional, maka kualitas audit akan terjamin karena kualitas
audit merupakan keluaran utama dari profesionalisme.

Karena kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan keuangan yang
dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. (Singgih dan Icuk, 2010)
mengungkapkan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh independensi dan
pengalaman. Kualitas audit menurut Christiawan (2002) ditentukan oleh
kompetensi dan independensi. Barnes dan Huan (1993) menyebutkan bahwa
pemberian opini tergantung pada faktor kompetensi dan independensi.

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa Independensi merupakan salah


satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. Independensi
mewajibkan auditor harus bersikap mandiri dan tidak memihak kepada klien yang
telah menugasinya dan membayarnya karena pada dasarnya auditor melaksanakan
pekerjaan untuk kepentingan public. Knapp, Michael (1985) mengatakan bahwa
yang mempengaruhi pemberian pendapat audit adalah kemampuan auditor untuk
bersikap independen meskipun mendapatkan tekanan dari pihak manajemen.
Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk
mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada
independensi yang dimiliki auditor tersebut.

Selain independensi, auditor juga harus didukung oleh faktor lain, misalnya
yang disebutkan dalam Pernyataan Standar Auditing (SPAP no.4, 2001) yaitu:
keahlian dan due professional care. Keahlian auditor biasanya ditentukan oleh (1)
pendidikan formal untuk jenjang pertama profesi akuntan publik, (2). Pelatihan dan
pengalaman dalam auditing dan akuntan publik, (3). Partisipasi dalam program
edukasi yang berkelanjutan selama karir profesi (Simamora, 2002 : 29). Dalam
penelitian Bernardi (1994) mengatakan bahwa pengalaman merupakan faktor yang
mempengaruhi kemampuan prediksi dan deteksi auditor. Klien akan puas dengan
pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki pengalaman melakukan
audit, responsif melakukan pekerjaan dengan tepat dan sebagainya (Christiawan,
2002).

3
Pengalaman Kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam
memprediksi kinerja akuntan publik, dalam hal ini adalah kualitas auditnya.
Seorang auditor harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi
dalam bisnis dan profesinya. Seorang auditor harus mempelajari, memahami dan
menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing
yang diterapkan oleh organisasi profesi. Dengan bertambahnya pengalaman
seorang auditor maka keahlian yang dimiliki auditor juga semakin berkembang.

Due Professional Care atau kemahiran profesi yang cermat dan seksama,
merupakan syarat diri yang penting untuk di implementasikan dalam pekerjaan
audit. Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa due professional
care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Louwers
dkk. (2008) menyimpulkan bahwa kegagalan audit dalam kasus fraud transaksi
pihak-pihak terkait disebabkan karena kurangnya sikap skeptis dan due professional
care auditor. Kemahiran profesional auditor yang cermat dan seksama
menunjukkan kepada pertimbangan profesional (professional judgment) yang
dilakukan auditor selama pemeriksaan (Simamora, 2002 : 29).

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang


untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada
lingkungannya. Auditor independen dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
profesinya, mengutamakan kepentingan masyarakat, mempunyai tanggung jawab
profesional, integritas yang tinggi, obyektif dalam bekerja, tidak memihak kepada
kepentingan siapapun dan selalu mengembangkan kemampuannya untuk
meningkatkan keahlian dan mutu jasa yang diberikan (Mediawati, 2001).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang bisa


diambil ialah :

4
1. Bagaimana pengaruh independensi terhadap kualitas audit ?
2. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit ?
3. Bagaimana pengaruh due professional care terhadap kualitas audit ?
4. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit ?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. menguji pengaruh faktor-faktor seperti independensi, pengalaman, due


professional care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit pada auditor
independen.
2. mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap kualitas audit.
Dalam penelitian ini responden yang dituju adalah auditor Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Kota Palembang.

1.4 Manfaat penelitian

- Kegunaan Praktis
1. Bagi Kantor Akuntan Publik

Dapat dijadikan masukan untuk membantu pihak Kantor Akuntan Publik


terutama untuk melihat pengaruh faktor-faktor seperti independensi, pengalaman,
due professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit sebagai
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas auditor dalam mengaudit laporan
keuangan suatu entitas.

2. Bagi Peneliti Lain

5
Terutama bagi para klien dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
pertimbangan dan pemikiran dalam mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor
seperti independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit pada auditor independen di kantor akuntan publik.

- Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu


untuk menambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung mengenai
pengaruh faktor-faktor seperti independensi, pengalaman, due professional care,
dan akuntabilitas terhadap kualitas audit pada auditor independen yang ada di
Kantor Akuntan Publik yang tersebar di Kota Palembang.

2. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran


dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu pengaruh
independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit pada auditor independen yang ada di Kantor Akuntan Publik yang
tersebar di Kota Palembang.

3. Bagi Universitas

Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh faktor-faktor


seperti independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit pada auditor independen yang ada di Kantor Akuntan Publik yang
tersebar di Kota Palembang.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

- Teori Agensi

Teori keagenan (Agency Teory) menjelaskan adanya konflik antara


manajemen selaku agen dengan pemilik selaku principal. Jensen dan Meckling
(1976) menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak antara satu atau
lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa layanan bagi
mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan
kepada agen.

Prinsipal ingin mengetahui segala informasi termasuk aktivitas manajemen,


yang terkait dengan investasi atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan
dengan meminta laporan pertanggungjawaban kepada agen (manajemen). Tetapi
acapkali terjadi kecenderungan tindakan manajemen yang memoles laporan agar
terlihat baik sehingga kinerjanya dianggap baik.

Untuk menghindari kecurangan manajemen dalam membuat laporan keuangan


maka diperlukan pengujian. Pengujian hanya bisa dilakukan oleh pihak ketiga yang
independen yaitu auditor independen. Dalam teori keagenan auditor sebagai pihak
ketiga membantu memahami konflik kepentingan yang muncul antara prinsipal dan
agen. Auditor independen dapat menghindarkan terjadinya kecurangan dalam
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen.

- Kualitas Audit

Sampai saat ini kualitas audit sukar untuk diukur secara obyektif, menurut
De Angelo (1981) mendifinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
(kemungkinan) dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Public sector GAO

7
(1986) dalam Badjuri (2011) mendefinisikan audit quality sebagai pemenuhan
terhadap standar profesional dan terhadap syarat-syarat sesuai perjanjian yang harus
dipertimbangkan.

Kualitas audit biasanya diukur dengan pendapat profesional auditor yang


tepat dan didukung oleh bukti dan penilaian objektif. Dimana auditor memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada pemegang saham jika mereka memberikan
laporan audit yang independen, dapat diandalkan dan didukung dengan bukti audit
yang memadai (FRC, 2006). Christiawan (2002) menyatakan kualitas audit
ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Auditor yang kompeten
adalah auditor yang “mampu” menemukan adanya pelanggaran sedangkan auditor
yang independen adalah auditor yang "mau" mengungkapkan pelanggaran tersebut.

- Independensi

Independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B Wilcox merupakan


standar auditing yang bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain
(Mulyadi, 1998). Independensi merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat
pada profesi akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
untuk menilai mutu jasa audit (Trisnaningsih, 2007). Standar Auditing Seksi 220.1
(SPAP : 2001) menyebutkan bahwa independen bagi seorang akuntan publik
artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum/publik

Mulyadi (1998) menyatakan bahwa independensi juga berarti adanya


kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan
dan menyatakan pendapatnya. Standar umum yang kedua mensyaratkan auditor
untuk menjaga tingkah laku independen dalam suatu perikatan (Simamora, 2002).
Auditor tidak dibenarkan memihak kepada siapapun, sebab pendapat yang
dinyatakan oleh auditor mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan akan

8
dipertanyakan jika auditor tidak sungguh – sungguh bersikap independen. Sikap
independensi auditor dapat menghindarkan hubungan yang mungkin mengganggu
obyektivitas auditor.

Independensi mencakup dua aspek yaitu independensi dalam fakta (in fact)
dan independensi dalam penampilan (in appearance). Independensi in fact
merupakan kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan audit. Sedangkan independensi in appearance adalah
independensi yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan yang di audit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan
kliennya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut
mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan)
dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor berlaku tidak
independen.

- Pengalaman

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1997) pengalaman adalah yang


pernah dialami (dijalani, dirasakan, ditanggung dan sebagainya). Syarat untuk
menjadi seorang auditor adalah ia harus memiliki latar belakang pendidikan formal
akuntansi dan auditing serta berpengalaman baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam bidang auditing (Meidawati, 2001). Standar umum yang pertama
menyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam
praktik akuntansi dan prosedur audit. Pendidikan formal akuntan publik dan
pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling melengkapi
(Mulyadi 1998 : 24).

Tubbs (1992) menyatakan auditor yang berpengalaman memiliki


keunggulan antara lain : (1) mereka lebih banyak mengetahui kesalahan, (2) mereka
lebih akurat mengetahui kesalahan, (3) mereka tahu kesalahan tidak khas, (4) pada
umumnya hal – hal yang berkaitan dengan faktor – faktor kesalahan (ketika
kesalahan terjadi dan tujuan pengendalian internal dilanggar) menjadi lebih
menonjol. Pengalaman merupakan atribut penting auditor, (Meidawati, 2001)

9
membuktikan bahwa auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak melakukan
kesalahan disbanding dengan auditor yang sudah berpengalaman.

- Due professional care

Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan
seksama. Auditor diharapkan memiliki kesungguhan dan kecermatan dalam
melaksanakan tugas professional audit serta pada saat menerbitkan laporan temuan
(Jhonson, 2002). Standar umum ketiga SPAP 2001 berbunyi : “ Dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Standar ini menghendaki
diadakannya pemeriksaan secara kritis pada pada setiap tingkat pengawasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dan terhadap pertimbangan yang dibuat oleh
siapa saja yang membuat proses audit.

Auditor wajib menggunakan seluruh keahlian dan pertimbangannya untuk


memutuskan bukti – bukti apa saja yang perlu dilihat, kapan melihatnya, seberapa
banyak yang dilihat, siapa yang akan ditugaskan untuk mengumpulkan dan
mengevaluasi bukti – bukti tertentu, termasuk juga siapa yang akan memberikan
interpretasi dan mengevaluasi hasilnya.

- Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi bagi seseorang untuk


mempertanggungjawabkan tindakan dan keputusan yang diambil kepada
lingkungannnya [Tetclock (1987)]. Libby dan Luft (1993) menyatakan bahwa
seseorang dengan akuntabilitas tinggi maka akan memiliki motivasi yang tinggi
dalam melakukan pekerjaannya. Cloyd (1997) menambahkan bahwa seseorang
yang mempunyai akuntabilitas tinggi akan mencurahkan pemikiran yang lebih
besar dibandingkan dengan orang yang akuntabilitasnya rendah. Tan dan Alison
(1999) juga menambahkan bahwa seseorang yang akuntabilitasnya tinggi yakin
bahwa pekerjaan mereka akan dinilai oleh pihak lain yang kompeten dibanding
yang akuntabilitasnya rendah. Auditor harus selalu menjunjung tinggi akuntabilitas

10
kepada publik karena pada dasarnya mereka bekerja sebagai perwakilan
masyarakat/publik.

2.2 Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Menurut Mulyadi (1998) independensi adalah sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.
Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor
independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya.
Penelitian Alim, dkk (2007) menunjukan bahwa independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Mayangsari (2003) menyimpulkan dari hasil
penelitan ANOVA Post Hoc (Uji Benferroni) menunjukkan dengan jelas yang
menyebabkan perbedaan pendapat adalah faktor independensi. Auditor yang
independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibanding auditor yang tidak
independen. Dalam penelitian tersebut, pendapat auditor yang independen dapat
lebih dipercaya oleh pemakai laporan keuangan di banding yang tidak independen
sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit itu sendiri.

H1 : independensi berpengaruh positif tehadap kualitas audit

Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Kualitas Audit

Penggunaan faktor pengalaman sehubungan dengan kualitas didasarkan


pada feedback yang berguna terhadap bagaimana sesuatu dilakukan secara lebih
baik. Pengalaman merupakan atribut yang penting dimiliki oleh auditor, hal ini
terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang tidak
berpengalaman lebih banyak dari pada auditor yang berpengalaman (Meidawati,

11
2001). Cristiawan (2002) mengatakan bahwa pengalaman akan mempengaruhi
kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada diperusahaan yang
menjadi kliennya dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian
akuntan publik dalam melakukan audit. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyadi
(2002) yang menyatakan bahwa seorang yang memasuki karier sebagai akuntan
publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan
akuntan senior yang lebih berpengalaman.

H2 : Pengalaman berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Pengaruh due professional care terhadap kualitas audit

Penggunaan kemahiran professional dengan kecermatan dan keseksamaan


menekankan tanggung jawab setiap professional yang bekerja dalam organisasi
auditor independen untuk mengamati standar pekerjaan lapangan dan pelaporan
(Aji, 2009). Rahman (2009) dalam penelitiannya menunjukan secara parsial
variabel due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Dalam
penelitian lanjutan Singgih dan Icuk (2010) menyatakan bahwa secara parsial due
professional care juga berpengaruh terhadap kualitas audit. Penggunaan kemahiran
professional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan
skeptisme professional. Skeptisme professional adalah sikap yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis bukti
audit. Oleh karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit,
skeptisme professional harus digunakan selama proses tersebut. Kesalahan dapat
dideteksi jika auditor yang memiliki keahlian dan kecermatan. Temuan kesalahan
pada laporan keuangan klien merupakan salah satu hal yang menunjukkan kualitas
audit dan menunjukkan keahlian yang dimiliki oleh auditor.

H3 : Due professional care berpengaruh positif terhadap kualitas audit

12
Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang


untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada
lingkungannya atau orang lain (Diani, Mardisar, 2007). Jika seorang akuntan
menyadari akan betapa besar perannya bagi masyarakat dan bagi professinya, maka
ia akan memiliki sebuah keyakinan bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan
sebaik-baiknya, maka ia akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
masyarakat dan professinya tersebut (Singgih dan Icuk, 2010).

Singgih dan Icuk (2010) berpendapat akuntabilitas berpengaruh terhadap


kualitas audit dan didukung Diani dan Ria (2007) yang menunjukan bahwa
akuntabilitas memiliki hubungan positif dengan kualitas hasil kerja auditor. Dengan
akuntabilitas yang ditunjukkan oleh auditor selama proses audit maka diharapkan
dapat mendukung kualitas audit yang baik.

H4 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2.3 Kerangka Berpikir

13
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Populasi dan Sampel

Populasi Menurut Sugiyono (2003:90), populasi adalah wilayah


generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah para auditor yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Palembang. Berdasarkan data
dari direktori IAPI, responden dalam penelitian ini tersebar di 9 KAP yang ada di
Kota Palembang.

Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive


sampling adalah cara pengambilan sampel yang didasarkan atas pertimbangan
tertentu, terutama pertimbangan yang diberikan oleh sekelompok pakar. Sampel
yang diambil yaitu auditor KAP di wilayah kota Palembang itu sendiri serta telah
bekerja atau mempunyai pengalaman kerja di KAP minimal 1 tahun.

Tabel: Populasi penelitian.

Jumlah
No. Nama KAP
auditor
1 KAP Drs. Suparman 5 orang
KAP Drs. Achmad
2 8 orang
Djunaidi B.
KAP Drs. Achmad
3 9 orang
Rivai & Bunyamin

14
KAP Drs. Charles
4 5 orang
Panggabean & Rekan
KAP Drs.
5 Muhammad Zen & 4 orang
Rekan
KAP E.L. Tobing &
6 6 orang
Rekan
KAP Drs. Tanzil
7 6 orang
Djunaidi & Eddy
KAP Drs. Said
8 6 orang
M.GB.Ak
KAP Drs. Ahmad
9 6 orang
Nuroni

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer sedangkan sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban kuesioner yang dibagikan kepada para
auditor KAP di Kota Palembang. Kuesioner yang dikirimkan kepada responden
merupakan kuesioner yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Misalnya, variabel independen dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980),
variabel pengalaman dikembangkan oleh Singgih dan Icuk (2010), variabel due
professional care dikembangkan oleh Rahman (2009), variabel akuntabilitas
dikembangkan oleh Singgih dan Icuk (2010) sedangkan variabel kualitas audit
dikembangkan oleh Rahman (2009). Dalam penelitian ini pengukuran variabel
menggunakan skala likert.

15
3.2 teknik pengumpulan data dan definisi operasional variabel

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner.


Menurut Indriantoro dan Supomo (2002 : 154), teknik ini memberikan tanggung
jawab kepada responden untuk membaca dan menyatakan pendapatnya terhadap
pertanyaan atau pernyataan yang diajukan. Kuisioner yang diajukan akan
dikirimkan kepada para auditor di KAP Kota Palembang dengan menggunakan e-
mail (electronic mail) dan melalui jasa pos (post mail). Kuesioner tersebut berisi
daftar pertanyaan yang jawabannya dinyatakan dengan menggunakan skala Likert.
Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah sebagai berikut :

- Variabel Independen

a. Independensi

Independensi adalah sikap bebas dan tidak memihak yang dimiliki auditor
terkait dengan penugasan auditnya. Variabel independensi auditor dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mautz dan
Sharaf (1980) yaitu : independensi penyusunan program, independensi investigatif,
dan independensi pelaporan..

b. Pengalaman

Pengalaman adalah keterampilan dan pengetahuan yang di peroleh


seseorang setelah mengerjakan sesuatu hal. Variabel pengalaman akan diukur
dengan menggunakan indikator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan
yang telah dilakukan, seperti yang digunakan oleh Aji (2009) serta ditambah dengan
satu indikator yang juga dapat memproksikan pengalaman seorang auditor yaitu
banyaknya pelatihan yang telah diikutinya, yang diambil dari aspek-aspek
kompetensi yang dikembangkan Mansur (2007) yang telah direplikasi oleh Rahman
(2009).

16
c. Due Professional Care

Due professional care artinya adalah kemahiran profesional yang cermat


dan seksama. Variabel due professional care akan diukur dengan aspek-aspek due
professional care yang dikembangkan oleh Mansur (2007) yaitu sikap skeptis dan
keyakinan yang memadai.

d. Akuntabilitas

Akuntabilitas secara umum artinya permintaan pertanggungjawaban atas


pemenuhan tanggung jawab yang diserahkan kepadanya. Akuntabilitas diukur
menggunakan indikator pertanyaan yang dikembangkan oleh Kalbers dan Forgaty
(1995), yang telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Aji (2009 : 51-52) yaitu
meliputi 3 dimensi : motivasi, pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial.

- Variabel Dependen

e. Kualitas Audit

Kualitas audit adalah sikap auditor dalam melaksanakan tugasnya yang


tercermin dalam hasil pemeriksaannya yang dapat diandalkan sesuai dengan standar
yang berlaku. Kualitas audit diukur dengan 4 aspek kualitas audit berdasarkan
Financial Reporting Council (2006 : 16) yaitu : budaya dalam KAP; keahlian dan
kualitas personal rekan dan staff audit; efektivitas proses audit; serta keandalan dan
manfaat laporan audit. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang telah
dikembangkan oleh Mansur (2007).

3.3 Teknik Analisis Data

17
Tahap-tahap dalam menganalisis data adalah melakukan pilot test untuk
menguji kualitas data. Uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
setelah memperoleh data dari responden asli lalu membuat tabulasi profil dan
jawaban responden, uji asumsi klasik, dimana uji asumsi klasik ini meliputi uji
normalitas dan multikolonieritas, lalu pengujian hipotesis dengan analisis regresi
berganda. Persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + 5+ E

Keterangan :

Y : kualitas audit X1 : independensi

X2 : pengalaman X3 : due professional care

X4 : akuntabilitas β0 : intersep model

β1β2β3β4 : koefisien regresi E : error

18
DAFTAR PUSTAKA

Aji, Pandhit Seno. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau
dari Persepsi Auditor atas Independensi, Pengalaman, dan Akuntabilitas.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
(Tidak dipublikasikan).

Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
Variabel Moderasi. SNA X Makassar. AUEP-08.

Antle, Rick. 21984. Auditor Independence. Journal of Accounting Research


(Spring): 1-20

Aprianto, Nur Sigit. 2015. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional


Care, Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor
Akuntan Publik di Surakarta dan Yogyakarta).

Badjuri, Ahmad. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit


auditor Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah.
Dinamika Keuangan dan Perbankan, ISSN :1979-487

Barnes & Huan. 1993. The Auditor’s Going Concern Decision: some UK evidence
Concerning Independence & Competence. Journal of Business Finance &
Accounting (January)

Bernardi, A Richard. 1994. Fraud Detection: The Effect of Client Integrity and
Competence and Auditor Cognitive Style. Auditing: A Journal of Practise &
Theory. Vol 13.

Cloyd, Bryan C. 1997. Performance in Tax Research Tasks : The Joint Effect of
Knowledge and Accountability. The Accounting Review. Vol.72 No.1. pp
111131

19
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4.
No. 2. pp.79-92

De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, And Disclosure


Regulation. Journal Of Accounting And Economics 3. Agustus

Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Febriyanti, reni. 2014. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional


Care, Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi empiris pada KAP kota
Padang dan Pekanbaru). Skripsi. Padang. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Padang.

FRC Publications. 2006. Promoting Audit Quality. London. Discussion Paper

IAI. 2001. Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.

Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk


Akuntansi dan Manajemen. Edisi ke-1. BPFE. Yogyakarta

Jensen, M. & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behaviour,


agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics 3 (4),
305-360

Jhonson, R.N., William C Boyton, Waltel G. Kell. 2002. Modern Auditing. Edisi
Tujuh. Penerbit Erlangga

Kalbers, Lawrence P. dan Fogarty, Timothi J. 1995. Profesionalism and Its


Consequences: A Study of Internal Auditors, Auditing: A Journal of Practice
and Theory, 14: 64-86. Ohio.

Knapp, C, Michael. 1985. Audit Conflict: An Empirical Study of The Perceived


Ability of Auditors to Resist Management Pressure. Accounting Review
(April)

20
Kovinna, Fransiska dan Betri. Pengaruh Independensi, pengalaman kerja,
Kompetensi, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis STIE MDP. 2013

Libby, R dan Luft, J. 1993. Determinants of judgement performance in accounting


settings: ability, knowledge, motivation and environment. Accounting
Organization and Society.

Louwers, Timothy J., Elaine Henry, Brad J. Reed, and Elizabeth A. Gordon. 2008.
Deficiencies in Auditing Related-Party Transactions: Insights from AAERs.
Current Issues in Auditing. Vol. 2. Issue 2. Pages A10–A16.

Mansur, Tubagus. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit


Ditinjau dari Persepsi Auditor atas Pelatihan dan Keahlian, Independensi
dan Penggunaan Kemahiran Profesional. Tesis Program Studi Magister
Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada (Tidak Dipublikasikan)

Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan
Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. SNA X Makassar.
AUEP-11.

Mautz, R.K & Sharaf, Husein A (1961), The Philosophy of Auditing, Sarasota, FL:
American Accounting Association

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap


Pendapat Audit : Sebuah Kuasi eksperimen. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol. 6. No. 1. pp. 1-22.

Meidawati, Neni.2001. Meningkatkan Akuntabilitas Auditor Independen Melalui


Standar Profesional. Artikel. Media Akuntansi

Mulyadi dan Kanaka Puradirejo. 1998. Auditing. Buku Satu Edisi Kelima. Jakarta.
Salemba Empat

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Satu, Edisi Keenam. Jakarta. Salemba Empat

21
Putra, Nugraha Agung Eka. 2012. Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu,
Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta

Rahman, Ahmad Taufik. 2009. Persepsi Auditor Mengenai Pengaruh Kompetensi,


Independensi dan Due Profesional Care Terhadap Kualitas Audit. FE
Unsoed.

Sari, Eka Novia. 2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional
care terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Jakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Simamora, Jenry.2002. Auditing. Jilid 1. UPP AMP YKPN.

Singgih, Elisha Mulyani, dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit. (Studi Pada Kap Big Four di Indonesia). Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta.

Tan dan Alison. 1999. Accountability Effect on Auditor’s Performance: The


influence Of Knowladge, Problem Solving Ability and Task Complexity:
Journal Of Accounting Reseach 2:209-223

Tetlock, PE dan J.L Kim. 1987. Accountability and judgment processes in a


personality prediction risk. Journal of Personality and Social Pshycology.

Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai


Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan
dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. SNA X Makasar.
AMKP-2

Tubbs, R.M. (1992). The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and
Amount of Knowledge. The Accounting Review, 67, 4, 783-801

22
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Palembang, 12 Oktober 2016

Kepada Yth :

Responden

Di tempat

Bersama ini saya :

Nama : M. Rizky Benando

NIM : 0103128141909

Status : Mahasiswa Strata 1 (S-1), Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi, UNSRI

Dalam rangka untuk penelitian skripsi program sarjana (S-1), Fakultas Ekonomi,
Jurusan Akuntansi, UNSRI, saya memerlukan informasi untuk mendukung
penelitian yang saya lakukan dengan judul “Pengaruh Independensi, Pengalaman
Kerja, Due Professional Care, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Pada
Auditor Independen (Studi Kasus Pada Kap Di Kota Palembang)”.

Untuk itu kami mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berpartisipasi dalam


penelitian ini dengan mengisi kuesioner yang terlampir. kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/i mengisi kuesioner ini sangat menentukan keberhasilan
penelitian yang saya lakukan.

Perlu Bapak/Ibu/Saudara/i ketahui sesuai dengan etika dalam penelitian,


data yang saya peroleh akan dijaga kerahasiaannya dan digunakan semata-mata
untuk kepentingan penelitian. Saya harap Bapak/Ibu/Saudara/i dapat
mengembalikan kuesioner ini maksimal 10 hari setelah kuesioner tersebut diterima.

23
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu mengisi kuesioner
tersebut, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

M. Rizky Benando

24
IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama : …………………………………………………………..

2. Umur : < 25 26-35

36-55 > 55

3. Jenis Kelamin : Pria Wanita

4. Pendidikan Terakhir : S3; S2; S1; D3;

5. Jabatan : Partner

Senior Auditor

Junior Auditor

Lain-lain, sebutkan……

6. Lama Bekerja : < 1 th > 10 th

antara 1-5 th

antara 6-10 th

Cara pengisian kuesioner : Bapak/ibu/saudara/i cukup memberikan tanda


silang (X) pada pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat
Bapak/Ibu/Saudara/i. Setiap pernyataan mengharapkan hanya ada satu jawaban.
Setiap angka akan mewakili tingkat kesesuaian dengan pendapat
Bapak/Ibu/Saudara/i. Skor/Nilai jawaban adalah sebagai berikut :

Skor/Nilai 1 : Sangat tidak setuju (STS)

Skor/Nilai 2 : Tidak setuju (TS)

Skor/Nilai 3 : S (Setuju)

Skor/Nilai 4 : SS (Sangat Setuju)

25
DAFTAR PERNYATAAN UNTUK VARIABEL INDEPENDENSI
AUDITOR

Nilai
No Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
I. Indikator : Penyusunan program
Penyusunan program audit bebas dari
campur tangan pimpinan untuk
1 menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang
diperiksa.
Penyusunan program audit bebas dari
2 intervensi pimpinan tentang prosedur
yang dipilih auditor.
Penyusunan Program audit bebas dari
3 usaha-usaha pihak lain untuk menentukan
subjek pekerjaan pemeriksaan.
II. Indikator : Independensi investigatif
Pemeriksaan bebas dari kepentingan
4 pribadi maupun pihak lain untuk
membatasi segala kegiatan pemeriksaan.
Auditor tidak boleh dikendalikan atau
5 dipengaruhi oleh klien dalam kegiatan
yang masih dilakukan.
III. Indikator : Independensi laporan
Pelaporan bebas dari kewajiban pihak lain
6 untuk mempengaruhi fakta-fakta yang
dilaporkan.

26
Pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk
mempengaruhi pertimbangan
7
pemeriksaan terhadap isi laporan
pemeriksaan.

DAFTAR PERNYATAAN UNTUK VARIABEL PENGALAMAN KERJA


AUDITOR

Nilai
No. Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
Indikator : Lamanya bekerja
Saya melakukan audit lebih dari 2 tahun,
1 sehingga audit yang saya lakukan lebih
baik.
Semakin lama menjadi auditor, semakin
2 dapat mendeteksi kesalahan yang
dilakukan objek pemeriksaan.
Saya sudah pernah mengaudit pada
perusahaan Go Public, sehingga saya
3
dapat mengaudit perusahaan yang belum
Go Public lebih baik
Saya terbiasa mengaudit perusahaan yang
belum go public, sehingga belum tentu
4
dapat menyadari perusahaan yang telah go
public.

27
Indikator : Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan
Jika saya pernah mengaudit klien
5 perusahaan besar, maka saya dapat
melakukan audit lebih baik.
Banyak klien sudah saya audit, sehingga
6
audit yang saya lakukan lebih baik.
Walaupun jumlah klien saya banyak, audit
7 yang saya lakukan tidak lebih dari
sebelumnya.
Auditor Ekternal dalam pelaksanaan
kegiatan audit selalu mempertimbangkan
berbagai tenaga yang diperlakukan untuk
8 melaksanakan audit meliputi : jumlah dan
tingkat pengalaman staf auditor,
pertimbangan pengetahuan, kecakapan
dan disiplin ilmu.

DAFTAR PERNYATAAN UNTUK VARIABEL DUE PROFESSIONAL


CARE

Nilai
No Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
Indikator : Sikap skeptis dan Kesesuaian bidang kerja

28
Keahlian yang dilaksanakan seorang
1 auditor harus sesuai dengan bidang yang
ditugasinya.
Auditor melakukan profesi atau tugas
2 sesuai dengan standar baku dI bidang
profesinya.
Memiliki sikap skeptis atau keraguan
3 terhadap kualitas informasi laporan
keuangan klien.
Indikator : Keyakinan yang memadai
Profesional mampu membuat keputusan
4
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
seorang profesional harus yakin terhadap
5
profesi yang dijalankan.

DAFTAR PERNYATAAN UNTUK VARIABEL AKUNTABILITAS


AUDITOR

Nilai
No Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
I. Indikator : Motivasi
Auditor memiliki motivasi yang tinggi
untuk melaksanakan pekerjaan dengan
1
baik.

29
Auditor mencurahkan seluruh usaha, daya
2
pikir dalam melaksanakan pekerjaan.
II. Indikator : Pengabdian pada profesi
Auditor sangat yakin bahwa pekerjaan
4 yang dilakukan akan diperiksa oleh
atasan.
Dalam setiap penugasan audit, auditor
5 selalu melaksanakan tahap-tahap auditor
secara lengkap.
III. Indikator : Kewajiban sosial
Auditor memberikan respon yang tepat
6 dan melaporkan keputusan yang lebih
realistis dalam penyusunan audit.
Auditor berusaha mencari bukti untuk
mendukung suatu pendapat audit,
7
komunikasi kepada klien lain, serta jasa
bernilai tambah.

DAFTAR PERNYATAAN UNTUK VARIABEL KUALITAS AUDIT

Nilai
No. Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
I. Indikator : Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit

30
Saat menerima penugasan, auditor
1 menetapkan sasaran, ruang lingkup,
metodologi pemeriksaan.
Dalam semua pekerjaan saya harus
2 direview oleh atasan secara berjenjang
sebelum laporan hasil audit dibuat.
Proses pengumpulan dan pengujian bukti
harus dilakukan dengan maksimal untuk
3
mendukung kesimpulan, temuan audit
serta rekomendasi yang terkait.
Auditor menatausahakan dokumen audit
dalam bentuk kertas kerja audit dan
4
disimpan dengan baik agar dapat secara
efektif diambil, dirujuk, dan dianalisis.
Dalam melaksanakan audit, auditor harus
5
mematuhi kode etik yang ditetapkan.
Dalam melaksanakan tugas, auditor
merencanakan materialitas atas laporan
6
keuangan berdasarkan standar auditing
yang berlaku umum di Indonesia.
II. Indikator : Kualitas laporan hasil audit
Laporan hasil audit memuat temuan dan
7 simpulan hasil audit secara obyektif, serta
rekomendasi yang konstruktif.
Laporan yang dihasilkan harus akurat,
lengkap, obyektif, meyakinkan, jelas,
8 ringkas, serta tepat waktu agar informasi
yang diberikan bermanfaat secara
maksimal.

31
Laporan harus mengemukakan penjelasan
9 atau tanggapan pejabat/pihak obyek audit
tentang hasil audit.
Laporan mengungkapkan hal-hal yang
10 merupakan masalah yang belum dapat
diselesaikan sampai berakhirnya audit.
Laporan harus dapat mengemukakan
pengakuan atas suatu prestasi
11 keberhasilan atau suatu tindakan
perbaikan yang telah dilaksanakan obyek
audit.
Auditor selalu melaporkan tentang adanya
12
pelanggaran kepada kliennya.

32

Anda mungkin juga menyukai