Disusun Oleh :
NIM : 01031281419091
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
KAMPUS INDRALAYA
BAB 1
PENDAHULUAN
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna
dalam pengambilan keputusan untuk penggunanya. Sudah menjadi kewajiban
perusahaan untuk secara jujur tanpa manipulasi dan terbuka untuk mengekspose
laporan keuangannya kepada pihak yang berkepentingan. Maraknya skandal
keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri telah memberikan
dampak negatif kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Beberapa
skandal keuangan yang terjadi di luar negeri. Salah satunya ialah kasus Enron dan
KAP Andersen yang memanipulasi laporan keuangan.
2
sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Jika auditor dapat menyelesaikan
pekerjaannya secara professional, maka kualitas audit akan terjamin karena kualitas
audit merupakan keluaran utama dari profesionalisme.
Karena kualitas audit yang baik akan dihasilkan laporan keuangan yang
dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. (Singgih dan Icuk, 2010)
mengungkapkan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh independensi dan
pengalaman. Kualitas audit menurut Christiawan (2002) ditentukan oleh
kompetensi dan independensi. Barnes dan Huan (1993) menyebutkan bahwa
pemberian opini tergantung pada faktor kompetensi dan independensi.
Selain independensi, auditor juga harus didukung oleh faktor lain, misalnya
yang disebutkan dalam Pernyataan Standar Auditing (SPAP no.4, 2001) yaitu:
keahlian dan due professional care. Keahlian auditor biasanya ditentukan oleh (1)
pendidikan formal untuk jenjang pertama profesi akuntan publik, (2). Pelatihan dan
pengalaman dalam auditing dan akuntan publik, (3). Partisipasi dalam program
edukasi yang berkelanjutan selama karir profesi (Simamora, 2002 : 29). Dalam
penelitian Bernardi (1994) mengatakan bahwa pengalaman merupakan faktor yang
mempengaruhi kemampuan prediksi dan deteksi auditor. Klien akan puas dengan
pekerjaan akuntan publik jika akuntan publik memiliki pengalaman melakukan
audit, responsif melakukan pekerjaan dengan tepat dan sebagainya (Christiawan,
2002).
3
Pengalaman Kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam
memprediksi kinerja akuntan publik, dalam hal ini adalah kualitas auditnya.
Seorang auditor harus secara terus menerus mengikuti perkembangan yang terjadi
dalam bisnis dan profesinya. Seorang auditor harus mempelajari, memahami dan
menerapkan ketentuan-ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing
yang diterapkan oleh organisasi profesi. Dengan bertambahnya pengalaman
seorang auditor maka keahlian yang dimiliki auditor juga semakin berkembang.
Due Professional Care atau kemahiran profesi yang cermat dan seksama,
merupakan syarat diri yang penting untuk di implementasikan dalam pekerjaan
audit. Penelitian Rahman (2009) memberikan bukti empiris bahwa due professional
care merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas audit. Louwers
dkk. (2008) menyimpulkan bahwa kegagalan audit dalam kasus fraud transaksi
pihak-pihak terkait disebabkan karena kurangnya sikap skeptis dan due professional
care auditor. Kemahiran profesional auditor yang cermat dan seksama
menunjukkan kepada pertimbangan profesional (professional judgment) yang
dilakukan auditor selama pemeriksaan (Simamora, 2002 : 29).
4
1. Bagaimana pengaruh independensi terhadap kualitas audit ?
2. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit ?
3. Bagaimana pengaruh due professional care terhadap kualitas audit ?
4. Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit ?
- Kegunaan Praktis
1. Bagi Kantor Akuntan Publik
5
Terutama bagi para klien dapat dijadikan sebagai bahan tambahan
pertimbangan dan pemikiran dalam mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor
seperti independensi, pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit pada auditor independen di kantor akuntan publik.
- Kegunaan Akademis
1. Bagi Peneliti
3. Bagi Universitas
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
- Teori Agensi
- Kualitas Audit
Sampai saat ini kualitas audit sukar untuk diukur secara obyektif, menurut
De Angelo (1981) mendifinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
(kemungkinan) dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Public sector GAO
7
(1986) dalam Badjuri (2011) mendefinisikan audit quality sebagai pemenuhan
terhadap standar profesional dan terhadap syarat-syarat sesuai perjanjian yang harus
dipertimbangkan.
- Independensi
8
dipertanyakan jika auditor tidak sungguh – sungguh bersikap independen. Sikap
independensi auditor dapat menghindarkan hubungan yang mungkin mengganggu
obyektivitas auditor.
Independensi mencakup dua aspek yaitu independensi dalam fakta (in fact)
dan independensi dalam penampilan (in appearance). Independensi in fact
merupakan kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan audit. Sedangkan independensi in appearance adalah
independensi yang dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan yang di audit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan
kliennya. Auditor akan dianggap tidak independen apabila auditor tersebut
mempunyai hubungan tertentu (misalnya hubungan keluarga, hubungan keuangan)
dengan kliennya yang dapat menimbulkan kecurigaan bahwa auditor berlaku tidak
independen.
- Pengalaman
9
membuktikan bahwa auditor yang tidak berpengalaman lebih banyak melakukan
kesalahan disbanding dengan auditor yang sudah berpengalaman.
Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan
seksama. Auditor diharapkan memiliki kesungguhan dan kecermatan dalam
melaksanakan tugas professional audit serta pada saat menerbitkan laporan temuan
(Jhonson, 2002). Standar umum ketiga SPAP 2001 berbunyi : “ Dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama”. Standar ini menghendaki
diadakannya pemeriksaan secara kritis pada pada setiap tingkat pengawasan
terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dan terhadap pertimbangan yang dibuat oleh
siapa saja yang membuat proses audit.
- Akuntabilitas
10
kepada publik karena pada dasarnya mereka bekerja sebagai perwakilan
masyarakat/publik.
Menurut Mulyadi (1998) independensi adalah sikap mental yang bebas dari
pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain.
Banyaknya penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor
independensi merupakan faktor penting bagi auditor untuk menjalankan profesinya.
Penelitian Alim, dkk (2007) menunjukan bahwa independensi berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Mayangsari (2003) menyimpulkan dari hasil
penelitan ANOVA Post Hoc (Uji Benferroni) menunjukkan dengan jelas yang
menyebabkan perbedaan pendapat adalah faktor independensi. Auditor yang
independen memberikan pendapat yang lebih tepat dibanding auditor yang tidak
independen. Dalam penelitian tersebut, pendapat auditor yang independen dapat
lebih dipercaya oleh pemakai laporan keuangan di banding yang tidak independen
sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit itu sendiri.
11
2001). Cristiawan (2002) mengatakan bahwa pengalaman akan mempengaruhi
kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada diperusahaan yang
menjadi kliennya dan pelatihan yang dilakukan akan meningkatkan keahlian
akuntan publik dalam melakukan audit. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyadi
(2002) yang menyatakan bahwa seorang yang memasuki karier sebagai akuntan
publik, ia harus lebih dulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan
akuntan senior yang lebih berpengalaman.
12
Pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit
13
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jumlah
No. Nama KAP
auditor
1 KAP Drs. Suparman 5 orang
KAP Drs. Achmad
2 8 orang
Djunaidi B.
KAP Drs. Achmad
3 9 orang
Rivai & Bunyamin
14
KAP Drs. Charles
4 5 orang
Panggabean & Rekan
KAP Drs.
5 Muhammad Zen & 4 orang
Rekan
KAP E.L. Tobing &
6 6 orang
Rekan
KAP Drs. Tanzil
7 6 orang
Djunaidi & Eddy
KAP Drs. Said
8 6 orang
M.GB.Ak
KAP Drs. Ahmad
9 6 orang
Nuroni
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer sedangkan sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari jawaban kuesioner yang dibagikan kepada para
auditor KAP di Kota Palembang. Kuesioner yang dikirimkan kepada responden
merupakan kuesioner yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti sebelumnya.
Misalnya, variabel independen dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980),
variabel pengalaman dikembangkan oleh Singgih dan Icuk (2010), variabel due
professional care dikembangkan oleh Rahman (2009), variabel akuntabilitas
dikembangkan oleh Singgih dan Icuk (2010) sedangkan variabel kualitas audit
dikembangkan oleh Rahman (2009). Dalam penelitian ini pengukuran variabel
menggunakan skala likert.
15
3.2 teknik pengumpulan data dan definisi operasional variabel
- Variabel Independen
a. Independensi
Independensi adalah sikap bebas dan tidak memihak yang dimiliki auditor
terkait dengan penugasan auditnya. Variabel independensi auditor dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mautz dan
Sharaf (1980) yaitu : independensi penyusunan program, independensi investigatif,
dan independensi pelaporan..
b. Pengalaman
16
c. Due Professional Care
d. Akuntabilitas
- Variabel Dependen
e. Kualitas Audit
17
Tahap-tahap dalam menganalisis data adalah melakukan pilot test untuk
menguji kualitas data. Uji kualitas data meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
setelah memperoleh data dari responden asli lalu membuat tabulasi profil dan
jawaban responden, uji asumsi klasik, dimana uji asumsi klasik ini meliputi uji
normalitas dan multikolonieritas, lalu pengujian hipotesis dengan analisis regresi
berganda. Persamaannya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
18
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Pandhit Seno. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau
dari Persepsi Auditor atas Independensi, Pengalaman, dan Akuntabilitas.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
(Tidak dipublikasikan).
Alim, M. Nizarul, Trisni Hapsari, Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
Variabel Moderasi. SNA X Makassar. AUEP-08.
Barnes & Huan. 1993. The Auditor’s Going Concern Decision: some UK evidence
Concerning Independence & Competence. Journal of Business Finance &
Accounting (January)
Bernardi, A Richard. 1994. Fraud Detection: The Effect of Client Integrity and
Competence and Auditor Cognitive Style. Auditing: A Journal of Practise &
Theory. Vol 13.
Cloyd, Bryan C. 1997. Performance in Tax Research Tasks : The Joint Effect of
Knowledge and Accountability. The Accounting Review. Vol.72 No.1. pp
111131
19
Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4.
No. 2. pp.79-92
Jhonson, R.N., William C Boyton, Waltel G. Kell. 2002. Modern Auditing. Edisi
Tujuh. Penerbit Erlangga
20
Kovinna, Fransiska dan Betri. Pengaruh Independensi, pengalaman kerja,
Kompetensi, dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis STIE MDP. 2013
Louwers, Timothy J., Elaine Henry, Brad J. Reed, and Elizabeth A. Gordon. 2008.
Deficiencies in Auditing Related-Party Transactions: Insights from AAERs.
Current Issues in Auditing. Vol. 2. Issue 2. Pages A10–A16.
Mardisar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan
Pengetahuan terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. SNA X Makassar.
AUEP-11.
Mautz, R.K & Sharaf, Husein A (1961), The Philosophy of Auditing, Sarasota, FL:
American Accounting Association
Mulyadi dan Kanaka Puradirejo. 1998. Auditing. Buku Satu Edisi Kelima. Jakarta.
Salemba Empat
Mulyadi. 2002. Auditing. Buku Satu, Edisi Keenam. Jakarta. Salemba Empat
21
Putra, Nugraha Agung Eka. 2012. Pengaruh Kompetensi, Tekanan Waktu,
Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas
Audit. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
Sari, Eka Novia. 2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Due Professional
care terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Jakarta. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Singgih, Elisha Mulyani, dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care, Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit. (Studi Pada Kap Big Four di Indonesia). Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto
Tubbs, R.M. (1992). The Effect of Experience on the Auditor’s Organization and
Amount of Knowledge. The Accounting Review, 67, 4, 783-801
22
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Kepada Yth :
Responden
Di tempat
NIM : 0103128141909
Dalam rangka untuk penelitian skripsi program sarjana (S-1), Fakultas Ekonomi,
Jurusan Akuntansi, UNSRI, saya memerlukan informasi untuk mendukung
penelitian yang saya lakukan dengan judul “Pengaruh Independensi, Pengalaman
Kerja, Due Professional Care, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit Pada
Auditor Independen (Studi Kasus Pada Kap Di Kota Palembang)”.
23
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i meluangkan waktu mengisi kuesioner
tersebut, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
M. Rizky Benando
24
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama : …………………………………………………………..
36-55 > 55
5. Jabatan : Partner
Senior Auditor
Junior Auditor
Lain-lain, sebutkan……
antara 1-5 th
antara 6-10 th
Skor/Nilai 3 : S (Setuju)
25
DAFTAR PERNYATAAN UNTUK VARIABEL INDEPENDENSI
AUDITOR
Nilai
No Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
I. Indikator : Penyusunan program
Penyusunan program audit bebas dari
campur tangan pimpinan untuk
1 menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang
diperiksa.
Penyusunan program audit bebas dari
2 intervensi pimpinan tentang prosedur
yang dipilih auditor.
Penyusunan Program audit bebas dari
3 usaha-usaha pihak lain untuk menentukan
subjek pekerjaan pemeriksaan.
II. Indikator : Independensi investigatif
Pemeriksaan bebas dari kepentingan
4 pribadi maupun pihak lain untuk
membatasi segala kegiatan pemeriksaan.
Auditor tidak boleh dikendalikan atau
5 dipengaruhi oleh klien dalam kegiatan
yang masih dilakukan.
III. Indikator : Independensi laporan
Pelaporan bebas dari kewajiban pihak lain
6 untuk mempengaruhi fakta-fakta yang
dilaporkan.
26
Pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk
mempengaruhi pertimbangan
7
pemeriksaan terhadap isi laporan
pemeriksaan.
Nilai
No. Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
Indikator : Lamanya bekerja
Saya melakukan audit lebih dari 2 tahun,
1 sehingga audit yang saya lakukan lebih
baik.
Semakin lama menjadi auditor, semakin
2 dapat mendeteksi kesalahan yang
dilakukan objek pemeriksaan.
Saya sudah pernah mengaudit pada
perusahaan Go Public, sehingga saya
3
dapat mengaudit perusahaan yang belum
Go Public lebih baik
Saya terbiasa mengaudit perusahaan yang
belum go public, sehingga belum tentu
4
dapat menyadari perusahaan yang telah go
public.
27
Indikator : Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan
Jika saya pernah mengaudit klien
5 perusahaan besar, maka saya dapat
melakukan audit lebih baik.
Banyak klien sudah saya audit, sehingga
6
audit yang saya lakukan lebih baik.
Walaupun jumlah klien saya banyak, audit
7 yang saya lakukan tidak lebih dari
sebelumnya.
Auditor Ekternal dalam pelaksanaan
kegiatan audit selalu mempertimbangkan
berbagai tenaga yang diperlakukan untuk
8 melaksanakan audit meliputi : jumlah dan
tingkat pengalaman staf auditor,
pertimbangan pengetahuan, kecakapan
dan disiplin ilmu.
Nilai
No Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
Indikator : Sikap skeptis dan Kesesuaian bidang kerja
28
Keahlian yang dilaksanakan seorang
1 auditor harus sesuai dengan bidang yang
ditugasinya.
Auditor melakukan profesi atau tugas
2 sesuai dengan standar baku dI bidang
profesinya.
Memiliki sikap skeptis atau keraguan
3 terhadap kualitas informasi laporan
keuangan klien.
Indikator : Keyakinan yang memadai
Profesional mampu membuat keputusan
4
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain.
seorang profesional harus yakin terhadap
5
profesi yang dijalankan.
Nilai
No Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
I. Indikator : Motivasi
Auditor memiliki motivasi yang tinggi
untuk melaksanakan pekerjaan dengan
1
baik.
29
Auditor mencurahkan seluruh usaha, daya
2
pikir dalam melaksanakan pekerjaan.
II. Indikator : Pengabdian pada profesi
Auditor sangat yakin bahwa pekerjaan
4 yang dilakukan akan diperiksa oleh
atasan.
Dalam setiap penugasan audit, auditor
5 selalu melaksanakan tahap-tahap auditor
secara lengkap.
III. Indikator : Kewajiban sosial
Auditor memberikan respon yang tepat
6 dan melaporkan keputusan yang lebih
realistis dalam penyusunan audit.
Auditor berusaha mencari bukti untuk
mendukung suatu pendapat audit,
7
komunikasi kepada klien lain, serta jasa
bernilai tambah.
Nilai
No. Pernyataan
STS TS S SS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang pernyataan berikut :
I. Indikator : Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit
30
Saat menerima penugasan, auditor
1 menetapkan sasaran, ruang lingkup,
metodologi pemeriksaan.
Dalam semua pekerjaan saya harus
2 direview oleh atasan secara berjenjang
sebelum laporan hasil audit dibuat.
Proses pengumpulan dan pengujian bukti
harus dilakukan dengan maksimal untuk
3
mendukung kesimpulan, temuan audit
serta rekomendasi yang terkait.
Auditor menatausahakan dokumen audit
dalam bentuk kertas kerja audit dan
4
disimpan dengan baik agar dapat secara
efektif diambil, dirujuk, dan dianalisis.
Dalam melaksanakan audit, auditor harus
5
mematuhi kode etik yang ditetapkan.
Dalam melaksanakan tugas, auditor
merencanakan materialitas atas laporan
6
keuangan berdasarkan standar auditing
yang berlaku umum di Indonesia.
II. Indikator : Kualitas laporan hasil audit
Laporan hasil audit memuat temuan dan
7 simpulan hasil audit secara obyektif, serta
rekomendasi yang konstruktif.
Laporan yang dihasilkan harus akurat,
lengkap, obyektif, meyakinkan, jelas,
8 ringkas, serta tepat waktu agar informasi
yang diberikan bermanfaat secara
maksimal.
31
Laporan harus mengemukakan penjelasan
9 atau tanggapan pejabat/pihak obyek audit
tentang hasil audit.
Laporan mengungkapkan hal-hal yang
10 merupakan masalah yang belum dapat
diselesaikan sampai berakhirnya audit.
Laporan harus dapat mengemukakan
pengakuan atas suatu prestasi
11 keberhasilan atau suatu tindakan
perbaikan yang telah dilaksanakan obyek
audit.
Auditor selalu melaporkan tentang adanya
12
pelanggaran kepada kliennya.
32