Anda di halaman 1dari 16

© 2 0 0 4 Departemen Akuntansi FEUI

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Vol. 1
pp. 38 - 53

AKUNTANSI UNTUK PEMAIN SEPAK BOLA

Astri Prima Devi

Abstract

A ccounting reports on intangible assets have long been a problem , especially, those related
to hum an capitals. They have becom e a problem w hether they appear in balance sheet or
not. These hum an capitals have to fu lfill asset definitions a n d recognition criteria. This
p a p er highlights hum an capital reported in the U nited K ingdom fo o tb a ll c lu b ’s balance
sheet. A s we know the U nited K ingdom fo o tb a ll industries have developed a n d yielded
hundred billions p o u n d s every year. They have also m ade fo o tb a ll pla yers becom e most
im portant and m ost expensive in fo o tb a ll clubs, with clubs p aying regular large transfer
fe e s in the transfer m arket to acquire players. F RS 10 A ccounting fo r intangible assets and
goodw ill, recom m ends ca pitalization as the m ost appropriate treatm ent f o r intangible
assets. There are tw o m ain issues that w ill be analyzed in this paper. First, do fo o tb a ll
p la y e rs fu lfill the a cco u n tin g criteria to be cla ssified as a ssets o f the fo o tb a ll clubs?
Second, i f so how should they account fo r ?

K ata kunci: aktiva tak berw ujud, pem ain bola, klub bola, biaya transfer

PENDAHULUAN
Di era sekarang ini telah terjadi perubahan pola industri. Dua abad sebelum nya
A dam Sm ith m em perkenalkan peranan p o tential m anufacturing dalam m asyarakat ekonomi
yang m enekankan pada proses produksi masa. Investasi besar-besaran terjadi pada aktiva
tetap seperti tanah dan bangunan pabrik untuk m endukung proses produksi. Sekarang industri
bergerak ke arah ‘‘K now ledge-based In d u s try ". M araknya perkem bangan industri komputer,
industri high technology, industri softw are, dan penelitian obat menjadi buktinya. Di bidang
jasa, berkem bang pula industri keuangan dan a ssurance, perusahaan media dan multi media
dan institusi pendidikan. Ind ustri baru tersebut secara langsung menciptakan, mentransformasi,
m en g k ap italisasi, dan m en d istrib u sik an pengetahuan dan ketram p ilan sebagai sarana
m em peroleh penghasilan. Perkem bangan ini sem akin m engukuhkan perubahan pola industri
dengan sum ber daya fisik (pabrik, m esin, tanah) menjadi industri berbasis pengetahuan.
P erubahan pola industri ini belum secara m em adai dilaporkan dalam laporan
keuangan perusahaan. Jika metode penyusutan dan kapitaliasasi diperkenalkan untuk mencatat
investasi pada aset fisik, m aka tidak dem ikian halnya dengan investasi non fisik. Pengeluaran

38
untuk investasi non fisik ini dicatat sebagai biaya dan bukan dilaporkan sebagai aset atau
sum ber daya perusahaan perusahaan yang nantinya akan m endatangkan keuntungan
ekonomis di masa depan. Hal ini dikarenakan investasi non fisik tersebut belum sem uanya
dapat mem enuhi definisi sebagai aset dan masih dipertentangkan antara relevansi dan
keandalannyanya.
Namun tidak bisa dipungkiri untuk beberapa industri, aset non fisik seperti Sumber
Daya M anusia memegang peranan yang signifikan bagi perusahaan. M isalnya dalam industri
olah raga khususnya industri sepak bola. Jika berbicara mengenai industri sepak bola, maka
hanya beberapa negara saja yang memiliki industri ini seperti Inggris, Italia, dan Spanyol. Di
negara lain belum dapat disebut sebagai industri. Dalam industri ini para pemain sepak bola
merupakan aset bagi klubnya. Karena semakin berkualitas pemain yang dim iliki oleh klub
sepak bola, m aka sem akin tinggi nilai dari klubnya. Tidak m engherankan jik a untuk
mendapatkan pemain sepak bola yang hebat dibutuhkan dana jutaan dollar. Selam a ini, di
dalam neraca klub-klub sepak bola di Inggris, nilai untuk memperoleh pemain bola tersebut
diperlakukan sebagai beban dalam income statement. Hal ini menjadikan nilai aset dari klub
sepak bola dalam neraca tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Selain itu industri
sepak bola memiliki karakteristik yang unik sehingga memungkinkan mengakui pemain sebagai
asetnya.
M akalah ini dimaksudkan untuk mengkaji lebih jauh mengenai perlakuan akuntansi
untuk human capital dalam industri sepak bola yaitu pemain sepak bola. Karena industri
sepak bola baru berkem bang hanya di negara-negara Eropa, maka makalah ini secara khusus
banyak mengambil contoh industri sepak bola di Inggris. Untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai hal ini, maka pem bahasan makalah ini dim ulai dengan penjelasan mengenai
karakteristik dan perkem bangan industri sepak bola di Eropa. Selanjutnya akan diuraikan
mengenai perlakuan akuntansi bagi pemain sepak bola jika masuk dalam kriteria aset. Karena
pembahasan merujuk pada industri sepak bola Inggris, maka turut dibahas mengenai FRS 10
sebagai dasar aturan perlakuan akuntansi bagi pemain sepak bola. Selanjutnya penulis akan
sedikit mengupas tentang pelaporan akuntansi bagi klub sepak bola dengan mengambil contoh
laporan keuangan M anchester United, salah satu klub sepak bola terbesar di Inggris. Di
dalamnya akan dilihat bagaimana pelaporan jika pemain sepak bola diakui sebagai aset. Untuk
perbandingan maka kita ju g a akan melihat laporan keuangan klub sepak bola yang tidak
mengakui pem ainnya sebagai aset. Terakhir, penulis juga akan membahas tentang klub-klub
sepak bola di tanah air, bagaim ana mereka melaporkan pemain-pem ain sepak bolanya.

INDUSTRI SEPAK BOLA


Olah raga sepak bola yang berkembang sekitar tahun 20-an adalah salah satu olah
raga yang paling digem ari di dunia. Olah raga ini mampu m enyedot penonton ham pir
seperem pat jum lah penduduk planet ini. Tidaklah m engherankan jik a setiap piala dunia
diselenggarakan maka sem angatnya terasa kemanapun kita pergi, baik di perkotaan maupun
di pedesaan. Pada era tahun 90-an olah raga sepak bola telah berkem bang menjadi industri
dengan sendirinya. Berkembangnya teknologi komunikasi seperti satelit dan televisi mampu
menyiarkan setiap pertandingan ke penjuru dunia secara langsung, menjadi faktor penyebab

39
utam anya. Sekarang ini atlet-atlet sepak bola tidak hanya sekedar olahragawan namun
kepopulerannya bahkan melebihi seorang presiden. Jika ditanya siapa presiden Brazil mungkin
tidak sem ua orang tahu, namun siapa yang tidak kenal Ronaldo? Atau nam a-nam a lain
seperti A lessandro Delpiero, Zidane, David Beckham dan banyak nama lainnya. Tidaklah
mengherankan jik a produk-produk kenamaan berlom ba-lom ba menjadi sponsor sebuah klub
sepakbola, sehingga nam a produk tersebut terpampang di seragam pemain dan dilihat oleh
berjuta-juta orang melalui televisi.
K esemuanya tidaklah berjalan jik a tidak ditunjang oleh adanya liga pertandingan
sepak bola bertingkat dari klub-klub sepak bola dari divisi utama, divisi II, divisi III sampai
liga junior yang teratur setiap musim pertandingannya dan dikoordinir oleh asosiasi sepak
bola m asing-m asing negara. Setiap liga-liga tersebut memiliki sponsor masing-m asing yang
biasanya dapat dilihat di papan-papan pem batas lapangan. Bagi negara-negara Eropa seperti
Inggris, Italia, Spanyol, yang mem iliki liga terbaik di dunia hal ini tentunya menjadi sumber
devisa negaranya sekaligus menarik w asatawan untuk datang berkunjung. Sedangkan bagi
negara lainnya yang ju g a mem iliki liga sepak bola, ini menjadi ajang pelatihan bagi atletnya
sehingga dapat berlaga di kancah dunia. Misalnya saja Brazil yang dikenal menjadi penghasil
atlet sepak bola yang hebat. Negara-negara Asia pun tidak kalah. Liga Jepang, Korea Selatan
dan C ina sudah mulai diperhitungkan.
M araknya industri persepakbolaan satu dekade terakhir ini telah melahirkan klub-
klub raksasa dengan pendapatan lebih dari dua ratus ju ta dollar pertahun. Sungguh suatu
yang luar biasa, melebihi pendapatan perusahaan multi nasional sekalipun. Pendapatan ini
terutam a berasal dari tiket pertandingan, penjualan hak siar kepada media, sponsorship dan
penjualan merchandise klub ke seluruh dunia. M isalnya saja M anchester United (M U) salah
satu klub terkaya di Eropa memiliki MU Megastore yaitu toko yang menjual souvenir-souvenir
seperti kaos seragam asli, syal, dan lain-lain, yang ada di ham pir seluruh negara di dunia.
Prospek industri sepakbola sangat bagus karena karakteristik unik yang dimilikinya.
Bisnis persepakbolaan m em pengaruhi konsum ennya secara emosional, terkadang tidak
rasional. Karenanya loyalitas konsumen mereka tidak diragukan, baik klub sepak bola tersebut
dalam kondisi m enang ataupun kalah. Supporter fanatik ini rela menghabiskan uang yang
tidak sedikit untuk menonton setiap pertandingan yang dim ainkan klubnya lengkap dengan
atribut klub yang didukungnya. Bahkan klub-klub juru kunci pun memiliki supporter fanatik.
Karakteristik tersebut yang tidak dimiliki oleh jen is industri lainnya. Untuk klub-klub yang
berbentuk Public Lim ited Companies (PLCs) maka pendukung fanatik tersebut juga memiliki
saham klub. Jumlah saham yang m ereka miliki relatif sedikit dari total kepemilikan saham,
namun m ereka berperan aktif dalam klubnya.
Hal inilah yang dibidik oleh klub itu sendiri dan pelaku industri sebagai target
pemasarannya. Tidak mengherankan jik a nama-nama besar seperti Adidas, NIKE, Opel,
Danone, dan lain-lain ikut “num pang” promosi dengan menjadi sponsor. Hal ini sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan penjualan produknya. Bagi klub itu sendiri hal ini
tentunya dimanfaatkan untuk bisnis yang lain seperti menjual merchandise, mengembangkan
media televisi, radio dan majalah, mengembangkan kartu kredit, asuransi, pinjaman lain yang
m em baw a nam a klub. Stadion yang dim iliki oleh tiap klub tidak saja sebagai tempat

40
diadakannya pertandingan, ju g a sebagai m useum klub, restaurant, toko m erchandise dan
kantor pusat op erasio n al klub. B ahkan klub-klub tersebut m em iliki usaha travel yang
m enaw arkan paket liburan ke negaranya lengkap dengan m enonton pertandingan pilihan.
U ntuk dap at m encapai sem ua itu m aka m asin g -m asin g klub b erlo m b a-lo m b a
m eningkatkan nam a klubnya dengan m em bentuk team yang baik. K arenanya target yang
ingin dicapai oleh setiap klub adalah m em peroleh kem enangan dan menjadi ju ara di berbagai
k o m p e tisi. M en jad i ju a r a b erarti m e n in g k a tk a n n am a b aik k lu b , m en a rik sp o n so r,
m eningkatkan nilai hak siar pertandingan, sekaligus m enam bah penerim aan kas dari uang
hadiah dan m em perbanyak pendukung fanatiknya. S ehingga hal yang paling penting dari
sebuah klub sepak bola adalah pem ain sepak bola itu sendiri. Sem akin hebat pem ain-pem ain
yang dim iliki dan sem akin solid sebuah team , m aka peluang untuk m enjadi ju ara sem akin
besar.
Pem ain-pem ain yang berkualitas tersebut dapat diperoleh dengan m em beli pem ain,
dengan m em injam , ataupun m engem bangkan pem ain-pem ain m uda lewat sekolah sepak bola
yang dim ilikinya sendiri. C ara yang terakhir tersebut lebih ditekankan kepada m asa depan
sepak bola untuk klub dan negara itu sendiri. N am un untuk m endapatkan pem ain yang
berkualitas untuk dapat langsung bermain biasanya dilakukan dengan membeli dan meminjam.
A dapun sistem pem belian pem ain adalah dengan sistem transfer. Setiap pem ain
terikat kontrak yang m en gik at secara hukum dalam ja n g k a w aktu terten tu dan dap at
diperpanjang jik a telah habis jan g k a w aktunya. Pem ain yang terikat kontrak berkew ajiban
untuk m em berikan jasan y a kepada klub dengan berkontribusi dalam pertandingan. Pem ain
tersebut tidak dapat berhenti berm ain ataupun pindah ke klub yang lain tanpa seizin klub
pemilik. Jika ada klub lain yang tertarik dengan perm ainan seorang pemain dan m enginginkan
untuk m em perkuat team nya m aka klub tersebut harus m engajukan taw aran harga transfer
kepada pemilik klub. M aka jik a tawaran tersebut datang ketika kontrak pemain yang dim aksud
belum habis m aka keputusan ada di tangan klub pem ilik. B iasanya klub pem ilik tidak akan
m elepas pem ain yang dirasa berharga dengan harga yang m urah. M aka jik a harga transfer
yang ditaw arkan m enarik, m aka akan terjadi taw ar m enaw ar sam pai m enem ui kesepakatan
harga tertentu sehingga klub pem ilik bersedia m elepas pem ain. Proses taw ar m enaw ar ini
akan lebih m enarik jik a taw aran terhadap seorang pem ain datang dari lebih dari satu klub.
Hal ini akan m enguntungkan klub pem ilik karena sesuai dengan hukum perm intaan, jik a
perm intaan m eningkat m aka harga ju g a m eningkat. M aka tidaklah m engherankan jik a nilai
transfer seorang R onaldo dari Inter M ilan ke Real M adrid dapat m encapai 67 ju ta dollar
A m erika. Bagi klub pem ilik nilai tersebut tentunya dapat dipakai untuk m em beli pem ain lain
untuk m em perkuat team nya. Bagi pem ain harga transfer yang tinggi m enguntungkan dirinya
karena pem ain m endapat bagian dari nilai kontrak tersebut, diluar gaji dan bonus yang akan
didapat di klub barunya. N am un proses tersebut hanya dapat dilakukan dalam w aktu tertentu
yang ditetapkan oleh asosiasi sepak bola di negara m asing-m asing. B iasanya sekitar jed a
w aktu tiga bulan setelah m asa kom petisi berakhir.
Untuk proses pem injam an, tidak melibatkan nilai transfer. B iasanya klub-klub besar
yang m em iliki banyak pem ain cadangan dengan kualitas baik, m aka agar pem ain tersebut
dapat berm ain m aka dapat dipinjam kan ke klub lain. U ntuk pem bayaran gajinya m erupakan

41
kesepakatan antara kedua klub. Apakah gaji dan bonusnya dibayar oleh klub asal atau klub
baru. Sistem ini memberikan keuntungan bagi kedua klub. Bagi klub peminjam tambahan
pemain ini dapat m em perkuat tim nya tanpa harus m em bayar nilai transfer yang besar. Bagi
klub pemilik dapat m eringankan beban gaji sekaligus memberi kesem patan kepada pemain
cadangan untuk menunjukkan kualitasnya.
Dalam rangka memfasilitasi kegiatan transfer pemain maka asosiasi sepak bola eropa,
UEFA mulai tahun 2001 telah m em buat peraturan yang m engatur transfer m arket pemain
sepak bola antara negara-negara anggota UEFA. Dengan adanya peraturan yang pasti maka
penentuan nilai transfer menjadi independen.

PEMAIN SEPAK BOLA SEBAGAI ASET DAN PERLAKUAN AKUNTANSINYA


Dari paparan diatas maka bagi klub sepak bola, pem ain sepak bola adalah aset yang
paling berharga. D engan dem ikian, sem estinya pemain sepak bola terdapat di neraca sebuah
klub sepak bola. Namun sampai beberapa tahun belakangan ini terdapat perdebatan mengenai
apakah hum an capital dapat menjadi aset di perusahaan. A turan-aturan akuntansi yang ada
sekarang baik IAS, FASB dan PSA K tidak atau belum m engakui hum an capital sebagai
aset. Ini dikarenakan hum an capital tidak memenuhi definisi sebagai aktiva.
Tetapi dalam industri sepak bola tidak dapat dipungkiri bahw a hum an capital
memberikan nilai tam bah bagi perusahaan. M isalnya saja nama David Beckham bagi klub
M anchester United mampu m engangkat nilai jual klubnya. Hal ini tidak saja berlaku bagi
klub-klub besar. Bagi Persija Jakarta tanpa pem ain-pem ain yang dim ilikinya sekarang, nilai
bersih aktivanya paling banyak hanya mencapai beberapa ratus juta. Sedangkan harga kontrak
pem ain asingnya m ungkin ham pir setengah dari net asetnya. Hal ini tentunya tidak
menggambarkan nilai perusahaan/klub yang sebenarnya. Jika klub tersebut dimiliki oleh satu
institusi saja, misalnya Persija dimiliki oleh Pem da DKI Jakarta, hal ini mungkin tidak
berpengaruh apa-apa. N amun bagi klub-klub besar di Inggris yang kebanyakan berbentuk
Public Lim ited Company (PLC) dim ana saham -saham nya dim iliki oleh beberapa pihak
term asuk pendukung fanatik, artinya laporan keuangannya tidak m enggam barkan nilai yang
sebenarnya. Keuntungan yang dilaporkan dapat bernilai lebih jik a tidak dibebani dengan
beban sebagai akibat pem belian pemain.
Untuk itu diperlukan perlakuan akuntansi yang tepat bagi para pemain sepak bola
ini, terutam a untuk menentukan apakah pemain sepak bola dapat dikategorikan sebagai aset
atau tidak. Dalam bagian kedua makalah ini akan dibahas mengenai apakah pemain sepak
bola memenuhi kriteria sebagai aset, dan jika termasuk aset bagaimana perlakuan akuntansinya.

P em ain Sepak Bola Sebagai A set


Terdapat beberapa definisi aktiva menurut badan-badan yang menetapkan standar-
standar akuntansi, seperti FASB, IASC, PSAK dan FRS. B erikut ini adalah definisi aktiva
(asets) dan aktiva tidak berw ujud (intangible aset) m enurut standar-standar tersebut.

Definisi A ktiva d a n A ktiva T id ak B erw ujud


1. M enurut FASB
Aktiva adalah: “Probable fu tu re econom ic benefits obtained or control by a particular
entitiy as a resuit o f p a st transactions o r events”.

47.
Definisi ini berlaku bagi aktiva berwujud dan tidak berwujud, hanya aktiva berwujud
memiliki bentuk fisik sedangkan aktiva tak berwujud tidak memiliki wujud fisik.
2. M enurut IASC
Aktiva adalah suatu sum ber daya yang:
a. Dikuasai oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari kejadian masa lalu.
b. Darim ana keuntungan masa depan yang diharapkan berasal untuk jalannya suatu
perusahaan.
Sedangkan m enurut IAS 38, Intangible A set adalah “non-m onetary aset without
physical substance h eld fo r use in the production o f supply o f good or service, fo r
rental to others, or fo r adm inistrative purposes "
3. M enurut PSAK
A ktiva tidak berw ujud dapat didefinisikan sebagai aktiva non-m oneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dim iliki untuk digunakan dalam
menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau
untuk tujuan administratif.

Kriteria Pengakuan Aktiva Tak Berwujud


Kriteria pengakuan suatu aktiva tak berw ujud untuk dapat diakui sebagai aktiva di
neraca adalah sebagai berikut:
1. Aktiva tersebut dapat diidentifikasi. Im plikasinya aktiva tersebut mem punyai manfaat
ekonom is yang dapat dijual, disewakan atau dipertukarkan secara terpisah.
2. Perusahaan memiliki kendali atas aktiva tersebut, m isalnya melalui hak legal.
3. Di masa mendatang, perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis dari aktiva tersebut.
4. H arga perolehan aktiva tidak berw ujud tersebut dapat diukur secara andal.

Karakteristik Pemain Sepak Bola Dalam Memenuhi Kriteria Sebagai Aset


Dari definisi dan kriteria diatas maka akan dibahas satu persatu untuk melihat apakah
pemain sepak bola dapat dikategorikan sebagai aset. Tujuan sebuah klub memiliki ataupun
membeli seorang pemain sepak bola pastinya untuk menghasilkan/meningkatkan keuntungan
ekonom is di masa depan dari klubnya. Keuntungan yang dijanjikan oleh pemain sepak bola
adalah sesuatu yang intangible yaitu kontribusinya (jasanya) dalam pertandingan bagi
kesuksesan klub. Sebagaim ana dijelaskan di atas bahwa jik a sebuah klub memiliki pemain
yang bagus dan team yang solid sehingga dapat memenangkan pertandingan, maka keuntungan
akan m engalir ke klub baik dengan meningkatnya pemasukkan dari penjualan tiket, hak siar
dari televisi, penjualan m erchandise dan meningkatkan prestise klub di mata pendukung.
Pembelian pemain merupakan hasil dari transaksi atau event masa lalu. Baik dari
hasil operasi sebuah klub di musim -m usim kompetisi sebelum nya ataupun dari sum ber
pendanaan lain, sehingga diperoleh dana untuk m em beli pem ain-pem ain baru untuk
memperkuat teamnya.
Pemain sepak bola ju g a dapat diidentifikasi dengan jelas, sehingga dapat dijual,
disewakan dan dipertukarkan secara terpisah. Hal ini dapat dilihat dari jual beli pem ain dari
suatu klub ke klub lain. Begitu pula dengan peminjam an pemain dapat dikatakan sebagai

43
sew a karena klub yang m em injam selain m em bayar gaji pem ain ju g a m em bayar biaya
pem injam an ke klub pem ilik. B ahkan pem ain sepak bola dapat ju g a dipertukarkan secara
terpisah. M isalnya ketika M anchester U nited m em beli Juan S ebastian Veron dari Lazio
dengan m enukar pem ainnya yaitu Jap Stam p.
K lub sepak bola m em iliki kendali atas pem ain sepak bola m elalui kontrak hukum
yang m engikat antara klub dan pem ain sepak bola. S ehingga klub m em iliki kontrol terhadap
pem ainnya dan pem ain tersebut berkew ajiban m em atuhi isi dari kontrak. Pem ain sepak bola
ju g a tidak boleh pindah dari satu klub ke klub yang lain tanpa seizin dari klub pem ilik kecuali
ia dalam status fr e e transfer. Status fr e e tra n sfer terjadi ketika seorang pem ain telah habis
m asa kontraknya dan tidak berniat m em perpanjang kontrak dengan klub lam a, m aka ia bebas
pindah ke klub m anapun tanpa m em bayar transfer fee.
Dan yang terakhir adalah harga perolehan aktiva dapat diu k u r secara andal. D engan
adanya active transfer m a rket (berlaku untuk negara-negara E ropa), m aka untuk m engukur
harga perolehan seorang pem ain sepak bola m aka d ilihat dari nilai transfernya.
D alam hal pem ain yang diperoleh dari pengem bangan sekolah sepak bola klub
m asing-m asing, bila harga perolehannya d iukur dengan m enggunakan historical cost maka
seluruh biaya yang terkait dengan pengembangan dan pelatihan pemain diakum ulasikan sebagai
harga perolehan tersebut. Pada kenyataannya m enghitung dengan cara tersebut mem iliki
beberapa kesulitan antara lain dapat saja biaya historis tersebut tidak m encerm inkan nilai
pem ain pada saat sekarang. Hal ini dapat saja disebabkan pem ain yang sukses sehingga nilai
transdernya tinggi. Untuk pem ecahannya digunakan arbitration p a n el yaitu suatu badan
penilai harga seorang pem ain , untuk m en g u k u r berap a n ilai tra n sfe r pem ain tersebut
sebenarnya.
D engan argum en-argum en di atas m aka jelaslah bahw a unuk industri sepak bola di
E ropa m aka pem ain sepak bola dapat dikategorikan dan diakui sebagai aktiva tak berw ujud.

Perlakuan Akuntansi Bagi Pemain Sepak Bola


K arena pem ain sepak bola telah dapat dikategorikan sebagai aktiva tak berw ujud
m aka selanjutnya m enentukan perlakuan akuntansinya. A pakah pem ain ini dikapitalisasi di
neraca, dan jik a dikapitalisasi berapa nilai yang dipakai. U ntuk m enentukan perlakuan
akuntansi pemain sepak bola m aka harus berdasar pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
di negara m asing-m asing. K arena dalam pem bahasan ini m em bicarakan industri sepak bola
E ropa khususnya Inggris, m aka penulis akan m elihat dari prinsip yang berlaku di Inggris
yaitu FRS 10 yang baru dikeluarkan pada akhir tahun 1998 untuk m engakom odasi perlakuan
akuntansi bagi goodw ill dan aktiva tak berw ujud.

F R S 10
FRS 10 adalah prinsip akuntansi bagi g oodw ill dan aktiva tak berw ujud yang
m erupakan am andem en dari aturan sebelum nya. Tujuan dari FRS 10 ini adalah mem astikan
bahw a pem belian goodw ill dan aktiva tak berw ujud dim asukkan ke dalam laporan laba rugi
pada periode penggunaannya. Standar ini m em berikan penekanan kepada goodw ill yang
timbul dari akuisisi bukan m erupakan aset seperti aset lainnya dan ju g a tidak segera mengakui

44
kerugian dalam nilai. G oodw ill yang tim bul dari akuisisi lebih kepada jem b a ta n yang
m enghubungkan antara biaya investasi yang ditam pilkan sebagai aset laporan keuangan
pengakuisisi dan nilai yang m enghubungkan aset yang diperoleh dengan kew ajiban pada
laporan keuangan konsolidasi. W alaupun goodw ill yang dibeli tidak dengan sendirinya
menjadi aset, pencantum annya diantara aset-aset dalam pelaporan suatu entitas diakui bahwa
goodw il\ bagian dari aset yang terbesar yang harus dihitung oleh m anagem ent.
Item -item tak berw ujud yang dapat m em enuhi definisi aset ketika terdapat akses
kepada keuntungan ekonom is dim asa depan yang dikendalikan oleh entitas pelapor baik itu
melalui kustodian maupun perlindungan hukum . Batasan intangible item ini m ulai dari dapat
diidentifikasi dan dapat diukur terpisah dari go o d w ill sam pai pada hal-hal yang secara
esensial sangat m irip dengan goodw ill. Perlakuan akuntansi untuk item -item intangible
tersebut sam a dengan g o o d w ill yaitu d ik ap italisasi dan diam o rtisasi secara sistem atis
(biasanya selam a 20 tahun atau kurang).

Pengkapitalisasian Pemain Sepak Bola


Seperti yang telah disebutkan diatas maka pem ain sepak bola telah mem enuhi kriteria
akuntansi yang tertera pada FRS 10 untuk diakui sebagai aktiva tak berw ujud. U ntuk
m enentukan perlakuan a k u n tan sin y a terd ap at d u a konsep d a sa r aku n tan si yang harus
diperhatikan, yaitu m atching and accruals concept serta concept o f prudence. A ktiva tak
berw ujud secara general dikapitalisasi pada neraca pada nilai historis dan didepresiasi selam a
m asa econom ic life-nya. FRS 10 m erekom endasikan aktiva tak berw ujud seharusnya ju g a
dikapitalisasi dan diam ortisasi selam a m asa econom ic life-nya, jik a dapat dibeli ataupun dijual
secara terpisah dari pem belian dan penjualan bisnis secara keseluruhan. Perlakuan ini muncul
dari m atching a n d a ccru a l co n cep t yang terkait d engan konsep realisasi. K onsep ini
m em bedakan antara penerim aan dan pem bayaran kas dan hak untuk m enerim a kas atau
tim bulnya kew ajiban untuk m em bayar kas. Pendapatan diakui ketika hak atau kew ajiban
telah diperoleh atau dilaksanakan bukan pada saat kas benar-benar diterim a. D alam konsep
ini ju g a setiap beban dilaw ankan dengan pendapatan yang telah terealiasi untuk m em peroleh
laba. B eban m em asukkan bagian dari aktiva tetap yang telah digunakan selam a periode
akuntansi untuk m enghasilkan pendapatan. Beban ini kita kenal sebagai beban depresiasi
atau am ortisasi. B erdasarkan konsep ini m aka pem ain sepak bola dikapitalisasi dalam neraca
dan diam ortisasi selam a m asa econom ic life-nya.
P rudence concept m enyatakan bahw a akuntan harus selalu berhati-hati (prudent)
dalam m em utuskan perlakuan akuntansi dalam setiap transaksi. O leh sebab itu, baik aset
berw ujud maupun tak berw ujud yang sulit untuk diukur nilainya tidak dikapitalisasi dalam
neraca. Seperti um um nya aktiva tak berw ujud, terdapat beberapa ketidakpastian dalam
pengukuran dan penilaian pem ain sepak bola. K etidakpastian ini meliputi seberapa banyak
pem ain sepak bola yang benar-benar berkontribusi terhadap keuntungan ekonom s klubnya
di m asa depan. M isalnya dalam waktu tersebut bagaim ana pemain dapat segera menyesuaikan
diri dengan team , cedera, tidak tam pil dalam perform a terbaiknya dan berapa lam a akan
tinggal di klub. B erdasarkan concept o f prudence m aka pem ain sepak bola seharusnya tidak
dikapitalisasi karena sulit untuk dinilai dan jasa yang diberikan untuk future economic benefits
sulit diukur.
Dua konsep diatas memiliki pandangan yang berbeda dalam hal perlakuan akuntansi
bagi aktiva tak berw ujud. N am un tanpa m em perhatikan hal terseb u t, FRS 10 telah
merekomendasikan untuk mengkapitalisasi aktiva tak berwujud dimana terdapat active market
untuk aset tersebut dan jika mereka dapat diperjualbelikan secara terpisah dari bisnis secara
keseluruhan. D raft dari pernyataan yang dikelu ark an oleh profesi ak untan ini ju g a
merekomendasikan agar aset dan transaksi lain tidak harus dikeluarkan dari laporan laba
rugi hanya karena kesulitan untuk dinilai. Karena aktiva tak berw ujud yang memiliki
ketidakpastian seperti research and development dikapitalisasi asalkan mem enuhi kriteria
sebagai aktiva tak berwujud, walaupun masih ada ketidakpastian dalam penetapan future
econom ic b en efits. K arena pem ain sepak b ola d a p a t m em enuhi p ersy a ra tan untuk
diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud, maka perlakuan akuntansi yang paling tepat
adalah dengan mengkapitalisasikannya dalam neraca sesuai dengan FRS 10.

Dasar Penilaian Dalam Mengkapitalisasi Pemain Sepak Bola


Pembahasan selanjutnya adalah menentukan nilai dari pemain sepak bola. Terdapat
dua pendekatan dalam penilaian pekerja seperti yang ada di literatur. Yang pertam a adalah
cost based m eth o d s, contohnya h isto rica l cost, rep la cem en t cost, o p p o rtu n ity cost.
Pendekatan yang kedua adalah market value based methods, seperti nilai ekonomi dari human
resource. Dalam setiap pendekatan tidak ada yang benar-benar diterim a sepenuhnya karena
masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk beberapa kasus penetapan subjektif
perlu diambil. Bagaimanapun penilaian bagi pemain sepak bola tidak serumit penilaian terhadap
pekerja biasa. Karena adanya active transfer market untuk pemain sepak bola dim ana pemain
diperoleh berdasarkan transfer fee yang dibayarkan ke klub lam a cukup fair dan independen
untuk dijadikan dasar nilai kapitalisasi.
Bagaim ana dengan pemain-pem ain yang dimiliki klub tanpa nilai tansfer? Pemain-
pem ain ini biasanya berasal dari sekolah sepak bola yang dim iliki klub atau pemain dengan
status fre e transfer. M aka untuk penilaiannya dapat digunakan nilai historis yaitu biaya-
biaya yang dihabiskan selama melakukan masa pendidikan di sekolah sepak bola. Dasar
penilaian yang lain adalah dengan m engetahui replacement cost dengan tingkat kualitas
permainan yang sama. Dalam penetapan ini harus melibatkan akan menimbulkan subjektifitas
baru karena replacement cost baru akan diketahui jik a pemain benar-benar dijual. Untuk
m engatasinya hal ini diperlukan pihak penilai independen seperti arbitration panel, sehingga
setiap klub memiliki basis yang sam a dalam m enetapkan penilaian untuk pemain-pemain
jenis ini.
Apapun metode yang dipilih dalam penilaian pemain, sistem untuk menentukan
nilai pemain perlu untuk dikembangkan. Sistem seperti itu dibutuhkan untuk mengefektifkan
biaya dan juga memastikan bahwa penilaian tidak menyesatkan.
Dengan dapat ditentukannya nilai dari seorang pemain, maka pemain sepak bola
dapat dikapitalisasi dan diamortisasi selama um ur ekonomisnya. Umur ekonom is tersebut
dihitung berdasarkan masa kontrak pemain dengan klub. Untuk pemain yang yang telah

46
habis masa kontraknya dan memilih untuk m em perpanjang kontrak, maka dapat direvaluasi
sesuai dengan masa kontrak yang baru.
M etode lain yang dapat digunakan untuk m enetapkan nilai pemain adalah dengan
merevaluasi pemain setiap periode tertentu, untuk melihat perubahan nilai dari masing-
masing pemain. A pabila menggunakan metode ini maka peningkatan dan penurunan nilai
pemain diperlakukan seperti halnya perubahan nilai investasi. Dengan dem ikian maka
amortisasi tidak diperlukan. Untuk merevaluasi pem ain-pem ain tersebut secara objektif dan
rasional maka perlu dikem bangkan suatu badan arbitrasi formal bagi industri sepak bola.

LAPORAN KEUANGAN KLUB SEPAK BOLA


Laporan keuangan klub-klub sepak bola yang berbentuk PLC hampir sam a dengan
p eru sah aan b ia sa . T erd a p a t c o n so lid a te d b a la n c e sheet, co m p a n y b a la n c e sheet,
consolidated profit and loss account (sebutan lain dari Laporan Rugi Laba), cash flo w dan
notes to financial statem ent Hanya saja terdapat sedikit perbedaan dalam susunan item-
item pada neraca dan Laporan Rugi Labanya. Di bawah ini akan diuraikan mengenai company
balance sh eet dan co n so lid a ted p ro fit and loss a cco u n t dari klub sepak b ola yang
memasukkan pemain sepak bola sebagai aktiva tak berwujud. Di sini penulis mengambil
contoh laporan keuangan M anchester United (MU). Kemudian akan diperbandingkan dengan
laporan keuangan klub sepak bola yang tidak mengakui pem ainnya sebagai aset.

Neraca
Susunan neraca MU dimulai dari aktiva tetap, aktiva lancar, kewajiban (kreditor dan
kewajiban lancar), pendapatan accrual dan pendapatan deffered dan cadangan modal. Aktiva
tetapnya terdiri dari aktiva tak berwujud, aktiva berwujud, loan to jo in t venture, investment
in associate. Sedangkan aktiva lancar terdiri dari saham, debtor dan kas di bank.
Dari susunan neraca tersebut dapat diketahui bahw a aset yang utama dari klub
sepak bola ini adalah aktiva tetapnya yang didalam nya termasuk aktiva tak berw ujud yang
m erupakan nilai dari kontrak pem ain (p la y e r s ’ reg istra tio n s) dikurangi dengan nilai
amortisasinya. Dapat dilihat bahwa nilai dari kontrak pemain cukup besar yaitu 108.427.000,-
pounsterling, kira-kira mendekati nilai aktiva berwujud yang dim iliki oleh klub tersebut.
Aktiva berwujud terdiri dari stadion sepak bola, kendaraan, peralatan, dan sem ua aset lain
yang dimiliki klub. Aktiva berwujud dan tak berwujud ini dikelompokkan dalam aktiva tetap
bukan dalam aktiva lancar kemungkinan dilihat dari likuiditasnya dibandingkan dengan item-
item kelompok aktiva lancar.
Untuk sisi kewajiban dan modal tidak ada perbedaan yang cukup signifikan. Hanya
karena perbedaan nature o f business menyebabkan kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam
neraca klub sepak bola lebih kepada joint venture, taxation, dan pengakuan deffered income.
Untuk ekuitasnya sendiri tidak berbeda, hanya nama retained earning di neraca ditunjukkan
dengan nama p rofit and loss account.

47
Neraca dan intangible fix e d asets dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
I l ii r I i - i i h iii- " l I ’l * i ii i n . il l ' j " i i _• - •_
Financial statem ents

Consolidated balance sheet


3 1 July 2002

Note A 9}2 m
L 1MIJ i'COO
A'.lgluj

F ix e d assets
lnUni'.|il»i" .IV-.-'is i; 6 2 .2 0 9 71 1 17

lOI li.|il.i|*.‘ 0SV>l-> i; 126. Î 2 0

1•Ml) >1111 v<*nunv M 1 .0 0 0 1000

In v .'s in jr-n i in M 769 ?V'2


2 1 2 .3 2 7 1 \ it]*"»

C u r r e n t assets

M mi b IS l<>6 ¿ ¿V)
iv -b t o r s 16 J 2 ,2 7 9 ¿ 0 .5 * 1

' j s h «U k i n k in lu iv :l W
11.408 ¿¿ ?'*)

C r e d i t o r s - a m o u r, :s fa llin g d u e w ith in o n e y e a i 1/ 5M 59 •11


N e t c u rre n t liabilities (2 0 .0 5 1 ) \¿¿ I 5)
T o ta l assets less c u rre n t liabilities 192.276 I 7 V 171

C re d ito rs - a m o u n ts fa llin g d u e after o n e y e a r IS 688 1.050

P ro v isio n f o r liabilities a n d ch arges


1V-lifi'i:-«:! taxation yl) 5.2 47 /. --S'"'
lnv^tm ».*nl in ¡oint ;o
'.lur*.*'.*í'.|r*:^s .iss- -h (Ï9 I) ■:7 ■■i ;■
Î.S I2 W ÓI
Ï.4 2 I

A ccru a ls a n d d e fe rre d In c o m e
rv-|..-rr-:->:|'iivinUn'Mnv- ?\ 1.194 1 110
• -thi-r ■:l**f«:-rr*.-1ln< --m*- i? 4 4 .2 $ } 11 ¿ \y.
N et assets I *7,44 i I ¿0.4 57

Capital and reserves


?>, 2 5 .9 7 7 ¿ 5 0 7 7

• • l l l - . 'l I W / I W M 5 0 0 y jO

• \ ii
Ï T 1 'l i t - m > l 1' > v . j u " U llt M I 1 0 .9 6 6

S h iii e h o l d e i s 'f u n d s /S 1 * 7 .4 4 * 1¿ ó 'I ^ 7

12 In ta n g ib le fix e d a s s e ts

0 t * 4 l |. ' : (C O

C o st o f p la y e rs ' re g is tra tio n s

A t 1 A u .|m i ¿ O '" * ! In I .M 7 I

A i .l l i i i '- n s • 7. s •

U K | - '. ' m K ■: : ‘ . 1 K'. i .i

A t *1 J u ly 2 0 0 2 1O S .4 2 7

A m o rtis a tio n o f p l a y e r s '' r e g i s t r a t i o n s

A t 1 A ll- I U M ¿001 '¿ . " 5 1

1 h . l l V |'. - l ú l t i l - '- v * M l I 7 . i i - |7

i J i s p '- M K \ 1 1.

A t i l J u ly 2 0 0 2 2 6 .2 1 8

N e t b o o k v a lu e o f p la y e rs ' re g is tra tio n s

A t i l J u ly 2 0 0 2 8 2 .2 0 9

A t ï 1 |u lv J O N 1 7 1 .1 1 7

Sum ber: Manchester United PLC Annual Report 2002


48
[

Laporan Laba Rugi


Dalam Laporan Laba rugi klub sepak bola ini pendapatannya disatukan dalam group
turnover. Group turnover berasal dari pendapatan penjualan tiket kepada pendukungnya di
setiap pertandingan baik liga premier, piala liga, piala FE, liga Champion dan lainnya.
Pendapatan lainnya ju g a didapat dari hak siar m edia televisi, sponsor dan penjualan
merchandise. Pendapatan ini dikurangi dengan H arga Perolehan Penjualan (H PP) dari
merchandise dan beban-beban operasional dan adm inistratif seperti pembayaran gaji pemain
dan karyawan klub serta biaya-biaya pendukung dari keuangan MU dan bisnis interaktif
serta biaya depresiasi aktiva tetapnya. Diluar operating profitnya, terdapat keuntungan dari
penjualan beberapa pemain intinya
Consolidated profit and loss account
f o r t h e y e a r e n d e d 3 1 J u ly 2 0 0 2

N o te 2002 2001

r v iv i
•1111'.4 -Il m iui
.iin lii.u lirn i tltlil II.KldiU T..1.1I W .il

R t*uu*i

iu m o v i-r. s h a n .-o f ¡o in tv ./iiU ir.- 1 4 8 .0 7 0 _ 1 4 8 ,0 7 0 1 i 0 .li

L ess, i l u l u v f M M v tu h r* ( 2 ,0 0 8 ) - (2 ,0 0 8 ) ■; 1 ." U K ,

G ro u p tu rn o v e r 1 4 6 .0 6 2 - 1 4 6 .0 6 2 | n ■

C o s i ■if v i l « ( 1 5 .6 8 5 ) ( 1 5 .6 8 5 ) ( 2 2 .I A 'i .

C ro ss p ro fit 1 5 0 .5 7 7 - 1 5 0 .5 7 7 1' i ~ . l | - ‘

/'m.Ii s lii llsliM li-.' t ■« -X1:'f-i t>< -s l:»r-l".-r< ■« i- *1u d 4 (9 6 .4 4 8 ) ( 1 7 .6 4 7 ) 1 1 1 4 .0 9 5 )


!
i i l i n i n i s l l . i l i - r - ■- x | > -|> lf -n .tl •< r > ls .s (8 6 4 ) - (8 6 4 ) !
M . l l . H l l l l i l l W r . l l i v - v | »HlS<A (0 7 .5 1 2 ) (1 7 .6 4 7 ) ( 1 1 4 .0 5 9 ) i 8 K .n l i

G r o u p o p e n t l i K j p r o f i t 'l o s s ) 5 5 .0 6 5 ■; 1 7 6 4 7 ) 1 5 .4 1 8 i - '. r - i

S h . i i - i ' | " - M i i n . | i l 'A W p r v l i t in

H iitv . _ - n U i r i . - (5 0 1 ) - (5 0 1 ) 77

\VM ■' l.llv-S (5 > - <5)

T 0 t . 1l o p e r a t i n g p r o f i t : C r m i p a n d s h a r e
o f |o ln t v e n tu r e a n d a s s o c ia te s 5 2 .5 6 1 (1 7 .6 4 7 ) 1 4 .0 1 4 1 K .x

l ï o l i l m i > i.lis|> :is .il ■i | | ■ l.i.-i -, - 1 7 .4 0 6 1 7 .4 0 6 2 . 2 1 -1

P i o f I t ( l o s s ) b e f o r e I n t e r e s t a n d t.'.x .i t l o n 5 2 .5 6 1 (2 4 1 ) 5 2 .5 2 0 J 1 <1 1

N " l i n l - r - ' J r- ■ v iv .il -Iv 27 7 27

P i o f l t 011 o r d i n a r y a c t i v i t i e s to e fo i e t a x a t i o n 5 2 .5 4 7

T a x a tio n 8 ( 7 .5 0 8 ) •7 :•>->

P ro fit f o r t h e y e a r 2 5 ,0 5 9 l- l.

l> |v i .|.| id s 10 ( 8 .0 5 5 ) ■■ | " >

R e ta in e d p ro fit fo r t h e y e a : 1 6 .9 8 6 V IS 1

S u m b e r: M anchester United PLC Annual Report 2002

Perbandingan Laporan Keuangan


Dengan diakuinya nilai dari pemain sepak bola sebagai aktiva tak berw ujud oleh
klub M anchester United m enyebabkan posisi dan nilai neracanya menjadi kuat. Dan nilai
klub dapat disajikan sesuai dengan nilai aset yang dim ilikinya. Dengan adanya FRS 10
mem ungkinkan perlakuan tersebut. Akan sangat berbeda jik a nilai pemain sepak bola tidak
dim asukkan sebagai aset. Neracanya tidak akan m encatat aktiva tak berwujud, dan nilai dari
keseluruhan neracanya tidak begitu besar. Tekanan terjadi pada laporan laba rugi. Besarnya

40
pengakuan beban-beban untuk m em peroleh pem ain disam ping beban-beban operasional

dapat dilihat neraca dan laporan laba rugi dari klub yang tidak m em asukkan nilai pemain
seb agai asetnya.
St a t e me n t of F i n a n c i a l P e r f o r ma n c e
FOR T H E YEAR EN D ED 31 O C T O B E R 2002

NOTE 2002 2001


$ $
[• .• • . '■ - '• » . i- - - - f r Ir n ir y i •! ‘

!. ,i( irH>v- fti ,” ! • 'f’Jm.'ii v i- tivr i- .•'!.i V / '..1 i \,.1»U-

r*-J—1 j . ! . f i l i ! -n r - .i'lir y , I ••/(!> ■ « . •)!*

fy--? •.• ¡11 'j• -r


r•-v.'i li: 'j’k ‘i', i K . i'v !('>'!

ti.i i" > 1 - in • .- I '.n l y i.'tb / ; V - .■ w O n !

i SbtNu'-'iN JC 'i LiAM LLub


S lu l? n hr a t o f h m v ic u } ! i r - s : t ; n a

AS AT 31 O C TO B ER 2002

C U R R EN T ASSETS
'.OSil v ; ' '>-•

ii 'i i .vj / n - ’ • .>

C»li-H 7 yy- : •*'.••'

i' 'I.'i i .I ii » i h i •• .-i I •- ■


. r, I .•

N O N -C U R R E N T ASSETS

ii 1
^ 'r c p e - it v . P i.it-?: .jT i.; lie.; ¡ c . n > ' ! ! ‘0 ¿ .‘ v -C .

i I.-; vrv 4/
i'-'i.'j i; : vi v- •. '• •"<

C UR R EN T LIABILITIES
P :'!> v .t:v .• ‘ T ' 1" *'r 5’r • . -i
or* >.• ' 4 1 j .~i"i
Cttr-ri \i ■;4 .-v o :
I' in; !!,•<■!!!!:•. ••

N O N -C U R R EN T LIABILITIES

;.•! M- <:■ ' i 'J ' •! ■


.■'■
' .• •; ' ■ • -i'

;• ; ■,j 1! ;•. • •• ■
Mi; .■’■i >>v

M EM BERS FUNDS
iin iv .i' i', v ' - ' v ?

S -:iiLk'rt : [\r<0 ){<■

i i.\ l / l M H i M K l ! '

Sumber: Essendon FC Annual Report 2 0 0 2


50
PERBANDINGAN DENGAN INDUSTRI SEPAK BOLA DI INDONESIA
Seperti diketahui, perkem bangan industri sepak bola di Indonesia sangat jauh
ketinggalan dari industri sepak bola Eropa. Namun kecintaan m asyarakat terhadap sepak
bola sangat terasa di negara ini. Hal ini dapat dilihat dari kegem aran menonton pertandingan
sepak bola di televisi. M elihat jum lah penduduk Indonesia yang terdiri dari 200 jiw a, maka
negara kita cukup berpotensi untuk melahirkan atlet sepak bola yang andal. Namun minimnya
pembinaan dan ketiadaan kompetisi pertandingan yang teratur sehingga potensi tersebut
belum tergali. Kesulitan ekonomi turut berimbas pada kesulitan untuk mencari sponsor bagi
liga kompetisi apalagi untuk klub-klub sepak bola. Klub-klub sepak bola yang ada di Indonesia
kebanyakan dimiliki oleh daerah m asing-m asing dan berada di bawah pem erintah daerah.
M isalnya Persija dari DKI Jakarta, Persib dari Jaw a Barat, PSIS dari Jaw a Tengah dan masih
banyak lagi. M em ang ada beberapa klub yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan seperti
Semen Padang, Barito Putra, Pupuk Kaltim, namun itupun jum lahnya tidak banyak.
Karena klub-klub tersebut masih dimiliki oleh institusi tertentu dan belum bertujuan
untuk mencari laba, maka klub-klub tersebut belumlah dapat dikatakan sebagai perusahaan.
Karena pemasukkannya sendiri masih tergantung dari pemilik, jadi jik a pem iliknya mampu
menghimpun banyak dana maka klubnya dapat membeli pem ain-pem ain yang bagus bahkan
transfer dari luar negeri. M isalnya saja Persija dan Semen Padang. Namun bagi klub-klub
daerah yang pendapatan tidak besar maka hanya mampu mem bangun team dari putra-putra
daerah saja. Sedangkan pendapatan dari tiket masuk dan hak siar televisi sangat minim.
Karena seperti kita ketahui kondisi stadion di Indonesia tidaklah cukup memadai untuk
penarikan tiket karena banyaknya penonton yang tidak m em bayar tiket masuk. Dana hak
siar televisi lebih kepada pemasukkan bagi liga itu sendiri belum sampai ke klub. Untuk
merchandise sepak bola sepertinya sulit untuk dikembangkan. Karena maraknya pembajakan
maka merchandise asli yang dikeluarkan klub tidak akan berarti bayak bagi pemasukkannya.
Melihat kondisi tersebut maka tidaklah mengherankan jika klub-klub tersebut banyak
yang tidak memiliki laporan keuangan yang formal. Yang m ereka miliki adalah laporan
pertanggungjawaban penggunaan dana dari pemilik. Sehingga gaji pemain akan dicatat sebagai
pengeluaran, begitu pula dengan nilai transfer dari pemain baik lokal maupun asing dicatat
juga sebagai pengeluaran. Lagipula nilai transfer tersebut nilainya tidak cukup besar sehingga
tidak masalah jik a m encatatnya sebagai pengeluaran.
Dengan tidak adanya transfer m arket bagi pem ain sepak bola serta tidak ada
pengaturan mengenai perlakuan human capital pada PSAK, maka pemain sepak bola di
Indonesia belum dapat diakui sebagai aset. Untuk mencapai perlakuan akuntansi bagi pesepak
bola di Inggris masih sangat jauh bagi kita. Kita masih berkutat dengan persoalan pengadaan
kompetisi yang baik dan teratur dan pendanaannya. Namun dengan dukungan pemerintah
dan pihak sponsor maka bukan tidak mungkin untuk mem bangun industri sepak bola di
negeri ini. Karenanya pemikiran mengenai standar akuntansi yang mengatur tentang human
capital sebagai aset perusahaan perlu m endapat perhatian.

KESIMPULAN DAN SARAN


Perubahan pola industri dari industri m asal menjadi industri yang berbasis ilmu
pengetahuan mengakibatkan human capital memiliki peran dan nilai penting bagi perusahaan.
K arena peran dan n i l a i n y a itu dapat dapat m eningkatkan nilai perusahaan secara
keseluruhan. Namun standar akuntansi yang ada sekarang belum dapat mengakom odasi
perubahan ini sehingga human capital tidak dapat dim asukkan ke dalam laporan keuangan
untuk menam bah nilai perusahaan. Salah satu alasannya adalah karena human capital tidak
dapat m em enuhi kriteria pengakuan sebagai aset terutam a terkait dengan keandalan
pengakuannya.
Untuk industri sepak bola, tidak dapat dipungkiri bahwa pemain sepak bola adalah
aset bagi klubnya. A danya active transfer m arket dan nilai perolehan yang dapat diukur
secara jelas menjadikan pemain sepak bola memenuhi kriteria sebagai aset. FRS 10 yang
baru dikeluarkan pada tahun 1998 ini dim aksudkan sebagai pedom an dalam perlakuan
akuntansi bagi aktiva tak berw ujud dalam hal ini adalah pemain sepak bola. Dengan
dim asukkannya pemain sepak bola sebagai aset dalam neraca maka akan mem perkuat posisi
neraca dari klub-klub sepak bola dan nilai transfer tidak m enam bah beban sehingga
memperkecil laba.
Perkembangan human capital dalam menambah nilai perusahaan secara keseluruhan
semakin nyata. Khususnya dalam industri sepak bola yang notabene pemain-pemainnya adalah
aset klub diakui dalam neraca atau tidak. Sayangnya hanya FRS 10 di Inggris yang mengatur
tentang perlakuan akuntansi bagi aktiva tak berwujud. Berkaitan dengan paparan dalam
bagian-bagian sebelum nya maka saran penulis adalah :
ASB sebagai badan yang menetapkan standar akuntansi dunia sebaiknya mulai memikirkan
untuk merancang standar akuntansi bagi human capital. Karena human capital tersebut
mau tidak mau harus diakui telah memberikan kontribusi dalam m enam bah nilai suatu
perusahaan. Tidak dimasukkannya human capital di dalam neraca perusahaan mengakibatkan
perusahaan disajikan tidak pada nilai yang sesungguhnya. Khususnya bagi industri sepak
bola, di mana nilai pemain sangat besar relatif terhadap item neraca.
1. Jika terdapat standar untuk mengatur pelaporan human capital di dalam neraca, maka
akan m enaikkan nilai perusahaan itu sendiri sehingga para inv esto r yang ingin
menanamkan dananya dapat melihat nilai perusahaan dengan lebih wajar. Bagi klub-
klub sepak bola yang selam a ini berstatus PLC, standar ini dapat mem ungkinkan untuk
listing di bursa, sehingga dapat memperoleh masukkan modal lebih banyak.
2. Dalam rangka m em berikan penilaian yang w ajar dan independen untuk nilai seorang
pemain sepak bola maka perlu dibentuk badan penilai yang formal, sehingga sem ua klub
sepak bola dapat mengetahui nilai pemain yang dim ilikinya dengan basis yang konstan.
3. Untuk Indonesia sendiri, w alaupun industri sepak bola belum berkem bang, masalah
human capital perlu m endapat perhatian, setidaknya dalam bentuk w acana pemikiran
yang diajukan ke publik sebagai antisipasi di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, Eli dan Gilad Livne.2002. Accounting fo r Human Capital When Labor Mobility Is
Restricted. W orking Paper, Tel Aviv University.

Essendon FC. Financial Statement 2002. http://www. essendonfc.com

FRS 1 0 : G o o d w ill a n d Intangible Asets. http://www.asb-uk.org.uk

s?
Ikatan A kuntan Indonesia. PSA K No. 19: A ktiva Tidak B erw ujud (revisi 2000). Jakarta:
Salem ba Empat.

M anchester U nited FC. F inancial Statem ent 2002. http://w w w .m anutd.com

M ichie, Jonathan dan S hraddha Verma. 1999. C orporate G overnance and A ccounting
Issues F o r F ootball Clubs. W orking Paper, B irkbeck C ollege.

Anda mungkin juga menyukai