Anda di halaman 1dari 54

Nama : M Rizky Benando

NIM : 01031281419091

Mapping

Jurnal Indonesia

Jurnal 1

Keterangan
Judul Membedah Akuntabilitas Praktik Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman
Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi
Bali
Pengarang Ayu Komang Dewi Lestari, Anantawikrama Tungga Atmadja, & I Made
Pradana Adiputra
Sumber e-journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha (Vol: 2 No:1 Tahun
2014)
Masalah Pengelolaan keuangan yang ada di desa Pakraman yang Belum ditunjang
dengan sistemdan prosedur yang memadai menimbulkan permasalahhan
seperti : 1) pihak-pihak yang terlibat dalam proses pengelolaan keuangan, 2)
proses pengelolaan keuangan, dan 3) pihak-pihak yang terlibat memahami dan
memaknai akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan.
Metode Metode yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif, pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan melialui teknik in-depth interview
Hasil dan 1. Pihak-pihak yang terlibat dalam Proses Pengelolaan Keuangan Desa
Pembahasan Pakraman Kubutambahan.
Pembagian tugas dan wewenang antara LPD dan Petengan dalam
pengelolaan keuangan Desa Pakraman Kubutambahan tersebut,
didasarkan atas kesepakatan bersama pengurus lainnya mengingat
kemampuan yang dimiliki oleh Petengen Desa Pakraman
Kubutambahan cukup terbatas dalam hal pengelolaan keuangan.
Adanya pembagian tugas pengelolaan keuangan seperti yang
disampaikan diatas bukan berarti bahwa tanggungjawab yang dimiliki
oleh Petengen Desa Pakraman dan pihak LPD lepas satu sama lain.
Tanggungjawab seluruh keuangan tetap menjadi milik Petengen dan
pihak lain yang terlibat seperti LPD dan Petugas Pengumpul.
2. Proses Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan dalam Bingkai
Pemerintahan Desa Pakraman Kubutambahan.
Proses pertanggungjawaban pengelolaan keuangan termasuk pula
pengambilan keputusan di Desa Pakraman Kubutambahan tidak
melibatkan seluruh Krama Desa Pakramannya melainkan melalui
sistem perwakilan, dalam artian hanya sebatas pada Krama Desa
Pakraman yang duduk sebagai pengurus Desa Pakramannya saja.
3. Modal Sosial sebagai Dasar Pemahaman Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan.
Desa Pakraman Kubutambahan memiliki modal sosial berupa
kepercayaan. Kepercayaan yang terjalin dalam hubungan antar sesama
Pengurus Desa Pakraman maupun antara Pengurus Desa Pakraman
dengan Krama Desa Pakraman merupakan suatu modal sosial yang
paling utama melandasi aktivitas pengelolaan keuangan di Desa
Pakraman Kubutambahan. Rasa saling percaya dicerminkan kedalam
sikap jujur dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh Pengurus Desa
Pakraman selaku pihak yang mempunyai hak utama atas
pengelolaan keuangan Desa Pakraman.
Simpulan dan Proses Pengelolaan Keuangan Desa Pakraman Kubutambahan tidak
Saran melibatkan seluruh Krama Desa Pakramannya melainkan hanya melalui
perwakilan-perwakilan Krama Desa Pakraman yang duduk sebagai pengurus
Desa Pakraman sebanyak 33 orang. proses akuntabilitas pengelolaan
keuangan Desa Pakraman Kubutambahan telah berlangsung secara konsisten
setiap bulan dengan menggunakan sistem akuntansi sederhanaPengurus Desa
Pakraman Kubutambahan memahami bahwa akuntansi merupakan instrumen
akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan keuangan, Penggunaan
sistem akuntansi dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada
pemimpin khususnya dalam implementasi pengelolaan Keuangan Desa
Pakraman yang mampu menepis kecurigaan maupun menyelesaikan berbagai
permasalahan yang muncul

Jurnal 2

Keterangan
Judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Sistem Informasi
Akuntansi (SIA) Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Kecamatan Susut
Pengarang I Gede Eka Putra Mardiana, Ni Kadek Sinarwati, & Anantawikrama Tungga
Atmadja
Sumber e-journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha (Vol: 2 No:1 Tahun
2014)
Masalah Bagaimana faktor-faktor (keterlibatan pemakai SIA, kemampuan teknik
personal, ukuran perusahaan, dukungan manajemen puncak, formalisasi
pengembangan sistem, pelatihan dan pendidikan pemakai, dan keberadaan
dewan pengaruh) berpengaruh terhadap kepuasan pemakai SIA pada LPD (Y)
Metode Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
Purposive Sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Dari 22 desa yang ada, maka yang menjadi sampel
penelitian adalah sebanyak 9 LPD di Kecamatan Susut. Sebelum data
dianalisis, maka dilakukan pengujian instrumen yang terdiri dari Pengujian
validitas yang menunjukkan sejauh mana alat ukur tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam keperlun analisis, uji
yang dilakukan meliputi uji normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji
Multikolinieritas, Uji f Statistik,, dan Uji t Statistik.
Hasil dan 1. Pengujian hipotesis 1 menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan
pembahasan signifikan pada variabel keterlibatan pemakai SIA terhadap kepuasan
pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil ini menjelaskan
bahwa Pemakai sistem informasi akuntansi yang dilibatkan dalam
proses pengembangan sistem informasi akuntansi akan menimbulkan
keinginan dari pemakai untuk menggunakan SIA
2. Pengujian hipotesis 2 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
positif dan signifikan pada variabel kemampuan teknik personal
terhadap kepuasan pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil
ini menjelaskan bahwa Pemakai sistem informasi akuntansi yang
dilibatkan dalam proses pengembangan sistem informasi akuntansi
akan menimbulkan keinginan dari pemakai untuk menggunakan SIA.
3. Pengujian hipotesis 3 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
positif dan signifikan pada variabel ukuran perusahaan terhadap
kepuasan pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil ini
menjelaskan bahwa ukuran perusahaan yang tidak cukup besar apalagi
dengan sumber daya yang sedikit, akan menghasilkan sistem informasi
yang kurang
4. Pengujian hipotesis 4 menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan
signifikan pada variabel dukungan manajemen puncak terhadap
pemakaian SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil ini menjelaskan
bahwa dukungan manajemen puncak dalam proses pengembangan
sistem informasi dan pengorganisasian sistem informasi dalam
perusahaan akan meningkatkan keinginan pemakai untuk
menggunakansistem informasi yang ada.
5. Pengujian hipotesis 5 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
positif dan signifikan pada variabel formalisasi pengembangan sistem
terhadap kepuasan pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil
ini menjelaskan bahwa kurangnya pengembangan sistem informasi
yang diformalisasikan akan menurunkan kinerja atau kesuksesan
sistem informasi.
6. Pengujian hipotesis 6 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
positif dan signifikan pada variabel pelatihan dan pendidikan pemakai
terhadap kepuasan pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil
ini menjelaskan bahwa kurangnya pelatihan yang mengakibatkan
pemakai kesulitan dalam penggunaan teknologi komputer secara
umum, proses dari pengembangan sistem, dan membantu pemakai
lebih efektif dengan pengembangan sistem yang spesifik.
7. Pengujian hipotesis 7 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
positif dan signifikan pada variabel keberadaan dewan pengarah
terhadap kepuasan pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Hasil
ini menjelaskan bahwa kurangnya pengarahan dari dewan pengarah
yang mengakibatkan pengembangan sistem, pengimplementasi, dan
pengendalian jalannya sistem informasi yang membuat kualitas dan
sistem informasi akuntansi yang digunakan kurang baik dan berarti
kinerja SIA belum meningkat.
8. Pengujian hipotesis 8 menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan
signifikan pada variabel keberadaan pengaruh keterlibatan pemakai
SIA (X1), kemampuan teknik personal (X2), ukuran perusahaan (X3),
dukungan manajemen puncak (X4), formalisasi pengembangan sistem
(X5), pelatihan dan pendidikan pemakai (X6), dan keberadaan dewan
pengarah (X7) terhadap variabel terikat (Y) kepuasan pemakai SIA
pada LPD di Kecamatan Susut.
Simpulan dan Kepuasan pemakai SIA (Y) di Kecamatan Susut variabel yang berpengaruh
Saran signifikan adalah faktor keterlibatan pemakai SIA (X1), dukungan manajemen
puncak (X4), sedangkan variablekemampuan teknik personal (X2),ukuran
perusahaan (X3), formalisasi pengembangan sistem (X5), pelatihan dan
pendidikan pemakai (X6), dan keberadaaan dewan pengarah (X7) tidak
berpengaruh signifikan. Faktor keterlibatan pemakai SIA (X1), kemampuan
teknik personal (X2), ukuran perusahaan (X3), dukungan manajemen puncak
(X4), formalisasi pengembangan sistem (X5), pelatihan dan pendidikan
pemakai (X6), dan keberadaaan dewan pengarah (X7) secara
simultanberpengaruh signifikan terhadap variabel terikat kinerja SIA yaitu (Y)
kepuasan pemakai SIA pada LPD di Kecamatan Susut. Saran untuk penelitian
ini ialah LPD di Kecamatan Susut sebaiknya lebih meningkatkan kualitas
keterlibatan pemakai dalam Penggunaan SIA dan dukungan manajemen
puncak untuk mencapai kinerja yang baik dalam pemakaian SIA.

Jurnal 3

Keterangan
Judul Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Di Kabupaten Jember
Pengarang Dwi Febri Arifiyanto & Taufik Kurrohman
Sumber Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan Universitas Jember, Vol.2 (3), 2014,
473-485
Masalah Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana penerapan prinsip akuntabilitas
yang dilakukan oleh tim pelaksana yang dibentuk di masing-masing desa,
seperti perencanaan, pelaksanaan, dan tanggungjawab dalam pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember
Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis
deskriptif,. Jenis dan sumber data yang digunakan ialah data primer dan
sekunder. Dalam teknik pengumpulan data, menggunakan metode wawancara
yang dibantu alat perekam. Untuk memperoleh data dan informasi yang
akurat, peneliti akan melakukan wawancara kepada informan-informan untuk
dijadikan sebagai sumber informasi. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.
Hasil dan Berdasarkan hasil penelitian, dapat dirangkum bahwa penerapan sistem
pembahasan akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di wilayah Kecamatan
Umbulsari Kabupaten Jember sudah berdasarkan pada prinsip tanggung gugat
maupun prinsip tanggungjawab dan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.
Pelaksanaan program Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Umbulsari
telah menerapkan prinsip partisipatif, responsif dan transparan. Penerapan
prinsip akuntabilitas pada tahap pelaksanaan ini masih sebatas pada
pertanggungjawaban fisik, sedangkan dalam sisi administrasi sudah dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten
1. Dalam perencanaan ADD, pembahhasan mengenai ADD tersebut
melalui musyawarah masyarakat setempat, karena ADD sebagai
pedoman pembangunan suatu desa.
2. Dalam pelaksanaan ADD, dapat diketahui bahwa prinsip partisipatif
pembangunan masyarakat desa benar-benar ditumbuh kembangkan
yang juga diikuti transparansi mulai dari perencanaan penggunaan
dana. Demikian pula dalam hal pelaksanaan program ADD di
Kecamatan Umbulsari juga menjunjung tinggi prinsip partisipatif
dalam pengambilan keputusan dan transparansi.
3. Dalam pertanggungjawaban ADD, sistem pertanggungjawaban
pelaksanaan ADD di Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember telah
melaksanakan prinsip akuntabilitas. Dan pengelola ADD juga telah
melaksanakan pertanggungjawaban administrasi keuangan ADD
dengan baik yaitu setiap pembelanjaan yang bersumber dari ADD
harus disertai dengan bukti.
Simpulan dan 1. Perencanaan program Alokasi Dana Desa di 10 desa se Kecamatan
saran Umbulsari secara bertahap telah melaksanakan konsep pembangunan
partisipatif masyarakat desa yang dibuktikan dengan penerapan prinsip
partisipatif, responsif, transparansi guna pembelajaran kepada
masyarakat desa.
2. Pelaksanaan program Alokasi Dana Desa di Kecamatan Umbulsari
telah menerapkan prinsip partisipatif, responsif dan transparan.
Penerapan prinsip akuntabilitas pada tahap pelaksanaan ini masih
sebatas pada pertanggungjawaban fisik, sedangkan dari sisi
administrasi sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh pemerintah kabupaten.
3. Pertanggungjawaban program Alokasi Dana Desa di Kecamatan
Umbulsari secara teknis maupun pertanggungjawaban sudah cukup
baik. Pertanggungjawaban pengelola ADD kepada masyarakat yakni
dengan bentuk fisik sedangkan kepada pemerintah diatasnya dalam
bentuk laporan yang petunjuk teknisnya telah ditentukan oleh
pemerintah kabupaten. 4
4. Program Alokasi Dana Desa merupakan konsep ideal Pemerintah
Kabupaten Jember dalam rangka mempercepat pembangunan desa,
ternyata mendapat respon yang positif dari masyarakat.
Saran untuk penelitian ini ialah lebih memfokuskan kepada
pertanggungjawaban terutama dari segi fisiknya saja, dan juga lebih banyak
membahas tentang perencanaan dan pelaksanaannya dan tidak terfokus pada
pertanggungjawabannya.

Jurnal 4

Keterangan
Judul Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Lembaga
Pekreditan Desa Di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung
Pengarang Komang Meitradi Setyawan & I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri
Sumber E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.5 No.3 (2013):586-598
Masalah Meneliti apakah dengan penerapan good corporate governance akan
memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan Lembaga Pekreditan Desa
(LPD) di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.
Metode Variabel penerapan prinsip-prinsip good corporate governance diukur
melalui penerapan transparancy, accountability, responsibility, independency
dan fairness. sedangkan variabel kinerja keuangan diukur return on assets.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, Data dalam
penelitian ini yaitu laporan keuangan yang diperoleh melalui Pembina
Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten (PLPDK) Badung.
kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, ditunjukkan bahwa penerapan good
corporate governance memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kinerja keuangan LPD. Semakin baik penerapan good corporate
governance maka kinerja keuangannya akan mengalami peningkatan,
sebaliknya semakin buruk penerapan good corporate governance maka
kinerja keuangannya akan mengalami penurunan pada Lembaga Perkreditan
Desa (LPD) di Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.
Saran diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance
dengan lebih baik sehingga kinerja keuangannya menjadi lebih baik. Untuk
meningkatkan kinerja keuangan, sebaiknya LPD melakukan pelatihan
mengenai komponen good corporate governance juga menjadi hal yang
penting karena dapat menjadi dasar pengendalian dalam kegiatan LPD

Jurnal 5

Keterangan
Judul Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Di Kecamatan Dolo
Selatan Kabupaten Sigi
Pengarang Ade Irma
Sumber e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 121-137
Masalah 1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di wilayah
Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi?
2. Apakah pengelola administrasi keuangan Alokasi Dana Desa telah
sesuai dengan ketentuan peraturan daerah?
3. Bagaimana manfaat Alokasi Dana Desa pada pemberdayaan ekonomi
masyarakat desa di Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi?
Metode Jenis penelitian ini deskriptif dan menggunakan pendekatan kualitatif. da
penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif karena ingin menjelaskan penerapan prinsip-prinsip
akuntabilitas yang dilakukan oleh Pemerintah Desa di wilayah Kecamatan
Dolo Selatan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran
2012.
Hasil dan - Dari segi akuntabilitas, terbagi kedalam 3 hal, yaitu :
Pembahasan 1. Perencanaan ADD
Keseluruhan hasil penelitian dengan dukungan beberapa wawancara,
menggambarkan bahwa sistem akuntabilitas pengelolaan Alokasi
Dana Desa di wilayah Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi, dilihat
dari perencanaan ADD telah terlaksana dengan baik dan sangat baik.
2. Pelaksanaan ADD
Keseluruhan hasil penelitian dengan dukungan beberapa wawancara
menggambarkan bahwa sistem akuntabilitas pengelolaan Alokasi
Dana Desa di wilayah Kecamatan Dolo Selatan Kabupaten Sigi, dilihat
dari pelaksanaan ADD telah terlaksana dengan baik dan sangat baik.
3. Pertanggungjawaban DD
Keseluruhan hasil penelitian di atas, menggambarkan bahwa sistem
akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan
Dolo Selatan Kabupaten Sigi, dilihat dari pertanggungjawaban ADD
telah terlaksana dengan baik. Pertanggungjawaban ADD dari sisi fisik
di semua desa secara umum dapat dikatakan berhasil baik, hanya
terdapat beberapa desa yang kurang baik, karena sampai saat
pengambilan data sarana/prasarana fisik tersebut belum selesai 100%,
yang disebabkan dana yang belum mencukupi pada tahun tersebut.
- Dari pengelolaan administrasi keuangan, Pengelolaan keuangan daerah
yang salah satu sumber dananya dari ADD menunjukkan bahwa akuntabilitas
pengelolaan ADD dilihat dari pengelolaan administrasi keuangan belum
sepenuhnya sesuai dengan ketentuan peraturan daerah. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal, yaitu: (1) kurang efektifnya sistem pembinaan dari
pemerintah kecamatan dan pemerintah kabupaten terhadap pengelola ADD di
tingkat desa; dan (2) rendahnya kompetensi yang dimiliki aparat desa yang
merupakan ujung tombak pelaksanaan ADD, dibuktikan dengan adanya
beberapa orang aparatur pemerintah desa yang memiliki tanggung jawab
mengelola ADD belum menguasai dengan baik pemanfaatan teknologi
komputerisasi dalam mendukung efektivitas pembuatan laporan pertanggung
jawaban kegiatan yang dibiayai oleh dana ADD.
- Dari manfaat alokasi dana desa, alokasi dana desa itu sendiri digunakan
untuk memberdayakan masyarakat. Tuntutan pemberdayaan masyarakat di
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang
dalam kondisi sekarang kurang mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.
Simpulan dan Simpulan :
Rekomendasi 1. Akuntabilitas pengelolaan Alokasi Dana Desa di wilayah Kecamatan
Dolo Selatan Kabupaten Sigi dilihat dari tahap perencanaan,
pelaksanaan dan pertanggung jawaban baik secara teknis maupun
administrasi sudah berjalan dengan baik, namun dalam hal
pertanggung jawaban administrasi keuangan kompetensi sumber daya
manusia pengelola masih merupakan kendala utama, sehingga masih
memerlukan pendampingan dari aparat Pemerintah Daerah Kabupaten
Sigi.
2. Masih ditemukan cukup banyak temuan yang mengindikasikan bahwa
pengelolaan administrasi keuangan ADD belum sepenuhnya sesuai
dengan ketentuan peraturan daerah.
3. Manfaat Alokasi Dana Desa (ADD) pada pemberdayaan ekonomi
masyarakat desa di Kecamatan Dolo Selatan telah nampak dan
dirasakan dengan baik oleh masyarakat terlihat dari kemampuan
masyarakat desa dalam memenuhi berbagai macam kebutuhan dalam
kehidupannya baik kebutuhan untuk kelangsungan hidup perorangan,
keluarga dan kemasyarakatan.
Rekomendasi :
1. Untuk meningkatkan keberhasilan program ADD (Alokasi Dana Desa)
di Kecamatan Dolo Selatan maka disarankan adanya pelatihan bagi
perangkat desa selaku Tim Pelaksana Desa tentang manajemen dan
administrasi pengelolaan ADD.
2. Penyediaan sarana yang memadai bagi Tim Fasilitasi Kecamatan
untuk menunjang kegiatan supervisi, pemantauan, evaluasi dan
monitoring kegiatan ADD di desa.
3. Melalukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan untuk
memperbaiki kinerja di semua sisi baik fisik, teknis, maupun
administrasi (pertanggung jawaban/SPJ).
Jurnal 6

Keterangan
Judul Partisipasi Masyarakat Dalam Mengelola Alokasi Dana Desa (ADD) Di Desa
Tegeswetan Dan Desa Jangkrikan Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo
Pengarang Ray Septianis Kartika
Sumber Jurnal Bina Praja Volume 4 No. 3 September 2012 hlm. 179 – 188
Masalah 1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam mengelola ADD,
2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang ditemui masyarakat
dalam berpartisipasi mengelola ADD
Metode Metode yang digunakan ialah metode deskriptif analitis. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di lokus penelitian, yang
berjumlah sekitar 5 informan yang terdiri dari masyarakat dan kepala desa.
Pemilihan informan dengan menggunakan teknik snowball sampling. Dimana
pada teknik ini peneliti mencari sumber informan yang akurat dengan
menanyakan kepada informan lainnya yang dipandang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan. Gteknik pengumpulan data ialah observasi dan
wawancara.
Hasil dan - Partisipasi masyarakat dlam mengelola ADD sudah baik. Patisipasi
Pembahasan masyarakat dalam mengelola ADD menjadi faktor utama dalam
keberlangsungan pembangunan desa. Masyarakat penggerak terciptanya
akselerasi pembangunan masyarakat desa, di tangan masyarakatlah maju
mundurnya desa menjadi prinsip yang harus dipahami oleh stakeholder di
desa. Dengan mengeyampingkan kepentingankepentingan pribadi dan
egosentris pemangku kebijakan desa dan menomorsatukan masyarakat di atas
segala-galanya, menjadikan cita-cita luhur untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat menjadi sesuatu yang urgen untuk ditindaklanjuti dan
ditingkatkan. Oleh karenanya, partisipasi masyarakat menjadi langkah
kongkrit terwujudnya kemakmuran dan peningkatan kesejahteraan secara
parsial
- Faktor pendukung akan keberhasilan ADD ialah pemerintahan yang
bersikap akuntabel dan transparan. Karena transparan dan akuntabelnya
pemerintah desa maka masyarakat dapat mengevaluasi ADD yang diberikan.
Penyaluran ADD yang telah diberikan lebih tepat sasaran. Selain itu juga
kesaaran dan tanggungjawab masyarakat sendiri menjadi tolok ukur
kesuksesan ADD
Kesimpulan Kesimpulan :
dan Saran 1. Tingkat partisipasi masyarakat Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan
dapat dilihat pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
pengawasan yang tergolong sangat baik.
2. Faktor pendukung dan penghambat diantaranya yaitu :
a. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Desa yang
berkooperatif dan komunikasi efektif dalam meregulasikan ADD
di wilayah Desa Tegeswetan dan Desa Jangkrikan sehingga
pelaporan pertanggungjawaban dapat dilaporkan dengan waktu
yang telah ditentukan;
b. Partisipasi masyarakat meningkat karena kesadaran untuk
membangun desa telah tertanam dari dalam diri mereka untuk
berkontribusi dalam pengelolaan ADD;
c. Sikap mental Pemerintah desa yang transparan, akuntabel dalam
memanfaatkan dana ADD;
d. Masyarakat kritis dalam mengawasi pelaksanaan ADD sehingga
meminimalisir terjadinya penyelewengan dana ADD;
e. minimnya ketersediaan dana ADD yang tidak semuanya dapat
mengakomodir kebutuhan masyarakat desa.
Saran penelitian ini ialah :
1. Hendaknya pemanfaatan ADD tidak hanya difokuskan untuk
pembangunan fisik semata, karena banyak aspek lainnya yang perlu
menjadi atensi semua pihak;
2. Masyarakat perludilibatkan dalam pembuatan SPJ, mengingat di
sekitar desa banyak masyarakat yang berpotensi dan memiliki latar
belakang pendidikan yang memadai dan mampu diberdayakan secara
maksimal dalam proses pembuatan laporan.
3. Menambah anggaran ADD dari yang semestinya, mengingat ADD
sangat bermanfaat untuk kemajuan pembangunan desa;
4. Masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan ADD perlu mendapat
pengawasan dari pemerintah desa.

Jurnal 7

Keterangan
Judul Model Inklusi Keuangan Pada UMKM Berbasis Pedesaan (studi pada UMKM
di kelurahan Jarum, kabupaten Klaten)
Pengarang Setyani Irmawati, Delu Damelia, Dita Wahyu Puspita
Sumber JEJAK Journal of Economics and Policy 6 (2) (2013): 103-2
Masalah Bgaimana model inklusi keuangan dapat berpengaruh terhadap kegiatan
UMKM yang diterapkan di bisnis batik kelurahan Jarum kabupaten Klaten.
Metode Populasi dari penelitian ini ialah seluruh UMKM batik yang ada di kabupaten
Klaten, namun sampelnya ialah responden yang ada di sentra batik Klaten.
Data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain data sekunder dan data
primer. Teknik pengumpulan data untuk data sekunder yaitu dengan
mencarinya di BPS provinsi Jawa Tengah, Dinas Koperasi dan UMKM, serta
BPS Kabupaten Klaten, dan data primer yaitu dengan melalui dalam
observasi, wawancara, serta dokumentasi. Teknik analisis data dari penelitian
yang akan dilakukan antara lain analisis deskriptif dan analisis SWOT tang
dikemukakan ole Kearns
Hasil dan Sudah ada beberapa lembaga baik bank maupun non bank yang telah bekerja
pembahasan sama pada bisnis UMKM tersebut, namun perannya pada batik Jarum tidak
terlalu efektif dan hanya digunakan sebagai pembiayaan operasional
masyarakat pada umumnya. Lembaga keuangan seperti bank konvensional
baru masuk dan berperan dalam proses pembayaran transfer dan
penyimpanan. Dalam permodalan, hanya sebagian kecil dari semua pelaku
bisnis yang bisa menggunakannya, dengan alasan terganjal oleh masalah
keberlanjutan pendampingan dari bank itu sendiri dan masalah tingkat bunga
yang tinggi. Dalam pemasaran, sebenarnya terdapat pula lembaga keuangan
berupa bank konvensional yang bisa memfasilitasi. Namun, sampai saat ini,
bank tersebut tidak membuk fasilitas tersebut pada pengusaha batik tersebut.
Dari hasil analisis SWOT yang ada, dikemukakan hal sebagai beikut :
1. Strategi S-O : Membuka akses permodalan baik dari lembaga
keuangan dan pemerintah atau swasta.
2. Strategi S-T : Memberikan pemahaman tentang pentingnya lembaga
keuangan khususnya dalam menunjang kegiatan usaha di bidang
sistem pembayaran. Menarik dan bekerja sama lembaga yang bersedia
memberi pinjaman modal dengan bunga lunak.
3. Strategi W-O : Mencari mitra kerja yang siap dan menghendaki
kerjasama untuk bidang modal, pelatihan dan pembinaan produksi dan
pemasaran. Melakukan edukasi khususnya tentang akses permodalan
kepada perbankan dan instansi pemerintah atau swasta.
4. Strategi W-T : Meningkatkan peran pemerintah desa Jarum dalam
membuka hubungan kerja sama baik ke lembaga perbankan maupun
instansi lain untuk mengembangkan prouduk batik.
Berdasarkan analisis deskriptif dan analisis SWOT yang telah dilakukan pada
data yang diperoleh dari penelitian di sentra batik Kabupaten Klaten yaitu di
desa Jarum, kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten , maka dapat disusun model
inklusi keuangan yang dapat diterapkan untuk UMKM berbasis perdesaan,
Model inklusi keuangan yang tepat pada UMKM Batik di kelurahan Jarum
adalah menggunakan strategi S-W, karena memanfaatkan kekuatan yang
memang sudah ada di sana serta kelemahan yang justru sangat baik jika
dikembangkan untuk UMKM di kelurahan Jarum.
Kesimpulan Sebagai penghasil batik, desa Jarum masih kalah terkenal seperti batik dari
dan saran daerah lain seperti Pekalongan dan Solo. Model yang didapatkan untuk
menjadikan UMKM batik Jarum sebagai UMKM yang berkualitas yaitu
melalui masuknya lembaga keuangan. Dijabarkan lebih lanjut, kebutuhan
pengusaha UMKM dibagi menjadi dua yakni permodalan dan pemasaran. Hal
ini membuktikan bahwa yang dibutuhkan tidak hanya bersifat material dan
non material. Pengusaha membutuhkan hal yang bersifat material berupa
kredit lunak. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas dan pendapatan yang akan
mereka terima nantinya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat non-material
berupa bantuan di bidang pemasaran. Bentuknya berupa pendampingan dan
upaya diikutsertakan pada acara pameran barang kesenian. Saran berdasarkan
strategi SWOT bahwa diperlukan adanya kerjasama dengan mitra yang
bersedia memberikan bantuan akses permodalan dan pemasaran. Selain itu
pemerintah desa Jarum dituntut lebih aktif dalam menjalin networking dengan
mitra baik lembaga pemerintahan maupun swasta.

Jurnal 8

Keterangan
Judul Pertanggungjawaban Penggunaan Alokasi Dana Desa Pada Pemerintahan
Desa di Kabupaten Donggala
Pengarang Hasman Husin Sulumin
Sumber e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 1, Januari 2015 hlm 43-53
Masalah Bagaimana mekanisme pertanggungjawaban pemerintah desa dalam
penggunaan alokasi dana desa dan bagaimana pengawasan dalam penggunaan
alokasi dana desa oleh pemerintah Kabupaten.
Metode Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini bersifat Yuridis
Empiris. Pengkajian penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang
menghasilkan data deskriftif analitis, yaitu data yang dinyatakan oleh
informan secara wawancara, serta tingkah laku yang nyata, yang diteliti dan
dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan perundangundangan (statute approach), dan pendekatan konsep
(conseptual approach) serta pendekatan kasus (case approach). okasi
penelitian yang peneliti jadikan tempat penelitian adalah daerah Kabupaten
Donggala.
Hasil dan a. Mekanisme Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa dalam
pembahasan Penggunaan Alokasi Dana Desa.
Dari segi partisipasi masyarakat teradap perencanaan ADD, hasil penelitian
menunjukkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanakan
musyawarah desa dapat dilihat dari tingkat kehadiran dan jumlah usulan oleh
masyarakat. Fenomena dilapangan tersebut sesuai dengan aspirasi masyarakat
yang dapat dilihat dari kebutuhan mereka tentang menentukan kebutuhan
selaras dengan aspirasi. Dari segi pengawasan, belum terjadi pengawasan
secara langsung oleh masyarakat dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa. Hal
tersebut terjadi dikarenakan kurang pahamnya masyarakat akan adanya
program Alokasi Dana Desa sehingga perlu adanya sosialisasi dan
transparansi penggunaan dana Alokasi Dana Desa dari pemerintahan desa
kemudian pertanggungjawaban penggunaan Alokasi Dana Desa oleh
pengelola keuangan desa. Dari segi pertanggungjawaban, Berdasarkan
pengamatan peneliti bahwa telah terjadi pertanggungjawaban secara langsung
kepada masyarakat. Hal tersebut terjadi karena ada transparansi atau
keterbukaan oleh pemerintah desa sebagai pengelola Alokasi Dana Desa
kepada masyarakat dalam bentuk informasi penggunaan dana Alokasi Dana
Desa. Analisis tersebut juga didukung oleh kenyataan bahwa pelaksanaan
kegiatan fisik yang didanai Alokasi Dana Desa diserahkan kepada kepala
dusun atau perangkat desa, sedangkan sebagian besar menginformasikan
kepada masyarakat tentang dana yang diterimanya.
b. Pengawasan Penggunaan Alokasi Dana Desa Oleh Pemerinta
Kabupaten.
Struktur organisasi pelaksana alokasi dana desa telah dibentuk dengan baik
sehingga memberikan garis kewenangan dan tugas serta arah
pertanggungjawaban antar fungsi yang jelas. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya di lapangan pelaksanaan fungsi belum sepenuhnya berjalan,
terutama berkaitan dengan pelaksanaan fungsi yang melibatkan beberapa
pejabat pelaksana serta LPMD yang diakibatkan ketidakmengertian akan
tugas dan tanggung jawab masing-masing sehingga mengurangi efektivitas
pengawasan. Untuk pengawasan pada laporan pertanggungjawaban Alokasi
Dana Desa tahun 2014 pada desa-desa di kabupaten Donggala yang
terintegrasi dengan laporan pertanggungjawaban APBDes 2014 Badan
Permusyarawatan Desa mensyahkan bersama dengan Pemerintah Desa
kemudian disampaikan secara berjenjang kepada Camat, Bagian
Pemerintahan Desa, Dinas Pendapatan Kekayaan dan Aset Daerah.
Kesimpulan Kesimpulan :
dan - Mekanisme pertanggungjawaban pemerintahan desa dalam
rekomendasi penggunaan alokasi dana desa dimulai dari tahapan
perencanaan,pelaksanaan, pengawasan serta diakhiri oleh
pertanggungjawaban penggunaan Alokasi Dana Desa pada
pemerintahan desa di kabupaten Donggala telah dilaksanakan dengan
baik oleh pengelola anggaran sesuai dengan hukum administrasi
penyelenggaraan pemerintahan, aparat yang mengelola yang telah
memahami tata kelola keuangan negara yang perlu adanya
pertanggungjawaban.
- Pengawasan dalam penggunaan alokasi dana desa oleh pemerintah
Kabupaten dilaksanakan secara berjenjang dari pemberdayaan
pengawasan internal di desa oleh Badan Permusyarwatan Desa,
Camat, Sekretariat Daerah bidang Pemerntahan Desa, Dinas
Pendapatan, Kekayaan dan Aset Daerah serta Inspektorat Kabupaten
dilakukan melalui pengawsan melekat yang mengacu pada peraturan
perundangundangan yang berlaku.
Rekomendasi :
- Agar mekanisme pertangungjawaban pemerintahan desa dalam
penggunaan Alokasi Dana Desa dan pengawasan yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten berjalan dengan baik maka perlu pengaturan
lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Daerah,
serta Peraturan Bupati yang mengatur tentang Alokasi Dana Desa
haruslah dengan jelas mengatur tentang pertanggungjawaban
penggunaan ADD oleh pemerintahan desa dan pengawasan oleh
aparatur ditingkat Kabupaten tidak saling tumpang tindih sehingga
pelaksanaan pada tingkat pemerintahan desa lebih jelas dan
menghindari adanya penyimpangan dalam hukum administrasi dan
tata kelola pemerintahan yang bersih.

Jurnal 9

Keterangan
Judul Pengaruh Pendapatan dan Biaya Terhadap Net Income pada Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Batumulapan di Kecamatan Nusa
Penida
Pengarang Ni Komang Tri Utari Dewi
Sumber Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014
Masalah Bagaimana pendapatan dan biaya berpengaruh terhadap net income pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Desa Pakraman Batumulapan di Kecamatan
Nusa Penida.
Metode Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausal yang menggunakan
format eksplanasi. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebasnya adalah pendapatan dan biaya, sedangkan variabel terikat
adalah net income. Laba bersih (net income) adalah setiap keuntungan
keuangan, laba, atau manfaat/kelebihan pendapatan atas biaya yang diperoleh
LPD Desa Pakraman Batumulapan (Net Income = Total Pendapatan – Total
Biaya). Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data kuantitatif. Data
kuantitatif yang digulnakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan
LPD Desa Pakraman Batumulapan dengan fokus utamanya pada pendapatan,
biaya dan net income atau laba bersih. Teknik analisis data menggunakan
analisis regresi berganda, dengan ketentuan pengaruh diterima apabila nilai
signifikansi tidak melebihi nilai alpha 0,05
Hipotesis 1. Pendapatan berpengaruh terhadap net income
2. Biaya berpengaruh terhadap net income
3. Pendapatan dan biaya berpengaruh terhadap net income
Hasil dan Pembaasan dari hipotesis yang ada ialah sebagai berikut :
pembahasan 1. Hipotesis pertama diterima, hasil uji t menyatakan secara parsial
pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap net income
pada LPD Desa Pekraman Batumulapan. Hasil didapat melalui
penelitian menggunakan SPSS dengan memuat hasil nilai signifikansi
sebesar 0,000 (lebih kecil dari alpha 0,05)
2. Hipotesis kedua diterima, hasil uji t menyatakan secara parsial biaya
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap net income pada LPD
Desa Pekraman Batumulapan. Hasil didapat melalui penelitian
menggunakan SPSS dengan memuat hasil nilai signifikansi sebesar
0,014 (lebih kecil dari alpha 0,05)
3. Hipotesis ketiga diterima, hasil uji F (anova) menyatakan secara
parsial pendapatan dan beban memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap net income pada LPD Desa Pekraman Batumulapan. Hasil
didapat melalui penelitian menggunakan SPSS dengan memuat hasil
nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari alpha 0,05)
Kesimpulan Kesimpulan yang diambil ialah :
dan saran 1. Berdasarkan hasil uji t yang menunjukkan bahwa variabel pendapatan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap net income.
2. Berdasarkan hasil uji t yang menunjukkan bahwa variabel biaya
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap net income
3. Berdasarkan hasil uji F (anova), didapatkan bahwa variabel
pendapatan dan biaya berpengaruh secara simultan terhadap variabel
net income.
Saran penelitian ini adalah, untuk meningkatkan net income sebaiknya LPD
mempertimbangkan peningkatan pendapatan dengan cara lebih
memperhatikan pemberian kredit (syarat 5C yang terdiri dari character,
capital, collateral, capacity, dan condition of econimies). Dengan
memperhatikan pemberian kredit dapat mengurangi jumlah utang yang tidak
tertagih, sehingga diharapakan dapat meningkatkan jumlah pendapatan yang
akan berdapak pada net income. LPD juga sebaiknya mempertimbangkan
biaya yang pengeluarannya tidak terlalu penting dan tidak sesuai dengan
tujuan LPD.

Jurnal 10

Keterangan
Judul Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Sistem Keuangan Negara Republik
Indonesia
Pengarang Taufeni Taufik
Sumber Jurnal Ekonomi Universitas Riau Vol: 17 No: 1 Tahun: 2009
Masalah Menindaklanjuti apakahh semua peraturan perundang undangan tentang
pembangunan dan keuangan desa sejalan dengan peraturan perundang
ungdangan mengenai pembangunan dan keuangan negara.
Kajian teori - Pengelolaan keuangan desa yang baik haruslah memiliki sifat
transparansi, akunntabel, dan partisipatif, serta serta dilakukan dengan
tertib dan disiplin anggaran.
- Bab III Pasal 3 Permendagri NO. 37 Tahun 2007, disebutkan bahwa
kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili pemerintah desa
dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan, dengan
kewenangan : 1) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan
APBDesa; 2) Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa
; 3)Menetapkan bendahara desa, dengan keputusan kepala desa ; 4)
Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa:
5) Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik
desa.
- Penatausahaan Pengeluaran wajib dilakukan oleh bendahara desa,
dengan menggunakan : Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu
perincian objek penerimaan dan Buku Kas harian pembantu.
Bendahara desa wajib mempertanggungjawabkan penerimaan uang
yang menjadi tanggungjawabnya melalui laporan pertanggungjawaban
penerimaan kepada kepala desa paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Laporan pertanggungjawaban penerimaan dilampiri
dengan : (1) buku kas umum; (2) buku kas pembantu perincian obyek
penerima; (3) bukti penerimaan lainnya yang sah.
- Pengelolaan alokasi dana desa merupakan satu kesatuan dengan
pengelolaan keuangan desa. Rumus yang digunakan dalam alokasi
dana desa adalah : a) Azas merata adalah besarnya bagian alokasi dana
desa yang sama untuk tiap desa, yang selanjutnya disebut alokasi dana
desa minimal (ADDM); b) Azas adil adalah besarnya bagian alokasi
dana desa berdasarkan nilai bobot desa (BDx) yang dihitung dengan
rumus dan variabel tertentu, (misalnya kemiskinan, keterjangkauan,
pendidikan dasar, kesehatan dll), selanjutnya disebut alokasi dana desa
proposional (ADDP).
kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil iala sebagai berikut :
1. Dalam era reformasi terjadi perubahan pola pertanggungjawaban dari
akuntabilitas vertikal, menjadi akuntabilitas horizontal. Penganggaran
berubah dari sistem tradisional yang menggunakan pendekatan
inkremental dan line item ke sistem anggaran kinerja.
2. Ruang lingkup pengelolaan keuangan desa meliputi kekayaan desa
yang dikelola langsung oleh pemerintah desa, yaitu APBDesa. Dalam
pengelolaan keuangan desa tersebut perlu diperhatikan dan ditaati asas
umum pengelolaan keuangan desa yaitu, keuangan desa harus dikelola
secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, transparan,
akuntabel, dan partisipatif dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan dan manfaat untuk masyarakat desa.
3. Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam suatu sistem yang
terintegrasi yang diwujudkan dalam APBDesa yang setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan desa.
4. Semua peraturan perundang undangan mengenai pembangunan dan
keuangan desa Belum sepenunya bsejalan dengan peraturan perundang
undangan mengenai pembangunan dan keuangan negara.
Saran Disarankan :
1. Dalam penyusunan dan penetapan APBDesa disusun berdasarkan
pendekatan prestasi kerja yang akan dicapai.
2. Dalam pelaksanaan APBDesa harus dilakukan secara transparan,
supaya adanya partisipasi dari masyarakat, dan akhirnya akan
menuntut pertanggungjawaban pejabat pengelola keuangan desa.
3. Dalam penatausahaan keuangan desa, harus ada pemisahan fungsi
bendahara penerimaan dan pengeluaran, supaya tidak terjadi
kecurangan.
4. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota
berupa laporan keuangan, yang terdiri dari laporan realisasi anggaran,
neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Jurnal 11

Keterangan
Judul Penerapan Akuntansi Piutang Pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Usaha Bersama Desa Sialang Rindang
Pengarang Muawamah Widiawati
Sumber Jurnal Mahasiswa Prodi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasir
Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Vol. 1 No. 1 tahun 2012
Masalah Penerapan akuntansi piutang pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Usaha
Bersama Desa Sialang Rindang
Tinjauan Rusdi Akbar (2004) menyatakan bahwa pengertian piutang meliputi semua
pustaka hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah kas,
barang, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa
yang lalu. Menurut M. Munandar (2006) yang dimaksud piutang adalah
tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantikya akan diminta
pembayarannya bila mana telah sampai jatuh tempo. iutang merupakan milik
perusahaan dan dengan demikian merupakan aset perusahaan. Setiap transaksi
piutang selalu melibatkan dua pihak, yaitu: 1. Kreditur, yaitu pihak yang
mendapatkan piutang/tagihan (sebuah aset) 2. Debitur, yaitu pihak yang
berkewajiban membayar utang (sebuah kewajiban).
Piutang biasanya bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu:
1. Piutang usaha adalah tagiahan perusahaan kepada konsumen yang
melakukan transaksi secara kredit. Biasanya perusahaan biasanya
mengharapkan akan dapat menerima kas dari transaksi tersebut dalam
waktu 30-60 hari. Piutang usaha biasanya merupakan jenis tagihan
yang paling signifikan dalam perusahaan.
2. Piutang wesel adalah tagihan perusahaan yang diukur dengan
instrumen formal sebagai bukti tagihan yang disebut surat wesel.
Piutang wesel biasanya memiliki jangka waktu pelunasan yang lebih
panjang dari pada piutang usaha, yaitu sekitar 60-90 hari atau bahkan
lebih panjang, dengan kewajiban bagi si debitur untuk membayar
bunga. Piutang wesel dan piutang usaha yang timbul dari transaksi
penjualan secara kredit disebut piutang usaha.
3. Piutang lain-lain, mencakup semua tagihan yang bukan piutang usaha.
Termasuk dalam jenis piutang ini adalah piutang yang timbul dari
pemberian pinjaman kepada pihak lain, pinjaman kepada para
karyawan, uang muka gaji kepada karyawan, dan uang muka pajak
(pajak yang ditangguhkan).
Pembahasan 1. Transaksi Piutang.
Beberapa transaksi yang terkait dengan piutang pada Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Usaha Bersama Desa Sialang Rindang terdiri
dari: a. Memberikan pinjaman (kredit) berupa piutang usaha kepada
si pemanfaat. b. Memberikan pinjaman berupa piutang lain-lain yang
biasanya diberikan kepada karyawan Bumdes. c. Menerima pelunasan
piutang usaha dari si pemanfaat (nasabah). d. Menerima pelunasan
piutang lain-lain dari karyawan Bumdes.
2. Timbulnya Piutang Usaha.
Proses timbulnya piutang pada Bumdes khususnya piutang usaha
memerlukan serangkaian prosedur yang harus dilakukan oleh calon
pemanfaat pinjaman (kredit). Syarat kreditnya ialah : A) Fotocopi KTP
suami dan istri. B) Fotocopi KK (Kartu Keluarga). C Pas Photo warna
ukuran 2 x 3 sebanyak 2 lembar. D) Agunan (jaminan) bersertifikat
dan BPKB (pajak masih hidup). Jika agunan bersertifikat maka
pinjaman dapat diberikan di atas Rp 5.000.000 (lima juta rupiah),
sedangkan jika agunannya BPKB maka pinjaman yang diberikan di
bawah Rp 5.000.000 (lima juta rupiah). E) Mengisi Proposal Usulan
Pinjaman yang telah disediakan oleh Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Usaha Bersama Desa Sialang Rindang. Pengisian Proposal
Usulan Pinjaman dilakukan di depan karyawan Bumdes. F)
Menandatangani surat perjanjian pemberian kredit (SP2K).
3. Pencatatan piutang usaha.
Pencatatan piutang usaha berkaitan dengan pengakuan dan penilaian
piutang usaha. Pihak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Usaha
Bersama Desa Sialang Rindang akan melakukan analisis terhadap
piutang usaha yang timbul dan biasanya piutang usaha dicatat setelah
penyerahan dana pinjaman kepada si pemanfaat dengan bukti kuitansi.
4. Penyajian Piutang Usaha.
enyajian Piutang Usaha Piutang usaha termasuk dalam kelompok
aktiva tepatnya aktiva lancar, dengan demikian akan disajikan dalam
neraca. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Usaha Bersama Desa
Sialang Rindang menyajikan piutang usaha secara bulanan dan
tahunan. Nilai piutang usaha yang disajikan dalam neraca bulanan dan
neraca tahunan merupakan saldo akhir dari piutang usaha. Namun
kebijakan yang diterapkan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Usaha Bersama Desa Sialang Rindang terhadap penyajian piutang
usaha di neraca tanpa membuat penyisihan piutang tak tertagih tidak
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Bumdes menyajikan
piutang usaha sesuai dengan jumlah nilai nominal pinjaman nasabah
seperti yang tercantum dalam SP2K (Surat Perjanjian Pemberian
Kredit).
5. Laporan Keuangan Bumdes.
Sesuai dengan informasi yang diperoleh penulis maka Laporan
Keuangan yang dibuat oleh pihak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Usaha Bersama Desa Sialang Rindang terdiri dari: a. Neraca Gabungan
b. Laporan Laba (Rugi) c. Laporan Perubahan Modal d. Laporan Arus
Kas e. Catatan atas Laporan Keuangan.
6. Sistem Pengawasan Piutang Usaha.
Sistem pengawasan piutang usaha yang diterapkan pada Bumdes
termasuk dalam sistem pengawasan yang baik. Hal ini dibuktikan
dengan adanya pembagian tugas yang jelas dan terperinci terhadap
para personil yang ada di Bumdes. Setiap personil harus bertanggung
jawab terhadap pekerjaan mereka masing-masing dan jika terjadi
penyelewengan maka akan ada tindakan tegas berupa sanksi yang
diberikan.
Kesimpulan Kesimpulannya ialah :
1) Piutang yang terdapat pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Usaha
Bersama Desa Sialang Rindang terdiri piutang usaha dan piutang lain-lain di
mana piutang usaha merupakan kegiatan operasional utama Bumdes. 2)
Transaksi piutang usaha pada Bumdes meliputi pemberian pinjaman (kredit)
kepada nasabah dan menerima pelunasan piutang usaha dari si pemanfaat
(nasabah). Piutang usaha timbul sejak diterimanya dana pinjaman oleh pihak
pemanfaat sesuai dengan kuitansi yang ditandatanganinya. 3) Pencatatan
piutang usaha yang dilakukan oleh pihak Bumdes hanya sebatas pada saat
piutang usaha timbul dan pada saat pemindahan ke catatan Kas Harian Modal
Kerja, sedangkan jurnal atas pelunasan yang dilakukan oleh nasabah tidak
dibuat oleh pihak Bumdes. 4) Pihak Bumdes tidak membuat penyisihan
piutang tak tertagih dan hanya menyajikan nilai bruto piutang usaha di neraca,
artinya pihak Bumdes menganggap bahwa seluruh piutang usaha akan dilunasi
oleh si pemanfaat (nasabah) dan berasumsi bahwa kredit yang diberikan tidak
akan macet.
5) Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak Bumdes terdiri dari neraca dan
laporan laba rugi sedangkan laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan tidak dibuat oleh pihak Bumdes. 6) Sistem
pengawasan piutang usaha yang diterapkan pada Bumdes termasuk dalam
sistem pengawasan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pembagian
tugas yang jelas dan terperinci terhadap para personil yang ada di Bumdes.
Selain itu, ada juga tim auditor yang melakukan audit terhadap keuangan
Bumdes setiap periodenya.

Jurnal 12

Keterangan
Judul Sistem Informasi Simpan Pinjam Dana Lembaga Keuangan Desa
Pengarang Rina Puspitasari, Indah Uly Wardati
Sumber Speed Journal - Indonesian Jurnal on Computer Science – Volume 11 No 1 -
Februari 2014
Masalah Sistem lama masih menggunakan sistem pembukuan sehingga masih
memerlukan banyak buku.
1. Mengetahui bagaimana membangun Sistem Informasi Simpan Pinjam
Dana Lembaga Keungan Desa (LKD) di Desa Pelem untuk lebih
membantu sistem administrasi agar lebih efektif
Analisis Sistem simpan pinjam yang sedang berjalan masih menggunakan sistem
masalah dan manual, yaitu dengan menggunakan buku. Buku yang dipakai ada 2, yaitu
implementasi buku simpanan dan buku pinjaman. Dalam permasalahan seperti ini peneliti
merancang sistem baru yang nantinya akan diimplementasikan. Lalu
memindahkan data data yang ada di buku tersebut kedalam sistem yang ada di
computer. Sistem yang dipakai mengguakan MYSQL, dengan demikian maka
kegiatan simpan pinjam dialihkan menjadi sistem komputerisasi.
Kesimpulan Kesimpulan yang diambil ialah sebagai berikut :
1. Pengolahan sistem informasi simpan pinjam yang belum
terkomputerisasi menyebabkan ketidakteraturan pembayaran angsuran
setiap bulan.
2. Sistem informasi simpan pinjam ini sebagai sarana informasi kepada
pengurus untuk mengetahui sistem informasi yang sudah berjalan.
3. Sistem informasi ini dapat mempermudah pengurus dalam menghitung
dan membuat laporan setiap bulan bahkan setiap tahun. Selain itu juga
mengurangi kesalahan perhitungan dalam membuat laporan.
Saran 1. Agar melakukan suatu training bagi Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam mengoperasikan Sistem simpan pinjam dana Lembaga
Keuangan Desa.
2. Dengan perkembangan proses simpan pinjam dana Lembaga
Keuangan Desa, maka sistem yang diimplementasikan ini butuh
pengembangan untuk perkembangan sistem yang ada, sehingga untuk
pengembangan selanjutnya dapat dikelola secara berkala.

Jurnal 13

Keterangan
Judul Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip GCG Pada Kinerja Keuangan Lembaga
Perkreditan Desa Kabupaten Gianyar Bali
Pengarang Kadek Krismaya Dewi, M. Asri Dwijaputri
Sumber E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol. 7 No.3 tahun 2014 hlm 559-573
Hipotesis Prinsip-prinsip GCG berpengaruh positif pada kinerja keuangan LPD
Kabupaten Gianyar Provinsi Bali
Metode Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh LPD yang masih beroprasi di
Kabupaten Gianyar dengan sampel berjumlah 73 yang dipilih menggunakan
metode proportionate stratified random sampling. Penelitian ini
menggunakan data primer yaitu kuisioner yang diadopsi dari kuesioner Putri
(2013) dan data sekunder yang berupa laporan kesehatan LPD dari masing-
masing LPD di Kabupaten Gianyar periode Juni 2013. Teknik analisis data
menggunakan analisis reresi linier sederhana
Hasil dan Dari hasil penelitian, hipotesis tersebut diterima. Dari hasil analisis diketahui
pembahasan bahwa nilai p-value sebesar 0,024 lebih kecil dari α = 0,05 yang berarti bahwa
prinsip-prinsip GCG berpengaruh pada kinerja keuangan LPD Kabupaten
Gianyar dan memiliki arah positif yang artinya penerapan prinsip-prinsip
GCG berpengaruh positif pada kinerka keuangan LPD Kabupaten Gianyar.
Kesimpulan kesimpulan dari pembahasan penelitian ini adalah penerapan prinsip-prinsip
dan saran GCG yang berpengaruh positif pada kinerja keuangan LPD Kabupaten
Gianyar Provinsi Bali. Saran yang dapat direkomendasikan adalah diharapkan
LPD yang berada diluar Kabupaten Gianyar juga dapat menerapkan prinsip-
prinsip GCG untuk mempertahankan ataupun memperbaiki kinerja LPD.
Diharapkan LPD dapan melakukan pengevaluasian secara rutin untuk
mengurangi kemungkinan LPD mengalami kemacetan atau berada di ranking
LPD yang tidak sehat.

Jurnal 14

Keterangan
Judul Perlakuan Akuntansi Sektor Publik Desa Di Indonesia
Pengarang Junaidi
Sumber Jurnal NeO-Bis Fakultas Ekonomi dan Bisnis – Univ. Trunojoyo Madura
Volume 9, No. 1, Juni 2015
Masalah bagaimanakah akuntansi sektor publik yang dikelola oleh pemerintahan desa
bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat desa.
Metode Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif. Data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan selanjutnya
dilakukan analisis dengan pendekatan analisis perbandingan (komparatif)
yang berusaha mencari pemecahan melalui penelitian pada faktor-faktor
tertentu yang berhubungan dengan fenomena yang sedang diteliti dan
membandingkan satu faktor dengan faktor lainnya. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa angka-angka yang
terdapat dalam anggaran pemerintahan desa. Sumber data diperoleh melalui
data anggaran desa pada tahun 2014/15. Pengumpulan data dengan teknik
random sampling.
Kesimpulan 1. Diperlukan suatu peraturan yang sifatnya teknis dan terpadu yang
dapat dijadikan acuan bagi Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan
Desa (PTPKD) untuk menyusun laporan keuangan keuangan desa.
2. Kompilasi, analisis dan publikasi laporan keuangan antar desa menjadi
tugas Pemda agar terjadi budaya kompetitif untuk mensejahterakan
desa.
3. Diperlukan landasan hukum untuk memanfaatan dana cadangan guna
diinvestasikan pada instrument keuangan untuk memperoleh return
yang relatif besar.

Jurnal 15

Keterangan
Judul Analisis Pelaksanaan Dan Penatausahaan Dana Desa Pada Desa-Desa Dalam
Wilayah Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu
Pengarang Gresly Yunius Rainal Mamelo,Lintje Kalangi, Linda Lambey
Sumber Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing Vol. 7 No. 2 tahun 2016
Masalah 1. Apakah pelaksanaan dan penatausahaan dana desa oleh Pemerintah
Desa di wilayah Kecamatan Kotamobagu Timur Kota Kotamobagu
telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
2. Apakah Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa telah mendorong
pelaksanaan dan penatausahaan dana desa secara optimal
Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
pendekatan eksploratif. Sumber data yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut, yaitu data primer. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut wawancara,
observasi dan dokumentasi. Instrumen kunci dari penelitian ini adalah peneliti
sendiri dan untuk menggali informasi dari informan dalam metode
wawancara, Peneliti menggunakan interview questions.
Hasil dan Berikut akan disajikan hasil analisis dan pembahasan melalui wawancara
Pembahasan langsung dengan informan terpilih, yaitu pelaksana dan pengelola kegiatan
dana desa di Desa Kobo Kecil dan Desa Moyag. Data wawancara, data
observasi dan data dokumentasi yang diperoleh kemudian dilakukan
pengorganisasian data dan dilakukan pemahaman untuk menentukan tema
1. komitmen.
emerintah Kota Kotamobagu telah menerbitkan peraturan tentang Tata
Cara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban
Dana Desa, yaitu Peraturan Walikota nomor 15 tahun 2015 serta
beberapa regulasi terkait lainnya. Dengan menerbitkan regulasi terkait
pengelolaan dana desa serta melaksanakan Bimbingan Teknis bagi
pengelola keuangan desa, menunjukkan bahwa Pemerintah Kota
Kotamobagu memiliki komitmen yang kuat guna mendukung
akuntabilitas pengelolaan dana desa.
2. Transparan dan Partisipatif
Partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan dana
desa serta berupaya transparan dengan memberikan keterbukaan
informasi akan apa saja kegiatan yang dilaksanakan, anggaran yang
digunakan serta waktu pengerjaannya.
3. Akuntabel
Dengan memperkuat struktur pengelolaan dana desa melalui fungsi
TPK dan Pelaksana Kegiatan, maka Pemerintah Desa telah
menunjukkan tanggungjawab besarnya kepada masyarakat selaku
pemberi amanah untuk melakukan pengelolaan dana desa berdasarkan
prinsip akuntabel.
4. Faktor Struktur Birokrasi
Dalam prakteknya Pemerintah Desa belum memiliki SOP terkait
pelaksanaan dan penatausahaan dana desa. Keberhasilan implementasi
kebijakan juga dipengaruhi oleh faktor struktur birokrasi. Salah satu
aspek struktur birokrasi yang penting dari setiap organisasi adalah
adanya prosedur operasi yang standar. Standar inilah yang menjadi
pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
Kesimpulan Kesimpulan yang bisa diambil ialah sebagai berikut :
dan saran 1. Pelaksanaan Dana Desa di Desa Moyag dan Desa Kobo Kecil pada
prinsipnya telah dilakukan berdasarkan regulasi. Namun belum semua
pekerjaan dilakukan dengan tertib administrasi. Pelaksanaannya
belum sepenuhnya mendukung asas-asas pengelolaan keuangan desa.
Selain itu Pemerintah Desa belum memiliki SOP (standard operating
procedure) terkait pelaksanaan dana desa. Ini dibutuhkan guna
mendukung implementasi program dana desa.
2. Penatausahaan Dana Desa di Desa Moyag dan Desa Kobo Kecil pada
dasarnya memiliki kemudahan, yakni dengan adanya Aplikasi Sistem
Keuangan Desa. Namun Aplikasi ini belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh Pemerintah Desa
Saran penelitiannya ialah sebagai berikut :
1. Guna mendorong tujuan dari pengelolaan dana desa yaitu tertib dan
disiplin anggaran, maka diharapkan Kepala Desa dapat meningkatkan
pengawasan (supervision) terhadap PTPKD dan TPK dalam hal tertib
pelaksanaan dan penatausahaan
2. Pembinaan dan pelatihan PTPKD dan TPK merupakah sarana efektif
untuk mendorong pengelolaan keuangan desa yang baik. Pengelola
Keuangan maupun Pengelola Kegiatan harus terus belajar bahkan
dilatih untuk semakin ter ampil melaksanakan tugas-tugas dan
tanggungjawab mereka.
Jurnal Internasional (luar negeri)

Jurnal 1

Keterangan
Judul Accounting, auditing and accountability research in Africa Recent governance
developments and future directions
Pengarang Robert Ochoki Nyamori, Abu Shiraz Abdul-Rahaman, Grant Samkin
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal Vol. 30 No. 6, 2017
Tujuan Tujuan utama makalah ini adalah untuk meninjau dan mempertimbangkan
penelitian perkembangan tata kelola di Afrika, khususnya SSA, mengingat kurangnya
penelitian akuntansi kritis yang berasal dari benua (Rahaman, 2010), dan
juga mengidentifikasi peluang yang ditawarkan pada penelitian mengenai
akuntansi, audit dan akuntabilitas.
Kajian 1. Reformasi untuk memberantas korupsi
hipotesis Reformasi yang dilakukan oleh negara-negara SSA dan efektivitas
institusi-institusi ini yang dibuktikan dengan skandal korupsi di atas
merupakan situs empiris yang sangat subur untuk mengeksplorasi
peran akuntansi dalam memerangi korupsi. Kami selanjutnya
menyoroti upaya reformasi sistem akuntansi dan akuntabilitas di
Afrika.
2. Reformasi untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
Bagian ini mengkaji beberapa tindakan yang dilakukan oleh negara-
negara SSA untuk mereformasi institusi mereka dalam menerapkan
undang-undang tersebut agar transparan dan meningkatkan
akuntabilitas, seperti reformasi terhadap masyarakat dan sistem
pemerintahan, reformasi manajemen keuangan publik.

Hasil 1. Peluang penelitian dalam reformasi anti korupsi.


penelitian Afrika menyediakan konteks empiris yang kaya untuk gelombang
berikutnya dari studi akuntansi yang difokuskan. Kasus spesifik dan
kasus tunggal studi korupsi seperti itu dijelaskan, dan bagaimana
penanganannya, menyajikan peluang penelitian lapangan tentang
praktik akuntansi mikro. Ini akan melengkapi dan memperluas
pemahaman kita tentang peran akuntansi dalam memerangi korupsi
dalam konteks di mana terdapat kontrol yang lemah dan administrasi
pemerintahan yang tidak efektif atau lemah. Analisis tentang
pendekatan yang dilakukan oleh negara-negara SSA yang berbeda,
metode yang digunakan institusi yang ada untuk memerangi korupsi,
sistem akuntansi dan akuntabilitas yang digunakan oleh institusi ini,
dan keberhasilan mereka dalam memberantas korupsi memberikan
alasan subur bagi peneliti akuntansi.
2. Peluang penelitian dalam reformasi peningkatan transparansi dan
akuntabilitas.
Kami menyimpulkan subbagian ini dengan pengamatan bahwa
meskipun beberapa penelitian telah dilakukan mengenai reformasi
sektor manajemen keuangan publik di Afrika, masih banyak lagi yang
harus dilakukan. Berikut ini hanyalah gambaran dari peluang yang ada.
Melihat perubahan dalam sistem pemerintahan, ada kesempatan untuk
memahami bagaimana integritas dan etika dalam pelayanan publik
dibangun dan bagaimana pegawai negeri menjadi subyek integritas.
Dengan cara yang berbeda, bagaimana pegawai negeri menjadi
dibangun sebagai subyek kekuasaan dan sampai sejauh mana skema
ini berhasil, termasuk dalam pemberantasan korupsi? Mengenai
devolusi pemerintah di Ghana, Kenya dan Afrika Selatan, akan tepat
waktu untuk mempelajari bagaimana sistem baru ini mempengaruhi
akuntabilitas terhadap warganya dan bagaimana hal ini mempengaruhi
korupsi dan pengambilan keputusan yang demokratis.
Kesimpulan Makalah ini mengulas berbagai upaya reformasi sektor publik, mulai dari
periode pasca-kolonial segera, melalui tiga tahap utama perkembangan
pemerintahan di benua ini. Sementara penelitian akuntansi mengenai
reformasi sektor publik dan akuntabilitas terus berkembang, kami berpendapat
bahwa bidang ini masih baru lahir di Afrika, dengan karya yang sangat terbatas
oleh akademisi yang berbasis di Afrika. Dalam mengembangkan argumen ini,
makalah ini dibuat dengan literatur administrasi publik dan publikasi berbasis
kebijakan dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional, mencatat
perubahan peran Akuntansi, audit dan akuntabilitas lembaga keuangan
internasional dalam proses yang ada di dalam benua.

Jurnal 2

Keterangan
Judul Time Budget Pressure And Auditor Dysfunctional Behaviour Within An
Occupational Stress Model
Pengarang (W Shaun M. McNamara, Gregory A. Liya narachchi)
Sumber Accountancy Business and the Public Interest, Vol. 7, No. 1, 2008
Masalah bagaimana tekanan anggaran waktu dapat memengaruhi perilaku
disfungsional auditor dalam perspektif teori stress kerja.
Metode Metode pengumpulan data ialah mengguunakan metode kuesioner. Analisis
data yang diperoleh untuk penelitian ini serupa dengan baik skala nominal atau
ordinal. Data dianalisis menggunakan regresi kategoris dengan skala yang
optimal.
Hasil Temuan Temuan penelitian menunjukkan bahwa auditor yang bekerja di lingkungan
perusahaan yang besar (dalam hal ini 4 perusahaan besar di New Zealand)
dibandingkan dengan perusahaan dengan lingkup yang kecil, menganggap
pencapaian anggaran waktu lebih sulit. Hasil ini sejalan dengan temuan
sebelumnya yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja perusahaan akuntansi
yang besar (yaitu perusahaan kategori empat besar) berbeda dengan lingkup
peusahaan yang kecil, dan perbedaan ini juga mempengaruhi persepsi tekanan
anggaran waktu bagi auditor. Misalkan dari tingkat kepuasan kerja yang
rendah, dapat memperparah perspeksi negatif atas tekanan anggaran waktu
auditor yang bekerja di perusahaan itu. Sebaliknya, jika di perusahaan kecil
selain perusahaan besar tersebut, karena kontak antara personil auditor yang
kecil, dapat menimbulkan perspeksi yang positif terhadap tekanan anggaran
waktu tersebut.
Kesimpulan Dari hasil temuan dapat diambil kesimpulan yaitu anggaran waktu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perilaku disfungsional auditor. Selain itu,
tampak bahwa di Selandia Baru, biaya klien berpengaruh negatif terhadap
pencapaian anggaran waktu audit, meskipun pencapaian suatu anggaran
berpengaruh positif oleh partisipasi dalam proses pengaturan anggaran waktu
dan waktu aktual tahun lalu yang dihabiskan.

Jurnal 3

Keterangan
Judul Accounting And The New Public Management : Instruments Of Substantive
Efficiency Or A Rationalizing Modernity
Pengarang Irvine Lapsley
Sumber Financial Accountability & Management Vol. 15 No.3 & 4 tahun 1999
Masalah Bagaimana dampak dari penerapan konsep new public management terhadap
akuntansi
Kajian teori Konsep new public management dipandang sebagai suatu konsep baru yang
ingin menghilangkan monopoli pelayanan yang tidak efisien yang dilakukan
oleh instansi dan pejabat pemerintah. New public management menguba cara
dan model bisnis privat dan perkembangan pasar. Cara-cara legitimasi
birokrasi publik untuk menyelamatkan prosedur dari diskresiadministrasi
tidak lagi diprktikan oehh new public management pemerintahan.
pembahasan tema sentral dalam manajemen public adalah upaya mereformasi sektor public
agar tujuan yang dicapai lebih efektif, efisien, dan ekonomis, semata mata
hanya menunjukkan kepada kita tentang hubungan antara negara dan pasar
dan tekanan lebih eksplisit terhadap penyediaan barang dan jasa. new public
management telah memberikan dampak positif bagi akuntansi, khususnya
akuntansi sektor public. Salah satu dari adanya new public management adalah
perubahan menuju basis akrual. Adanya perubahan basis kas menuju basis
akrual dalam sektor public menandakan pemerintah lebih transparan dan
akuntabel terhadap masyarakat mengenai keuangan negara
Kesimpulan Konspe new public management telah mengubah pola pikir pemerintah
mengenai basis akuntansi, terutama perpindahan dari basis kas menuju basis
akrual. Masyarakat senang apabila pemerintah telah menjalankan prinsip
transparansi dan akuntabilitas mengenai sistem keuangan pemerintahannya.
Dengan demikian pemerintah tahu, bagaimana keuangan sektor public
dikelolal secara efisien, efektif, dan ekonomis.

Jurnal 4

Keterangan
Judul Interdisciplinary accounting research in the Public Sector
Pengarang Kerry Jacobs and Suresh Cuganesan
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal Vol. 27 No. 8, tahun 2014
Tujuan meninjau dan menyajikan perspektif kontemporer pada penelitian
akuntansi interdisipliner dalam konteks pelayanan publik.
Kajian teori Pengantar penelitian akuntansi Interdisipliner merupakan kontradiksi yang
menarik dan menantang dalam hal. Sementara interdisipliner menunjukkan
sintesis berbagai pendekatan disiplin dan perspektif, akuntansi
penelitian biasanya berlawanan dengan pengenalan kerangka disiplin dan
batas berfokus pada sub-praktek spesifik akuntansi (misalnya akuntansi
keuangan, akuntansi manajemen, auditing, praktek akuntabilitas) dan akhir-
tujuan penerbitan di jurnal akuntansi sangat-dianggap.
Pembahasan Dalam penyempurnaan terhadap proyek akuntansi interdisipliner dalam
pelayanan public, Strategi tim multidisiplin dan komunikasi temuan di seluruh
praktisi yang relevan dan forum disiplin merupakan langkah penting dan
diperlukan dalam proyek interdisipliner. Sementara ada beberapa prestasi
penting, penelitian akuntansi interdisipliner dalam pelayanan publik masih
bekerja di sebuah kemajuan. Sebagai gambaran, ulasan penelitian mengamati
stratifikasi dalam pelayanan publik penelitian bersama geografis dan disiplin
(akuntansi vs administrasi publik) garis, dengan sedikit pertukaran atau
berbagi ide dan temuan
Kesimpulan proyek akuntansi interdisipliner dalam kaitannya dengan pelayanan publik
adalah pada titik puncak dari sebuah fase baru. Banyak orang yang memulai
pekerjaan ini memilih pensiun dan, bisa jadi akan diganti dengan orang lain.
Tantangannya adalah untuk memperluas dan mengembangkan, bekerja
dengan rekan-rekan dan menjangkau khalayak di luar batas-batas tradisional
kita disiplin ilmiah dan di seluruh membagi penelitian-praktek. Masalah-
masalah nyata dan terus-menerus dihadapi oleh masyarakat kita sekitar
penuaan populasi, perlindungan lingkungan dan kehancuran, gerakan massa
dan polarisasi yang kaya dan miskin, memberikan kesempatan penelitian
terbatas jika kita bersedia untuk mengangkat mata kita untuk melihat baik
mereka yang berbagi keprihatinan kami dan mereka yang terlibat di tingkat
praktis.

Jurnal 5

Keterangan
Judul Debating The Impact Of Accrual Accounting And Reporting In The Public
Sector
Pengarang Tyrone m. Carlin
Sumber Journal of Financial Accountability & Management, Vol. 21 No. 3, August
2005
Tujuan Mengetahui apakah teknik berbasis akrual harus diadopsi oleh entitas sektor
publik
Kajian teori akuntansi berbasis krual dan pelaporan keuangan di sektor publik bukanlah
hal yang baru, namun merupakan fenomena baru di sektor publik. Sebagai
contoh, tercatat di Australia, departemen-departemen ‘Postmaster-general’
dimulai mempersiapkan rekening komersial (termasuk keuntungan penuh dan
rugi serta neraca) pada tahun 1913, dan terus menggunakan bentuk tersebut
sepanjang waktu. Namun pada umumnya, akuntansi berbasis kas masih lebih
banyak digunakan daripada akuntansi berbasis akrual alam model akuntansi
di sektor public.
Pembahasan Pengenalan akuntansi berbasis akrual dan pelaporan keuangan pada berbagai
tinggkatan organisasi pemerintah di seluruh dunia bukanlah hasil dari sebuah
pergerakan yang perlahan. Namun merupakan gerakan revolusioner di bidang
sektor public dimana terjadi pro dan kontra atas gerakan ini, bahlkan
penerapan akrual secara keseluruhan atau sebagian, perkembangannya telah
cukuo baik dan berkelanjutan sampai saat ini.
Kesimpulan Akuntansi berbasis akrual dipandang relative lebih lemah atau belum terjawab
dengan memuaskan, oleh karena itu, ada baiknya terlebhh dahulu kita ccermati
pertanyaan yang berkembang di sejumlah besar literature berkaitan dengan
apa yang menjadi dasar utaam pembahasan akuntansi akrual di sektor public.

Jurnal 6

Keterangan
Judul Application of Accrual Accounting in the Australian Public Sector – Rhetoric
or reality ?
Pengarang James Guthrie
Sumber Journal of Financial Accountability & Management, Vol. 14 No. 1, February
1998
Masalah Bagaimana implementasi akuntansi akrual di sektor public negara Australia
Kajian teori Basis akrual pada mulanya adalah basis yang dikenal pada sektor privat
saja,transaksi yang terjadi diakui pada saat terjadinya, yang kemudian dicatat
dan disajikan dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan. Hal ini
berbeda pada basisi kas yang mengakui transaksi pada saat diterima dan
dikeluarkan pada periode bersangkutan, dampak dari basis akrua ini akan
menghasilkan informasi yang lebih pada laporan keuangan apabila
dibandingkan dengan basis kas, misalnya piutang, utang, depresiasi yang
kemudian lebih berguna dalam pengambilan keputusan.
Pembahasan Tren penerapan akuntansi basis akrual untuk akuntansi diawali oleh negara
OCED, salah satunya ialah Australia. Banyak hal yang melatarbelakangi
perkembangan basis akrual ini. Penggunaan basis akrual yang sedang menjadi
tren di negara negara OCED dan negara berkembang lainnya tidak lepas dari
manfaat yang dipeoleh negara yang menerapkannya. Negara negara OCED
termasuk Australia mengaku menilai basis akrual akn dapat meningkatkan
kuantitas dan kualitas informasi laporan keuangan yang kemudian berguna
untuk pengambilan eputusa dan akuntabilitas public. Dengan semakin
berkualitas informasi yang didapat, maka pemerintah akan daoat mengambil
keputusan yang efisien dan efektif dalam pengelolaan keuangan negara.
Kesimpulan Secara umum, akuntansi terutama di bidang sektor public yang sering
digunakan ialah akuntansi berbasis kas, maksudnya basis kas tersebut ialah
mencatat setiap kas masuk dan kas keluar pada periode bersangkutan. Adanya
penerapan akuntansi basis akrual memberikan keuntungan tersendiri bagi
pemerintah, dimana dapat menyajikan informasi keuangann yang lebih akurat
dan tepat. Jiak refrmasi berbasis pasar saat inii berlanjut di APS, akan berlanjut
menjadi elebih terkonvergensi atara tujuan manajemen sektor swasta dan
public. Bagian dari konvergensi ini mencerminkan adopsi akuntansi akrual
dan teknologi manajemen lainnya di sektor swasta. Dasar pemikirannya ialah
bahwa tujun dan prosesnya manajemen pemerintah harus sangat dekat dengan
sektor public yang proses akuntansi komersialnya dapat diterapkan.

Jurnal 7

Keterangan
Judul Change in The Public Sector : A Review of Recent “alternative” Accounting
Research
Pengarang Jane Broadbent & James Guthrie
Sumber Accounting, Auditing, & Accountability Journal Vol. 5 No. 2 tahun 1992
Masalah
Kajian teori
Pembahasan

Jurnal 8

Keterangan
Judul Research in Public Sector Acounting : An Appraisal
Pengarang Irvine Lapsey
Sumber Accounting, Auditing, & Accountability Journal Vol. 1 No. 1 tahun 1988
Tujuan Mengetahui apa saja penilaian dari peneliti akuntansi mengenai sektor publik
Kajian teori Sektor public ekonomi memiliki ciri khas tertentu yang harus menjadikannya
menarik bagi para peneliti akuntansi potensial. Alasan utama untuk melakukan
penelitian ini teretak pada kompleksitas sektor public; ketidakseragaman
organisasi yang terdiri dai sektor ekonomi ; skala operasi mereka; dan
keragaman praktik akuntansi mereka.
Pembahasan Adapun isu-isu substantif yang telah ditangani oleh para peneliti akuntansi, ini
dapat dengan mudah dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keuangan Pembiayaan lembaga-lembaga sektor publik mendapat sedikit
pengawasan dari para peneliti akuntansi akademik. Satu helai aspek akuntansi
sektor publik yang telah menerima gelar adil perhatian dari para peneliti di
Amerika Serikat adalah bahwa pasar untuk utang kota; khususnya, kegunaan
ukuran risiko penghitungan dalam memprediksi perubahan peringkatobligasi).
Akibatnya, studi ini meniru mereka studi sektor swasta yang menilai
pentingnya informasi akuntansi ke pasar modal dalam prediksi kebangkrutan
dan pengukuran risiko. Terisolasi, tetapi terkait, studi adalah bahwa keputusan
pendanaan pensiun di kota AS.
2. Finacial Akuntansi dan Akuntabilitas
Dalam hal dari volume mendukung aktifitas penelitian (yang diukur dengan
kontribusi untuk jurnal ilmiah), daerah yang paling penting untuk attact
perhatian akuntabilitas. Referensi telah dibuat di atas untuk pentingnya isu-isu
terkait akuntabilitas dan penilaian kinerja dengan tidak adanya pasar yang
efisien di sektor publik. Ada banyak aspek untuk ini, banyak yang telah
ditangani oleh para peneliti akuntansi, tetapi sebagian besar yang perlu
penyelidikan lebih lanjut. Secara garis besar, daerah ini dari public sector
Accouting malam dibagi lagi menjadi: (a) bentuk dan dasar laporan eksternal,
dan (b) masalah yang lebih luas dari kinerja assesment. Sementara studi di
atas telah difokuskan pada antarmuka antara teknik akuntansi dan dampak
ukuran akuntansi dipilih pada keputusan kebijakan, telah ada penelitian lain,
yang bersifat fundamental, yang telah menganalisis dasar bagi dinasionalisasi
industri harus memperhitungkan, dari prinsip pertama. Satu studi baru adalah
bahwa dari Whittington (1985) di mana Auther yang mengacu pada teori
keagenan untuk menerangi masalah akuntansi untuk inflasi di industri
dinasionalisasi. juga server ini untuk menggambarkan bahwa identifikasi
prinsip dan agen ada beberapa kepentingan yang tumpang tindih antara
konsumen, karyawan, manugers, pemerintah pusat dan masyarakat umum.
3. Internal Akuntansi dan Sistem Informasi Manajemen.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah ada tekanan untuk perubahan radikal
dalam akuntansi manajemen di sektor swasta (Kaplan, 1983). Ada juga
berusaha untuk perubahan metodologi yang digunakan oleh peneliti akuntansi
manajemen: ini termasuk bergerak menjauh dari esoteris model bangunan
stres pada area dunia investigasi longitudinal, mana mungkin, untuk alasan
yang sama juga kebutuhan untuk percobaan dengan novel (untuk akuntan)
metode penelitian seperti observasi partisipan dan tracing keputusan. Semua
perubahan ini memiliki tujuan mendapatkan lebih dari apa yang sebenarnya
terjadi dalam organisasi, bukan apa yang orang luar menganggap menjadi
norma dalam organisasi (lihat Kaplan, 1986). studi seperti telah dilakukan
dalam akuntansi manajemen organisasi sektor publik habe tidak
mengabaikan perkembangan ini. Namun demikian, masih ada kajian yang
kuat dari penelitian berdasarkan metodologi yang penalaran deduktif, studi
lebih observasional.
4. Audit
Audit lembaga sektor publik adalah sangat penting karena besarnya skala
Fungs publik yang ditujukan untuk kegiatan seperti itu tetapi, mroe khususnya,
karena mekanisme dan sarana audit dari lembaga-lembaga sektor publik
berbeda dengan sektor swasta. Namun, ada beberapa studi akademis audit
sektor publik. Salah satu aspek audit tersebut yang telah menarik perhatian
dari akuntansi peneliti adalah bahwa regulasi dari auditor eksternal. Beck dan
Berefield (1986) membangun model yang digunakan untuk memprediksi
jumlah yang perusahaan akan mengajukan tawaran untuk penugasan audit
sektor publik. Prediksi model ini (berdasarkan analisis kuadrat regresi kuadrat
biasa) kemudian dibandingkan dengan tawaran yang sebenarnya dibuat.
Dalam praktek, moden ini memiliki kegunaan terbatas karena konsisten
melebih-lebihkan terendah (menang) tawaranAspek lain dari regulasi audit
sektor publik dilakukan oleh Tomkins (1986). Artikel terakhir ini
adalahpernyataan dari pengalaman satu perusahaan akuntan profesional dalam
melakukan audit atasotoritas lokal di Inggris. Artikel ini sebagian besar
deskriptif, tetapi mengidentifikasi bidang penelitian potensi, termasuk,
misalnya, peran masa depan audit keteraturan tradisional dan peran akuntan
dalam melakukan audit dengan implikasi kebijakan yang berbeda

Jurnal 9

Keterangan
Judul Accounting for the City
Pengarang Irvine Lapsey, Peter Miller, & Fabrizio Panozzo
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal Vol. 23 No. 3, tahun 2010
Tujuan mengidentifikasi studi kota Edinburgh sebagai fokus penting v bagi para
peneliti akuntansi
Kajian teori “ilmu perkotaan” sedang dibentuk untuk memberikan kota dengan
infrastruktur numerik yang sama. Urbanistics menjanjikan untuk memberikan
cara yang ampuh untuk menciptakan ketertiban dan kontrol atas urusan
perkotaan melalui pengukuran, peringkat dan komparabilitas. Memang,
sebagian besar angka merupakan bahasa negara modern,. Tidak
mengherankan, peran lama didirikan angka dalam kehidupan publik telah
memberikan produksi mereka fungsi administratif kunci dan tuntutan untuk
jenis tertentu keahlian kalkulatif dalam organisasi publik telah tumbuh sesuai.
Kota sebagai pelaku ekonomi telah dibuat dihitung: hari ini ada ribuan set
indikator yang berbeda kota yang tersedia, dan ratusan lembaga kompilasi dan
meninjau mereka. Urbanistics adalah membangun kinerja kota sebagai konsep
multidimensional menggabungkan isu-isu dan masalah mulai dari tingkat
inovasi teknologi, kualitas udara, kehadiran pekerja pengetahuan, dan jumlah
penghuni kawasan kumuh. Fenomena ini mengkonfirmasi studi kota sebagai
agenda penelitian yang signifikan untuk akuntan.
Pembahasan Edinburgh adalah kota yang telah lama memiliki orang orang profesional
(misalnya pengacara, dokter, akuntan, bankir) kehadiran yang kuat di kota.
Kota ini merupakan pusat keuangan utama dan diakui sebagai salah satu, pusat
keuangan utama terkemuka Eropa, bahkan setelah resesi global saat ini,
dengan dampak yang merugikan pada perbankan dan keuangan perusahaan.
Kota ini juga memiliki basis wisata yang kuat, menjadi tujuan wisata di
britania raya kedua di luar negeri setelah London. Fitur dari kegiatan wisata di
kota ini termasuk Festival Internasional untuk teater, musik, film dan tari dan
Festival Fringe, yang telah berkembang menjadi lebih besar dari festival asli.
Peristiwa ini menyebabkan masuknya pengunjung internasional ke kota. Kota
ini memiliki populasi relatif kecil, tetapi tumbuh, dengan pertumbuhan
lapangan kerja bagi warganya dan mereka yang tinggal di daerah pedalaman
di wilayah Lothians Skotlandia.
Pada tahun 2003, populasi ini diperkirkan mencapai 469.500 dan 832.100,
masing-masing, pada tahun 2015 . Dalam populasi ini, sekitar 63 persen dari
penduduk kota dan 52 persen kota dan pedalaman Lothian lebih luas bekerja
di kota, terutama di keuangan jasa, distribusi, hotel dan katering. Memang,
sekitar 40 persen dari semua karyawan di kota ini adalah dalam layanan ini.
Kami memeriksa visualisasi kota dalam tiga tahap. Pertama kita
mempertimbangkan kegiatan visioner kota. Ini terutama mencakup Kota
pemenang desain dan tim desain kota. Tapi arsitek terkemuka lainnya di kota
ini juga telah menjadi bagian dari pertimbangan pemenang desain. Kedua, kita
meneliti pengaruh NPM dan visi manajerial masa depan kota ini. Ketiga,
pentingnya perhitungan keuangan dalam membentuk kota ini dieksplorasi.
Kesimpulan Pentingnya kota edinburgh mengelola keuangan atas profesi orang orang
sekitarnya. Bukan hanya profesi saja sumber pendapatan kota tersebut, namun
juga sektor sektor lain. Pendapatan pendapatatan tersebut diaharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan kota.

Jurnal 10

Keterangan
Judul The Conceptual Arguments Concerning Accounting for Public Heritage
Assets: A Note
Pengarang Allan Barton
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal Vol. 18 No. 3, tahun 2005
Tujuan Mengetahui apa jawaban dari suatu barang yang tak ternilai harganya
Kajian teori aset warisan Umum - pentingnya dan sifat warisan Umum mereka aset (PHA)
memainkan peran penting dalam setiap bangsa dalam melindungi dan
meningkatkan sejarah, budaya, lingkungan alam dan fasilitas rekreasi
untuk kenikmatan warga. Aset ini sangat penting unik sehingga pemerintah
memilih untuk sesuai mereka perlakuan khusus dengan menyatakan mereka
untuk menjadi fasilitas umum, terbuka tanpa diskriminasi kepada semua
anggota masyarakat, di sedikit atau tanpa biaya. Mereka disediakan untuk
tujuan sosial daripada untuk generasi pendapatan, dan pemerintah memilih
untuk mendanai penyediaan mereka seluruhnya atau sebagian besar dari
penerimaan perpajakan. Penggunaannya erat diatur oleh undang-undang
untuk memastikan bahwa aset dilindungi dari penggunaan atau penjualan
yang tidak benar dan harus dilestarikan dan dipelihara dalam kondisi baik
sehingga mereka akan memiliki panjang, hidup tak terbatas dan dapat terus
memberikan manfaat penting sosial mereka ke dalam waktu yang tidak
terbatas masa depan. Keputusan oleh pemerintah (atau lembaga kustodian
nya) untuk menempatkan aset warisan yang dipilih ke dalam domain publik
untuk mempromosikan dan melestarikan budaya bangsa memiliki dua
implikasi penting bagi akuntansi dan pelaporan keuangan. Pertama, item
menjadi aset barang publik yang karakteristik pasar fundamental berbeda dari
yang di pasar swasta; dan kedua, aset harus dipertanggungjawabkan dan
dilaporkan secara terpisah dari aset komersial normal entitas kustodian
sebagai aset diadakan di percaya untuk bangsa.
Pembahasan Metode yang benar akuntansi untuk aset yang dikelola atas nama orang lain
adalah bahwa mereka diperlakukan sebagai aset yang dimiliki di percaya oleh
entitas kustodian. Pengawas yang diperlukan untuk mengelola aset-aset untuk
kepentingan baik dari penerima manfaat tertentu, di sini, masyarakat luas, dan
untuk melestarikan mereka untuk anak cucu. Ini adalah metode yang tepat
akuntansi untuk warisan, dan menyediakan alasan lagi karena tidak termasuk
dalam neraca entitas kustodian. Hal ini secara hukum salah mencampur
bersama-sama aset operasi normal dan aset kepercayaan karena mereka tidak
secara hukum diakses oleh kreditur. Informasi yang dicampur terlalu
menyesatkan dan tidak memiliki kesetiaan representasional dari posisi
keuangan entitas.
kesimpulan Kesimpulan Kasus untuk akuntansi untuk warisan sebagai aset komersial yang
normal harus ditolak. Pembenaran disediakan dalam hal netralitas sektor
secara teoritis tidak sehat karena mengabaikan sumber nilai aset, yaitu pasar
di mana mereka digunakan. Demikian pula, karakteristik fisik aset yang
digunakan untuk membenarkan sektor pendekatan netral tidak relevan untuk
perlakuan akuntansi mereka. Karena pentingnya mereka untuk budaya,
dll bangsa, pemerintah membuat keputusan kolektif dalam menanggapi
permintaan populer untuk mengalokasikan beberapa item berharga sebagai
aset warisan publik, dan penyediaan dana mereka secara kolektif
melalui perpajakan. Ini adalah salah satu peran pemerintah untuk melakukan
hal-hal seperti layanan dapat disediakan lebih efisien dan efektif untuk
pengguna dengan cara ini selain melalui pasar swasta. Penunjukan harta
warisan seperti aset warisan publik menghapus mereka dari pasar komersial
yang normal dan karenanya mereka tidak dapat dinilai dengan “harga pasar
yang wajar” secara handal. Ini, bersama-sama dengan persyaratan bahwa
entitas kustodian biasanya tidak diizinkan untuk menjual barang-barang,
menunjukkan bahwa warisan tidak harus dimasukkan dalam laporan posisi
keuangan entitas.

Jurnal 11

Keterangan
Judul Public Sector Accounting, Accountability and Austerity: More than Balancing
the Books?
Pengarang Enrico Bracci
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 28 No.6 tahun 2015
Tujuan untuk memastikan bahwa subjek akuntansi dan penghematan mulai
mendapatkan fokus penelitian layak, dengan analisis empiris dan konseptual
disajikan baik meningkatkan pemahaman dan merangsang diskusi lebih lanjut
dari perubahan pola akuntabilitas dan peran akuntansi dan akuntan bawah
penghematan.
Kajian teori intervensi penghematan berasal dari evaluasi politik, ekonomi dan sosial
tertentu dengan konsekuensi yang signifikan yang tidak dapat dibalik dengan
mudah, dengan beberapa penyebab dan efek pada web yang menyertainya
pemangku kepentingan bersaing. Mereka adalah sebuah masalah besar. dalam
masyarakat majemuk tidak ada kebijakan yang menanggapi masalah sosial
tidak bisa bermakna benar atau salah kepentingan publik tak terbantahkan dan
tidak masuk akal untuk berbicara tentang solusi optimal. Penghematan, dari
perspektif seperti itu, adalah masalah yang kompleks dan dinamis yang
definisinya dan perawatan yang disarankan, meskipun jaminan politik yang
bertentangan, secara inheren tidak pasti dan sangat kontroversial .

Pembahasan Penghematan tampaknya telah membawa versi lebih dalam dan kebangkitan
neo-liberalisme, dengan pergeseran jelas dalam isi hubungan akuntabilitas. Di
bawah penghematan, makro-data seperti utang / PDB rasio dan defisit / rasio
PDB, utang, anggaran berimbang, dan pengamanan dasar pemotongan pada
gambar pengeluaran publik jauh lebih menonjol dalam mengemudi keputusan
kebijakan sektor publik. Sekarang ada penekanan lebih besar pada keadaan
keuangan publik di tingkat negara, bukan di tingkat organisasi, dengan fokus
terdegradasi menyertai pada kinerja non-keuangan.
Kesimpulan kebijakan penghematan telah menyebabkan peningkatan tingkat ketimpangan,
dan ketidakadilan melalui pengurangan atau penyempitan di tingkat dan mode
intervensi Negara. Studi menyimpulkan: “episode konsolidasi fiskal telah
biasanya menyebabkan signifikan dan tahan lama peningkatan
ketidaksetaraan”. Selain itu, dalam sebuah laporan di UNICEF,
mendokumentasikan bagaimana kesejahteraan anak-anak menurun terutama
bagi mereka yang tinggal di negara-negara yang terkena dampak paling oleh
penghematan. Dewan Komite Eropa Hak Sosial mencatat bahwa kebijakan
publik Eropa sejak tahun 2009 telah menyebabkan peningkatan kemiskinan di
38 negara Eropa dianalisis, dengan identifikasi beberapa 181 pelanggaran
ketentuan Piagam Sosial Eropa pada akses ke kesehatan dan perlindungan
social

Jurnal 12

Keterangan
Judul Accounting for Public Accounts Committees
Pengarang Pieter Degeling & Janet Anderson
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 9 No. 2, tahun 1996
Masalah Pengaruh akuntabilitas komite akuntan public di australia
Kajian teori Sistem akuntabilitas bervariasi dalam kategori yang mereka gunakan dan,
karenanya, fenomena yang mereka hadiri. Variasi ini, dijelaskan oleh
perbedaan dalam kombinasi “rasionalitas” yang membentuk “kode” dari
sistem akuntabilitas individu. Istilah “rasionalitas” di sini merujuk pada frame
interpretatif dimana arti dan pengaruhnya ditugaskan dan tindakan dievaluasi.
Dalam semua, lima rasionalitas bisa disebut pada: hukum; ekonomis; teknis;
sosial, dan politik. Bingkai rasionalitas hukum menetapkan aturan-aturan
dasar yang akan digunakan dalam: rangka mempromosikan; menugaskan
tanggung jawab; mengatur perbedaan; dan mengandung konflik. Rasionalitas
ekonomi menentukan kalkulus ekonomi dimana ujung alternatif dan / atau
sarana dibandingkan. Rasionalitas teknis menguraikan ahli / kriteria berbasis
pengetahuan dimana cara dipilih dalam kaitannya dengan ujung. Rasionalitas
sosial menetapkan kondisi yang harus dipenuhi jika integrasi sosial adalah
untuk dipertahankan. Rasionalitas politik menetapkan persyaratan pragmatis
untuk mempertahankan integrase struktur pengambilan keputusan dan proses.
Pembahasan Akuntansi untuk efektivitas organisasi dan manajerial Desain organisasi (F4)
hal-hal ditangani oleh empat komite pertama bervariasi dalam lingkup
mereka. Tiga dari laporan yang organisasi-spesifik, berkonsentrasi masing-
masing pada galangan kapal, pangkalan angkatan laut, dan organisasi
produksi amunisi. Berkenaan dengan yang pertama ini (Komite Pertama
Report), yang JCPA membuat rekomendasi tentang hal-hal seperti struktur
manajemen, prosedur pengendalian internal dan praktek hubungan industrial.
Laporan Komite di pangkalan angkatan laut (Komite Kedua Report
11) direkomendasikan perubahan organisasi dan manajemen pekerjaan
konstruksi di empat pangkalan di seluruh Australia. Kedua, laporan mengenai
amunisi produksi (Komite Keempat Report 34) diperiksa dan membuat
rekomendasi tentang berbagai masalah organisasi yang, dalam pandangan
Komite, merusak pasokan yang cukup dan teratur amunisi.

Jurnal 13

Keterangan
Judul Public Sector Accrual Accounting: Institutionalising Neo-Liberal Principles?
Pengarang Sheila Ellwood & Susan Newberry
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 20 No. 4 tahun 2014
Tujuan menguji peran komite di dalam akuntansi sektor publik dalam melaksanakan
reformasi neoliberal.
Kajian teori Tiga fitur kunci dari reformasi neo-liberal terdiri dari independen dikelola
kebijakan moneter anti-inflasi; disiplin fiskal tingkat makro dikenakan pada
pemerintah untuk mencapai anggaran berimbang; dan reformasi ekonomi
mikro untuk meliberalisasi perdagangan dan memperluas sektor bisnis. Neo-
liberal ini dimaksudkan untuk membatasi dan mengurangi ukuran dan
kekuatan pemerintah, sementara pada saat yang sama mendukung dan
mendorong perluasan kegiatan usaha. Perubahan ini dalam ukuran relatif
sektor pemerintah dan bisnis yang dibawa sebagian melalui privatisasi,
didefinisikan secara luas sebagai proses “mengurangi peran pemerintah atau
meningkatkan peran lembaga-lembaga masyarakat lainnya dalam
memproduksi barang dan jasa dan dalam memiliki properti”. Sejauh
pelayanan pajak yang didanai tetap, peran pemerintah ulang-cast hanya
sebagai germo, daripada penyedia layanan, pembelian secara kompetitif, atau
pasar yang contestable. Komersialisasi kegiatan pemerintah dan pengenalan
kompetisi, oleh karena itu merupakan bagian integral dari reformasi tersebut.
Pembahasan Pertanyaan yang berhubungan dengan sistem akuntansi yang ditangani oleh
Pertama dan Komite Kedua saja. Komite Pertama mengkritik keterlambatan
pengajuan ke Parlemen yang berkaitan dengan Perkiraan, Anggaran dan
Laporan Keuangan Bendahara dan mencatat tren yang sedang berkembang
untuk Treasury untuk mengirimkan serangkaian Pasokan Bills sepanjang
tahun. JCPA berpendapat bahwa praktek tersebut dicegah DPR dari
melakukan pemeriksaan penuh rekening publik untuk memperoleh gambaran
tentang penerimaan dan pengeluaran tahunan. Komite merekomendasikan
agar penyampaian makalah keuangan harus dipercepat dan memperkirakan
akan disajikan dalam bentuk standar. Ini Akuntansi rekening selanjutnya
disarankan yang seharusnya dibutuhkan kekhawatiran perdagangan
Commonwealth untukmemberikan pernyataan tahunan rekening dan bahwa
wilayah federal diperlukan untuk memberikan rincian lebih lanjut dalam
rekening mereka. Perhatian untuk sistem isu-isu akuntansi yang luas juga
terlihat dalam laporan Komite Kedua yang meneliti praktek-praktek yang
berlaku yang berkaitan dengan pembayaran rekening oleh Treasury dan
masing-masing departemen. The JCPA berpendapat bahwa sistem yang ada
terlalu terfragmentasi dan merekomendasikan bahwa Treasury dilakukan
langsung bertanggung jawab atas pembayaran semua uang dengan
pengecualian gaji dan upah. Panitia berpendapat bahwa setiap sistem baru
harus: meningkatkan kontrol Treasury atas dana; mengurangi duplikasi dan
membawa skala ekonomi. Sekali lagi, seperti dengan pertanyaan ke kejujuran,
laporan komite tentang isu-isu akuntansidepartemen dan sistem yang luas
tidak berasal dari sumber-sumber dinominasikan pada saat pendiriannya

Jurnal 14

Keterangan
Judul Accounting and Public Sector Reforms : A Study of a Continuously Evolving
Governmental Agency in Australia
Pengarang Monir Zaman Mir & Abu Shiraz Rahaman
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 20 No. 2 tahun 2015
Tujuan untuk mengeksplorasi peran akuntansi dalam proses reformasi
lembaga pemerintah yang terus berkembang di Australia negara bagian New
South Wales
Kajian teori Reformasi sektor publik yang sedang berlangsung telah membuat DPWS
departemen terus berkembang di pemerintah NSW dengan perubahan
struktural yang luas terjadi hampir secara terus menerus. Perubahan ini
merupakan kompromi antara struktur departemen tradisional dan sistem
desentralisasi administrasi dan telah menghasilkan penciptaan beberapa divisi
dalam DPWS yang menikmati otonomi penuh dalam hal keuangan dan
manajerial. Berdasarkan sifat kompleks, DPWS memiliki sejumlah besar
pemangku kepentingan termasuk Menteri yang bertanggung jawab dari
Departemen, klien, badan pengatur, instansi pemerintah lainnya, dan bank,
antara lain. Sementara penghasut awal untuk proses reformasi ini dalam
DPWS adalah Pemerintah negara, semua pemangku kepentingan lainnya terus
berkontribusi pada reformasi yang sedang berlangsung dalam organisasi.
Pembahasan Reformasi sektor publik yang sedang berlangsung telah membuat DPWS
departemen terus berkembang di pemerintah NSW dengan perubahan
struktural yang luas terjadi hampir secara terus menerus. Perubahan ini
merupakan kompromi antara struktur departemen tradisional dan sistem
desentralisasi administrasi dan telah menghasilkan penciptaan beberapa divisi
dalam DPWS yang menikmati otonomi penuh dalam hal keuangan
dan manajerial. Berdasarkan sifat kompleks, dimana DPWS memiliki
sejumlah besar pemangku kepentingan termasuk Menteri yang bertanggung
jawab dari Departemen, klien, badan pengatur, instansi pemerintah lainnya,
dan bank, antara lain. Sementara penghasut awal untuk proses reformasi ini
dalam DPWS adalah Pemerintah negara, semua pemangku kepentingan
lainnya terus berkontribusi pada reformasi yang sedang berlangsung dalam
organisasi. Sebagai seorang manajer senior dari Divisi Operasi mencatat
bahwa Kami memiliki beberapa pemangku kepentingan yang memiliki
keragaman harapan. Klien dari berbagai subunit sekarang memiliki harapan
yang sama sekali berbeda. Mereka ingin diperlakukan seperti pelanggan sektor
swasta yang mengharapkan pengiriman kompetitif dari layanan. Tidak hanya
harga tetapi kualitas, keandalan dan seterusnya. Bank-bank juga meneliti
potensi kinerja keuangan kami ketika mereka meminjamkan kepada kami. Hal
ini biasanya melibatkan melihat hati-hati pada tujuan dalam konteks reformasi
dan sejauh mana kita mampu mencapai tujuan mereka. Tidak, sebelum
reformasi, kita tidak berurusan dengan bank-bank yang banyak.

Jurnal 15

Keterangan
Judul Accounting for the Public Interest: a Japanese Perspective
Pengarang Norio Sawabe
Sumber Accounting, Auditing & Accountability Journal Vol. 18 No. 5, tahun 2005
Tujuan untuk memperluas pemahaman seseorang tentang bagaimana akuntansi
membantu untuk membentuk, memediasi dan merupakan kepentingan umum,
kepentingan pribadi, dan hubungan mereka.
Kajian teori Dalam analisis tradisi sipil di Italia modern, Putnum (1993) juga menunjukkan
bahwa kepentingan pribadi dalam masyarakat sipil adalah kepentingan pribadi
yang beradab. Hal ini sepenuhnya tidak memadai untuk mengabaikan efek
motivasi kepentingan pribadi untuk berfungsi dengan baik dari setiap
masyarakat. Pada saat yang sama, kepentingan pribadi warga tidak secara
dangkal yang egois. Kepentingan pribadi subjektif dari warga terus tercermin
melalui kepentingan pribadi tujuan yang didefinisikan dalam konteks yang
luas dari masyarakat sipil. Kepentingan pribadi tidak rabun tapi tercerahkan
dan peka terhadap kepentingan tetangga. Di sinilah peran retorika sebagai seni
persuasi masuk. Seperti Lehman (2005, masalah ini) berpendapat, identitas
adalah fiksi budaya diproduksi dan ditopang oleh praktik-praktik diskursif
dominan di mana retorika akuntansi dikerahkan.
Setelah diakui bahwa kepentingan pribadi dan kepentingan umum mungkin
tidak independen satu sama lain, dan bahwa itu adalah kita sendiri yang
merupakan publik, dapat dikatakan bahwa kepentingan umum kadang-kadang
berada di preferensi individu. Preferensi tercerahkan individu menunjukkan
keterbatasan dari pendekatan atomistic teori pilihan rasional. Bunga dan
preferensi individu swasta tidak terletak dalam ruang hampa, tetapi tertanam
dalamwaktu sejarah dan ruang. Identitas individu diproduksi dan dipelihara
melalui praktek-praktek diskursif. Ada interaksi yang kompleks antara
kepentingan pribadi dan umum.
Reformasi peraturan yang berlangsung selama dua dekade terakhir di Jepang
memberikan contoh di mana kepentingan pribadi dan identitas deposan yang
dibentuk dengan mengubah kepentingan umum di tingkat kelembagaan. Pada
bagian berikut, konsep residual dari kepentingan umum digunakan untuk
melepaskan hubungan terjalin antara kepentingan publik dan kepentingan
pribadi dalam retorika reformasi regulasi.
Pembahasan Pada bulan Januari 1995, Bank of Japan dan lembaga keuangan swasta lainnya
mendirikan Tokyo Kyodo Bank untuk menggolongkan dua koperasi kredit
gagal dalam koperasi kredit Tokyo Kyowa dan koperasi kredit Anzen.
Kegagalan beberapa lembaga keuangan kecil lainnya mengikuti. MOF mampu
menengahi akuisisi bank gagal atau bermasalah oleh orang lain, tanpa
menggunakan dana publik pada tahap itu. Namun, ketika disebut-“Jusen
Mondai” naik ke permukaan kemudian di tahun 1995, lembaga keuangan
swasta menunjukkan ragu-ragu menyelamatkan bermasalah non-bank. Sebuah
perusahaan Perumahan Perusahaan Kredit bernama The Jusen didirikan
sekitar tahun 1970 oleh bank kota, bank regional, bank kepercayaan,
perusahaan asuransi jiwa, dan lembaga keuangan lainnya. Pada 1980-an, bank,
banyak dari mereka perusahaan ibu untuk Jusen Perumahan Perusahaan
Kredit, memperluas bisnis kredit perumahan mereka sendiri. Akibatnya,
Perumahan Jusen Perusahaan Kredit, yang meminjam uang dari bank-bank,
tidak diberi sumber utama keuntungan, yang memaksa mereka untuk mencari
peluang bisnis lainnya. Dengan demikian, perusahaan Pinjaman Perumahan
mulai berinvestasi dalam real estate dan real bisnis yang berhubungan dengan
real. Bisnis-bisnis baru dilakukan dengan baik karena kondisi pasar bull
sepanjang tahun 1980

Anda mungkin juga menyukai