Anda di halaman 1dari 3

REVIEW

AKSI-AKSI DEMONSTRASI DAN LAHIRNYA TRITURA


Nama : Rachela Audrey Monica
Kelas : XII IPA 2
Mata Pelajaran : Sejarah Wajib
Guru Mata Pelajaran : Feralia Eka Putri S.pd.
Hari/Tanggal : kamis/ 25 Januari 2018
Review :1

Aksi-aksi Tritura - Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau, keadaan perekonomian
makin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkan upaya pemerintah melakukan
devaluasi rupiah dan kenaikan menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat. Aksi-aksi tuntutan
penyelesaian yang seadil-adilnya terhadap pelaku G30 S PKI semakin meningkat.

Gerakan tersebut dipelopori oleh kesatuan aksi pemuda-pemuda, mahasiswa dan pelajar (KAPPI,
KAMI, KAPI), kemudian muncul pula KABI (buruh), KASI (sarjana), KAWI (wanita), KAGI
(guru) dan lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut dengan gigih menuntut penyelesaian politis
yang terlibat G-30S/PKI, dan kemudian pada tanggal 26 Oktober 1965 membulatkan barisan
mereka dalam satu front, yaitu Front Pancasila.

Setelah lahir barisan Front Pancasila, gelombang demonstrasi yang menuntut pembubaran PKI
makin bertambah meluas. Situasi yang menjurus ke arah konflik politik makin bertambah panas
oleh keadaan ekonomi yang semakin memburuk. Perasaan tidak puas terhadap keadaan saat itu
mendorong para pemuda dan mahasiswa mencetuskan Tri Tuntunan Hati Nurani Rakyat yang lebih
dikenal dengan sebutan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).

Pada 12 Januari 1966 dipelopori oleh KAMI dan KAPPI, kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung
dalam Front Pancasila mendatangi DPR-GR mengajukan tiga buah tuntutan yaitu:
1. Pembubaran PKI,
2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30S PKI,
3. Penurunan harga/perbaikan ekonomi. Tuntutan rakyat banyak agar Presiden Soekarno
membubarkan PKI ternyata tidak dipenuhi Presiden.

Sumber : http://sejarah-smu.blogspot.co.id/2015/10/aksi-aksi-tritura.html
REVIEW

AKSI-AKSI DEMONSTRASI DAN LAHIRNYA TRITURA


Nama : Rachela Audrey Monica
Kelas : XII IPA 2
Mata Pelajaran : Sejarah Wajib
Guru Mata Pelajaran : Feralia Eka Putri S.pd.
Hari/Tanggal : kamis/ 25 Januari 2018
Review :2

Pada tanggal 11 Maret 1966 di Istana Negara diadakan Sidang Kabinet Dwikora yang telah
disempurnakan yang dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno dengan tujuan untuk mencari jalan
keluar terbaik agar dapat menyelesaikan krisis yang memuncak secara bijak.
Ketika sidang tengah berlangsung, ajudan presiden melaporkan bahwa di sekitar istana terdapat
pasukan yang tidak dikenal. Untuk menghindari segala sesuatu yang tidak diinginkan, maka
Presiden Soekarno menyerahkan pimpinan sidang kepada Waperdam II (Wakil Perdana Menteri
II) Dr J. Laimena. Dengan helikopter, Presiden Soekarno didampingi Waperdam I, Dr Subandrio,
dan Waperdam II Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Seusai sidang kabinet, Dr J. Laimena pun
menyusul ke bogor.

Tiga orang perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan
Brigadir Jenderal Amir Machmud menghadap Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri Panglima
Angkatan Darat dan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Pangkopkamtib) untuk minta izin akan menghadap presiden. Pada hari itu juga, tiga orang perwira
tinggi sepakat untuk menghadap Presiden Soekarno di Istana Bogor dengan tujuan untuk
meyakinkan kepada Presiden Soekarno bahwa ABRI khususnya AD tetap siap siaga mengatasi
keadaan.

Di Istana Bogor Presiden Soekarno didampingi Dr Subandrio, Dr J. Laimena, dan Chaerul Saleh
serta ketiga perwira tinggi tersebut melaporkan situasi di ibukota Jakarta. Mereka juga memohon
agar Presiden Soekarno mengambil tindakan untuk mengatasi keadaan. Kemudian presiden
mengeluarkan surat perintah yang ditujukan kepada Letnan Jenderal Soeharto selaku Menteri
Panglima Angkatan Darat untuk mengambil tindakan menjamin keamanan, ketenangan, dan
kestabilan jalannya pemerintahan demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Adapun yang merumuskan surat perintah tersebut adalah ketiga perwira tinggi, yaitu Mayor
Jenderal Basuki Rakhmat, Brigadir Jenderal M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal Amir Machmud
bersama Brigadir Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal Presiden Cakrabirawa. Surat
itulah yang kemudian dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar

sumber : http://sejarah-smu.blogspot.co.id/2014/03/surat-perintah-11-maret-1966-atau.html

Anda mungkin juga menyukai