Contoh Kasus :
Laporan Keuangan diaudit PT E&Y, Joko Mogginta bawa kasus AISA ke Polda.
Jakarta, 02 April 2019, kisruh di tubuh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA)
masih berlanjut mantan direktur utama perusahaan, Stefanus Joko Mogoginta,
akhirnya melaporkan manajemen baru perseroan ke kepolisian.
Laporan kepolisian ini diajukan karena Joko Mogoginta menilai manajemen baru
Tiga Pilar bertanggungjawab dalam mengendalikan dan menyebarkan laporan hasil
audit investigasi yang dterbitkan PT E&Y sebagai auditor yang juga ikut dilaporkan.
Sebelumnya Joko juga menyerang PT E&Y bahwa laporan investigasi tersebut tak
sesuai dengan penerapan good corporate governance (GCG) perusahaan. Menurut
dia, pelaporan yang diajukan pada tanggal 1 April kemarin ini ditempuh karena
laporan hasil investigasi PT E&Y dinilai inkonklusif dan tendensius. Selain itu, dia
menilai ada kesengajaan yang dilakukan dan direncanakan secara melawan hukum.
PT Ernst and Young (PT E&Y) dinili melanggar Undang Undang Nomor 5 tahun
2011 tentang Akuntan Publik. Pasalnya, perusahaan jasa konsultasi keuangan dengan
merk asing tersebut melakukan audit investigasi atas laporan keuangan tahun 2017 PT
Tiga Pilar Sejahtera Food TBK (AISA) sehingga menyalahi aturn UU Akuntan
Publik.
Menurut dewan kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Anton Silalahi, audit
investigasi merupakan jasa assurance dan itu merupakan hak akuntan publik
sebagaimana tercantum dalam UU Akuntan Publik. Atas tindakan yang dilakukan PT
E&Y tersebut, Anton menilai telah terjadi pelanggaran sehingga dapat dipidanakan
tanpa delik aduan. Ia menjelaskan dalam pasal 33 disebutkan Akuntan Publik
memberikan jasa asurans seperti jasa atas informasi keuangan historis, jasa review
atas informasi keuangan assurance dan jasa asurans lainnya. Anton menjelaskan
bahwa audit investigasi juga merupakan jasa assurance, namun sayangnya PT E&Y
tersebut bukan Akuntan Publik.
Lebih jauh, dia menegaskan dalam pasal 57 ayat 2 menyebutkan bahwa stiap
orang yang bukan akuntan public tetapi menjalankan profesi akuntan dan bertindak
seolah olah sebagai Akuntan Publik sebagaimana diatur dalam UU ini, dipenjara
selama 6 tahun penjara dan pidana denda paling banyak Rp500 Juta. Kasus ini
bermula dari laporan keuangan AISA untuk tahun buku 2017 yang dipersoalkan
manajemen baru yang ditunjuk pada Oktober 2018. Padahal dalam amanat Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) AISA pada akhir Oktober 2018 lalu
mengamanatkan untuk dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dan/atau
Konsultan Hukum Independen. Sayangnya, audit inestigasi tersebut justru dilakukan
oleh PT Ernst & Young Indonesia. Menanggapi hal tersebut, ketua Ikatan Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) Tarkosunaryo mengatakan PT Ernst & Young Indonesia
bukanlah KAP dan penandatanganan laporan investigasi tersebut juga bukan
dilakukan Akuntan Publik.
Analisa :
Dalam kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA) ini, ada beberapa permasalahan
yang terjadi, baik dari pihak manajemen PT Tiga Pilar Sejahtera yang baru maupun
dari pihak PT E&Y sendiri. Yaitu :