Anda di halaman 1dari 19

USULAN PENELTIAN DISERTASI

BENCHMARKING PERSEPAKBOLA DUNIA DALAM KONTEKS PENDAPATAN

DAN LABA ATAU RUGI DI LAPORAN KEUANGAN

(Studi Kasus pada Tujuh Klub English Premier League)

Indriati Rochmah Darmayanti

NIM: 1272200048

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persepakbolaan sudah menjadi primadona Dunia sejak lama. Peminatnya banyak

dari kalangan muda sampai dengan kalangan tua dan dari kalangan miskin sampai dengan

kalangan elit. Persepakbolaan membentuk klub-klub dimana awalnya didefinisikan

sebagai lembaga atau organisasi nirlaba yang tidak berorientasi terhadap laba.

Persepakbolaan Dunia bermula di Inggris sehingga Inggris memiliki kuasa dalam

mengubah klub-klub persepakbolaan Dunia dari lembaga atau organisasi nirlaba menjadi

perusahaan yang berorientasi terhadap laba pada tahun 1970-an (Pavlović dkk., 2013).

Mengingat dunia persepakbolaan lebih dari sekedar olahraga, Inggris memegang tombak

persepakbolaan Dunia sehingga peraturan persepakbolaan Dunia berkiblat ke Inggris

(Pavlović dkk., 2013).

Perubahaan definisi klub pesepakbolaan Dunia dari nirlaba menjadi Perusahaan

yang berorientasi terhadap laba (Hizkia dan Kiswara, 2018; Pavlović dkk., 2013), maka

para investor khususnya kalangan elit yang menyukai persepakbolaan Dunia berbondong-

bondong mencari klub persepakbolaan Dunia yang memberikan deviden memuaskan

(Samagaio, Couto, dan Caiado, 2009) dan tentunya sesuai harapan para investor (Hizkia

dan Kiswara, 2018). Gazzola dan Amelio (2016) mengatakan bahwa persepakbolaan

bukan hanya sebuah permainan semata akan tetapi menjadi pasar persepakbolaan yang

cukup penting bagi para investor.

2
Untuk menarik para Investor, Perusahaan klub persepakbolaan Dunia diharuskan

membuat laporan tahunan Perusahaan dimana laporan tersebut berisikan informasi

keuangan dan non-keuangan sehingga dapat menjadi pertimbangan para investor untuk

menanamkan uangnya (Cahyaningtyas dkk., 2015). Hal ini menarik di pasar

persepakbolaan masa kini, dimana adanya manajer Perusahaan dan para investor yang

memiliki tujuan berbeda. Manajer Perusahaan lebih mengetahui kondisi Perusahaan

dibanding dengan para investor yang hanya berpedoman pada informasi dari manajer

Perusahaan secara skeptif dan memberikan sumber daya kepada Perusahaan yang dipilih

(Nosal, 1992).

Teori agensi mengungkapkan bahwa manajer Perusahaan sebagai agen diberikan

wewenang oleh para investor sebagai prinsipal untuk mengelola Perusahaan sehingga

diharuskan melakukan sebuah service sesuai dengan kepentingan prinsipal. Prinsipal

menyediakan sumber daya bagi pihak agen untuk menjalankan perusahaan (Jensen dan

Meckling, 1976). Hal ini akan rentan terhadap konflik keagenan yang disebabkan karena

adanya perbedaan kepentingan. Agen lebih mengetahui kondisi perusahaan yang

sebenarnya dibandingkan dengan prinsipal, tambahan informasi yang mungkin dimiliki

agen ini dinamakan informasi pribadi (Deegan, 2004; Jensen dan Meckling, 1976).

Teori agensi jika dikaitkan dengan penelitian ini, yatitu eksekutif-eksekutif klub

maupun kompetisi English Premier League seperti pemilik klub, dan jajaran direksi klub

sebagai organisasi yang menjalankan kegiatan ekonomi atau finansial (principal) yang

harus mampu menyelaraskan atau berhubungan baik dengan manajemen klub di lapangan

seperti para pemain, pelatih, staf kepelatihan, maupun orang-orang lainnya yang

3
menjalankan bagian klub di bidang olahraga sepak bola atau sebagai sebuah klub sepak

bola (agent).

Pavlović dkk. (2013) mengatakan bahwa laporan keuangan persepakbolaan masa

kini sangat diperlukan agar bisa bersaing di pasar persepakbolaan. Hizkia dan Kiswara

(2018) mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan klub dan keuntungan atau kerugiannya

tidak menjadi halangan kinerja klub atau tingkat daya saing English Premier League.

Franck (2014) mengatakan bahwa FFP tidak hanya melindungi stabilitas keuangan

sistemik tetapi juga memiliki efek samping yang positif untuk menjaga ketegangan dalam

sistem sepak bola terbuka Eropa.

Kurangnya dalam pembuatan laporan keuangan yang baik dalam klub

persepakbolaan Dunia, menjadi prihatin para investor, bahkan penerapan skema neraca

umum untuk pelaporan keuangan klub sepakbola dan membuat laporan keuangan dasar

saja hampir tidak berguna dalam memahami status dan perkembangan klub (Pavlović

dkk., 2013). Hal ini sangat disayangkan, oleh karenanya perlu perbaikan dalam membuat

laporan keuangan klub sepak bola minimal sesuai standar akuntansi yang berlaku. Hal ini

menjadi menarik bagi peneliti bahwa dengan membuat laporan keuangan klub sepak bola

kurang baik atau tidak sesuai standar akuntansi yang berlaku dapat mempengaruhi

pendapatan dan laba atau rugi.

Semakin rendahnya pendapatan maka akan rugi yang didapat, jika sudah rugi yang

di dapat maka mempengaruhi uang bonus dan gaji para pemain sepak bola. Uang bonus

dan gaji pemain yang semakin tidak sesuai maka klub sepak bola khususnya para pemain

tidak maksimal dalam kinerja yang dilakukan. Kinerja semakin menurun sehingga

mempengaruhi efisiensi (García-Cebrián dkk., 2018; Wyszyński, 2016) klub sepak bola

4
tersebut. Oleh karenanya pentingnya dalam memperbaiki laporan keuangan klub sepak

bola demi persaingan pasar dan demi sumber daya yang diperoleh.

Wyszyński (2016) menemukan bahwa teknologi klub yang efisien didasarkan,

pertama-tama, untuk menghasilkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dalam kaitannya

dengan biaya gaji para pemain. Hal ini memungkinkan klub yang efisien untuk lebih

efektif (dibandingkan dengan klub yang tidak efisien) mengubah masukan mereka

menjadi keluaran. García-Cebrián dkk. (2018) mengungkapkan bahwa terdapat tingkat

efisiensi yang rendah pada sembilan musim yang diamati. Ada korelasi kuat antara hasil

olahraga dan efisiensi semifinalis. Peningkatan efisiensi klub dapat meningkatkan hasil

olahraganya.

Pada penelitian ini lebih kepada membandingkan dan menganalisis laporan

keuangan dalam konteks pendapatan dan laba atau rugi dari tujuh klub English Premier

League pada tahun 2019-2022. Tujuh klub English Premier League terdiri dari

Manchester United, Arsenal, Everton, Tottenham Hotspur, Chelsea, Manchester City dan

Leicester City. Metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis kualitatif

komparatif dengan statistika deskriptif eksplanatori. Penelitian ini merupakan penelitian

secara mendalam mengenai objek penelitian dengan statistika deskriptif yang berfungsi

sebagai penjelas terhadap data-data yang ada agar data tersebut lebih mudah dipahami.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perbandingan pendapatan dan laba atau rugi sebuah klub dengan

prestasi klub?

5
2. Bagaimana perbandingan pendapatan dan laba atau rugi terhadap tingkat kekompotiti-

fan English Premier League?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui secara mendalam perbandingan pendapatan dan laba atau rugi

sebuah klub dengan prestasi klub.

2. Untuk mengetahui secara mendalam pendapatan dan laba atau rugi terhadap tingkat

kekompotitifan English Premier League.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Praktisi

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi

perusahaan dibidang olahraga mengenai pentingnya membuat laporang keuangan

sesuai standar akuntansi yang berlaku.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

serta memberikan gambaran jelas bagi para peneliti selanjutnya yang ingin

melakukan penelitian terkait benchmarking.

6
BAB II

TINJAUAN PUSATAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori agensi mengungkapkan bahwa manajer Perusahaan sebagai agen diberikan

wewenang oleh para investor sebagai prinsipal untuk mengelola Perusahaan sehingga

diharuskan melakukan sebuah service sesuai dengan kepentingan prinsipal. Prinsipal

menyediakan sumber daya bagi pihak agen untuk menjalankan perusahaan (Jensen dan

Meckling, 1976). Hal ini akan rentan terhadap konflik keagenan yang disebabkan karena

adanya perbedaan kepentingan. Agen lebih mengetahui kondisi perusahaan yang

sebenarnya dibandingkan dengan prinsipal, tambahan informasi yang mungkin dimiliki

agen ini dinamakan informasi pribadi (Deegan, 2004; Jensen dan Meckling, 1976).

Teori agensi jika dikaitkan dengan penelitian ini, yatitu eksekutif-eksekutif klub

maupun kompetisi English Premier League seperti pemilik klub, dan jajaran direksi klub

sebagai organisasi yang menjalankan kegiatan ekonomi atau finansial (principal) yang

harus mampu menyelaraskan atau berhubungan baik dengan manajemen klub di lapangan

seperti para pemain, pelatih, staf kepelatihan, maupun orang-orang lainnya yang

menjalankan bagian klub di bidang olahraga sepak bola atau sebagai sebuah klub sepak

bola (agent).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


No. Nama dan Tahun Judul Penelitian Temuan
Peneliti

7
1. Hizkia dan Kiswara Perbandingan Tingkat pendapatan
(2018) Pendapatan dan Laba klub dan keuntungan
atau Rugi Terhadap atau kerugiannya
Prestasi Klub Dan tidak menjadi
Tingkat halangan kinerja klub
Kekompetitifan atau tingkat daya
English Premier saing English
League Premier League.
2. Pavlović dkk. Financial Reporting Kekurangan dari
(2013) of Football Clubs in skema
R. Serbia penyeimbangan yang
ditentukan untuk
tujuan pelaporan
klub sepak bola, serta
periode pelaporan
yang tidak memadai.
Penerapan skema
neraca umum untuk
pelaporan klub
sepakbola membuat
laporan keuangan
dasar hampir tidak
berguna dalam
memahami status dan
perkembangan klub.
3. Franck (2014) Financial Fair Play in Setelah pengenalan
European Club manajer FFP harus
Football – What is it menjalankan klub
all about? berdasarkan
anggaran yang tetap
dalam batas keras
ditarik oleh
pendapatan sepak
bola mereka dan
"penyimpangan yang
dapat diterima"
didefinisikan dalam
peraturan FFP.
Dengan
memperkenalkan
kendala anggaran
yang sulit, FFP
mengembalikan
insentif untuk
"manajemen yang
baik" dalam industri
yang telah merosot
menjadi "perlombaan
zombie" dengan
jumlah peserta yang

8
bangkrut secara
teknis terus
meningkat, yang
bergantung pada
diselamatkan oleh
subsidi negara
dan/atau suntikan
uang pribadi setiap
tahun.
4. García-Cebrián Efficiency in Peningkatan efisiensi
dkk. (2018) European football klub dapat
teams using meningkatkan hasil
WindowDEA: olahraganya.
Analysis and
evolution
5. Wyszyński (2016) Efficiency Of Teknologi klub yang
Football Clubs In efisien didasarkan,
Poland pertama-tama, untuk
menghasilkan
pendapatan yang jauh
lebih tinggi dalam
kaitannya dengan
biaya gaji para
pemain. Hal ini
memungkinkan klub
yang efisien untuk
lebih efektif
(dibandingkan
dengan klub yang
tidak efisien)
mengubah masukan
mereka menjadi
keluaran.

9
BAB III

KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Proses Berpikir

Kurangnya dalam pembuatan laporan keuangan yang baik dalam klub

persepakbolaan Dunia, menjadi prihatin para investor, bahkan penerapan skema neraca

umum untuk pelaporan keuangan klub sepakbola dan membuat laporan keuangan dasar

saja hampir tidak berguna dalam memahami status dan perkembangan klub (Pavlović

dkk., 2013). Hal ini sangat disayangkan, oleh karenanya perlu perbaikan dalam membuat

laporan keuangan klub sepak bola minimal sesuai standar akuntansi yang berlaku. Hal ini

menjadi menarik bagi peneliti bahwa dengan membuat laporan keuangan klub sepak bola

kurang baik atau tidak sesuai standar akuntansi yang berlaku dapat mempengaruhi

pendapatan dan laba atau rugi.

Semakin rendahnya pendapatan maka akan rugi yang didapat, jika sudah rugi yang

di dapat maka mempengaruhi uang bonus dan gaji para pemain sepak bola. Uang bonus

dan gaji pemain yang semakin tidak sesuai maka klub sepak bola khususnya para pemain

tidak maksimal dalam kinerja yang dilakukan. Kinerja semakin menurun sehingga

mempengaruhi efisiensi (García-Cebrián dkk., 2018; Wyszyński, 2016) klub sepak bola

tersebut. Oleh karenanya pentingnya dalam memperbaiki laporan keuangan klub sepak

bola demi persaingan pasar dan demi sumber daya yang diperoleh.

Wyszyński (2016) menemukan bahwa teknologi klub yang efisien didasarkan,

pertama-tama, untuk menghasilkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dalam kaitannya

dengan biaya gaji para pemain. Hal ini memungkinkan klub yang efisien untuk lebih

10
efektif (dibandingkan dengan klub yang tidak efisien) mengubah masukan mereka

menjadi keluaran. García-Cebrián dkk. (2018) mengungkapkan bahwa terdapat tingkat

efisiensi yang rendah pada sembilan musim yang diamati. Ada korelasi kuat antara hasil

olahraga dan efisiensi semifinalis. Peningkatan efisiensi klub dapat meningkatkan hasil

olahraganya.

3.2 Kerangka Konseptual

Pendapatan_ Sebuah klub dengan


X1 prestasi klub_Y1

Tingkat kekompotitifan
Laba atau
English Premier
Rugi_X2
League_Y2

Gambar 3.1 Keragka Konseptual

3.3 Hipotesis

3.3.1 Perbandingan Pendapatan dan Laba atau Rugi Klub dengan Prestasi Klub

Kompetisi utama liga Inggris atau English Premier League memiliki 20 tim yang

bermain selama satu musim kompetisi. Dalam 20 tim tersebut, tidak semua dapat

dikategorikan tim besar atau tim yang memiliki sejarah bagus di liga. Tim dengan

kategori sebagai tim besar biasanya didukung dengan keadaan keuangan yang sangat baik

dalam tubuh klub sehingga tidak memiliki masalah dalam hal pengeluaran dan

pemasukan klub dan juga proses audit di akhir tahun yang dapat mengancam kesehatan

keuangan klub. Menariknya, 3 sampai 4 tahun belakangan ini terjadi fenomena yang unik

di liga Inggris. 2 Klub yang menjadi sorotan adalah Manchester United dan Leicester

City. Manchester United merupakan tim tersukses yang ada di Britania Raya, dan KPMG

(2017) mencatat bahwa Manchester United adalah klub kedua terkaya di dunia dan

11
terkaya di Britania Raya. Tetapi, 4 tahun belakangan ini, Manchester United tidak mampu

naik lebih jauh dari peringkat 4 klasemen liga. Terakhir, di musim 2015/2016, Manchester

United hanya mampu berdiri di posisi 5 klasemen. Sebaliknya, Leicester City adalah tim

semenjana yang lebih sering menghuni divisi bawah liga dibandingkan Manchester

United. Tetapi, musim lalu Leicester City dengan sangat mengejutkan mampu meraih

gelar juara liga Inggris, mengalahkan pesain-pesaing kuat seperti Manchester United,

Chelsea, dan Manchester City. Leicester City merupakan tim yang baru saja promosi ke

liga utama pada musim sebelumnya dan hanya mampu berada di peringkat 14 klasemen.

H1 = Perbandingan pendapatan dan laba atau rugi mempengaruhi sebuah klub dengan

prestasi klub.

3.3.2 Perbandingan Pendapatan dan Laba atau Rugi terhadap Tingkat Kekom-

petitifan English Premier League

Pada tahun 2016, KPMG melakukan sebuah riset mengenai penilaian atau value

klub sepak bola di benua Eropa. KPMG menganalisis segi finansial, prestasi, sponsor,

dan aspek-aspek lain dari liga-liga di Eropa secara keseluruhan. KPMG (2017) mencatat

bahwa dari daftar 10 klub terkaya yang ada di Eropa, 5 diantaranya adalah klub liga

Inggris. Hal ini membuktikan dominasi liga Inggris dari segi finansial, kesepakatan

dengan sponsor, maupun nilai jual liga Inggris sendiri. Sedangkan dari 32 klub secara

keseluruhan yang diurutkan secara peringkat, liga Inggris menempatkan 7 klub nya dalam

penilaian kekayaan klub Eropa tersebut. Dari fakta yang ada tersebut, bisa dinilai

bagaimana ketatnya persaingan di liga Inggris sendiri. Dengan kekuatan finansial dan

gaya bermain yang lain dibandingkan liga-liga lain, liga Inggris dianggap sebagai yang

paling ketat dan kompetitif.

12
H2 = Perbandingan pendapatan dan laba atau rugi mempengaruhi terhadap tingkat

kekompotitifan English Premier League.

13
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah rencana menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal

yang akan dilakukan peneliti mulai dari membuat hipotesis dan implikasinya secara

operasional sampai pada analisa akhir, data yang selanjutnya disimpulkan dan diberikan

saran. Suatu desain penelitian menyatakan, baik struktur masalah penelitian maupun

rencana penyelidikan yang akan dipakai untuk memperoleh bukti empiris mengenai

hubungan-hubungan dalam masalah.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah klub di English Premier League. Sampel

adalah tujuh klub yang ada di English Premier League yaitu Manchester United,

Manchester City, Chelsea, Arsenal, Everton, Tottenham Hotspur, dan Leicester City.

4.3 Definisi Konsep dan Operasional Variabel Penelitian

4.3.1 Prestasi Klub

Variabel operasional pertama dalam penelitian ini adalah prestasi klub. Kinerja

maupun prestasi kerja dapat diartikan sebagai pencapaian hasil kerja oleh seseorang

ataupun sekelompok orang. Kinerja perorangan dengan kinerja lembaga atau memiliki

hubungan yang cukup kuat atau erat. Dengan perkataan lain bila kinerja perorangan baik,

maka kemungkinan besar kinerja lembaganya juga baik. Dalam kaitannya dengan prestasi

klub sepak bola, di era modern ini keuangan klub disebut menjadi salah satu kunci untuk

meraih prestasi selain taktik dan strategi di lapangan yang dilakukan oleh pemain dan staf

14
kepelatihan. Staf manajerial dan pengurus harian klub menjadi obyek yang cukup penting

dalam bidang non-teknis klub seperti penyusunan laporan keuangan, strategi pemasaran,

strategi penyusunan pendapatan dan pengeluaran klub, dan hal-hal lain yang sifatnya non-

teknis. Dalam penelitian ini, faktor yang akan menjadi alat perbandingan dalam laporan

keuangan klub adalah penurunan pendapatan tahunan klub (revenue) dan kenaikan atau

penurunan laba atau rugi tahunan klub (profit/loss) yang akan dilakukan perbandingan

dengan minimal 3 tahun laporan keuangan klub.

4.3.2 Tingkat Kekompetitifan

Variabel operasional kedua dalam penelitian ini adalah tingkat kekompetitifan

English Premier League. KPMG (2017) mencatat bahwa dari daftar 10 klub terkaya yang

ada di Eropa, 5 diantaranya adalah klub liga Inggris. Hal ini membuktikan dominasi liga

Inggris dari segi finansial, kesepakatan dengan sponsor, maupun nilai jual liga Inggris

sendiri. Sedangkan dari 32 klub secara keseluruhan yang diurutkan secara peringkat, liga

Inggris menempatkan 7 klub nya dalam penilaian kekayaan klub Eropa tersebut. Dari

fakta yang ada tersebut, bisa dinilai bagaimana ketatnya persaingan di liga Inggris sendiri.

Dengan kekuatan finansial dan gaya bermain yang lain dibandingkan liga-liga lain, liga

Inggris dianggap sebagai yang paling ketat dan kompetitif. Dengan label liga paling ketat

dan kompetitif di dunia, penelitian ini akan menganalisis seberapa besar tingkat

kekompetitifan liga Inggris dalam periode musim 2019/2020 hinga 2021/2022.

4.3.3 Pendapatan Klub

Variabel operasional ketiga dalam penelitian ini adalah pendapatan klub.

International Accounting Standards (1995) mendefinisikan pendapatan sebagai

pemasukan dari manfaat ekonomi (kas, piutang dan aset lain) yang berasal dari aktivitas

15
operasional reguler sebuah entitas seperti penjualan barang, penjualan jasa, bunga,

royalti, dan dividen. UEFA (2015) dalam UEFA Financial Fair Play Regulations

memasukkan empat jenis pendapatan yang harus dicantumkan sebuah klub ke dalam

laporan keuangan nya yaitu pendapatan dari tiket pertandingan, sponsor dan periklanan,

hak penyiaran pertandingan, dan komersial. Hal ini juga didukung oleh Deloitte dalam

Deloitte Football Money League yang mendeskripsikan pendapatan dua puluh klub di

dunia dengan pendapatan tertinggi setiap tahunnya dan memasukkan kategori sponsor

dan periklanan ke dalam kategori pendapatan komersial. Dalam kaitan nya dengan sepak

bola, Szymanski dan Kuypers (1999), dalam Samagaio, Couto, dan Caiado (2009)

mengatakan bahwa semakin meningkatnya performa klub di liga akan semakin

meningkatkan pendapatan. Barajas dkk. (2005) mengatakan bahwa perolehan pendapatan

dapat membuat sebuah klub untuk merekrut pemain dengan kualitas lebih baik pada

musim berikutnya sehingga mampu mencapai prestasi yang lebih baik.

4.3.4 Laba atau Rugi

Variabel operasional keempat dalam penelitian ini adalah laba atau rugi klub.

International Accounting Standards (2009) menyatakan bahwa dalam laporan keuangan,

secara spesifik dalam laporan laba rugi, laba atau rugi adalah pemasukan yang dikurangi

oleh beban, diluar seluruh pendapatan komprehensif. International Financial Reporting

Standard (2017), mengutip IASB (2015) bahwa laba atau rugi adalah:

“components of income or expenses related to assets and liabilities measured at current

values if the components are separately identified and are of the type that would arise if

the related assets and liabilities were measured at historical cost”

16
Dalam kaitannya dengan sepak bola, Dobson dan Goddard (2004) dalam Samagaio,

Couto, dan J (2009) mengatakan bahwaklub Inggris dalam konteks finansial lebih

memaksimalkan pendapatan (revenue) dan kemenangan secara konteks pertandingan

dibandingkan memaksimalkan profit.

4.4 Instrumen Penelitian

Alat Ukur untuk prestasi klub adalah jumlah gelar per tahun. Jumlah gelar diambil

dari beberapa kompetisi dalam masing-masing tahun yaitu English Premier League, FA

Cup, EFL Cup, FA Community Shield, dan kompetisi Eropa seperti UEFA Champions

League atau UEFA Europa League. Alasannya adalah karena kompetisi merupakan

kompetisi utama dalam satu musim yang dijalankan (kompetisi mayor).

Alat ukur untuk tingkat kekompetitifan English Premier League adalah peringkat

klasemen dalam English Premier League pada masing-masing tahunnya. Alasannya

adalah karena tingkat persaingan yang terjadi pada tujuh klub tersebut terjadi di kompetisi

English Premier League.

4.5 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan adalah analisis kualitatif komparatif

dengan statistika deskriptif eksplanatori. Penelitian ini merupakan penelitian secara

mendalam mengenai objek penelitian dengan statistika deskriptif yang berfungsi sebagai

penjelas terhadap data-data yang ada agar data tersebut lebih mudah dipahami.

17
DAFTAR PUSTAKA

Barajas, A., Carlos, F.-J., & Liz, C. (2005). Does Sports Performance Influence Revenues
and Economic Results in Spanish Football? Munich Personal RePEc Archive,
3234.

Cahyaningtyas, S. R., Sasanti, E. E., & Husnaini, W. (2015). Corporate Governance and
Different Types of Voluntary Disclosure: Evidence from Companies Listed on the
Stock Exchange Indonesia. International Journal of Applied Business and
Economic Research, 13(7).

Deegan, C. (2004). Environmental disclosures and share prices—a discussion about


efforts to study this relationship. Accounting Forum, 28(1).

Franck, E. (2014). Financial Fair Play in European Club Football – What is it all about?
UZH Business Working Paper Series(328).

García-Cebrián, L. I., Zambom-Ferraresi, F., & Lera-López, F. (2018). Efficiency in


European football teams using WindowDEA: Analysis and evolution.
International Journal of Productivity and Performance Management.
doi://doi.org/10.1108/IJPPM-02-2018-0053

Gazzola, P., & Amelio, S. (2016). Impairment Test in the Football Team Financial
Reports. Procedia – Social and Behavioral Science(220), 105-114.

Hizkia, J. P., & Kiswara, E. (2018). Perbandingan Pendapatan Dan Laba Atau Rugi
Terhadap Prestasi Klub Dan Tingkat Kekompetitifan English Premier League
(Studi Kasus Pada Tujuh Klub English Premier League). Diponegoro Journal of
Accounting, 8(1).

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4).

KPMG. (2017). Football Clubs’ Valuation: The European Elite 2017.


http://home.kpmg.com, Diakes pada 31 Mei 2017.

Nosal, E. (1992). Discussion of voluntary financial disclosure in an entry game with


continua of types. Contemporary Accounting Research, 9(1).

Pavlović, V., Mijatović, P., & Milačić, S. (2013). Financial Reporting of Football Clubs
in R. Serbia. Management Journal for Theory and Practice Management.
doi:10.7595/management.fon.2013.0013

18
Samagaio, A., Couto, E., & Caiado, J. (2009). Sporting, Financial, and Stock Market
Performance in English Football: An Empirical Analysis of Structural
Relationships. CEMAPRE Working Papers(906).

Samagaio, A., Couto, E., & J, C. (2009). Sporting, Financial, and Stock Market
Performance in English Football: An Empirical Analysis of Structural
Relationships. CEMAPRE Working Papers, 906(Lisbon: Technical University of
Lisbon).

Szymanski, S., & Kuypers, T. (1999). Winners and Losers: The Business Strategy of
Football. London: Viking.

UEFA. (2015). UEFA Financial Fair-Play Regulations 2015. http://www.uefa.com,


Diakses pada 25 April 2017.

Wyszyński, A. (2016). Efficiency Of Football Clubs In Poland. Olsztyn Economic


Journal, 11(1).

19

Anda mungkin juga menyukai