Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“Diversifikasi pendapatan dalam Bisnis Olahraga: Kasus Klub Sepak Bola”

DISUSUN OLEH :

Nama:Muhammad Irsyad

Kelas:PJKR B

Nim:210301501036

FAKULTAS ILMU ILMU KEOLAHRAGAAN

NIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR
Assalamulaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat, nikmat,
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Diversifikasi
pendapatan dalam Bisnis Olahraga: Kasus Klub Sepak Bola” dengan tepat waktu.
Ucapan terimakasih juga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapakan adanya kritik dan
saran yang bersifat positif dan membangun dari rekan-rekan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................6

BAB II...........................................................................................................................7

PEMBAHASAN............................................................................................................7

A. Diversifikasi........................................................................................................7

B. Kinerja Keuangan.............................................................................................10

C. Diversifikasi pendapatan dalam Bisnis Olahraga: Kasus Klub Sepak Bola.....10

BAB III........................................................................................................................24

PENUTUP...................................................................................................................24

A. Kesimpulan.......................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sepak bola merupakan olahraga yang paling digemari di seluruh dunia.

Popularitas tersebut membuat sepak bola bukan hanya sekedar olahraga untuk

digeluti dan dinikmati, melainkan memberikan peluang dari aspek bisnis.

Perkembangan industri sepak bola yang semakin pesat membuat peta persaingan

tidak hanya sebatas pada memenangkan kompetisi, namun juga persaingan dalam

menghasilkan profit.

Popularitas klub-klub sepak bola memberikan dampak pada pendapatan yang

diperoleh klub tersebut [Pranata and Supatmi, 2014]. Pendapatan klub sepak bola

yang bersumber dari sponsorship, penjualan tiket pertandingan, serta penjualan

berbagai macam merchandise merupakan sumber pendapatan yang dapat menopang

kelangsungan usaha klub sepak bola [Haryoprasetyo and Kiswara, 2013].

Fakta kepopuleran sepak bola mendorong setiap klub untuk memperoleh

pemasukan dari setiap penggemar yang menonton pertandingan ke stadion melalui

penjualan tiket. Kepopuleran sepak bola juga menarik perhatian berbagai sponsor dan

stasiun televisi [Hidayat, 2010]. Liga Inggris merupakan salah satu liga terpopuler di

dunia serta merupakan liga dengan persaingan yang paling kompetitif. Persaingan

klub sepak bola di Inggris tidak hanya sebatas pada kompetisi pertandingan,
melainkan juga persaingan dalam memenangkan pangsa pasar dan memperoleh

pendapatan.

Salah satu faktor yang diyakini mempengaruhi kinerja keuangan klub sepak

bola adalah strategi diversifikasi. Perusahaan memiliki opsi melakukan

pengembangan usaha atau mengurangi skala ekonomis usaha untuk kebutuhan jangka

panjangnya [Sari, et al, 2014]. Diversifikasi usaha diperlukan untuk memperoleh

pendapatan yang maksimal. Perusahaan yang menerapkan diversifikasi usaha

memiliki optimisme bahwa dengan keanekaragaman usaha yang dimiliki maka akan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan [Salindeho et al, 2018]. Sumber

pendapatan utama klub sepak bola berasal dari 3 segmen, yaitu pendapatan dari tiket

pertandingan, pendapatan dari hak siar, serta pendapatan dari sponsorship. Namun,

beberapa klub di Liga Inggris melakukan diversifikasi usaha untuk mendapatkan

pendapatan lebih. Sebagai contoh, klub sepak bola Arsenal memperoleh pendapatan

dari segmen pengembangan properti selain dari segmen sepak bola, klub sepak bola

Chelsea memperoleh pendapatan dari perhotelan dan penjualan properti, dan lain-

lain.

Faktor lainnya yang kemungkinan berpengaruh terhadap kinerja keuangan

klub sepak bola adalah leverage. Reputasi Liga Inggris sebagai salah satu liga terbaik

di dunia membuat semua klub banyak mengeluarkan uang untuk memperkuat timnya.

Banyaknya pengeluaran klub-klub di Liga Inggris terkadang membuat klub terpaksa

banyak berutang [Rahman and Diyani, 2017].


Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan telah banyak dilakukan sebelumnya, dengan hasil yang berbeda-beda.

Namun, penelitian yang menghubungkan strategi diversifikasi dan leverage dengan

kinerja keuangan klub sepak bola belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan

untuk menilai apakah kinerja keuangan klub-klub sepak bola di Liga Inggris

dipengaruhi oleh strategi diversifikasi dan leverage.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud diversifikasi?

2. Apa yang di maksud kinerja keuangan?

3. Bagaimana Pengaruh Strategi Diversifikasi Terhadap pendapatan dalam bisnis

olahraga sepak bola?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan usaha dari strategi perusahaan yang bertujuan

meningkatkan pendapatan melalui peningkatan volume penjualan dengan cara

membuat produk baru atau mencari pangsa pasar baru. Diversivikasi terbagi menjadi

level unit perusahaan dan level perusahaan. Diversifikasi level unit perusahaan adalah

pengembangan dari bisnis utama usaha dengan membuat segmen baru, sedangkan

diversifikasi level perusahaan yaitu pengembangan usaha baru yang tidak berkaitan

dengan bisnis utama perusahaan [Sari et al, 2014].

Diversifikasi adalah kegiatan atau tindakan untuk membuat sesuatu menjadi

lebih beragam atau tidak terpaku hanya pada satu jenis saja, di dalam dunia bisnis,

diversifikasi seringkali diidentikkan dengan ungkapan “Tidak menaruh telur didalam

satu keranjang”.

Diversifikasi produk dilakukan oleh suatu perusahaan sebagai akibat

dilaksanakannya pengembangan produk, sementara produk lama secara ekonomis

masih bisa dipertahankan. Pengembangan produk merupakan kegiatan atau aktivitas

yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan produk kearah yang

lebih baik, sehingga dapat memberikan daya pemuas serta daya tarik yang lebih

besar, sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar. Dalam diversifikasi


produk, umumnya perusahaan berusa untuk menaikkan penjualan dengan cara

pengembangan produk baru. Dala melakukan pengembangan produk ini terdapat

beberapa faktor yang mendorong baik yang bersifat faktor intern maupun ekstern.

Pelaksanaan strategi diversifikasi produk membutuhkan adanya penelitian

yang mendalam mengenai tiap produk yang akan diproduksi, sehingga diperoleh

keyakinan akan dapat diperoleh tingkat keuntungan yang diharapkan. Pengembangan

produk ini menyangkut penawaran produk baru atau produk yan diperbaiki atau

disempurnakan. Dengan mengadakan pengembangan produk, perusahaan dapat

memahami kebutuhan dan keinginan pasar, serta melihat kemungkinan penambahan

atau perubahan ciri-ciri khusus atau tertentu dari produk, menciptakan bebrapa

tingkat kualitas atau mutu, atau menambah tipe maupun ukuran untuk lebih dapat

memuaskan dan memperoleh daya tarik yang besar. Pada umumnya kegiatan

pengembangan produk mempunyai hubungan erat dengan kegiatan inovasi, sehingga

unsur-unsur teknologi memegang peranan yang cukup menentukan dalam kegiatan

pengembangan produk.

Kegiatan pengembangan produk merupakn suatu usaha yang direncanakan

dan dilakukan secara sadar untuk memperbaiki produk yang sudah ada atau

menambah banyaknya ragam produk yang dihasilkan dan dipasarkan. Diversifikasi

dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu:


1. Diversifikasi konsentris, dimana produk-produk baru yang diperkenakan

memiliki kaitan atau hubungan dalam hal pemasaran atau teknologi dengan produk

yang sudah ada. Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk melakukan diversifikasi

konsentris, yaitu mendirikan perusahan baru atau bisa pula melalui marger dan

akuisisi.

2. Diversifikasi horisontal, dimana perusahaan menambah produk-produk

baru yang tidak berkaitan dengan produk yang telah ada, tetapi dijual kepada

pelanggan yang sama.

3. Diversivikasi konglomerat, dimana produk-produk yang dihasilkan sama

sekali baru, tidak memiliki hubungan dalam hal pemasaran maupun teknologi dengan

produk yang sudah ada dan dijual kepada pelanggan yang berbeda.

Di dalam kondisi persaingan, sangat berbahaya bagi suatu persahaan bila

hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha tertentu untuk pengembangannya.

Oleh karena itu, setiap perusahaan di dalam mempertahankan dan meningkatkan

pejualan dan share pasarnya perlu mengadakan usaha penyempurnaan dan perubahan

produk yang dihasilkan ke arah yang lebih baik,sehingga dapat memberikan daya

guna dan daaya pemuas serta daya tarik yang lebih besar.

Perusahaan yang mengaplikasikan strategi diversifikasi mengambil risiko

berlebih dibandingkan dengan perusahaan yang mengaplikasikan strategi

pengembangan produk. Strategi pengembangan produk hanya membutuhkan


peningkatan inovasi produk, baik dari segi sumber daya maupun teknologi yang

sebelumnya telah tersedia. Sedangkan perusahaan yang mengaplikasikan strategi

diversifikasi dituntut memiliki keterampilan dan keluwesan pada segmen bisnis serta

membuatnyta dari titik awal baik dari strategi operasi, pemasaran, sampai pada

pendanaan yang memadai supaya secara efektif vstrategi diversifikasi dapat

diterapkan [Kristarti and Worokinasih, 2018].Diversifikasi perusahaan diukur

menggunakan Indeks Herfindahl (HHI) berdasarkan jumlah penjualan masing-masing

segmen perusahaan [Amyulianthy and Sari, 2013].

B. Kinerja Keuangan

Perusahaan harus berusaha berada dalam posisi menguntungkan/profitable

agar kelangsungan usaha perusahaan kedepannya terjamin. Pengukuran kinerja

keuangan pada perusahaan dilakukan untuk mengetahui ketercapaian hasil dengan

perencanaan perusahaan. Kinerja keuangan yang maksimal merupakan tujuan dari

didirikannya perusahaan [Diyani and Chairunisa, 2018]. Kinerja keuangan dapat

diukur menggunakan tingkat profitabilitas. Salah satu rasio profitabilitas yang

mencerminkan kinerja keuangan perusahaan adalah return on equity (RoE). RoE

secara eksplisit menilai kemampuan perusahaan menghasilkan dalam memperoleh

laba bagi para pemegang sahamnya [Hanafi and Halim, 2016].

C. Diversifikasi pendapatan dalam Bisnis Olahraga: Kasus Klub Sepak Bola

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak bagi

perkembangan dunia olahraga khususnya sepak bola. Sepak bola berkembang tidak
hanya menjadi sebuah hiburan atau olahraga namun juga menjadi sebuah industri.

Perkembangan industri sepak bola yang terjadi menjadi bisnis yang nyata

memberikan dampak yang besar di masyarakat (Rey dan Santelli, 2017). Sepak bola

memiliki pangsa pasar olahraga nomor satu di sebagian besar negara, dimana dalam

sebuah penelitian menyebutkan bahwa pemirsa TV, liputan media dan produk

penjualan menunjukkan sepak bola sebagai subjek kepentingan nasional di banyak

negara. Peredaran uang dalam pertandingan sepak bola dinilai sangat besar, yang

diperoleh dari tiket, sponsor, merchandise, kontrak media, match fee, dan hak siar.

Selain itu banyak televisi internasional bersaing dalam mendapatkan hak siar dari

kejuaran sepak bola bersekala besar atau kecil (Ika et al., 2021).

Di era modern ini Bisnis Internasional berkembang sangat pesat sejalan

dengan membiasnya batas – batas Negara untuk melakukan perdagangan. Selain

bertujuan untuk menambah nilai guna suatu produk atau jasa, tentunya ekspansi ini

bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan dan memperlebar

konsistensi perusahaan dalam kancah Internasional. Foreign Direct Investment atau

FDI merupakan suatu media atau sebagai alat di dalam sistem ekonomi yang dimana

dinamika ekonomi di dunia sudah mengglobal. FDI adalah jenis investasi secara

langsung oleh luar negeri. Terdapat tiga cara untuk melakukan FDI, yaitu penanaman

modal ini dilakukan dengan cara melakukan pembelian perusahaan di luar negeri

yang sudah ada atau dapat juga dengan menyediakan modal untuk membangun
perusahaan baru di negara lain. selain itu dapat juga dengan cara membeli saham

dengan sekurangkurangnya sebesar 10%.

Sepak bola saat ini bukan hanya pertandingan antar dua tim kesebelasan di

atas rumput hijau. Lebih dari itu, sepak bola mencerminkan sebagai kekuatan global,

kekuatan politik, dan bahkan kekuatan budaya. Sepak bola adalah bisnis, identitas,

politik dan keyakinan yang termodifikasi melalui perayaan yang penuh dengan

kegembiraan. Pertimbangan bisnis dengan hitungan untung rugi merupakan hal yang

tidak bisa dipisahkan dari industri sepak bola. Bintang sepak bola yang dimiliki

sebuah klub bukan lagi sebagai aset tetapi menjadi komoditas. Sebagai komoditas

seorang pesepakbola tidak lagi menjadi olahragawan murni.

Survey yang dilakukan oleh Federation of International Football Association

(FIFA) pada tahun 2001 menunjukan lebih dari 240 juta orang yang berasal dari 200

negara memperoleh hasil bahwa hampir setiap bagian dunia memainkan dan gemar

terhadap sepak bola (Pranata dan Supatmi, 2016). Perkembangan sepak bola

menonjol terhadap aspek ekonomi berkembang pesat di Eropa. Perkembangan bisnis

sepak bola di negara - negara eropa tidak lepas dari kepopuleran sepak bola itu

sendiri. Eropa terkenal dengan episentrum sepak bola yang menunjukan pertumbuhan

pasar sepak bola yang cenderung stabil bahkan terus meningkat setiap tahunya.

Kepopuleran klub sepak bola berdampak pada pendapatan yang diperoleh. Secara

garis besar pendapatan klub sepak bola berasal dari tiga sumber utama.
Pertumbuhan pasar sepak bola Eropa tentunya tidak terlepas dari antusiasme

masyarakat akan sepak bola itu sendiri sehingga menarik pengusaha - pengusaha

untuk masuk ke bisnis ini. Perkembangan sepak bola yang terus terjadi mendorong

klub-klub sepak bola untuk melakukan Initial Public Offering (IPO). Sejalan dengan

hal tersebut pada tanggal 17 Juni 2019 untuk pertama kalinya di kawasan Asia

Tenggara terutama klub sepak bola Indonesia yakni, Bali United melakukan IPO

dengan melepas 2 miliar saham baru dengan harga Rp 175 per lembar. Permintaan

perdana saham tersebut melebihi penawaran, sehingga penawaran perdana saham

Bali United mengalami oversubscribed (Riyandhono et al., 2021). Pendapat lain

mengenai industri sepak bola yakni banyak klub sepak bola eropa yang bermasalah

dengan hutang sehingga mengalami kebangkrutan. Faktor yang memungkinkan hal

tersebut terjadi adalah pengeluaran dalam pembelian pemain baru, gaji pemain, gaji

pelatih, membangun stadion dan sebagainya (Ika et al., 2021).

Kinerja olahraga dan kinerja keuangan yang bagus tentunya memberikan

sinyal informasi yang baik pada pasar saham, dan memberi daya tarik terhadap para

investor dalam melakukan investasi. Aktivitas investasi yang dilakukan oleh investor

memungkinkan klub sepak bola memperoleh dana dari pihak yang menginvestasikan

dana dalam pasar modal, guna mendukung kinerja dari klub sepak bola. Sedangkan

pihak investor memperoleh keuntungan atas investasi yang dilakukan, karena

aktivitas investasi oleh investor merupakan salah satu pondasi bertahanya pangsa

pasar sepak bola. Sehingga kinerja olahraga dan kinerja keuangan merupakan suatu
hal yang menggambarkan bagaimana sebuah industri sepak bola bisa menghasilkan

keuntungan bagi para investor yang menanamkan modalnya. Sehingga hal tersebut

diharapkan memberikan hubungan yang saling menguntungkan antara klub sepak

bola dengan investor. Pelaku pasar merespon informasi atau berita baru yang dapat

berdampak pada investasi yang dilakukan.

Kinerja olahraga merupakan informasi yang cukup diperhatikan oleh investor,

karena ketika suatu klub sepak bola mampu memberikan performance terbaiknya

dalam suatu liga maka klub sepak bola tersebut dinilai memiliki kinerja yang bagus

dan mampu menghasilkan keuntungan. Informasi kinerja olahraga yang baik

memberi pengaruh terhadap daya tarik investor dalam berinvestasi karena dipandang

memiliki suatu kinerja yang baik sehingga mampu menambah nilai perusahaan.

Laporan keuangan berperan sebagai media komunikasi antara kreditur dengan

manajemen. Publikasi laporan keuangan berdampak pada pengambilan keputusan

ekonomi yang rasional atas risiko yang melekat pada investasi. Keputusan tersebut

nantinya akan membentuk harga sebuah saham.

Kinerja olahraga dan kinerja keuangan yang bagus merupakan informasi

positif bagi investor, yang selanjutnya akan mempengaruhi harga saham dikarenakan

permintaan dan penawaran saham oleh investor dari kegiatan investasi. Harga saham

sangat erat hubunganya dengan kinerja perusahaan dan investor. Investor umumnya

akan tertarik mengenai informasi-informasi yang positif dari suatu perusahaan.

Informasi tersebut dimungkinkan mempengaruhi para investor untuk melakukan


investasi sehingga berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran saham klub

sepak bola. Permintaan dan penawaran saham klub sepak bola oleh investor

berdampak terhadap harga saham sepak bola.

Maci et al (2020) menjelaskan bahwa dampak positif hasil olahraga adalah

meningkatnya harga saham klub sepak bola. Peningkatan ini dikarenakan komponen

emosional yang mendorong pilihan investor, yang mungkin sering menjadi

penggemar dan sangat sensitif dalam jangka pendek terhadap hasil olahraga. Namun

adanya faktor lain sebagai pendukung kesuksesan dalam pasar salah satunya adalah

kinerja keuangan. Menurut Putri (2019) salah satu faktor internal yang dapat

mempengaruhi harga saham adalah pengumuman dan pengungkapan laporan

keuangan perusahaan, seperti ramalan atas laba dimasa depan sebelum dan setelah

akhir tahun fiskal, debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), current ratio

(CR), dividend per share (DPS), return on assets (ROA) dan segala hal mengenai

informasi laporan keuangan. Sehingga melalui publikasi laporan keuangan maka

pemegang saham dapat mengambil keputusan-keputusan ekonomi yang rasional

maupun menilai risiko investasi.

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan indikator terbaru pada penilain

kinerja olahraga dan harga saham, jumlah sampel yang digunakan, dan keterbaruan

periode data penelitian. Penelitian terdahulu yang dilakukan Riyandhono et al (2021)

secara simultan return on investment, return of equity, dan debt to asset berpengaruh

terhadap harga saham klub sepak bola. Penelitian Maci et al (2020) memberikan hasil
bahwa kinerja olahraga, kinerja ekonomi, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap harga saham klub sepak bola. Penelitian Nurcahyani dan

Bhilawa (2021) menyimpulkan hasil bahwa rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio

profitabilitas, dan kinerja olahraga berpengaruh tapi tidak signifikan terhadap harga

saham klub sepak bola. Penelitian terdahulu lainya yang digunakan dalam penelitian

adalah, penelitian Ay and Enes (2020), Yudistira dan Adiputra (2020), Oral (2016),

Allouche and Soulez (2015), dan penelitian lainya dengan hasil penelitian yang

beragam.

Secara umum, di manapun di seluruh dunia, klub sepakbola profesional yang

berlaku sebagai sebuah entitas bisnis memiliki proses bisnis yang relatif sama.

Namun karena di benua Eropa sepakbola sudah menjadi sebuah industri yang

berkembang pesat sehingga bisa di jual ke seluruh penjuru dunia, maka proses bisnis

sebuah klub sepakbola di Eropa menjadi lebih rumit dan komplek. Secara umum

proses bisnis sebuah klub sepakbola dapat digambarkan seperti pada

Gambar 2.1 https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132535-T%2027773-Analisis%20atas-

Analisis.pdf

Pelanggan

Stasiun Televisi Suporter Sponsor


Pemain Manajemen

Pegawai Manajemen

Masyarakat Supplier Regulator Kreditor/ Pemerintah


Investor

Jika merujuk pada pembagian proses bisnis sebagaimana dijelaskan pada Bab

2, maka proses bisnis inti/utama sebuah klub sepakbola adalah membentuk sebuah

tim sepakbola, dan dengan tim tersebut klub sepakbola mengikuti liga sepakbola pada

negara tersebut. Pada awalnya, produk atau jasa yang dihasilkan oleh sebuah klub

sepakbola adalah produk pertunjukan berupa pertandingan tim sepakbola klub

tersebut di stadion. Pelanggan utama dari klub tersebut adalah para penonton

pertandingan sepakbola di stadion. Oleh karena itu kegiatan produksi utama dari

sebuah klub sepakbola adalah kegiatan “memproduksi” sebuah tim sepakbola yang

tangguh agar bisa dijual sebagai sebuah pertunjukan sepakbola yang menarik bagi

para pelanggan, yaitu para penonton yang biasanya merupakan suporter klub.
Kegiatan produksi ini dilakukan dengan pembelian dan penjualan pemain atau

melalui pengembangan pemain di tim junior atau sekolah sepakbola. Kemudian hasil

produksi ini dijual melalui sebuah pertandingan di stadion.

Seiring dengan berkembangnya sepakbola menjadi industri, maka produk lain

dari sebuah klub sepakbola adalah berupa merchandise untuk dijual kepada para

suporter. Pengadaan produk ini bisa dilakukan dengan memproduksi sendiri maupun

melalui kerjasama dengan supplier tertentu. Produk ini kemudian dijual, baik melalui

toko-toko (store) milik klub, maupun penjualan secara online melalui website klub.

Terbatasnya jumlah stadion, ditambah dengan jumlah penggemar yang terus

berkembang, baik di tingkat lokal maupun di negara lain, mendorong klub untuk

menjual produk pertunjukannya dengan lebih luas. Di sinilah kemudian klub

berinteraksi dengan pihak stasiun televisi untuk kepentingan penyiaran pertandingan

di televisi sehingga produk klub berupa pertandingan dapat dijual kepada kalangan

yang lebih luas. Di sisi lain, hubungan dengan stasiun televisi juga merupakan

kegiatan menjual produk pertandingan kepada stasiun televisi sebagai pelanggan

untuk kemudian dijual lagi oleh stasiun televisi kepada pelanggannya, yaitu para

penonton televisi. Selain itu kepopuleran sebuah tim sepakbola pada akhirnya mampu

membentuk sebuah jasa yang bisa dijual kepada pelanggan, yaitu jasa

mempromosikan produk suatu perusahaan. Jasa ini kemudian yang dijual kepada para

pelanggan yang lain, yaitu para sponsor dan pemasang iklan.


Sementara itu untuk proses bisnis pendukung, yaitu proses yang

diselenggarakan untuk melayani pelanggan internal (karyawan perusahaan) dilakukan

baik terhadap karyawan berupa pemain sepakbola maupun untuk karyawan di bagian

administrasi dan penjualan. Proses ini meliputi proses umum yang berlaku pada

pengelolaan sumber daya manusia, mulai dari perekrutan, pelatihan, penggajian dan

lain-lain. Sedangkan proses bisnis manajemen dilakukan oleh jajaran manajemen

perusahaan dengan menyusun rencana, mengorganisasikan dan mengendalikan

sumber daya yang ada.

Proses yang terakhir yaitu proses network bisnis dilakukan dalam hal interaksi

perusahaan dengan pihak-pihak luar seperti pemasok (supplier), pemberi pinjaman

(kreditur), investor, pemerintah ataupun masyarakat umum. Interaksi dengan supplier

biasanya dilakukan berhubungan dengan pengadaan merchandise. Interaksi dilakukan

untuk memperoleh bahan mentah bagi proses produksi (jika perusahaan memproduksi

sendiri) atau berupa barang jadi untuk langsung dijual. Sementara itu interaksi dengan

kreditur dan investor terutama ditujukan untuk memperoleh pendanaan bagi kegiatan

perusahaan. Interaksi ini bisa dilakukan dengan lembaga pembiayaan seperti

perbankan, atau juga bisa melalui bursa efek. Interaksi dengan instansi pemerintah

biasanya dilakukan sehubungan dengan perpajakan, regulasi untuk perusahaan, dan

mungkin juga untuk keamanan dalam penyelenggaraan pertandingan sepakbola.

Strategi diversifikasi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Strategi

diversifikasi memiliki nilai signifikansi 0,598 atau > 0,05. Hasil tersebut menegaskan
bahwa strategi diversifikasi idak berpengaruh terhadap kinerja keuangan klub sepak

bola, atau sebanyak apapun segmen usaha yang klub sepak bola miliki tidak memiliki

dampak terhadap kinerja keuangan klub.

Penghasilan utama klub sepak bola berasal dari 3 segmen utama yaitu

pendapatan dari tiket pertandingan, pendapatan dari hak siar, serta pendapatan dari

sponsorship. Beberapa klub memang memiliki segmen usaha lain selain 3 segmen

usaha tersebut, namun kontribusi pendapatan yang diperoleh klub dari segmen-

segmen lainnya tersebut tidaklah sebesar 3 segmen utama, sehingga sebanyak apapun

segmen usaha yang dimiliki klub sepak bola tidak mempengaruhi kinerja

keuangannya.

Selain itu klub sepakbola juga banyak berinteraksi dengan berbagai regulator

di luar pemerintah, misalnya regulator yang mengatur tentang keberadaaan sebuah

klub sepakbola baik regulator lokal, regional maupun internasional (FIFA, UEFA,

FA, FIGC, dan lain-lain), regulator yang mengatur penyelenggaraan liga (premier

league, lega calcio, dan lain-lain) termasuk di dalamnya regulator yang mengatur

mengenai transaksi jual beli pemain sepakbola. Bagi klub yang mencatatkan diri di

bursa efek (go public), klub juga harus berhubungan dengan regulator seperti badan

pengawas pasar modal atau dengan bursa efek tempat klub mencatatkan sahamnya.

Selain itu klub juga berinteraksi dengan masyarakat umum, salah satu di antaranya

adalah pemenuhan terhadap corporate social responsibility (CSR).


Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap ketiga sampel yaitu Arsenal,

Juventus dan Barcelona sebagai sebuah klub sepakbola dalam sebuah industri.

Namun dari data yang tersedia dan berhasil diperoleh menunjukkan bahwa terdapat

kondisi yang tidak memungkinkan untuk melihat sebuah klub sepakbola sebagai

sebuah perusahaan atau entitas yang benar-benar hanya mengelola sepakbola

profesional. Sebagai gambaran, meskipun namanya Futbol Club Barcelona, namun

klub ini sebetulnya juga mengelola berbagai cabang olahraga lain, seperti bola basket,

bola tangan, dan lain-lain. Hanya saja pengelolaan untuk olahraga sepakbola memang

lebih dominan dibanding olahraga yang lain.

Sementara itu Arsenal yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebuah

perusahaan bernama Arsenal Holding plc, yang merupakan sebuah perusahaan

holding dari beberapa perusahaan, salah satunya adalah Arsenal Football Club.

Laporan dari Arsenal Holding plc inilah yang tersedia di website Arsenal sebagai

klub sepakbola, dan bukan laporan dari Arsenal Football Club. Namun demikian,

meskipun Arsenal Holding plc merupakan sebuah perusahaan holding dengan

berbagai anak perusahaan, uniknya laporan yang diterbitkan mayoritas berisi

informasi mengenai Arsenal sebagai sebuah klub sepakbola. Dalam penelitian ini

hanya Juventus saja perusahaan yang secara murni bergerak dalam pengelolaan klub

sepakbola professional

bagaimana disebutkan dalam pembahasan mengenai Income Statement, ketiga

klub melaporkan sumber utama income pada masing-masing Income Statement


dengan cara yang berbeda. Arsenal dan Barcelona melaporkannya dengan sebuah

item utama dan memilih menjelaskan rinciannya dalam catatan atas laporan

keuangan, Arsenal dengan sebuah item utama bernama Turnover dan Barcelona

melaporkan dengan nama Service providing revenue. SementaraJuventus melaporkan

pendapatan dengan item revenue dan langsung merinci sumber-sumbernya dalam

Income Statement. Jika dilihat dari rincian sumbersumber Turnover pada laporan

keuangan Arsenal, tampaknya Turnover merupakan padanan dari revenue

sebagaimana terdapat pada dua klub yang lain.

Mengingat secara jelas standar membedakan terminologi income dan revenue

yang ditandai pula dengan terdapatnya standar tersediri mengenai revenue (misalnya

IAS 18) maka penggunaan dua terminologi tersebut dalam laporan keuangan Arsenal,

Juventus dan Barcelona layak untuk dikritisi. Jika turnover pada Arsenal adalah

terminologi yang sama dengan revenue, maka tindakan memasukkan player trading

sebagai bagian dari revenue mungkindapat dipertanyakan. Sayangnya tidak terdapat

penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan mengenai sumber dari item player

trading tersebut. Jika player trading berhubungan dengan penjualan pemain sepakbola

rasanya juga tidak mungkin karena pada profit and loss accounts Arsenal juga

terdapat item profit on disposal of player registration. Terdapat kemungkinan bahwa

item tersebut adalah fee yang diterima sehubungan dengan peminjaman pemain

sebagimana disebutkan dalam kebijakan akuntansinya. Jika hal tersebut benar,

tentunya penggunaan nama player trading dapat menyesatkan


Sementara itu Juventus secara jelas menyebut adanya Revenues from players’

registration rights dalam income statement mereka. Jika ditelusuri dalam catatan atas

laporan keuangan, tampak bahwa item tersebut merupakan kumpulan beberapa gain

yang muncul dari penjualan pemain. Secara seiring, Juventus juga mengumpulkan

beberapa loss yang muncul dari penjualan pemain ke dalam item expense from

players’ registration rights. Oleh karena itu, Juventus tidak mengakui gain atau loss

dari penjualan pemain sebagai item tersendiri dalam income statement, namun

mengumpulkannya ke dalam item revenues from players’ registration rights dan dan

expense from players’ registration rights.

Masuknya transaksi penjualan pemain ke dalam kategori revenue adalah hal

yang bisa diperdebatkan, mengingat pemain sepakbola adalah intangible fixed assets

dan bukan merupakan persediaan (stock) yang diperjualbelikan dalam operasi

normal. Selain itu, penjualan pemain sepakbola juga tidak terjadi terus menerus

sepanjang musim kompetisi. Sedangkan pada laporan keuangan klub Barcelona

terdapat hal yang rancu dalam pemilihan terminologi income dan revenue. Dalam

income statement, mereka menyajikan pendapatan dengan item utama Service

providing revenue, namun dalam rincian yang terdapat pada catatan atas laporan

keuangan, mereka menggunakan terminologi income untuk sumber-sumber revenue

tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebanyak apapun segmen usaha yang dimiliki suatu klub sepak bola tidak menjamin

akan meningkatkan kinerja keuangan klub tersebut. Leverage yang diproksikan debt to asset

ratio (DAR) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan klub sepak bola. Leverage

berpengaruh positif karena Klub sepak bola memiliki kemampuan yang baik dalam

mengelola utangnya, sehingga utang tersebut justru dapat berkontribusi dalam menghasilkan

profitabilitas yang tinggi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini cukup berbeda dengan

penelitian-penelitian terdahulu, dikarenakan proses bisnis klub sepak bola berbeda dengan

perusahaanperusahaan pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA
Amyulianthy, R. and Sari, N., 2013. Pengaruh Diversifikasi terhadap Kinerja
Perusahaan. Binus Business Review, 4(1), pp.215-230.

Diyani, L.A. and Chairunisa, T., 2018. Implementasi Corporate Governance dan
FaktorFaktor yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan. Jurnal Online Insan
Akuntan, 3(2), pp.149-160.

Enekwe, C.I., Agu, C.I. and Eziedo, K.N., 2014. The effect of financial leverage on
financial performance: evidence of quoted pharmaceutical companies in
Nigeria. IOSR Journal of Economics and Finance, 5(3), pp.17-25.

Fahmi I. 2014. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta. Ghozali, I., 2018.
Aplikasi Analisis Multivariete SPSS 25 Edisi 9. Semarang: Universities
Dipenegoro.

Hanafi MM., and Halim A. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 5. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN.

Haryoprasetyo, R. and Kiswara, E., 2013. Analisis Atas Kinerja Finansial Klub
Sepakbola Profesional: Studi Kasus pada Manchester United PLC.
Diponegoro Journal Of Accounting Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013.

Hidayat, R.T., 2010. Analisis atas laporan keuangan klub sepakbola studi pada klub
sepak bola arsenal Juventus dan Barcelona (Doctoral dissertation, Universitas
Indonesia. Fakultas Ekonomi). Iskandar,

A., Nurdin. and Azib. 2017. Pengaruh Strategi Diversifikasi terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Empiris pada Properti dan Real Estate Sektor Emiten di
Bursa Efek Indonesia). Prosiding Manajemen Jensen,
M.C. and Meckling, W.H., 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency
costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), pp.305-
360.

Anda mungkin juga menyukai