ERWIN
ERWIN
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................14
C. Tujuan Penelitian............................................................................14
D. Manfaat Penelitian..........................................................................15
BAB II........................................................................................................18
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................18
A. Landasan Teori.................................................................................18
B. Tinjauan Umum Tentang Korupsi......................................................22
C. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi.............................25
BAB III.......................................................................................................38
KERANGKA DAN HIPOTESIS.................................................................38
A. Kerangka Konsepsional..................................................................38
B. Diagram Konseptual........................................................................39
C. Hipotesis.........................................................................................39
BAB IV...................................................................................................... 41
METODE PENELITIAN.............................................................................41
A. Tipe Penelitian................................................................................41
B. Jenis Dan Sumber Bahan Hukum...................................................41
C. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum...............................................42
D. Lokasi Penelitian.............................................................................43
E. Analisis Bahan Hukum.....................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................46
1
BAB I
PENDAHULUAN
hukum.
pun berada di atas hukum, semua sama dimata hukum (equality before
2
kekuasaan/kewenangan, tidak adanya praktek korupsi, Kolusi, dan
nepotisme.
Sejarah mencatat selama lebih dari tiga dasa warsa sejak orde
lama) dan ekonomi (orde baru). Bahkan dalam periode tersebut hukum
dijadikan alat penopang kekuasaan yang berpusat pada satu tangan yaitu
Presiden.
3
berbagai kejahatan dibidang ekonomi seperti korupsi, penyalahgunaan
negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
4
Upaya penegakkan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi,
negara yang bersih mendapat tempat dalam ketetapan MPR R.I. NO. XI
Pasal 4 :
dapat dilepaskan dari kepolisian. Tugas pokok Polri itu sendiri menurut
masyarakat.
5
dimaksud dengan kepolisian adalah segala hal ikhwal yang
yang sangat berat yang harus diemban polisi. Dalam interaksinya dengan
perilaku individual.
6
berada di ujung keputusannya yang kemudian memiliki
oleh polisi ini kemudian menjadi hal yang justru didukung oleh
7
undang sehingga dapat dikatakan bahwa polisi melaksanakan
itu di dalam tesis ini akan dibahas mengenai Efektivitas Peranan Penyidik
hukum ideal atau hukum masa depan dalam rangka efektivitas penegakan
hukum .1
1
Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi, Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2000,
hlm. 26
2
Elwi Danil, et al, Korupsi: Konsep, Tindak Pidana, dan Pemberantasannya.
( Jakarta: Raja Grafindo, 2011)hlm. 75.
8
lemahnya birokrasi/prosedur administrasi (termasuk sistem
sebagainya.
dari perhatian publik. Kewenangan Polri yang sangat luas dan kadang
9
terasa tanpa batas menjadi sorotan masyarakat. Hal ini disebabkan
Hampir di semua negara di seluruh dunia terjadi praktek korupsi, dan tidak
pemerintahan orde lama hingga pemerintahan saat ini. Selain dari nilai
uangnya, jumlah orang yang terlibat serta cara-cara yang dipakai dalam
Korupsi tidak hanya dilakukan oleh pegawai negeri, tetapi juga melibatkan
wakil rakyat yang duduk di DPR maupun DPRD. Korupsi merupakan extra
perkara yang mudah, sehingga dibutuhkan cara yang luar bisaa pula
10
dan profesionalisme aparat penegak hukum yang tentunya juga harus
berlaku secara universal. Instrumen hukum yang luar bisaa yang diadopsi
4
Sahuri Lasmadi,Tumpang Tindih Kewenangan Penyidikan Pada Tindak Pidana
Korupsi Pada Perspektif Sistem Peradilan Pidana. Jurnal Ilmu Hukum, Universitas
Jenderal Soedirman, 2(3), (2010) hlm. 10.
5
Hibnu Nugroho,et al,Integralisasi Penyidikan Tindak Pidana Korupsi di
Indonesia. Jakarta: Media Aksara Prima, (2012) hlm. 67.
11
pemerintah yang menangani perkara korupsi (Kejaksaan dan Kepolisian)
korupsi.6
adalah bagian dari suatu langkah kebijakan (policy) yaitu bagian dari
Oleh karena itu, pembaharuan hukum pidana harus pula berorientasi pada
pendekatan nilai.
karena itu sering juga kebijakan legislatif disebut sebagai istilah kebijakan
formulatif.7
6
M. Yahya Harahap, et al,. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP.
(Jakarta: Sinar Grafik, 2000) hlm. 112.
7
Armunanto Hutahaean. Lembaga Penyidik Dalam Sistem Peradilan Pidana
Terpadu di Indonesia. Jurnal Legislasi Indonesia, Universitas Diponegoro, 16 (2019) hlm.
33.
12
Kebijakan formulasi merupakan tahap paling strategis dari
Sulawesi - Selatan)”
13
Negara Republik Indonesia No. 76 selanjutnya disebut KUHAP) yang
telah berjalan cepat atau efektif, murah dan sederhana serta menjunjung
14
lembaga yaitu : proporsi penyelesaian perkara (clearance rate); proporsi
penyidikan selama ini telah menunjukkan kinerja yang cukup baik dalam
yang diberi fungsi, tugas dan wewenang sebagai penyidik oleh undang–
Sulawesi - Selatan.
10
Fathur Rahman,. Pola Jaringan Korupsi di Tingkat Pemerintah Desa. Jurnal
Ilmu Hukum, 4(1), (2018) hlm. 31.
15
penyidikan terhadap Tindak Pidana Korupsi di wilayah hukum Polda
Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Sulawesi Selatan?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
16
Bahwa yang di dapat dari penelitian ini adalah memberikan
2. Manfaat Praktis
E. Orisinil Penelitian
tinggi, hal ini dinilai dari pemenuhan target kasus dan masing-
17
hukum masyarakat.
18
masyarakat dan juga melakukan penyelidikan terhadap
alat bukti yang diperoleh, baik bukti elektronik, bukti fisik, maupun
19
Kepolisian perlu meningkatkan integritas penyidik dengan
hukum.
tingkat efektivitas yang tinggi, hal ini dinilai dari pemenuhan target
20
kasus dan masing-masing kasus dinilai dari segi tuntasnya
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti
ditentukan.
22
melalui konsep efektivitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk
terhadap bentuk dan manajemen organisasi atau tidak. Dalam hal ini,
sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Dalam hal ini
bermanfaat.12
tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu
12
Dimianus Ding, “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan”. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02 (Februari 2014),
hlm. 8-10.
23
ketegangan diantara pelaksanaannya.
13
Dimianus Ding, “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan”. Jurnal Ilmu Pemerintah, Vol. 02 No. 02 (Februari 2014),
hlm. 8-10.
24
terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan tercapainya
waktu satu minggu, dan barang tersebut terjual habis dalam waktu
14
Dimianus Ding, “Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Pedesaan”.Op.cit.
25
kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang
yaitu kebusukan/kerusakan.
26
Pengertian korupsi banyak didefinisikan oleh para pakar,
27
pejabat yang bertanggungjawab melalui uang atau semacam
hadiah lainnya yang tidak dibolehkan oleh undang-undang;
membujuk atau mengambil langkah yang menolong siapa saja
yang menyediakan hadiah dan dengan demikian benar-benar
membahayakan Kepentingan umum”.
publik.
28
memandang keahlian mereka maupun konsekuensinya pada
balik.
pembenaran hukum.
keputusan.
kepercayaan.
29
C. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Korupsi
Pasal berikutnya.
30
Republik Indonesia pasal 14 ayat 1 huruf g bahwa dalam
perundang-undangan lainnya.
milyar rupiah).
31
1) Perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
dipidana.
32
dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak
dengan negara.
33
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000.00 (lima puluh juta rapiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
kedudukannya
34
2) Tujuan dari perbuatan tersebut menguntungkan diri
35
Pasal 15 dan 16 UUTPK mengkualifikasikan perbuatan
36
(d) Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 UUTPK dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling
banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
model yang dimaksudkan tersebut adalah crime control model (CCM) dan
due process wtodel (DPM) . Menurut Packer kedua model tersebut saling
proses pidana.
dunia ini (dalam arti menjadi semacam peraturan hukum tertentu yang
karena model ini hanyalah suatu cara Packer untuk menilai pelaksanaan
peradilan pidana.
tersebut masih ada satu model lagi yang dikemukakan oleh John
Griffithst17 sebagai suatu pandangan yang mengkritik CCM dan DPM yang
sebagai The Family Model. Selain itu sebenamya Roeslan Saleh juga
37
dinamakannya sebagai Mode 1 Yuridis dan Model Kemudi atau
stuurmode.
berperan sebagai penjaga pintu gerbang (as a gate keepers) yaitu melalui
kekuasaan yang ada, ia merupakan awal mula dari proses pidana. Polisi
dalam hal ini Penyidik Polri berwenang menentukan siapa yang patut
Kejaksaan, satu sama lain ada kaitannya. Kaitan tersebut dimana hasil
jaksa.
38
bertemu untuk memecahkan persoalan- persoalan yang rumit dalam
masing.
pemeriksan surat. Jika ketua Pengadilan tidak memberi izin atau menolak
memperbaikinya.
39
telah mempunyai kekuatan tetap dengan memasukkan orang yang telah
Permasyarakatan.
KUHAP. Hal ini ini sekaligus diartikan pula tugas hakim dalam sistem
dijatuhkan, tapi juga terus berlanjut sampai tujuan pemidanaan atau tujuan
40
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan sistem peradilan
dari sejak awal proses peradilan pidana dan dilanjutkan sampai saat
41
dan hubungannya subsistem lainnya dalam peradilan pidana, di bawah ini
Lembaga Pemasyarakatan.
42
BAB III
A. Kerangka Konsepsional
dan penelitian ini antara lain teori efektivitas, dan dasar hukum dalam
tindak pidana korupsi, yang paling mendasar dan harus sangat diperhatikan
yaitu dari segi perundang- undangan itu sendiri yang merupakan landasan
43
B. Diagram Konseptual
Landasan Hukum, UU
Landasan Teori : 1. Undang-Undang No. 2
1. Teori Efektivitas Tahun 2002
2. Teori Pengakan Hukum 2. UU Nomor 30 Tahun
2002
C. Hipotesis
kebenarannya.
korupsi secara garis besar terdiri 2 faktor yaitu faktor eksternal dan
faktor internal.
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
umum yang sudah dibuktikan bahwa dia benar dan kesimpulan itu
15
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), hlm. 27-28.
45
jenis bahan hukum berupa bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder :
16
Suteki & Galang Taufani,Metodologi Penelitian Hukum (Filsafat, Teori dan Praktik),
(Depok: PT Raja Grafindo Persada,2018) hal.213.
46
menggunakan metode pustaka yaitu penelitian dilakukan
undangan.
(i) Asal-usul konsep dan ide hulum; (ii) Lembaga pemerintah yang
dan media lain yang berisi informasi hukum adalah semua sumber
hukum).17
sekunder
47
pelayanan kepada masyarakat. Undang- Undang Nomor 30 Tahun
D. Lokasi Penelitian
48
fakta yang bersifat khusus yang kemudian diambil kesimpulan
saran.
49
DAFTAR PUSTAKA
Publishing 1968).
50
Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 01 No 01 (Februari 2012).
2000
51