Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2020, 11(1), 191-207

PRAKTIK AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA PADA KLUB


SEPAK BOLA
Rini Ridhawati, Unti Ludigdo, Yeney Widya Prihatingtias
Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145

Surel: rini.ridhawaty@gmail.com, masunti@gmail.com, yeneyprihatiningtias@gmail.com

Volume 11 Abstrak: Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak
Nomor 1
Halaman 191-207
Bola. Riset ini berupaya untuk memahami penerapan akuntansi terha­
Malang, April 2020 dap pemain dan pelatih pada klub sepak bola. Studi kasus digunakan
ISSN 2086-7603 sebagai metode dengan salah satu klub sepak bola sebagai situs riset.
e-ISSN 2089-5879 Hasil riset menunjukkan meskipun manajemen klub telah mengakui pe­
main dan pelatih merupakan aset klub, tidak adanya standar akuntan­
Tanggal Masuk: si dan panduan mengenai hal tersebut menyebabkan perbedaan dalam
18 November 2019 pengakuan dan pencatatan. Manajemen klub masih memperlakukan
Tanggal Revisi: pemain dan pelatih sebagai beban sebagaimana tercermin dari laporan
26 Februari 2020 keuangannya. Oleh karena itu, pengembangan atas standar akuntansi
Tanggal Diterima: diperlukan, khususnya yang berkiatan dengan sumber daya manusia.
30 April 2020
Abstract: Human Capital Accounting Practices at Football Club.
This research seeks to understand the application of accounting to players
Kata kunci: and coaches on a football club. Case studies are used as a method with the
one of football club as a research site. This research shows that although
akuntansi sumber daya club management has recognized players and coaches as club assets, the
manusia, absence of accounting standards and guidance on this matter causes dif-
pelaporan, ferences in recognition and recording. Club management still treats players
pengakuan, and coaches as burdens as reflected in its financial statements. Therefore,
sepak bola the development of accounting standards is needed, especially those relat-
ed to human resources.

Mengutip ini sebagai: Ridhawati, R., Ludigdo, U., & Prihatingtyas, S. (2020). Praktik Akuntansi Sum­
ber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(1), 191-207. https://
doi.org/10.21776/ub.jamal.2020.11.1.12

Pergeseran paradigma dunia bisnis de­ nya tidak ada kini dibutuhkan akuntansi
wasa ini yang pada awalnya mengandalkan untuk aset takberwujud, yakni merek, lisen­
aset fisik menuju knowledge-based industry, si, intellectual capital, dan berbagai aset tak­
telah memberikan khazanah tersendiri bagi berwujud lainnya. Aset-aset baru tersebut
perkembangan akuntansi secara glo­bal (Coo­ tentu saja membutuhkan perubahan dan
per & Johnston, 2012; Janin, 2017; Nicoliello penyesuaian atas standar akuntansi lama
& Zampatti, 2016; Oprean & Oprisor, 2014). yang sudah ada untuk mengakomodisasi
Kondisi ini secara tidak langsung memaksa kebutuhan untuk menampilkan keadaan
akuntansi untuk keluar dari “zona nyaman­ finansial perusahaan atau organisasi yang
nya” agar dapat mengakomodasi kebutuhan sesungguhnya melalui laporan keuangan
akan standar akuntansi yang baru dan le­ (Firdlo, 2012; Ghasemi et al., 2018; Nurin­
bih sesuai dengan kondisi teraktual. Muncul drasari et al., 2018; Triyuwono, 2015).
standar-standar akuntansi yang sebelum­

191
192 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

Salah satu aset yang isunya masih dar akuntansi khusus untuk klub sepak
menjadi perbincangan dan perdebatan tidak bola, baik nasio­ nal maupun internasional
berujung dalam pengembangan akuntansi, menjadikan tidak adanya acuan untuk me­
yaitu standar yang terkait dengan sumber nilai apakah laporan posisi keuangan yang
daya manusia (Human Resources Account- disajikan oleh pengelola klub sepak bola su­
ing/HRA). Topik HRA sejatinya diperbin­ dah mengungkapkan kondisi keuangan klub
cangkan secara mendalam oleh para aka­ yang sebenarnya
demisi dan praktisi misalnya Baxter et al. Penelitian ini bukanlah penelitian per­
(2019), Clune et al. (2019), Cooper & John­ tama yang membahas mengenai bagaimana
ston (2012), Ejiogu & Ejiogu (2018), Lee & memperlakukan dan menilai manusia se­
Cheng (2018), McCoy et al. (2019), dan Nico­ bagai aset khususnya pemain dan pelatih
liello & Zampatti (2016). Standar ini tentu­ klub sepak bola. Namun hasil risetnya masih
nya tidak lepas dari pro dan kontra terutama kontradiktif. Misalnya riset yang dilakukan
mengenai bagaimana cara yang tepat untuk oleh Scafarto & Dimitropoulos (2018) yang
mengakui manusia di dalam organisasi, berfokus pada legitimasi pengakuan kontrak
khususnya organisasi bisnis. Meskipun te­ pemain sebagai aset takberwujud dalam
lah lama mendapat perhatian dari para pa­ lapor­an posisi keuangan. Ia me­ nemukan
kar, sampai saat ini belum ada satu standar bahwa kontrak pemain ini tidak memenuhi
yang disepakati untuk kriteria pengukuran kriteria pengakuan yang telah ditetapkan
nilai sumber daya manusia yang objektif. oleh IFRS atas manfaat ekonomi di masa
Apalagi jika mengakuinya sebagai aset, dari depan. Lalu Kulikova & Goshunova (2014)
sisi definisi, belum semuanya dapat me­ yang mencoba membandingkan berbagai
menuhi syarat sebagai aset sehingga masih set teori dan metodologi serta saran prak­
dipertentangkan relevansi, keandalannya, tikal me­ ngenai pengembangan pe­ ngakuan
serta moralitasnya (Risaliti & Verona, 2013). akuntansi atas pemain muda sepak bola
Area olahraga profesional selalu menja­ pada klub sepak bola profesio­nal. Walaupun
di area yang menarik bagi akademisi yang saat ini pengakuan akuntansi mengenai bia­
bergelut dalam akuntansi sumber daya ma­ ya akuisisi atas pemain profesional sudah
nusia. Hal ini dikarenakan eksistensi dari berkembang dan digunakan dalam praktik
aspek pengukuran dalam bentuk sistem manajemen organisasi sepak bola, perlaku­
transfer, yang mewajibkan biaya yang diba­ kan akuntansi yang khusus untuk biaya
yarkan untuk memindahkan registrasi pe­ akuisisi pemain muda masih diabaikan.
main dari satu klub ke klub lainnya. Sepak Oleh karena itu, terdapat sebagian dari
bola pada awalnya hanya dilihat sebagai aset yang tidak direfleksikan dalam sistem
cabang olahraga semata, tetapi saat ini te­ akuntansi dan laporan posisi keuang­an klub
lah berkembang menjadi salah satu indus­ sepak bola. Riset lainnya yang dilakukan
tri sendiri yang menghasilkan uang. Alasan oleh Puente-Díaz & Cavazos-Arroyo (2018)
mengapa perlu adanya penilaian mengenai menemukan bahwa seluruh klub sepak bola
manusia sebagai aset dalam klub sepak bola telah memenuhi syarat minimum dari IAS
ialah karena dana yang ada dalam industri 38 dan UEFA. Namun, bagaimana dan infor­
sepak bola sendiri bukanlah dana yang ke­ masi seperti apa yang diungkapkan oleh ma­
cil, yang berarti peluang ekonomi yang ada sing-masing klub sepak bola pada laporan
di dalamnya cukup menjanjikan. Dana yang keuang­ an mereka berbeda secara subtan­
diperoleh sebagian besar digunakan untuk sional dan karena masih kurang­nya model
membeli pemain yang dianggap berpoten­ evaluasi dan kemung­ kinan untuk menga­
si untuk meningkatkan kinerja klub sepak pitalisasi home-grown players dan pemain
bola tersebut serta menyewa pelatih dengan dengan agen bebas, sehingga penilaian atas
tujuan yang sama. Tentu saja, pihak-pi­ pemain masih belum bisa dianggap sudah
hak yang berkepentingan seperti sponsor, disajikan de­ ngan nilai yang wajar dan se­
fans, dan pemegang saham ingin mengeta­ sungguhnya. Pada sisi lainnya, riset yang
hui bagaimana dana yang diperoleh klub dilakukan oleh Oprean & Oprisor (2014)
digunakan dan dikelola. Pihak-pihak yang yang mencoba menyajikan dampak indus­
berkepentingan tersebut tentu saja meng­ tri sepak bola atas ekonomi, serta bagaima­
inginkan adanya laporan, yang bisa saja na registrasi kontrak pemain dibingkai oleh
berbentuk laporan keuangan yang memuat bidang HRA, hingga bagaimana teknik akun­
bagaimana dana yang ada digunakan oleh tansi yang digunakan dapat berefek pada
pengelola klub. Namun, belum adanya stan­ representasi posisi keuangan klub. Hal ini
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 193

tentu saja dipengaruhi standar akuntansi najemen Bambang FC (klub samaran) dalam
yang diimplementasikan oleh manajemen menilai manusia yang dimilikinya.
klub sepak bola pada kontrak pemain dan Studi kasus digunakan pada riset ini
bagaimana standar akuntansi dapat diinter­ untuk mengeksplorasi perlakuan akuntansi
pretasikan dan diterapkan. Tujuan akhirnya atas pemain dan pelatih yang diterapkan di
ialah untuk menunjukkan teknik akuntan­ Bambang FC dengan sistem terbatas kon­
si dan metode penilaian mana yang paling temporer atau kasus, melalui pengumpulan
tepat untuk menyajikan nilai wajar yang data yang mendetail dan mendalam, dan
sesunguhnya atas pemain dalam laporan melibatkan beragam sumber informasi atau
keuangan. sumber informasi majemuk seperti wawan­
Riset ini berbeda dengan riset sebe­ cara (Darmayasa & Aneswari, 2015). Selain
lumnya. Riset ini membahas bagaimana itu, studi kasus merupakan metode yang
perlakuan akuntansi tidak hanya pemain, disarankan jika di dalam riset, peneliti tidak
tetapi juga pelatih sebagai aset takberwujud bisa mengontrol keberadaan peristiwa (Yin,
dalam klub sepak bola. Perlakuan akuntan­ 2018). Riset ini juga berfokus pada fakta
si yang dimaksud dalam riset ini mencakup yang terjadi pada kehidupan nyata. Penggu­
perekrutan pemain dan pelatih, penentuan naan studi kasus juga dikarenakan riset ini
kontrak, hingga penyajiannya dalam lapor­ lebih ke arah generalisasi secara analitikal
an keuangan. Khususnya dalam klub sepak dengan mengembangkan dan menganalisasi
bola di Indonesia, yang pengelolaan klubnya teori. Studi kasus yang digunakan dalam pe­
belum sepadan dengan klub sepak bola di nelitian ini merupakan studi kasus deskrip­
Eropa. Riset ini menawarkan standar akun­ tif.
tansi “sementara” bagi klub sepak bola di Informan dalam riset ini dipilih de­
Indonesia, khususnya pada aspek penyajian ngan alasan bahwa pihak tersebut berkait­an
informasi akuntansi mengenai pemain dan langsung dalam perlakuan akuntansi atas
pelatih. Selain itu, riset ini juga mencoba pemain dan pelatih dalam Bambang FC. Se­
membangun konstruksi dasar pengukuran lain itu, informan juga mengetahui dan pa­
nilai pemain dan pelatih dalam klub sepak ham bagaimana perlakuan akuntansi atas
bola dalam ukuran moneter. pemain dan pelatih dalam Bambang FC. In­
forman yang berasal dari manajemen Bam­
METODE bang FC yaitu Sudirman (nama samaran)
Untuk mengetahui bagaimana per­ yang merupakan sekretaris umum, asisten
lakuan akuntansi menilai sumber daya ma­ manajer Bambang FC U19, dan manajer
nusia dalam klub sepak bola sebagai aset, ope­rasional akademi Bambang FC, Mince se­
khususnya dalam ukuran moneter, tidak laku staf akuntansi, serta Mergie yang juga
cukup hanya dilihat secara kasat mata merupakan staf akuntansi. Informan yang
melalui laporan keuangan klub sepak bola berasal dari luar manajemen klub sepak bola
semata. Langkah manajemen dalam menen­ tetapi mengetahui dan memaham­i perlakuan
tukan angka dalam moneter, yang tertuang akuntansi dalam Bambang FC ialah Suyono
di dalam kontrak pemain hingga di dalam selaku auditor eksternal yang mendapat tu­
laporan keuangan klub, yang menggam­ gas audit laporan keuang­an.
barkan nilai sumber daya manusia di klub
sepak bola tersebut dalam ukuran moneter, HASIL DAN PEMBAHASAN
tentu saja melalui dasar-dasar yang ditetap­ Pemain dan pelatih sebagai aset:
kan oleh manajemen. Dasar-dasar yang hanya sekadar pengakuan. Aset secara
mempengaruhi kebijakan dalam penentuan umum dapat dikatakan sebagai sumber
“harga sumber daya manusia” di dalam klub daya yang saat ini dikuasai entitas sebagai
sepak bola tersebut tentu saja tidak dapat hasil dari peristiwa masa lalu atau sumber
dilepaskan dari sudut pandang manajemen. daya ekonomi yang dimiliki yang berpo­
Oleh karena itu, riset tidak dapat hanya tensi menghasilkan manfaat ekonomi. Im­
dilakukan dari sudut pandang pihak yang plikasinya, pemain dan pelatih memenuhi
netral atau berjarak dari objek riset. De­ definisi aset bagi klub sepak bola untuk
ngan kata lain, riset ini berusaha seminimal diakui secara aset menurut IFRS. Pemain
mungkin mengurangi jarak dengan objek dan pelatih me­ rupakan sumber daya yang
riset agar memahami bagaimana perlakuan “dimiliki” entitas, dalam hal ini klub sepak
metode akuntansi yang diterapkan oleh ma­ bola terkait, sebagai hasil dari peristiwa di
194 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

masa lalu, yang merupakan transaksi jual belum mengakui pemain dan pelatih se­
beli atas “hak” mempergunakan jasa atau bagai aset takberwujud dengan sepenuhnya.
kemampuan dari pemain dan pelatih. Pe­ Bambang FC belum mencatat nilai pemain
main dan pelatih dalam sebuah klub sepak dan pelatihnya sebagai aset takberwujud
bola juga dapat dianggap sebagai sumber dalam pencatatan akuntansinya. Adapun
daya ekonomi bagi klub sepak bola tersebut, pencatatan akuntansi terkait dengan pe­
yang memiliki potensi untuk menghasilkan main aset takberwujud dan pelatih hanyalah
manfaat ekonomi bagi klub. Contoh manfaat gaji yang dibayarkan atas pemain dan pela­
ekonomi bagi klub sepak bola tersebut misal­ tih yang masih dibebankan ke akun beban.
nya saja melalui pendapatan atas penjualan Sementara itu, dalam rincian akun aset mi­
tiket pertandingan, sponsorship, penjualan salnya, tidak ditemukan akun aset yang ber­
merchandise klub, hingga laba yang didapat­ hubungan dengan pemain ataupun pelatih
kan dari “jual beli” pemainnya. Ghio et al. Bambang FC. Tidak ada jurnal yang dicatat
(2019) dan Torre et al. (2018) juga menjelas­ oleh bagian akuntansi Bambang FC ketika
kan bahwa ketika pemain menandatang­ani Bambang FC “menjual” atau “membeli” pe­
kontrak, entah pemain tersebut “dibeli” oleh main maupun saat merekrut atau melepas
klub atau merupakan pemain homegrown, pelatih. Hal yang seharusnya dilakukan oleh
pemain tersebut mengakui hak klub atas manajemen Bambang FC jika manajemen
manfaat ekonomi bagi klub di masa depan Bambang FC benar-benar mengakui serta
melalui jasa yang ia berikan. Oleh kare­ memahami bahwa pemain dan pelatihnya
na itu, ketik menandatangani kontrak, pe­ merupakan aset bagi klub, seperti penutur­
main dapat “digunakan” oleh klub untuk an Mince berikut ini:
mendapatkan manfaat ekonomi di masa de­
pan bagi manajemen klub sebagai hasil dari “Ya seharusnya sih seperti itu ya
peristiwa di masa lalu. mbak. Dicatat waktu kita tanda
Secara konsep Bambang FC telah me­ tangan kontrak baru atau jual pe­
ngetahui dan memahami bahwa pemain main, soalnya kan pemain sama
dan pelatihnya pada dasarnya merupakan pelatih kan termasuk aset. Cuma
aset terbesar bagi klub. Begitu juga dengan kita nyatetnya (hal yang berkaitan
pemain muda binaan Bambang FC. Alasan dengan pemain dan pelatih dalam
mengapa Bambang FC menganggap pemain Bambang FC) ya cuma saat kita
dan pelatihnya sebagai aset dijelaskan oleh bayar gajinya aja.” (Mince).
Sudirman:
Manajemen hanya mengerti bahwa
“Pemain itu ya asetnya Bambang pemain dan pelatih di Bambang FC me­
FC. Bambang FC performanya rupakan aset klub, bahkan aset terbesar.
bagus, mainnya bagus, kan men­ Namun, bagaimana perlakuan akuntansi
datangkan banyak pemasukan atas pemain dan pelatih di dalam klub sepak
toh? Dari tiket, sponsor. Bagus bola, bagaimana perlakuan akuntansi terse­
jeleknya Bambang FC keliatan but diterapkan, tidak dipahami. Tidak ada­
dari pemain­ nya (Bambang FC) nya standar yang mengatur bagaimana klub
gimana. Terus kaya tadi, Bam­ sepak bola seharusnya menilai pemain dan
bang FC punya pemain muda. pelatihnya sebagai aset, khususnya dalam
Bisa kita masukin ke tim utama standar akuntansi yang diterapkan di Indo­
kita, atau kita jual. Kita sewakan nesia, baik PSAK maupun SAK menjadi ala­
ke klub lain juga bisa kalo kita ga san utama bagi Bambang FC belum meng­
pake. Dapat pemasuk­an toh Bam­ akui, mencatat, dan melaporkan pemain
bang FC? Kalo pelatih yah 11 12 dan pelatihnya sebagai aset dalam laporan
lah” (Sudirman). keuangan. Begitu juga ketiadaaan panduan
atau pedoman dari pihak federasi sepak
Namun, pemahaman mengenai konsep bola Indonesia, sebagai lembaga nasio­ nal
pemain dan pelatih, serta pemain muda bi­ yang mengatur sepak bola di Indonesia, juga
naan Bambang FC sebagai aset tersebut ma­ tidak mengatur mengenai bagaimana per­
sih sebatas pemahaman saja. Hal ini terlihat lakuan akuntansi atas pemain dan pelatih
dari proses pengakuan, pencacatan, hingga klub sepak bola sebagai aset, seperti diu­
penyajian informasi akuntansi atas pemain tarakan Mergie pada kutipan berikut ini.
dan pelatih di Bambang FC. Bambang FC
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 195

“Saya gak tahu mbak gimana nya- Kebanyakan dibebankan. Apalagi


tetnya. Belum ada standarnya kebanyakan kontrak (pemain dan
soalnya. Saya tahunya ya pas ba­ pelatih) di Indonesia hanya satu
yar gaji pemain dan pelatih. Yang musim selesai. Terkadang mu­
standar-standar lah mbak. Kaya sim belum selesai, pemain itu kan
akuntansi di perusahan biasa” kadang banyak permintaan­ nya,
(Mergie). (jadi) kadang diputus di tengah
jalan. Apalagi pengelolaan (klub
Tidak hanya perlakuan akuntansi atas sepak bola) di Indonesia ini beda
pemain dan pelatihnya sebagai aset yang dengan di luar. Di Indonesia ini
belum diterapkan oleh Bambang FC. Penen­ terkadang (hanya) hobi. Jadi agak
tuan nilai kontrak pemain dan pelatih, yang susah untuk menuju (pengelo­
seharusnya dapat dijadikan sebagai penen­ laan) profesional” (Suyono).
tuan nilai pemain dan pelatih yang menja­
di nilai aset bagi Bambang FC, masih me­ Saat ini manajemen klub-klub sepak
rupakan hasil tawar menawar antara pihak bola di Indonesia telah berusaha untuk
manajemen Bambang FC dengan pemain menuju ke pengelolaan klub yang lebih
maupun pelatih saat penandatanganan kon­ profesional. Salah satu alasannya adalah
trak. Manajemen Bambang FC sendiri su­ klub-klub sepak bola di Indonesia sedang
dah mempunyai kriteria tetapi belum dija­ berusaha memenuhi syarat dari AFC, un­
dikan standar internal. Namun, penentuan tuk pengelolaan klub sepak bola yang le­
atas harga taksiran wajar seorang pemain bih profesional. Seperti yang kita ketahui,
ataupun pelatih menurut manajemen, me­ sebagian besar klub sepak bola di Indone­
rupakan diskresi manajemen sendiri. Hasil sia merupakan milik daerah, di mana dana
diskresi inilah yang kemudian menjadi dasar yang digunakan untuk kegiatan operasional
bagi manajemen saat melakukan tawar me­ bersumber dari APBD. Dana tersebut ter­
nawar mengenai nilai kontrak baik dengan masuk digunakan untuk membeli pemain
pemain maupun dengan pelatih. dan mengontrak pelatih. Diharapkan ketika
Perlakuan pemain dan pelatih dalam klub sepak bola tidak lagi bergantung pada
klub sepak bola yang masih dianggap beban APBD, manajemen pengelolaan klub sepak
oleh klub sepak bola, tidak hanya dilakukan bola pun menjadi lebih baik dan profesional.
oleh manajemen Bambang FC saja, tetapi Pemain dan pelatih: aset atau beban?
juga dilakukan oleh klub-klub sepak bola Besarnya nilai dalam transaksi yang berkait­
lainnya di Indonesia. Ketiadaan standar an dengan pemain ataupun pelatih dalam
ataupun panduan me­ngenai bagaimana per­ sebuah klub sepak bola, menjadikan nilai
lakuan akuntansi atas pemain dan pelatih, nominal mereka sebagai akun yang material
yang seharusnya diakui sebagai aset, juga dalam laporan posisi keuangan klub. Pemain
dibenarkan oleh Suyono sebagai alasan ma­ dan pelatih dalam sebuah klub sepak bola
najemen Bambang FC belum memperlaku­ merupakan salah satu faktor penentu bagi
kan pemain dan pelatih sebagai aset. Selain klub untuk mendatangkan pendapatan bagi
itu, pengelolaan klub sepak bola di Indone­ klub tersebut. Pemain dan pelatih di dalam
sia, yang masih belum profesional, dan baru sebuah klub sepak bola merupakan aset pa­
beberapa tahun ini mengarah menuju pro­ ling besar yang ada di klub tersebut. Hal ini
fesional juga menjadi salah satu alasan me­ jelas karena klub sepak bola yang memiliki
ngapa perlakuan akuntansi atas pemain dan tim yang berkualitas bagus, dapat memba­
pelatih masih belum sesuai. Suyono lebih wa pendapatan dan laba bagi klub tersebut,
lanjut menjelaskan: misalnya saja melalui tiket pertandingan,
produk sponsor, merchandise klub, hingga
“Kalo di Indonesia itu, pengelo­ transfer fee pemain.
laan masih belum profesional. Pemain pada dasarnya memenuhi defi­
Dari yang saya ketahui ya, kare­ nisi dan kriteria sebagai aset takberwujud.
na beberapa klub (sepak bola) me­ Klub sepak bola “membeli” pemain untuk
mang kita yang audit. Tapi pem­ menghasilkan manfaat ekonomis di masa
berlakuan SDM (sumber daya depan. Manfaat ekonomis dalam hal ini
manusia) sebagai aset masih be­ ialah kontribusi pemain atau jasa pemain
lum. Pemain sama pelatih untuk yang merupakan sesuatu yang intangible.
dianggap aset masih belum mbak. Pemain dapat direkognisi dengan jelas se­
196 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

hingga dapat “dijual” atau “disewakan”. Klub ki hak sepenuhnya atas pemain dan pelatih
juga memiliki otoritas atas pemain melalui sebagai aset. Namun, klub sepak bola dapat
kontrak yang ditandatangani oleh kedua be­ mengharapkan jasa yang disediakan oleh
lah pihak sehingga harga perolehan pemain tenaga kerja, dalam hal ini pemain dan pela­
dapat diukur secara andal, misalnya melalui tih sepak bola. Jasa yang diharapkan inilah
pasar transfer aktif. yang dapat dikontrol dan kepemilikan klub
Pada sisi lainnya, Lozano & Gallego sepak bola berbentuk kontrak kerja.
(2011) dan Müller et al. (2017). juga ber­ Walaupun karyawan pada perusahaan
pendapat bahwa pemain merupakan aset dan pemain bola serta pelatih sama-sama
inti dalam sebuah klub sepak bola karena merupakan pekerja, terdapat perbedaan sig­
pe­ngaruh yang mereka miliki. Mereka men­ nifikan di antara keduanya. Dimitropoulos
jelaskan bahwa memiliki pemain yang baik & Koumanakos (2015) dan Regoliosi (2018)
dan terkenal baik dalam segi keterampilan menjelaskan perbedaan paling signifikan an­
maupun kualitas yang dapat dipasarkan tara karyawan pada perusahaan dan pemain
berkontribusi secara substansial pada pe­ bola ialah kepemilikan eksklusif atas pemain
ningkatan reputasi klub. Reputasi klub yang yang terdaftar adalah aset terbesar bagi klub.
lebih baik, menghasilkan image klub yang Pemain profesional yang dipekerjakan oleh
lebih kuat, yang membawa peningkatan klub wajib terdaftar di liga dan asosiasi yang
penjualan dan kekuatan negosiasi dengan menjadi tempat mereka berafiliasi. Pemain
media massa, sponsor, dan sebagainya. Ten­ profesional yang terdaftar pada liga dan aso­
tu saja hal ini akan meningkatkan kapasitas siasi tempat mereka berafliasi menandakan
dalam menghasilkan pendapatan di masa kepemilikan ekslusif atas pemain tersebut.
depan. Kepemilikan ekslusif inilah yang kemudian
Temuan kedua peneliti tersebut juga diperjualbelikan oleh klub sepak bola. Oleh
didukung oleh Lardo et al. (2017) dan Oprean karena itu, yang dimaksud pemain dan pela­
& Oprisor (2014). Mereka berpendapat bah­ tih sebagai aset ialah kepemilikan eks­klusif
wa pemain dan pelatih sebagai aset. Pemain atas pemain dan pelatih.
dan pelatih, khususnya pemain, merupakan Namun, jika melihat pemain dan pela­
elemen paling penting dalam sebuah klub tih sebagai beban karena klub sepak bola
sepak bola. Keduanya bahkan berpendapat, tempat mereka bernanung harus memba­
tanpa pemain, aset lainnya milik sebuah yar gaji setiap bulannya selama periode ter­
klub sepak bola seakan tidak begitu berar­ tentu juga bukan pilihan yang bijak. Hal ini
ti. Namun, menurut mereka, mengganggap karena tidak menggambarkan nilai pemain
kontrak sebagai aset dalam pembukuan dan pelatih dalam laporan posisi keuangan,
merupakan hal yang tidak boleh dilakukan. yang merupakan sumber manfaat ekonomi
Seseorang tidak memiliki hak properti atau utama bagi sebuah klub sepak bola. Meng­
hak kepemilikan atas orang lain. Mengang­ akui pemain dan pelatih sebagai beban
gap kontrak pemain dan pelatih sebagai aset, dikatakan sebagai kebijakan “beban” oleh
berarti klub sepak bola tempat pemain dan Regoliosi (2018). Selain itu, kebijakan “be­
pelatih tersebut bernanung dapat menggu­ ban” menurut Dimitropoulos & Koumana­
nakan pemain dan pelatih secara keseluruh­ kos (2015) merupakan perlakuan konvensio­
an. nal dan tradisional di mana klub sepak bola
Berbeda dengan aset tak berwujud memperlakukan transfer fee sebagai beban
lainnya, dalam mengidentifikasi aset manu­ dalam akun laba rugi. Transfer fee sendiri
sia, manfaat ekonomi di masa depan diasosi­ merepresentasikan sebuah kompensasi atas
asikan dengan manusia melalui kemampuan pemutusan sebuah kontrak dikarenakan
tenaga kerja menghasilkan arus kas dan jasa pemain pindah ke klub lainnya. Transaksi
lainnya yang menciptakan manfaat ekonomi tersebut diakui sebagai beban operasional
di masa depan (Bullough& Coleman, 2019; atau hal “luar bisa” dalam periode di mana
Coluccia et al., 2018). Hal ini yang kemu­ kontrak ditandatangani. Hal ini kemudian
dian menjadi perdebatan mengenai “penga­ akan berpengaruh pada beban yang dilapor­
kuan hak” atas manfaat ekonomi di masa kan lebih tinggi serta mengurangi pendapa­
depan yang dihasilkan oleh manusia. Ma­ tan pada periode kontrak ditandatangani.
nusia “tidak dapat” dimiliki seperti perusa­ Selain itu, kebijakan “beban” ini juga tidak
haan memiliki aset berwujud maupun tidak menggambarkan nilai pemain dan pelatih
berwujud. Oleh karena itu, klub sepak bola dalam laporan posisi keuangan, yang di­
tidak dapat mengklaim bahwa klub memili­ dasari karena manfaat masa depan yang
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 197

mungkin dihasilkan oleh pemain tidak pas­ umur manfaat ekonomisnya secara garis
ti dikarenakan terdapat faktor cedera, yang lurus atau sama rata. Kapitalisasi biaya
memungkinkan pemain tidak dapat bermain yang dikeluarkan saat perekrutan pekerja
bagi klub. Bambang FC sendiri masih me­ juga didukung oleh Firdlo (2012) yang ber­
nerapkan kebijakan “beban” ini atas pemain pendapat bahwa biaya yang dikeluarkan or­
dan pelatih yang bernanung dalam klub­nya. ganisasi untuk merekrut, mengembangkan,
Selain permasalahan pengakuan pemain dan mendayagunakan manusia merupakan
dan pelatih sebagai beban operasional atau bentuk investasi untuk memperoleh “aset
sebagai aset bagi klub, permasalahan lain manusia” selayaknya pengapitalisasian bia­
yang menyangkut pemain dan pelatih ialah ya ke dalam harga perolehan aset tetap.
mengenai penilaian pemain dan pelatih. Hal “Mencontek” perlakuan akuntansi
ini karena tidak ada dua individu yang iden­ atas pemain dan pelatih di klub sepak bola
tik dan sama persis, bahkan manusia yang Eropa: Liverpool dan Manchester United.
terlahir kembar sekalipun memiliki kara­ Belum adanya standar mengenai penilaian
teristik yang berbeda. Begitu juga dengan pemain dan pelatih sebagai aset dalam lapor­
pemain dan pelatih. Bagaimana cara meng­ an keuangan, baik dari DSAK – IAI maupun
ukur nilai pemain dan pelatih secara objek­ dari lembaga yang mengelola industri sepak
tif merupakan permasalahan lainnya dalam bola, menjadi alasan utama perlakuan
akuntansi yang berkaitan dengan industri akuntansi atas pemain dan pelatih sebagai
sepak bola. aset dalam klub sepak bola belum diterap­
Praktik akuntansi saat ini, khususnya kan dengan baik. Walaupun begitu, mana­
dalam klub sepak bola Indonesia, memang jemen klub sepak bola di Indonesia dapat
masih memperlakukan biaya perekrutan, mengadopsi sistem akuntansi yang telah
pelatihan, hingga pengembangan kemam­ diterapkan oleh manajemen klub sepak bola
puan pemain dan pelatih sepak bola sebagai di luar negeri, yang telah dikelola dengan
beban pada periode saat terjadinya aktivitas profesional dan memilki panduan mengenai
tersebut. Ghio et al. (2019) mengungkapkan bagaimana pemain dan pelatih dalam klub
bahwa praktik tradisional dalam akuntansi sepak bola, sebagai aset diakui, dicatat, ser­
untuk pemain telah mengecualikan evalua­ ta disajikan dalam laporan keuangan. Jika
si apa pun atas pemain dari laporan posisi dibandingkan dengan industri sepak bola di
keuangan. Entah pemain tersebut “dibeli” luar negeri, khususnya di benua Eropa, In­
dari pasar transfer maupun yang dikem­ dustri sepak bola di Indonesia sendiri masih
bangkan oleh klub secara internal. Torre sangat jauh tertinggal. Di Eropa, klub sepak
et al. (2018) menjelaskan bahwa selama ini bola sudah dikelola secara profesional. Sa­
transfer fee (dan segala biaya yang berkait­an ham-saham klub bola di Eropa pada u­mum­
untuk mendapatkan pemain), dibeban­ kan nya sudah diperjualbelikan di bursa sa­
ke akun pendapatan dan beban lain-lain ham. Oleh karena itu, melampirkan laporan
pada tahun transfer pemain terjadi. Demiki­ keuangan tahunan merupakan kewajiban
an pula dengan Puente-Díaz & Cavazos-Ar­ bagi klub-klub sepak bola tersebut. Salah
royo (2018) yang mengungkapkan bahwa satu infromasi yang ada di laporan keuang­
transfer fee mengakibatkan laba lebih sedi­kit an yang disediakan oleh klub-klub terse­
pada periode tersebut. Tidak hanya itu, pe­ but ialah informasi mengenai pemain yang
ningkatan pendapatan di masa depan hasil dikategorikan sebagai aset tak berwujud. Se­
dari perekrutan, pelatihan hingga pengem­ cara umum klub-klub sepak bola di Eropa
bangan kemampuan pemain dan pelatih memasukkan sumber daya manusianya da­
dalam sepak bola tersebut akan tercermin lam hal ini pemain dan pelatih dalam klub­
pada laporan laba rugi di masa depan tanpa nya sebagai aset takberwujud. Misalnya saja
biaya. Dengan kata lain, konsep kesesuaian Liverpool dan Manchester United.
antara pendapatan dan beban terkait tidak Liverpool membagi aset takberwujud­
terjadi. Bloom & Kamm (2014) juga meng­ nya menjadi dua kategori, yaitu goodwill
ungkapkan bahwa perusahaan seharus­ dan player registrations. Liverpool men­
nya mencerminkan biaya yang dikeluarkan catat player registrations dengan nilai saat
saat merekrut pekerja hingga pengemba­ng­ pemain tersebut “dibeli” oleh Liverpool. Li­
an kemampuan sebagai aset jangka pan­ verpool juga melakukan amortisasi dan re­
jang karena diharapkan dapat memberikan valuasi pada player registrations dengan
manfaat di masa depan. Biaya-biaya ini ha­ adanya akun impairment yang dijabarkan
rus diamortisasi atau dialokasikan selama pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Nilai
198 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

pemain ditampilkan pada laporan posisi lam Form 20-F United States Securities and
keuangan Liverpool merupakan nilai buku Exchange Comission Manchester United.
bersih setelah dikurangi amortisasi pada ta­ Manchester United mencatat nilai pemain,
hun berjalan dan kerugian maupun keun­ pelatih, serta staf manajemen inti sebesar
tungan hasil revaluasi. Liverpool mencatat biaya yang berkaitan saat mengakuisisi pe­
nilai pemainnya sebesar biaya yang berkait­ main, pelatih, serta staf manajemen inti
an saat mengakuisisi pemain. Biaya tersebut pada nilai wajarnya. Biaya yang berkaitan
dikapitalisasi dan diamortisasi berdasarkan dengan akuisisi pemain dan staf manajemen
jangka waktu kontrak pemain. Jika pemain inti meliputi transfer fee, biaya retribusi liga,
tersebut memperpanjang kontrak, amortisa­ biaya agen dan biaya lainnya yang dapat di­
si dihitung berdasarkan penambahan jang­ distribusikan secara langsung. Biaya-biaya
ka waktu kontrak dari tanggal penandatang­ tersebut juga termasuk estimasi nilai wajar
anan kontrak. Keuntungan dan kerugian dari setiap pertimbangan kontingensi. Es­
yang didapatkan saat pelepasan pemain di­ timasi atas nilai wajar dari imbalan-imbal­
hitung berdasarkan transfer fee yang diteri­ an kontingensi mengharuskan manajemen
ma dikurangi nilai buku pada saat transaksi Manchester United untuk memperhitungkan
penjualan pemain tersebut, dikurangi bia­ kemungkinan atas kondisi performa tertentu
ya yang terkait atas transfer pemain terse­ yang akan menimbulkan payment of conti­
but. Catatan Atas Laporan Keuangan juga ngent consideration seperti jumlah penampi­
memaparkan bahwa manajemen Liverpool lan pemain. Biaya-biaya ini diamor­ tisasi
dapat melakukan revaluasi atas aset tak­ selama periode yang dicakup oleh kontrak
berwujud, termasuk kontrak pemain sesuai individu. Sejauh kontrak individu diperpan­
dengan Financial Reporting Standard (FRS) jang, nilai buku yang tersisa diamor­ tisasi
102 Section 27, jika terdapat indikasi me­ selama sisa masa kontrak yang direvisi.
ngenai penurunan nilai atas aset takberwu­ Manchester United menjelaskan mengenai
jud. Namun, mengenai bagaimana Liverpool transfer fee yang menjadi dasar bagi nilai
menghitung impairment atau melakukan buku pemain. Pengakuan pendapatan yang
revaluasi atas pemainnya, tidak dijelaskan didapatkan dari akademi pemain muda dari
lebih lanjut dalam Catatan Atas Laporan peminjaman pemain dan transfer fee juga di­
Keuangan. jelaskan oleh Manchester United.
Liverpool menjabarkan informasi de­ Tidak jauh berbeda dengan Liver­
ngan cukup detail mengenai perlakuan pool, manajemen Manchester United juga
akuntansi pemainnya. Namun, informasi melakukan amortisasi biaya yang berkaitan
mengenai bagaimana klub sepak bola Li­ de­ngan akuisisi pemain. Hal yang membe­
verpoool menerapkan perlakuan akuntansi dakan dengan Liverpool adalah Manchester
atas pelatihnya, baik dari sisi pengakuan, United tidak hanya meng­ amortisasi biaya
pencatatan, hingga penyajian dalam laporan yang berkaitan dengan akuisisi pemain,
keuang­ an, tidak disajikan dalam laporan tetapi juga biaya akuisisi staf manajemen
posisi keuang­ an Liverpool. Jika dibanding­ inti. Biaya yang dikeluarkan pada saat akui­
kan de­ ngan Liverpool, informasi mengenai sisi diamortisasi dengan umur ekonomis
bagaimana perlakuan akuntansi Bambang berdasarkan jangka waktu kontrak pemain
FC atas pemain dan pelatih sebagai aset maupun staf manajemen inti. Perubahan
dalam lapor­an keuangan tahunan tidak ter­ nilai amortisasi pemain ataupun staf mana­
sedia dalam laporan keuangan. Bambang jemen inti merefleksikan penambahan biaya
FC tidak memberikan penjelasan mengenai yang dibayarkan atas akuisisi pemain dan
bagaimana pemain dan pelatih­ nya diakui staf manajemen inti, penambahan jangka
dan dicatat dalam akuntansi serta bagaima­ waktu kontrak, serta pelepasan pemain dan
na pemain dan pelatihnya disajikan dalam staf manajemen inti. Manchester United juga
laporan keuangan. mengakui keuntung­ an ataupun kerugian
Tidak jauh berbeda dengan Liverpool, dari pelepasan asetnya, dalam hal ini pe­
Manchester United juga menggolongkan pe­ main klub Manchester United, dalam lapor­
mainnya ke dalam kelompok aset tak berwu­ an laba rugi mereka. Bahkan, dalam Form
jud. Manchester United menjelaskan dengan 20-F United States Securities and Exchange
cukup dalam mengenai bagaimana per­ Comission Manchester United untuk tahun
lakuan akuntansi Manchester United atas fiskal 2018, lebih jauh dijelaskan pendapat­
pemain ataupun pelatihnya sebagai aset. an atas pelepasan aset tak berwujud untuk
Hal ini tertuang dalam laporan tahunan da­ tahun yang berakhir 30 Juni 2018 sebesar
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 199

124,4 juta poundsterling, yang sebagian be­ dimaksud dalam IAS 38 adalah memenuhi
sar berkait­an dengan pelepasan pemain ser­ definisi, dan kriteria pangakuan aset tak­
ta penjual­an atas biaya yang berhubungan berwujud.
dengan pemain sebelumnya. Manchester IAS 38 menjelaskan mengenai bagaima­
United juga memaparkan secara mendetail na aset tak­ berwujud diukur nilainya dan
mengenai nilai amortisasi serta keuntungan menentukan umur ekonomis aset tersebut.
yang didapatkan atas pelepasan pemain. Aset tak berwujud harus diukur sebesar
Penyebab utama terdapat perbedaan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
besar mengenai perlakuan akuntansi pe­ mendapatkan aset tersebut hingga siap di­
main dan pelatih sebagai aset takberwujud gunakan oleh perusahaan. Hal ini yang
antara klub sepak bola di Eropa dan Bam­ kemudian dapat menjadi dasar bagi manaje­
bang FC adalah dipengaruhi oleh standar men klub sepak bola untuk mengukur nilai
yang berkaitan, termasuk standar akuntan­ pemain dan pelatih mereka sebesar nilai
si yang mengatur mengenai penyajian infor­ kontrak beserta bia­ya yang dikeluarkan un­
masi pemain dan pelatih sebagai aset dalam tuk mengakuisisi atau mempekerjakan pela­
lapor­an keuangan. Di Eropa industri sepak tih. Manajemen klub sepak bola kemudian
bola sudah lebih dahulu berkembang. Klub- dapat mencatat total biaya tersebut sebagai
klub sepak bola di Eropa pun telah dikelola nilai atas pemain maupun pelatih. Semen­
secara profesional. Adanya standar dari pi­ tara itu, untuk penentuan umur ekono­
hak berwenang mengenai bagaimana nilai mis, entitas dapat menggunakan periode
pemain dan pelatih diakui, dicatat, serta di­ entitas dapat memanfaatkan aset tersebut
laporkan dalam laporan keuangan klub se­ yang diekspetasikan entitas atas aset, hasil
bagai aset sehingga klub sepak bola di Eropa produksi, atau ekspetasi jumlah unit yang
memiliki panduan bagaimana nilai pemain mendekatinya, yang dapat entitas dapat­
dan pelatih diakui, dicatat, hingga dilapor­ kan melalui aset tersebut. Jika diterapkan
kan dalam laporan keuangan klub. Walau­ dalam klub sepak bola, entitas yang dalam
pun untuk penentuan nilai secara moneter hal ini manajemen klub sepak bola, dapat
pemain dan pelatih masih belum memili­ menggunakan nilai kontrak pemain ataupun
ki standar yang berlaku, klub sepak bola pelatih sebagai umur ekonomis dari pemain
di Eropa telah memahami bahwa pemain dan pelatih. Jangka waktu kontrak pemain
dan pelatih dalam klub sepak bola mereka merupakan periode di mana klub sepak bola
merupakan aset bagi klub. Pemahaman ini dapat memanfaatkan pemain dan pelatih
dapat terlihat dari bagaimana klub sepak yang dikontraknya. Hal ini sesuai dengan
bola di Eropa, dalam tulisan ini Liverpool metode penentuan umur ekonomis yang per­
dan klub sepak bola Manchester United, tama, di mana entitas dapat menggunakan
mengakui, mencatat, serta memperlakukan periode entitas yang dapat memanfaatkan
pemain dan pelatih mereka sebagai aset da­ aset tersebut yang diekspetasikan oleh enti­
lam laporan keuang­an. tas atas aset.
IAS 38 sebagai standar “sementara”. Manajemen Bambang FC dapat menga­
Hingga saat ini masih belum ada standar dopsi bagaimana manajemen Liverpool mau­
khusus yang mengatur mengenai HRA atau­ pun manajemen klub sepakola Manchester
pun panduan me­ ngenai pengukuran sum­ United dalam memperlakukan pemain dan
ber daya manusia secara moneter, baik di pelatihnya sebagai aset dalam klub. Baik
Indonesia maupun di luar negeri. Namun, manajemen Liverpool maupun manajemen
jika melihat perlakuan akuntansi atas pe­ klub sepakola Manchester United menga­
main dan pelatih sebagai aset yang telah di­ kui dan mencatat pemain dan pelatihnya
terapkan Liverpool dan Manchester United, sebagai aset takberwujud dalam pencatatan
salah satu standar akuntansi yang paling akuntansinya. Nilai pemain dan pelatih di­
mendekati untuk di­ terapkan pada pemain catat oleh kedua klub sebesar nilai kon­
dan pelatih sebagai aset bagi klub sepak trak beserta biaya yang dikeluarkan untuk
bola, ialah International Accounting Standard mengakuisisi pemain dan pelatih ke dalam
(IAS) No. 38. Pemain dan pelatih dalam klub klub. Nilai tersebut kemudian dikapitalisasi
sepak bola sendiri telah memenuhi syarat sepanjang umur ekonomis yang ditentukan
untuk diklasifikasikan sebagai aset tak­ berdasarkan jangka waktu masing-masing
berwujud berdasarkan IAS 38. Syarat yang pemain ataupun pelatih. Manajemen Liver­
200 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

pool dan klub sepakola Manchester United ketika pemain diakuisisi. Namun, ada yang
juga melakukan revaluasi atas nilai pemain mengelompokkannya ke dalam beban opera­
dan pelatih, bahkan melakukan impairment sional, dan ada juga yang membebankan ke
jika manajemen kedua klub sepak bola mas­ beban lain-lain. Ketika FRS 10 dikeluarkan,
ing-masing menemukan adanya indikasi kapitalisasi transfer fee menjadi kewajiban
yang diperlukan impairment baik atas pe­ di Eropa.
main maupun pelatih. Sayangnya, FRS 10 dikeluarkan oleh
IAS 38 sendiri, menurut Lardo et al. dewan pelaporan keuangan Eropa saja se­
(2017) dan Oprean & Oprisor (2014), belum hingga luas penerapannya hanya terbatas.
secara akurat menyatakan pengakuan sum­ Namun, untuk ke depannya, Indonesia se­
ber daya manusia dalam kategori aset, tetapi baiknya memiliki standar sendiri, yang dapat
lebih menawarkan prasyarat untuk mene­ bersumber dari adopsi IAS 38 yang dise­
rapkan perlakuan akuntansi. Mereka lebih suaikan dengan kondisi di Indonesia, atau
jauh juga berpendapat bahwa IAS 38 juga dapat membuat sendiri standar akuntansi
tidak dapat diterapkan atas pemain muda yang mengatur mengenai manusia sebagai
binaan klub yang tergabung dalam Akademi aset sesuai dengan kondisi di Indonesia. Hal
klub. Hal ini karena pemain muda binaan ini karena adopsi standar berdasarkan IAS
klub merupakan pemain di bawah umur se­ tidak selalu sesuai dengan kondisi di Indo­
hingga belum dapat memiliki kontrak pro­ nesia. Contohnya saja PSAK 69 diadopsi dari
fesional. Kontrak profesional yang menjadi IAS 41. PSAK 69 ini masih menuai banyak
dasar bagi IAS 38 untuk diakui sebagai aset kritik karena kurang sesuai dengan kondisi
takberwujud tidak ada, sehingga pemain di Indonesia. Ruang lingkup IAS 41 adalah
muda binaan klub tidak dapat diidentifikasi. perusahan industri besar, yang umumnya
Pemain muda binaan klub juga belum dapat telah terdaftar di pasar saham yang bergerak
diukur secara pasti biaya yang dikeluarkan di bidang agrikultur. Sementara itu, di Indo­
klub untuk memanfaatkan pemain muda nesia sendiri yang merupakan negara agri­
tersebut, sampai pemain muda tersebut kultur didominasi oleh UMKM, khususnya
dikontrak secara profesional oleh klub. Keti­ pengusaha tradisional.
ka pemain muda dikontrak secara profesio­ SAK ETAP bab 16 - aset tak berwu-
nal oleh klub, statusnya tentu saja bukan jud sebagai IAS 38 rasa lokal. Selain IAS
pemain muda binaan klub lagi se­hingga IAS 38, terdapat standar lain yang dapat menja­
38 dapat diterapkan. Namun, untuk saat ini di panduan Bambang FC dalam mengakui,
IAS 38 dapat dijadikan standar atau pan­ mencatat, dan menyajikan informasi menge­
duan sementara untuk mengisi kekosongan nai pemain dan pelatih sebagai aset. Stan­
hingga standar atau panduan yang lebih. dar tersebut ialah SAK ETAP Bab 16. SAK
Selain IAS 38, terdapat standar akun­ ETAP sendiri merupakan standar akuntansi
tansi lain yang dapat digunakan oleh klub untuk entitas tanpa akuntanbilitas publik.
sepak bola dalam menilai pemain dan pela­ SAK ETAP merupakan PSAK yang telah dise­
tihnya sebagai aset, yaitu Financial Report- derhanakan de­ ngan menggunakan pilihan
ing Standard 10. Financial Reporting Stan- pada alternatif standar yang le­ bih mudah
dard 10 atau FRS 10 sama-sama melingkupi dan simpel dan penyerdehanaan pengakuan
aset takberwujud. Mnzava (2013) mengung­ dan pengukur­ an. SAK ETAP di­ susun de­
kapkan bahwa FRS 10 menunjukkan am­ ngan mengadopsi IFRS for SME yang diubah
bivalensi regulator terhadap pengakuan aset menyesuaikan kondisi yang ada di Indone­
tak berwujud. Hal ini terlihat dari pedoman sia.
akuntansi untuk goodwill, di mana pengha­ Bambang FC menggunakan SAK ETAP
pusan langsung terhadap cadangan adalah dalam menyajikan laporan keuangannya,
opsi yang lebih disukai, meskipun kapi­ sesuai yang diungkapkan dalam Ikhtisiar
talisasi dan amortisasi diizinkan. Sebelum Kebijakan Akuntansi dalam Catatan Atas
adanya FRS 10, terdapat beberapa metode Laporan Keuangan. Di dalam SAK ETAP ter­
dalam pencatatan dan pengakuan atas pe­ dapat Bab 16 yang membahas mengenai aset
main di Eropa karena belum adanya standar. takberwujud. Jika manajemen Bambang in­
Bullough & Coleman (2019) dan Dimitropou­ gin mengakui pemain dan pelatihnya sebagai
los & Koumanakos (2015) memaparkan aset, atau bahkan mengakui seluruh sum­
mayoritas klub di Eropa menganggap trans- ber daya manusia sebagai aset, manajemen
fer fee sebagai beban pada periode berjalan Bambang FC dapat menerapkan perlakuan
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 201

aset takberwujud pada Bab 16 dalam SAK berwujud dikarenakan Bab 16 SAK ETAP
ETAP untuk mengakui sumber daya manu­ berpendapat bahwa aset takberwujud yang
sianya sebagai aset. dihasilkan secara internal entitas tidak
Pemain dan pelatih dalam klub sepak diakui, dan pengeluaran yang berkaitan
bola memenuhi definisi aset takberwujud dengan aset takberwujud yang dihasilkan
pada Bab 16 SAK ETAP. Menurut Bab 16 internal dicatat sebagai beban.
SAK ETAP aset tak berwujud merupakan Sumber daya manusia sebagai aset:
aset non-moneter yang dapat diidentifikasi pengukuran nilai moneter manusia
dan tidak mempunyai wujud fisik. Syarat melalui kacamata akuntansi sumber daya
aset tak berwujud adalah dapat diidentifikasi manusia. Sejumlah peneliti memaparkan
dan terdiri atas dua hal, yaitu dapat dipisah­ pendekatan penilaian manusia berdasarkan
kan dari aset lainnya (atau terbagi terpisah ukuran moneter. Leitão & Baptista (2019) dan
atau dapat dijual, dialihkan, dilisensikan, Scafarto & Dimitropoulos (2018) memapar­
disewakan, atau ditukarkan secara indivi­ kan pendekatan biaya. Pada pendekat­an bia­
dual atau bersama) serta muncul dari hak ya penilaian manusia berdasarkan ukuran
kontraktual atau hak hukum lainnya. moneter yang digunakan berdasarkan nilai
Jika melihat definisi aset takberwujud akuisisinya. Pendekatan biaya merupakan
menurut Bab 16 SAK ETAP, pemain dan metode yang paling umum digunakan oleh
pelatih dalam klub sepak bola memenuhi klub sepak bola dalam menilai sumber daya
definisi tersebut. Pemain dan pelatih me­ manusianya. Mereka juga mengusulkan
menuhi syarat identifikasi aset tidak tetap klub sepak bola menghitung biaya akusisi
dalam Bab 16 SAK ETAP yaitu dapat dipi­ sepanjang kontrak untuk mendapatkan nilai
sahkan dari aset lainnya, atau terbagi ter­ bersih pada setiap akhir periode akuntansi.
pisah atau dapat dijual, dialihkan, dilisen­ Nilai bersih ini kemudian dapat dikurangi
sikan, disewakan, atau ditukarkan secara depresiasi yang telah diestimasi oleh ma­
individual atau bersama. Kontrak pemain najer dengan memperhitungkan “nilai resi­
dan pelatih dalam klub sepak bola dapat du” dari pembelian pemain. Nilai bersih ini
dipisahkan dari aset lainnya, juga dapat juga memperhitungkan risiko implisit yang
terbagi terpisah. Kontrak pemain dan pela­ berkaitan dengan pemain, yang biasanya le­
tih juga dapat dijual atau dipindahkan “hak bih rendah dari nilai pemain yang dihitung
kepemilikan” atas pemain atau pelatih terse­ menggunakan pengganda pendapat­an yang
but ke klub sepak bola lainnya, dapat dialih­ digunakan oleh Union of European Football
kan, disewakan ke klub sepak bola lainnya, Association (UEFA).
atau ditukarkan baik secara individual mau­ Pada sisi lainnya, Lardo et al. (2017) dan
pun bersama-sama. Selain itu, “hak kepemi­ Müller et al. (2017) menjelaskan pendekat­
likan” atas pemain dan pelatih muncul dari an pendapatan dalam menilai nilai pemain.
hak kontraktual. Oleh karena itu, dapat di­ Pengganda pendapatan umumnya digu­
simpulkan pemain dan pelatih memenuhi nakan UEFA pada era 1990-an untuk me­
definisi aset takberwujud dalam Bab 16 SAK nentukan harga transfer pemain antarklub
ETAP. di Eropa. Harga transfer ini minimal harus
Jika Bambang menerapkan Bab 16 sama dengan gaji kotor pemain yang dika­
SAK ETAP untuk pengakuan pemain dan likan dengan koefisien yang telah ditentukan
pelatih sebagai aset, maka nilai pemain dan berdasarkan umur pemain. Namun metode
pelatih diukur menggunakan biaya peroleh­ ini tidak memperhitungkan penurunan nilai
an pada saat diperoleh. Umur manfaat uang dan risiko yang berkaitan dengan pe­
yang digunakan untuk memperhitungkan main.
amor­tisasi ialah sepanjang periode kontrak Pendekatan lainnya dipaparkan oleh
yang telah ditandatangani. Nilai residu pe­ Carlsson-Wall et al. (2016) dan Keshtidar et
main dan pelatih dianggap nol. Pemain dan al. (2017), yaitu pendekatan pasar. Metode
pelatih diamortisasi mengggunakan metode pendekatan ini berprinsip bahwa nilai pe­
garis lurus. Nilai pemain dan pelatih disa­ main dibentuk dari pasar pada saat transfer
jikan sebesar biaya perolehan atas pemain terjadi. Namun, pendekatan ini sulit untuk
dan pelatih tersebut yang dikurangi dengan dilakukan karena hanya dapat dilakukan
akumulasi amortisasi dan akumulasi ke­ pada saat transfer terjadi, sehingga tidak
rugian penurunan nilai jika ada. Untuk pe­ dapat dievaluasi untuk perbandingan. Hal
main homegrown, manajemen Bambang FC ini dikarenakan setiap pemain unik, sehing­
tidak dapat mengakuinya sebagai aset tak­ ga performanya maupun kinerjanya tidak
202 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

dapat direplikasi. Selain itu, nilai pemain dihitung berdasarkan nilai yang tertera pada
seringkali juga dipengaruhi oleh hal yang saat penandatanganan kontrak. Oleh karena
tidak dapat diperhitungkan secara pasti, itu, nilai ini harus diamortisasi dengan nilai
yaitu negosiasi antara klub yang “menjual” residu nol pada akhir kontrak.
pemain dengan klub yang “membeli” pemain Dari segi pencatatan, Bambang FC me­
tersebut. nerapkan metode dengan pendekatan biaya
Jika Bambang FC dikatakan menggu­ seperti yang diuraikan pada paragraf sebel­
nakan pendekatan berbasis biaya. Meskipun umnya. Bambang FC mencatat pemain sebe­
demikian, hal ini kurang tepat karena Bam­ sar bia­ya yang dikeluarkan pada saat men­
bang FC tidak memasukkan biaya aktual gakuisisi pemain. Nilai yang dicatat sebesar
yang dikeluarkan dalam mengelola pelatih. nilai kontrak pada saat tanda tangan kon­
Manajemen Bambang FC juga tidak mem­ trak kerja terjadi. Pemain dicatat pada akun
perkirakan biaya yang harus dikeluarkan jika aset tidak tetap. Nilai pemain juga diamor­
mengganti pelatih maupun menggunakan tisasi dengan nilai residual nol pada akh­
konsep ekonomi tentang biaya ke­sempatan. ir periode kontrak. Nilai residual nol pada
Pendekatan berbasis nilai mo­neter juga ku­ akhir periode mencerminkan nilai pemain
rang tepat karena Bambang FC sama sekali tersebut bagi klub, bukan nilai yang melekat
tidak memperhitungkan usia pensiun yang pada pemain ataupun pelatih.
merupakan salah satu elemen penting dalam Leitão & Baptista (2019) dan Scafarto &
pasar. Bambang FC juga tidak menghitung Dimitropoulos (2018) menjelaskan saat klub
nilai manfaat yang dihasilkan oleh Bambang sepak bola “membeli” pemain, klub sepak
FC dari hasil pembinaan pelatih yang dimi­ bola tersebut memilki opsi atas pemain,
liki oleh Bambang FC, sehingga model pasar yaitu menggunakannya, meminjamkannya,
juga bukan merupakan metode pendekatan atau menjualnya. Pada akhir kontrak, opsi
yang digunakan Bambang FC. Model pa­sar inilah yang bernilai nol bagi klub saat akhir
juga bukan metode yang digunakan oleh perio­de kontrak karena klub tidak mempu­
manajemen Bambang FC tidak menghitung nyai opsi untuk menggunakan, meminjam­
estimasi manfaat ekonomis yang didapatkan kan, ataupun menjualnya. Pada akhir peri­
Bambang FC di masa depan dengan mem­ ode pemain bebas dari berbagai kewajiban
perkerjakan pelatihnya. Bambang FC tentu dengan klub. Ketika terjadi negosiasi baru
saja mengharapkan manfaat dari memper­ baik de­ ngan klub sepak bola yang lama
kerjakan pelatih, tetapi masih belum dalam maupun klub sepak bola yang baru, nilai
bentuk nilai moneter yang dapat diukur (ha­ yang tercantum pada kontrak baru yang
nya sekadar “membawa Bambang FC ber­ ditandatangani merupakan nilai “terbaru”
jaya di kompetisi yang diikuti” atau dalam pemain tersebut yang dinilai berdasarkan
bentuk performa saja). performanya saat itu.
Jika melihat metode penilaian manusia Untuk penilaian pelatih dalam ukur­
berdasarkan nilai moneter, Bambang meng­ an moneter, Bambang FC dapat menggu­
gunakan pendekatan biaya dalam menilai nakan metode pendekatan pasar. Seperti
pemain dan pelatihnya. Bambang FC meng­ yang sudah dijelaskan sebelumnya, metode
gunakan biaya yang dikeluarkan pada saat pendekatan ini berprinsip bahwa nilai pe­
awal mengakuisisi pemain ataupun pelatih main dibentuk dari pasar pada saat transfer
sebagai nilai moneter mereka. Walaupun ada terjadi. Jika diterapkan pada penilaian pela­
penentuan nilai moneter atas pemain dan tih, nilai pelatih dibentuk pada saat terjadi
pelatih dalam Bambang FC, tidak berlanjut perekrutan pelatih. Negosiasi antarpelatih
hingga ke tahap pencatatan dan pe­nyajian dan klub yang ingin merekrut pelatih menja­
dalam laporan posisi keuangan Bambang dikan nilai pelatih tidak dapat diperhitung­
FC. kan secara pasti. Sama seperti perlakuan
Jumlah transfer fee, gaji, dan durasi terhadap pemain, Bambang FC mencatat
kontrak pemain berkontribusi signifikan pelatihnya sebesar nilai yang tertera pada
terhadap valuasi pemain. Jumlah transfer kontrak pada saat tanda tangan kontrak
fee yang harus dibayar klub saat merekrut kerja terjadi. Pelatih dicatat pada akun aset
pemain merupakan investasi bagi klub di tidak tetap. Nilai pelatih juga diamortisasi
masa depan yang setara dengan biaya yang dengan nilai residual nol pada akhir periode
dikeluarkan pada investasi aset tetap. Oleh kontrak.
karena itu, sudah wajarnya transfer fee di­ Mnzava (2013) dan Scafarto & Dimi­
catat sebagai aset takberwujud. Nilai pemain tropoulos (2018) menggunakan nilai kon­
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 203

Tabel 1. Pengukuran Nilai Pemain Berdasarkan Kriteria Bambang FC

No Kriteria Rating Range Persentase Nilai Moneter


1 Minute Play - 20% -
2 Keterampilan - 15% -
3 Teknik Permainan - 15% -
4 Fisik - 15% -
5 Umur - 15% -
6 Kepribadian - 10% -
7 Goodwill - 10% -
Total 100% -

trak pemain sebagai nilai pemain dalam manajemen Bambang FC untuk mengukur
pencatatan sumber daya manusia. Mereka “harga yang pantas” bagi calon pemain. Ta­
mengklasifikasikan kontrak pemain sebagai bel penilaian ini juga tidak kaku dan dapat
aset takberwujud menurut Alasan mereka disesuaikan dengan kebutuhan klub sepak
memasukkan nilai kontrak pemain ke dalam bola. Tabel 1 menggunakan kriteria dari
kategori aset takberwujud karena menurut­ Bambang FC sebagai contoh.
nya kontrak pemain termasuk dalam kate­ Kriteria dalam Tabel 1 dapat dise­
gori sumber daya manusia yang merupa­ suaikan dengan kebijakan dari masing-ma­
kan aset takberwujud. Nilai kontrak pemain sing manajemen klub sepak bola. Begitu
sendiri diukur berdasarkan biaya yang dike­ pula dengan persentase kriteria. Besarnya
luarkan untuk mendapatkan kontrak de­ persentase pada masing-masing kriteria di­
ngan pemain tersebut. Biaya ini termasuk buat berbeda untuk menggambarkan kri­
transfer fee yang dibayarkan, signing fee, teria mana yang menjadi perhatian penting
dan biaya agen yang dibayarkan oleh klub. bagi manajemen klub sepak bola. Misal­
Namun, mereka tidak membahas me­ngenai nya, mi­nute play atau jam terbang pemain
bagaimana nilai kontrak tersebut bisa mun­ mendapatkan porsi pa­ling besar jika diban­
cul dan menjadi nilai kontrak. De­ngan kata dingkan dengan kriteria lainnya. Hal ini
lain, standar atau kriteria apa yang dipakai karena minute play pemain dianggap oleh
sehingga memunculkan nilai sebesar yang manajemen Bambang FC dapat menggam­
tertera dalam kontrak pemain. barkan secara garis besar pengalaman ber­
Konstruksi awal pengukuran pemain main di lapangan. Semakin banyak minute
sebagai aset. Manajemen Bambang FC telah play seorang pemain, maka pengalaman ber­
mempunyai daftar kriteria pemain ataupun main pemain tersebut makin banyak.
pelatih yang menjadi dasar untuk merekrut Hal demikian juga berlaku dengan kri­
atau melepas. Namun, kriteria tersebut ma­ teria keterampil­an, teknik permainan, fisik,
sih sebatas kebijakan manajemen dan belum serta umur. Masing-masing mendapatkan
cukup mendetail sebagai panduan dalam porsi sebesar 15% dari total pengukuran
mengukur nilai pemain maupun pelatih yang nilai. Kriteria keterampilan adalah status
kemudian tertuang dalam nilai kontrak. Kri­ tim nasional. Status tim nasional penting
teria yang dimiliki Bambang FC, belum men­ bagi manajemen Bambang FC sebab pemain
jadi kriteria umum bagi klub sepak bola di yang sedang berada atau pernah dalam tim
Indonesia. Walaupun begitu, kriteria-krite­ nasional memiliki kete­rampilan yang mum­
ria tersebut tentu tidak jauh berbeda antara puni. Kriteria teknik permainan mengukur
satu klub dengan klub lainnya. Kriteria ini seberapa baik teknik pemain saat bermain
kemudian menjadi dasar bagi manajemen dalam pertandingan. Teknik yang dimaksud
Bambang FC dalam mengukur nilai pemain seperti short passing, long passing, heading,
dan pelatih saat mendiskuisikan harga kon­ dan tackle. Teknik permainan juga termasuk
trak yang “pantas”. hal-hal seperti bagaimana pemain memba­
Tabel 1 memuat daftar kriteria pemain ngun permainan, memaksimalkan peran­
dan pelatih yang diinginkan oleh klub sepak nya dalam tim, serta menerjemahkan strate­
bola beserta grade untuk setiap kriteria, gi pelatih. Kriteria fisik menggambarkan
yang kemudian dapat dijadikan dasar bagi keadaan fisik pemain seperti tingkat keseim­
204 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

Tabel 2. Pengukuran Nilai Pemain A Berdasarkan Kriteria Bambang FC

No Kriteria Rating Range Persentase Nilai Moneter


1 Minute Play 8 20% Rp80.000.000,00
2 Keterampilan 10 15% Rp100.000.000,00
3 Teknik Permainan 9 15% Rp90.000.000,00
4 Fisik 14 15% Rp140.000.000,00
5 Umur 14 15% Rp140.000.000,00
6 Kepribadian 7 10% Rp70.000.000,00
7 Goodwill 3 10% Rp30.000.000,00
Total 100% Rp650.000.000,00

bangan pemain, tingkat akselerasi, kecepat­ kutan. Total nilai tersebut merupakan “har­
an lari, kelenturan, stamina, kekuatan, juga ga yang pantas” menurut manajemen klub
termasuk di dalamnya riwayat cedera, serta sepak bola atas pemain tersebut.
hal-hal lain yang berhubungan dengan fisik Misalnya, manajemen Bambang FC
pemain. Kriteria usia menggambarkan usia ing­in merekrut pemain A dengan maksimal
pemain, yang tentu saja bergantung dari pe­ ang­ garan 1 miliar rupiah. Usia pemain A
nilaian dari manajemen klub me­ngenai hal masih sangat muda, yaitu 21 tahun. Minute
ini. seperti potensi­nya di masa depan atau play pemain A masih belum begitu banyak
pengalaman. namun belum pernah lolos seleksi tim nasio­
Dua kriteria terakhir, yaitu kepribadi­ nal. Pemain A juga belum pernah cedera se­
an dan goodwill juga penting dalam peng­ rius selama bermain dengan klub sebelumn­
ukuran nilai pemain. Kriteria kepri­ badian ya. Namun, pemain A terkadang tidak hadir
dinilai dari pribadi pemain, mi­ salnya cara mengikuti latihan rutin yang ditetapkan oleh
berinteraksi dengan rekan satu timnyaatau klub yang menaungi pemain A sebelumnya.
kedisplinan datang ke latihan rutin yang di­ Manajemen Bambang FC lalu mengukur
instruksikan oleh klub yang menaunginya. “harga wajar” pemain A menurut kriteria
Mungkin hal ini terkesan sepele. Namun hal- Bambang FC menggunakan Tabel 2.
hal seperti ini juga berpengaruh pada kehar­ Berdasarkan hasil pengukuran “harga
monisan tim. Lalu terdapat kriteria good- wajar” pemain A menurut kriteria Bambang
will, yang berhubung­an dengan pendapatan FC menggunakan Tabel Pengukuran Nilai
sponsor, yang tentu saja berpengaruh pada Pemain, maksimal “harga wajar” pemain A
pemasukan klub sepak bola. Kriteria-krite­ sebesar Rp650.000.000,00. Penilaian ini
ria tersebut tentu saja dapat disesuaikan tentu saja berdasarkan diskresi dari ma­
oleh manajemen klub. najemen Bambang FC karena tidak ada
Untuk rating range, nilai masing-ma­ satu standar yang baku atau panduan da­
sing kriteria tersebut memiliki skor te­ lam mengukur nilai manusia dalam ukuran
rendah 1 hingga skor tertinggi sesuai dengan moneter. Namun, penelitian ini setidaknya
persentase kriteria. Misalnya untuk kriteria masih berlandaskan panduan berbasis data
minute play, skor tertinggi kriteria ini ialah dari pemain A.
20, kriteria teknik permainan memiliki skor Nilai sebesar Rp650.000.000,00 bu­
tertinggi 15, atau skor tertinggi kriteria kanlah nilai paten dari pemain A. melain­kan
goodwill ialah sebesar 10. Manajemen klub hanya sebagai panduan bagi manajemen
sepak bola kemudian akan menilai ketujuh Bambang FC, bahwa “harga wajar” maksi­
kriteria yang telah disebutkan sebelumnya mal berdasarkan kriteria yang ditentukan
dengan menggunakan skor tersebut. Ketika oleh manajemen Bambang FC telah tetap­
merekrut seorang pemain, manajemen klub kan. “Harga” final pemain A yang akan ter­
sepak bola tentu saja mempunyai anggar­ tuang dalam nilai kontrak, tentu saja bisa
an maksimal yang akan dikeluarkan. Ra­ting berubah karena masih akan ditentukan
Range yang berbentuk persen ini akan dika­ setelah pro­ses tawar menawar antara pihak
likan dengan anggaran maksimal yang telah pemain dan juga pihak manajemen. Ketika
ditetapkan oleh manajemen klub sepak bola pihak pemain dan manajemen mencapai
sebelum merekrut permain yang bersang­ ke­sepakatan harga, maka manajemen akan
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 205

Tabel 3. Pengukuran Nilai Pelatih Berdasarkan Kriteria Bambang FC

No Kriteria Rating Range Persentase Nilai Moneter


1 Pengalaman Melatih - 30% -
2 Program Pelatihan - 15% -
3 Target Pelatih - 15% -
4 Lisensi yang Dimiliki - 15% -
5 Track Record saat masih menjadi - 15% -
pemain
6 Status Pemain Timnas sebelum - 10% -
menjadi Pelatih
Total 100% -

mengakui pemain sebagai asetnya, dengan itu, klub juga dapat “mencontek” bagaima­
mencatatnya pada akun pemain tim utama, na praktik akuntansi diterapkan atas pe­
sesuai nilai kontrak yang telah disepakati. main dan pelatih oleh klub sepak bola di
Nilai kontrak tersebut kemudian dikapitali­ Eropa. Pada sisi lainnya, pihak klub dapat
sasi sepanjang jangka waktu kontrak yang me­nerapkan Bab 16 SAK ETAP yang menga­
telah disepakati. tur mengenai aset tak berwujud. Tidak jauh
Penilaian atas pelatih juga tidak jauh berbeda dengan IAS 38, pemain dan pelatih
berbeda dengan penilaian pemain. Klub diukur menggunakan biaya perolehan saat
sepak bola dapat menggunakan tabel peng­ diperoleh dan diamortisasi menggunakan
ukuran nilai berdasarkan kriteria yang te­ garis lurus sepanjang umur manfaat ekono­
lah ditetapkan oleh klub tersebut. Misalnya, mis atau kontrak pemain dan pelatih terse­
Tabel 3 menggunakan kriteria pengukuran but.
dari klub sepak bola Bambang FC. Keterbatasan riset ini ialah tidak dapat
Kriteria dalam Tabel 3 dapat dise­ menyaksikan secara langsung proses tawar
suaikan dengan kebijakan dari masing-ma­ menawar “harga pemain” saat proses nego­
sing manajemen klub sepak bola. Besarnya siasi nilai kontrak pemain. Hal ini dikare­
persentase di­buat berbeda untuk menggam­ nakan manajemen klub menganggap infor­
barkan kriteria mana yang menjadi perha­ masi tersebut merupakan informasi privat
tian penting bagi manajemen klub sepak yang hanya boleh diketahui oleh pihak ma­
bola terkait. Pengalaman melatih menjadi najemen, agen, dan/atau calon pemain yang
hal yang paling penting bagi klub sepak bola akan bergabung. Selain itu, riset ini juga
Bambang FC, sehingga kriteria ini memiliki hanya berfokus pada perlakuan akuntansi
persentase paling besar dalam pengukuran atas pemain dan pelatih dalam klub sepak
nilai pelatih. bola sebagai sumber daya klub, khususnya
SIMPULAN secara moneter, melalui laporan keuangan.
Riset ini menemukan bahwa manaje­ Oleh karena itu, peneliti selanjutnya di­
men klub sendiri telah mengetahui bahwa sarankan melakukan riset lebih mendalam
pemain dan pelatih merupakan aset. Na­ atas cara pengukuran secara moneter atas
mun, dikarenakan tidak adanya standar pemain muda klub sepak bola beserta per­
dan panduan mengenai bagaimana per­ lakuan akuntansi atas pemain muda klub
lakuan akuntansi atas pemain dan pelatih­ sepak bola. Pro kontra dalam topik akun­
nya sebagai aset, klub tetap memperlaku­ tansi sumber daya manusia, khususnya me­
kan pemain dan pelatihnya sebagai beban. ngenai pengukuran manusia dalam ukuran
Hal ini terlihat dari informasi dalam laporan moneter, juga menjadi topik riset lainnya
keuangan milik klub yang tidak menyajikan yang menarik untuk dikaji lebih dalam lagi.
informasi mengenai pemain dan pelatihnya
sebagai aset. DAFTAR RUJUKAN
Klub dapat menggunakan IAS 38 se­ Baxter, J., Carlsson-Wall, M., Chua, W. F., &
bagai standar “sementara” hingga adanya Kraus, K. (2019). Accounting for the
standar akuntansi khusus yang mengatur Cost of Sports-Related Violence: A Case
mengenai aset sumber daya manusia. Selain Study of the Socio-Politics of “the” Ac­
206 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 191-207

counting Entity. Accounting, Auditing The Nebulous Idea of Humans as Assets


& Accountability Journal, 32(7), 1956- and Resources. Accounting, Auditing &
1981. https://doi.org/10.1108/AAAJ- Accountability Journal, 31(7), 1932-
02-2018-3364 1956. https://doi.org/10.1108/AAAJ-
Bloom, R., & Kamm, J. (2014). Human 06-2017-2986
Resources: Assets That Should be Firdlo, M. (2012). The Relevancies and Applica-
Capitalized. Compensation & Benefits bility of Human Resources Account­
Review, 46(4), 219–222. https://doi. ing Implementations under Hegelian
org/10.1177/0886368714555453 Dialectic. Jurnal Akuntansi Multipa­
Bullough, S., & Coleman, R. (2019). Measuring radigma, 3(2), 297-307. https://doi.
Player Development Outputs in Eu­ org/10.18202/jamal.2012.08.7155
ropean football Clubs (2005-2006 to Ghasemi, S., Shahin, A., & Safari, A. (2018).
2015-2016). Team Performance Man- Proposing an Improved Economic Value
agement, 25(3/4), 192-211. https:// Model for Human Resource Valuation.
doi.org/10.1108/TPM-03-2018-0023 International Journal of Productivity and
Carlsson-Wall, M., Kraus, K., & Messner, M. Performance Management, 67(9), 2108-
(2016). Performance Measurement Sys­ 2125. https://doi.org/10.1108/IJP­
tems and the Enactment of Different PM-02-2018-0054
Institutional Logics: Insights from a Ghio, A., Ruberti, M., & Verona, R. (2019). Finan-
Football Organization. Management Ac- cial Constraints on Sport Organizations’
counting Research, 32, 45-61. https:// Cost Efficiency: The Impact of Finan­
doi.org/10.1016/j.mar.2016.01.006 cial Fair Play on Italian Soccer Clubs.
Clune, C., Boomsma, R., & Pucci, R. (2019). Applied Economics, 51(24), 2623-2638.
The Disparate Roles of Accounting in an https://doi.org/10.1080/00036846.20
Amateur Sports Organisation: The Case 18.1558348
of Logic Assimilation in the Gaelic Ath­ Janin, F. (2017). When being a Partner Means
letic Association. Accounting, Auditing More: The External Role of Football Club
& Accountability Journal, 32(7), 1926- Management Accountants. Management
1955. https://doi.org/10.1108/AAAJ- Accounting Research, 35, 5-19. https://
06-2018-3523 doi.org/10.1016/j.mar.2016.05.002
Coluccia, D., Fontana, S., & Solimene, S. (2018). Keshtidar, M., Talebpour, M., Abdi, S., &
An Application of the Option-Pricing Abadi, M. Z. (2017). A Prediction Mo­
Model to the Valuation of a Football del for Valuing Players in the Premier
Player in the ‘Serie A League’. Interna- Football League of Iran. International
tional Journal of Sport Management and Sports Studies, 39(1), 39-52. https://
Marketing, 18(1/2), 155-168. https:// doi.org/10.30819/iss.39-1.05
doi.org/10.1504/ijsmm.2018.091345 Kulikova, L. I., & Goshunova, A. V. (2014).
Cooper, C., & Johnston, J. (2012). Vulgate Human Capital Accounting in Pro­
Accountability: Insights from the Field of fessional Sport: Evidence from Youth
Football. Accounting, Auditing & Account- Professional Football. Mediterranean
ability Journal, 25(4), 602-634. https:// Journal of Social Sciences, 5(24), 44-48.
doi.org/10.1108/09513571211225060 https://doi.org/10.5901/mjss.2014.
Darmayasa, I. N, & Aneswari, Y. R. (2015). v5n24p44
Paradigma Interpretif pada Penelitian Lardo, A., Dumay, J., Trequattrini, R., &
Akuntansi Indonesia. Jurnal Akuntansi Russo, G. (2017). Social Media Net­
Multiparadigma, 6(3), 350-361. https:// works as Drivers for Intellectual Capital
doi.org/10.18202/jamal.2015.12.6028 Disclosure: Evidence from Professio­
Dimitropoulos, P. E., & Koumanakos, E. nal Football Clubs. Journal of Intellec-
(2015). Intellectual Capital and Profit­ tual Capital, 18(1), 63-80. https://doi.
ability in European Football Clubs. In- org/10.1108/JIC-09-2016-0093
ternational Journal of Accounting, Audit- Lee, C. C., & Cheng, P. Y. (2018). Effect of
ing and Performance Evaluation, 11(2), the Critical Human Resource Attributes
202-220. https://doi.org/10.1504/ on Operating Performances. Chinese
IJAAPE.2015.068862 Management Studies, 12(2), 407-432.
Ejiogu, A. R., & Ejiogu, C. (2018). Translation https://doi.org/10.1108/CMS-10-
in the “Contact Zone” between Account­ 2017-0296
ing and Human Resource Management:
Ridhawati, Ludigdo, Prihatingtias, Praktik Akuntansi Sumber Daya Manusia pada Klub Sepak Bola... 207

Leitão, J., & Baptista, J. (2019). Intellectual Puente-Díaz, R., & Cavazos-Arroyo, J. (2018).
Capital Assets and Brand Value of Eng­ The Role of the Categorization Process
lish Football Clubs. International Jour- on the Influence of a Famous Football
nal of Sport Management and Marketing, Player on the Evaluations of a Football
19(2), 8-34. https://doi.org/10.1504/ Team. International Journal of Sports
IJSMM.2019.097002 Marketing and Sponsorship, 19(3),
Lozano, F. J. M., & Gallego, A. C. (2011). 327-337. https://doi.org/10.1108/
Deficits of Accounting in the Valuation ijsms-09-2016-0052
of Rights to Exploit the Performance of Regoliosi, C. (2018). Shedding Light on the
Professional Players in Football Clubs: Profitability of Italian Professional
A Case Study. Journal of Management Football Clubs where a Different Busi­
Control, 22(3), 335–357. https://doi. ness Model is Performing. International
org/10.1007/s00187-011-0135-6 Journal of Sport Management and Mar-
McCoy, N. R, Phillips, B., & Stewart, A. C. keting, 18(1/2), 130-154. https://doi.
(2019). Accounting for Human Capital: org/10.1504/IJSMM.2018.091334
Implications of Automation and Ope­ Risaliti, G., & Verona, R. (2013). Players’
rational Performance. The Journal of Registration Rights in the Finan­
Corporate Accounting & Finance, 30(4), cial Statements of the Leading Ita­
111– 115. https://doi.org/10.1002/ lian Clubs: A Survey of Inter, Ju­
jcaf.22408 ventus, Lazio, Milan and Roma.
Mnzava, B. (2013). Do Intangible Investments Accounting, Auditing & Accountabili-
Matter? Evidence from Soccer Corpo­ ty Journal, 26(1), 16-47. https://doi.
rations. Sport, Business and Mana­ org/10.1108/09513571311285603
gement, 3(2), 158-168. https://doi. Scafarto, V., & Dimitropoulos, P. (2018).
org/10.1108/20426781311325087 Human Capital and Financial Perfor­
Müller, O., Simons, A., & Weinmann, M. mance in Professional Football: The Role
(2017). Beyond Crowd Judgments: Da­ of Governance Mechanisms. Corporate
ta-Driven Estimation of Market Value Governance, 18(2), 289-316. https://
in Association Football. European Jour- doi.org/10.1108/CG-05-2017-0096
nal of Operational Research, 263(2), Senaux, B., & Morrow, S. (2013). Football
611-624. https://doi.org/10.1016/j. Club Financial Reporting: Time for a
ejor.2017.05.005 New Model? Sport, Business and Ma­
Nicoliello, M., & Zampatti, D. (2016). Football nagement, 3(4), 297-311. https://doi.
Clubs’ Profitability after the Finan­ org/10.1108/SBM-06-2013-0014
cial Fair Play Regulation: Evidence Torre, E. D., Giangreco, A., Legeais, W., &
from Italy. Sport, Business and Man- Vakkayil, J. (2018) Do Italians Really
agement, 6(4), 460-475. https://doi. Do It Better? Evidence of Migrant Pay
org/10.1108/SBM-07-2014-0037 Disparities in the Top Italian Foot­
Nurindrasari, D., Triyuwono, I., & Mulawar- ball League. European Management
man, A. (2018). Konsep Pengukuran Review, 15(1), 121-136. https://doi.
Kinerja Berbasis Kesejahteraan Islam. org/10.1111/emre.12136.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(3), Triyuwono, I. (2015). Akuntansi Malangan:
394-416. https://doi.org/10.18202/ja­ Salam Satu Jiwa dan Konsep Kinerja
mal.2018.04.9024 Klub Sepak Bola. Jurnal Akuntansi Mul-
Oprean, V. B., & Oprisor, T. (2014). Accounting tiparadigma, 6(2), 290-303. https://.
for Soccer Players: Capitalization Pa­ doi.org/10.18202/jamal.2015.08.6023
radigm vs. Expenditure. Procedia Eco- Yin, R. K. (2018). Case Study Research and
nomics and Finance, 15, 1647–1654. Application: Design and Methods (6th
https://doi.org/10.1016/s2212- ed.). Sage Publications.
5671(14)00636-4

Anda mungkin juga menyukai