Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsep laba dan arus kas suatu perusahaan selalu menjadi bahan perbincangan yang

menarik bagi akuntan dan analis keuangan. Laba akuntansi dan arus kas adalah ukuran

kinerja perusahaan yang mendapat perhatian utama dari para investor dan kreditur. Hal ini

dikarena laba menentukan harga saham perusahaan. (Suwardjono.2005,p,484) Demikian

halnya laba akuntansi dan arus kas perusahaan mempunyai arus kas positif terhadap return

saham (Triyono dan Hartono,2000,p.63).

Akuntan di Inggris dan Amerika Serikat telah membahas dampak inflasi terhadap

laporan keuangan sejak awal 1900-an, dimulai dengan teori indeks jumlah dan daya beli.

1911 buku Irving Fisher Kekuatan Pembelian Uang tersebut digunakan sebagai sumber oleh

Henry W. Sweeney pada tahun 1936 bukunya Akuntansi stabil, yang sekitar Konstan

Purchasing Power Akuntansi. Model oleh Sweeney digunakan oleh The American Institute

Akuntan Publik untuk 1963 studi penelitian mereka (ARS6). Pelaporan Keuangan Dampak

Perubahan Harga-Level, dan kemudian digunakan oleh Dewan Prinsip Akuntansi (AS),

Dewan Standar Keuangan (Amerika Serikat ), dan Standar Akuntansi Komite Pengarah

(Inggris). Sweeney menganjurkan menggunakan indeks harga yang mencakup segala sesuatu

dalam produk nasional bruto. Pada bulan Maret 1979, Dewan Standar Akuntansi Keuangan

(FASB) menulis Konstan Dolar Akuntansi, yang menganjurkan menggunakan Indeks Harga

Konsumen untuk Semua Urban Konsumen (CPI-U) untuk menyesuaikan akun karena

dihitung setiap bulan.

Akuntansi sosial mulai berkembang di Inggris pada tahun 1970an. Social Accounting

adalah suatu cara untuk menunjukkan sejauh mana suatu organisasi dinyatakan memenuhi

tujuan sosial atau etis. Seringkali disebut sebagai Social Responsibility Accounting.

Akuntansi Sosial disebut juga sebagai Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial

Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai

proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur

TEORI AKUNTANSI Page 1


pengukuran; yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk

mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada

kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.

Akuntansi sumber daya manusia menurut Human Resource Accounting (HRA)

adalah pencatatan manajemen dan pelaporan personnel cost (Cashin dan Polimeni, 1981).

Sedangkan menurut Accounting Association Committee In Human Resource Accounting,

HRA adalah proses pengindentifikasian dan pengukuran data mengenai sumber daya manusia

dan pengkomunikasian informasi ini terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
KONSEP LABA
1. Apa pengertian dari konsep laba ?
2. Bagaimana polemik tentang laba ?
3. Bagaiman laba akuntansi dan money income ?
4. Bagaimana laba ekonomi (economic income) ?
5. Bagaimana konsep capital maintenance ?
6. Seperti apa ilustrasi perhitungan laba ?
7. Bagaimana laba menurut konsep akuntansi ?
AKUNTANSI INFLASI, MODEL PENILAIAN, DAN PENENTUAN LABA
1. Apakah perubahan dari konsep stable monetary unit ?
2. Apa itu akuntansi inflasi ?
3. Apa itu monetary non monetary items ?
4. Bagaimana model akuntansi ?
5. Bagaimana penilaian dan perbandingan terhadap model akuntansi ?
6. Bagaimana ilustrasi beberapa alternatif model akuntansi ?
AKUNTANSI SOSIAL EKONOMI
1. Bagaimana timbulnya SEA?
2. Apa itu SEA?
3. Faktor apa saja pendorong munculnya SEA?
4. Bagaimana konsep SEA?
5. Bagaimana hubungan perusahaan dan keterlibatan perusahaan?

TEORI AKUNTANSI Page 2


6. Bagaimana pro dan kontra tanggung jawab sosial perusahaan?
7. Bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan Di Indonesia?
8. Bagaimana membuat laporan?
AKUNTANSI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
1. Apa itu Akuntansi Sumber Daya Manusia.
2. Apa itu Manajemen Akuntansi Sumber Daya Manusia.
3. Bagaimana perkembangan Akuntansi Sumber Daya Manusia.
4. Bagaimana pengukuran Nilai SDM.
5. Bagaimana pelaporan Sumber Daya Manusia.

1.3. Tujuan
1. Untuk dapat mamahami dan mengetahui materi tentang Konsep Laba, Akuntansi
Inflasi, Model Penilaian, dan Penentuan Laba, Akuntansi Sosial Ekonomi dan
Akuntansi Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Untuk memenuhi tugas dari Dosen yang bersangkutan untuk nilai UAS

1.4. Manfaat
1. Agar para pembaca lebih memahami dan mengetahui tentang materi Konsep Laba,
Akuntansi Inflasi, Model Penilaian, dan Penentuan Laba, Akuntansi Sosial Ekonomi
dan Akuntansi Sumber Daya Manusia (SDM)
2. Agar lulus dengan nilai yang memuaskan

TEORI AKUNTANSI Page 3


BAB II
KONSEP LABA

2.1. Konsep Laba


Konsep laba dan arus kas suatu perusahaa selalu menjadi bahan perbincangan yang menarik
bagi akuntan dan analis keuangan. Laba akuntansi dan arus kas adalah ukuran kinerja
perusahaan yang mendapat perhatian utama dari para investor dan kreditur. Hal ini dikarena
laba menentukan harga saham perusahaan. (Suwardjono.2005,p,484) Demikian halnya laba
akuntansi dan aus kas perusahaan mempunyai arus kas positif terhadap return saham
(Triyono dan Hartono,2000,p.63).
Laba adalah selisih antara pendapatan dan biaya. Besar dan kecilnya laba yang di
sebperoleh suatu perusahaan menunjukkan kinerja/prestasi perusahaan tersebut. Dengan
demikian, laba dapat dimaknai dan di interpretasikan sebagai pengukur efisiensi oleh investor
dalam bentuk return on investment (ROI) (Suwardjono,2005, p, 459). FASB (financial
Accounting Standards Board) menyatakan bahwa informasi laba yang di hitung dengan dasar
akrual biasanya bias menunjukkan informasi prestasi yang lebih baik dibanding dengan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas), sehingga laba dapat di interpretasikan
sebagai alat untuk mengkonfirmasi harapan-harapan investor atau pemakai lain dalam
menilai kinerja perusahaan (Suwardjono,2005, p, 456).

2.1.1. Pengertian Konsep Laba


Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12)
mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi,
biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Menurut Stice, Stice,
Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini
mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki
kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Menurut Suwardjono (2008 : 464) laba
dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti
laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan
produksi dan penyerahan barang / jasa). Menurut Soemarso SR (2004 : 227) angka terakhir
dalam laporan laba rugi adalah Laba Bersih (net income). Jumlah ini merupakan kenaikan
bersih terhadap modal. Sebaliknya, apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam
laporan laba rugi adalah rugi bersih (net loss)

TEORI AKUNTANSI Page 4


Menurut Smith Skousen (1989:119) Laba Bersih merupakan perbedaan antara jumlah
pendapatan yang diperoleh suatu satuan usahan selama periode tertentu dan jumlah biaya
yang dapat diaplikasikan kepada pendapat. Belkaoui (1993) Laba merupakan suatu pos dasar
dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam berbagai
konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu dasar bagi perpajakan, determinan
pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan
unsur prediksi. Rahmat (2006:9) Laba dipandang sebagai suatu peralatan prediktif yang
membantu dalam peramalan laba mendatang dan peristiwa ekonomi yang akan datang. Laba
terdiri dari hasil operasional, atau luar biasa, dan hasil-hasil non-operasional, atau keuntungan
dan kerugian luar biasa, dimana jumlah keseluruhannya sama dengan laba bersih. Laba biasa
dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang, sedangkan keuntungan dan kerugian luar
biasa tidak demikian. (IAI, 1994) mengartikan penghasilan (income) adalah kenaikan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. (paragraph. 70).

2.2. Polemik Tentang Laba

Sebuah polemic yang tertulis dalam surat pembaca TEMPO 9 Desember 1989 antar
penulis dengan Kwik Kian Gie yang menyangkut perbedaan persepsi tentang konsep laba.
Menurut hasil wawancara penulis dengan Kwik Kian Gie yang dimuat TEMPO edisi 25
november 1989 di rubric Ekonomi dan bisnis dengan judul tidak cukup dengan itikad baik,
memuat tanggapan beliau tentang posisi AGIO SAHAM. Beliau berpandapat bahwa agio
saham adalah laba karena empat alasan pokok seperti di bawah ini:
1. Perusahaan biasanya minta agio dengan alasan akan membagikan keuntungna di
kemudian hari
2. Prinsip akuntansi secara ketat menetapkan agio harus dicantumkan secara pisah, \karena
agio bukan modal saham
3. Agio juga merupakan laba. Perusahaan boleh membagi dividen dari ago saham.
4. Agio boleh langsung dikantongi komiten

2.3 . Laba Ekonomi (Economic Income)


Sebenarnya yang memulai membahas masalah konsep laba ini adalah para ahli
ekonomi. Kemudian profesi akuntan mengikutinya. Adam Smith menjelaskna bahwa income
adalah kenaikan dalam kekayaan. Pengertian ini diikuti oleh marshall dan kawan-kawan dan
dihubungkannya dalam konsep prakatik bisnis. mereka membedakan modal tetap dengan

TEORI AKUNTANSI Page 5


modal kerja, modal fisik, dan laba dan menekankan pada realisasi sebagai pengakuan laba.
Von Bohm Bawerk pada akhir abad 19 telah memperkenalkan pendapat bahwa laba bukan
saja unsur kas, dia memperkenalkan konsep laba dan moneter. Kemudian pada awal abad 20,
fischer, lindahl, dan hick menjelaskan sifat- sifta laba ekonomi, mencakup 3 tahap:
1. Physical Income : konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan
kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
2. Real income : ungkaan kejadian yang memberikan peningkatan terhadapa kesenangan
fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real income ini adalah biaya hidup. (cost of
living) dengan kata lain kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang timbul dari
keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk membeli barang
dan jasa sebelum dan sesudah konsumsi
3. Money income : hasil yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi
kebutuhan hidup. Menurut fischer, real income lebih dekat dengan pengertian akuntansi
tentang income.
Lindah menganggap konsep laba sebagai interst yaitu merupakan penghargaan terus
menerus terhadap barang modal sepanjang waktu. Perbedaan antara interest dan konsumsi
yang diharapakan pada periode tertentu dianggap sebagai saving. Hick mengembangkan teori
fischer dan lindahl tentang economic income, ia mendefinisikan personal income sebagai
berikut: “Jumlah paling tinggi yang dapat dikonsumsikan seseorang selama seminggu dan dia
masih mengaharapkan seperti itu pada akhir minggu sebagaimana keadaannya pada awalnya.
Kemudian defenisinya dapat disederhanakan, jumlah maksimum yang dapat dikonsumsikan
pada periode tertentu dan dia masih tetap mempertahankan modalnya tidak berkurang”.

2.4. Laba Akuntansi Dan Money Income


Accounting Income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari
transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan penghasilan itu. Venon Kam (1986) menggunakan istilah business income yang
berarti kelebihan dari harga akhir yang dibayar individu dan lembaga lain
atas output perusahaan diatas biaya yang dikeluarkannya. Penghitungan income atau profit ini
sangat sederhana jika transaksi itucompleted atau sempurna, tidak ada saldo piutang, sisa
persediaan atau aktiva tetap. Semua terjual dan menjadi kas. Untuk kasus seperti ini, laba
adalah jumlah kas yang ada setelah semua dikonversikan ke kas pada akhir periode dikurangi
dengan jumlah kas (modal awal) pada awal periode. Kalau hasil penjualan barang dan
sebagainya Rp.15.000 sedangkan modal awal adalah Rp.10.000 laba bisnis adalah Rp.5.000.

TEORI AKUNTANSI Page 6


Namun, dalam kenyataannya tidak demikian, apalagi bisnisnya besar dan luas. Di
samping ada transaksi perusahaan yang sudah sempurna dilaksanakan, masih banyak lagi
transaksi yang belum sempurna dilaksanakan, masih banyak lagi transaksi yang belum
sempurna pelaksanaannya, yang masih memerlukan kas tambahan atau pengorbanan lainnya.
Mungkin ada piutang, ada persediaan barang, dan ada aktiva tetap yang terus-menerus
dipakai dalam proses bisinis. Dalam konteks ini Vernom Kam (1986) memberi dua
kemungkinan, yaitu:
1. Kondisi pasti (certainty), di mana jumlah harga atau kas yang akan diterima atau
dibayarkan di masa yang akan datang dapat ditentukan;
2. Kondisi penuh ketidakpastian (uncertainty) dimana jumlah harga atau kas yang akan
diterima atau dibayarkan di masa yang akan datang belum dapat ditentukan secara pasti.

Untuk kasus yang pertama, hampir sama dengan kasus sederhana diatas,
perbedaannya hanya terletak pada taksiran kas terhadap kondisi dari transaksi yang akan
datang yang sudah dapat ditentukan itu. Sementara itu, yang selalu terjadi adalah kasus
kedua dimana transaksi kas kebanyakan masih belum menentu baik kejadiannya, waktunya,
dan harganya. Untuk itu, kita menghadapi beberapa masalah tentang : nilai ekonomi, harga,
modal, skala, pengukuran pertukaran. Nilai ekonomi adalah preferensi seseorang terhadap
suatu komoditas berdasarkan kegunaan baginya di masa yang akan datang dibanding dengan
komoditas lain. Jika terjadi pertukaran, muncullah harga atau harga pertukaran (exchange
price). Harga ini ditetapkan berdasarkan nilai uang. Maka, di sini muncul beberapa bentuk
harga, yaitu:
1. Harga historis (historical cost)
2. Harga sekarang (current price) atau harga ganti (replacement cost) atau exit price;
3. Harga nanti bisa harga ganti nanti, atau harga exit price nanti;
4. Harga diskonto atau computed amount.

Akuntansi konvensional masih lebih banyak menggunakan harga historis. Harga ini
sangat menentukan dalam perhitungan laba, income atau profit. Tetapi dengan FASB 157
mulai digunakan Fair Value.
1. Modal (Capital)
Modal adalah aktiva bersih. Laba menaikkan modal atau aktiva bersih. Laba adalah arus
kekayaan, sedangkan modal adalah simpanan kekayaan. Oleh karena itu, penentuan laba,
yaitu penentuan kenaikan modal juga menyangkut masalah harga juga. Modal bisa

TEORI AKUNTANSI Page 7


berarti financial capital di mana tekanannya adalah nilai uang dari aktiva dikurangi dengan
nilai kewajiban yang merupakan kontribusi uang pemilik kepada perusahaan.
Physical capital, yaitu di sini difokuskan pada kemampuan fisik dari modal itu untuk
memproduksikan barang dan jasa bukan pada nilai uangnnya. Ukurannya adalah kapasitas
produksi dari aktiva yang dimiliki.
2. Replacement Cost Income
Dalam konsep Replacement Cost Income dikenal dua komponen income, yaitu:
a. Current operating profit yang dihitung dari pengurangan biaya pengganti(replacement
cost) dari penghasilan
b. Realized holding gain and loss yang dihitung dari perbedaan antarareplacement
cost dari barang yang dijual dengan biaya historis dari barang yang sama. Laba rugi
ini dapat dibagi dua, yaitu :
a) Yang direalisasi dan accrued selama periode itu;
b) Yang direalisasi pada periode itu, tetapi accrued pada periode sebelumnya.
Dari pembagian ini, menurut Belkaoui, Accounting Income dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Pa = X + Y + Z
Keterangan :
Pa = Accounting Income
X = Current operating profit
Y = Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu
Z = Realisasi holding gain pada periode itu, tetapi accrued pada periode sebelumnya

Money Income berbeda dengan Accounting Income dalam hal :


1. Money income dihitung berdasarkan nilai replacement cost, sedangkanAccounting
Income berdasarkan historical cost;
2. Money income hanya mengikuti gain yang accrued pada periode itu.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa money income dapat dihitung sebagai berikut.
Pm = Pa – Z + W
Keterangan :
Pm = Money Income
Pa = Accounting income
Z = Realisasi holding gain and loss pada periode itu accrued pada periode sebelumnya
W = Holding gain and loss yang belum terealisasi

TEORI AKUNTANSI Page 8


Atau bisa juga dihitung sebagai penjumlahan dari :
1. Current operating profit atau X
2. Realisasi dan accrued holding gain pada periode itu atau Y
3. Holding gain dan loss yang belum direalisasi yang accrued pada periode itu

Contoh:
Dibeli 1.000 unit produk A seharga Rp.100 per unit. Pada akhir 31 Desember
1999 replacement cost adalah Rp.200 per unit. Jumlah 1.000 unit dijual pada akhir tahun
2000 dengan harga Rp.300 per unit. Harga replacement cost adalah Rp.250 per unit.
1999: Accounting Income adalah Rp.0
Pa = X + Y + Z
=0+0+0
=0
Money income adalah Rp.1.000
Pm = X + Y + Z
= 500 + 500 + 0
= Rp.1.000
2000 : Accounting income adalah Rp.2.000
atau 500 + 500 + 1.000 = Rp.2.000
Money Income adalah Rp.1.000
atau 500 + 500 = Rp.1.000
atau Pa – Z + W
2.000 – 1.000 + 0 = Rp.1.000
Pada tahun pertama accounting income tidak ada laba, namun pada dua periode
tersebut accounting income sama dengan money income. Perbedaan antara laba akuntansi dan
laba ekonomi dapat dilihat dari rumus sebagai berikut (Most, 1982). Accounting Income +
Perubahan Aktiva Berwujud yang tidak direalisasi – Perubahan Aktiva berwujud yang terjadi
pada awal periode + Perubahan nilai Aktiva Tidak Berwujud = Laba Ekonomi.
2.5. Konsep Capital Maintenance
Menurut konsep ini, laba baru disebut ada setelah modal yang dikeluarkan tetap masih
ada (capital maintenance atau return of capital) atau biaya yang telah ditutupi (cost recovery)
atau pengambilan modal return of capital. Konsep ini dapat dinyatakan baik dlam ukuran
uang (unit of money) yang disebut financial capital atau dalam ukuran tenaga beli (general

TEORI AKUNTANSI Page 9


purchasing power) yang disebut physical capital. Berdasarkan dua konsep ini, maka konsep
capital maintenance menghasilkan empat konsep sebagai berikut :
Financial Capital :
1. Money maintenance, yaitu financial capital yang diukur menurut unit uang. Menurut
konsep ini modal yang ditanamkan oleh pemilik tetap terpelihara. Laba menurut konsep
ini adalah perubahan net aset dengan menyesuaikan transaksi modal yang dijabarkan
dalam ukuran uang. Konsep ini sama dengan konsep yang dianut dalam akuntansi
konvensional.
2. General purchasing power money maintenance yaitu financial capital yaiu yang diukur
menurut benda yang sama. Menueurt konsep ini, tenaga beli dari modal yang
diinvestasikan pemilik tetap dipertahankan sehingga menurt knsep ini laba adalah
perubahan net aset setelah disesuaikan transaksi modal yang diukur dengan tenaga beli
yang sama. Konsep ini sama dengan GPLA (general price level adjusted) historical cost
accounting
Physical Capacity :
1. Productive capacity maintenance yaitu physical capital yang diukur menurut konsep uang.
2. Menurut konsep ini, kapasitas produksi dipertahankan, kapasitas produksi dapat diartikan
sebagai kapasitas fisik, kapasitas untuk berproduksi, (volume) barang dan jasa yang sama
dan kapasitas / memproduksi nilai barang dan jasa yang sama. Konsep ini sama dengan
current value accounting.
Current value (nilai sekarang) dapat dihitung dengan lima metode :
1. Capitalization atau present value method. Yaitu jumlah berssih dari arus kas (kas masuk-
kas keluar) yang diharapkan diterima selama umur ekonominya yang didiskontkan pada
saat sekarang. Untuk menghitung ini, perlu diketahui :
a. Arus kas yang diharapkan dari penggunaan / penjualan aset tersebut.
b. Jangka wakktu arus tersebut.
c. Jumlah sisa umur aktiva tersebut
d. Discount rate (tingkat diskonto)
2. Current entry price . yaitu jumlah kas atau aktiva lainnya yang dibutuhkan untuk
mendapatkan aktiva yang sejenis atau yang sama. Istilah yang sering ada adalah:
a. Repleacement cost used adalah jumlah kas yang diperlukan untuk mendapatkan aset
yang serupa yang memilki umur pemakaian yang sama di pasaran barang bekas.

TEORI AKUNTANSI Page 10


b. Reproduction cost adalah jumlah akas atau aktiva yang diperlukan untuk
mendapatkan aset yang persisi sama dengan aktiva yang ada sekarang (aset yang
baru).
3. Current exit price (net realizable value) current exit price adalah jumlah kas yang diterima
atau utang yang dianggap lunas. Apabila aset tersebut dijual, umumnya nilai ini bermakna:
a. harga penjualan yang ada di pasar bebas bukan harga yang timbul karena terpaksa.
b. Harga jual saat berlangsungnya pengukuran/ pencatatan
c. General purchasing power , prosuctive capacity maintenance yaitu physical capital
yang diukur denga unit tenaga beli yang sama. Menurt konsep ini, kapasitas
produksi fisik perusahaan yang diukur dalam unit tenaga yang sama dipertahankan.
Konsep yang serua dengan ini adalah GPLA current velue accunting.

2.6. Ilustrasi Perhitungan Laba


Contoh untuk pembedaan keempat konsep laba diatas :
PT. Cimpago Maju memilki kekayaan bersih sebesar Rp.10.000.000 pada tanggal 1 Januari
2000 dan pada tanggal 31 Deember 2000 menjadi 15.000.000,- . untuk mempertahankan
kapasitas produksi fisik perusahaan yang sebenarnya diperlukan biaya Rp.12.500.000
sedangkan tingkat harga umum naik 10% selama periode itu.
Pertanyaan : hitunglah menurut keempat konsep
Jawab :
1. Money maintenance :
Net asset 31 Desember 2000 Rp.15.000.000
Net asset 1 Desember 2000 Rp.10.000.000(-)
Laba Rp. 5.000.000
2. GPP Money maintenance :
Net asset 31 Desember 2000 Rp.15.000.000
Net asset 1 Desember 2000 Rp.10.000.000
Penyesuaian GPL =
10% x Rp. 10.000.000 = Rp. 1.000.000
Rp.11.000.000
Laba Rp. 4.000.000
3. Productive capacity maintenance :
Net asset 31 des 2000 Rp.15.000.000
Bagian yang diperlukan untuk

TEORI AKUNTANSI Page 11


mempertahankan kapasitas produksi perusahaan Rp.12.500.000(-)
Laba Rp. 2.500.00
4. GPP productive capacity maintenance :
Net aset 31 des 2000 Rp.15.000.000
Bagian untuk mempertahankan
kapasitas produksi yang diperlukan
Net asset 1 jan 2000 Rp.12.500.000
Penyusesuaian GPL =
10% x Rp. 12.500.000 = Rp. 1.250.000
Rp.13.750.000(-)
Laba Rp. 1.250.000

2.7. Laba Menurut Konsep Akuntansi


Ada beberapa perbedaan pandangan dalam mengitung laba (income) menurut konsep
akuntansi. Di antaranya ada empat konsep yaitu:
1. Pemikiran klasik yang berpedoman pada postulant unit of measure dan prinsip hisrtorical
cost yang sering disebut historical cost accounting atau conventional accounting
sebagaiman yang kita anut saat ini. Konsep ini dinamakan konsep laba accounting income.
2. Pemikiran neo klasik yang mengubah postulat unit of measure untuk menerapkan dengan
menerapkan perhitungan perubahan tingkat harga umum (general price level) dn tetap
mempertahankan prinsip historical cost. Konsep ini dikenal dengan istilah GPLA
historical cost accounting. Dan perhitungan labanya disebut GPLA accounting income.
3. Pemikiran radikal: yang memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar penilaian
bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal dengan current value accounting sedang
perhitungan labanya disebut current income.
4. Pemikiran neo radikal yang menggunakan current value tetapi disesuaikan dengan
perubahan tingkat harga umum. Konsep ini disebu GPLA current value accounting,
sedangkan perhitungan labanya disebut adjusted current income.

Menurut akuntansi, laba kauntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasi
yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut. Menurut belkaoui, definisi tentang laba itu mengandung
lima sifat :

TEORI AKUNTANSI Page 12


1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi yaitu timbulnya hasil
dan biaya untuk mendapatkan hasil tersebut.
2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat “periodik” laba itu, artinya merupakan prestasi
perusahaan itu pasa periode tertentu.
3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri
tentang apa yang termasuk hasil.
4. Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya yang historis
yang dikeluarkan perusahaan untuk memdapatkan hasil tertentu.
5. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching artinya hasil dikurangi biaya yang
diterima atau dikeluarkan dalam periode yang sama.

Ciri - ciri ini ditambah oleh Most dan didukung oleh oleh Ijiri, Kohler, dan Mautz.
Disamping itu ada kelemahan yang terkandung di dalamnya:
1. Tidak dapat menunukkan laba yang belum direalisasi yang timbul dari kenaikan nilai.
Kenaikan ini ada, namum belum direalisasi.
2. Sulit mengakui kebenaran ika dilakukan perbandingan. Hal ini timbul karena perbedaan
dalam metode menghitung cost, perbedaan waktu antara realisasi hasil dan biaya.
3. Penerapan prinsip realisasi, historical cost, dan conservatisme dapat menimbulkan salah
pengertian terhadap data yang disajikan.

TEORI AKUNTANSI Page 13


BAB III
Akuntansi Inflasi
Model Penilaian dan penentuan Laba

3.1. Perubahan dari Konsep Stable Monetary Unit


Stable Monetary Unit merupakan salah satu prinsip dasar akuntansi yang menyatakan
bahwa kesatuan moneter itu dianggap stabil. Nilai uang yang ditetapkan dari pos-pos laporan
keuangan, misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya. Pos ini memiliki angka dan
jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan datang
tanpa ada perubahan (Harahap,2001). Padahal dimana saja didunia ini kita tidak pernah
mendengar ada valuta yang memiliki nilai yang stabil. Ada yang mengalami apresiasi dimana
nilai tukarnya atau daya belinya naik (deflasi) dan yang paling umum nilai tukar atau daya
belinya justru menurun (inflasi). Di Indonesia pada tahun 1965 tertinggi sampai 650 %, pada
tahun 1999 saja tingkat inflasi di Indonesia mencapai 9,35%. Ini menunjukkan bahwa prinsip
Stable Monetary Unit hanya dalam asumsi tidak pernah ditemukan dalam kenyataan. Prinssip
ini adalah untuk memudahkan perumusan teori dan asumsi akuntansi keuangan.
Permasalahan diatas memunculkan sebuah kritik yang menyatakan informasi yang disajikan
laporan keuangan pada masa inflasi justru sia-sia karena nilai-nilai yang terdapat didalamnya
tidak relevan dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Dari permasalahan tersebut muncul usulan yang moderat yang artinya kita masih bisa
menggunakan historical cost accounting, tetapi harus dibuat informasi atau laporan suplemen
yang memuat dampak inflasi itu terhadap laporan keuangan, selain itu terdapat usulan lain
yaitu menggunakan akuntansi inflasi. Akuntansi inflasi ini berupaya untuk menyusun laporan
keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang itu pada laporan
keuangan sehingga laporan. keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga
yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.

TEORI AKUNTANSI Page 14


3.2. Akuntansi Inflansi
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
“merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah
memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi
yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.”
Akuntansi Inflasi merupakan suatu metode untuk mengkoreksi, dengan menyatakan
kembali sepenuhnya laporan keuangan berdasarkan harga perolehan historis kedalam
suatu cara yang mencerminkan perubahan daya beli mata uang yang diukur dengan
menggunakan angka indeks. Akuntansi inflasi bukan sebagai pengganti akuntansi
konvensional yang telah ada, namun merupakan informasi tambahan bagi para
pemakainya.
Tujuan dari Akuntansi Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan
memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan
kemungkinan arus kas masa depan.
Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi ini sama dengan metode penentuan
laba. Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang
digambarkan oleh laporan keuangan, sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat
dalam laporan keuangan.
Metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi (Johnson,1977) sebagai
berikut.
1. The entry value system dari harga umum yang terdiri dari:
a. historical cost
b. general price level
c. replacement cost
d. reproduction cost
2. The exit value system harga pasar atau current market value yang terdiri dari:
a. net realizable value
b. selling price
c. expected value

Dari sudut akuntansi inflasi, di luar historical cost adalah metode menyusun laporan
keuangan untuk menyesuaikan dengan pengaruh inflasi.

TEORI AKUNTANSI Page 15


a. Historical Cost
Historical cost merupakan salah satu dari prinsip akuntansi. Menurut pendapat
ini cost principle atau disebut juga acquisition cost atau historical cost merupakan
dasar untuk melakukan penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang, jasa,
biaya, harga pokok, dan equity. Sistem ini telah digunakan selama beberapa abad
(Ijiri, 1971). Dalam sistem historical cost setiap perkiraan dinilai berdasarkan harga
pertukarannya pada tanggal perolehan. Berdasarkan historical cost laba direalisasikan
dengan perbedaan antara pendapatan yang direalisasikan dengan biaya yang
direalisasikan, dimana biaya tersebut merupakan pengorbanan yang diharapkan tidak
mendapatkan keuntungan di masa mendatang.
Memang banyak kritik yang diajukan ke arah sistem historical cost ini, namun
sampai saat ini standar akuntansi masih tetap mempertahankannya. Keunggulan
sistem ini menurut Ijiri (1967) adalah sebagai berikut:
 Penilaian historical cost merupakan satu-satunya metode penilaian yang hasil
pencatatannya dapat ditelusuri, diidentifikasi bila perlu.
 Metode penilaian historical cost memberikan data yang kurang diperselisihkan
dibanding dengan metode penilaian lain yang diajukan.
 Metode penilaian historical cost ini tidak menyajikan holding gain and loss.
Hal ini sesuai dengan status quo dan hanya perubahan yang jelas terbukti
dicatat. Hal ini penting untuk memecahkan pertentangan kepentingan dan
menjaga stabilitas dalam masyarakat.
 Metode penilaian historical cost saat ini memberikan data yang berguna bagi
pengambilan keputusan bagi manajer dan investor karena selama ini data yang
lazim digunakan untuk memprediksi masa depan hanya data historis.
 Metode penilaian historical cost ini merupakan salah satu diantara berbagai
metode penilaian yang dianjurkan. Metode ini paling murah bagi masyarakat
dilihat dari biaya pencatatan, biaya pelaporan, auditing, dan penyelesaian
perselisihan.
Penilaian berdasarkan historical cost ini masih sangat relevan dan
dipertahankan oleh prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Keunggulan prinsip
historical cost adalah sangat berguna untuk menjelaskan aspek yang lalu dari tiap aset

TEORI AKUNTANSI Page 16


dan kewajiban, yaitu pengorbanan yang telah diberikan untuk mendapatkan aset dan
keuntungan yang diterima dari kewajiban yang timbul (Harahap, 1996).
b. General Prince Level
Dalam metode General Price Level misalnya metode historical cost
disesuaikan dengan perubahan tingkat harga sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih
besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan GPL adalah sebagai berikut :
 Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
 Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
 Membantu pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datang secara
lebih baik
 Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari
angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan GPL adalah sebagai berikut :
 Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi
tidak bisa disamaratakan
 GPL tidak bermakna bagi perusahaan
 Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
 Rasio itu adalah indikator mentah
c. Current Cost Accounting
Edgar Edward dan Philip Bell (1961) merupakan tokoh yang paling gencar
mempromosikan konsep CCA ini. Menurut mereka yang dibutuhkan oleh manajer
adalah bagaimana mereka mengalokasikan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk
memaksimalkan laba.
Manajer biasanya menghadapi masalah apakah ingin mempertahankan suatu
aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana menggunakan atau
mendanai kegiatan perusahaan. Untuk menjawab ini maka Edgar dan Bell
mengusulkan perhitungan busines profit. Busines Profit ini memiliki dua komponen:
 Current Operating Profit
 Realizable Cost Saving (Holding Gain)
Laba dari Current Operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa
yang dijual dengan harga pokoknya. Sedangkan Realizable Cost Saving adalah
kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih dimiliki sekarang (dengan harga
sekarang). Ini merupakan laba (atau bisa saja rugi) yang belum direalisasi dari suatu

TEORI AKUNTANSI Page 17


aktiva yang harganya naik (atau turun) karena perubahan harga, namun barangnya
belum direalisasi atau belum dijual, maka ini disebut saving yang nantinya akan
direalisasi. Sebenarnya hal ini merupakan opportunity gain atau loss. Resvine
menganggap itu dapat dianggap sebagai laba karena kenaikan harga itu akan
mengakibatkan kas yang akan digunakan untuk mendapatkannya memang harus
seharga itu jika kita ingin membelinya sekarang. Menurut beliau cash saving ini dapat
digolongkan sebagai laba.
Beberapa bentuk Current Cost adalah sebagai berikut:
a. Replacement cost
Replacement Cost adalah nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk
mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya yang
sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva nonmoneter
seperti persediaan dan aktiva tetap. Aktiva tetap disajikan menurut nilai gantinya,
nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai.
Metode ini dikritik dalam hal:
 Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka
yang timbul tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.
 Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan
menimbulkan pembebanan ke laba/rugi (misalnya penyusutan dan
harga pokok produksi) lebih rendah dari beban pada historical cost,
akhinya income akan lebih tinggi dari historical cost.
 Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode Replacement
Cost ini, karena hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya, metode
Replacement Cost ini dianggap bukan merupakan metode akuntansi
inflasi.
 Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.
Walaupun ada kritik ini, sebagian pihak menganggap bahwa metode ini
merupakan metode yang paling mudah diterapkan dalam akuntansi inflasi, karena
meskipun terjadi inflasi dengan metode ini akan memudahkan dalam hal
pengukurannya.
b. Reproduction Cost
Reproduction Cost adalah istilah lain yang hampir sama dengan Replacement
Cost. Di sini harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat
atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan

TEORI AKUNTANSI Page 18


teknologi yang mungkin memengaruhi aktiva yang dibuat itu. Jika suatu aktiva
baru direproduksi tanpa menghiraukan perubahan teknologinya nilainya sama
dengan Replacement Cost. Dengan demikian, secara umum apa yang berlaku pada
metode Reproduction Cost ini.
c. Net Realizable Value
Net Realizable Value merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya
penjualan. Pada masa inflasi nilai dari net realizable value ini lebih besar dari
replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya tanpa
mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini
dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal
dibandingkan dengan pada akhir periode.
d. Selling Price
Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan
sehingga laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih
besar daripada net realizable value dan metode lainnya.
e. Expected Value
Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar
atau lebih kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini
merupakan gambaran dari present value kas di masa yang akan datang.

3.3 Model Akuntansi


Ada tiga model akuntansi yang berbeda yaitu:
 Historical Cost Accounting
 Replacement Cost Accounting
 Net Realizable Value Accounting
Namun, sebenarnya ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan
laba itu, yaitu sebagai berikut.
1. Pengukuran menurut Unit Uang:
a. Historical Cost Accounting
b. Replacement Cost Accounting
c. Net RealizableValue Accounting
d. Present Value Accounting
2. Pengukuran menurut Unit Tenaga Beli (General Price Level = GPL)
a. GPL Historical Cost Accounting

TEORI AKUNTANSI Page 19


b. GPL Replacement Cost Accounting
c. GPL Net RealizableValue Accounting
d. GPL Present Value Accounting
Perbedaan ini timbul dari perbedaan berikut.
a. Atribut yang Akan Dinilai
Atribut yang dinilai untuk masing-masing model akuntansi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
 Dalam model Historical Cost Accounting, atribut yang dinilai adalah jumlah
uang/kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau
membayar sejumlah utang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari
perolehan aktiva itu.
 Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang
kas atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama
dan sejenis saat sekarang atau jumlah utang yang akan dibebankan untuk
memperoleh aktiva tersebut.
 Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau
sejenisnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah
uang yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.
 Dalam model Present atau Capitalized Value, atribut yang diinilai adalah arus
kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau
arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali
utang.
Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut.
1. Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (Historical Cost), masa kini (Replacement Cost
dan Net Realizable Value), dan masa yang akan datang (Present Value).
2. Jenis transaksi: Historical Cost dan Replacement Cost merupakan transaksi perolehan
atau pembebanan utang, Net Realizable Value dan Present Value menyangkut penjualan
aset dan pembayaran utang.
3. Sifat kejadian awalnya: Historical Cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya,
Present Value berdasarkan kejadian yang dinharapkan, dan Replacement Cost dan Net
Realizable Value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).

TEORI AKUNTANSI Page 20


b. Unit of Measure
Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut.
 Unit moneter (uang)
Dalam model ini yang menjadi unit pengukur adalah unit uang.
 Unit daya beli (Purchasing Power)
Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu
berbeda apabila waktunya berbeda.

3.4 Penilaian dan Perbandingan Terhadap Model Akuntansi


Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model
present value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut :
1. Sukarnya menaksir penerimaan kas dimasa akan datang
2. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi
3. Alokasi arbitrer dari taksiran arus kas dalam memilih asset
4. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual
Dalam memilih dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar
penilaian adalah :
1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timming error)
Timming error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode
tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan dan dilaporkan pada periode lain. Yang
sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dan dilaporkan
pada periode itu. Namun, yang lebih ideal lagi adalah bahwa perhitungan laba
dilakukan dalam keseluruhan proses kegiaatan perusahaan.
2. Kesalahan akibat alat ukur (measuring unit errors)
Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan
dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang
tersebut. Idealnya tenaga beli uang harus ikut menjadi bahan pertimbangan dalam
menyusun laporan keuangan
3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)
Laporan keuangan harus dapat dipahami tanpa salah pengertian. Dalam penafsiran
laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaannya.
Dengan perkataan lain, agar model akuntansinya dapat dipahami maka kita harus
menggunakan rumus ;

TEORI AKUNTANSI Page 21


“jika………, maka…………….” atau (if……, them)
Dengan rumus ini maka para pembaca laporan keuangan akan memahami arti
serta kegunaannya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan ukuran
tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit uang sebagai alat ukur
berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam rupiah (Number of Dollar =
NOD). Demikian juga gunakan konsep historical cost dengan (Number of
Dollars). Sementara itu, apabila konsep current value yang diukur dengan tenaga
beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of Goods (COG).
4. Relevansi
Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi para pemakainya
khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena
model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti
masalah NOD dan COG tadi, sukar bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi
itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi mendalam.
3.5 Monetary Non- Monetary Items
Monetary Items adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit
uang yang tetap misalnya kas, piutang atau uang atau kewajiban lainnya yang angka dan
jumlah nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar dimasa yang akan
datang tanpa ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable
value-nyalah yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai
sekarang (current value), untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali barangkali
untuk mengetahui present value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value)
dimasa yang akan datang. Contoh lainnya: deposito, valuta asing, atau klaim valuta
asing, surat berharga, aktiva yang akan dijual tahun depan, utang pajak, utang jangka
panjang, saham preferen yang tidak konvertible dan tidak berpartisipasi, wesel,
akumulasi penyisihan piutang, piutang pegawai, piutang jangka panjang, uang muka, dan
utang gaji.
Non-Monetary Items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut
kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan
nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap, lahan, bangunan, peralatan, persediaan yang akan
dipakai nanti dalam operasi perusahaan dan akan diganti terus jika perusahaan terus
beroperasi. Dalam metode current value harga baru itu yang dicoba digambarkan dengan
harga sekarang. Contoh lainnya adalah biaya dibayar dimuka, investasi dalam saham,

TEORI AKUNTANSI Page 22


utang pajak tertunda, akumulasi penyusutan, goodwill, hak paten, aktiva tak berwujud
lain, dan kontrak penjualan.

3.6 Metode Pengukuran Harga Wajar (Fair Value)


Metode pengukuran harga wajar atau fair value telah berlaku di Amerika sesuai
dengan statement No. 157 tentang fair value Measurements. Berikut ini adalah
ikhtisarnya.
Statement ini mendefinisikan fair value, menetapkan kerangka untuk mengukur nilai
wajar (fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan
memperluas pengungkapan tentang pengukuran fair value. Statement ini diterapkan
dalam kerangka standar akuntansi yang membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair
value. Dewan standar sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair
value adalah metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak
memerlukan metode pengukuran fair value yang baru. Namun, untuk sebagian entitas
penerapan fair value ini akan mengubah praktek yang berlaku sekarang
a. Alasan dikeluarkannya statement ini.
Sebelum statement ini, ada beberapa difinisi tentang fair value dan pedoman
penerapannya dalam prinsip akuntansi sangat terbatas. Selain itu pedoman sudah
tersebar diantara banyak pengumuman yang menjelaskan perlunya pengukuran fair
value. Perbedaan pedoman itu akan menimbulkan inkonsistensi yang menambah
rumitnya prinsip akuntansi. Dalam membuat statement ini, dewan telah
mempertimbangkan perlunya peningkatan konsistensi dan comparability pengukuran
fair value dan untuk memperluas pengungkapan tentang pengukuran fair value.
b. Perbedaan antara Statement dan Praktek Sekarang
Definisi fair value tetap menyangkut harga pertukaran atau exchange price.
Statement ini menjelaskan bahwa exchange price adalah harga dari transaksi yang
normal antara pelaku pasar yang menjual asset atau mentransfer utang di pasar
dimana entintas yang melaporkan melakukan transaksi yang menyangkut asset dan
utang pada kondisi yang paling menguntungkan. Transaksi menjual asset atau
mentransfer utang adalah transaksi hipotesis pada tanggal pengukuran, dengan
mempertimbangkan perspektif pelaku pasar yang memegang asset dan yang
berutang. Oleh karena itu, definisi ini berfokus pada harga yang akan diterima jika
melakukan penjualan asset atau membayar atau mentransfer uang (exit price),

TEORI AKUNTANSI Page 23


bukan harga yang akan dibayar untuk membeli asset atau menerima utang (entry
price).
Statement ini menekankan bahwa fair value adalah pengukuran berbasis pasar
( a market-bassed measurement), bukan pengukuran yang spesifik entitas (an entity-
spesific measurement). Oleh karena itu, pengukuran fair value harus ditentukan
berdasarkan asumsi yang digunakan pelaku pasar dalam menghargai asset dan
utangnya. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan asumsi pelaku pasar dalam
mengukur fair value, statemen ini menetapkan hierarki fair value yang dibedakan
antara lain srbagai berikut.
1. Asumsi pelaku pasar dibangun berdasarkan data pasar yang diperoleh dari sumber
yang independen dari entitas yang melaporkan (observable inputs).
2. Asumsi dari entitas yang melaporkan tentang asumsi pelaku pasar dibangun
berdasarkan informasi yang terbaik yang tersedia dalam situasi itu (unobservable
inputs). Dalil unobservable inputs dimaksudkan untuk memungkinkan adanya
situasi dimana ada sedikit kegiatan pasar dari asset dan kewajiban pada tanggal
pengukuran. Dalam situasi tersebut, entitas pelaporan tidak perlu melakukan
kegiatan untuk mendapatkan informasi tentang asumsi pelaku pasar. Namun,
entitas pelapor tidak boleh mengabaikan informasi tentang asumsi pelaku pasar
yang tersedia tanpa harus mengeluarkan biaya dan tenaga.
Statement ini menjelaskan bahwa asumsi pelaku pasar termasuk asumsi
mengenai resiko, misalnya resiko inheren dalam teknik penilaian khusus yang
digunakan untuk mengukur fair value (seperti dalam pricing model) dan atau resiko
risk inherent dalam input ke teknik penilaian. Pengukuran fair value harus
memasukkan penyesuaian terhadap resiko jika pelaku pasar memasukkannya dalam
menentukan harga aset atau kewajiban, walaupun penyesuaian itu sukar ditentukan.
Oleh karena itu, pengukuran yang tidak memasukkan penyesuaian resiko tidak
menggambarkan pengukuran fair value jika pelaku pasar akan memasukkannya dalam
penilaian aset dan kewajiban.
Statement ini menjelaskan asumsi pelaku pasar tentang pengaruh pembatasan
penjualan atau penggunaan aset. Pengukuran fair value untuk aset tertentu harus
mempertimbangkan pengaruh pembatasan itu jika pelaku pasar mempertimbangkan
pengaruh pembatasan dalam penilaian aset.
Statement ini menjelaskan bahwa pengukuran fair value untuk kewajiban
menggambarkan nonperfomence risk, yaitu resiko di mana kewajiban tidak terpenuhi

TEORI AKUNTANSI Page 24


sebab nonperfomence risk termasuk resiko kredit entitas yang melaporkan entitas
pelapor harus mempertimbangkan pengaruh resiko kredit menurut fair value dari
kewajiban di semua periode di mana kewajiban diukur berdasarkan fair value
menurut standar akuntansi yang berlaku.
Statement ini menyetujui perlunya FASB Statements lainnya yang
menyatakan bahwa dari suatu posisi dari suatu posisi dari suatu instrument keuangan
termasuk suatu block yang diperdagangkan secara aktif di pasar harus diukur sebesar
nilai produk dengan harga yang dicantumkan dari instrument individu tersebut dikali
dengan jumlah yang dimiliki. Harga yang dipakai harus disesuaikan sebab size posisi
relatif pada volumeperdagangan.
Statement ini memperluas pengungkapan tentang penggunaan pengukuran fair
value untuk mengukur aset dan kewajiban periode interim dan tahunan mengikuti
pengakuan sebelumnya. Pengungkapan difokuskan pada input yang digunakan untuk
mengukur fair value dan mengulangi pengukuran fair value dengan menggunakan
unobservable inputs, pengaruh pengukuran pada laba pada periode itu.
c. Bagaimana Kesimpulan Statement Ini Berkaitan dengan Kerangka Konsep
FASB
Kerangka konsep untuk mengukur fair value mengikuti kosep yang
menekankan memberikan informasi secara komperatif sehingga para pemakai mampu
menggunakan laporan keuangan menemukan persamaan dan perbedaan antara kedua
kejadian ekonomi. Definisi fair value memerhatikan konsep yantg berkaitan dengan
aset dan kewajiban, dalam konteks pelaku pasar. Pengukuran fair value
menggambarkan asumsi pelaku pasar sekarang tentang arus masuk di masa yang akan
datang yang dikaitkan dengan aset yang memiliki keuntungan ekonomi masa depan
dan arus keluar di masa yang akan datang yang dikaitkan dengan kewajiban
(pengorbanan manfaat ekonomi di masa yang akan datang).
Pengungkapan yang diperluas tentang fair value untuk mengukur aset dan
kewajiban harus memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
investasi, kredit, dan lainnya sebagaimana disebut dalam bagi para pemakai laporan
keuangan (dan investor, kreditor potensial, dan lainnya) sesuai dengan tujuan laporan
keuangan.
d. Bagaimana Statement Ini Meningkatkan Manfaat Laporan Keuangan

TEORI AKUNTANSI Page 25


Definisi tunggal dari fair value bersama dengan kerangka konsep pengukuran
fair value bersama dengan kerangka konsep pengukuran fair value, harus
menghasilkan peningkatan konsistensi dan komparabilitas pengukuran fair value.
Perluasan pengungkapan tentang fair value untuk mengukur aset dan
kewajiban harus memberikan informasi yang lebih baik bagi para pemakai laporan
tentang batas di mana fair value digunakan sebagai pengukur aset dan kewajiban yang
di akui, input digunakan untuk mengembangkan pengukuran dan pengaruh
pengukuran tertentu pada laba (perubahan net aset) pada periode itu.
e. Manfaat dan Biaya Menerapkan Statement Ini
Kerangka untuk mengukur fair value dibangun di atas praktik dan kebutuhan
sekarang. Namun, beberapa entitas perlu mengubah sistem dan lainnya untuk
menyesuaikan diri dengan ketentuan statement ini. Beberapa entitas bisa
menimbulkan tambahan biaya dalam menerapkan statement ini. Namun, manfaatnya
dalam peningkatan konsistensi dan komparabilitas dari metode pengukuran fair value
dan semakin luasnya pengungkapan mengenai pengukuran akan terus bermanfaat.
f. Berlakunya Statement Ini
Penerapan Statement ini harus berlaku secara prospective sejak awal tahun
fiskal di mana statement ini mulai diterapkan. Kecuali dalam hal berikut ini,
penerapan statement ini harus retrospective:
1. Instrument keuangan yang sudah diukur secara fair value pada awal
diakuimenggunakan harga transaksi sesuai dengan pedoman sebelum permulaan
penerapan statement ini.
2. Instrument keuangan hybrid yang sudah menggunakan fair value pada awal
pengakuannya yang menggunakan harga transaksi sesuai dengan pedoman
sebelum memulai menerapkan statement ini.
Penyesuaian dalam masa transisi, diukur sebagai perbedaan antara saldo
sebelumnya dan fair value the carrying amounts dari instrument keuangan pada
tanggal statement ini mulai diterapkan. Harus diakui sebagai penyesuaian pengaruh
kumulatif dalam saldo pembukuan laba ditahan atau komponen ekuitas atau aset
bersih dalam laporan posisi keuangan untuk tahun fiskal saat statement ini diterapkan.

TEORI AKUNTANSI Page 26


3.7 Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi
Untuk memberikan gambaranyang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini
kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan
memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Mdal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya Rp
30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai kegiatannya
dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada tanggal 1 Mei
perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.
Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:
Januari 1 Mei 1 Desember 1
Replacement Cost 10 12 13
Net Realizable Value - 15 17
General Price Level Index 100 130 156

1. Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money”

Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu.
Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:

1. Historical Cost Accounting


2. Replacement Cost Accounting
3. Net Realizable Value Accounting

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:

TEORI AKUNTANSI Page 27


PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005

Replacement Net Realizable


Keterangan Historical Cost
Value Value
Hasil 75.0001 92.0002
Harga Pokok Penjualan 50.0003 60.0004 73.0005
Laba Kotor 25.000 15.000 19.000
Bunga 10 % 3.000 3.000 3.000
Laba Operasi 22.000 12.000 16.000
Realisasi holding gain and loss Sudah termasuk 10.0006 10.000
Holding gain and loss yang tidak
Tidak dihitung 3.0007 3.000
direalisasi
General Price level gain and loss Tidak dihitung Tidak dihitung Tidak dihitung
Laba Bersih 22.000 25.000 29.000

Perhitungan:

1
75.000 = 5.000 x 15

2
92.000 = (5.000 x 15) + (1.000 x 17)

3
50.000 = 5.000 x 10

4
60.000 = 5.000 x 12

5
73.000 = (5.000 x 12) + (1.000 x 13)

6
10.000 = 5.000 x (12-10)

7
3.000 = 1.000 x (13-10)

PT Sipangko Jaya
TEORI AKUNTANSI Page 28
Neraca
31 Desember 2005
Replacement Net Realizable
Keterangan Historical Cost
Value Value
Harta
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 10.000 13.0001 17.0002
Total Harta 82.000 85.000 89.000
Utang dan Modal
Kewajiban 30.000 30.000 30.000

Modal
Modal Saham 30.000 30.000 30.000
Laba Ditahan
Realisasi 22.000 22.000 22.000
Belum Realisasi - 3.000 7.000
Total laba ditahan 22.000 25.000 29.000
Total Modal Setor 52.000 55.000 59.000

Total Utang dan Modal 82.000 85.000 89.000

Keterangan:

1
13.000 = 13 x 1.000

2
17.000 = 17 x 1.000

HC RC NRV
Total Laba
Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan

TEORI AKUNTANSI Page 29


dilaporkan dilaporkan dilaporkan
29.000 22.000 7.0001 25.000 4.0002 29.000 0

1
7.000 = (17.000-13.000) + 3.000 Unrealized Operating + Unrealized Holding Gains

2
4.000 = (17.000-13.000) Unrealized Operating Gains

2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit Tenaga
Beli Umum

Dalam model ini yang kita bahas adalah:

1. General Price Level Adjusted Historical Accounting


2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting
3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting

Dengan menggunakan ilustrasi di atas, maka laporan keuangannya adalah sebagai


berikut:

PT Sipangko Jaya

Laporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005

GPLA GPLA GPLA


Keterangan
HC RC NRVA
Hasil 90.0001 90.000 107.0002

Harga Pokok Penjualan 78.0003 72.0004 85.0005


Laba Kotor 12.000 18.000 22.000

Bunga 10% 3.000 3.000 3.000


Laba Operasi 9.000 15.000 19.000
Real Realize Holding Gain and Termasuk tidak
(6.000)6 (6.000)
Loss dihitung

TEORI AKUNTANSI Page 30


Real Unrealized Holding Gain and
(2.600)7 (2.600)
Loss
General Price Level Gain and Loss 1.8008 1.800 1.800
Laba Bersih 10.800 8.200 12.200

1
90.000 = 75.000 x 156/130. (75.000=5.000 x 15)

2
107.000 = 90.000 + (17 x 1.000)

3
78.000 = 50.000 x 156/100

4
72.000 = 60.000 x 156/130

5
85.000 = 72.000 + (13 x 1.000)

6
(6.000) = (12 x 156/130) – (10 x 156/100) x 5.000

7
(2.600) = 13 – (10 x 156/100) x 1.000

8
1.800 = Computed Monetary Asset – Actual Monetary Asset (40.200 – 42.000)

Perhitungan dapat dilihat dibawah ini:

PT Sipangko Jaya

Neraca Menurut General Price Level

Per 31 desember 2005

GPL GPL GPL


Keterangan
HC RC NRVA
Aktiva:
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 15.6001 13.000 17.000
Total Aktiva 87.600 85.000 89.000
Passiva:

TEORI AKUNTANSI Page 31


Obligasi 30.000 30.000 30.000
Modal 46.8002 46.800 46.800
Laba Ditahan:
Realized 9.000 9.000 9.000
Unrealized (0) (2.600)3 1.4004
Laba/Rugi GPL 1.800 1.800 1.8005
Total Passiva 87.600 85.000 89.000

Keterangan:

1
15.600 = 10.000 x 156/100

2
46.800 = 3.000 x 156/100

3
2.600 = 13 – (10 x 156/100) x 100

4
1.400 = Unrealized Operating Gains + Unrealized Holding Gains

= 4.000 + (-2.600-4.000 = (17.000 – 13.000)

5
𝐿𝑖ℎ𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑖

Perhitungan Laba/Rugi General Price Level

Keterangan Belum di Adjust Faktur Konversi Setelah di Adjust


Net Monetary Asset
Tanggal 1 Januari 2005: 30.000 156/100 46.800
Ditambah:
Monetary Receipts 75.000 156/130 90.000

105.000 136.800
Dikurangi:
Monetary Payments 60.000 156/100 93.600
Bunga (10%) 3.000 156/156 3.000

TEORI AKUNTANSI Page 32


63.000 96.600
Net 42.000 40.200
Net Monetary Asset 31-12-2005 40.200
Actual Monetary Asset per 31-12-2005 42.000
Laba akibat General Price Level 1.800

Timing error Interpretation


NOD COG
Measureng-
No Accounting Model Operating Holding Relevance
Unit Error
Profit Gains (Number of (Command of
dollars) Goods)
1 Historical-cost accounting Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak

Ya Ya Ya
2 Replacement-cost Ya Hilang Ya
Laba Rugi Harta Harta
Ya Ya
Net-realizable-value Aktiva
3 Hilang Hilang Ya
accounting Laba Rugi Aktiva Moneter Moneter
dan Utang dan Utang
General price-level-
4 adjusted historical cost Ya Ya Hilang Ya Ya Ya
accounting
General Price-level-
5 adjusted replacement-cost Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya
accounting
General Price-level-
6 adjusted net-realizable- Hilang Hilang Hilang Hilang Ya Ya
value accounting
Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model

BAB IV

Akuntansi Sosial Ekonomi

TEORI AKUNTANSI Page 33


3.1. Defenisi SEA
SEA masih merupakan fenomena baru dalam ilmu akuntansi, dan sering
ditafsirkan sama dengan Social Accounting yang dihubungkan dengan National Income
Accounting . Para ahli juga telah banyak memberikan defenisi dan dalam tulisan ini saya akan
kutip defenisi dari Ahmed Belkaoui, dalam bukunya tentang Socio Economic Accounting.
Beliau menyatakan sebagai berikut:
“SEA timbul dari penerapan akuntansi dalam ilmu sosial, ini menyangkut peraturan,
pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan sosial dari kegiatan
pemerintah dan pengusaha. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat mikro dan makro. Pada
tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan kegiatan ekonomi dan sosial
negara mencakup social accounting dan reporting peranan akuntansi dalam
pembangunan ekonomi. Pada tingkat mikro bertujuan untuk mengukur dan melaporkan
pengaruh kegiatan perusahaan terhadap lingkungannya, mencakup financial dan
managerial social accounting, social auditing”.
Ada juga yang menyebutkan Socio Economic Accounting sebagai Social
Responsibility. SEA ini tidak sama dengan Social Accounting yang pengertiannya adalah
pengukuran mengenai bagaimana efesiensi suatu sistem ekonomi berfungsi dan memberikan
data periodik yang menyangkut indikaksi posisi suatu negara menyangkut ukuran
externalities itu. Social Accounting ini sering juga disebut National Income Accounting atau
Macro Socio Economic Accounting.
Dalam kaitannya dengan sistem ekonomi, SEA sangat diperlukan dalam suatu sistem
ekonomi yang bercirikan sintese, dari sistem ekonomi antara Social Economy dan
Institusional Economy.Social Economy mempunyai komitmen yang dalam terhadap
kesejahteraan manusia dan keadilan, sedangkan institusionalis mempunyai komitmen yang
besar terhadap pragmatisme dalam menganalisis sosial ekonomi masyarakat. Negara kita
adalah negara yang memperjuangkan kesejahteraan rakyatnya,karen itu SEA ini penting
diterapkan bahkan harus diharuskan untuk diterapkan oleh semua perusahaan dan lembaga di
negara kita.

3.1. Timbulnya SEA


Kemajuan industri setelah perang dunia II dan munculnya negara sebagai aktor dalam
peningkatan kualitas hidup menimbulkan berbagai macam isu yang justru dapat juga merusak

TEORI AKUNTANSI Page 34


kualitas hidup. Hal ini menjadi sorotan para ahli dan para pengambil keputusan. Salah satu
kesulitan yang dihadapi dalam menilai penyakit sosial ini adalah ketiadaan media pengukur
arithmetic of quality. Hal ini tergambar dari pernyataan A.W.Clausen, bekas direktur World
Bank sebagai berikut.
“Saya sampaikan bahwa salah satu alasan yang paling kuat atas ketiadaan respon , kita
terhadap isu penyakit sosial itu dan penyebab kebingungan kita terhadap penyelesaiannya
adalah ketiadaan ukuran kualitas (Belkaoi, SEA, hlm. 3)”.
Ukuran itu penting sehingga setiap unit pemerintah maupun perusahaan mengetahui
berapa jauh efek kegiatan lembaganya memengaruhi kualitas hidup manusia, apakah
berdampak positif atau negatif. Berapa kontribusi perusahaan untuk meningkatkan
pendidikan pegawainya ataupun masyarakat? Berapa jauh pengaruh polusi, pengerusakan
lingkungan yang ditimbulkannya? Hal-hal inilah mestinya yang diukur oleh SEA sebagai
salah satu ukuran kualitas.

3.1.1 Pendorong Munculnya SEA


Literatur dalam ilmu sosial, ilmu sosiologi, dan khususnya kegiatan-kegiatan sosial
merupakan saksi dan penyebab yang mendorong timbulnya SEA. Seperti perubahan sikap
para ahli dan pengambil keputusan terhadap peranan bisnis dan unit pemerintahan dalam
kaitannya dengan efek sosial yang ditimbulkannya. Adanya kecenderungan beralihnya
perhatian pada kesejahteraan individu ke arah kesejahteraan sosial. Kecenderungan yang
bergerak dari kegiatan mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa melihat efek sampingnya
kearah mencari laba yang berwawasan lingkungan. Timbulnya Kementrian atau departemen
(unit) pemerintahan yang mengurus lingkungan hidup, juga sejalan dengan kemunculan SEA.
Kecenderungan ini semua dapat kita lihat dari beberapa paradigma berikut ini:
1. Kecenderungan terhadap kesejahteraan Sosial
Sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat
yang sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerja sama antarunit-unit masyarakat itu
sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa partisipasi rakyat nya perusahaan juga
tidak akan maju tanpa dukungan langganannya maupun lingkungan sosialnya.
Kenyataannya ini semakin disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya.
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang keterkaitan saling pengaruh
memengaruhi antara negara dan rakyatnya, antara perusahaan dan masyarakatnya,
SEA ini sangat berperan.
2. Kecendrungan terhadap kesadaran lingkungan

TEORI AKUNTANSI Page 35


Dalam literatur paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm
menuju the new environment paradigm. Paradigma yang pertama menganggap bahwa
manusia adalah makhluk unik di bumi ini yang memiliki kebudayaan sendiri yang
tidak dapat dibatasi oleh kepentingan makhluk lain. Sebaliknya, paradigma yang
terakhir menganggap bahwa manusia adalah makhluk diantara bermacam-macam
makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab-akibat,
dan dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, atau
politik. Kesadaran akan kebenaran environment paradigm merupakan salah satu
pendorong munculnya SEA.
3. Perspektif Ekosistem
Orientasi yang terlalu diarahkan kepada pembangunan ekonomi, efisiensi, profit
maximization menimbulkan krisis ekosistem. Gejala ini menaruh perhatian para ahli
sehingga muncul kelompok-kelompok yang menamakan dirinya penyelamat
lingkungan seperti Greenpeace, lembaga konsumen, dan lain-lain.
4. Ekonomi vs Sosialisasi
Ekonomisasi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai unit
yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan
masyarakat. Sebaliknya sosialisasi memfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan
sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.

3.2. Konsep SEA


Konsep pengukuran, penilaian dalam SEA ini masih dalam proses pembahasan para
ahli. Dan FSAB sendiri pun belum mengambil sikap yang tegas dalam persoalan ini. Namun
SEA, khususnya tentang polusi telah mewajibkan perusahaan untuk menyajikan
pengungkapan. Dipihak lain AAA, AICPA telah membentuk komite dan telah mengeluarkan
laporan yang lumayan lengkap tentang SEA. Di USA kantor akuntan Ernst & Ernst telah
melakukan penelitian sejak 1971 tentang keterlibatan sosial perusahan yang diungkapkan
dalam laporan tahunan perusahaan. Beberapa hal yang diungkapkan adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan :
- Polusi
- Pencegahan kerusakan lingkungan, konservasi sumber – sumber alam, dan lain-lain.
2. Energi :
- Konservasi energi
- Penghematan , dan lain-lain

TEORI AKUNTANSI Page 36


3. Praktik Usaha yang Fair :
- Merekrut pegawai dari minoritas dan peningkatan kemampuannya
- Penggunaan tenaga wanita sebagai pegawai
- Pembukaan unit usaha di luar negeri, dan lain-lain
4. Sumber Tenaga Manusia :
- Kesehatan dan keamanan pegawai
- Training, dan lain-lain
5. Keterlibatan terhadap masyarakat :
- Kegiatan masyarakat sekitar
- Pendidikan
- Seni, dan lain-lain
6. Produksi :
- Keamanan produksi
- Mengurangi polusi
- Keracunan, dan lain-lain
Selain itu, variabel lain yang menyinggung konsep SEA antara lain yaitu keterlibatan
dengan kegiatan pemerintah, kejujuran terhadap konsumen, meningkatkan informasi
mengenai perusaqhaan dan produk, peningkatan pendidikan masyarakat, menghargai hak
asasi, pembangunan prasarana kota/desa, pembangunan tampat rekreasi, peningkatan
perhatian terhadap kebudayaan dan seni, dan lain-lain.
Hal ini semua dapat kita manfaatkan untuk mengukur keterlibatan perusahaan dalam
kegiatan masyarakat dan tentu dapat ditambah lagi sesuai keadaan kita di negara masing-
masing.

3.4 Perusahaan dan Keterlibatan Perusahaan


Ada beberapa model dan kecenderungan tentang keterlibatan perusahaan dalam
kegiatan sosial. Sepanjang penelitian kepustakaan, ada 3 pandangan atau model yang

TEORI AKUNTANSI Page 37


menggambarkan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiata sosial. Ketiga model itu
adalah sebnagai berikut :
1. Model Klasik
Pendapat ini, yang berkembang pada abad ke-19, bertitik-tolak pada konsep persaingan
sempurna, dimana perilaku ekonomi terpisah dan berbeda dengan bentuk dan jenis
perilaku yang lain. Tujuan perusahaan hanya untuk mencari untung yang sebesar-
besarnya. Kriteria keberhasilan perusahaan diukur oleh daya guna dan pertumbuhan.
Menurut pendapat ini, usaha yang dilakukan pemerintah semata-mata hanya untuk
memenuhi permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan kepada
pemilik modal. Seorang fundamentalis di bidang ini, Milton Friedman menyatakan
bahwa ada satu dan hanya satu tanggungjawab perusahaan, yaitu menggunakan
kekayaan yang dimilikinya untuk meningkatkan laba sepanjang sesuai aturan main
yang berlaku dalam suatu sistem persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan (
Milton Friedman, Capitalism and Freedom, 1962 ).
Jelasnya perusahaan menurut pendapat ini, tidak perlu memikirkan efek sosial yang
ditimbbulkan perusahaannya dan tidak perlu memikirkan usaha untuk memperbaiki
penyakit sosial. Itu bukan urusan bisnis, tetapi urusan pemerintah.
2. Model Manajemen
Pendapat ini timbul sekitar 1930, setelah muncul tantangan baru dari perusahaan yang
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dengan keadaan yang sebelumnya yang diwarnai
oleh pemikiran model klasik. Menurut pendapat ini, perusahaan dianggap sebagai
lembaga permanen yang dianggap hidup dan punya tujuan tesendiri. Manager sebagai
orangyang dipercayai oleh pemilik modal menjalankan perusahaan untuk kepentingan
bukan saja pemilik modal, tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup
matinya perusahaan seperti karyawan, langgana, supplier, dan pihak lain yang ada
kaitannya dengan perusahaan yang semata-mata tidak didasarkan atas adanya hubungan
kontrak perjanjian (Frank X. Suttin et. Al. 1956). Dengan demikian, manager sebagai
tim yang bertangguangjawab atas kelangsungan hidup perusahaan terpaksa memilih
kebijakan yang harus mempertimbangkan tanggungjawab sosial perusahaan mengingat
ketergantungannya dengan pihak lain ( masyarakat ) yang juga punya andil dalam
pencapaian tujuan perusahaan yang tidak hanya memikirkan setoran buat pemilik
modal.
3. Model Lingkungan Sosial

TEORI AKUNTANSI Page 38


Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan ekonomi dan
politik yang dimilikinya mempunyai hubungan dengan kepentingan ( bersumber) dari
lingkungan sosial dan bukan hanya semata dari pasar sesuai dengan teori atau model
klasik. Konsekuensinya perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan
penyakit sosial yang berada di lingkungannya seperti sistem pendidikan yang tidak
bermutu, pengangguran, polusi, perumahan kumuh, transportasi yang tidak teratur,
keamanan, dan lain-lain. Kalau model klasik mempunyai tujuan utama untuk
mensejahterakan pemilik modal dan model manajemen mensejahterakan manajemen,
dalam model ini perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang
menyangkut kesejahteraan sosial secara umum (Ahmed Belkaoui, 1980). Dengan
demikian, dalam memilih proyek yang akan dibangun, disamping memperhatikan
persentasi laba juga harus memperhatikan keuntungannya dan kerugian yang mungkin
akan diderita oleh masyarakat.
4. Kearah Eksistensi Etika dan Tanggung jawab Sosial Perusahaan
Ahmed Belkaoui dengan cara sistematis mengelompokkan batasan ini dalam lima
kategori yang seirama dengan ketiga model yang sebelumnya (Ahmed Belkaoi, SEA,
1984). Berikut ini disajikan secara berturut-turut:
Pertama : tanggung jawab perusahaaan hanya terbatas pada usaha mencari laba yang
maksimal. Jika perusahaan dapat menguntungkan laba yang sebesar-besarnya
tanpa memperhatikan efek sosialnya, berarti perusahaan sudah memenuhi
panggilan tugasnya sebagai badan usaha. Menurut kategori ini, apabila
perusahaan diwajibkan untuk memperhatikan lingkungan sosial masyarakatnya,
maka akan merusak sendi-sendi ekonimi persaingan bebas. Keadaan ini sama
dengan model klasik.
Kedua : disamping tujuan mencari untung, perusahaan juga harus memperhatikan pihak-
pihak tertentu dengan siapa ia mempunyai kepentingan. Hal ini di contohkan
dengan perbaikan kesejahteraaan karyawan, manajemen, menjalin hubungan baik
dengan kelompok masyarakat tertentu, dan lain-lain.
Ketiga : perusahaan melepaskan diri dari tujuan hanya mencari laba dengan memperluas
tanggung jawab manajemen. Sebagai penduduk yang baik maka perusahaan
mestinya juga bertindak seperti penduduk yang memperhatikan etika sosial.
Keempat : dalam kelompok ini, tanggung jawab sosial perusahaan mencakupi hal yang
besifat ekonomi dan non ekonomi. Dalam kategori ini dikenal tiga pusat
lingkaran yaitu lingkaran dalam yang mencakup tangggung jawab dasar dalam

TEORI AKUNTANSI Page 39


melaksanakan fungsinya dengan efisien, lingkaran tengah yang mencakup
tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi ekonomisnya dengan penuh
kesadaran akan perubahan nilai dan prioritas yang berlaku dalam masyarakat, dan
lingkungan luar yang mencakup tanggung jawab yang baru muncul dan masih
berkembang, dimana perusahaan harus secara luas terlibat secara aktif untuk
memperbaiki lingkungan sosial ( Jacobi, Corporate Power and Social
Responsibility, 1973 ).
Kelima : tanggung jawab sosial diperluas melewati batas tanggung jawab dan mencakup
keterlibatan total terhadap tugas-tugas sosial. Prakash Sethi merumuskan bentuk
ini dalam tiga dimensi yaitu Social Obligation yang merupakan tanggung jawab
perusahaan terhadap permintaaan pasar sesuai dengan ketentuan hukum, Social
Responsibility yang menggerakkan perusahaan sehingga segala tindakannya
sesuai dengan norma nilai dan harapan masyarakat yang berlaku, dan Social
Responsiveness yang merupakan respon perusahaan untuk menjawab isu yang
akan muncul dimasa yang akan datang (S. Prakash Sethi, Academy of
Management Review, 1979).
Keenam : kategori keenam ini merupakan variasi semua pengertian yang diliputi oleh
literatur tentang bentuk dan batasan tanggung jawab sosial perusahaan diatas.
Bradshaw mengemukakan ada tiga bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yaitu sebagai
berikut :
a. Corporate Philanthropy, disini tanggung jawab perusahaan itu berada sebatas
kedermawanan atau kerelaan belum sampai pada tanggung jawabnya. Bentuk tanggung
jawab ini bisa merupakan kegiatan amal, sumbangan, atau kegiatan lain yang mungkin
saja tidak langsung berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
b. Corporate Responsibility, disini kegiatan pertanggung jawaban itu sudah merupakan
bagian tanggung jawab perusahaan bisa karena ketentuan UU atau bagian dari kemauan
atau kesediaan perusahaan.
c. Coorporate Policy, disini tanggung jawab perusahaan itu sudah merupakan bagian dari
kebijakannya.

3.5 Pro – Kontra Tanggung jawab Sosial Perusahaan


Persoalan apakah perusahaan perlu mempunyai tanggung jawab sosial atau tidak,
masih terus merupakan perdebatan ilmiah. Masing-masing mengemukakan pendapat dan

TEORI AKUNTANSI Page 40


dukungannya dan mengklaim bahwa idenyalah yang benar. Berikut ini adalah alasan para
pendukung agar perusahaan memiliki etika dan tanggung jawab sosial.
1) Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat
terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang, hal ini sangat menguntungkan
perusahaan.
2) Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan, masyarakat,
yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3) Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati langganan, simpati
karyawan, investor, dan lain-lain.
4) Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan
pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan. Sehingga jika perusahaan memiliki
tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan.
5) Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masyarakat.
6) Sesuai dengan keinginan para pemegang saham, dalam hal ini publik.
7) Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada perusahaan yang kadang-kadang suatu
kegiatan yang dibenci masyarakt tidak dapat dihindari.
8) Membantu kepentingan nasional, seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni
budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lain-lain.
Dipihak lain, alasan para penantang yang tidak menyetujui konsep tanggung jawab sosial
perusahaan ini adalah sebagai berikut :
a) Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. Ini
akan menimbulkan pemborosan.
b) Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan perusahaan atau politik
secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
c) Dapat menimbulkan bisnis yang monolitik bukan yang bersifat pluralistik
d) Keterlibatan sosial memerlukan dana dan tenaga yang cukup besar yang tidak dapat
dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapat menimbulkan
kebangkrutan atau menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
e) Keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan tenaga dan
para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan (Ahmed Belkaoui, SEA 1984).

 Bentuk Keterlibatan Sosial

TEORI AKUNTANSI Page 41


Bentuk keterlibatan apa yang harus dilakukan perusahaan sebagai suatu keterlibatan
sosial? Kantor akuntansi Ernst & Ernst (1971), K. Davis dan R.L. Blomstrom (1971), dan
committe for Economic Development (1971) mengemukakan bahwa bentuk keterlibatan
tersebut adalah meliputi kegiatan sebagai berikut:
a) Lingkungan Hidup
o Pengawasan terhadap efek polusi
o Perbaikan pengrusakan alam, konservasi alam
o Keindahan lingkungan
o Pengurangan suara bising
o Penggunaan tanah
o Pengelolaan sampah dan air limbah
o Riset dan pengembangan lingkungan
o Kerja sama dengan pemerintah dan universitas
o Pembangunan lokasi rekreasi
o Dan lain-lain
b) Energi
o Konservasi energi yang dilakukan perusahaan
o Penghematan energi dalam proses produksi
o Dan lain-lain
c) Sumber Daya Manusia dan Pendidikan
o Keamanan dan kesehatan karyawan
o Pendidikan karyawan
o Kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan
o Menambah dan memperluas hak-hak karyawan
o Usaha untuk mendorong partisipasi
o Perbaikan kesejahteraan dan manfaat pensiun
o Beasiswa kepada keluarga karyawan atau masyarakat
o Bantuan pada sekolah atau pendirian sekolah
o Membantu pendidikan tinggi dan riset dan pengembangan
o Pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas
o Peningkatan karier karyawan
o Dan lain-lain
d) Praktik Bisnis yang Jujur
o Memperhatikan hak- hak karyawan

TEORI AKUNTANSI Page 42


o Memberi kesempatan pada peranan wanita
o Jujur dalam iklan dan bisnis
o Pemberian kredit ringan kepada masyarakat
o Servis yang memuaskan
o Produk yang sehat bagi kesehatan
o Jaminan kepuasan langganan
o Selalu mengontrol kualitas dan keamanan produk
o Menandatangani fakta integritas
o Menjauhi melakukan sogok terhadap pejabat
o Dan lain-lain
e) Membantu Masyarakat Lingkungan
o Memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah sosial di
lingkungannya
o Tidak campur tangan dalam struktur masyarakat
o Membangun klinik kesehatan
o Membantu sekolah
o Pembangunan rumah ibadah
o Perbaikan desa/kota
o Sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat
o Perbaikan perumahan desa
o Bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir, tsunami
o Perbaikan sarana pengangkutan umum dan sarana pasar
o Dan lain-lain
f) Kegiatan Seni dan Kebudayaan
o Membantu lembaga seni dan budaya
o Sponsor kegiatan seni dan budaya
o Penggunaan seni dan budaya dalam iklan
o Merekrut tenaga yang berbakat seni olahraga
o Dan lain-lain
g) Hubungan dengan Pemegang Saham
o Sifat kejujuran, keterbukaan direksi pada semua persero
o Peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
o Pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social
o Dan lain-lain

TEORI AKUNTANSI Page 43


h) Hubungan dengan Pemerintah
o Mentaati peraturan pemerintah
o Membatasi kegiatan lobbying dan sogok-menyogok
o Mengontrol kegiatan politik perusahaan
o Membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan,
membantu secara umum usaha peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat
o Membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah
o Meningkatkan produktivitas sektor informal
o Pengembangan dan inovasi manajemen
o Menghindari praktik KKN
o Dan lain-lain

Pelaksanaaan Socio Economic Accounting ini akan semakin cepat oleh beberapa tekanan atau
faktor antara lain:
1) Adanya Peraturan Pemerintah atau UU yang diberlakukan
2) Ditetapkannya standar akuntansi yang mengharuskan pengungkapan tanggung jawab
sosial
3) Adanya tekanan dari pressure group misalnya Greenpeace, Trade Union, PBB, dan lain
sebagainya
4) Kesadaran perusahaan

3.6 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia


Tanggung jawab sosial dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya tak perlu
diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan, baik langsung maupun melalui jalur
pemerintah atau badan-badan sosial dalam mengatasi penyakit sosial dan
memperbaiki/membantu sarana dan kegiatan sosial, seperti mensponsori kegiatan olah raga,
pembersihan polusi dan air limbah, membantu korban bencana alam, mendirikan sarana
pendidikan, kesehatan, dll.
Namun, kita tidak dapat menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang
merugikan kepentingan sosial, seperti : pengerusakan hutan, lingkungan, iklan palsu, jaminan
palsu, kualitas produk yang tidak benar, kekurangan informasi tentang produk, penipuan-
penipuan lain, kebisingan, keracunan, dan produk yang merusak kesehatan. Kadang kiata
malu melihat situasi kita yang didaulat sebagai sistem yang terbaik ternyata kurang

TEORI AKUNTANSI Page 44


memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial sebagaimana yang dijaga dan dimiliki oleh
sistem kapitalis bahkan sosialis sekalipun.
Drucker mengakatakan bahwa tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri dan mati
sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari masyarakat dan hidup
demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak terkecuali. Perusahaan yang bebas tidak
dapat disebut sebagai baik untuk perusahaan, ia hanya dapat dikatakan baik jika baik untuk
masyarakat (Peter F. Drucker, Management: Task, Responsibilities, 1973), dan Belkaoui
mengatakan bahwa perusahaan adalah penduduk dan harus menjadi penduduk yang baik
(Ahmed Belkaoui, SEA, 1984).
Secara formal, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan pernyataan yang
melindungi kepentingan sosial, baik bagi pendirian atau pembangunan perusahaan maupun
proyek baru. Dengan demikian, jelaslah bahwa kita menganut konsep dimana perusahaan
memiliki tanggung jawab penuh, kendatipun pembatasannya belum begitu jelas. Socio
Economic Accounting berusaha mengidentifikasi, mencatat, mengikhtisarkan, melaporkan
dan menganalisis efek keterlibatan perusahaan ini, baik untung (benefit) dan kerugian (cost)
yang dialami masyarakat. Informasi ini sangat penting bagi perusahaan maupun bagi pihak
luar, seperti pemerintah dan sosial dalam pengambilan keputusan yang tepat.
 Pengukuran dalam Socio Economic Accounting
Masalah pengukuran ini merupakan hal yang sangat rumit dalam Socio Economic
Accounting ini. Dalam akuntansi konvensional jelas bahwa setiap transaksi baru dapat
dicatat jika sudah mempengaruhi posisi keuangan perusahaan. Dalam SEA kita harus
mengukur dampak positif (social benefit) dan dampak negative (social cost) yang
ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak positif dan negative ini belum dapat
dihitung karena memang transaksinya bersifat uncomplete cycles, non-resiprocal dan belum
mempengaruhi posisi keuangan perusahaan.
Biasanya tidak semua dampak negatif positif itu dapat dihitung dan belum ada
pembahasan lengkap dalam literatur tentang pengukuran untuk semua jenis externalities ini.
Dalam mengukur kerugian ini semua sumber dan objek kerugian dihitung. Kerugian ini bisa
kerugian finansial atau kerugian umum (amenity loss). Kerugian keuangan misalnya kerugian
produksi akibat kerusakan lingkungan. Kerugian amenity misalnya penderitaan jiwa yang
dialami masyarakat, individu, dan keluarga.
Salah satu akibat dari polusi udara adalah rusaknya kesehatan manusia yang antara
lain menyebabkan kematian premature. Kematian premature ini disebabkan oleh berbagai hal
dan memerlukan biaya pengobatan, pencegahan dan sebagainya. Biaya inilah yang dihitung

TEORI AKUNTANSI Page 45


sebagai komponen social cost. Dari sisi lain Midwest Research Institute (MRI)
(Belkaoui,1985 hlm.197) melaksanakan studi tentang kaitan polusi udara dengan bahan,
lingkungan, dan makhluk hidup yang terkena polusi.
Kerugian ekonomis dari bahan yang menjadi polusi ditaksir dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Q=PxNxFxR
Keterangan :
Q : Kerugian akibat Polusi
P : Produksi dalam dolar
N : Umur ekonomis dari suatu bahan yang dinilai berdasarkan penggunaannya
F : Faktor rata-rata tertimbang sebagai presentase bahan yang menimbulkan polusi
udara
R : Faktor tenaga kerja yang menggambarkan nilai bahan yang dipakai dan nilai yang
masih ada.
Kerugian yang terjadi kepada tanah akibat polusi tadi dihitung dengan rumus :
L=QxV
Keterangan :
L : Kerusakan lahan
Q : Nilai bahan yang menyebabkan polusi sebagai mana rumus di atas.
V : Nilai Interaksi tanah pertahun
Disinilah rumitnya menghitung dampak ekonomisnya itu, karena semua dampak itu harus
dinilai dan sampai saat ini para ahli masih terus melakukan studi bagaimana menaksir
kerugian itu. Para aktivis lingkungan ternyata telah banyak membantu dalam melakukan
penaksiran ini.
Namun demikian sebagai informasi yang akan dilaporkan dalam Socio Economic reporting
dibuat berbagai metode pengukuran misalnya:
1. Menggunakan penilaian dengan menghitung “ Opportunity Cost Approach”. Misalnya
dalam menghitung social cost dari pembuangan, maka dihitung berapa kerugian
manusia dalam hidupnya, berapa berkurang kekayaanya, berapa kerusakan wilayah
rekreasi, dan lain sebagainya akibat pembuangan limbah. Total kerugian itulah yang
menjadi social cost perusahaan (Belkaoui, 1985 p. 195).
2. Menggunakan daftar kuesioner, survei, lelang, dimana mereka yang merasa dirugikan
ditanyai berapa besar jumlah kerugian yang ditimbulkanya atau berapa biaya yang
harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi kerugian yang dideritanya.

TEORI AKUNTANSI Page 46


3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang
perorangan dalam menghitung jumlah kerugian masyarakat.
4. Menggunakan rekreasi pasar dalam menentukan harga.
Sebagai pedoman, berikut ini kita lihat bagaimana mengukur keuntungan suatu
kawasan rekreasi. Calawsen dan Knetsch (Belkaoui, 1985, hlm. 199) misalnya memberikan
metode pengukuran untuk menaksir keuntungan dari suatu kawasan rekreasi sebagai berikut :
a. Metode Harga Maksimum (Maximum price method)
Disini ditaksir seluruh jumlah yang dibayar oleh pengunjung daerah rekreasi tersebut.
b. Metode Pengeluaran Kotor (Gross Expenditure Method)
Disini ditaksir keseluruhan jumlah yang dibelanjakan oleh pengunjung selama rekreasi.
c. Harga Pasar Ikan (Market Value Of Fish Method)
Disini ditaksir harga pasar dari semua ikan yang ditangkap pengunjung selama rekreasi.
d. Metode Harga Pokok (Cost Method)
Disini disamakan keuntungan yang diperoleh dari suatu kawasan rekreasi dengan harga
pokok pembangunannya.
e. Metode Harga Pasar (Market Value Method)
Disini digunakan penaksiran nilai berdasarkan harga pasar atau harga yang dibebankan
di daerah rekreasi lainnya.
f. Metode Interview Langsung (Direct Interview Method)
Disini ditanya secara langsung para pengunjung, berapa mereka bersedia membayar
karena mengunjungi daerah rekreasi itu.
Di pihak lain, Estes (1976) mengusulkan berbagai teknik pengukuran sebagai berikut:
1) Penilaian pengganti (Surrogate Valuation)
2) Teknik Survei
3) Biaya perbaikan dan pencegahan
4) Penilaian (Appraisal) oleh tim independen
5) Putusan pengadilan
6) Analisis
7) Biaya pengeluaran

3.7 Pelaporan
Untuk melaporkan aspek sosial ekonomi yang diakibatkan perusahaan, ada beberapa teknik
pelaporan SEA menurut Diller (1970), yaitu:

TEORI AKUNTANSI Page 47


1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan tahunan atau
bentuk laporan lainnya.
2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan.
3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui adanya perkiraan (akun) penyisihan
kerusakan lokasi, biaya pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.
Pelaporan dalam SEA berarti memuat informasi yang menyangkut dampak positif
atau negative yang ditimbulkan oleh perusahaan. Berikut ini sekedar contoh Pelaporan SEA
sebagai berikut:

PT Ezly Bazliyah
Socio Economic Operating Report
Per 31 desember 1993
(Dalam Ribuan)
I. Kaitan dengan masyarakat
A. Perbaikan :
1. Pelatihan orang cacat Rp. 20.000
2. Sumbangan pada Lembaga Pendidikan Rp. 8.000
3. Biaya Ekstra karena merekrut minoritas Rp. 10.000
4. Biaya penitipan bayi Rp. 22.000
Total perbaikan Rp. 60.000
B. Kerusakan :
Penundaan pemasangan alat pengaman Rp. 28.000 _
Perbaikan ( bersih ) untuk masyarakat ( 1 ) Rp. 38.000
II. Kaitan Dengan Lingkungan
A. Perbaikan :
1. Reklamasi lahan dan pembuatan taman Rp140.000
2. Biaya pemasangan control polusi Rp. 8.000
3. Biaya pematian racun limbah Rp. 18.000
Total perbaikan Rp. 166.000
B. Kerusakan :
1. By yg akan dikeluarkan untuk reklamasi pertambangan Rp.160.000
2. Taksiran biaya pemasangan penetralan racun air Rp. 200.000
Total kerusakan Rp.360.000 _
C. Deficit ( II ) ( Rp.194.000 )

TEORI AKUNTANSI Page 48


III. Kaitan Dengan Produk
A. Perbaikan :
1. Gaji eksekutif Komisi Pengamatan Produk Rp. 50.000
2. Biaya pengganti cat beracun Rp. 18.000
Total perbaikan Rp. 68.000
B. Kerusakan :
1. Pemasangan alat pengaman produksi Rp. 44.000 _
C. Net perbaikan ( III ) Rp. 24.000
Total socio economic deficit 1993 ( I + II + III ) ( Rp.138.000 )
Saldo kumulatif net perbaikan 1.01.93 Rp.498.000
Saldo kumulatif net perbaikan 31.12.1993 Rp.360.000

Di samping mereka yang mendukung penerapan akuntansi Sosio Economic Accounting atau
akuntansi pertanggung jawaban sosial ini, ada juga yang mengkritiknya. Adapun kritiknya
adalah sebagai berikut :
a. Informasi pertanggung jawaban sosial itu hanya menambah biaya saja dan tidak
dibutuhkan oleh pemegang saham atau investor lainnya.
b. Ukuran dampak sosial perusahaan dalam satuan moneter secara teknis tidak dapat
dilakukan karena sangat kompleks dan merupakan estimasi saja.
c. Faktor-faktor diluar perusahaan bukan merupakan tanggung jawab perusahaan dan ia
tidak dapat mengendalikannya.
d. Belum ada kesepakatan umum tentang konsep, tujuan, pengukuran maupun
pelaporannya.
e. Informasi tentang APS ini akan dapat mengalihkan perhatian pada indikator bisnis
intinya sehingga dapat menyulitkan para pengambil keputusan.
f. Hal ini mengaburkan posisi perusahaan dan pemerintah dalam melaksanakan tugas
masing-masing yang saling berbeda. Jadi jangan dibedakan tugas pemerintahan kepada
perusahaan.

BAB V
Akuntansi Sumber Daya Manusia

TEORI AKUNTANSI Page 49


5.1 Pengertian Akuntansi Sumber Daya Manusia (Human Resource Accounting)
Akuntansi Sumber Daya Manusia telah didefinisikan oleh Komite Akuntansi Sumber
Daya Manusia dari American Accounting Association sebagai suatu proses identifikasi dan
pengukuran data mengenai sumber daya manusia serta pengkomunikasian informasi ini ke
pihak-pihak yang berkepentingan.
Dalam pengertian harfiah, “akuntansi sumber daya manusia” berarti akuntansi untuk
manusia sebagai suatu sumber daya organisasional. Hal ini melibatkan pengukuran biaya
yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan bisnis dan organisasi lainnya untuk merekrut,
menyeleksi, mempekerjakan, melatih dan mengembangkan aktiva manusia. Akuntansi
sumber daya manusia juga melibatkan pengukuran terhadap biaya yang akan dikeluarkan
untuk menggantikan sumber daya manusia dari suatu organisasi.
Dengan demikian akuntansi sumber daya manusia berarti mengukur investasi yang
dibuat oleh organisasi dalam manusia, biaya untuk mengganti orang-orang tersebut dan nilai
dari manusia bagi perusahaan itu.
Human Resource Accounting (HRA) adalah pencatatan manajemen dan pelaporan
personnel cost (Cashin dan Polimeni, 1981). Sedangkan menurut Accounting Association
Committee In Human Resource Accounting, HRA adalah proses pengindentifikasian dan
pengukuran data mengenai sumber daya manusia dan pengkomunikasian informasi ini
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Dari definisi ini terkandung tiga pengertian HRA,
yaitu:
• Identifikasi nilai-nilai sumber daya manusia
• Pengukuran kos dan nilai bagi organisasi itu
• Penyelidikan mengenai dampak kognitif dalam perilaku sebagai akibat dari informasi itu.
Menurut Flamholtz (1968), HRA itu berarti akuntansi untuk manusia sebagai suatu
organisasi. Hal ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk merekrut,
memilih, memperkerjakan, melatih dan mengembangkan aset SDM, serta berhubungan
dengan pengukuran nilai ekonomis dari pekerja atau pegawai suatu organisasi atau
perusahaan.

5.2 Sejarah Akuntansi Sumber Daya Manusia

TEORI AKUNTANSI Page 50


Bidang akuntansi sumber daya dikembangkan sejak tahun 1960-an. Bidang tersebut
adalah cabang dari kumpulan yang terdiri atas beberapa aliran pemikiran yang independen
namun saling berkaitan erat.
5.2.1 Berkembangnya Pengenalan terhadap Pentingnya Aktiva Manusia
Amerika Serikat saat ini sedang mengalami restrukturisasi fundamental terhadap
perekonomiannya. Khususnya, ekonomi tersebut sedang dalam proses transformasi kualitatif
dari ekonomi industrial menjadi ekonomi berbasis jasa. Transformasi yang dimulai pada
akhir Perang Dunia II telah mengarah pada perubahan dalam komposisi dari angkatan kerja
tidak hanya pada sektor-sektor di mana manusia dipekerjakan, tetapi juga dalam jenis dan
tingkatan keahlian yang diminta.
Saat ini perekonomian Amerika Serikat teah menjadi ekonomi berbasis pengetahuan
dan jasa yang disediakan telah menjadi apa yang digambarkan sebagai jasa teknologi tinggi.
Jasa-jasa ini adalah produk dari sejumlah besar pelatihan dan pengalaman.
5.2.2 Dorongan terhadap Pengembangan Akuntansi Sumber Daya Manusia
Dalam struktur ekonomi pertanian dan industrial tingkat modal manusia jauh lebih
rendah dibandingkan saat ini. Teori dan metode akuntansi tidak memperlakukan baik
manusia atau investasi dalam manusia sebagai aktiva (kecuali budak, yang dipandang sebagai
properti). Tetapi dengan semakin pentingnya modal manusia pada tingkat perekonomian
secara keseluruhan, serta pada tingkatan perusahaan individual, sejumlah besar riset telah
dirancang untuk mengembangkan konsep dan metode akuntansi bagi manusia sebagai aktiva.
Bidang ini dikenal sebagai “akuntansi sumber daya manusia”.
Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah suatu pengakuan bahwa orang-orang
merupakan modal manusia maupun aktiva manusia. Teori ekonomi dari modal manusia
didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan, pengalaman, dan
pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal, yang disebut dengan “modal manusia”.
Menurut Theodore Schultz menyatakan bahwa “para pekerja telah menjadi kapitalis tidak
hanya dari difusi kepemilikan saham perusahaan sebagaimana yang terjadi dalam dongeng,
tetapi dari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang memiliki nilai ekonomi.
Akuntansi sumber daya manusia juga telah mengembangkan dari tradisi yang paralel
dalam manajemen karyawan yang dikenal sebagai “aliran sumber daya manusia” yang
didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah sumber daya organisasional yang berharga
dan oleh karena itu harus dikelola sebagai sumber daya yang berharga. Teoretikus personalia
seperti Odiorne dan psikolog organisasi leperti Likert telah memperlakukan manusia sebagai
sumber daya organisasional yang berharga dalam karya mereka.

TEORI AKUNTANSI Page 51


5.2.3 Riset Awal dalam Akuntansi Sumber Daya Manusia
Salah satu dari pendekatan paling awal untuk mengukur dan mencatat nilai dari
sumber daya manusia dikembangkan oleh R.H Hermanson, seorang akuntan akademis,
sebagai bagian dari disertasi Ph.D-nya yang kemudian diterbitkan sebagai mongraf pada
tahun 1964 dengan judul ‘Akuntansi untuk Sumber Daya Manusia’. Keprihatinan utama dari
Hermanson adalah bahwa laporan keuangan konvensional gagal untuk mencerminkan dengan
memadai posisi keuangan dari suatu perusahaan karena laporan tersebut tidak memasukkan
aktiva manusia. Pada tahun 1966, seelompok penelitian terdiri atas R.L. Brummet, Flamholtz,
dan W.C. Pyle memulai suatu program riset mengenai akuntansi sumber daya manusia di
universitas Michigen. Riset ini mengarah pada berbagai konsep dan model teoritis serta
aplikasi dari pendekatan-pendekatan ini dalam organisasi yang sesungguhnya.
5.2.4 Riset Selanjutnya mengenai Akuntansi Sumber Daya Manusia
Sejak studi awal oleh Hermanson, Brummet, Flamholtz, dan Pyle, terdapat sejumlah
besar riset teoritis dan empiris untuk mengembangkan konsep, model, dan metode akuntansi
bagi manusia sebagai aktiva organisasional. Bidang tersebut secara keseluruhan telah dikenal
sebagai ‘Akuntansi Sumber Daya Manusia’.

5.3 Peran Manajerial Akuntansi Sumber Daya Manusia


Tujuan utama akuntansi sumber daya manusia adalah untuk berfungsi sebagai suatu
sistem yang menyediakan pengukuran atas biaya dan nilai dari manusia bagi suatu organisasi.
Dari perspektif manajerial, akuntansi sumber daya manusia dimaksudkan untuk membantu
para pengambil keputusan untuk menggunakan kalkulus biaya-nilai yaitu, suatu penilaian
terhadap biaya dan nilai yang terlibat dalam suatu keputusan.
Pengukuran biaya dan nilai dari sumber daya manusia diperlukan untuk:
1. Memfasilitasi perencanaan dan pengambilan keputusan personalia oleh staff
manajemen personalia.
2. Memungkinkan manajemen puncak untuk mengevaluasi efektivitas dengan mana
sumber daya manusia telah dikembangkan, dipelihara dan digunakan oleh
manajemen ditingkatan yang lebih rendah (terutama dalam perusahaan besar yang
terdesentralisasi).

5.3.1 Akuisisi Sumber Daya Manusia

TEORI AKUNTANSI Page 52


Melibatkan perekrutan, seleksi dan penerimaan orang untuk memenuhi kebutuhan
tenaga manusia organisasi saat ini dan ekspektasi di masa depan. Langkah pertama dalam
akuisisi sumber daya manusia adalah untuk memprediksikan kebutuhan tenaga manusia.
Langkah ke dua adalah seleksi karyawan yaitu proses lain dimana akuntansi sumber daya
manusia dapat memainkan suatu peranan.
5.3.2 Kebijakan Akuisisi dan Pengembangan
Akuntansi sumber daya manusia menyediakan informasi ekonomi yang dibutuhkan
oleh manajemen untuk membantu dalam memformulasikan kebijakan akuisisi dan
pengembangan karyawan.
5.3.3 Alokasi Sumber Daya Manusia
Alokasi sumber daya manusia adalah proses menempatkan orang ke berbagai peranan
dan tugas organisasional. Terdapat beberapa objektif, yang kadang kala saling berlawanan,
yang terlibat dalam keputusan alokasi. Idealnya, manajemen mengalokasikan orang-orang ke
pekerjaan dengan cara yang mengoptimalkan tiga variabel : produktivitas pekerjaan,
pengembangan sumber daya manusia, dan kepuasan individu.
5.3.4 Konservasi Sumber Daya Manusia
Konservasi sumber daya manusia adalah proses pemeliharaan kapabilitas manusia
sebagai individu-individu dan efekrivitas dari sistem manusia yang dikembangkan oleh suatu
organisasi. Suatu organisasi harus memperhitungkan aktiva manusianya untuk mencegah
terjadinya deplesi terhadap aktiva tersebut. Sekarang ini, konservasi sumber daya manusia
diukur dalam hal tingkat perputaran. Meskipun demikian, ukuran perputaran bukanlah
indikator yang mencukupi terhadap konservasi sumber daya manusia karena dua alasan.
Pertama, ukuran tersebut merupakan ukuran historis dan oleh karena itu tidak tersedia bagi
manajemen sampai setelah perputaran tersebut terjadi. Dengan demikian, tingkat perputaran
tidak dapat digunakan sebagai sinyal peringatan dini untuk memberitahukan adanya
kebutuhan akan usaha khusus untuk melakukan konservasi. Kedua, tingkat perputaran tidak
sepenuhnya mencerminkan dampak ekonomi dari tingkat perputaran, yang ditunjukkan
secara lebih realistis oleh ukuran moneter.
5.3.5 Utilitas Sumber Daya Manusia
Akuntansi sumber daya manusia merupakan suatu proses penggunaan jasa manusia
untuk mencapai tujuan organisasi. Akuntansi sumber daya manusia dapat membantu para
manajer untuk menggunakan sumber daya manusia secara efektif dan efisien dengan
menyediakan suatu paradigma atau kerangka kerja konseptual bagi utilisasi sumber daya
manusia.

TEORI AKUNTANSI Page 53


5.3.6 Evaluasi dan Penghargaan Sumber Daya Manusia
Evaluasi sumber daya manusia adalah proses penetapan nilai manusia bagi suatu
organisasi. Hal tersebut melibatkan pengukuran produktivitas (kinerja) dan daya promosi
manusia.
Saat ini, sumber daya manusia dapat berguna dalam proses metode nonmoneter.
Tetapi, metode-metode ini tidak dapat digunakan pada kebanyakan masalah dan keputusan
akuisisi, pengembangan, alokasi, dan konservasi sumber daya manusia sebagaimana dikutip
di atas. Oleh karena itu, yang dibutuhkan sebenarnya adalah metode moneter terhadap
evaluasi sumber daya manusia.
Akuntansi sumber daya manusia juga dapat digunakan untuk mengevaluasi efisiensi
dari masing-masing fungsi manajemen personalia. Hal tersebut juga dapat membantu
menetapkan standar dari biaya untuk memperoleh dan mengembangkan manusia.
5.4 Pengembangan Akuntansi Sumber Daya Manusia
Dalam struktur ekonomi pertanian dan industrial tingkat modal manusia jauh lebih
rendah dibandingkan saat ini. Teori dan metode akuntansi tidak memperlakukan baik
manusia atau investasi dalam manusia sebagai aktiva (kecuali budak, yang dipandang sebagai
properti). Tetapi dengan semakin pentingnya modal manusia pada tingkat perekonomian
secara keseluruhan, serta pada tingkatan perusahaan individual, sejumlah besar riset telah
dirancang untuk mengembangkan konsep dan metode akuntansi bagi manusia sebagai aktiva.
Bidang ini dikenal sebagai “akuntansi sumber daya manusia”.
Akuntansi Sumber Daya Manusia adalah suatu pengakuan bahwa orang-orang
merupakan modal manusia maupun aktiva manusia. Teori ekonomi dari modal manusia
didasarkan pada konsep bahwa manusia memiliki keterampilan, pengalaman, dan
pengetahuan yang merupakan bentuk dari modal, yang disebut dengan “modal manusia”.
Menurut Theodore Schultz menyatakan bahwa “para pekerja telah menjadi kapitalis tidak
hanya dari difusi kepemilikan saham perusahaan sebagaimana yang terjadi dalam dongeng,
tetapi dari akuisisi pengetahuan dan keterampilan yang memiliki nilai ekonomi.
Akuntansi sumber daya manusia juga telah mengembangkan dari tradisi yang paralel
dalam manajemen karyawan yang dikenal sebagai “aliran sumber daya manusia” yang
didasarkan pada pemikiran bahwa manusia adalah sumber daya organisasional yang berharga
dan oleh karena itu harus dikelola sebagai sumber daya yang berharga. Teoretikus personalia
seperti Odiorne dan psikolog organisasi leperti Likert telah memperlakukan manusia sebagai
sumber daya organisasional yang berharga dalam karya mereka.
5.4.1. Riset Awal dalam Akuntansi Sumber Daya Manusia

TEORI AKUNTANSI Page 54


Salah satu dari pendekatan paling awal untuk mengukur dan mencatat nilai dari
sumber daya manusia dikembangkan oleh R.H Hermanson, seorang akuntan akademis,
sebagai bagian dari disertasi Ph.D-nya yang kemudian diterbitkan sebagai mongraf pada
tahun 1964 dengan judul ‘Akuntansi untuk Sumber Daya Manusia’. Keprihatinan utama dari
Hermanson adalah bahwa laporan keuangan konvensional gagal untuk mencerminkan dengan
memadai posisi keuangan dari suatu perusahaan karena laporan tersebut tidak memasukkan
aktiva manusia. Pada tahun 1966, seelompok penelitian terdiri atas R.L. Brummet, Flamholtz,
dan W.C. Pyle memulai suatu program riset mengenai akuntansi sumber daya manusia di
universitas Michigen. Riset ini mengarah pada berbagai konsep dan model teoritis serta
aplikasi dari pendekatan-pendekatan ini dalam organisasi yang sesungguhnya.
5.4.2. Riset Selanjutnya mengenai Akuntansi Sumber Daya Manusia
Sejak studi awal oleh Hermanson, Brummet, Flamholtz, dan Pyle, terdapat sejumlah
besar riset teoritis dan empiris untuk mengembangkan konsep, model, dan metode akuntansi
bagi manusia sebagai aktiva organisasional. Bidang tersebut secara keseluruhan telah dikenal
sebagai ‘Akuntansi Sumber Daya Manusia’.

5.5 Pengukuran Biaya dan Nilai Sumber Daya Manusia


5.5.1 Mengukur Biaya Sumber Daya Manusia
Tiga konsep yang berbeda telah diusulkan kepada manajemen untuk mengukur biaya sumberdaya
manusia: biaya awal, biaya penggantian, dan biaya kesempatan. Biaya awal adalahpengeluaran aktual historis
yang lerjadi sebagai suatu investasi dalam sumberdaya. Biayapenggantian adalah pengorbanan yang harus
dilakukan hari ini untuk menggantikan sumber dayadari suatu organisasi. Biaya kesempatan adalah jumlah
maksimum yang dapat diperoleh sumberdaya tersebut dalam penggunaan alternative.
a. Biaya Awal
Biaya awal dari sumber daya manusia mengacu pada pengorbanan yang sesungguhnya terjadiuntuk
memperoleh dan mengembangkan manusia. Hal ini merupakan analogi dari konsep biayaawal untuk
aktiva-aktiva lainnya, Misalnya saja, biaya awal dari pabrik dan peralatan adalahbiaya yang terjadi
untuk memperoleh sumber daya
b. Biaya Penggantian
Biaya penggantian dari sumber daya manusia mengacu pada pengorbanan yang sebenarnya
harusdilakukan saat ini untuk menggantikan sumber daya manusia yang sedang
dipekerjakan.Misalnya saja, jika seorang individu akan meninggalkan suatu organisasi, maka
harusdikeluarkan biaya untuk merekrut, menyeleksi, dan melatih penggantinya.Biaya penggantian
dari sumber daya manusia biasanya meliputi biaya-biaya yang berkaitandengan perputaran seorang

TEORI AKUNTANSI Page 55


karyawan maupun biaya untuk merekrut dan mengembangkanpenggantinya. Selain itu, biaya
penggantian juga meliputi biaya langsung dan tidak langsung.Karena biaya penggantian ini ditujukan
untuk. penggunaan manajerial, maka biaya ini sebaiknyamemasukkan komponen biaya peluang
maupun biaya yang dikeluarkan.
c. Biaya Kesempatan
Biaya kesempatan dari sumber daya manusia mengacu pada nilai sumber daya manusia
dalampenggunaan alternatifnya yang paling menguntungkan. Meskipun secara nominal hal
tersebutmerupakan konsep biaya, pemikiran mengenai biaya sumber daya manusia berkaitan erat
dengangagasan mengenai nilai sumber daya manusia. Hekimian dan Jones, yang mengusulkan
konsepini, menyarankan suatu sistem penawaran kompetitif untuk mengukurnya.

5.5.2 5.1.1 Bentuk Laporan Akuntansi SDM

Masalah akuntansi untuk nilai sumber daya manusia herbaria secara signifikan dari
masalahpengukuran biaya. Pengukuran biaya melibatkan penelusuran biaya dan mengakumulasikannya.Hal
tersebut, sebagian besar, merupakan proses historis. Nilai berorientasi pada masa depan, danbukan pada masa
lalu. Dengan demikian, akuntansi sumber daya manusia memerlukan prediksidan bersifat tidak pasti.Konsep
"nilai manusia" diturunkan dari teori ekonomi umum, Seperti semua sumber dayalainnya, manusia memliki
nilai karena mereka dapat memberikan jasa atau pelayanan di masadepan. Dengan demikian, nilai sumber
daya manusia, seperti nilai sumber daya lainnya, dapatdidefinisikan sebagai nilai sekarang (terdiskonio) dari
jasa masa depan yang diharapkan. Konsepnilai sumber daya manusia ini dapat diterapkan pada individu,
kelompok, dan keseluruhan sistemmanusia.Dalam mengembangkan akuntansi sumber daya manusia, baik
ukuran-ukuran moneter maupunnonmoneter dari nilai manusia telah diusulkan. Ukuran-ukuran moneter
dibutuhkan karena uangadalah denominator umum dari keputusan bisnis, Ukuran-ukuran nonmoneter
diperlukan baik karena kadang kala ukuran-ukuran tersebut lebih sesuai dibandingkan dengan ukuran-
ukuranmoneter maupun karena ukuran-ukuran tersebut dapat berfungsi sebagai pengganti (proksi)ketika
ukuran moneter tidak tersedia.
a. Pengukuran Nonmoneter atas Nilai Manusia
Rensis Likert dan David Bowers telah merumuskan suatu model untuk menjelaskan efektivitasdari
sistem manusia dan organisasi secara keseluruhan. Mereka telah mengemukakan bahwapengukuran
terhadap dimensi-dimensi tertentu dari suatu organisasi manusia (sepertikepemimpinan managerial,
iklim organisasi, dan proses kelornpok) dengan bantuan teknik risetsurvei dapat digunakan untuk
memperoleh estimasi perubahan dalam kapasitas produktif suatuorganisasi.Sementara Likert dan
Bowers fokus pada kelompok, Flamholtz telah mencoba untuk mengembangkan suatu model yang

TEORI AKUNTANSI Page 56


menjelaskan faktor-faktor penentu nilai seorang individubagi suatu organisasi. Model Flamholtz
mengidentifikasikan faktor-faktor ekonomi, sosial, dan psikologis yang menentukan nilai
seseorangbagi suatu perusahaan, Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai seseorangmerupakan
produk dari atribut-atribut yang dibawanya ke suatu organisasi (sepertisifat, keterampilan, dan
motivasi) dan karakteristik dari organisasi itu sendiri (seperti struktur,sistem penghargaan, gaya
manajemen, dan pembagian peran).
b. Pengukuran Moneter atas Nilai Manusia
Beberapa metode untuk mengukur nilai moneter dari sumber daya manusia telah diusulkan.Sebagian
di antaranya ditujukan untuk mengukur nilai manusia secara langsung, sedangkansebagian lainnya
dimaksudkan sebagai ukuran penggantiatau proksi.Brummet, Flantholtz. dan Pyle telah
menyarankan suatu pendekatan langsunguntuk mengukur nilai suatu kelompok, Metode mereka
melibatkan prediksi terhadap laba masadepan dari suatu perusahaan dan mendiskontonya guna
menentukan nilai sekarang dariperusahaan tersebut, lalu mengalokasikan sebagian ke sumber daya
manusia berdasarkankontribusi relatifnya.Flamholtz memfokuskan pada masalah-masalah
pengukuran nilai seorang individit bagiorganisasi, yang dikonsepkannya sebagai proses "stokastik"
denganPenghargaan. Ia juga menyajikan suatu model "penghargaan stokastik" untuk pengukuran
moneter dari individu. Model tersebut didasarkan pada pemikiranbahwa seseorang tidaklah bernilai
bagi suatu organisasi secara abstrak, tetapi dalam kaitannyadengan peran (kondisi jasa) yang
diharapkan akan dijalaninya. Dengan demikian, seseorangterlibat dalam suatu proses pergerakan
antar-kondisi jasa organisasi dengan berjalannya waktu.Jika orang tersebut menempati suatu kondisi
jasa untuk suatu periode waktu tertentu, makaorganisasi memperoleh sejumlah tertentu jasa. Karena
kondisi yang akan ditempati oleh orang dimasa depan tidak dapat diketahui dengan pasti, maka
perkiraan matemalis dari jasa seseorangharus diukur. Dengan demikian, untuk mengukur nilai
seorang individu bagi suatu organisasi,maka langkah-langkah berikut ini harus dilakukan:
1. Mengestimasikan periode waktu dalam mana orang tersebut diharapkan untuk memberikan jasa
kepada suatu organisasi.
2. Mengidentifikasikan kondisi jasa yang mungkin ditempati oleh orang tersebut.
3. Mengukur nilai yang diperoleh organisasi jika individu tersebut menempatikondisi itu selama
periode waktu yang sudah ditentukan.
4. Mengestimasikan probabilitas bahwa seseorang akan menempati setiap kondisi dimasa depan
yang lelah dilentukan.Hasilnya adalah ukuran langsung mengenai nilai yang diharapkan dari
orang tersebut bagi suatuorganisasi.Hermanson rnengusulkan dua. teknik yang mungkin untuk
mengembangkan ukuran penggantidari nilai moneter "sumber daya manusia," yaitu;
1. Metode goowil yang tidak terbeli.

TEORI AKUNTANSI Page 57


2. Metode nilai sekarang disesuaikan.
Metode yang pertama melibatkan prediksi pendapatan masa depan dan
mengalokasikankelebihannya di atas perkiraan laba normal dari suatu industri kepada sumber
daya manusia.Pendekatan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa sumber daya manusia
bertanggung jawabterhadap perbedaan dalam laba antar-perusahaan. Sementara, metode kedua
lebih akurat disebutdengan "metode diskonto upah masa depan yang disesuaikan." Metode ini
melibatkanpenggunaan nilai sekarang dari arus pembayaran upah masa depan kepada orang-
orang,disesuaikan dengan faktor efisiensi kinerja, sebagai ukuran pengganti dari nilai sumber
dayamanusia.Lev dan Schwartz juga rnengusulkan penggunaan kornpensasi masa depan
terdiskonto sebagaiukuran pengganti dari nilai sumber daya manusia. Mereka menyarankan
bahwa metode mereka dapat diagregasikan untuk menilai kelompok dan seluruh organisasi
manusia.

5.6 Pelaporan Sumber Daya Manusia


Tujuan laporan sumber daya manusia dalam laporan keuangan bertujuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manjemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pada saat ini laporan keuangan yang disusun sesuai dengan “Akuntansi yang berlaku
umum” (GAAP/General Accepted Accounting Principle), yang di Indonesia dinamakan
Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia tidak menunjukkan nilai manusia dalam organisasi.
Laporan keuangan melaporkan biaya yang didepresiasi dari aktiva sebagai suatu pengganti
untuk nilai dan laporan keuangan tidak memberikan informasi pada pihak luar yang
berkepentingan misalnya investor dari suatu organisasi mengenai investasi dalam aktiva
manusia. Akuntansi konvensional memperlakukan investasi dalam sumber daya manusia
sebagai biaya (cost) dari pada aktiva (asset), berakibat pada perhitungan laba rugi dan neraca
menjadi tidak akurat, karena akuntansi memperlakukan semua pengeluaran yang dilakukan
untuk memperoleh atau mengembangkan sumber daya manusia sebagai biaya selama periode
terjadi, dari pada mengkapitalisasi dan mengamortisasi biaya-biaya tersebut selama masa
manfaatnya. Neraca menjadi tidak akurat karena nominal yang diberi nama “Aktiva Total”
tidak termasuk aktiva manusia organisasi. Sebab tidak ada indikasi dari investasi actual
organisasi dalam aktiva manusia.

TEORI AKUNTANSI Page 58


Ketidakakuratan dalam penyajian informasi laporan keuangan diatas menyebabkan
tidak akuratnya pengukuran ROI (Return On Investment). Konsep ROI adalah variabel yang
krusial dalam keputusan rasio laba bersih terhadap aktiva total. “Laba bersih dalam analisis
ROI mencerminkan kamampuan pihak manajemen dalam mengelola biaya, penjualan dan
perubahan investasi” Helfert (Tunggal, Akuntansi Sumber Daya Manusia, Human Resource
Accounting, Jakarta, 1994). ROI menjadi tidak akurat dapat menyebabkan investor
melakukan penilaian yang keliru dalam melihat kinerja pihak manajemen.

5.1.1 Bentuk Laporan Akuntansi Sumber Daya Manusia


Dalam Harahap (2008) dicantumkan contoh perusahaan yang telah menerapkan laporan
SDM adalah Barry Company pada tahun 1966. Perusahaan ini menggunakan model historical
cost dalam penerapan laporan akuntansi SDMnya. Barry adalah perusahaan terbuka di
America Stock Exchange memiliki 1700 karyawan dengan omzet mencapai $43 juta. Adapun
motivasi mereka menerapkan akuntansi SDM adalah karena mereka merupakan perusahaan
laor intensive. Awalnya penerapan hanya pada 100 karyawan, namun selanjutnya terus
mengalami peningkatan.
Dalam pengukuran ini dikembangkan sistem sebagai berikut:
1. Jumlah biaya perusahaan digolongkan dua komponen, yaitu biaya SDM dan
biaya lainya.
2. Biaya SDM ini dipisahkan menjadi unsur aktiva dan biaya
3. Aktiva SDM kemudian dikelompokan menjadi tujuh kategori biaya fungsional
4. nvestasi dalam aktiva SDM ini disusutkan selama taksiran periode penggunaan,
kecuali biaya rekrutment yang disusutkan selama pegawai tersebut bekerja
dalam perusahaan. sedangkan biaya training dan pengembangan disustkan
selama periode penggunaanya yang biasanya lebih kecil dari masa jabatan
pegawai tersebut.
Kerugian aktiva SDM bisa terjadi jika karyawan mengalami sakit, kerugian ini
direview secara periodik. Jika karyawan berhenti bekerja, saldo yang belum disusutkabn
dihapus dan dibebankan pada laba rugi tersebut.
Beberapa data yang muncul adalah biaya investasi atas SDM dapat dilihat sebagai
berikut. Rata-rata investasi per individu adalah:
Supervisor first linier $ 3000
Engineer $10000
Middle manager $15000

TEORI AKUNTANSI Page 59


Top Manager $35000
Sedangkan kerugian karena adanya pegawai yang berhenti:
Biaya akuisisi $110000
Biaya on the job training $120000
Orientasi/familiarisasi $155000
Pengembangan $ 50000
Dalam neraca konvensional akan terlihat jumlah aktiva/pasivva terlalu rendah sebesar
$942194. Jumlah ini berasal dari perbedaan antara investasi baru dalam SDM dan biya
penyusutan dan penghapusan aktiva untuk karyawan yang berhenti serta kerugian lainya. laba
bersih rendah dalam akuntansi SDM dibandingkan dengan laba akuntansi konvensional.
Perbedaannya dapat dilihat sebagai berikut:
Metode akuntansi Laba bersih Total aktiva ROI
Akuntansi Konvensional $1.274.000 $17.654.000 7,2%
Akuntansi SDM 1.343.000 $19.215.000 6,9%
Perbedaan $ 69.000 $ 1.561.000

Keuntungan bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi SDM adalah:


1. Dapat digunakan untuk kegiatan penyusunan anggaran biaya pegawai
2. Dapat digunakan sebagai bahan perencanaan strategis secara menyeluruh
3. Dapat membantu fungsi kontrol
Disamping itu, penggunaan akuntasi SDM juga memiliki keterbatasan, diantaranya:
1. Tingkat kepercayaan pada data yang digunakan sebagai input karena data historis yang lalu
tidak ada sehingga perlu ditaksir
2. Validitas dari pengkategorian tujuh biaya fungsional.
3. Kegunaan bagi fungsi perencanaan dan kontrol secara empiris belum dibuktikan.

TEORI AKUNTANSI Page 60


BAB VI
PENUTUP
6.1.KESIMPULAN
Commite On Terminology (Sofyan Syafri H.,2004) dalam Aliyal Azmi (2007:12)
mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi,
biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Menurut Stice, Stice,
Skousen (2009:240) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik.
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak, pengertian Akuntansi Inflasi adalah sebagai berikut :
“Merupakan suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah
memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang
menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku”. Tujuan dari
Akuntansi Inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap
orang yang tertarik untuk mengukur jumlah,waktu,dan kemungkinan arus kas masa depan.
Ilmu Social Economic Accounting ( SEA ) ini merupakan bidang ilmu akuntansi yang
berfungsi dan mencoba mengindentifikasi, mengukur, menilai, melaporkan aspek-aspek
social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Pengukuran ini pada akhirnya
akan diupayakan sebagai informasi yang dijadikan dasar dalam proses pengambilan
keputusan untuk meningkatkan peran lembaga baik perusahaan atau yang lain untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan secara keseluruhan.
Menurut Flamholtz (1968), HRA itu berarti akuntansi untuk manusia sebagai suatu
organisasi. Hal ini menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk merekrut,
memilih, memperkerjakan, melatih dan mengembangkan aset SDM, serta berhubungan
dengan pengukuran nilai ekonomis dari pekerja atau pegawai suatu organisasi atau
perusahaan. Tujuan menyajikan sumber daya manusia adalah untuk mengindentifikasi
perubahan nilai sumber daya manusia, dengan demikian dapat diketahui sumber daya
manusia di perusahaan itu mengalami peningkatan atau penurunan nilai pada periode tertentu.

B. SARAN
Kami sebagai penulis makalah ini, menyarankan kepada para pembaca agar mencari
sumber-sumber lain mengenai konsep laba, akuntansi inflasi, model penilaian dan penentuan
laba, akuntansi sosial ekonomi, dan akuntansi sumber daya manusia agar lebih banyak
mengetahui dan memahami serta semakin luas wawasannya materi tersebut.

TEORI AKUNTANSI Page 61


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, R.B. (1992). Accounting Theory. Harcourt BRACE Javanovich Publishers


Amin, W.T. (2004) Akuntansi Sumber Daya Manusia Pengantar. Jakarta: Harvarindo
Harahap,S.S. (2008). Kerangka Teori & Tujuan Akuntansi Syariah. Jakarta:Pustaka Quantum
Murad, A.A. (2009). Pengaruh Penerapan Akuntansi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja
Perusahaan (Studi Kasus pada PT. Putra Damai banten Abadi). Prospek, Vol.2 No.1, Januari
2009 pp 37-55
Nastiti,D. (2008). Human Resources Accounting: Menyajikan Informasi Sumber Daya Manusia
Dalam Laporan Kauangan. Jurnal Bisnis dan Usahawan, Vol.6, No.2, Januari. Pp 133-138
Sudarso. (2010). Akuntansi Sumber Daya Manusia: Perlakuan dan Pengukuran. Jember: Jurnal
Akuntansi Universitas Jember. Vol.8, No.1, Juni 2010 pp 1-12
Suwarnjono. (2002). Akuntansi Pengantar 1: Proses Penciptaan Data , Pendekatan Sistem.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

. http://sareank.blogspot.com/2009/10/laba-dan-konsep-konsep-yang-berkaitan_15.html
. http://eightishad.wordpress.com/2013/05/31/laba-menurut-konsep-akuntansi-accounting-
income/
http://iweldolphin.blogspot.co.id/2012/11/akuntansi-inflasi-model-penilaian-dan.html

https://milamashuri.wordpress.com/seminar-akuntansi/akuntansi-sumber-daya-manusia/

http://dayat24576.blogspot.co.id/2015/06/akuntansi-sumber-daya-
manusia.html#!/2015/06/akuntansi-sumber-daya-manusia.html

http://mgt-sdm.blogspot.co.id/2013/03/metode-pengukuran-akuntansi-sumber-daya_27.html

TEORI AKUNTANSI Page 62

Anda mungkin juga menyukai