Anda di halaman 1dari 24

Income Concept

Disusun oleh :

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan Karunia-
Nya yang begitu besar, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan dapat
bermanfaat dalam menambah ilmu dan wawasan kita terhadap ilmu pengetahuan dalam hal ini
kaitannya dengan Teori Akuntansi.

Dalam membuat makalah ini,dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami


miliki, kami berusaha mencari sumber data dari berbagai literature yang ada, diantaranya dari
Buku – buku teori akuntansi, media internet, dan media lainnya.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu, yang sangat membantu dalam pembuatan
makalah ini. Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap akan adanya masukan yang membangun
sehingga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun pengguna makalah ini.

Akhirulkalam kami mengucapkan semoga Allah SWT membimbing kita semua dalam
naungan kasih dan sayang-Nya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, April 2019

PENYUSUN,
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Pengukuran terhadap laba (income) suatu perusahaan sebagai indikator kinerja
perusahaan merupakan suatu fokus utama dalam pelaporan keuangan yang modern.
Banyak sekali konsep – konsep mengenai laba (income) yang diungkapkan oleh para ahli
akuntansi, dan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah variasi mengenai pendekatan
untuk mendefinisikan dan mengukur laba.
Laba (income) dapat dijelaskan dengan pendekatan syntactical, yaitu melalui aturan
yang mendefinisaknnya ; semantical yaitu berdasarkan hubungan terhadap realita ekonomi
yang mendasarinya ; atau pragmatical yaitu berdasarkan bagaimana income ini digunakan
oleh para investor dengan mengetahui bagaimana income ini diukur dan maksud dari nilai
dari income tersebut

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan laba (income) ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai konsep laba dalam pendekatan synatactic (Concept of
Income at The Syntactic Level) ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai konsep laba dalam pendekatan semantic (Concept of
Income at The Semantic Level) ?
4. Bagaimana penjelasan mengenai konsep laba dalam pendekatan pragmatic (Concept of
Income at The Pragmatic Level) ?
5. Apa saja yang harus termasuk ke dalam Laba (Income) ?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk menjelaskan mengenai definisi lengkap dari laba (income).
2. Untuk menjelaskan lebih detail mengenai konsep laba melalui pendekatan syntactic
(Concept of Income at The Syntactic Level).
3. Untuk menjelaskan lebih detail mengenai konsep laba melalui pendekatan semantic
(Concept of Income at The Semantic Level).
4. Untuk menjelaskan lebih detail mengenai konsep laba dalam pendekatan pragmatic
(Concept of Income at The Pragmatic Level).
5. Untuk menjelaskan mengenai konsep – konsep dalam akuntansi yang mengatur
mengenai laba (income).
BAB II

Pembahasan

2.1. Introduction
Dalam praktiknya fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran kinerja atau prestasi
management perusahaan. Produk akuntansi yaitu laporan keuangan diharapkan dapat
memberikan tolak ukur secara jelas terhadap prestasi perusahaan. Banyak faktor dalam
laporan keuangan yang dapat menjadi tolak ukur, salah satu faktor yang digunakan
adalah pengukuran income atau laba. Laba merupakan elemen penting yang menjadi
perhatian para pemakai laporan keuangan karena diharapkan laba cukup besar untuk
menunjukkan kinerja perusahaan dinilai baik secara keseluruhan.
Tujuan utama pelaporan pendapatan adalah untuk memberikan informasi yang berguna
untuk mereka yang tertarik pada laporan keuangan. Salah satu tujuan paling mendasar
adalah kebutuhan untuk membedakan antara investasi modal dan pendapatan.
Tujuan spesifik lainnya meliputi:

1. Penggunaan pendapatan sebagai ukuran efisiensi manajemen


2. Penggunaan pendapatan historis untuk membantu dalam memprediksi masa depan
bisnis atau distribusi dividen masa depan
3. Penggunaan pendapatan sebagai ukuran pencapaian dan sebagai panduan untuk
menentukan keputusan manajerial
Definisi Income
1. Income is increases in economic benefits during the accounting period in the form
of inflows or enhancements of assets or decreases of liabilities that result in increases
in equity, other than those relating to contributions from equity participants. (IFRS)
2. Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas
normal entitas selama periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. (PSAK 23)
3. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai
suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen,
pedoman investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui :
1993)
Konsep Pendapatan
1. Konsep pendapatan pada tingkat sintaksis, yaitu, melalui aturan yang
mendefinisikannya.
2. Konsep pendapatan pada tingkat semantik, yaitu melalui hubungannya dengan
realitas ekonomi yang mendasarinya.
3. Konsep pendapatan pada tingkat pragmatis, adalah melalui penggunaannya oleh
investor terlepas dari bagaimana ia diukur atau apa artinya.

2.2. Concept of Income at The Syntactic Level


Konsep laba dalam tataran sintaktik berkaitan dengan konsep laba yang harus
diungkapkan dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang mantap serta objektif,
sehingga angka laba dapat diukur dan disajikan dalam suatu laporan keuangan. Pada
tataran ini, teori menekankan bahwa makna laba secara sintaktik adalah selisih
pengukuran dan perbandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran dalam arti luas
meliputi saat pengakuan dan prosedur pengakuan.
1. Pendekatan Transaksi (Cash Basis)
Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi dan
kemudian terakumulasi sampai akhir periode. Pengukuran dan pengakuan laba juga
akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Pengakuan laba atas
dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar kriteria terealisasi
dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan
ini memiliki berbagai keunggulan misalnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara
otomatis tersedia pada akhir periode serta perubahan aset dan kewajiban merupakan
perubahan nilai yang diakui secara objektif.
2. Pendekatan Kegiatan (Accrual Basis)
Dalam pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan perusahaan dan bukan sebagai hasil suatu transaksi. Pendekatan ini paralel
dengan konsep penghimpunan sebagai basis akrual pendapatan. Dengan konsep ini,
laba dapat dinyatakan telah terbentuk bersamaan dengan dilakukannya kegiatan
operasi perusahaan dalam arti luas (produksi, penjualan, dan pengumpulan kas)
walaupun secara realisasi belum terjadi transaksi secara real. Pendekatan ini memiliki
keunggulan dalam membantu management melakukan analisis internal seperti
mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap kegiatan operasional perusahaaan.
3. Pendekatan Pertahanan Kapital
Dalam konsep pertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran
kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen laba diukur atas
dasar pendekatan aset-kewajiban. Dua pendekatan yang dibahas sebelumnya
merupakan pendekatan pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian elemen
neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan kewajiban merupakan konsekuensi dari
pengukuran pendapatan dan biaya atas dasar konsep perbandingan. Laba berdasarkan
pendekatan ini berarti perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda atau
kenaikan kapital dalam suatu periode.

2.3. Concept of Income at The Semantic Level


Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna yang harus
dilekatkan oleh perekayasa laporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba
bermanfat dan bermakna sebagai informasi. Pada tataran ini, teori menekankan makna
yang harus dimiliki oleh konsep laba, seperti teori tentang aset, realitas, atau kegiatan
perusahaan yang diinterpretasikan oleh laba. Laba harus dapat memberikan informasi
kepada para pengguna laporan keuangan mengenai berbagai teori, misalnya kenaikan
jumlah asset dan efektivitas kegiatan produksi perusahaan. Berbagai implementasi laba
dalam tataran semantik yaitu :
1. Income As a Measurement of Efficiency
Suatu perusahaan yang beroperasi secara efisien akan menghasilkan arus dividen yang
memuaskan pemegang saham dan akan menggunakan modal yang ditanamkan secara
efisien untuk meningkatkan arus dividen di kemudian hari. Manajemen yang gagal
untuk beroperasi secara efisien akan diganti oleh manajemen baru. Atau pemegang
saham dapat memberikan insentif untuk meningkatkan efisien manajemen. Laba telah
dijadikan alat untuk mengukur efisiensi seperti dicerminkan di dalam SFAC 1 yang
mengatakan bahwa pelaporan keuangan harus menyediakan Informasi tentang kinerja
keuangan perusahaan selama periode tertentu.
Dapat menjadi alat pengukuran efisiensi jika modal yang digunakan konstan dari
tahun ke tahun. Dalam pengukuran kinerja, laba dapat mempresentasikan efisiensi
kinerja dengan menentukan ROI (Return on Investment) dan ROA (Return on Asset)
sebagai dasar pengukuran efisiensi.
2. Accounting Versus Economic Income
Baik pembuat maupun pemakai Informasi akuntansi selama bertahun-tahun telah
berusaha mencari laba bersih yang memiliki arti ekonomi.

Laba bersih akuntansi = pendapatan – beban – depresiasi akuntansi


Laba bersih ekonomi = pendapatan – beban – depresiasi ekonomi

Perbedaan antara kedua laba di atas disebabkan oleh perbedaan di dalam metode
depresiasi. Akuntan menggunakan metode bunga. Perbedaan tersebut menyebabkan
Informasi yang dihasilkan oleh akuntan bukanlah Informasi yang siap pakai,
melainkan menjadi dasar bagi investor untuk menghitung laba ekonomi.

3. Multiperson Income
Selain usaha untuk memberikan arti ekonomi bagi laba akuntansi, ada masalah lain
yang timbul yaitu bahwa dalam realisasi banyak terjadi ketidakseimbangan Informasi
di mana satu pihak tahu lebih banyak dari pihak lain. Dalam dunia yang tidak pasti
dan tidak sempurna ini, konsensus atas fakta tidaklah memungkinkan karena fakta itu
sendiri tidak ada. Yang ada hanyalah opini dan perkiraan. Dampaknya terhadap laba
akuntansi adalah kita dapat menyetujui bagaimana laba dihitung tetapi tidak semua
menyetujui arti dari laba tersebut.

2.4. Concept of Income at the Pragmatic Level


Konsep laba dalam tataran pragmatik berhubungan dengan proses pengambilan
keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga saham dalam suatu pasar yang
terorganisir terhadap pelaporan laba, keputusan pengeluaran modal (capital expenditure)
dan reaksi umpan balik dari manajemen dan akuntan. Juga diketahui bahwa konsep laba
salam tataran pragmatik berkaitan dengan pengaruh informasi laba terhadap perubahan
perilaku para pemakai laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan pada
pembahasan reaksi pihak yang dituju oleh informasi akuntansi. Misalnya suatu kejadian
pengumuman laba oleh perusahaan, dikatakan mengandung informasi jika pesan tersebut
menyebabkan perubahan keyakinan para pengguna laporan dan menyebabkan adanya
suatu tindakan tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat diyakini sebagai reaksi atas
kejadian pengumuman laba tersebut, maka informasi laba dapat dikatakan memiliki
manfaat.
Bila dikaitkan dengan teori positif-normatif, tataran sintaktik dan semantik pada
umumnya bersifat normatif, sedangkan teori pragmatik akan lebih bersifat positif. Teori
pragmatik juga sering diklasifikasikan sebagai akuntansi keperilakuan (behavioral
accounting) karena pokok bahasan pada umumnya adalah perilaku manusia dalam
kaitannya dengan informasi. Pendekatan dalam proses penyimpulan yang menghasilkan
pernyataan atau tindakan dapat bersifat deduktif maupun induktif.
1. Pendekatan Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses penyimpulan yang berawal dari suatu pernyataan
umum yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai kesimpulan
(konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis penalaran dapat
berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang dianggap benar, baik,
dan relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan. Penalaran deduktif dalam
akuntansi digunakan untuk memberi penjelasan dan dukungan terhadap kelayakan
suatu pernyataan akuntansi.
2. Pendekatan Penalaran Induktif
Penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Penalaran ini
berawal dari suatu pernyataan yang khusus dan berakhir dengan pernyataan umum
yang merupakan generalisasi dari keadaan khusus tersebut. Penalaran induktif dalam
akuntansi digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi
penjelasan atau teori terhdap gejala akuntansi tertentu.
2.4.1. Laba sebagai alat prediksi
Tujuan dari Laporan Keuangan adalah untuk menetapkan arus kas. Jadi
diasumsikan ada suatu hubungan antara laba dengan arus kas, termasuk kas yang
didistribusikan kepada pemilik. Apakah laba dimasa lalu dapat dijadikan alat
untuk memprediksi laba masa datang? Suatu penelitian menyimpulkan bahwa
laba dimasa lalu yang dikukur berdasarkan historical cost memberikan prediksi
yang lebih baik dibandingkan dengan laba yang diukur berdasarkan urrent cost.
Tidak jelas apakah laba akuntansi mempunyai interpretasi dunia nyata atau tidak,
yang penting adalah investor percaya bahwa laba masa lalu bisa dijadikan dasar
untuk memprediksi laba masa depan. Dan laba masa depan bias dijadikan dasar
untuk memprediksi arus kas.
2.4.2. Capital market approach
Pada bagian ini yang akan didiskusikan adalah dampak dari laba terhadap pasar
modal secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga saham di
pasar bergerak searah dengan laba akuntansi.

Ada dua kemungkinan penjelasan atas hasil penelitian ini:


1. Laba Akuntansi betul-betul berisi Informasi yang diperlukan oleh pasar modal
2. Pasar bersikap seolah-olah laba akuntansi berisi Informasi yang dibutuhkan

Hubungan antara laba dengan harga saham bersifat tidak sempurna. Salah satu
alasannya adalah karena harga pasar mencerminkan informasi yang lebih luas
dibandingkan dengan laba akuntansi. Contohnya harga saham bereaksi terhadap
isu-isu, seperti dapat kita lihat di Indonesia. Alasan lain dari hubungan yang tidak
sempurna ini adalah beberapa fluktuasi dalam laba akuntansi merupakan akibat
dari perubahan perlakuan akuntansi yang sebetulnya tidak mempunyai implikasi
ekonomi. Contoh hubungan antara laba dan harga saham adalah pada suatu ketika
IBM melaporkan penurunan laba, tetapi harga saham malah meningkat. Alasan
peningkatan ini adalah penurunan laba ternyata lebih kecil daripada yang
diprediksi oleh pasar.

2.5. What Shoul Be Included In Income


2.5.1. Pendekatan Kontraktual dari Pendapatan
Laporan Pendapatan telah menjadi dasar bagi banyak hubungan hukum dan
kontrak di masyarakat; sejauh ini, ia memiliki implikasi perilaku meskipun
mungkin tidak memiliki interpretasi semantik. Peran yang dimainkan oleh
pendapatan dalam berbagai kontrak memberikan banyak wawasan tentang
bagaimana laba dapat diharapkan untuk berperilaku.
Misalnya, perusahaan yang dekat dengan batasan perjanjian utang mereka akan
memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba bersih, dan dengan demikian
meningkatkan jumlah ekuitas dalam rasio utang terhadap ekuitas.
2.5.1.1. Apa yang harus ada pada Laporan Laba Rugi?
Salah satu tujuan utama dari perusahaan adalah memaksimalkan
deviden untuk investor selama perusahaan tersebut berdiri, atau
memaksimalkan nilai likuidasi atau nilai pasar dari perusahaan. Segala
perubahan – perubahan ekonomis berpengaruh dalam evaluasi atas
semua kesuksesan atau kegagalan perusahaan selama ia berdiri. Akan
tetapi, tujuan utama lainnya dari pengukuran pendapatan adalah
kebutuhan dalam pengukuran pendapatan dalam jangka waktu yang
relatif pendek untuk menyediakan sarana control dan dasar untuk
pengambilan keputusan bagi pemegang saham, kreditur, dan
manajemen dalam periode yang berkelanjutan.
Pengukuran pendapatan secara keseluruhan untuk seluruh periode
perusahaan tidak memberikan informasi yang paling berguna, juga
tidak menggambarkan penyebab keberhasilan atau kegagalan.
Keberhasilan mungkin merupakan hasil dari keberuntungan atau
manajemen yang efisien. Sumber atau penyebab pendapatan dengan
demikian penting dalam evaluasi yang tepat dari kemajuan perusahaan.
Tetapi beberapa akuntan berpendapat bahwa angka yang disebut
"pendapatan bersih untuk periode itu" harus mencakup semua
peristiwa ekonomi yang dicatat dan bahwa pendapatan yang timbul dari
sumber tertentu harus diberi label dengan benar. Kontroversi ini telah
menyebabkan dua konsep dasar pendapatan. Konsep operasi saat ini
dan konsep pendapatan inklusif.
2.5.1.2. Konsep Pendapatan Saat Ini
Konsep Pendapatan saat ini fokus pada pengukuran efisiensi dari
perusahaan bisnis. Kata “efisiensi” berhubungan dengan penggunaan
sumber daya perusahaan yang efektif dalam mengoperasikan
perusahaan dan meraih keuntungan. Dalam pengertian ekonomi yang
lebih luas, berkaitan dengan kombinasi yang pas antara faktor produksi
– tanah, sumber daya manusia, modal, dan manajemen. Sebuah evaluasi
yang berhubungan dengan efisiensi, bagaimanapun juga, membutuhkan
perbandingan dengan suatu standard yang ideal. Evaluasi tentu saja
bersifat subjektif, tapi sebagai langkah awal perbandingan dapat
dilakukan dengan hasil dari periode sebelumnya atau pendapatan dari
perusahaan lain dan industry yang sejenis.
Dalam menghitung pendapatan, penekanan khusus diberikan pada kata
“saat ini”dan”operasi”. Hanya nilai – nilai dan kejadian yang terkontrol
oleh manajemen dan hasil keputusan dari periode saat ini yang boleh
dimasukkan. Akan tetapi, pernyataan ini harus memenuhi syarat dalam
memasukkan faktor – faktor yang digunakan di periode sebelumnya
tapi digunakan pada periode saat ini. Setiap periode bukan pengalaman
ekonomi yang terpisah. Sebagian besar dari peralatan dan mesin atau
bahkan jasa dari sebagian pekerja telah didapatkan atau dikontrak pada
periode sebelumnya. Keputusan dari periode saat ini melibatkan
penggunaan yang tepat dan kombinasi dari faktor – faktor tersebut.
Perubahan yang seharusnya dikeluarkan adalah yang terjadi pada
periode sebelumnya namun tidak diketahui atau dicatat sebelumnya.
Contohnya, peralatan dan mesin yang usang dan ditemukan pada
periode ini bisa jadi sudah usang pada periode sebelumnya. Keputusan
untuk mengabaikannya pada periode ini mungkin menjadi hasil dari
manajemen yang efektif, dan, karena itu penemuan peralatan usang itu
bukan kejadian operasi pada periode saat ini. Juga, penemuan dari
kesalahan perhitungan keuntungan pada periode sebelumnya bukanlah
refleksi dari efisiensi manajamen pada periode saat ini. Tapi satu yang
harus diperhatikan, kesalahan perhitungan keuntungan pada periode
sebelumnya berefek pada evaluasi efisiensi dari manajamen pada
periode kesalahan itu terjadi.
Aspek kedua dari konsep ini adalah perubahan yang relevan hanya
timbul dari operasi normal, memungkinkan pembuatan perbandingan
yang lebih baik dengan operasi lainnya. Juga, hubungan efisiensi dari
manajemen terlihat lebih baik. Ketika kegiatan non operasi mungkin
saja terpengaruh oleh efisiensi manajemen, akan lebih susah untuk
mendapatkan sebuah standar yang digunakan untuk mengukur hasil
dari periode tersebut. Minimal, hasil daripada aktivitas operasi dan non
operasi harus dipisah. Selain itu, kegiatan non operasi harus dilaporkan
secara terpisah karena bersifat tidak berulang. Jika kejadian tak
berulang dimasukkan dalam kegiatan operasi normal, konsep performa
operasi yang digunakan saat ini harus menyediakan pembanding yang
bagus dari kekuatan pendapatan dan alat untuk memproyeksi dan
mengevaluasi tren pendapatan.
Pendukung dari konsep operasi saat ini berkata bahwa laporan laba rugi
yang dihasilkan lebih berguna jika dibuat perbandingannya antar
periode dan antar perusahaan untuk membuat prediksi. Mereka juga
berkata bahwa, meskipun klasifikasi dari item operasi dan non operasi
bisa menyulitkan, akuntan yang ahli lebih diutamakan dalam membuat
klasifikasi ini daripada pihak luar ataupun karyawan non akuntan.
Seharusnya ada pengungkapan penuh item tidak lancar dan tidak
beroperasi, tetapi analis keuangan dan pengguna lain dari data
akuntansi sering menekankan satu angka untuk pendapatan bersih
untuk tahun tersebut. Dengan demikian, diusulkan bahwa, jika hanya
satu angka dikutip, laba bersih operasi saat ini lebih berguna sebagai
ukuran kinerja operasi saat ini.
2.5.1.3. Konsep Pendapatan Inklusif (Comprehensive Income)
Konsep pendapatan inklusif diartikan sebagai total perubahan pada
kepemilikan yang diakui oleh transaksi tercatat atau revaluasi atas
perusahaan selama periode tertentu, kecuali distribusi dividen dan
transaksi capital. Berikut ini adalah konsep yang mengacu pada FASB
comprehensive income. Comprehensive income diartikan lebih luas
daripada net income karena mengandung :
Certain other changes in net assets (principally certain holding
gains and losses) that are recognized in the period, such as some
changes in market values of investments in marketable equity securities
classified as noncurrent assets, some changes in market values of
investments having specialized accounting practices for marketable
securities, and foreign currency translation adjustmens.

Net income, di sisi lain, berisi beberapa pos tertentu yang tidak, secara
langsung, bersifat current. Khususnya, pendapatan bersih (dan
pendapatan komprehensif) berisi :

Effects of certain accounting adjusments of earlier periods that


are recognized in the period, such as the principal example in present
practice – cumulative effects of changes in accounting principles . . .

FASB telah memilih untuk menggambarkan konsep pendapatan yang


hanya mencerminkan waktu saat ini dengan istilah penghasilan. Berikut
hierarkinya :

Earnings = Current operating income + nonrecurring items

Net Income = Earnings + cumulative effect on prior years of a


change in accounting principle

Comprehensive Income = net income + cumulative prior period


adjustmens + remaining nonowner changes in equity

2.5.2. Recurring and Nonrecurring Income


Hal – hal yang mendukung terkait dengan konsep kinerja operasi masa kini atas
pendapatan yang sering kali disebutkan bahwa item operasi secara umum
didefinisikan sebagai operasi bisnis yang berulang dan item – item yang
nonoperasi didefinisikan sebagai kegiatan bisnis yang tidak biasa dan tidak dapat
diprediksikan. Meskipun begitu, hal ini tidak selalu benar. Banyak item – item
beroperasi secara alami tetapi tidak selalu berulang. Kebutuhan untuk membayar
upah lembur tenaga kerja selama periode sibuk dan pembelian bahan baku pada
harga yang sangat murah, keduanya adalah termasuk kegiatan operasi tetapi
merupakan kejadian yang tidak berulang. Di sisi lain, beberapa kegiatan
nonoperasi terjadi berulang secara alami. Bencana banjir tahunan pada wilayah
berbahaya yang tidak dapat dihindari dapat mengakibatkan beban biaya
nonoperasi tetapi hal ini mungkin saja terjadi berulang secara alamiah.
Laba bersih menggambarkan bahwa berdasarkan kejadian yang berulang dirasa
lebih bermanfaat bagi para investor dalam memprediksi kemungkinan
pendapatan di masa depan dan memperkirakan jumlah dividen yang diterima.
Kejadian nonoperasional yang berulang hanya berguna ketika hal tersebut
dihasilkan dari kegiatan operasi normal. Perbedaan diantara kegiatan operasional
dan nonoperasional berguna dalam hal mengukur efisiensi manajemen. Asumsi
yang sering terdengar bahwa kegiatan operasional dirasa lebih dapat dikendalikan
daripada kegiatan nonoperasional.
Keuntungan atas pengklasifikasian biaya pendapatan dan piutang sebagai
kejadian berulang dan tidak berulang adalah berdasarkan kegunaan dari hasil
memprediksi pendapatan yang dilakukan oleh investor. Hal ini mungkin saja sulit
dilakukan oleh para pihak luar untuk membedakan antara kegiatan berulang dan
kegiatan tidak berulang daripada membedakan kegiatan operasional dan kegiatan
nonoperasional.
Kerugian dari pengklasifikasian pendapatan berulang adalah serupa dengan
kerugian dari konsep pendapatan operasional masa kini. Kerugian tersebut dapat
segera dikenali pada diskusi di atas dari seluruh konsep pendapatan.
2.5.3. Prior Period Adjustment
Ketika informasi terbaru muncul, perubahan tidak dapat dihinindari. APB 20
membedakan tiga model perubahan : perubahan dalam prinsip, perubahan dalam
pengukuran, dan perubahan dalam pelaporan entitas. Banyak kesalahan atau error
yang ditemukan akibat dari adanya perubahan tetapi tidak dalam perubahan
akuntansi yang didefinisikan di dalam opini. Sebagai contoh perubahan terhadap
prinsip adalah ketika terjadi peralihan dari satu metode perhitungan persediaan ke
metode perhitungan persediaan lainnya atau dari suatu metode depresiasi ke
metode depresiasi lainnya. Perubahan dalam pengukuran termasuk revisi
terhadap estimasi masa manfaat dari suatu asset atau perubahan jumlah nilai dari
suatu beban garansi, ini adalah perubahan dalam pengukuran yang diasumsikan
sebagai kejadian dari penyebab yang fundamental.
Isu utama dalam membangun opini ini adalah apakah suatu perusahaan harus
mengubah pernyataan dari periode terdahulu untuk dilakukan perubahan pada
periode sekarang. Dengan kata lain, pertanyaannya apakah prior-period
adjustment perlu dilakukan. Dua perubahan relative tidak kontroversial.
Perubahan dalam entitas secara jelas memerlukan pernyataan dari periode
sebelumnya untuk mengijinkan membandingkan dengan pernyataan keuangan
entitas terkini. Oleh karena itu, perubahan dalam perhitungan didasarkan pada
masa depan dan diperlakukan berdasarkan basis prospektif. Yang paling sulit
adalah perubahan dalam prinsip. Dasarnya adalah pernyataan sebagai berikut :
Dalam Opini APB no. 9, untuk kejadian-kejadian dan transaksi-transaksi untuk
diklasifikasikan sebagai prior period adjustment, harus :
a. Secara khusus diidentifikasi dan berhubungan secara langsung dengan
aktivitas bisnis dalam periode tertentu sebelumnya.
b. Tidak disebabkan oleh kejadian ekonomi yang terjadi setelah tanggal laporan
keuangan periode sebelumnya.
c. Bergantung terutama pada penentuan oleh orang-orang selain manajemen.
d. Tidak rentan dari estimasi wajar sebelum ketentuan tersebut.

Misalkan saat penutupan buku dan laporan keuangan akan dikeluarkan,


perusahaan menemukan suatu kesalahan yang telah dibuat di dalam laporan net
income tahun sebelumnya. Bagaimana situasi ini akan dicatat dalam akun dan
dilaporkan dalam laporan keuangan? Koreksi suatu kesalahan pada laporan
keuangan yang telah diterbitkan sebelumnya disebut sebagai prior period
adjustment. Koreksi tersebut dibuat langsung pada retained earnings karena
kesalahan tersebut akan berada pada akun ini : priode net income yang
sebelumnya telah dicatat dalam retained earnings lewat jurnal dan posting jurnal
penutup.

Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa General Microwave pada tahun 1999


menemukan bahwa biaya depresiasi yang tidak disertakan tahun 1998 sebesar
$300.000 sebagai hasil dari kesalahan computer. Kesalahan tersebut berakibat
pada kelebihan statement income tahun 1998, dan jurnal retained earnings terbaru
pun menjadi lebih daripada seharusnya. Jurnal pada prior period adjustment,
dengan asumsi semua pajak terabaikan adalah sebagai berikut :

Retained earnings $300.000


Accumulated depreciation $300.000

Debet pada laporan keuangan tahun 1999 akan menjadi tidak benar karena
kesalahan yang terjadi pada tahun sebelumnya. Prior Period Adjustment akan
dilaporkan dalam retained earnings statements. Mereka akan menambah dari
retained earning awal untuk menunjukkan retained earnings yang telah
disesuaikan. Dengan asumsi bahwa bahwa General Microwave memiliki retained
earning awal sebesar $800.000, prior period adjustments akan dilaporkan sebagai
berikut :

General Microwave
Retained Earnings Statement (Partial)
Balance, January 1, as reported $800.000
Correction for overstatement of net income in prior period ($300.000)
(depreciation error)
Balance, January 1, as adjusted $500.000

2.5.4. Extraordinary Items


Pos-pos luar biasa (extraordinary items) didefinisikan sebagai pos-pos material
yang memiliki sifat tidak biasa dan sangat jarang sekali terjadi, bahkan tidak
berulang. Jadi agar dapat diklasifikasikan sebagai pos luar biasa, sebuah peristiwa
atau kejadian haruslah : (1) memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi, yang
secara jelas tidak berhubungan dengan aktvitas normal dan umum perusahaan,
atau hanya bersifat insidentil terkait dengan aktifitas normal dan umum
perusahaan, dengan memperhitungkan faktor “lingkungan” dimana perusahaan
beroperasi. Dan (2) diperkirakan atau diharapkan tidak akan berulang atau
berlanjut dimasa mendatang dengan memperhitungkan faktor “lingkungan”
dimana perusahaan beroperasi. Kedua kriteria di atas harus dipenuhi agar dapat
mengkalisifikasikan sebuah peristiwa atau kejadian sebagai pos-pos luar biasa.
Kedua kriteria tersebut disyaratkan dengan tujuan untuk membatasi item-item
seharusnya diklasifikasikan sebagai pos biasa dan merupakan bagian laba rugi
operasi berlanjut.
Karena kriteria yang ketat atas pos-pos luar biasa, maka para pemakai laporan
keuangan harus memperhatikan secara seksama pos-pos laporan keuangan yang
termasuk sebagai bagian operasi dan bagian nonoperasi. Bagian operasi memuat
pendapatan penjualan, harga pokok penjualan, beban penjualan, serta beban
umum dan administrasi. Sedangkan, bagian nonoperasi adalah bagian yang
melaporkan pendapatan dan keuntungan lain-lain serta beban dan kerugian lain-
lain. Seperti yang telah diindikasikan sebelumnya, penghapusan piutang dan
persediaan, penurunan nilai aktiva (persediaan, bangunan, dan goodwill), biaya
riset dan pengembangan, beban restrukturisasi, serta keuntungan atau kerugian
dari transaksi valuta asing, pelepasan segmen bisnis, dan keuntungan atau
kerugian dari penjualan atau penghapusan aktiva tetap, tidak dianggap sebagai
pos-pos luar biasa.
Kerugian atas penghapusan piutang dan persediaan serta kerugian atas penjualan
atau penghapusan aktiva tetap akan diklasifikasikan sebagai pos luar biasa jika
hal itu merupakan hasil langsung dari bencana alam (seperti gempa bumi atau
letusan gunung berapi), penyitaan oleh pemerintah asing, atau larangan menurut
Undang – Undang atau regulasi yang baru.
Dalam menentukan apakah suatu pos merupakan pos luar biasa atau tidak, faktor
lingkungan dimana perusahaan beroperasi turut menjadi pertimbangan utama.
Lingkungan ini meliputi faktor-faktor seperti karakteristik industry perusahaan,
letak lokasi geografis, dan sifat serta luas peraturan pemerintah. Sebagai contoh :
perlakuan atas pos luar biasa karena kerugian akibat banjir yang dialami oleh
sebuah produsen pakaian di Paris adalah tepat, sebab kerusakan akibat banjir di
lokasi itu boleh dibilang sangat jarang sekali terjadi.
Pos-pos luar biasa (extraordinary items) disajikan sebesar jumlah bersih (setelah
pajak) dalam laporan laba rugi pada bagian yang terpisah, yaitu tepat sebelum
laba bersih, sebagai contoh :
2.5.5. Operasi Dalam Penghentian/ Discontinued Operations (PSAK 58)
Operasi dalam penghentian adalah suatu komponen perusahaan:
a. yang oleh perusahaan, sesuai dengan rencana tunggal tertentu:
1) dilepas secara keseluruhan, misalnya dengan menjual komponen
perusahaan tersebut dalam suatu transaksi tunggal, dengan pemisahan
usaha (demerger) atau pengalihan kepemilikan komponen perusahaan ke
pihak lain;
2) dilepas sebagian demi sebagian, misalnya dengan menjual aktva
komponen perusahaan tersebut dan menyelesaikan kewajibannya satu
persatu; atau
3) diakhiri operasinya dengan meninggalkan kegiatan usaha;
b. yang merupakan lini usaha utama atau wilayah geografis utama tersendiri;
dan
c. yang secara operasional dan untuk tujuan pelaporan keuangan dapat
dibedakan.

Kegiatan-kegiatan berikut ini tidak memenuhi kriteria seperti dijelaskan pada


butir a di atas:

a. penghentian suatu lini produk atau jenis usaha secara evolusioner;


b. penghentian beberapa produk dalam satu lini usaha yang masih aktif,
walaupun penghentian tersebut dilakukan secara mendadak;
c. pengalihan beberapa kegiatan produksi atau pemasaran dalam suatu lini
usaha dari satu lokasi ke lokasi lain;
d. penutupan suatu fasilitas dalam rangka meningkatkan produktivitas atau
menghemat biaya;
e. penjualan anak perusahaan yang kegiatannya sejenis dengan kegiatan induk
perusahaan atau anak perusahaan lainnya.

Termasuk dalam kriteria butir b di atas adalah hal-hal sebagai berikut:

a. segmen usaha atau segmen geografis Perusahaan, seperti dijelaskan pada


Konsep Dasar Kebijakan Akuntansi butir 006, tentang Pelaporan Segmen;
b. lini produk atau jasa utama, jika Perusahaan tidak melaporkan informasi
segmen; Suatu komponen Perusahaan dapat dibedakan secara operasional
dan untuk tujuan laporan keuangan sesuai kriteria butir c di atas, jika:
c. aktiva dan kewajiban operasinya dapat dikaitkan secara langsung dengan
komponen yang bersangkutan;
d. penghasilan atau pendapatan bruto yang dihasilkan dapat dikaitkan secara
langsung dengan komponen yang bersangkutan.
2.5.6. Pengungkapan (PSAK 58)
Peristiwa Pengungkapan Awal :
Dalam kaitannya dengan operasi dalam penghentian, peristiwa pengungkapan
awal adalah salah satu dari dua peristiwa berikut, mana yang terjadi lebih dulu:
(a) perusahaan telah menandatangani perjanjian yang bersifat mengikat untuk
menjual secara substansi seluruh aktiva yang berkaitan langsung dengan operasi
dalam penghentian; atau (b) organ perusahaan yang berwenang, misalnya RUPS,
telah (i) menyetujui rencana formal yang rinci untuk menghentikan operasi dan
(ii) melakukan pengumuman atas rencana tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Suatu perusahaan harus mencantumkan informasi berikut yang terkait dengan
operasi dalam penghentian di dalam laporan keuangannya, mulai dari laporan
keuangan untuk periode terjadinya peristiwa pengungkapan awal: (a) penjelasan
mengenai operasi dalam penghentian; (b) segmen usaha atau geografis yang di
dalamnya operasi dalam penghentian dilaporkan; (c) tanggal dan karakteristik
peristiwa pengungkapan awal; (d) tanggal dan periode saat penghentian tersebut
diperkirakan akan selesai, apabila tanggal atau periode tersebut diketahui atau
dapat ditentukan; nilai tercatat, pada tanggal neraca, dari jumlah aktiva dan
kewajiban yang akan dilepas; (f) jumlah pendapatan, beban, dan laba atau rugi
sebelum pajak dari aktivitas normal yang dapat dikaitkan dengan operasi dalam
penghentian selama periode pelaporan keuangan tahun berjalan, dan beban pajak
penghasilan yang berhubungan dengan operasi dalam penghentian tersebut; dan
(g) jumlah arus kas neto yang dapat dikaitkan dengan aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan dari operasi dalam penghentian selama periode pelaporan
keuangan tahun berjalan.
2.5.7. Net Income To Whom?
2.5.7.1. Value added concept of income
Dalam pengertian ekonomi, nilai tambah adalah hasil pasar dari keluaran
suatu perusahaan dikurangi harga barang dan jasa yang diperoleh
melalui transfer dari perusahaan lain. Jadi semua karyawan, pemilik,
kreditor dan pemerintah (melalui pajak) adalah penerima dari laba
perusahaan.
Konsep nilai tambah menjadi berarti apabila diterapkan pada perusahaan
yang sangant besar yang mempengaruhi hidup ribuan orang dan
mempunyai kepentingan sosial dab ekonomi du luar kepentingan sempit
dari pemilik dan pemegang saham. Laba nilai tambah mencakup upah,
sewa, bunga, pajak, deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham
dan penghasilan yang tidak dibagikan dalam konsep ini. Itu tidak harus
terhutang kepada pemilik saja, tetapi juga kepada semua penerima atau
pengklaim lain dari nilai tambah perusahaan. Hanya dalam kasus
liquiditas pemegang saham biasa mempunyai klaim tersisa. Dalam
jangka panjang, penahan penghasilan memberikan pertumbuhanpada
modal perusahaan yang melalui produktivitas yang meningkat dapat
memberikan arus kenaikan laba pada semua penerima. Jika perusahaan
itu diasumsikan mempunyai umur yang berkesinambungan atau tak
terbatas, pemegang saham mungkin tak pernah menerima manfaat
langsung dan satu-satunya dari penahan penghasilan dalam perusahaan.
2.5.7.2. Enterprise Net Income
Yang dimaksud pertama kali konsep laba sebenarnya adalah para
ekonomi, kemudian para profesi akuntan mengikutinya. Adam Smith
menjelaskan bahwa laba sebagai jumlah yang dapat dikomsumsi tanpa
menggerogoti modal atau kenaikan dalam kekayaan. Ekonomi Inggris
yang juga pemenang nobel Sir John Hicks memperluas hal ini dengan
mengatakan bahwa laba adalah jumlah yang dapat dikonsumsi seseorang
selama periode waktu tertentu dan sama sejahteranya pada akhir periode.
Dengan perkataan lain, laba menurut Smith dan Hicks adalah surplus
sesudah pemeliharaan kesejahteraan, tetapi sebelum dikonsumsi. Laba
dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh
FASB disebut laba komperhensif. Laba komperhensif dimaknai sebagai
kenaikan asset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik.
2.5.7.3. Net income to investor
Sesuai dengan entity konsep dengan pemegang saham maupun pemberi
utang jangka panjang merupakan investor dari permanen capita. Dengan
adanya perusahaan antara pemilikan dan pengendalian dalam
perusahaan-perusahaan besar, perbedaan antara pemegang saham dan
pemegang obligasi tidaklah sepenting pada masa lalu. Perbedaan
utamanya sebetulnya hanya terletak pada hak didahulukan dalam
pembagian income dan terhadap asset pada waktu liquiditas. Apabila
kita meneliti hak didahulukan dalam pembagian income, sering dapat
kekaburan antara pemegang obligasi dan pemegang preferred stock.
Pemegang income bonds misalnya mempunyai jaminan lebih sedikit
mengenai hak didahulukan dalam pembagian income dibandingkan
dengan pemegang cumulative preffered stock. Juga pemegang
convertible bonds bisa mempunyai hak atas laba yang ditahan melalui
konfersi utang menjadi common stock.
Dalam entity concept, income bagi para investor meliputi bunga utang,
deviden bagi pemegang preferred dan common stock, maupun laba yang
ditahan. Konsep income ini mempunyai beberapa keuntungan :
1. Keputusan-keputusan mengenai sumber-sumber long-term-capital
bersifat pembelanjaan dan bukan operasional.
2. Karena adanya perbedaan-perbedaan dalam struktur permodalan
perusahaan, maka perbandingan antara perusahaan dapat dilakukan
secara langsung dengan konsep income ini.
3. Rate of return dari total investmen dari konsep ini menggambarkan
efisiensi relatif dari pada invested capital secara lebih baik dari pada
rate of return to stockholders.

Dalam perhitungan net income pada investor ini, pajak penghasilan


diperlakukan sebagai expense. Inilah perlakuan yang dianjurkan oleh
APB dan kemudian dianut oleh FASB. Ini merupakan posisi yang
realities karena pemerintah bukanlah merupakan beneficiary dari
perusahaan dalam pengertian seperti para investor. Perusahaan memang
menerima manfaat dari pemerintah, namun manfaat ini tidaklah
proporsional dengan pajak yang dibayarkan. Bahkan menurut penelitian
di Amerika Serikat, pajak penghasilan dapat dibebankan (“passes on”)
seperti halnya biaya. Juga para investor maupun manajer kelihatannya
mendasarkan kebanyakan keputusan mereka kepada income after tax.

2.5.7.4. Net income to stockholders


Pandangan yang paling tradisional dan yang paling diterima mengenai
net income adalah bahwa net income merupakan return kepada pemilik
perusahaan. Meskiun konsep ini berakar kuat pada proprietary approach,
banyak pengarang menerapkanya kepada entity approach dan
menganggap accounting profit bagi entity sebagai kewajiban terhadap
pemilik-pemiliknya. Konsep net income yang diperuntukan bagi semua
pemegang saham juga tersirat dalam APB Opinion No 9 dan APB
Statement No 4. Study group on the objektiv of financial statements
menekankan sifat prediktifnya accounting income, tetapi selanjutnya
menyatakan bahwa kemampuan menghasilkan terwujud dari
kemampuan perusahaan mencapai tujuan akhir yang beruypa pemberian
maximum cash kepada para pemilik-pemiliknya.
Konsep net income pada stockholders juga mempunyai pendukung ilmu
ekonomi. Meskipun definisi laba ekonomi berbeda daripda accounting
profit sebagai total return kepada entrepreneurs dalam peranan mereka
sebagai manajer, investor, pengambil resiko dan penyewa. Meskipun
cara pandangan ini mungkin tidak menguntukan, tetapi sudah
merupakan kenyataan bahwa pemakaian laporan akuntasi biasanay
mengartikan net income sebagai return to shareholders.
2.5.7.5. Net income to residuals equity holders
Dalam ikhtisar-ikhtisar keuangan yang disajikan khusus bagi pemegang
saham dan investor lainnya, net income yang tersedia untuk dibagikan
kepada pemegang common stock biasanya dianggap sebagai angka yang
terpenting dalam ikhtisar tersebut. Net income per share dan deviden per
share untuk common stock dikutip secara luar dalam berita-berita
keuangan, disamping haraga-haraga saham. Oleh karena itu ada
dukungan yang kuat dari pertimbangan pragmatis ini terhadap konsep
income ini.
BAB II

Penutup

3.1. Kesimpulan
Konsep laba (income) lebih sesuai untuk melaporkan keuangan operasional dari bisnis
sebuah perusahaan yang sangat ditentukan oleh objektifitas pengguna laporan atas hasil
data akuntansi dan penafsiran konten atas angka yang dilaporkan. Sebuah konsep yang
sangat berguna bagi suatu kelompok atau suatu individu atau mungkin berguna karena
alasan tertentu tetapi mungkin bukan merupakan suatu pilihan terbaik bagi yang lain.
Tujuan umum dari pelaporan atas laba adalah harus digunakan sebagai hasil dari aturan
dan prosedur yang secara logis konsisten. Dapat diasumsikan bahwa jika pengguna
laporan keuangan mengetahui mengenai aturan ini, mereka akan mampu menafsirkan arti
dari suatu laba. Dapat diasumsikan juga bahwa aktifitas utama dari suatu perusahaan
dapat diukur dan dilaporkan sama seperti aktifitas perusahaan secara keseluruhan.

3.2. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah mengenai income concept ini.

Anda mungkin juga menyukai