MODUL 3 :
SURVEI KUALITAS
PROFESI AKUNTAN PUBLIK
2019
Disusun oleh:
Bidang Pemeriksaan Profesi Akuntansi – Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK),
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Disclaimer
Modul materi ini disusun sebagai salah satu bahan materi dalam Pendidikan Profesional
Berkelanjutan (PPL) Online yang diselenggarakan oleh PPPK. Modul materi ini menjelaskan secara
ringkas terkait dengan Indeks Kualitas Profesi Akuntan Publik di Indonesia Tahun 2018 yang
disusun berdasarkan hasil kerjasama antara Pusat Pembinaan Profesi Keuangan – Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan dengan Universitas Indonesia. Apabila terdapat perbedaan
penafsiran antara modul materi dengan Laporan Akhir Indeks Kualitas Profesi Keuangan
di Indonesia Tahun 2018, maka yang digunakan sebagai pedoman penerapan kebijakan tetap
mengacu pada Laporan Akhir tersebut.
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
II. Tujuan
Penyusunan indeks kualitas profesi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
sejauh mana tingkat kualitas profesi Akuntan Publik di Indonesia. Indeks tersebut juga
bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis unsur layanan apa yang sudah dan
faktor layanan apa yang perlu ditingkatkan dalam rangka meningkatkan kualitas profesi
Akuntan Publik di Indonesia. Selain itu, indeks ini akan mempermudah berbagai pihak
dalam mengidentifikasi dan menganalisis kebijakan/formulasi pembinaan yang masih
dibutuhkan profesi dalam rangka peningkatan kualitas profesi Akuntan Publik di
Indonesia.
Selain faktor kualitas audit sebagaimana diuraikan di atas, berdasarkan hasil penelitian-
penelitian terdahulu terdapat juga faktor lain yang diduga akan mempengaruhi yaitu audit fee.
Khusus untuk imbalan jasa (audit fee), berdasarkan Peraturan Pengurus Nomor 2 tahun 2016
yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tentang penentuan imbalan jasa
audit laporan keuangan terdapat prinsip dasar dalam menetapkan imbalan jasa audit dimana
anggota harus mempertimbangkan kebutuhan klien dan ruang lingkup pekerjaan, waktu
penugasan;, risiko dan tanggung jawab hukum, dll.
METODOLOGI PENELITIAN
Pelaksanaan penyusunan indeks kualitas profesi Akuntan Publik ini ditujukan kepada
1300 Akuntan Publik sebagai objek penelitian yang bernaung di bawah 400 Kantor Akuntan
Publik (KAP). Adapun responden yang terlibat dalam penyusunan indeks ini adalah perusahaan
listed (terdaftar di Bursa Efek Indonesia), perusahaan non-listed , BUMN, non-BUMN, dan
berbagai Industri.
Pada Tahun 2018, PPPK kembali bekerjasama dengan Departemen Akuntansi FEB UI
melakukan survei pada Pengguna Jasa Akuntan Publik, namun dengan cakupan wilayah yang
lebih besar, yaitu di 19 Provinsi di Indonesia, dengan persentase terbanyak di Jakarta, yaitu
sebesar 53%. Responden lainnya yang berada di Kepulauan Riau dan Jawa Barat masing-masing
persentasenya diatas 10%. Sementara, Banten dan Sumatera Utara masing-masing 4%.
Selanjutnya, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan masing-masing 3%. Sedangkan provinsi
lainnya 2% dan 1%. Penambahan cakupan wilayah responden ini dilakukan agar hasil survei
dapat lebih representatif terhadap kualitas Akuntan Publik yang ada di Indonesia.
Berdasarkan data-data dari para responden yang selanjutnya dilakukan diolah dan
dianalisis melalui beberapa teknik sebagaimana disebutkan dalam Metodologi Penelitian,
diperoleh hasil indeks kualitas Akuntan Publik yang dinilai melalui 5 dimensi, dengan hasil
rata-rata sebagai berikut:
Tabel 1 – Indeks Kualitas Akuntan Publik
1. Dimensi Ethics
Dimensi Ethics menunjukkan apakah selama menjalankan tugasnya, tim auditor
berperilaku sebagai akuntan publik profesional sesuai dengan kode etik profesi
akuntan. Dimensi ini tergambarkan dari 5 elemen pertanyaan sebagaimana tabel
berikut:
Tabel 2 - Dimensi Ethics
No Pertanyaan Rata-Rata Skor
1 Tim auditor selalu menjaga kerahasiaan informasi yang 3,69
diberikan oleh perusahaan Saudara
2 Tim auditor menunjukkan integritas (jujur dan dapat 3.59
dipercaya) yang sangat baik dalam melaksanakan proses
audit
3 Tim auditor bebas dari konflik kepentingan dengan 3.66
perusahaan Saudara pada tahun penugasan audit
4 Tim auditor memberikan surat pernyataan independensi 3.51
kepada perusahaan Saudara sebelum pelaksanaan audit
dimulai
5 Tim auditor terlebih dahulu melakukan penelaahan lebih 3.53
lanjut atas informasi perusahaan
Total Rata-Rata 3.60
Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum kualitas Akuntan Publik dari dimensi Ethics
adalah tergolong sangat baik.
2. Dimensi People
Dimensi People berusaha menggambarkan apakah tim akuntan memiliki kompetensi,
pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang memadai. Dimensi ini tergambarkan dari
6 elemen pertanyaan sebagaimana tabel berikut :
Hasil ini cukup jauh berbeda dengan penilaian responden pada dimensi ethics (3,60).
Hasil ini menunjukkan bahwa masalah people masih sangat perlu ditingkatkan karena
skor dibawah rata rata 3,42.
People (sumber daya manusia) yang berkualitas sangat diperlukan untuk menghasilkan
audit yang berkualitas baik, jangan sampai terjadi ketimpangan pengetahuan yang
sangat besar antara akuntan publik dan anggota tim dibawahnya. Hambatan terbesar
dari KAP adalah sering kali tim auditor tidak paham mengenai industri klien. Paling
tidak, tim auditor harus memiliki pengetahuan tentang SOP yang ada agar bisa
melakukan audit dengan tepat sasaran. Tim auditor cenderung fokus kepada checklist
daripada melihat bisnisnya. Akibatnya, mereka tidak memahami apa tujuan dari
vouching yang dilakukan. Tim auditor harus mengetahui keseluruhan proses bisnis,
sehingga diskusinya bisa lebih panjang.
3. Dimensi Process
Dimensi Process berusaha menjelaskan apakah tim auditor telah menjalankan proses
akuntansi sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam standar akuntansi yang
sesuai dengan tujuan, syarat dan ketentuan dalam ruang lingkup kontrak audit.
Dimensi ini tergambarkan dari 12 elemen pertanyaan sebagaimana tabel berikut :
Hasil ini menunjukkan bahwa secara total, Akuntan Publik telah memiliki kualitas yang
cukup baik dari dimensi Process yang terlihat dari nilai rata-rata 3.37 dalam skala 1-4.
Dari 12 elemen pertanyaan, yang mendapat penilaian yang paling rendah adalah
pertanyaan Nomor 14 dan 15, yaitu bahwa anggota Tim Audit yang berbeda tidak
meminta data yang sama (3.07) dan Tim Auditor menggunakan audit software yang
memadai (3.18). Hal ini senada dengan komentar dari narasumber pada saat FGD yang
mengatakan bahwa perlu penggunaan teknologi / audit software untuk
mempermudah pekerjaan audit.
4. Dimensi Output
Dimensi output berusaha menjelaskan apakah tim akuntan memberikan laporan yang
bermanfaat dan tepat. Dimensi ini tergambarkan dari 5 elemen pertanyaan
sebagaimana tabel berikut :
Tabel 5 - Dimensi Output
No Pertanyaan Rata-Rata Skor
24 Laporan audit diselesaikan tepat waktu 3.36
25 Laporan-laporan yang disampaikan tim auditor kepada 3.50
manajemen/ dewan komisaris/ komite audit
menggunakan kalimat yang baik, jelas dan mudah
dipahami
26 Laporan Audit disusun setelah melakukan diskusi akhir 3.49
dengan pihak manajemen/komite audit/SPI
27 Tim auditor memberikan penjelasan yang komprehensif 3.50
mengenai temuan audit
28 Rekomendasi yang diberikan tim auditor bersifat efektif 3.36
dan praktis sesuai dengan kondisi bisnis perusahaan
Total Rata-Rata 3.44
Hasil ini menunjukkan bahwa secara Umum, Akuntan Publik menunjukkan kualitas
yang baik untuk dimensi interaction, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu
ditingkatkan, salah satunya yaitu perlu ditingkatkannya kemampuan komunikasi dari
tim auditor, sehingga diharapkan auditor lebih berani untuk mengajukan pertanyaan
kepada klien dan berdiskusi dengan manajemen secara lebih baik.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada Bab-Bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Indeks kualitas profesi Akuntan Publik di Indonesia menurut responden sebesar 4,28.
Untuk mengukur kualitas Akuntan Publik dinilai berdasarkan 5 Dimensi, yaitu Ethics, People,
Process, Output dan Interaction.
2. Indeks kualitas dimensi Ethics sangat tinggi, sedangkan dimensi Process memperoleh
penilaian yang sangat rendah, namun masih dalam kategori puas. Meskipun demikian,
ruang untuk perbaikan masih terbuka untuk seluruh dimensi tersebut.
3. Kebijakan/formulasi pembinaan yang masih dibutuhkan dapat dilakukan sesuai skala
prioritas yang ditentukan oleh PPPK.