Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI

Tentang

LAPORAN LABA RUGI – LABA (Income)

Di susun oleh :

Kelompok 12

Fara Nadhia Nurman (1916040076)

Sahdia Hapani (1916040077)

Falsandy (1916040078)

Dosen :

Maisya Pratiwi, SE, M.S.Ak

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan masalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukut kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik

itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah pada mata kuliah Teori Akuntansi Laporan laba rugi – laba (income).

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak tedapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan

kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah

penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Padang, 04 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................1

C. Tujuan Masalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Karakterisik Laba...............................................................................................3

B. Pengukuran dan Pengakuan Laba......................................................................7

C. Elemen laba.......................................................................................................12

D. Elemen Non Operasional...................................................................................13

E. Income Smoothing.............................................................................................15

F. Contoh Kasus.....................................................................................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................19

B. Saran..................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi, yaitu laba

dan rugi. Laporan laba rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang menyajikan

informasi hasil usaha perusahaan yang isina terdiri dari pendapatan usaha dan beban usaha

untuk satu periode akuntansi tertentu.

Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan

atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti per lembar saham. Unsur-unsur yang

menjadi bagian pembenuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan

unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda

antara lain : laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.

Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan presasi perusahaan tetapi

penting juga sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakkan investasi.

Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi,

pengusaha, analisis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus dan sebagainya

(Harahap,2001 : 259). Hal ini menyebabkan adanya berbagai defenisi untuk laba.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja karakteristik laba ?

2. Apa yang dimaksud dengan pengukuran dan pengakuan laba ?

3. Apa itu elemen laba ?

4. Apa itu elemen non operasional ?

5. Apa itu income smoothing ?

1
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui karakteristik laba.

2. Menjelaskan pengukuran dan pengakuan laba.

3. Menjelaskan elemen laba.

4. Menjelaskan elemen non operasional.

5. Menjelaskan income smoohing.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakeristik Laba

Karakteristik laba berkaitan dengan identiikasi siat dari laba sehingga

memungkinkan untuk menganalisis transaksi atau peristiwa yang dapat mempengaruhi

laba. Karakteristik laba dapat diidentifikasi dengan ara memahami batasan pengertian

laba.

1. Pengertian Laba

Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi ini adalah akuntansi yang

merupakan selisih pengukuran, pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai

pengukur kenaikan aktia sangat tergantung pada ketepatan pengukuran, pendapatan

dan biaya. Jadi dalam hal ini laba hanya merupakan angka arkulasi dan tidak

diidentifikasi tersendiri secara ekonomik seperti halnya aktia atau hutang. Namun

demikian, IAI memiliki pengertian sendiri mengenai income. IAI justru tidak

menterjemahkan income dengan istilah laba, tetapi dengan istilah penghasilan.

Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, (IAI,1994)

mengartikan, income (penghasilan) adalah kenaikan manfaaat ekonomi selama dua

periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan

kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas ang tidak berasal dari kontribusi

penanam modal.

3
Fisher (1912) dan Bedford (1965) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga

konsep laba yang umum di bicarakan dan di gunakan dalam ekonomi, konsep laba

tersebut adalah :

1. Psychic income, yang menunjukkan konsumsi barang atau jasa yang dapat

memenuhi kepuasan dan keinginan individu.

2. Real income, yang menunjukkan kenaikkan dalam kemakmuran ekonomi

yang ditunjukkan oleh kenaikkan cost of living.

3. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber-

sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan biaya

hidup (cost of living).

Belkaoui(1993) menyatakan bahwa laba akuntansi memiliki lima karakteristik

sebagai berikut :

1. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi dari penjualan barang atau jasa.

2. Laba akuntansi didasarkan pada postulat periodisasi dan mengacu pada

kinerja perusahaan selama periode tertentu.

3. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan ang memerlukan

pemahaman khusus tentang defenisi,pengukuran dan pengakuan

pendapatan.

4. Laba akuntansi memerlukan pengukuran beban dalam bentuk biaya

historis.

5. Laba akuntansi memerlukan pencocokan antara pendapatan dan biaya

yang relean dan terkait dengan pendapatan.

4
2. Keuntungan dan kelemahan laba

Keuntungan laba akuntansi dapat dirumuskan sebagai berikut (Belkaoui, 1993) :

1. Laba akuntansi teruji dalam sejarah dimana pemakai laporan keuangan

masih mempercayai bahwa laba akuntansi masi bermanfaat untuk

membantu pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laba akuntansi diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuji

kebenarannya karena didasarkan pada transaksi atau fakta aktual, yang

didukung bukti obyektif.

3. Atas dasar prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan, laba akuntansi

memenuhi kriteria konservatisme, artinya akuntansi tidak mengakui

perubahan nilai tetapi hanya mengakui untung yang direalisasikan.

4. Laba akuntansi dipandang bermanfaat unuk tuuan pengendalian terutama

pertanggungjawaban manajemen.

Sementara itu, kelemahan mendasar dari laba akuntansi terletak pada releansinya

dalam proses pengambilan keputusan. Kelemahan laba akuntansi dapat dirumuskan

sebagai berikut (Belkaoui,1993) :

1. Laba akuntansi gagal mengakui kenaikan nilai aktiva yang belum

direalisasi dalam satu periode karena prinsip cost historis dan prinsip

realisasi. Hal ini menghalangi penyajian informasi bermanfaat yang harus

diungkapkan dan memungkinkan pengungkapam untung (gains) gabungan

yang bersifat heterogin dari periode sebelumnya dan periode berjalan.

2. Laba akuntansi yang didasarkan pada cost historis mempersulit

perbandingan laporan keuangan karena adanya perbedaan meode

perhitungan cost dan metode alokasi.

5
3. Laba akuntansi yang didasarkan prinsip realisasi, cost historis dan

konservatisme dapat menghasilkan data yang menyesatkan dan tidak

relevan.

3. Tujuan pelaporan laba

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah informasi keuangan yang dapat

menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share).

Dengan konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat

mengambil keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun

konsep laba ang digunakan diharapkmampu memenuhi kebutuhan para pemakai,

namun adanya berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep laba unggal

tidak dapat memenuhi kebutuhan pihak pemakai laporan.

Atas dasar pernyataan ini ada dua alternatif yang dapat digunakan yaitu

memormulasikan konsep laba tunggal unuk memenuhi berbagai tujuan secara umum

atau menggunakan berbagai konsep laba tunggal dan menyajikan secara jelas konsep

laba tersebut secara khusus. Informasi laba sebenarnya dapa digunakan untuk

memenuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk menyediakan inormasi

yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan

dapat digunakan :

a. Sebagai indikator efisiensi dana yang tertanam dalam perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat kembalian.

b. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

c. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

d. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu negara.

6
e. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus.

f. Sebagai alat motivasi manajamen dalam pengendalian perusahaan.

g. Sebagai dasar untuk kenaikkan kemakmuran.

h. Sebagai dasar pembagian dividen.

B. Pengukuran dan Pengakuan Laba

Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan

disajikan dalam laporan keuangan, pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada

besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan maka konsep

penghimpunan dan realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian

perlakuan akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi

terhadap pendapatan. Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan,

IAI (1994) menyebutkan bahwa : penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikkan

manfaat ekonomi mendatang yang berkaitan dengan peningkatan aktia atau penurunan

kewajiban telah terjadi dan jumlahnya dapat diukur dengan andal.

a. Pendekatan Transaksi

Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva/hutang(laba) terjadi

hanya karena adanya transaksi,baik internal maupun eksternal. Transaksi

eksternal timbul karena adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva atau

hutang dengan pihak luar perusahaan. Transaksi internal timbul dari pemakaian

atau konversi aktiva dalam perusahaan. Konsep atau pendekatan ini sama dengan

konsep realisasi pendapatan.

7
b. Pendekatan Kegiatan

Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanaka, jadi laba bisa

timbul pada tahap perencanaan,pembelian,produksi,penjualan dan pengumpulan

kas. Dalam penerapannya, pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan

transaksi. Hal ini disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi

sebagai dasar pengukuran.

c. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept)

Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat

dipertahankan. Pada dasarnya konsep kapital sebagai tingkat kemakmuran, maka

laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat di konsumsi(dinikmati) selama

satu periode. Pengukuran terhadap laba sangat dipengaruhi oleh nilai (unit

pengukur), jenis kapital dan skala pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga fakor

tersebut akan mengakibatkan perbedaan besarnya laba yang akan diperoleh.

1. Nilai (Unit Pengukur)

Nilai menunjukkan preferensi seseorang terhadap barang tertentu karena

adanya manfaat yang diharapakan dari barang tersebut. Oleh karena itu

nilai bersifat subyektif dan sulit diukur, maka harga pasar dianggap

sebagai nilai kapital dapat diukur dengan menggunakan cost historis,

current cost maupun replacement cost.

8
2. Jenis kapital dalam akuntansi

Kapital secara umum diartikan sebagai aktiva neto, yaitu selisih antara

jumlah aktiva dan jumlah hutang. Laba tidak akan diperoleh bila jumlah

kapital awal tidak dapat dipertahankan. Pengukuran terhadap besarnya

laba sangat tergantung pada sudut pandang yang digunakan dalam

mengartikan kapital. Pada dasarnya pengertian kapital dapat ditinjau dari

dua sudut pandang yaitu finansial dan fisik.

a. Kapital finansial

Kapital finansial lebih memusatkan perhatian pada nilai moneter

dari aktiva dibanding nilai hutang. Oleh karena itu, kapital ini

menunjukkan kontribusi pemilik ke dalam perusahaan yang

mendanai aktiva tersebut. Dengan demikian, kapital dilihat dari

sudut finansial merupakan jumlah rupiah modal pemilik

(pemegang saham) tanpa memperhatikan bentuk/wujud aktiva

fisiknya.

b. Kapital fisik

Kapital fisik merupakan perhatian pada kemampuan (sumber-

sumber ekonomi) yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan

laba melalui kegiatan produksi barang/jasa. Untuk dapat

menentukan tingkat kapital yang harus dipertahankan, aktiva

dapat dipandang sebagai kapasitas produksi barang/jasa atas

dasar kapital fisik, kapital menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk menapai tingkat kapasitas fisik produksi pada akhir periode

yang sama dengan kemampuan awal periode.

9
d. Holding Gains atau Capital Maintenance Adjustment ?

Perbedaan utama kapital fisik dan finansial terleak perlakuan terhadap perubahan

nilai aktiva dan hutang dalam penentuan laba menurut konsep kapital finansial

perubahan nilai aktiva dan hutang merupakan bagian dari laba. Pendukung kapital

finansial memiliki alasan bahwa kapital merupakan persediaan kemakmuran,

sedangkan laba adalah kenaikkan dalam kemakmuran. Pendukung kapital

finansial mengatakan bahwa perubahan pada nilai aktiva pada dasarnya

merupakan holding gains/losses. Sedangkan pendukung kapital fisik mengatakan

perubahan tersebut bukan bagian dari laba tetapi dianggap sebagai penyesuaian

terhadap pemeliharaan kapital (capital maintenance adjustment) yang harus

ditempakan pada ekuitas pemilik. Jumlah penyesuaian ini dianggap sebagai

pengganti aktiva.

Contoh berikut ini menunjukkan pandangan kapital fisik mengakui perubahan

nilai aktiva dan hutang sebagai capital maintenance adjustment,bukannya sebagai

holding gains. PT X menjalankan kegiatan usahanya dengan membeli dan

menjuak peralatan kantor pada tahun 1, PT X membeli 1 unit peralatan kantor

seharga Rp.300.000 dan menjualnya kembali dengan harga Rp.500.00. pada

tahun dua PT X kembali membeli peralatan kantor seharga Rp.300.000. akan

tetapi sebelum menjual dengan harga Rp.500.000, cost pengganti peralatan kantor

tersebut naik menjadi Rp.350.000. dari contoh tersebut, pada tahun 1 PT X akan

menghasilkan laba sebesar Rp.200.000. apabila setiap tahun jumlah tersebut

dibagikan kepada pemegang saham, berarti PT X menyisihkan kapital sebesar

Rp.300.000 agar dapat melanjutkan kegiatan usahanya.

10
Sementara tahun II apabila digunakan cost historis, PT X akan memperoleh laba

sebesar Rp.200.000. apabila jumlah tersebut diambil seluruhnya berarti jumlah

sebesar Rp.300.000 yang dimiliki PT X tidak ukup untuk melanjutkan kegiatan

usahanya. Hal ini disebabkan PT X memerlukan sumber ekonomi sebesar

Rp.350.000 untuk mempertahankan kemampuan mereka dalam membeli 1 unit

peralatan kantor.

3. Skala pengukuran

Pengukuran harus memiliki suatu skala untuk memberi arti atas angka-

angka yang ada. Skala menunjukkan seberapa besar informasi yang

dihasilkan oleh sejumlah angka tertentu. Nilai atau unit pengukur yang

digunakan dalam akuntansi (unit moneter) melibatkan dimensi waktu.

Oleh karena itu, skala pengukuran dalam akuntansi dapat dibagi menjadi

dua yaitu skala nominal dan skala daya konstan :

a. Skala nominal

Unit pengukur yang digunakan dalam skala pengukuran nominal

adalah jumlah rupiah (nominal) yang telah terjadi dan dicatat dalam

akuntansi tanpa memperhatikan perubahan daya beli.

b. Skala daya beli konstan

Unit pengukur yang digunakan adalah unit moneter yang nilainya

dinyatakan dalam bentuk daya beli. Oleh karena itu, daya beli uang

berubah, maka unit moneter sebagai indikator ekonomi dari

barang,juga berubah. Untuk memperoleh nilai atas dasar skala daya

beli konstan,

11
unit moneter diubah dengan menggunakan indeks tertentu (misalnya

indeks harga konsumen) atas dasar skala ini, semua nilai (rupiah)

dapat menunjukkan daya yang beli yang sama.

C. Elemen Laba

Laba dapat dijadikan untuk menilai keberhasilan perusahaan. Pengukuran terhadap

laba tidak akan memberikan informasi yang bermanfaat bila tidak menggambarkan sebab

timbulnya laba. Sumber penyebab timbulnya laba memiliki peranan penting dalam menilai

kemajuan perusahaan. Ada dua konsep yang digunakan untuk menentukan laba

perusahaan, yaitu current operating concept (earnings) dan all inclusive concept off

income (laba komprehensif).

a. Konsep laba periode (earnings)

Konsep laba periode dimaksudkan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan.

Efisiensi berhubungan dengan penggunaan sumber-sumber ekonomi perusahaan

untuk memperoleh laba. Ukuran efisiensi umumnya dilakukan dengan

membandingkan laba periode berjalan dengan laba periode sebelumnya atau dengan

laba perusahaan lain pada industri yang sama. Konsep laba memusatkan

perhatiannya pada laba operasi periode berjalan yang berasal dari kegiatan normal

perusahaan.

b. Laba komprehensif ( comprehensive income )

FASB dalam SFAC No. 3 dan 6 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan laba

komprehensif adalah perubahan aktiva bersih (ekuitas) perusahaan selama satu

periode, yang berasal dari semua transaksi dan kegiatan lain dari sumber selain

sumber yang berasal dari pemilik.

12
D. Elemen Non Operasional

Elemen non operasional dalam laporan laba rugi mulai berkembang dikeluarkannya

APB oponion No. 4 “Reporting the result of operation” pada tahun 1966. Kemampuan

untuk membedakan elemen operasional (yang berasal dari kegiatan normal dan

berlangsung terus menerus ) dengan elemen non operasional merupakan upaya penting

yang diperlukan dalam mengevaluasi hasil kegiatan tahun berjalan dan periode masa lalu

dan untuk memprediksi hasil kegiatan dimasa yang akan datang. Elemen non operasional

adalah pos luar biasa (extraordinary item), kegiatan yang dihentikan (discontinued

operation), dan perubahan akuntansi (accounting changes).

a. Extraordinary items

Extraordinary items adalah peristiwa atau transaksi yang memiliki pengaruh

material, dan diharapkan jarang terjadi serta tidak berasal dari faktor yang sifatnya

berulang-ulang dalam kegiatan usaha normal perusahaan (APB Opinion No.9 :

1966 par 21). Defenisi tersebut banyak dkritik karena bersifat ambigu. Akhirnya,

dikeluarkan APB Opinion No. 30 “Reporting the Results of Operation” pada tahun

197 yang menyebutkan bahwa elemen laporan keuangan dikatakan sebagai

extraordinary items jika memenuhi dua syarat berikut :

1. Tidak umum, artinya peristiwa atau transaksi yang mendasari elemen

tersebut harus memiliki tingkat abnormal yang tinggi dan tidak berkaitan

dengan kegiatan normal perusahaan yang berlangsung terus menerus,

sesuai dengan kondisi lingkungan tempat perusahaan menjalankan

kegiatannya.

13
2. Jarang terjadi (infrequeny of ocurrence), artinya peristiwa atau transaksi

yang mendasari elemen tersebut merupakan tipe transaksi yang

diharapkan jarang terjadi dimasa mendatang sesuai dengan kondisi

lingkungan tempat perusahaan menjalankan kegiatannya.

b. Penghentian segmen bisnis

Segmen bisnis merupakan dari entitas yang kegiatannya menunjukkan lini bisnis

yang terpisah atau berdasarkan kelas konsumen. Kegiatan yang membedakan

segmen adalah kegiatan yang secara fisik dan operasional dapat dipisahkan dari

aktia lain, hasil usaha dan kegiatan lain dari entitas pelapor. Penghentian segmen

bisnis berarti kegiatan operasional bisnis tersebut dihentikan atau dijual. APB No.

30 disajikan dalam laporan laba rugi setelah pos laba usaha ( laba dari kegiatan

normal), tetapi sebelum pos luar biasa.

c. Perubahan akuntansi

Perubahan akuntansi yang dilakukan perusahaan dapat mempengaruhi laporan

keuangan baik tahun berjalan maupun trend yang terdapat dalam laporan keuangan

komparatif. Perubahan akuntansi dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis :

1. Perubahan prinsip akuntansi, yaitu perubahan yang terjadi dimana

perusahaan memilih metode akuntansi yang berbeda dengan metode yang

digunakan sebelumnya.

2. Perubahan estimasi akuntansi, yaitu perubahan taksiran jumlah tertentu atas

jumlah taksiran yang telah ditentukan pada periode sebelumnya (misalnya,

taksiran umur ekonomi aktiva tetap, atau taksiran piutang tidak tertagih).

14
3. Perubahan entitas pelapor, yaitu perubahan yang berkalatan dengan status

entitas pelapor sebagai akibat konsolidasi, perubahan anak perusahaan

4. tertentu atau perubahan jumlah perusahaan yang dikonsolidasikan

penyesuaian periode sebelumnya.

E. Income Smoothing

Salah satu fenomena menarik dalam akuntansi ayang berkaitan dengan laba adalah

kejadian yang berkaitan dengan perataan laba (income smoothing). Ada beberapa

pendapat yang mencoba membahas fenomena tersebut dan mencoba menguji secara

empiris kebenaran praktik income smoothing yang dilakukan oleh manajer. Perataan laba

merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai trend atau

level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Defenisi income smoothing lainnya adalah defenisi

dari Beidelaman (1973) adalah : dikemukan perataan laba yang dilaporkan dapat

didefenisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan

tingkat laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam

hal ini, perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi

variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan

prinsip manajemen yang wajar.

Gordon (1964) mengajukan proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai

berikut:

1. Kriteria yang digunakan manajeman perusahaan dalam memilih metode

akuntansi adalah untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.

2. Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat

pertumbuhan gaji serta level dan tingka pertumbuhan besaran perusahaan.

15
3. Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat

meningkatkan status dan reward bagi manajer.

4. Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas

laba perusahaan.

Dascher dan Malcom (1970) membedakan bentuk income smoothing menjadi dua

yaitu :

1. Real smoothing, berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak

dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba.

2. Artificial smoothing, berkaitan dengan prosedur akuntansi yang diterapkan

untuk mengubah cost atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain.

Barnes (1976) membedakan tiga dimensi income smoothing, yaitu :

1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan atau pengakuan peristiwa, artinya

manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi aktual sehingga

pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata

sepanjang waktu.

2. Perataan melalui alokasi sepenjang periode, atas dasar terjadinya dan di akuinya

peristiwa tertentu, manajemen memiliki media pengendalian tertentu dalam

penentuan laba pada periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa

tersebut.

3. Perataan melalui klasifikasi, jika angka-angka dalam laporan laba rugi selain

laba bersih merupakan obyek dari perataan laba, maka manajeman dapat dengan

mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga

dapat mengurangi variasi laba seiap periodenya.

16
F. Contoh Kasus

PT Kimia farma :

PT Kimia Farma Tbk, merupakan salah satu produsen obat-obatan milik

pemerintahndi indonesia. PT Kimia Farma Tbk sebagai salah satu perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI adalah contoh terjadinya manajemen laba yang berawal dari adanya

manipulasi laporan keuangan.

Pelaporan keuangan pada tanggal 31 Desember 2001, menunjukkan adanya laba

bersih sebesar Rp. 132 milyar dan laporan keuangan tersebut di audit oleh Hans

Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Akan tetapi, kementrian BUMN dan Bapepam menilai

bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah itu

dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan kimia farma 2001 disajikan

kembali, karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan

yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp.99,56 milyar atau lebih rendah

sebesar Rp.32,6 milyar, atau 24,7% dari laba yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada

uni industri bahan baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp.2,7

milyar, pada unit logistik sentral berupa overstated persediaan barang sebesar

Rp.23,9milyar, pada unit pedagang besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar

Rp.8,1 milyar dan overstated penjualan sebesar Rp.10,7 milyar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada

dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur

produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan pada tanggal 1 dan 3 Februari

2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelmbungkan nilainya dan dijadikan dasar

penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001.

17
Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan

dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebur dilakukan pada

unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi.

Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan

Keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal

mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu

manajamen melakukan kecurangan tersebut.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam laporan

keuangan dan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan,

karena melalui laba dapat di nilai tingkat kinerja manajemen, tingkat kemampuan

menghasilkan laba dalam jangka waktu panjang, serta tingka resiko investasi dalam

perusahaan tersebut. Oleh karena itu, manajeman mempunyai kecenderungan untuk

melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik salah satuna

dengan melakukan perataan laba (income smoothing).

Laba yang meningkat dari periode sebelumnya mengindenkasikan bahwa kinerja

perusahaan adalah bagus dan hal ini dapat mempengaruhi peningkatan harga saham

perusahaan. Sebagaimana disebutkan dalam SFAC No. 1 bahwa informasi laba pada

umumnya merupakan perhatian utama dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban

manajemen dan informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran

atas earning power perusahaan di masa yang akan datang.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan,

baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya. Dari segi isi juga

masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengahrapkan kepada para

pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan yang bersifat membangun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anis Chairi & Imam Ghozali,2001.Teori Akuntansi.Semarang:Bandung.Penerbit Undip

20

Anda mungkin juga menyukai