Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH UAS

KONSEP LABA

Dosen Pengampuh
Ibu Caecilia Henny Setyawati, SE.,M.Si

Disusun Oleh:
Milla Kurniasih
(202162201034)

KELAS B
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKETAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya haturkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah
melimpahkan anugerah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Ujian Akhir
Semester dengan judul Konsep Laba dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan makalah ini
tidak terlepas dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan
makalah dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Merauke, 26 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ............................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Pengertian Laba ..........................................................................................3
B. Karakteristik Laba ......................................................................................3
C. Fungsi Perhitungan Laba ...........................................................................4
D. Jenis-jenis Laba ...........................................................................................4
E. Konsep Laba ................................................................................................5
F. Manfaat Pengguanaan Pendekatan Transaksi ........................................5
G. Tujuan Pelaporan Laba ..............................................................................6
H. STUDI KASUS ............................................................................................10
BAB III PENUTUP .................................................................................................21
A. Kesimpulan ..................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu fungsi akuntansi adalah melakukan pengukuran termasuk pengukuran


prestasi, hasil usaha, laba maupun posisi keuangan. Salah satu isu berat dalam pengukuran itu
adalah pengukuran laba. Pengukuran laba ini salah satunya sangat penting untuk menentukan
prestasi perusahaan. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena
angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk
memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan
atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau
kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. Pengertian laba secara umum adalah selisih dari
pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering
digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi
serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi.

Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam
kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang
direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tertentu. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan
menyajikan laba ekonomi, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang
dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomi yang gilirannya untuk menentukan
nilai ekonomi perusahaan. Siapa pun yang melakukan kegiatan bisnis pasti memiliki alasan
ekonomis yaitu mendapatkan laba. Oleh karena itu, pelaku bisnis harus bisa memiliki
pandangan tentang apa yang dimaksud laba menurutnya dan bagaimana menentukan laba
tersebut. Banyak pandangan dan praktik di masyarakat dalam pengukuran laba ini. Karena
perbedaan pandangan tersebutlah maka muncul berbagai polemik atau perbedaan persepsi
tentang laba ini.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Laba?
2. Apa Tujuan Pelaporan Laba?
3. Apa manfaat dari Laba?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dan pengertian tentang laba
2. Untuk menegtahui apa saja karakteristik laba
3. Untuk mengetahui konsep laba dan ekonomi

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LABA
2
Laba merupakan suatu konsep akuntansi yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung
dari siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh karena itu, para
ahli dan organisasi akuntansi memberikan definisi berbeda tentang konsep laba yaitu sebagai
berikut :
 Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki
berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai
suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman
investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi. (Belkaoui : 1993)
 Laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain
dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. (Commite On Terminology,
Sofyan Syafri H : 2004)
 Laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini mengukur nilai yang
dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas masih memiliki kekayaan yang
sama dengan posisi awalnya. (Stice, Skousen : 2009)
 Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk
penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau
beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.
(Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)

B. KARAKTERISTIK LABA
Dari berbagai definisi laba di atas, dapat disimpulkan bahwa laba secara konseptual memiliki
karakteristik umum sebagai berikut:
1. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas
2. Perubahan terjadi dalam suatu periode sehingga harus diidentifikasi kondisi kemakmuran
awal dan kemakmuran akhir
3. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran, asalkan kemakmuran awal dipertahankan
Kemakmuran dapat berupa aset bersih perusahaan, modal pemegang saham, kekayaan,
investasi, sumber daya ekonomik, atau apapun yang dapat dinilai dengan uang.

3
C. FUNGSI PERHITUNGAN LABA
Perolehan laba perlu diketahui karena merupakan informasi penting dalam suatu laporan
keuangan. Laba yang secara umum dihitung berdasarkan selisih lebih pendapatan dan biaya
diharapkan dapat digunakan sebagai berikut:

1. Indikator efisiensi penggunaan modal atau biaya


2. Pengukur prestasi atau kinerja management
3. Alat motivasi bagi management dalam pengelolaan perusahaan
4. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak
5. Dasar penghitungan deviden
6. Dasar pembagian kompensasi dan bonus
7. Pedoman dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan
8. Dasar peramalan kondisi perusahaan di masa yang akan datang

D. JENIS-JENIS LABA

Laba yang menjadi dasar pengukuran laporan keuangan dibedakan menurut kelompok
penerima, yaitu tergantung fungsi dan tujuan pemakaiannya. Secara ringkas, laba berdasarkan
penyajiannya untuk masing-masing kelompok penerima dibagi menjadi lima jenis.

No. Jenis Income Penerima InformasiIncome Perhitungan Income

Karyawan, Pemilik, Kreditur, Harga jual produk – Cost yang


1. Value Added
dan Pemerintah dikeluarkan

(Revenue – Expenses) +

Enterrprise Pemegang saham, Pemegang (Gains – Loses) tidak termasuk


2.
NetIncome obligasi, dan Pemerintah Biaya bunga, Pajak penghasilan, dan
Pembagian deviden

Net Income to Pemegang saham dan Seperti butir dua, namun termasuk
3.
Investors Pemegang obligasi Pajak penghasilan

4
Net Income to Pemegang saham (Preffered Seperti butir tiga, namun setelah
4.
Shareholders stock danCommon stock) dikurangi bunga obligasi

Net Income to
Pemegang sahamCommon Seperti butir empat, namun setelah
5. Residual
stock dikurangi devidenPreferred Stock
Shareholders

E. KONSEP LABA

1. Laba Akuntansi dari Segi Sintaktis

Menurut pendekatan sintaktis, laba didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan dan beban.
Laba dianggap telah timbul bila terjadi kenaikan nilai dari kekayaan bersih sebagai akibat
adanya transaksi. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba.

2. Pendekatan Transaksi (Transactions Approach)

Menurut pendekatan transaksi, laba telah timbul pada saat terjadinya transaksi. Khususnya
transaksi eksternal, yaitu transaksi yang terjadi dan melibatkan pihak luar. Laba dapat timbul
pada saat terjadinya transaksi pertukaran/penjualan dan terjadinya pengakuan beban.

F. MANFAAT PENGGUNAAN PENDEKATAN TRANSAKSI

Ada beberapa manfaat dari penggunaan pendekatan transaksi dalam pengukuran laba, yaitu:

1. Laba dapat dilaporkan menurut berbagai macam kelompok, misalnya menurut produk
atau pelanggan.
2. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang ada
pada akhir periode.
3. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.
4. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang
lainnya.

5
G. TUJUAN PELAPORAN LABA
Dalam praktiknya, peran pengguna laporan keuangan menggunakan konsep laba dan model
pengambilan keputusan yang berbed-beda. Pengertian dan cara pengukuran yang berbeda-
beda ini dikesampingkan dalam hal tujuan dari pelaporan laba. Laba akuntansi dengan
berbagai interpretasi yang disebutkan di atas diharapkan dapat digunakan antara lain untuk:

1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam entitas bisnis yang diwujudkan
dalam tingkat kembalian atas investasi.
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besarnya jumlah kena pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomis suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tariff dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitur dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pendistribusian dividen.

 Pendekatan Aktivitas (Activities Approach)

Dalam pendekatan aktivitas, tidak dilihat ada tidaknya transaksi, melainkan apakah kegiatan
telah berlangsung. Dengan perkataan lain, laba akan timbul bersamaan dengan
berlangsungnya aktivitas. Misalnya, mulai dari perencanaan produksi, proses produksi, dan
penjualan, maka laba dianggap telah terbentuk/terhimpun/earned.

Manfaat dari penggunaan pendekatan aktivitas ini, yaitu informasi laba dapat digunakan
untuk berbagai macam tujuan. Misalnya, untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap-tiap
kegiatan.

Kebaikan pendekatan kegiatan adalah:

6
1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenis evaluasi dan
prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan penjualan surat
berharga yang ditujukan pada usaha memperoleh capital gain.
2. Efisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan menurut
jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku dari
jenis kegiatan yang berbeda.

Perbedaan yang mendasar pada kedua pendekatan tersebut adalah bahwa pendekatan
transaksi didasarkan kepada proses pelaporan yang mengukur peristiwa ekstern, yaitu
transaksi; sedangkan pendekatan kegiatan didasarkan kepada konsep dunia yang nyata (real-
world) mengenai kegiatan atau peristiwa dalam arti yang luas.

 Laba Menurut Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)

Pada awal abad XX Fischer, lindhal dan hick (1946) menjelaskan secara spesifik
menyebutkan bahwa laba ekonomi (economic income) adalah jumlah maksimum yang dapat
dikonsumsi selama satu minggu tanpa harus mengurangi jumlah kemakmuran pada awal
periode, sifat-sifat laba ekonomi mencakup tiga tahap:

1. Physical Income, Yaitu konsumen barang dan jasa pribadi yang sebenarnya memberikan
kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan. Laba jenis ini tidak dapat diukur.
2. Real Income, Adalah ungkapan kejadian yang memberikan peningkatan terhadap
kesenangan fisik. Ukuran yang dapat digunakan untuk real incomeini adalah ‘biaya
hidup’ (cost of living). Dengan kata lain kepuasan timbul karena kesenangan fisik yang
timbul dari keuntungan yang diukur dengan pembayaran uang yang dilakukan untuk
membeli barang dan jasa sebelum dan sesudah dikonsumsi.
3. Money Income, Merupakan hasil uang yang diterima dan dimaksudkan untuk konsumsi
dalam memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Ficher real incomelebih dekat pada
pengertian akuntansi tentang income. Lindahl menganggap konsep laba sebagai interest
yaitu merupakan penghargaan yang terus menerus terhadap barang modal sepanjang
waktu. Perbedaan antar interest dengan konsumsi yang diharapkan pada periode tertentu
dianggap sebagai saving sehingga laba dianggap sebagai konsumsi tambah saving.

7
 Income Smoothing

Perataan laba merupakan normalisasi laba yang dilakukan secara sengaja untuk mencapai
trend atau level laba tertentu (Belkaoui, 1993). Definisi income smoothing lainnya adalah
definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (1973): Perataan laba yang dilaporkan dapat
didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk meratakan atau memfluktuasikan tingkat
laba sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini,
perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi
abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip
manajemen yang wajar (sound).

Hayworth (1953) menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba
adalah untuk memperbaiki hubungan dengan kreditor, investor dan karyawan, serta
meratakan siklus bisnis melalui proses psikologis. Sementara itu, Gordon (1964) mengajukan
proposisi berkaitan dengan perataan laba sebagai berikut:

– Kriteria yang digunakan manajemen perusahaan dalam memilih metode akuntansi adalah
untuk memaksimumkan kepuasan atau kemakmurannya.

– Kepuasan merupakan fungsi dari keamanan pekerjaan, level dan tingkat pertumbuhan gaji
serta level dan tingkat pertumbuhan besaran (size) perusahaan.

– Kepuasan pemegang saham dan kenaikan performan perusahaan dapat meningkatkan status
dan reward bagi manajer.

– Kepuasan yang sama tergantung pada tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba perusahaan.

 Dascher dan Malcolm (1970) membedakan bentuk income smoothing menjadi dua yaitu

1. Real Smoothing

Real smoothing berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan
berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba.

2. Artificial Smoothing

8
Artificial smoothing berkaitan dengan prosedur akuntansi yang diterapkan untuk mengubah
cost atau pendapatan dari satu periode ke periode lain. (p. 253-254).

Penyajian Laba

Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-
pos operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transaksi modal). Pos-pos operasi dalam
arti luas (transaksi nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi
sedangkan pos-pos yang jelas-jelas merupakan transaksi modal dilaporkan
melalui statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas.

9
STUDI KASUS

Penelitian ini dilakukan oleh Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Mereka meneliti
mengenai analisis perhitungan pajak penghasilan badan berdasarkan laba fiscal dan laba
komersil pada PT. Tanato Makmur Lestari pada tahun 2009. Penelitian yang dilakukan
peneliti adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hal-hal yang saat ini berlaku. Didalam penelitian ini terdapat upaya mendeskripsikan,
mencatat dan nenginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat ini. Dengan kata lain
penelitian ini bertujuan memperoleh informasi mengenai keadaan pada saat ini dan melihat
antara teori-teori yang ada.

Jenis data yang digunakan yaitu: data primer, yaitu data yang didapat dari sumber pertama
yang masih memerlukan pengolahan leih lanjut dan dikembangkan dengan pemahaman
sendiri oleh penulis, seperti wawancara, dan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
perusahaan sebagai objek penelitian yang sudah diolah dan terdokumentasi di perusahaan,
misalnya sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi dan laporan keuangan perusahaan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara dan
perpustakaan. Metode analisis data yang digunakan adalaha metode deskriptif yaitu metode
yang mengumpulkan, meninterpretasikan dan menganalisa data sehingga memberikan
pemecahan dan gambaran yang jelas terhadap suatu permasalahan. Penelitian ini
dilaksanakan di PT. Tanato Makmur Lestari yang beralamat di Komp. Pondok Surya Blok. II
No. 53, Jl. Pembangunan – Helvetia, Medan.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pada akhir tahun PT. Tanato Makmur Lestari
mempersiapkan laporan keuangan untuk melengkapi penyampaian laporan SPT tahunannya.
Berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia, penyampaian SPT
tahunan dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhir tahun pajak atau tanggal 31
Maret sedangkan batas waktu penyetoran PPh akhir tahun (PPh pasal 29) adalah tanggal 25
Maret. Sebagai wajib pajak yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan, perusahaan
dalam menyusun laporan keuangan menggunakan tahun takwim untuk periode akuntansi
yaitu mulai tanggal 01 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember, yang digunakan untuk
menghitung posisi keuangan keuangan suatu perusahaan.

10
Berdasarkan Undang-undang perpajakan yang berlaku di Indonesia, perusahaan berkewajiban
menghitung, menetapkan, dan membayar sendiri jumlah pajak yang terhutang dalam satu
periode. Kantor Pelayanan Pajak dapat menetapkan dan mengubah kewajiban pajak dalam
batas waktu 10 tahun dari tanggal terhutangnya pajak. Laporan keuangan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang dimaksud untuk keeperluan berbagai pihak dinamakan
laporan keuangan komersial. Apabila laporan disusun khusus untuk kepentingan perpajakan
dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan maka laporan keuangan tersebut
dinamakan laporan keuangan fiskal. Laporan keuangan komersial dapat juga diubah menjadi
laporan keuang fiskal dengan melakukan koreksi seperlunya atau penyesuaian dengan
peraturan perpajakan. Perbedaan laba komersial dan laba fiskal disebabkan karena
diberlakukannya undang-undang pajak penghasilan. Pemerintah memberlakukan undang-
undang pajak penghasilan karena adanya pembedaan kepentingan antara Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dengan ketentuan perpajakan.

PEMBAHASAN KASUS
Pada analisis perhitungan pajak penghasilan badan berdasarkan laba fiskal dan laba
komersil pada PT. Tanato Makmur Lestari pada tahun 2009. Adanya perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya antara akuntansi keuangan dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam
menghitung besarnya penghasilan kena pajak. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan
kepentingan antara akuntansi komersial yang mendasarkan laba pada konsep dasar akuntansi
yaitu penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait sedangkan dari segi fiskal
tujuan utamanya adalah penerimaan Negara. Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih
selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. Dasar pengenaan laba akuntansi
bertumpu pada prinsip penandingan antara pendapatan dengan biaya-biaya terkait. Laporan
keuangan komersial ini dibuat berdasarkan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU)
di Indonesia diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Penghasilan kena pajak atau
laba fiskal atau rugi pajak adalah laba atau rugi selama satu periode yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar perhitungan Pajak Penghasilan.
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) aktiva atau kewajiban adalah nilai aktiva atau kewajiban yang
diakui oleh Direktorat Jendral Pajak dalam penghitungan laba fiskal.

11
A. Perbedaaan Laporan Keuangan Fiskal dan Komersial
Laporan keuangan fiskal dibuat berdasarkan Prinsip Akuntansi Berterima Umum kecuali
peraturan pajak (Standar Akuntansi Keuangan yang disesuaikan dengan peraturan fiskal).
Perbedaan antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan komersial menurut
Suandy (2006) dikelompokkan menjadi dua:
1. Perbedaan waktu
Perbedaan yang bersifat sementara karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan
penghasilan dan beban antara peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Perbedaan waktu dibagi menjadi:
a. Perbedaan waktu positif
terjadi apabila pengakuan beban untuk akuntansi lebih lambat dari pengakuan beban untuk
pajak atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan
penghasilan untuk tujuan akuntansi.
b. Perbedaan waktu negatif
terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban
akuntansi komersial atau akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan
penghasilan menurut ketentuan pajak.
2. Perbedaan tetap/ permanen
Perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan
perhitungan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan tanpa ada koreksi di kemudian hari
Perbedaan permanen dibagi menjadi dua:
a. Perbedaan permanen positif
karena ada laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan pembebasan
pajak.
b. Perbedaan permanen negatif
karena adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan
fiskal.

B. Faktor Yang Memengaruhi Perbedaan Konsep Laba Fiskal Dan Laba Akuntansi
Penyebab perbedaan akuntansi fiskal dengan akuntansi komersial adalah sebagai berikut:
1. Adanya pengeluaran/ beban yang tidak dapat dikurangi dari penghasilan bruto (dilakukan
koreksi fiskal positif):

12
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti dividen, termasuk
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian
sisa hasil usaha koperasi
1. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota
2. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank
3. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa ynag dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayarkan
oleh pihak pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib
Pajak yang bersangkutan
4. Penggantian/ imbalan sehubungan dengan pekerjaan/ jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali:
1) di daerah tertentu
2) berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
3) di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
4) merupakan keharusan dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk keamanan dan
keselamatan kerja yang biasanya diwajibkan oleh Depnaker atau Pemda setempat
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham/pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaaan yang
dilakukan
 Harta yang dihibahkan, bantuan (kecuali unutkk GN OT) atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 Ayat (3) huruf a dan huruf b
 Pajak penghasilan, kecuali PPh pasal 26 (tidak termasuk dividen) sepanjang PPh
dimaksud ditambahkan sebagai dasar penghitungan untuk pemotongan PPh pasal 26
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak/ orang
yang menjadi tanggungannya
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan dibidang perpajakan

13
 Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu, dan sejenisnya, kecuali wajib pajak dapat
membuktikan bahwa biaya tersebut telah benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada
hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan perusahaan (material), dengan melampirkan pada SPT daftar nominatif yang
berisi nama, tempat atau alamat, jenis, dan jumlah entertainment yang telah diberikan
nama, posisi, nama perusahaan, jenis usaha relasi yang menerima entertainment.
 Pajak masukan yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan dalam pasal 13 Ayat (5)
atau Ayat (6) UU PPN dan PPN Masukan yang berkenaan dengan barang dan jasa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 Ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, huruf f, huruf g,
huruf I UU PPh n. Penghapusan piutang tak tertagih (piutang usaha) kecuali wajib pajak
telah:
1) membebankan piutang tak tertagih segala kerugian perusahaan dalam Laporan Keuangan
Komersial
2) menyerahkan dan mendaftarkan gugatan perdata atas nama debitor serta jumlah piutang
tak tertagih kepada Pengadilan Negeri; atau menyerahkan dan mendaftarkan penyelesaian
penagihan atas nama debitor serta jumlah tak tertagih kepada Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara
3) telah mengumumkan daftar nama debitor yang penyelesaiannya telah diserahkan kepada
Pengadilan Negeri atau BUPLN, dalam suatu penerbitan tertentu seperti penerbitan internal
pada asosiasi tersebut atau penerbitan lainnya
4) menyerahkan dan melaporkan kepada Direktur Jenderal Pajak “Daftar Piutang Tak
Tertagih yang Dihapuskan” yang mencantumkan nama, alamat, NPWP, dan jumlahnya
 Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan:
 yang bukan merupakan obyek pajak
 yang pengenaan pajaknya bersifat final
 yang telah dikenakan pemotongan atau pemungutan pajak yang bersifat final
 Bunga pinjaman (seluruhnya), dalam hal jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya
dengan atau lebih kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito
berjangka atau tabungan lainnya di dalam negeri kecuali:
 dana pinjaman tersebut disimpan/ ditempatkan dalam bentuk rekening giro yang atas
jasanya dikenakan PPh yang bersifat final
 adanya keharusan bagi Wajib Pajak untuk menempatkan dana dalam jumlah tertentu
dalam suatu bank dalam bentuk deposito berdasarkan ketentuan perundang-undangan

14
yang berlaku, sepanjang jumlah deposito dan tabungan tersebut semata-mata untuk
memenuhi keharusan tersebut
 dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut dananya berasal dari
tambahan modal dan sisa laba setelah pajak.
 Bunga pinjaman (sebagian) yaitu jumlah selisih beban bunga sebenarnya dengan yang
diperkenankan dalam hal jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata
dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau tabungan lainnya
2. Adanya pendapatan yang tidak ditambahkan dengan penghasilan lainnya (dilakukan
koreksi fiskal negatif).
1. bantuan, sumbangan
1. harta hibahan
2. warisan
3. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal
4. dividen
5. iuran yang diterima/ atau diperoleh dana pensiun
6. bunga obligasi
7. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura (perusahaan yang
kegiatan usahanya membiayai perusahaan pasangan usaha dalam bentuk penyertaan
modal dalam jangka waktu tertentu)
8. bunga yang berasal dai deposito/ tabungan
9. penghasilan yang berasal dari penjualan saham pendiri dan bukan pendiri di bursa efek
10. penjualan saham milik Perusahaan Modal Ventura
11. penghasilan yang diterima sehubungan dengan usaha sebagai penyalur/ dealer/ agen
produk Pertamina dan premix
12. penghasilan yang diterima sehubungan dengan usaha sebagai penyalur/ grosir tepung
terigu dan gula pasir dari Bulog
13. penghasilan yang diterima sehubungan dengan usaha sebagai penyalur/ distributor rokok
dari pabrik rokok
14. penghasilan atas penjualan hasil produksi industri rokok putih dan kretek di dalam negeri
15. penghasilan yang berasal dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan sepanjang
merupakan barang dagangan atau yang melakukan pengalihan orang pribadi

15
16. penghasilan yang diterima dari hasil persewaan tanah dan/atau bangunan
17. selisih penilaian kembali aktiva
18. bunga atau diskonto obligasi yang dijual di bursa efek
19. hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan melalui cara undian
20. penghasilan Wajib Pajak yang bergerak di bidang usaha pelayaran dalam negeri.
3. Adanya transaksi yang terutang pajak, namun tidak atau belum tercatat sebagai
penghasilan yang berkaitan dengan PPN (dilakukan koreksi fiscal positif)
1. pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma Barang Kena Pajak (BKP) oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP)
1. penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan penyerahan
Barang Kena Pajak antar cabang kecuali Pengusaha Kena Pajak tersebut telah
memperoleh izin melalui pemusatan tempat pajak terutang dari Dirjen Pajak
2. penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi
3. penerahan Barang Kena Pajak antardivisi atau unit dalam suatu perusahaan terpadu
sepanjang divisi/unit tersebut terletak di wilayah Kantor Pembayaran Pajak (KPP) yang
berbeda.
Beban pajak (tax expense) atau penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat pajak
kini (current tax) dan pajak tangguhan (deffered tax) yang diperhitungkan dalam
penghitungan laba atau rugi pada satu periode. Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak
penghasilan terutang (payable) atas penghasilan kena pajak pada satu periode. Kewajiban
pajak tangguhan (deffered tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang (payable)
untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets) adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan
pada periode mendatang sebagai akibat adanya:
1. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; dan
1. sisa kompensasi kerugian.
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan
DPP-nya. Perbedaan temporer dapat berupa:
1. perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
kena pajak dalam penghitungan laba fiscal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva
dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi; atau

16
1. perbedaan temporer yang boleh dikurangkan adalah perbedaan temporer yang
menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan dalam penghitungan laba fiskal
periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan atau nilai tercatat kewajiban
tersebut dilunasi.
Perbedaan temporer mengakibatkan adanya aktiva dan kewajiban pajak tangguhan. Dengan
berlakunya SAK No. 46 menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk menghitung dan
mengakui pajak tangguhan.

C. Perlakuan Akuntansi terhadap PPh Menurut Standar Akuntansi


1. Pengukuran
Kegiatan dimana aktiva dan kewajiban baik kini maupun tangguhan dihitung berdasarkan
tarif pajak (peraturan pajak) yang berlaku. Dengan penjelasan berikut:
1. Kewajiban (aktiva) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya, diakui sebesar
jumlah pajak terutang (restitusi pajak) yang dihitung dengan menggunakan tarif pajak
(peraturan pajak) yang berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca
(SAK No. 46.9).
1. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak
yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif
(peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara subtantif berlaku pada tanggal
neraca (SAK No.46.9).
2. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak untuk
pemulihan nilai tercatat aktiva atau penyelesaian kewajiban yang diharapkan perusahaan
pada tanggal neraca (SAK No. 46.10)
3. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (SAK no.46.10)
4. Nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal neraca).
Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut apabila laba fiskal tidak mungkin
memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aktiva pajak tangguhan.
Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal
memadai (SAK No. 46.10)

3. Penyajian
Merupakan standar yang berisikan tata cara penyajian aktiva pajak dan kewajiban pajak
dalam laporan keuangan, dengan penjelasan di bawah ini:

17
1. Aktiva Pajak dan Kewajiban Pajak
1. Aktiva pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aktiva dan kewajiban
lainnya dalam neraca. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan harus
dibedakan dari aktiva pajak kini dan kewajiban pajak kini (SAK No. 46.13)
2. Apabila dalam laporan keuangan suatu perusahaan, aktiva dan kewajiban lancar disajikan
terpisah dari aktiva dan kewajiban tidak lancar maka aktiva (kewajiban) pajak tangguhan
tidak boleh disajikan sebagai aktiva (kewajiban) lancar (SAK No. 46.13)
1. Saling Menghapuskan (offset) Aktiva pajak kini harus dikompensasi (offset) dengan
kewajiban pajak kini dan jumlah netonya harus disajikan pada neraca (SAK No.
46.13).

4. Pengungkapan
Mengungkapkan hubungan antara beban (penghasilan) pajak dan laba akuntansi dan
memahami faktor-faktor signifikan yang mungkin mempengaruhi hubungan tersebut di masa
mendatang. Hal-hal yang harus diungkapkan:
1. unsur-unsur utama beban (penghasilan) pajak (SAK No. 46.14)
a. jumlah pajak kini dan pajak tangguhan yang berasal dari transaksitransaksi yang
langsung dibebankan atau dikreditkan ke ekuitas (SAK No. 46.14)
b. beban pajak yang berasal dari pos-pos luar biasa yang diakui pada periode berjalan (SAK
No. 46.14)
c. penjelasan mengenai hubungan antara beban pajak dan laba akuntansi dalam salah satu
atau kedua berikut ini:
d. rekonsiliasi antara beban pajak dengan hasil perkalian laba akuntansi dan tarif pajak yang
berlaku, dengan mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku
e. rekonsiliasi antara tarif pajak rata-rata dan tarif pajak yang berlaku, dengan
mengungkapkan dasar penghitungan tarif pajak yang berlaku (SAK No. 46.14)
 penjelasan mengenai perubahan tarif pajak yang berlaku dan perbandingan dengan
tarif pajak yang berlaku pada periode akuntansi sebelumnya (SAK No. 46.15)
 jumlah (dan batas waktu penggunaan, jika ada) perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut, yang tidak
diakui sebagai aktiva pajak tangguhan pada neraca (SAK No. 46.15)

18
 untuk setiap kelompok perbedaan temporer dan untuk setiap kelompok rugi yang
dapat dikompensasi ke tahun berikut:
2. jumlah aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang diakui pada neraca untuk setiap
periode penyajian
3. jumlah beban pajak tangguhan yang diakui pada laporan laba rugi apabila jumlah tersebut
tidak terlihat dari perubahan jumlah aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang diakui
pada neraca (SAK No. 46.15)
 untuk operasi yang tidak dilanjutkan, beban pajak yang berasal dari:
a. keuntungan atau kerugian atas penghentian operasi
b. laba atau rugi dari aktivitas normal operasi yang tidak dilanjutkan untuk
periode pelaporan, bersama dengan jumlah periode akuntansi sebelumnya
yang disajikan pada laporan keuangan (SAK No. 46.15). Perusahaan harus
mengungkapkan jumlah pajak aktiva pajak tangguhan Ndan sifat bukti yang
mendukung pengakuannya jika:
4. penggunaan aktiva pajak tangguhan tergantung pada apakah laba fiscal yang didapat
dihasilkan pada periode mendatang melebihi laba dari realisasi perbedaan temporer kena
pajak yang telah ada (SAK No. 46.16)
5. perusahaan telah menderita kerugian pada periode berjalan atau periode sebelumnya
(SAK No. 46.16).

5. Pencatatan
Merupakan tata cara pencatatan yang harus dilakukan dalam bentuk jurnal, seperti di bawah
ini:
Pembayaran PPh
Jurnal
Sebelum disetor ke kas Negara
PPh Rp xxxxx
PPh ditangguhkan Rp xxxxx
PPh dibayar di muka Rp xxxxx
Utang PPh Rp xxxxx
Setelah disetor ke kas Negara
Utang PPh Rp xxxxx

19
Kas Rp xxxxx

6. Pengklasifikasian
Merupakan pengklasifikasian pajak penghasilan yang dikenakan pada perusahaan, yang
terdiri dari:
 Pasal 21 dikenakan pada penghasilan Wajib Pajak
1. Pasal 22 dikenakan atas impor barang dan pembelian barang yang menggunakan dana
dari belanja negara
2. Pasal 23 dikenakan atas sewa dan penerimaan jasa.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap perusahaan menentukan laba komersial berdasarkan Standar Akuntansi


Keuangan yang menjadi pedoman resmi dalam menyelenggarakan pembukuan secara
komersial. Untuk kepentingan perpajakan, perusahaan melakukan koreksi fiskal atas
perhitungan laba rugi sesuai ketentuan perpajakan untuk menghasilkan laba fiskal atau
Penghasilan Kena Pajak yang menjadi dasar dalam menghitung besarnya pajak penghasilan
terutang perusahaan. Perbedaan laba komersial dan laba fiskal disebabkan karena
diberlakukannya undang-undang pajak penghasilan. Pemerintah memberlakukan undang-
undang pajak penghasilan karena adanya pembedaan kepentingan antara Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dengan ketentuan perpajakan. Perusahaan menemukan adanya perbedaan
waktu dan perbedaan tetap dalam hal pengakuan penghasilan dan biaya antara Standar
Akuntansi Keuangan dengan ketentuan perpajakan maka perusahaan melakukan koreksi
fiskal atas perhitungan laba komersial sesuai dengan ketentuan perpajakan yaitu berpedoman
pada undang – undang Pajak Penghasilan No. 17 tahun 2000. Koreksi fiskal tersebut terdiri
dari koreksi positif dan koreksi negatif. Koreksi positif akan mengakibatkan pengurangan
biaya atau penambahan penghasilan dipandang secara komersial sedangkan koreksi negatif
akan mengakibatkan penambahan biaya atau pengurangan penghasilan dipandang secara
komersial.

21
DAFTAR PUSTAKA

https://jumse09.blogspot.com/2016/05/konsep-laba.html

https://dianpawpaw.wordpress.com/2012/12/05/konsep-laba-teori-akuntansi/

https://tinasetyowati.wordpress.com/2017/05/25/konsep-laba/

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000.Teori Akuntansi. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. Standart Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. 2004.

Munawir, S (2005). “Pokok-pokok Perpajakan”. Liberty. Yogyakarta.

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.

Undang-Undang Nomor : 36 Tahun 2008,” Tentang Pajak Penghasilan”.

Wahyudi. Dudi. 2008. Rekonsiliasi Fiskal, Online),


(http://dudiwahyudi.com/pajak/tag/rekonsiliasi-fiskal, diakses tanggal 27 April 2010)

https://danielstephanus.wordpress.com/2021/02/16/perbedaan-konsep-penyajian-serta-
perhitungan-laba-komersial-dan-laba-fiskal-perusahaan-studi-kasus-pada-pt-tanato-makmur-
lestari-medan/

22

Anda mungkin juga menyukai