Anda di halaman 1dari 42

PROPOSAL PENELITIAN

A. JUDUL

ANALISIS AKURASI MODEL ALTMAN MODIFIKASI (Z”-SCORE), ZMIJEWSKI,


OHLSON, SPRINGATE DAN GROVER UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL
DISTRESS KLUB SEPAK BOLA

( STUDI KASUS PADA KLUB SEPAK BOLA EROPA YANG TERGABUNG DI LA


LIGA MUSIM 2020/2021 PERIODE 2016-2020 )

B. LATAR BELAKANG
Sepak bola merupakan salah satu jenis bidang olahraga yang populer dan
banyak digemari banyak orang. Hal ini dibuktikan melalui riset worldatlas yang
menyatakan bahwa sepakbola menempati peringkat pertama olahraga terpopuler di
dunia. Dengan jumlah penggemar sebanyak 4 miliar orang, yang berarti 4 dari 7
penduduk di dunia menyukai sepakbola. Olahraga sepakbola sendiri sudah dimainkan
oleh lebih dari 250 juta pemain di lebih dari 200 negara, yang menjadikan olahraga ini
paling populer dan diminati di dunia. (https://angkaberita.id/2019/06/17/lima-
olahraga-terpopuler-sedunia-kenapa-sepakbola-paling-populer/)

Sepak bola adalah permainan yang dilakukan oleh dua tim berbeda, dengan
komposisi pemain yang berada di lapangan sebanyak sebelas orang. Dimana masing-
masing tim berupaya untuk menang dan mencetak gol ke gawang lawan dengan
beberapa peraturan tertentu, yang permainannya di awasi dan dipandu oleh seorang
wasit.

Federation International Football Association (FIFA), merupakan federasi


yang dibentuk untuk mengatur dan mengendalikan semua hal yang berkaitan dengan
sepakbola internasional. FIFA juga mempromosikan sepak bola, mengatur transfer
pemain antar tim, memberikan gelar Pemain Terbaik Dunia FIFA, serta menerbitkan
daftar Peringkat Dunia FIFA setiap bulannya. FIFA bermarkas di Zurich dan memiliki
211 anggota asosiasi. Asosiasi Regional merupakan badan yang memantau
perkembangan sepak bola di berbagai belahan dunia. Asosiasi ini terdiri dari 6
konfederasi yang membentuk FIFA diantaranya AFC (Asia), CAF (Afrika),
CONMEBEL (Amerika Selatan), CONCACAF (Amerika Utara, Tengah dan
Karibia), OFC (Oseania), dan UEFA (Eropa). Dari ke enam konfederasi ini UEFA
merupakan salah satu yang paling populer dan banyak menjadi pusat perhatian. UEFA
adalah badan administratif dan pengatur sepak bola Eropa, UEFA menjalankan
kompetisi klub dan negara termasuk Kejuaraan Eropa UEFA, Liga Negara
UEFA, Liga Champions UEFA, Liga Eropa UEFA, dan Piala Super UEFA, mengatur
semua peraturan, hak siar media, serta hadiah disaat adanya kompetisi.
(https://id.wikipedia.org/wiki/FIFA)

UEFA mengadakan kompetisi internasional resmi di Eropa dan beberapa


negara Asia bagian Utara, Barat dan Tengah untuk tim nasional dan klub profesional,
yang dikenal sebagai kompetisi UEFA, beberapa di antaranya dianggap sebagai
turnamen dunia yang paling bergengsi, diantaranya yaitu 5 liga terbaik Eropa yaitu
Barclays primier leage (Liga Inggris), La liga (Liga Spanyol), Serie A (Liga Italia),
Bundes Liga (Liga Jerman) dan League 1 (Liga Prancis). Kompetisi kasta tertinggi
sepak bola Spanyol La Liga, ditetapkan sebagai kompetisi terbaik dunia pada periode
satu dekade terakhir, yaitu 2011 hingga 2020. Kompetisi sepak bola Spanyol itu
memuncaki daftar kompetisi terbaik dunia untuk dekade kedua abad ke-21 versi
Federasi Sejarah dan Statistik Sepak Bola Internasional (IFFHS). IFFHS merupakan
lembaga yang telah mendokumentasikan sejarah dan statistik dalam kancah sepak
bola dunia. (https://www.bola.com/dunia/read/4515800/bukan-premier-league-la-liga-jadi-
kompetisi-terbaik-dunia-dalam-dekade-2011-2020)

Seiring perkembangannya, sepakbola tidak lagi sekadar adu taktik permainan


antara dua kesebelasan di lapangan hijau selama 90 menit. Sepakbola telah mewujud
sebagai sebuah komoditas dalam perekonomian global. Selayaknya komoditas yang
lain, sepakbola dikelola sedemikian rupa dalam sistem yang dapat disebut sebagai
industri sepakbola. Menyadur Ryan Gozali, CEO Liga Mahasiswa, pada paparannya
kepada PanditFootball dalam lokakarya manajemen olahraga yang diselenggarakan
oleh Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), setidaknya ada enam entitas
utama yang terlibat dalam industri sepakbola. Enam entitas itu ialah klub,
pemain, fans, penyelenggara kompetisi (termasuk federasi dan pembuat kebijakan),
media, dan brand / perusahaan.

PwC, sebuah lembaga konsultan bisnis internasional, pernah melakukan riset


tentang kontribusi La Liga musim 2016/2017 terhadap perekonomian Spanyol.
Berdasarkan riset tersebut, PwC menemukan bahwa La Liga telah menyumbang EUR
15,69 miliar atau sekitar IDR 274 triliun kepada Produk Domestik Bruto (PDB)
Spanyol untuk musim 2016/2017. Angka tersebut setara dengan 1,37% terhadap total
PDB Spanyol. Lebih lanjut, La Liga pada musim 2016/2017 juga telah menciptakan
184.626 lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak langsung. Nilai tersebut
setara dengan 0,98% dari total tenaga kerja di Spanyol. Gelaran La Liga di Spanyol
pada musim 2016/2017 juga memberikan sumbangan penerimaan kas negara sebesar
EUR 4,09 miliar atau sekitar IDR 71,5 triliun. Riset yang dilakukan oleh PwC
tersebut memberikan sinyal bahwa sepakbola sebagai sebuah industri mampu
memberikan kontribusi yang tidak dapat dipandang sebelah mata terhadap
pembangunan wilayah. (https://hmgp.geo.ugm.ac.id/2020/09/11/sepakbola-dalam-
pusaran-pembangunan/)

Dalam rilisnya, Barcelona mengungkapkan utang mereka mencapai 1,2 miliar


euro (sekitar Rp20 triliun) bersama dengan utang jangka pendek sekitar 730 juta euro
(setara dengan Rp12 triliun). Gaji para pemain masih menjadi pengeluaran terbesar
klub, yang mencakup 74 persen dari pendapatan klub. Menurut laporan Goal pada
Selasa, situasi tersebut cukup mengkhawatirkan bagi klub, yang mengharuskan klub
untuk melakukan negosiasi penangguhan gaji sejak menyebarnya pandemi COVID-
19. Barcelona juga memiliki utang total 126 juta euro (sekitar Rp2 triliun) kepada
klub-klub lain, yang berasal dari beberapa transfer yang mereka lakukan dalam
beberapa tahun terakhir. Blaugrana masih berutang 29 juta euro (sekitar Rp496 miliar)
kepada Liverpool untuk transfer Philippe.
Selain itu, ada pembayaran jatuh tempo untuk transfer Arthur, yang
mengharuskan mereka membayar 21 juta euro (Rp359 miliar) kepada Gremio dan
Arturo Vidal, yang mencapai 11 juta euro (Rp188 miliar) kepada Bayern Munchen.
Vidal dan Arthur, sama seperti Malcom, sudah tidak lagi menjadi pemain Barcelona.
Jumlah utang Barcelona sedikit mendapatkan keringanan dengan pendapatan melalui
penjualan beberapa pemain, meski juga masih belum dilunasi termasuk kepindahan
Malcom ke Zenit dan transfer Marc Cucurella ke Getafe serta Carles Perez ke AS
roma yang keduanya mencapai total 46 juta euro (Rp788 miliar). Salah satu
pembayaran transfer yang tertunggak adalah utang kepada Atletico Madrid, yang
berasal dari kesepakatan transfer Antoine Griezmann. Barcelona mengakhiri musim
2019/20 dengan memiliki utang bersih 488 juta (Rp8,3 triliun) dan klub telah
menegosiasikan penundaan pembayaran tersebut dengan krediturnya, menunjuk pada
dampak pandemi virus corona terhadap keuangan klub.
(https://bola.tempo.co/read/1426969/barcelona-terlilit-utang-besar-dan-terancam-
bangkrut-berikut-rinciannya/full&view=ok)

Pengamat sepakbola Spanyol Josep Pedrerol mengungkapkan bila Real


Madrid sebenarnya punya masalah keuangan yang tak kalah pelik, walau belum
separah Barcalona. Dalam acara El Chiringuito, Pedrerol memperkirakan Real
Madrid harus menjual beberapa aset berharganya dalam waktu dekat sebelum bisa
membeli pemain baru. Bahkan Pedrerol menuduh Real Madrid menutupi soal kondisi
keuangan klub yang sebenarnya. Los Blancos diduga akan meminta pemain menerima
pemotongan gaji lebih besar lagi. "Mereka telah meminta para pemain untuk
potongan gaji 10 persen, tetapi mereka mengatakan kepada saya bahwa pemotongan
ini bisa mencapai 25 persen. Satu atau dua pemain harus dijual. Target Real Madrid
sekarang adalah menurunkan gaji para pemainnya. Kami akan lihat apa yang terjadi
pada akhirnya."

Real Madrid sebenarnya masih terus dikaitkan dengan kemungkinan membeli


pemain berharga mahal di musim panas 2021. Salah satunya adalah penyerang Paris
Saint Germain Kylian Mbappe. Keuangan Real Madrid benar-benar terpukul dengan
pandemi Covid-19 dimana pemasukkan klub berkurang drastis. "Untuk mencapai 150
juta euro yang harus dikeluarkan untuk Mbappe di musim panas tidak akan mungkin
mengingat situasi ekonomi klub," tegas Pedrerol.
(https://today.line.me/id/v2/article/ezo5lx)

Dari kedua kondisi keuangan klub sepakbola diatas, menyatakan bahwa saat
ini kondisi persepakbolaan dunia sedang tidak baik. Hal ini seharusnya dapat menjadi
perhatian serius dimana mengingat berbagai keuntungan yang didapat dari bidang
sepak bola agar nantinya tidak terjadi financial distress. Pengertian financial
distress atau Kondisi kesulitan keuangan adalah kondisi yang pasti dialami oleh
berbagai perusahaan. Beberapa perushaan bahkan sudah ada yang
mengalami financial distress, terutama perusahaan yang terkena dampak langsung
karena adanya pandemi covid-19. Untuk mempertahan kondisi finansialnya, bahkan
banyak perusahaan yang melakukan efesiensi bisnis dengan cara memberlakukan
kebijakan PHK. Padahal, penyebab terjadinya financial distress ini tidak hanya bisa
terjadi karena adanya wabah covid-19 saja, tapi karena adanya kesalahan dalam
mengelola keuangan perusahaan.

Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan salah satu kondisi yang


harus dilalui oleh sebuah perusahaan sebelum mengalami kebangkrutan (Gerritsen,
2015 dalam Inayatul dan Longgar, 2021 ). Platt HD dan Platt MB  dalam Journal Of
Economic tahun 2002 menjelaskan bahwa adanya prediksi informasi kesulitan
keuangan pada suatu perusahaan bisa mempercepat tindakan yang diambil oleh
menejemen dalam mencegah segala masalah yang terjadi karena  financial distress.
Faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan keuangan karena tata kelola
perusahaan (good corporate governance) yang tidak optimal, sehingga membutuhkan
pengawasan terhadap keadaan keuangan dengan melakukan analisis rasio keuangan
yang diperoleh dari laporan keuangan (Prihanthini dan Sari, 2013). Analisis
kebangkrutan dilakukan untuk memberikan peringatan dini (early warning) mengenai
kondisi keuangan perusahaan, sehingga manajemen bisa membuat sebuah
perencanaan atau strategi. (Inayatul dan Longgar, 2021).
Analisis prediksi kebangkrutan merupakan analisis yang dapat membantu
perusahaan untuk mengantisipasi kemungkinan perusahaan akan
mengalami kebangkrutan yang disebabkan oleh masalah-masalah keuangan jika tidak
melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen maupun struktur keuangan.
Berbagai model prediksi analisis financial distress telah banyak dikembangkan.
Terdapat berbagai alat analisis kebangkrutan yang telah ditemukan antara lain yaitu
analisis model Altman, model Springate, model Zmijewski , model Grover.
Gerritsen (2015) melakukan penelitian mengenai financial distress klub sepak
bola Belanda dengan menggunakan model Altman, Zmijewski dan Ohlson
mendapatkan hasil model prediksi kebangkrutan yang paling akurat untuk klub sepak
bola Belanda adalah model Zmijewski dengan akurasi sebesar 61% sampai 65%. Hal
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Inayatul (2021) yang melakukan
penelitian mengenai financial distress klub sepak bola Liga Premier Inggris dengan
model Altman, Zmijewski, Ohlson, Springate dan Grover dengan hasil bahwa model
yang mempunyai tingkat akurasi paling tinggi untuk memprediksi financial distress
klub sepak bola Liga Premier Inggris adalah model Zmijewski dengan tingkat akurasi
sebesar 72%. Hal ini perlu adanya pembanding penelitian dengan objek klub sepak
bola yang berbeda, sehingga dapat mengambil kesimpulan apakah model Zmijewski
bisa digunakan untuk semua klub sepak bola atau ada model prediksi kebangkrutan
lain yang lebih akurat.
Atas dasar fenomena dan latar belakang yang telah dikemukakan maka penulis
tertarik untuk mengambil judul penelitian “ANALISIS AKURASI MODEL
ALTMAN MODIFIKASI (Z”-SCORE), ZMIJEWSKI, OHLSON, SPRINGATE
DAN GROVER UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS KLUB
SEPAK BOLA ( STUDI KASUS PADA KLUB SEPAK BOLA EROPA YANG
TERGABUNG DI LA LIGA MUSIM 2020/2021 PERIODE 2016-2020 )”
C. BATASAN MASALAH
Adapun batasan masalah dari penelitian ini yaitu :
1. Klub Sepak Bola Eropa yang mengikuti La Liga Spanyol Musim 2020/2021
2. Klub Sepak Bola La Liga Spanyol Musim 2020/2021 yang menerbitkan
laporan keuangan selama periode 2016-2020
3. Klub Sepak Bola La Liga Spanyol Musim 2020/2021 yang menghasilkan net
income negatif selama 2 tahun berturut – turut.
4. Klub Sepak Bola La Liga Spanyol Musim 2020/2021 yang mengalami
peningkatan utang selama 2 tahun berturut - turut.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Altman Modifikasi (Z”-
Score) pada klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol ?
2. Seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Zmijewski pada klub sepak
bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol ?
3. Seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Ohlson pada klub sepak
bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol ?
4. Seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Springate pada klub sepak
bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol ?
5. Seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Grover pada klub sepak
bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol ?
6. Apakah model prediksi kebangkrutan yang paling akurat digunakan untuk klub
sepak bola La Liga Spanyol ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan Rumusan Masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk meneliti seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Altman
Modifikasi (Z”-Score) pada klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga
Spanyol.
2. Untuk meneliti seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Zmijewski
pada klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol.
3. Untuk meneliti seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Ohlson pada
klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol.
4. Untuk meneliti seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Springate
pada klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol.
5. Untuk meneliti seberapa besar Akurasi prediksi kebangkrutan Model Grover pada
klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga Spanyol.
6. Untuk meneliti model prediksi kebangkrutan apakah yang paling akurat
digunakan untuk klub sepak bola La Liga Spanyol ?

F. MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi Peneliti
1. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Drajat Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi.
2. Penelitian ini dapat menjadi sarana pembelajaran dan pendalaman ilmu
pengetahuan dalam bidang ekonomi akutansi khususnya mengenai analisis
akurasi model altman modifikasi (z”-score), zmijewski, ohlson, springate dan
grover untuk memprediksi financial distress klub sepak bola.

b. Bagi Universitas
1. Dapat digunakan oleh para mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan tentang aspek – aspek analisis akurasi model altman modifikasi
(z”-score), zmijewski, ohlson, springate dan grover untuk memprediksi
financial distress klub sepak bola.
2. Dapat digunakan sebagai referensi oleh peneliti selanjutnya yang berminat
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

c. Bagi Klub Sepak Bola


Bagi Klub Sepak Bola hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan masukan kepada pihak manajemen dalam menentukan model
analisis prediksi financial distress yang tepat dimasa yang akan datang agar klub
tidak mengalami kebangkrutan.
d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi referensi dan sarana informasi dalam pengembangan
solusi permasalahan ekonomi yang berkaitan dengan pembahasan di dalam
penelitian ini.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan


penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi beberapa bab,
pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami
dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang meliputi : latar


belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka yang meliputi :


landasan teori (Klub Sepak Bola, Laporan Keuangan, Financial
Distress, Model Altman Modifikasi (Z”-Score), Zmijewski, Ohlson,
Springate dan Grover), penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan
hipotesis penelitian.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang metodelogi penelitian yang


meliputi : metode penelitian, sumber data, obyek penelitian, populasi
dan sampel, jenis data, teknik pengumpulan data, definisi operasional
variabel, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang paparan hasil penelitian yang


menjelaskan tentang analisis terhadap data penelitian yang di
diskripsikan untuk menjawab rumusan masalah penelitian,
menafsirkan dan menganalisis hasil-hasil yang didapat dari data
tentang Analisis Akurasi Model Altman Modifikasi (Z”-Score),
Zmijewski, Ohlson, Springate Dan Grover Untuk Memprediksi
Financial Distress Klub Sepak Bola ( Studi Kasus Pada Klub Sepak
Bola Eropa Yang Tergabung Di La Liga Musim 2020/2021 Periode
2016-2020 )

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran, yakni


mengemukakan kesimpulan dari bahasan penelitian dan memberikan
saran-saran yang diperlukan sebagai masukan untuk klub sepak bola
La Liga Spanyol yang sedang mengalami krisis keuangan agar tidak
terjadi kebangkrutan serta saran untuk penelitian selanjutnya.
H. LANDASAN TEORI
1. KLUB SEPAK BOLA
1.1 PENGERTIAN LA LIGA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti klub sepak
bola adalah perkumpulan yang menyelenggarakan kegiatan olahraga cabang
sepak bola.
Campeonato Nacional de Liga de Primera División, umumnya
dikenal sebagai La Liga adalah liga profesional tertinggi dalam sistem
kompetisi liga sepak bola di Spanyol. Liga ini diselenggarakan secara
tahunan, diikuti oleh 20 klub profesional, di mana tiga klub peringkat
terendah pada akhir musim akan degradasi ke Segunda División dan
tempatnya akan digantikan oleh dua klub peringkat teratas dan
pemenang play-off di Segunda División.
Dari 60 klub yang pernah mengikuti liga, 9 klub di antaranya pernah
menjuarai liga. Dengan klub yang meraih gelar juara terbanyak hingga
ialah Real Madrid dengan 34 kali disusul FC Barcelona dengan 26 kali,
selain dua klub tersebut Atlético Madrid, Athletic Bilbao, Valencia, Real
Sociedad, Real Betis, Deportivo La Coruña dan Sevilla juga pernah meraih
gelar juara. Hingga kini hanya ada tiga tim sepanjang sejarah La Liga yang
belum pernah terdegradasi, yaitu Real Madrid, FC Barcelona, dan Athletic
Bilbao.
1.2 KOMPETISI
Terdapat 20 klub yang bermain pada La Liga. Selama satu musim
kompetisi (dari Agustus hingga Mei) masing-masing klub saling bermain
menghadapi lawannya dalam dua pertandingan (sistem round-robin ganda),
di mana satu pertandingan dilaksanakan di markas mereka, sementara
pertandingan lainnya dimainkan di markas lawan. Tim yang memenangkan
pertandingan mendapatkan tiga poin, sementara tim yang kalah tidak
mendapatkan poin. Jika pertandingan berakhir imbang, kedua tim sama-
sama mendapatkan 1 poin. Peringkat klub diurutkan menurut total poin,
kemudian selisih gol, dan jumlah gol yang dicetak. Jika masih imbang, tim
dianggap menempati peringkat yang sama. Jika tim yang imbang tersebut
berpengaruh kepada penentuan juara, degradasi, atau kelolosan ke
kompetisi lainnya, maka akan dilaksanakan play-off di tempat netral untuk
menentukan peringkat.
1.3 PROMOSI DAN DEGRADASI
Sistem promosi dan degradasi dipergunakan antara kompetisi La
Liga dan Segunda División. Tiga tim dengan posisi terendah di La Liga
akan didegradasi dan tampil dalam Segunda División pada musim
berikutnya, dan dua tim teratas dari Segunda División naik tingkat
(promosi) ke La Liga, di mana jatah tim ketiga ditentukan melalui
rangkaian play-off yang diikuti oleh tim peringkat ke-3 sampai ke-6.
1.4 KUALIFIKASI KOMPETISI UEFA
Empat tim teratas di La Liga lolos ke Babak Grup Liga Champions
UEFA musim berikutnya. Para pemenang Liga Champions UEFA dan Liga
Eropa UEFA juga lolos ke Babak Grup Liga Champions UEFA musim
berikutnya. Jika ini berarti 6 tim La Liga lolos, maka tim tempat ke-4 di La
Liga malah bermain di Liga Eropa UEFA, karena setiap negara dibatasi
hingga maksimal 5 tim.
Tim tempat ke-5 di La Liga lolos ke Babak Grup Liga Eropa UEFA
musim berikutnya. Pemenang Piala Raja Spanyol juga lolos ke Babak Grup
Liga Eropa UEFA musim berikutnya, tetapi jika pemenang juga finis di 5
tempat teratas di La Liga, maka tempat ini kembali ke tim yang berada di
urutan ke-6 di La Liga. Selanjutnya, tempat ke-6 (atau ke-7 jika ke-6 sudah
memenuhi syarat) tim lolos ke Babak Kualifikasi kedua Liga Eropa UEFA
musim berikutnya. Jumlah tempat yang dialokasikan untuk klub Spanyol
dalam kompetisi UEFA tergantung pada posisi yang dimiliki suatu negara
dalam koefisien negara UEFA, yang dihitung berdasarkan kinerja tim
dalam kompetisi UEFA dalam 5 tahun sebelumnya. Saat ini peringkat
Spanyol (dan de facto La Liga) adalah 1.
20 tim memperebutkan liga di musim saat ini, termasuk 17 tim
teratas dari musim 2019–20 dan tiga dipromosikan dari Segunda División
2019–20. Klub yang dipromosikan termasuk Cádiz dan Huesca,
dipromosikan langsung dari divisi kedua, dan pemenang play-
off promosi, Elche. Primera División saat ini adalah yang pertama
diperingkat UEFA dari liga-liga Eropa berdasarkan penampilan mereka
dikompetisi Eropa selama periode lima tahun, di atas dari Liga Utama
Inggris, Serie A Italia, dan Bundesliga Jerman diperingkat keempat.
Real Madrid, Barcelona dan Valencia berada dalam sepuluh klub
paling sukses disepakbola Eropa dalam hal total trofi Eropa. Ketiga klub
ini, bersama dengan Sevilla dan Atlético Madrid, adalah lima tim paling
sukses dalam sejarah kompetisi Eropa; kelimanya adalah satu-satunya klub
Spanyol yang memenangkan lima atau lebih trofi internasional. Deportivo
La Coruña adalah tim Spanyol kelima yang berpartisipasi bersama di Liga
Champions bersama Sevilla - setelah Real Madrid, Barcelona, Valencia dan
Atlético Madrid - dengan lima penampilan Liga Champions berturut-turut,
termasuk penampilan semifinal pada 2003–04.
Pada 2005–06, Barcelona memenangkan Liga Champions dan
Sevilla memenangkan Piala UEFA, menjadikan La Liga liga pertama yang
melakukan "dobel" Eropa sejak 1997. Prestasi ini diulang pada 2014, 2015,
2016, dan 2018. Pada 25 Agustus 2015, La Liga menjadi liga pertama yang
memenuhi syarat lima tim untuk penyisihan grup Liga Champions UEFA
(Atlético Madrid, Barcelona, Real Madrid, Sevilla dan Valencia).
Terdapat kesenjangan yang meningkat antara La Liga
dengan Segunda División. Perbedaan terbesar antara mereka adalah dalam
hal hak siar televisi pada liga, banyak tim yang baru mendapatkan promosi
merasa sulit untuk menghindari degradasi pada musim pertama mereka di
La Liga. Di setiap musim kecuali pada 2011–2012, 2013–2014, 2015–2016,
dan 2017–2018, setidaknya satu pendatang baru La Liga terdegradasi
kembali ke Segunda División.

2. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
keuangan. Setiap perusahaan mempunyai laporan keuangan yang bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi.
Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan dengan menerapkan PSAK
secara benardisertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas
laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan
penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh
PSAK. Menurut (Munawir, 2007: 10-11)
Laporan keuangan mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:
a. Laporan keuangan ialah laporan yang bersifat sejarah yang tidak lain
merupakan laporan atas kejadian-kejadian yang telah lewat, maka terdapat
keterbatasan dalam kegunaanya.
b. Laporan keuangan itu bersifat umum, dan bukan untuk memenuhi keperluan
tiap-tiap pemakai.
c. Laporan keuangan itu sebagai hasil dari pemakaian stelsel timbulnya hak dan
kewajiban dalam akuntansi.
d. Laporan keuangan itu bersifat konservatif dalam sikapnya menghadapi
ketidakpastian, peristiwaperistiwa yang tidak menguntungkan segera
diperhitungkan kerugiannya, harta, kekayaan bersih, dan pendapatan bersih
selalu dihitung dalam nialai-nilai paling rendah.
e. Laporan-laporan itu lebih menekankan bagaimana keadaan sebenarnya
peristiwa - peristiwa itu dilihat dari sudut ekonomi dari pada berpegang pada
formil-nya.
f. Laporan keuangan itu menggunakan istilagistilah teknis, dalam hubungan ini
sering terdapat istila-istilah yang khusus, di lain pihak laporan keuangan itu
mengikuti kelaziman - kelaziman dan perkembangan dunia usaha. “Jadi bagi
mereka yang tidak biasa atau tidak memahami akuntansi atau pembukuan
tentu akan menganggap bahwa laporan keuangan itu merupakan suatu daftar
yang merupakan atau berdasarkan fakta-fakta yang memperlihatkan nilai dari
perusahaan secara keseluruhan dengan pasti dan tepat sesuai dengan kondisi
ekonomi pada saat itu” (Munawir, 2007:11).

3. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Analisis rasio keuangan adalah hubungan antara angka-angka di dalam
laporan laba rugi dan neraca yang dapat dijadikan alat untuk menggambarkan
kondisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil
kombinasi dari pada fakta-fakta yang tercatat, anggapan atau kebiasaan-kebiasaan
dala akuntansi serta pendapat pribadi, sehingga penentan standar rasio sebagai
pembanding tidak dapat digunakan untuk ukuran pasti karenaa standar rasio
merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis dengan kondis
keuangan yang berbeda-beda. Analisis rasio keuangan hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan administrasi keuangan yang sesui dengan
prinsipprinsip akuntansi yang benar sehingga neraca dan laporan laba rugi yang
dihasilkan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan. Analisis rasio banyak sekali
macamnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan, tapi hanya ada beberapa yang
telah dikenal dan digunakan oleh banyak perusahaan, yang terdiri dari:
a. Rasio likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
b. Rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektifitas
penggunaan aset dengan melihat tingkat aktivitas asetnya.
c. Rasio solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan
perusahan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
d. Rasio profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menghasilkan laba (profitabilitas).
e. Rasio pasar yaitu melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap
nilai buku perusahaan (Hanafi dan Halim, 2005 : 77).

4. FINANCIAL DISTRESS
4.1 Pengertian Financial Distress

Platt HD dan Platt MB  dalam Journal Of Economic tahun 2002


menjelaskan bahwa financial distress merupakan suatu tahap penurunan
kondisi finansial yang terjadi pada perusahaan yang sebelumnya mengalami
likuidasi atau kebangkrutan. Sedangkan Brahmana dalam penelitiannya yang
diterbirtkan tahun 2007 menjelaskan bahwa suatu perusahaan bisa disebut
sedang mengalami financial distress atau kesulitan keuangan jika perusahaan
itu menunjukkan sejumlah angka negatif pada laba operasi, laba bersih, dan
nilai buku ekuitas tersebut terjadi merger. Penelitian lain yang diterbitkan
tahun 2013 yang dipimpin oleh Hanifah turut menjelaskan bahwa fenomena
lain dari financial distress adalah adanya perusahaan yang cenderung
mengalami kesulitan likuiditas yang ditunjukkan dengan adanya kemampuan
perusahaan yang semakin lama semakin menurun dalam hal pemenuhan
kewajibannya kepada pihak kreditur. Financial distress juga kerap terjadi pada
perusahaan yang tidak mampu lagi atau gagal dalam hal memenuhi kewajiban
debitur yang disebabkan karena ketidakcukupan atau kekurangan dana untuk
melanjutkan lagi operasional usahanya.

4.2 Jenis dan Kategori Financial Distress 

Gamayuni (2011) menjelaskan bahwa terdapat lima jenis bentuk financial


distress  atau kesulitan keuangan, yaitu:

 Economic failure. Yaitu suatu kondisi pendapatan perusahaan yang tidak


mampu menutupi seluruh total beban biaya perusahaan, termasuk beban
biaya modal.
 Business failure. Yaitu suatu kondisi perusahaan yang harus
menghentikan seluruh aktivitas operasional agar bisa mengurangi kerugian
untuk kreditor.
 Technical insolvency. Suatu kondisi perusahaan yang tidak bisa
memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo.
 Insolvency in bankruptcy. Suatu kondisi nilai buku dari seluruh total
kewajiban melebihi nilai aset pasar perusahaan.
 Legal bankruptcy. Suatu kondisi perusahaan yang telah dinyatakan
bangkrut secara hukum.

Sedangkan Fahmi (2011) membagi kondisi financial distress  secara


umum menjadi empat kategori, yaitu:

1.  Financial Distress Kategori A

Kategori ini akan memungkinkan suatu perushaan untu dikatakan


berada pada posisi bangkrut. Dalam kategori ini, pihak perusahaan bisa
melaporkannya pada beberapa pihak terkait seperti pengadilan, bahwa
perusahan telah masuk dalam kondisi bangkrut, dan menyerahkan seluruh
urusannya untuk ditangani oleh pihak yang berada di luar perusahaan.

2. Financial Distress Kategori B

Pada kondisi ini, perusahaan harus memikirkan yang solusi tepat


untuk bisa menyelamatkan berbagai aset perusahaan, seperti aset mana
saja yang ingin dijual dan ingin dipertahankan. Termasuk didalamnya
memikirkan seluruh efek yang terjadi jika dilakukan kebijakan keputusan
merger dan akuisisi perushaan.

Salah satu efek nyata yang bisa dilihat pada kondisi ini adalah
perusahaan akan mulai melakukan kebijakan PHK dan pensiun dini untuk
bebebrapa karyawan yang sudah dinilai tidak layak lagi untuk
dipertahankan.

3. Financial Distress Kategori C

Pada situasi ini, perusahaan sudah harus melakukan berbagai


perombakan pada beberapa kebijakan serta konsep manajemen yang
selama ini sudah diterapkan. Bahkan, perushaan juga bisa merekrut tenaga
ahli baru yang mempunyai kompetensi tinggi agar ditempatkan pada
berbagai posisi strategis yang diberi tanggung jawab untuk menyelamatkan
dan mengendalikan perusahaan, termasuk target dalam meningkatkan
kembali laba perusahaan.

4. Financial Distress Kategori D

Dalam kategori ini, perusahaan dinilai hanya mengalami kondisi


fluktuasi finansial temporer yang diakibatkan oleh berbagai kondisi
internal dan eksternal, termasuk karena adanya keputusan yang tidak tepat.

4.4 Financial Distress Perusahaan

Financial distress perusahaan ditunjukkan sebagai suatu proses


tiga dimensi yang didalamnya terdiri dari time frame, financial
distress, dan process stages.

Financial distress cycle pada perusahaan mencakup seluruh


periode awal terjadinya penurunan kinerja sampai pada titik terendah,
hingga selanjutnya perusahaan tersebut mampu memperbaiki performanya
kembali. Saat perusahaan mengalami kondisi financial distress, maka
perusahaan itu tidak sedang ada dalam posisi keuangan yang baik, dan
harus melakukan transisi pada tahap yang baru. Jika performanya dinilai
makin buruk, maka perusahaan tersebut kemungkinan besar akan
mengalami kebangkrutan. Tapi jika performanya membaik, maka
perusahaan bisa mendapatkan kesempatan untuk mengatasi financial
distress.

4.5 Faktor Penyebab Financial distress

Menurut Damodaran (1997), terdapat beberapa faktor yang bisa


menyebabkan financial distress, faktor tersebut adalah sebagai berikut:

 Kesulitan Arus Kas

Kondisi ini terjadi saat penerimaan pendapatan perusahaan


yang didapat dari hasil kegiatan operasi ternyata tidak cukup untuk
menutupi berbagai beban usaha yang muncul karena aktivitas
operasi perusahaan. Selain itu, kesulitan arus kas juga bisa
dikarenakan adanya kesalahan manajemen saat mengelaola aliran
kas perusahaan dalam melakukan pembayaran berbagai operasional
perushaan yang bisa memperburuk kondisi finansial perusahaan.

 Besarnya Jumlah Utang

Kebijakan dalam mengambil utang biasa dilakukan


perusahaan untuk bisa menutupi biaya yang muncul karena operasi
perusahaan, dan hal ini akan menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan untuk mengembalikan utang tersebut di masa depan.
Saat tagihan utang sudah jatuh tempo, namun perusahaan tidak
memiliki dana yang cukup untuk melunasi tagihan utang tersebut,
maka kemungkinan pihak kreditur akan menyita aset perusahaan
untuk menutupi kekurangan pembayaran tagihan utang.

 Kerugian Kegiatan Operasional Perusahaan Dalan Beberapa


Tahun

Kondisi ini adalah kondisi kerugian operasional perusahaan


yang bisa menyebabkan arus kas negatif pada perusahaan. Kondisi
ini bisa terjadi karena adanya beban operasional perusahaan yang
lebih besar dalam hal pendapatan yang didapatkan perusahaan.
Walaupun perusahaan mampu mengatasi tiga masalah yang sudah
kita bahas di atas, namun belum tentu perusahaan bisa
menghindari financial distress karena masih ada faktor eksternal
perusahaan yang bisa menyebabkan terjadinya financial distress.
Damodaran (1997) menjelaskan bahwa faktor eksternal
perusahaan ini lebih bersifat makro, yang mana ruang cakupannya
lebih luas.

Faktor eksternal bisa termasuk kebijakan pemerintah yang


mampu menambah beban usaha yang ditanggung perusahaan,
contohnya adalah tarif pajak yang meningkat dan mampu
menambah beban perusaahaan, kebijakan suku bunga pinjaman
yang meningkat, yang mana mampu meningkatkan beban bunga
yang harus ditanggung perusahaan dan lain lain.

4.6 Mencegah Financial distress

Platt HD dan Platt MB  dalam Journal Of Economic tahun 2002


menjelaskan bahwa adanya prediksi informasi kesulitan keuangan pada
suatu perusahaan bisa mempercepat tindakan yang diambil oleh
menejemen dalam mencegah segala masalah yang terjadi karena  financial
distress. Pihak manajemen perusahaan bisa mengambil
kebijakan takeover atau merger agar perusahaan mampu membayar
tagihan utang dan mampu mengelola perusahaan secara lebih baik, serta
agar mampu memberikan peringatan dini atas adanya kebangkrutan pada
masa depan.

Kemudian, Schuppe (2003) menambahkan bahwa pihak


manajemen perusahaan yang tanggap akan mampu mendeteksi
adanya financial distress lebih awal. Kemudian bisa mengambil tindakan
aktif dalam menganalisa penyebab financial distress dan melakukan
strategi yang tepat. Kondisi Financial distress bisa merugikan pihak
perusahaan jika tidak segera ditangani. Adanya kerjasama dengan pihak
manajemen dan pimpinan perusahaan sangat dibutuhkan untuk
menghindari adanya financial distress pada perusahaan.

5. MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

5.1 PENGERTIAN ALTMAN (Z” – SCORE)

Rumus Z-skor untuk memprediksi kebangkrutan diterbitkan


pada tahun 1968 oleh Edward I. Altman , yang pada saat itu, Asisten
Profesor Keuangan di New York University . Rumus tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi probabilitas bahwa suatu perusahaan
akan mengalami kebangkrutan dalam waktu dua tahun. Z-skor
digunakan untuk memprediksi default perusahaan dan ukuran kontrol
yang mudah dihitung untuk status kesulitan keuangan perusahaan
dalam studi akademis. Z-score menggunakan beberapa pendapatan
perusahaan dan nilai neraca untuk mengukur kesehatan keuangan
perusahaan.

Z-score adalah kombinasi linier dari empat atau lima rasio


bisnis umum, yang diberi bobot oleh koefisien. Koefisien diperkirakan
dengan mengidentifikasi satu set perusahaan yang telah menyatakan
kebangkrutan dan kemudian mengumpulkan sampel yang cocok dari
perusahaan yang bertahan, dengan pencocokan oleh industri dan
perkiraan ukuran (aset).
Altman menerapkan metode statistik analisis diskriminan ke
kumpulan data produsen milik publik. Estimasi awalnya didasarkan
pada data dari produsen publik, tetapi sejak itu telah diperkirakan
ulang berdasarkan kumpulan data lain untuk perusahaan manufaktur,
non-manufaktur, dan layanan swasta. Sampel data asli terdiri dari 66
perusahaan, setengahnya telah mengajukan. Semua bisnis dalam
database adalah produsen, dan perusahaan kecil dengan aset <$1 juta
dieliminasi.
Rumus Z-score asli adalah sebagai berikut :

Z = 1,2 X  1 + 1,4 X  2 + 3,3 X  3 + 0,6 X  4 + 1,0 X  5 .
X  1 = modal kerja / total aset. Mengukur aset likuid dalam kaitannya
dengan ukuran perusahaan.
X  2 = laba ditahan / total aset. Mengukur profitabilitas yang
mencerminkan usia perusahaan dan kekuatan menghasilkan.
X  3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aset. Mengukur efisiensi
operasi selain pajak dan faktor pengungkit. Ini mengakui laba
operasi sebagai hal yang penting untuk kelangsungan hidup
jangka panjang.
X  4 = nilai pasar ekuitas / nilai buku total kewajiban. Menambahkan
dimensi pasar yang dapat menunjukkan fluktuasi harga sekuritas
sebagai kemungkinan tanda bahaya.
X  5 = penjualan / total aset. Ukuran standar untuk total perputaran aset
(sangat bervariasi dari industri ke industri).
Altman menemukan bahwa profil rasio untuk kelompok bangkrut rata-
rata turun pada 0,25, dan untuk kelompok tidak bangkrut pada rata-rata +4,48.
Karya Altman dibangun berdasarkan penelitian oleh peneliti
akuntansi William Beaver dan lainnya. Pada 1930-an dan seterusnya, Para
peneliti  telah mengumpulkan sampel yang cocok dan menilai bahwa berbagai
rasio akuntansi tampaknya berharga dalam memprediksi kebangkrutan.
Altman Z-score adalah versi yang disesuaikan dari teknik analisis
diskriminan RA Fisher (1936). Karya William Beaver, yang diterbitkan pada
tahun 1966 dan 1968, adalah yang pertama menerapkan metode
statistik, t- tests untuk memprediksi kebangkrutan untuk sampel perusahaan
yang berpasangan. Beaver menerapkan metode ini untuk mengevaluasi
pentingnya masing-masing dari beberapa rasio akuntansi berdasarkan analisis
univariat, menggunakan setiap rasio akuntansi satu per satu. Peningkatan
utama Altman adalah menerapkan metode statistik, analisis diskriminan, yang
dapat memperhitungkan banyak variabel secara bersamaan.
Dalam pengujian awalnya, Altman Z-score ditemukan 72% akurat
dalam memprediksi kebangkrutan dua tahun sebelum kejadian, dengan
kesalahan Tipe II (negatif palsu) sebesar 6% (Altman, 1968). Dalam
serangkaian tes berikutnya yang mencakup tiga periode selama 31 tahun ke
depan (hingga 1999), model tersebut ditemukan sekitar 80%-90% akurat
dalam memprediksi kebangkrutan satu tahun sebelum kejadian, dengan
kesalahan Tipe II (mengklasifikasikan perusahaan sebagai bangkrut ketika
tidak bangkrut) sekitar 15%-20% (Altman, 2000).
Namun, ini melebih-lebihkan kemampuan prediksi Altman Z-score.
Para sarjana telah lama mengkritik Altman Z-score karena "pernyataan yang
sebagian besar deskriptif tanpa konten prediktif . Altman menunjukkan bahwa
perusahaan yang gagal dan tidak gagal memiliki rasio yang berbeda, bukan
rasio yang memiliki kekuatan prediksi. Tapi masalah krusialnya adalah
membuat inferensi ke arah sebaliknya, yaitu dari rasio ke kegagalan.” Dari
sekitar tahun 1985 dan seterusnya, Z-score diterima secara luas oleh auditor,
akuntan manajemen, pengadilan, dan sistem database yang digunakan untuk
evaluasi pinjaman (Eidleman). Pendekatan formula telah digunakan dalam
berbagai konteks dan negara, meskipun awalnya dirancang untuk perusahaan
manufaktur publik dengan aset lebih dari $1 juta. Variasi selanjutnya oleh
Altman dirancang untuk dapat diterapkan pada perusahaan swasta (Altman Z'-
score) dan perusahaan non-manufaktur (Altman Z"-score).

Baik model Altman maupun model berbasis neraca lainnya tidak


direkomendasikan untuk digunakan dengan perusahaan keuangan. Ini karena
ketidakjelasan neraca perusahaan keuangan dan seringnya mereka
menggunakan item di luar neraca. Model prediksi kebangkrutan dan default
akademik modern sangat bergantung pada data berbasis pasar daripada rasio
akuntansi yang dominan di Altman Z-score.

X  1 = modal kerja / total aset


X  2 = laba ditahan / total aset
X  3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aset
X  4 = nilai pasar ekuitas / total kewajiban
X  5 = penjualan / total aset

Model kebangkrutan Z-score:

Z = 1,2 X  1 + 1,4 X  2 + 3,3 X  3 + 0,6 X  4 + 1 X  5

Zona diskriminasi:
Z > 2,99 – zona "aman"
1,81 < Z < 2,99 – zona "abu-abu"
Z < 1,81 – zona "kesusahan"

Z-score diperkirakan untuk non-produsen dan pasar negara berkembang

X  1 = (aset lancar kewajiban lancar) / total aset


X  2 = laba ditahan / total aset
X  3 = laba sebelum bunga dan pajak / total aset
X  4 = nilai buku ekuitas / total kewajiban

Model kebangkrutan Z-score (non-produsen):

Z = 6,56 X  1 + 3,26 X  2 + 6,72 X  3 + 1,05 X  4 

Model kebangkrutan Z-score (pasar negara berkembang):

Z = 3,25 + 6,56 X  1 + 3,26 X  2 + 6,72 X  3 + 1,05 X  4

Zona diskriminasi:
Z > 2,6 – zona "aman"
1.1 < Z < 2.6 – zona "abu-abu"
Z < 1.1 – zona "stres"

5.2 Model Zmijewski

Zmijewski mengembangkan model prediksi kebangkrutan pada


tahun 1984. Model tersebut menggunakan rasio keuangan yang
mengukur kinerja keuangan, leverage dan likuiditas perusahaan. 11
Model probit merupakan salah satu alternatif analisis regresi yang
menggunakan distribusi probabilitas normal kumulatif. Analisis probit
Zmijewski menggunakan rasio keuangan yang mengukur kinerja,
Laverage dan likuiditas untuk memprediksi kesulitan keuangan
perusahaan. “model probit Zmijewski berdasarkan pada 40 perusahaan
bangkrut dan 800 perusahaan yang tidak bangkrut”. Dari hasil studi
penelitian terdahulu, tingkat keakuratan analisis Zmijewski untuk
memprediksi kebangkrutan perusahaan sebesar 84 persen.

Zmijewski mensyaratkan satu hal yang krusial. Proporsi dari


sampel dan populasi harus ditentukan diawal, sehingga didapat besaran
frekuensi prediksi financial distress perusahaan. Frekuensi ini
diperoleh dengan membagi jumlah sampel yang mengalami financial
distress dengan jumlah sampel keseluruhan. Berdasarkan metode
tersebut, maka Zmijewski menghasilkan metode sebagai berikut :

X = -4,3 – 4.5 X1 + 5.7 X2 – 0.004 X3

Dimana :

X1 ROA = Laba Bersih / Total Aset

X2 Debt Ratio TLTA = Total Kewajiban / Total Aset

X3 Current Ratio = aset lancar / kewajiban lancar

1. X1 Return On Assets = Laba Bersih / Total Aset Return On


Asset (ROA)
Merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari
aktiva yang digunakan. Return on asset merupakan perbandingan
antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva
yang dimiliki perusahaan. Return on asset (ROA) yang positif
menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk
beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba rugi perusahaan.
Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukan
bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan
mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai
ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar
dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang
digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan
akan mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.
2. X2 Debt Ratio = Total kewajiban / Total aset
Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban
dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukan sejauh mana
kewajiban dapat ditutupi oleh aktiva. Total kewajiban itu sendiri
dari penjumlahan jangka pendek dan kewajiban jangka panjang.
Rasio ini merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara
kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Semakin rendah rasio ini menunjukan bahwa semakin baik keadaan
keuangan perusahaan.

3. X3 Current Ratio = Aset lancar / Kewajiban Lancar


Rasio umum yang digunakan dalam analisa laporan
keuangan adalah rasio lancar (current ratio, working capital ratio
atau disebut Banker’s ratio) yang memberikan ukuran kasar
tentang tingkat likuiditas perusahaan. Current rasio diperoleh
dengan jalan membagi aktiva lancar (current ratio) dengan hutang
jangka pendek (current liabilities). Semakin tinggi rasio berarti
semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Bagi
kreditur semakin tinggi rasio lancar maka semakin bagus, akan
tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini
tinggi dapat diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau
ada yang tidak optimal. Model Zmijewski memiliki nilai Cut Off
sebesar 0, artinya jika skor perusahaan kurang dari 0, maka
perusahaan tersebut dalam non financial distress. Sebaliknya, jika
skornya lebih dari 0, maka perusahaan diprediksi mengalami
financial distress. Zmijewski telah mengukur akurasi modelnya
sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi 94,9%. 12 Klasifikasi
perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai standar
yang ditetapkan Zmijewski yaitu :
a. Jika nilai Z < 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan
yang sehat (tidak berpotensi bangkrut).
b. Jika nilai Z > 0 maka perusahaaan diprediksi sebagai
perusahaan yang berpotensi mengalami kebangkrutan.
5.3 Model Ohlson

James Ohlson mengemukakan model analisa kebangkrutan yang


dilakukan pada penelitiannya pada tahun 1980. Dalam penelitian Ohlson
pada tahun 1970–1976, dengan sampel 105 perusahaan bangkrut dan 2.058
perusahaan tidak bangkrut. Untuk pertama kalinya, menerapkan model
logit bersyarat ke studi prediksi default. Manfaat praktis dari metodologi
logit adalah bahwa mereka tidak memerlukan asumsi pembatasan MDA
dan memungkinkan bekerja dengan sampel yang tidak proporsional.
Setelah Ohlson, sebagian besar literatur akademik menggunakan model
logit untuk memprediksi default (Plihal et al, 2018).

Ohlson menggunakan logistic regression dalam model analisisnya


dikarenakan Ohlson mencoba untuk mengatasi kelemahan dari
penggunaan model MDA (Multiple Discriminant Analysis). MDA adalah
teknik analisis yang paling populer untuk studi kebangkrutan, namun
menurut Ohlson MDA mempunyai permasalahan seperti adanya
persyaratan statistik tertentu yang dikenakan pada bagian distribusi
prediktor (Utama, 2018). Ohlson memilih sembilan variabel independen
yang menurutnya harus membantu dalam memprediksi kebangkrutan,
tetapi tidak memberikan justifikasi teoretis untuk seleksi. Model yang
dikemukakan oleh Ohlson memiliki 9 variabel rasio keuangan, yaitu :

O Score = -1,32 – 0,407X1 + 6,03X2 – 1,43X3 + 0,0757X4 – 2,37X5 –


1,83X6 + 0,285X7 – 1,72X8 – 0,521X9

Keterangan :

X1 : Log (total aset/indeks tingkat harga GNP)

X2 : Total utang/total aset

X3 : Modal kerja/total aset

X4 : Utang lancar/aktiva lancar

X5 : 1 jika total utang > total aset, 0 jika total utang < total aset

X6 : Laba bersih/total aktiva


X7 : Arus kas operasi/total utang

X8 : 1 jika laba bersih negatif (-) untuk 2 tahun terahir, 0 jika laba bersih
positif (+) untuk 2 tahun terakhir

X9 : (laba bersih tahunt – laba bersih tahunt-1)/(laba bersih tahunt + laba


bersih tahunt-1)

Dalam penelitian yang dilakukan Kusuma (2017) klasifikasi perusahaan


yang sehat dan bangkrut yang didasarkan pada model Ohlson yaitu : a. Jika
O-score < 0,38 artinya perusahaan sehat secara keuangan b. Jika O-score ≥
0,38 maka perusahaan termasuk dalam klasifikasi perusahaan tidak sehat.

5.4 Model Springate


Springate (1978) mengemukakan model analisis kebangkrutan
dengan teknik analisis MDA. Model Springate menggunakan empat
rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kondisi perusahaan yang
mengalami distress dan yang tidak distress (Hariani & Sujianto, 2017).

Model yang dekemukakan oleh Springate adalah :

S = 1,03X1 + 3,07X2 + 0,66X3 + 0,4X4

Keterangan :

X1 : Modal Kerja/Total Aset

X2 : Laba Sebelum Pajak/Total Aset

X3: Laba Sebelum Pajak/Kewajiban Lancar

X4 : Penjualan/Total Aset

Pada penelitian yang dilakukan oleh Zeynep & Erdem (2017)


yang dilakukan di Turki dengan judul Financial Failure Estimate in
BIST Companies with Altman (Z-Score) and Springate (S-Score)
Models, jika nilai Springate < 0,862 diperkirakan perusahaan akan
bangkrut atau tidak sehat. Berarti sebaliknya jika nilai Springate >
0,862 diperkirakan perusahaan dalam kondisi sehat.
5.5 Model Grover
Model grover diciptakan dengan pendesainan dan
penilaian ulang terhadap model Altman Z-Score. Model grover
mengkategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut jika
diperoleh skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z -0,02 ) dan
perusahaan dikatakan tidak memiliki potensi bangkrut yaitu jika
diperoleh skor lebih atau sama dengan 0,01 (Z 0,01). Rumus
grover yaitu sebagai berikut :

Score =1,650 X1 + 3,404 X3 +0,016 ROA + 0,057

Keterangan :
X1 = Working Capital / Total asset
X3 = Earning before interest and taxes / Total asset
ROA = Net income / Total asset
I. PENELITIAN TERDAHULU

VARIABEL METODE
HASIL PERSAMA PERBEDAA
NO PENELITI JUDUL INDEPEND PENELITI
DEPENDEN PENELITIAN AN N
EN AN
Fany Dwi Pengaruh Variabel Variabel Teknik Kinerja keuangan Memiliki variabel
Nurcahyani & Kinerja dependen/ter independen analisis sepakbola lebih persamaan yang
Loggar Keuangan ikat pada pada memakai berpengaruh untuk objek digunakan
Bhilawa dan Kinerja studi ini penelitian ini regresi substansial daripada penelitian pada
Fakultas Olahraga yaitu harga yaitu rasio linear kinerja olahraga yaitu tentang penelitian
Ekonomi Terhadap saham (Y) . keuangan sederhana yang tidak klub sepak
Program Studi Harga antara lain berpengaruh bola
S1 Akuntansi Saham Klub rasio substansial pada
Universitas Sepak bola profitabilitas harga saham klub
1 Negeri (X1), rasio sepakbola.
Surabaya likuiditas
(Kampus (X2), dan
Ketintang, rasio
Jalan solvabilitas
Ketintang, (X3).
Surabaya)
Volume 13,
Nomor 1 , Mei
2021 : 72 - 83
2 Enny Wahyu PENGGUN Analisis model metode Model prediksi Memiliki memiliki
Puspita Sari AAN Komparatif Altman Z- analisis yang akurat untuk persamaan perbedaan
Fakultas MODEL (Y) score (X1), statistik perusahaan jasa untuk mengenai
Ekonomi dan ZMIJEWSK zmijewski transportasi di variabel objek
Bisnis I, (X2), Indonesia adalah yang penelitian
Universitas SPRINGAT Springate model springate, digunakan yang
Dian E, (X3), model karena model digunakan
Nuswantoro ALTMAN Grover springate memiliki
Z-SCORE tingkat akurasi
DAN terbaik setelah
GROVER altman z-score dan
DALAM memiliki tingkat
MEMPREDI error yang paling
KSI rendah.
KEPAILITA
N PADA
PERUSAHA
AN
TRANSPOR
TASI
YANG
TERDAFTA
R DI
BURSA
EFEK
INDONESI
A
Ufi Zuhriyatuz ANALISIS Kinerja Rasio metode rasio yang paling Memiliki memiliki
Zakkiyah PENGGUN Keuangan Likuiditas analisis berpengaruh persamaan perbedaan
Topo Wijono AAN (Y) (X1), Rasio statistik terhadap kinerja untuk mengenai
M. G. Wi MODEL Profitabilitas perusahaan variabel objek
Endang NP ZMIJEWSK (X2), Rasio telekomunikasi yang penelitian
Fakultas Ilmu I (X- Solvabilitas adalah rasio digunakan yang
Administras SCORE) (X3) solvabilitas dan digunakan
Universitas DAN rasio profitabilitas.
Brawijaya ALTMAN
Malang (Z-SCORE)
UNTUK
MEMPREDI
KSI
3 POTENSI
KEBANGK
RUTAN
(Studi Pada
Perusahaan
Tekstil dan
Garmen
yang
Terdaftar di
(BEI) Bursa
Efek
Indonesia
Periode
2009-2012)
Inayatul Analisis Analisis model uji Hasilnya Memiliki memiliki
Lutfiyyah & Akurasi Komparatif Altman Z- keakuratan memperlihatkan persamaan perbedaan
Loggar Model (Y) score (X1), model bahwa model yang untuk mengenai
Bhilawa Altman zmijewski mempunyai tingkat variabel objek
Fakultas Modifikasi (X2), akurasi paling yang penelitian
Ekonomi (Z”-Score), Springate tinggi untuk digunakan, yang
Program Studi Zmijewski, (X3), model memprediksi Memiliki digunakan
S1 Akuntansi Ohlson, Grover financial distress persamaan
4
Universitas Springate klub sepak bola tentang
Negeri Dan Grover Liga Premier Objek
Surabaya Untuk Inggris adalah Penelitian
(Kampus Memprediks model Zmijewski yang
Ketintang, i Financial dengan tingkat digunakan
Jalan Distress akurasi sebesar
Ketintang, Klub Sepak 72%.
Surabaya) Bola
J. KERANGKA PEMIKIRAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Kerangka pemikiran penelitian

Hipotesis : Model Zmijewski merupakan model yang paling akurat untuk memprediksi
Financial Distress pada klub sepak bola yang tergabung dalam La Liga
Spanyol (H2)

Kerangka Pemikiran : Model Zmijewski merupakan model yang paling akurat untuk
memprediksi Financial Distress pada klub sepak bola yang tergabung dalam
La Liga Spanyol . berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Inayatul : 2020)
yang meneliti tentang analisisFinancial Distress pada Klub Sepak Bola Inggris
dengan hasil yang memperlihatkan bahwa model yang mempunyai tingkat
akurasi paling tinggi untuk memprediksi financial distress klub sepak bola Liga
Premier Inggris adalah model Zmijewski dengan tingkat akurasi sebesar 72%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gerritsen (2015), model
Zmijewski merupakan model yang paling akurat digunakan dalam memprediksi
financial distress pada klub sepak bola Belanda dengan akurasi sebesar 61%
sampai 65%.

i.
K. METODOLOGI PENELITIAN

a. JENIS PENELITIAN
Menurut ( Sugiyono,2016 ) pengertian metode penelitian adalah cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk
menguji hipotesis, dengan pendekatan penelitian deskriptif dan analisis
verifikatif. Karena terdapat variabel variabel yang akan ditelaah hubungan serta
tujuannya untuk menyajikan gambaran secara terstruktur, faktual, mengenai fakta
fakta hubungan antar variabel yang diteliti. Variabel yang akan diuji adalah
variabel independent yaitu model Altman Z-score (X1), zmijewski (X2), Olhson
(X3), Springate (X4), model Grover (X5) dan variabel dependennya adalah
Analisis Komparatif (Y).
Menurut Prof.Dr.Sugiarto, M.Sc. menjelaskan bahwa penelitian
korelasional adalah penelitian yang melihat hubungan dua variabel atau lebih
atau melihat sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan
variabel dalam variabel yang lainnya. Dalam penelitian ini metode korelasional
digunakan untuk menguji model Financial distress (Altman Z-score, Zmijewski,
Olhson, Springate, dan Grover) mana yang paling akurat untuk Klub Sepak Bola
La Liga Spanyol musim 2020/2021 periode 2016-2020 agar tidak terjadi
kebangkrutan.
b. SUMBER DATA
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan
Keuangan Klub Sepak Bola La Liga Spanyol yang didapatkan dari website resmi
masing-masing Klub periode pengamatan 2016-2020.
c. OBYEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini, lingkup penelitian yang ditetapkan penulis sesuai dengan
permasalahan yang akan diteliti adalah pada Klub Sepak Bola La Liga Spanyol
Musim 2020/2021.
d. POPULASI DAN SAMPEL
5.5 POPULASI
Menurut Sugiyono (2016:80) definisi populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua Klub yang mengikuti La Liga Spanyol musim 2020/2021,
Dengan jumlah 24 klub.

5.6 SAMPEL
Sampel adalah bagian dari Populasi. Tujuan penentuan sampel adalah
untuk memperoleh keterangan tentang mengenai objek penelitian dengan
cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu redaksi terhadap jumlah
objek penelitian. Tujuan lain dari penentuan sampel adalah untuk
mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk
menarik generalisasi dari hasil penyelidikan. Teknik pengambilan sampel
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive
sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2016:85). Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel terpilih adalah Klub yang mengikuti La
Liga Spanyol yang memiliki kriteria sesuai batasan penelitian. Kriteria
sampel yang digunakan terbagi kedalam 2 kategori (0) untuk klub Non
Financial Distress dan (1) untuk Financial Distress. Adapun kriteria untuk
kategori perusahaan financial distress adalah :
g. Menghasilkan net income negatif selama 2 tahun berturut - turut
h. Mengalami peningkatan utang selama 2 tahun berturut - turut.
6 JENIS DATA
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh melalui situs resmi dari masing – masing Klub Sepak Bola dengan
menggunakan data yang diambil dari laporan keuangan masing – masing klub periode
2016-2020. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan
( Sugiyono:2016).
7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Tekhnik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode dokumentasi dengan cara mengumpulkan, mencatat dan
mengkaji data laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website resmi masing –
masing klub sepak bola.

8 Definisi Operasional Variabel


Menurut (Sugiyono, 2016:38) definisi varibel adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan variabel dependen.
8.1 Variabel Independen / Variabel Bebas (X)
Menurut (Sugiyono, 2016:39) pengertian variabel independen adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalah model Altman Z-score (X1), zmijewski (X2), Olhson (X3),
Springate (X4), model Grover (X5). Dengan penjabaran sebagai berikut :
8.1.1 Model Altman Z-score (X1)
Altman ( 1968 ) menggunakan metode Multiple Discriminant
Analysis ( MDA ) dengan 5 rasio keuangan yaitu working capital to total
asset, retained earning to total asset, earning before interest and taxes
to total asset, market value of equity to book value of total debts, dan
sales to total asset. Model Altman Z-score merupakan metode untuk
memprediksi kesehatan Financial suatu perusahaan yang kemungkinan
akan mengalami kebangkrutan. Model prediksi altman z-score
mengalami beberapa revisi hingga terciptalah persamaan baru yang
dapat digunakan pada perusahaan swasta bukan hanya perusahaan
manufaktur yang sudah go public. Model prediksi Altman Z-score
mempunyai tingkat akurasi sebesar lebih dari 80 %. Rumus yang telah
direvisi Altman tahun 1983 inilah yang digunakan dalam penelitin ini
yaitu :

Z – Score = 0,717 X1 + 0,874 X2 +3,107 X3 +0,420 X4 +0,998 X5


Keterangan : X1 = Working capital/ Total asset
X2 = Retained earning/ Total asset
X3 = Earning before interest and taxes/ Total asset
X4 = Book value of equity/ Book value of total debt
X5 = Sales/ Total asset
Jika dengan metode altman Z-Score diperoleh skor <1,23 maka
perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan. Jika skor yang
diperoleh 1,23 – 2,90 maka diklasifikasikan dalam grey area dan jika
skor yang diperoleh > 2,90 maka perusahaan tidak berpotensi bangkrut.
8.1.2 Model Zmijewski
Model prediksi yang dihasilkan oleh Zmijewski tahun 1983 ini
merupan riset selama 20 tahun yang telah diulang. Zmijewski ( 1984 )
menggunakan analisis rasio likuiditas, laverage, dan mengukur kinerja
suatu perusahaan. Zmijewski melakukan prediksi dengan sampel 75
perusahaan bangkrut dan 73 perusahaan sehat selama tahun 1972 sampai
tahun 1978, indicator F-Test terhadap rasio kelompok rate of return,
liquidity, leverage turnover, fixed payment coverage, trens, firm size,
dan stock return volatility, menunjukkan perbedaan signifikan antara
perusahaan yang sehat dan tidak sehat. Kemudian model ini
menghasilkan rumus sebagai berikut :

X = -4,3 – 4,5X1 + 5,7X2 + 0,004X3

Keterangan :
X1 = ROA ( Return on Asset )
X2 = Leverage ( Debt Ratio )
X3 = Likuiditas ( Current Ratio )
Jika skor yang didapatkan lebih dari 0 ( nol ) maka perusahaan diprediksi
akan mengalami kebangkrutan, tetapi jika skor yang didapat kurang dari
0 ( nol ) maka perusahaan diprediksi tidak berpotensi mengalami
kebangkrutan.

8.1.3 Model Ohlson


James Ohlson mengemukakan model analisa kebangkrutan yang
dilakukan pada penelitiannya pada tahun 1980. Dalam penelitian Ohlson
pada tahun 1970–1976, dengan sampel 105 perusahaan bangkrut dan
2.058 perusahaan tidak bangkrut. Untuk pertama kalinya, menerapkan
model logit bersyarat ke studi prediksi default. Manfaat praktis dari
metodologi logit adalah bahwa mereka tidak memerlukan asumsi
pembatasan MDA dan memungkinkan bekerja dengan sampel yang tidak
proporsional. Ohlson menggunakan logistic regression dalam model
analisisnya dikarenakan Ohlson mencoba untuk mengatasi kelemahan
dari penggunaan model MDA (Multiple Discriminant Analysis). MDA
adalah teknik analisis yang paling populer untuk studi kebangkrutan,
namun menurut Ohlson MDA mempunyai permasalahan seperti adanya
persyaratan statistik tertentu yang dikenakan pada bagian distribusi
prediktor (Utama, 2018). Ohlson memilih sembilan variabel independen
yang menurutnya harus membantu dalam memprediksi kebangkrutan,
tetapi tidak memberikan justifikasi teoretis untuk seleksi (Jouzbarkand et
al, 2012). Model yang dikemukakan oleh Ohlson memiliki 9 variabel
rasio keuangan, yaitu :

O Score = -1,32 – 0,407X1 + 6,03X2 – 1,43X3 + 0,0757X4 –


2,37X5 – 1,83X6 + 0,285X7 – 1,72X8 – 0,521X9

Keterangan :

X1 : Log (total aset/indeks tingkat harga GNP)

X2 : Total utang/total aset

X3 : Modal kerja/total aset

X4 : Utang lancar/aktiva lancar

X5 : 1 jika total utang > total aset, 0 jika total utang < total aset

X6 : Laba bersih/total aktiva

X7 : Arus kas operasi/total utang


X8 : 1 jika laba bersih negatif (-) untuk 2 tahun terahir, 0 jika laba
bersih positif (+) untuk 2 tahun terakhir

X9 : (laba bersih tahunt – laba bersih tahunt-1) / (laba bersih tahunt +


laba bersih tahunt-1)

7.1.4 Model Springate Gordon


L.V Springate (1978) telah melakukan penelitian dan menghasilkan
model prediksi kebangkrutan yang dibuat mengikuti prosedur
model altman. Model Springate menggunakan 4 rasio keuangan
untuk memprediksi adanya potensi kesulitan keuangan dalam suatu
perusahaan. Model Springate ini dapat digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan dengan nilai keakurat 92,5 %. Model
ini memiliki rumus sebagai berikut :

S = 1,03 A + 3,07 B+ 0,66 C + 0,4 D


Keterangan :
A = Working capital / Total asset
B = Net profit before interest and taxes / Total asset
C = Net profit before taxes / Current liabilities
D = Sales / Total asset
Jika skor yang didapat S > 0,862 maka perusahaan
diklasifikasikan sehat dan jika skor S < 0,862 maka perusahaan
diklasifikasikan berpotensi bangkrut.
diklasifikasikan dalam grey area dan jika skor yang diperoleh >
2,90 maka perusahaan tidak berpotensi bangkrut.
7.1.5 Model Grover
Model grover diciptakan dengan pendesainan dan
penilaian ulang terhadap model Altman Z-Score. Model grover
mengkategorikan perusahaan dalam keadaan bangkrut jika
diperoleh skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z -0,02 ) dan
perusahaan dikatakan tidak memiliki potensi bangkrut yaitu jika
diperoleh skor lebih atau sama dengan 0,01 (Z 0,01). Rumus
grover yaitu sebagai berikut :

Score =1,650 X1 + 3,404 X3 +0,016 ROA + 0,057


Keterangan :
X1 = Working Capital / Total asset
X3 = Earning before interest and taxes / Total asset
ROA = Net income / Total asset

7.2 Variabel Dependen / Variabel Terikat ( Y )


Menurut (Sugiyono, 2016:59) pengertian variabel dependen dalam
bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Analisis
Komparasi dimana Model yang mempunyai tingkat akurasi paling tinggi
untuk memprediksi Financial Distress Klub Sepak Bola Spanyol.

9 Tekhnik Analisa Data


Metode ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode data kuantitatif. Digunakan metode kuantitatif karena penelitian ini akan
menganalisis masalah yang diwujudkan dengan nilai tertentu. Penelitian ini juga
menggunakan teknik anlisis regresi berganda karena menguji hubungan antara satu
variabel dependen terhadap lebih dari satu variabel independen.

9.1 Analisis Deskriptif


Analisis deskriptif merupakan sebuah analisis yang dilakukan dengan
memaparkan atau mendeskripsikan data. Analisis ini digunakan untuk
menggambarkan informasi yang dapat digali dari data secara komprehensif dengan
cara mendeskripsikan data melalui berbagai macam cara. Cara tersebut antara lain
penyajian data menggunakan tabel dan grafik, meringkas dan menjelaskan data terkait
ukuran pemusatan (central tendency) dan variasi data ataupun bentuk distribusi data.

9.2 Uji Keakuratan Model Prediksi


Pengujian ini dilakukan untuk menguji tingkat akurasi masing-masing model prediksi.
Uji keakuratan dilakukan dengan membandingkan hasil prediksi masing - masing
model dengan kategori sampel financial distress dan non-financial distress yang telah
ditentukan. Langkah tersebut dilakukan untuk melihat prediksi benar antara hasil
prediksi model dengan yang sebenarnya. Menurut Ghozali (2016: 289) tingkat akurasi
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

Tingkat akurasi = ( jumlah prediksi benar / jumlah sampel ) x 100%

Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah tingkat kesalahan atau eror dari prediksi
masing-masing model. Tingkat eror dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Eror tipe 1 merupakan kesalahan di mana pada
kenyataannya terjadi financial distress tetapi hasil prediksi
model non-financial distress.
2. Eror tipe 2 adalah kesalahan di mana kenyataannya non-
financial distress tetapi hasil prediksi model mengalami
financial distress (Gerritsen, 2015).
Berikut merupakan perhitungan tingkat eror :
Tipe eror 1 = ( jumlah kesalahan tipe 1 / jumlah sampel ) x 100%
Tipe eror 2 = ( jumlah kesalahan tipe 2 / jumlah sampel ) x 100%
DAFTAR PUSTAKA

Fatmawati, Mila. 2012. “Penggunaan The Zmijewski Model, The Altman Model, dan The
Springate Model sebagai Prediktor Deliting”. Jurnal Keuangan dan Perbankan.
Vol.16, no.1, hlm. 56-65

Lutfiyyah, Inayatul & Bhilawa, Loggar. 2020. Analisis Akurasi Model Altman Modifikasi
(Z”-Score), Zmijewski, Ohlson, Springate Dan Grover Untuk Memprediksi Financial
Distress Klub Sepak Bola. Jurnal Akuntansi Volume 13 Nomor 1, Mei 2021 : 46 - 60
Sari, Enny Wahyu Puspita. 2014. “Penggunaan Model Zmijewski, Springate, Altman Z-Score Dan
Grover Dalam Memprediksi Kepailitan Pada Perusahaan Transportasi Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia”.

Widiasmara, Anny & Catur, Henny Rahayu. 2019. “Perbedaan Model Ohlson, Model Taffler
Dan Model Springate Dalam Memprediksi Financial Distress”. Jurnal Akuntansi Vol.
3 No. 2 Oktober 2019

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2020. FIFA.


https://id.wikipedia.org/wiki/FIFA

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2020. La Liga.


https://id.wikipedia.org/wiki/La_Liga
Yunia, Silva. 2018. “Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam
Memprediksi Kebangkrutan Perbankan Syariah Di Indonesia Periode Penelitian 2013-
2017”
Zakkiyah, Ufi Zuhriyatuz & Wijono, Topo & Endang NP, M. G. Wi .2013. “Analisis
Penggunaan Model Zmijewski (X-Score) Dan Altman (Z-Score) Untuk Memprediksi
Potensi Kebangkrutan (Studi Pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di
(BEI) Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012)”

Anda mungkin juga menyukai