Fietoria
School of Accounting
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Harapan Bangsa, Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Email: fietoriadjie@gmail.com
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of professionalism, independence, competence, and work
experience have an impact toward audit quality, both partially or simultaneously. The type research is
quantitative research causality. Data obtained in this study are primary data through questionnaires
closed to the auditor who works at KAP Bandung listed in the Directory Ikatan Akuntan Publik
Indonesia in 2015.
The result in this study is the professionalism, independence, and work experiencepartially no
significant effect on audit quality except competence partially significant effect on audit quality, while
simultaneous professionalism, independence, competence, and work experience effect on audit quality.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan
pengalaman kerja terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik baik secara parsial maupun
simultan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kausalitas. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer melalui penyebaran kuesioner tertutup kepada
auditor yang bekerja di KAP Bandung yang terdaftar di Direktori Ikatan Akuntan Publik Indonesia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa profesionalisme, independensi, pengalaman kerja secara
parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit kecuali kompetensi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan secara simultan profesionalisme,
independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas audit.
1.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen yang
dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan harus relevan dan dapat diandalkan. Para
pemakai informasi menggunakan jasa auditor eksternal untuk mengukur karakteristik yang
dibutuhkan dan memberikan jaminan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen
relevan dan dapat diandalkan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang
berkepentingan.
Akuntan publik mendapat kepercayaan dari klien dan pihak-pihak lain untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Laporan keuangan yang
telah di buat perlu diaudit oleh auditor eksternal karena laporan keuangan kemungkinan
mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Besarnya
1
kepercayaan pengguna laporan keuangan pada akuntan publik ini mengharuskan akuntan
publik memperhatikan profesionalismenya yang akan mempengaruhi kualitas auditnya.
Profesionalisme merupakan suatu keharusan bagi seorang auditor dalam menjalankan
tugasnya. Profesionalisme seorang profesional akan semakin penting apabila profesionalsime
dihubungkan dengan hasil kerja individunya sehingga pada akhirnya dapat memberi keyakinan
terhadap laporan keuangan bagi sebuah perusahaan atau organisasi dimana auditor bekerja.
Oleh karena itu, auditor dituntut untuk profesional dalam setiap tugasnya, auditor yang
memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusinya yang dapat
dipercaya oleh para pengambil keputusan.
Selain ini juga, akuntan publik merupakan auditor independen yang menyediakan jasa
kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh
klien. Tugas akuntan publik adalah memeriksa dan memberikan opini terhadap kewajaran
laporan keuangan suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Oleh karena itu, akuntan publik memiliki kewajaran menjaga
kualitas audit yang dihasilkannya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
Seorang auditor juga membutuhkan sikap yang independen dan mematuhi kode etik
yang sudah ditetapkan demi mendapatkan kualitas audit yang baik. Auditor harus memegang
teguh independensinya sehinga dapat melakukan audit dengan baik. Auditor harus memiliki
sikap netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan. Jika independensi dari auditor
terganggu maka dapat mempengaruhi kualitas dari hasil audit.
Seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi terlebih dahulu sebelum
dapat menjadi independen karena seorang auditor yang tidak kompeten tidak mungkin dapat
bertindak independen dalam melaksanakan tugas auditnya. Auditor yang tidak berkompeten
cenderung bergantung pada pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas auditnya karena
keterbatasan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki.
Auditor dalam melaksanakan audit harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal yang
selanjutnya melalui pengalaman dan praktik audit. Selain itu auditor harus menjalani pelatihan
teknis yang cukup yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Adanya pelatihan
khusus bagi auditor bertujuan untuk meningkatkan mutu personal dan meningkatkan keahlian
khusus di salah satu bidang untuk auditor menghasilkan kualitas audit yang baik.
Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan
audit dengan benar dan juga bermanfaat untuk menjaga objektivitas dan integritas auditor.
Selain profesionalisme, independensi dan kompetensi, pengalaman kerja seorang
auditor juga merupakan suatu faktor yang penting untuk menunjang suatu kualitas audit yang
baik. Adanya pengalaman kerja yang baik seorang auditor akan memiliki keahlian audit dalam
mendeteksi masalah yang diperiksanya. Pengalaman kerja juga sangat berperan penting dalam
meningkatkan keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh auditor.
Berdasarkan kasus yang terjadi pada akuntan publik, maka KAP perlu meningkatkan
kualitas audit sehingga dapat dipercaya oleh pihak yang berkepentingan. Selain itu, terkait
kasus-kasus kegagalan audit muncul pertanyaan bagaimana kualitas audit yang dihasilkan,
seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini, seberapa besar tingkat
profesionalisme terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Kualitas audit penting karena dengan
kualitas audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya
sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak lain seperti investor. Selain itu adanya
kekawatiran akan merebaknya skandal keuangan dapat mengikis kepercayaan publik terhadap
laporan keuangan dan profesi akuntan publik.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan berbagai uraian diatas, maka rumusan masalah yang diambil oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh profesionalisme terhadap kualitas audit?
2. Bagaimana pengaruh independensi terhadap kualitas audit?
3. Bagaimana pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit?
4. Bagaimana pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas audit?
5. Bagaimana pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman
kerja terhadap kualitas audit?
II.1.3 Independensi
Independensi menurut Arens, Elder, & M. (2011) dapat diartikan mengambil sudut
pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus
independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila
auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan
independensi dalam penampilan (independence in apperance) adalah penghindaran fakta dan
keadaan yang begitu signifikan yang bagi pihak ketiga yang layak dan mempunyai cukup
informasi (reasonable and informed third party) akan menyimpulkan bahwa integrity,
objectivity atau professional skepticism dari anggota tim sudah tercemar.
Independensi menurut Mulyadi (2011) adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh,
tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi menurut
Arens, Radal, Mark, & Amir (2011), berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit.
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah dalam semua hal yang berkaitan
dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap
mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan organisasi yang dapat
mempengaruhi independensinya. Pernyataan standar umum kedua ini menjelaskan bahwa
organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan
independensinya sedemikian rupa sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan dan
rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak
memihak oleh pihak manapun (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011).
3
II.1.4 Kompetensi
Standar umum pertama dalam SPAP menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
(Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011). Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan bagi
auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta mengikuti
pendidikan profesional yang berkelanjutan (Arens, Elder, & M., 2011).
Arens, Elder, & M. (2011) menegaskan bahwa:
“Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan
harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan
guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti”.
Arens mengingatkan juga bahwa kompetensi orang-orang yang bertugas untuk
melaksanakan kegiatan audit tidak akan ada nilainya apabila tidak bersikap independen dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Menurut Tuanakotta (2013), kompetensi merupakan
keahlian seorang auditor diperoleh dari pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan. Setiap
auditor wajib memenuhi persyaratan tertentu untuk menjadi auditor. Menurut Lilis (2010)
seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang
atau tidak pernah membuat kesalahan.
4
II.2 Penelitian Sebelumnya
Berikut beberapa penelitian sebelumnya terkait profesionalisme, independensi,
kompetensi, pengalaman kerja, dan kualitas audit:
5
Judul Penelitian Nama Variabel Metode Kesimpulan
Peneliti Penelitian
6
Pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas audit mengharuskan auditor
memiliki dan mempertahankan sikap independensi dalam menjalankan tugasnya. Auditor juga
harus mempertahankan sikap independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk
menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen. Jika auditor tidak
independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik.
Berdasarkan penelitian (Tjun, Marpaung, & Setiawan, 2012) menunjukkan hasil bahwa
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Menurut penelitian
(Kurnia, Komsiyah, & Sofie, 2014) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H2: Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
7
adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan
audit sehingga audtor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat serta objektif. Selain itu juga
pengalaman kerja merupakan salah satu hal yang penting dalam menghasilkan audit yang
berkualitas sehingga dapat memperluas pengetahuan yang sudah dimiliki oleh seorang auditor.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H5: Profesionalisme, independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
8
4. Pendidikan dari auditor sesuai dengan bidang yang ditekuni dan minimal D3 Akuntansi.
5. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik dengan jabatan pimpinan sampai
dengan staff audit.
9
No Nama KAP Jumlah Sampel
10 KAP Moch. Zainuddin, Sukmadi & Rekan 3
11 KAP Sabar & Rekan 2
Jumlah 35
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
65,71% berjenis kelamin pria dan 34,29% berjenis kelamin wanita. Berdasarkan tabel diatas,
dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah pria dengan persentase 65,71%.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
40% memiliki pendidikan terakhir S2, 51,43% memiliki pendidikan terakhir S1 dan 8,57%
memiliki pendidikan terakhir D3. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir S1 dengan persentase sebesar 51,43%.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
5,71% memiliki jabatan manajer, 22,86% memiliki jabatan senior auditor, 68,51% memiliki
jabatan junior auditor, dan 2,86% memiliki jabatan staff audit. Berdasarkan tabel diatas, dapat
disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki jabatan junior auditor dengan persentase
sebesar 68,51%.
10
IV.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Berikut hasil data yang di dapatkan:
Tabel IV. 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja Jumlah Persentase
Antara 2-5 tahun 27 77,14
>5 tahun 8 22,86
Jumlah 35 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
77,14% memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun dan 22,86% memiliki
pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki pengalaman antara 2 sampai dengan 5 tahun dengan persentase
sebesar 77,14%.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden dalam penelitian ini
5,71% memiliki sertifikasi CPA dan 82,86% memiliki sertifikasi CA/Ak, 2, 86% memiliki
sertifikasi CPSAK, 8,57% memiliki sertifikasi lain-lain yaitu Brevet A & B. Berdasarkan tabel
diatas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki sertifikasi CA/Ak dengan
persentase 82,86%.
5
Sumber: SPSS (2016)
11
Berdasarkan hasil uji reliabilitas di dapatkan hasil cronbach alpha (α) >0,70 yaitu 0,942
sehingga dapat disimpulkan pengukuran tersebut memiliki tingkat konsistensi atau reliabilitas
yang baik dengan kata lain hasil kuesioner dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang
konsisten.
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, maka variabel-variabel penelitian ini dapat
dideskripsikan dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Variabel profesionalisme menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30.
Nilai rata-rata profesionalisme sebesar 25,4857 sedangkan standar deviasinya sebesar
2,36856. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8.
Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1 dan 10.
2. Variabel independensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 22. Nilai
rata-rata (mean) independensi sebesar 19,9714 sedangkan standar deviasinya sebesar
1,31699. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1,
6, 9, 11, 21, 22, 23, dan 35. Nilai maksimum sebesar 22 merupakan indikator jawaban
dari responden ke 5, 8, dan 31.
3. Variabel kompetensi menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 29. Nilai
rata-rata (mean) kompetensi sebesar 25,6571 sedangkan standar deviasinya sebesar
2,28734. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8.
Nilai maksimum sebesar 29 merupakan indikator jawaban dari responden ke 1, 2, 7, 9,
10, 17, dan 33.
4. Variabel pengalaman kerja menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30.
Nilai rata-rata (mean) pengalaman kerja sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya
sebesar 2,37352. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari
responden ke 8. Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari
responden ke 1, 2, 10, dan 17.
5. Variabel kualitas audit menunjukkan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 30. Nilai
rata-rata (mean) kualitas audit sebesar 25,6857 sedangkan standar deviasinya sebesar
2,50277. Nilai minimum sebesar 18 merupakan indikator jawaban dari responden ke 8.
Nilai maksimum sebesar 30 merupakan indikator jawaban dari responden ke 2, 10, 17,
dan 33.
12
Tabel IV. 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Berdasarkan tabel di atas, hasil perhitungan nilai tolerance dan VIF menunjukkan tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance <0,10 dan VIF menunjukkan hasil tidak
ada variabel independen yang memiliki nilai VIF >10. Jadi dapat disimpulkan pada penelitian
ini tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi
Grafik scatterplots di atas, menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan pada penelitian ini tidak
ada heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil uji menggunakan scatterplots tersebut
dipastikan kembali dengan menggunakan uji park. Berdasarkan hasil dari uji
13
heteroskedastisitas menggunakan uji park yang dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai
t hitung dengan t tabel. Apabila nilai t hitung lebih kecil daripada nilai t tabel maka tidak ada
heterokedastisitas. Nilai t tabel dalam penelitian ini adalah 2,04. Keseluruhan nilai t yang di
dapat menunjukkan hasil lebih kecil daripada t tabel. Maka dapat disimpulkan model regresi
dalam penelitian ini tidak ada heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil output di atas, menujukkan bahwa variabel kompetensi saja yang
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, hal ini dapat dilihat dari probabilitas
signifikansi untuk kompetensi sebesar 0,022. Dapat dilihat bahwa nilai yang dihasilkan lebih
kecil dari 0,05. Sedangkan nilai signifikansi untuk variabel profesionalisme adalah sebesar
0,504 nilai signifikansi untuk variabel independensi adalah sebesar 0,685, sedangkan untuk
variabel pengalaman kerja nilai signifikansinya adalah 0,156. Variabel profesionalisme,
independensi, dan pengalaman kerja menunjukkan nilai signifikansi di atas 0,05, ini
menunjukkan bahwa variabel profesionalisme, independensi, dan pengalaman kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Variabel independen dikatakan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansinya berada di bawah atau lebih
kecil dari 0,05.
14
IV.4.3.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (uji-F)
Berikut adalah hasil uji-F:
Berdasarkan tabel diatas, nilai statistik F sebesar 19,091 Nilai statistik F tersebut lebih
besar jika dibandingkan dengan F tabel yaitu 2,69. Maka dapat disimpulkan profesionalisme,
independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama
15
Berdasarkan penjabaran diatas di dapatkan hasil yaitu hipotesis yang diajukan
profesionalisme berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang
didapatkan yaitu 0,504 lebih besar daripada 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.
Berdasarkan tabel IV.30 didapatkan hasil 10% rsponden menjawab sangat setuju
dengan pernyataan yang berhubungan dengan independensi yang diproksikan dengan
hubungan dengan klien, independensi dalam pekerjaan dan laporan, sebanyak 43,81%
responden menjawab setuju, 19,05% responden menjawab ragu-ragu, 23,33% responden
menjawab setuju, dan sebanyak 3,81% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan
yang berhubungan dengan independensi.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka hipotesis yang diajukan yaitu independensi
berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang dihasilkan yaitu
0,685 lebih besar dari 0,05. Berdasarkan jawaban dari kuesioner yang dibagikan mengenai
independensi di dapatkan hasil independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.
Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel independensi di dapatkan banyaknya responden
yang menjawab ragu-ragu atas pernyataan yang berkaitan dengan independensi seperti auditor
akan menerima penugasan dari klien walaupun ada hubungan dalam bisnis. Persentase untuk
jawaban ragu-ragu sebanyak 34,29%. Seharusnya auditor tidak boleh menerima penugasan
audit jika pernah ada hubungan dalam bisnis karena dapat mengurangi sikap independensi dari
seorang auditor.
Persentase untuk jawaban ragu-ragu atas pernyataan auditor selalu menolak
pemeriksaan dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien adalah sebesar 40%. Hal ini
juga seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang auditor yaitu menerima tugas pemeriksaan
dari klien jika pernah menjadi konsultan dari klien karena akan mengurangi sikap independensi
seorang auditor. Berdasarkan penjabaran diatas, di dapatkan hasil H2 yang diajukan yaitu
independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ditolak karena nilai signifikansi yang
didapatkan yaitu 0,685 lebih besar daripada 0,05 sehingga HO diterima dan H2 ditolak.
Jika dilihat secara keseluruhan penyebab dari tidak berpengaruhnya independensi
adalah sebanyak 19,05% responden menjawab ragu-ragu untuk pernyataan yang berhubungan
dengan independensi, 23,33% responden menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang
16
berhubungan dengan independensi, dan sebanyak 3,81% responden menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan hasil yang didapat dapat dilihat auditor kurang bisa menjaga sikap
independensinya yaitu sikap netral dan menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,
melaksanakan, dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan.
Berdasarkan tabel IV.37 didapatkan hasil yaitu sebanyak 32,28% responden menjawab
sangat setuju dengan pernyataan yang berkaitan dengan kompetensi yang diproksikan dengan
pengetahuan umum dan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seorang auditor, sebanyak
62,86% responden menjawab setuju, dan sebanyak 4,76% responden menjawab ragu-ragu
untuk pernyataan yang berhubungan dengan kompetensi. Berdasarkan penjabaran di atas di
dapatkan hasil hipotesis yang diajukan yaitu kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit
diterima sehingga H0 ditolak, H3 diterima.
17
IV.5.4 Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit
Berdasarkan tabel IV.15 dapat diketahui bahwa signifikansi pengalaman kerja adalah
sebesar 0,156. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa
pengalaman kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu koefisien
regresinya sebesar 0,367. Jika dilihat dari polanya, nilai koefisien yang bertanda positif tersebut
menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman kerja maka semakin tinggi pula kualitas audit
yang dihasilkan.
Hasil yang di dapat sejalan dengan penelitian Futri & Juliarsa (2014) yang mengatakan
bahwa pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Faktor yang menyebabkan
kurangnya pengalaman seorang auditor adalah kurang lamanya auditor bekerja pada Kantor
Akuntan Publik dan selain itu kurangnya tugas yang dihadapi auditor.
Penyebab pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dalam penelitian
ini adalah sebagian besar responden adalah auditor yang menjabat sebagai junior auditor dan
masa kerjanya masih kurang sehingga respon untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan
dengan variabel pengalaman kerja cederung menghasilkan jawaban tidak berpengaruh.
Berdasarkan jawaban kuesioner 1 orang yang memiliki jabatan staff suadit, 24 orang responden
yang memiliki jabatan junior auditor, 8 responden yang memiliki jabatan senior auditor, 2
responden yang memiliki jabatan manager. Berdasarkan jawaban kuesioner juga didapatkan
hasil hanya 8 responden yang sudah memiliki pengalaman kerja lebih dari 5 tahun sedangkan
sisanya 27 responden sudah memiliki pengalaman kerja antara 2 sampai dengan 5 tahun.
Berdasarkan pernyataan yang diajukan untuk mengukur pengalaman kerja di dapatkan
hasil:
Tabel IV.18 Tanggapan Pernyataan Pengalaman Kerja
Persentase
Tanggapan Jumlah
1 2 3 4 5 6
SS 31.43 60 28,57 25,71 22,86 20 31,43
S 65,71 37,14 68,57 68,57 74,29 77,14 65,24
RR 2,86 2,86 2,86 5,71 2,86 2,86 3,33
TS 0 0 0 0 0 0 0
STS 0 0 0 0 0 0 0
18
ditetapkan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menghasilkan audit yang
berkualitas. Sikap profesionalisme seorang auditor sangat berperan penting dalam pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan. Pernyataan ini sesuai dengan standar umum ketiga dalam SPAP
yaitu dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Independensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam
melakukan tugas pemeriksaan. Independensi menurut standar umum kedua dalam SPAP yaitu
dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dan sikap harus
dipertahankan oleh auditor. Pernyataan dalam standar umum kedua ini menjelaskan bahwa
auditor bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan sikap independensinya sedemikian
rupa sehingga pendapat, kesimpulan, pertimbangan, dan opini dari hasil pemeriksaan tidak
memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.
Selain itu juga, kompetensi merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang
auditor dalam melaksanakan tugas pemeriksaan. Menurut standar umum yang pertama dalam
SPAP yaitu audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Standar ini diinterpretasikan sebagai keharusan
bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi serta
mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan untuk menghasilkan audit yang
berkualitas.
Pengalaman kerja merupakan lamanya auditor bekerja sebagai auditor. Semakin lama
dan banyaknya pengalaman kerja yang dimiliki seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan
maka akan semakin baik juga kualitas audit yang dihasilkan. Semakin lama menjadi auditor
maka dapat lebih mudah mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh klien baik yang secara
langsung maupun yang masih berpotensi dilakukan tindakan kecurangan.
V.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang diajukan adalah:
1. Untuk meningkatkan kualitas audit, seorang auditor dituntut agar bertindak profesional
dalam melakukan pemeriksaan. Sikap profesionalisme yang rendah akan menumpulkan
kepekaan auditor terhadap kecurangan baik yang nyata maupun yang berupa potensi
atau terhadap tanda-tanda bahaya yang akan mengindikasikan adanya kesalahan dan
kecurangan
2. Auditor diharapkan dapat bertindak independen yaitu dapat bersikap netral serta
menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, dan
melaporkan pekerjaan yang dilakukan.
3. Auditor sebagai pelaksana tugas audit seharusnya dapat mengoptimalkan penggunaan
pengalaman kerja yang dimiliki agar dapat mendeteksi apabila ada penyimpangan
dalam pelaksanaan kegiatan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, S. (2013). Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Edisi
4 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Agusti, R., & Pertiwi, N. P. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Profesionalisme
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Se Sumatera).
Jurnal Ekonomi Volume 21, Nomor 3 September 2013.
Arens, A. A., Radal, J. E., Mark, S. B., & Amir, A. J. (2011). Jasa Audit dan Assurance, Edisi
Tiga Belas, Jilid Satu. New Jersey: Pearson Education.
Arens, A., Elder, R., & M., B. (2011). Auditing and Assurance Services. New York: Pearson.
Budiman, M. A. (2010). Pengaruh Audit Judgment, Independensi dan Komitmen Profesional
Auditor Terhadap Kualitas Auit.
DocSlide. (2015, 09 28). Retrieved from Kasus Enron dan Akibatnya:
http://dokumen.tips/documents/kasus-enron-dan-akibatnya-5608e480abde1.html
Futri, P. S., & Juliarsa, G. (2014). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Tingkat
Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman dan Kepuasan Kerja Auditor Pada Kualitas
Audit Kantor Akuntan Publik di Bali.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS
Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono, J. (2010). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, H. (2010). Pengaruh Lingkungan Kerja, Independensi, dan Pengalaman Auditor
Terhadap Kualitas Audit.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesi Akuntan Publik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011).
Kompasiana. (2015, 04 17). Retrieved from Kasus Kimia Farma (Etika Bisnis):
http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-etika-
bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb
Kompasiana. (2015, 04 16). Retrieved from Kasus Audit Umum PT KAI:
http://www.kompasiana.com/www.hendri.com/permasalahan-isu-
audit_5535b24a6ea8340823da4340
Kurnia, W., Komsiyah, & Sofie. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Tekanan Waktu
dan Etika Auditor Terhadap Kualitas Audit.
Lilis, A. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas dan Motivasi Terhadap
Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No 3 Desember 2010.
Mahardika, M. H., Herawati, N. T., & Putra, I. A. (2015). Pengaruh Profesionalisme,
Pengalaman Kerja Keahlian Audit, Independensi dan Etika Pemeriksa Terhadap
Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Inspektorat Kabupaten Bandung).
Mulyadi. (2011). Auditing. Yogyakarta: Salemba Empat.
Pengertian Ahli. (2013, 11). Retrieved from
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-populasi-dan-sampel.html
Pengertian Ahli. (2013, 11). Retrieved from Pengertian Data dan Jenis Data:
http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-data-dan-jenis-data.html
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2015. (2015).
PPPK. (2014). Profil Akuntan Publik & Kantor Akuntan Publik.
Putri, S. W. (2013). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja Terhadap
Kualitas Audit (Studi Pada Auditor di KAP Wilayah Surakarta dan Yogyakarta).
Republika. (2014, 12 05). Retrieved from Mengingat Kembali Awal Mula Kasus Bank
Century: http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/12/05/ng2qzj-
mengingat-kembali-awal-mula-kasus-bank-century
20
Rumengan, I. E., & Rahayu, S. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Pengalaman
Kerja Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di Bandung.
Tjun, L. T., Marpaung, E. I., & Setiawan, S. (2012). Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi Vol. 4 No. 1Mei 2012.
Tuanakotta, T. (2013). Audit Kontemporer.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik. (2011).
21