Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) merupakan lembaga audit
yang berada dibawah pemerintahan atau bagian dari pemerintahan. Tata
kelola pemerintah yang baik (good governance government) ditandai dengan
menggunakan tiga pilar yang merupakan elemen dasar yang saling berkaitan.
Elemen dasar tadi merupakan partisipasi, transparansi dan akuntabilitas.
Salah satu fungsi yang harus ada dalam proses akuntabilitas publik adalah
fungsi pemeriksaan atau auditing (Susanti,2019).
Inspektorat wilayah provinsi merupakan suatu lembaga yang
meyelenggarakan aktivitas, pengawasan dan pemeriksaan terhadap
pemerintah wilayah, sehingga dalam tugasnya inspektorat sama dengan
auditor internal. Dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik pada
pemerintahan wilayah, pemerintah wajib melakukan perubahan pada segala
aspek pengelolaan keuangan daerah Perubahan audit baik internal juga
eksternal pada penyelenggaraan pemerintahan adalah langkah yang wajib
dilakukan. Adanya perubahan pada bidang pengawasan maka kualitas
pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat akan semakin baik, dan
mempertinggi kualitas output pemeriksaan pada pengawasannya (Laksita dan
Sukirno, 2019).
Inspektorat sebagai auditor internal pemerintah diharapkan dapat
memberikan kontribusi penting dalam fungsinya sebagai pemeriksa guna
meminilasir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dan merugikan negara
dengan melaksanakan setiap perencanaan audit dengan sikap profesional, dan
dapat memberikan informasi berupa temuan-temuan audit yang dapat
dipercaya sebagai cerminan kualitas auditnya. Rendahnya kualitas audit
menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, berikut
merupakan beberapa contoh fenomena mengenai rendahnya kualitas audit.

1
Berdasarkan tindak lanjut hasil audit yang dilakukan oleh inspektorat
Kota Kupang, data awal dalam Rencana Strategis Inspektorat terdapat 228
rekomendasi hasil pemeriksaan internal yang harus ditindak lanjuti dan belum
mendapatkan status penyelesaian tindak lanjut “Selesai (S)”. Persentase
rekomendasi yang ditargetkan untuk mendapatkan status penyelesaian tindak
lanjut “selesai”. pada fenomena yang terjadi bahwa target penyelesaian tindak
lanjut hasil audit tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa kualitas audit Inspektorat masih
kurang baik. (18/02/2019.http:// portal.kupang.go.id /assets/download /
LKIP2020/03inspektorat/LKIP_Inspektorat_KotaKupang_2020)
Kualitas audit sangat penting dalam melakukan kegiatan audit karena
dengan kualitas audit yang baik akan menghasilkan laporan hasil yang dapat
dipercaya dan apa adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkaitan. Dan
jika kualitas audit sektor publik rendah, akan memudahkan lembaga
pemerintah untuk menyimpang dari penggunaan anggaran, dan risiko litigasi
terhadap pejabat pemerintah yang melakukannya (Raharjo dan Mahyuni,
2019).
Auditor diharapkan menerapkan dan menegakkan prinsip-prinsip etika,
yaitu integritas, objektivitas, kerahasiaan, kompetensi, akuntabel, dan
perilaku profesional. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan
publik, setiap auditor harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan
integritas setinggi mungkin. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nasrullah Adi Nugroho (2014), Annisa Parasayu dan Abdul Rohman
(2014), Indah Pujiastusi (2014), Danang Febri Prasetyo dan Agus Endro
Suwarno (2016), dan Rizky Pasca Baisary (2013) yang menujukkan bahwa
integritas berpengaruh terhadap kualitas audit dapat diartikan bahwa semakin
tinggi tingkat integritas yang di miliki auditor maka semakin tinggi kualitas
audit yang dihasilkan.

2
Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi sebagai
sebuah etika auditor, bukan hanya saja terhadap profesi namun juga atas
nama pribadi. Penelitian Martini (2012), Titin Rahayu dan Bambang Suryono
(2016), Annisa Parasayu dan Abdul Rohman (2014) dan Ayu Priyansari dan
Natalistyo (2012) menujukkan bahwa etika auditor memiliki pengaruh
terhadap kualitas audit.
Auditor juga harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizky Pasca Baisary (2013)
yang menujukkan bahwa adanya pengaruh signifikan kerahasiaan terhadap
kualitas audit.
Kompetensi yang baik dari setiap auditor juga harus dimiliki karena
merupakan kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Refdi, Kirmizi dan Restu Agusti (2011), Danang Febri Prasetyo dan
Agus Endro Suwarno (2016), Rizky Pasca Baisary (2013) yang menunjukkan
bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit sehingga semakin
tinggi tingkat kompetensi seorang auditor akan semakin baik kualitas hasil
audit yang dihasilkan.
Adapun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang
pertama, Indepedensi Menurut Mautz dan Sharaf dalam Theodorus M.
Tuanakotta (2014:64) bahwa Independensi mencerminkan sikap tidak
memihak serta tidak dibawah pengaruh tekanan atau pihak tertentu dalam
mengambil tindakan dan keputusan. Faktor Kedua Objektifitas adalah sikap
mental bebas yang harus dimiliki oleh auditor internal (Hery, 2017). Faktor
Ketiga Pengalaman kerja suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan
yang dimiliki pegawai untuk mengemban tanggungjawab dari pekerjaan
sebelumnya (Marwansyah dalam Wariati ,2015). Faktor keempat Kompetensi

3
sebagai keharusan bagi auditor untuk memiliki pendidikan formal auditing
dan akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi pekerjaan yang
sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan profesional yang berkelanjutan
Amir Abadi Jusuf (2017:42). Faktor kelima Integritas adalah komitmen
seorang auditor pada dirinya sendiri dan terhadap lembaga dimana dia bekerja
yang dapat tercermin dalam tindakan-tindakan yang akan dia dilakukan
(Pranata,2018).
Penelitian ini adalah untuk menguji terhadap kualitas audit internal.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk melengkapi penelitian yang
dilakukan sebelumnya. Selain itu manfaat lainnya adalah untuk
mengkonfirmasi ulang penelitian terdahulu. Karena ditemukan hasil yang
berbeda-beda antara penelitian terdahulu. Ini terlihat dari hasil penelitian
yang cenderung tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda dan
variabel-variabel yang berbeda. Penelitian ini penting untuk melihat auditor
pemerintah dapat konsisten dalam menjaga dan mempertahankan kualitas
hasil audit internalnya. Sehingga perlu dilakukan penelitian ini mengenai
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Internal Pada
Kantor Inspektorat Kota Kupang.”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Aaudit Pada
Kantor Inspektorat Kota Kupang ?
2. Bagaimana Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor
Inspektorat Kota Kupang ?
3. Bagaimana Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit Pada
Kantor Inspektorat Kota Kupang?
4. Bagaimana Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor
Inspektorat Kota Kupang?
5. Bagaimana Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor
Inspektorat Kota Kupang?

4
6. Bagaimana Pengaruh Indepedensi, Objektivitas, Pengalaman
Kerja, Kompetensi, Integritas Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor
Inspektorat Kota Kupang ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini :
1. Untuk Mengetahui Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Audit
3. Untuk Mengetahui Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas
Audit
4. Untuk Mengetahui Pengaruh Kompetensi Berpengaruh Terhadap
Kualitas Audit
5. Untuk Mengetahui Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit
6. Untuk Mengetahui Pengaruh Independensi, Objektivitas, Pengalaman
Kerja, Kompetensi, Integritas Terhadap Kualitas Audit

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi Lembaga APIP (Inspektorat Kota Kupang)
sebagai stakeholders internal agar senantiasa untuk menggunakan dan
meningkatkan keahlian para auditornya agar dapat diperoleh hasil
pemeriksaan yang berkualitas.
b. Bagi Penulis
Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah sebagai sarana untuk
belajar dan mempraktekan hal-hal yang dipelajari selama kuliah, serta
dapat mengembangkan wawasan dan kemampuan analisis khususnya
tentang kualitas audit.
c. Bagi Akademis
Manfaat penelitian ini bagi Universitas Muhammadiyah Kupang
adalah dapat menambah referensi dan koleksi kepustakaan khususnya
bagi mahasiswa yang membutuhkan.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Audit
a. Pengertian Audit
Menurut Arens (2015:2) Audit Suatu proses sistematik untuk memperoleh
dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
b. Jenis -jenis Audit
Dalam melaksanakan pemeriksaan, ada beberapa jenis audit yang dilakukan
oleh para auditor sesuai dengan tujuan pelaksanaan pemeriksaan. Menurut
Agoes (2012:11-13) ditinjau dari jenis pemeriksaannya, audit bisa dibedakan
menjadi 4 jenis yaitu:
1. Manajemen Audit (Operational Auditing) Suatu pemeriksaan terhadap
kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Auditing) Pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati peraturan-peraturan
dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak
intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal
(pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan
lain-lain).
3. Pemeriksaan Intern (Internal Auditing) Pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan

6
manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer Auditing Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang
memproses data akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data
Processing (EDP) System.
Ada 2 (dua) metode yang bisa dilakukan auditor :
1. Audit Around The Computer Dalam hal ini auditor hanya memeriksa
input dan output dari EDP System tanpa melakukan tes terhadap proces
dalam EDP System tersebut.
2. Audit Through The Computer Selain memeriksa input dan output,
auditor juga melakukan tes proses EDP-nya
c. Manfaat Audit
Manfaat Audit Audit ini bertujuan untuk membantu anggota organisasi
secara efektif memenuhi tanggung jawab mereka. Dalam kegiatan audit
internal kami akan mencoba melakukan analisis dan memberikan berbagai
proposal dan penilaian.
Berikut Ini Adalah Manfaat Dari Audit :
 Klasifikasi Tujuan audit adalah untuk memastikan bahwa semua
transaksi yang dicatat dalam log diklasifikasikan menurut jenis
transaksi.
 Jaminan akurasi Kegiatan audit bertujuan untuk memastikan bahwa
operasi dicatat sesuai dengan tanggal yang benar, informasi dalam
saldo akun sesuai dengan jumlah buku besar dan neraca umum
dilakukan dengan benar.
 Membuat batas Kegiatan audit bertujuan untuk memastikan bahwa
semua transaksi di dekat tanggal pelaporan dicatat pada periode yang
relevan. Registrasi transaksi pada akhir periode pelaporan
kemungkinan akan terdistorsi.
 Kepenuhan Audit dilakukan untuk memastikan bahwa semua
transaksi yang telah terjadi telah dicatat atau dicatat dengan semua
perincian.
 Jaminan akurasi Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa

7
semua transaksi dan saldo penilaian didokumentasikan dengan baik,
perhitungannya benar, jumlahnya benar dan diklasifikasikan sesuai
dengan jenis transaksi.
 Mata pencaharian Selama audit, semua aset dan liabilitas dicatat
sesuai dengan tanggal tertentu. Adapun nilai lainnya, semua transaksi
yang terdaftar sesuai dengan peristiwa aktual.
 Buat penilaian Kegiatan audit juga bertujuan untuk memastikan
penerapan yang benar dari semua prinsip akuntansi yang diterima
secara umum.
2.1.2 Stewardship Theory
Donaldson dan Davis (1991) mengemukakan dalam “Toward a
Stewardship Theory of Management” menggambarkan teori stewardship
sebagai situasi dimana manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan
individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk
kepentingan organisasi. Teori tersebut mengasumsikan adanya hubungan
yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan organisasi. Kesuksesan organisasi
menggambarkan maksimalisasi utilitas kelompok prinsipal dan manajemen.
Maksimalisasi utilitas kelompok pada akhirnya akan memaksimalisasikan
kepentingan individu yang ada dalam kelompok organisasi.
2.1.3 Teori Atribusi
Teori atribusi memberikan penjelasan proses bagaimana menentukan
penyebab atau motif perilaku seseorang (Gibson et al., 1994). Teori ini
diarahkan untuk mengembangkan penjelasan dari cara-cara kita menilai orang
secara berlainan, tergantung makna apa yang kita hubungkan (atribusikan) ke
suatu perilaku tertentu (Kelly, 1972). Teori ini mengacu pada bagaimana
seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri
(Luthans, 1998), yang ditentukan apakah dari internal atau eksternal maka
akan terlihat pengaruhnya terhadap perilaku individu (Gibson et al., 1994).
Penyebab perilaku tersebut dalam persepsi sosial dikenal dengan
dispositional attributions dan situational attributions (Luthans, 1998; Gibson
et al., 1994; Baron dan Greenberg, 1993) atau penyebab internal dan

8
eksternal (Robbins, 1996). Dispositional attributions atau penyebab internal
mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri
seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan, motivasi.
Situational attributions atau penyebab eksternal mengacu pada lingkungan
yang mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial, dan
pandangan masyarakat

2.2 Kualitas Audit.


Menurut Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley yang dialih
bahasakan oleh Amir Abadi Jusuf (2011:47), pengertian kualitas audit adalah
adalah : “Suatu proses untuk memastikan bahwa standar auditing yang
berlaku umum diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur
pengendalian kualitas audit khusus yang membantu memenuhi standar-
standar itu secara konsisten pada setiap penugasannya”.
1. STANDAR UMUM
a. 2000 - Kompetensi dan Kecermatan Profesional Penugasan audit
intern harus dilakukan dengan kompetensi dan kecermatan
profesional
 2010 - Kompetensi Auditor Auditor harus mempunyai pendidikan,
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, pengalaman, serta
kompetensi lain yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung
jawabnya.
01. Auditor harus memiliki pendidikan, pengetahuan, keahlian dan
keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang dibutuhkan
untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
02. Pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan,
kompetensi, dan pengalaman auditor memadai untuk pekerjaan audit
yang akan dilaksanakan.
 2011 - Latar Belakang Pendidikan Auditor Auditor harus mempunyai
tingkat pendidikan formal yang diperlukan.
03. Agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus

9
mempunyai kriteria tertentu dari kualifikasi pendidikan formal auditor
yang diperlukan untuk penugasan audit intern sehingga sesuai dengan
situasi dan kondisi auditi.
04. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal minimal dan
kualifikasi yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi auditi.
 2012 - Kompetensi Standar Kompetensi standar yang harus dimiliki
oleh auditor adalah kompetensi umum, kompetensi teknis audit intern,
dan kompetensi kumulatif.
05. Kompetensi umum terkait dengan persyaratan umum untuk dapat
diangkat sebagai auditor.
06. Kompetensi teknis audit intern terkait dengan persyaratan untuk
dapat melaksanakan penugasan audit intern sesuai dengan jenjang
jabatan Auditor.
07. Kompetensi minimal Auditor bersifat kumulatif, artinya
kompetensi pada tingkat atau jenjang jabatan Auditor yang lebih
tinggi merupakan kumulatif dari kompetensi pada tingkat atau jenjang
jabatan Auditor.
 2013 - Sertifikasi Jabatan serta Pendidikan dan Pelatihan
Berkelanjutan Auditor harus mempunyai sertifikasi jabatan fungsional
auditor (JFA) dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern
pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional
berkelanjutan (continuing professional education).
08. Auditor wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi
jabatan fungsional auditor (JFA) yang sesuai dengan jenjangnya
dan/atau sertifikasi lain di bidang pengawasan intern pemerintah.
09. Auditor wajib memiliki pengetahuan dan akses atas informasi
teraktual dalam standar, metodologi, prosedur, dan teknik.
 2014 - Penggunaan Tenaga Ahli Pimpinan APIP dapat menggunakan
tenaga ahli apabila Auditor tidak mempunyai keahlian yang
diharapkan untuk melaksanakan penugasan audit intern.

10
10. Pendidikan dan pengalaman auditor memungkinkan ia menguasai
atau memahami hal-hal bisnis secara umum, tetapi ia tidak diharuskan
memiliki keahlian sebagai seorang yang terlatih atau memenuhi syarat
untuk melaksanakan praktik profesi atau pekerjaan lain.
11. Pimpinan APIP harus memperoleh saran/nasihat dan bantuan dari
pihak yang berkompeten dalam hal auditor tidak memiliki
pengetahuan, keahlian dan keterampilan, serta kompetensi lain yang
diperlukan untuk melaksanakan penugasan audit intern.
12. Tenaga ahli yang dimaksud mencakup, namun tidak terbatas pada,
aktuaris, penilai (appraiser), pengacara, insinyur, konsultan
lingkungan, profesi medis, ahli statistik maupun geologi.
13. Dalam hal penggunaan tenaga ahli, auditor harus menilai
kualifikasi profesional, kompetensi, dan pengalaman yang relevan,
independensi, dan proses pengendalian kualitas dari tenaga ahli
tersebut sebelum menerima pekerjaan.
14. Dalam hal tenaga ahli digunakan untuk penugasan audit intern,
maka harus ada pemahaman dan komunikasi yang cukup antara
Auditor.
15. Ketepatan dan kelayakan metode dan asumsi yang digunakan dan
penerapannya merupakan tanggung jawab tenaga ahli, sedangkan
tanggung jawab auditor terbatas kepada simpulan dan fakta atas hasil
audit intern.
16. Pimpinan APIP harus menolak penugasan konsultansi atau
memperoleh saran/nasehat dan bantuan yang kompeten jika auditor
tidak memiliki pengetahuan, keahlian dan keterampilan, atau
kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau
sebagian dari penugasan.
 2020 - Kecermatan Profesional Auditor Auditor harus menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due
professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan audit intern.

11
17. Auditor harus merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya
dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent).
18. Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit.
19. Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan
profesional (professional judgment).
20. Auditor harus menerapkan Kecermatan Profesional (Due
Professional Care) selama penugasan konsultansi.
b. 2100 - Kewajiban Auditor
 2110 - Mengikuti Standar Audit Auditor harus mengikuti Standar
Audit dalam segala pekerjaan audit intern yang dianggap material.
23. Agar pekerjaan auditor dapat dievaluasi, maka setiap auditor wajib
untuk mengikuti Standar Audit dalam melaksanakan pekerjaannya
yang dianggap material
 2120 - Meningkatkan Kompetensi Auditor wajib meningkatkan
pengetahuan, keahlian dan keterampilan
24. Pendidikan dan Pelatihan Profesional Berkelanjutan (Continuing
Professional Education).
 2200 - Program Pengembangan dan Penjaminan Kualitas Pimpinan
APIP harus merancang, mengembangkan, dan menjaga program
pengembangan dan penjaminan kualitas yang meliputi semua aspek
kegiatan audit intern.
25. Pimpinan APIP harus merancang, mengembangkan, dan menjaga
program pengembangan dan penjaminan kualitas yang memungkinkan
dilakukannya evaluasi/reviu.
26. Program pengembangan dan penjaminan kualitas harus mencakup
penilaian intern dan ekstern.
27. Penilaian intern harus mencakup pemantauan berkelanjutan atas
kinerja kegiatan audit intern dan penilaian secara berkala dengan
penilaian sendiri atau penilaian oleh orang lain dalam APIP dengan
pengetahuan yang cukup tentang praktek audit intern.

12
28. Pemantauan berkelanjutan merupakan bagian integral dari
kegiatan audit intern sehari-hari.
29. Penilaian periodik juga dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian
pelaksanaan kegiatan audit intern dengan Kode Etik dan Standar.
30. Penilaian ekstern dilakukan melalui telaahan sejawat (peer
review).
2. STANDAR PELAKSANAAN AUDIT INTERN
a) 3000 - Mengelola Kegiatan Audit Intern Pimpinan APIP harus
mengelola kegiatan audit intern secara efektif untuk memastikan
bahwa kegiatan audit intern memberikan nilai tambah bagi auditi.
01. Kegiatan audit intern dikelola secara
 3010 - Menyusun Rencana Kegiatan Audit Intern Pimpinan APIP
harus menyusun rencana strategis dan rencana kegiatan audit intern
tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai risiko
terbesar dan selaras dengan tujuan APIP.
02. Rencana strategis sekurang-kurangnya berisi visi, misi, tujuan,
strategi, program dan kegiatan APIP selama lima tahun
03. Rencana kegiatan audit intern tahunan berisi rencana kegiatan
audit intern dalam tahun yang bersangkutan serta sumber daya yang
diperlukan.
04. Penyusunan rencana kegiatan audit intern tahunan didasarkan atas
prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan
pemeriksaan berulang-ulang,
 3020 - Mengomunikasikan dan Meminta Persetujuan Rencana
Kegiatan Audit Intern Tahunan Pimpinan APIP harus
mengomunikasikan dan meminta persetujuan rencana kegiatan audit
intern tahunan kepada pimpinan kementerian/lembaga/pemerintah
daerah.
05. Pimpinan APIP mengomunikasikan rencana kegiatan audit intern
tahunan dan kebutuhan sumber daya, termasuk perubahan interim
yang signifikan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga/Pemerintah

13
Daerah untuk disetujui.
 3030 - Mengelola Sumber Daya Pimpinan APIP harus mengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara ekonomis, efisien,
dan efektif, serta memprioritaskan alokasi sumber daya tersebut pada
kegiatan yang mempunyai risiko besar.
06. Sumber daya yang harus dikelola pimpinan APIP meliputi sumber
daya manusia, keuangan, dan peralatan.
07. Dengan terbatasnya alokasi dana dari Pemerintah maka pimpinan
APIP hendaknya membuat skala prioritas pada kegiatan audit intern
yang mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan tujuan APIP serta
pada kegiatan audit intern yang menurut peraturan perundang-
undangan harus diselesaikan dalam periode waktu tertentu.
08. Keterbatasan sumber daya tidak dapat dijadikan alasan bagi
pimpinan APIP untuk tidak memenuhi Standar Audit.
 3040 - Menetapkan Kebijakan dan Prosedur Pimpinan APIP harus
menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan kegiatan audit
intern.
09. Kebijakan dan prosedur kegiatan audit intern dibuat untuk
memastikan bahwa pengelolaan APIP serta pelaksanaan kegiatan
audit intern dapat dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif.
10. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan meliputi kebijakan dan
prosedur pengelolaan kantor dan kebijakan dan prosedur pelaksanaan
kegiatan audit intern.
11. Kebijakan dan prosedur yang sedang berjalan direviu terus
menerus untuk memastikan keefektifannya
 3050 - Melakukan Koordinasi Pimpinan APIP harus melakukan
koordinasi dengan, dan membagi informasi kepada, auditor eksternal
dan/atau auditor lainnya.
12. Tujuan koordinasi adalah untuk memastikan cakupan yang tepat
dan meminimalkan pengulangan kegiatan.
13. Koordinasi dilakukan dengan menyampaikan rencana kegiatan

14
audit intern tahunan serta hasil-hasil kegiatan audit intern yang telah
dilakukan APIP selama periode yang akan
 3060 - Menyampaikan Laporan Berkala Pimpinan APIP harus
menyusun dan menyampaikan laporan secara berkala tentang realisasi
kinerja dan kegiatan audit intern yang dilaksanakan APIP.
14. Laporan dimaksudkan untuk menyampaikan perkembangan
kegiatan audit intern sesuai dengan rencana kegiatan audit intern
tahunan, hambatan yang dijumpai, serta rencana kegiatan audit intern
periode berikutnya.
15. Laporan disampaikan kepada Pimpinan Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah minimal satu kali dalam enam bulan, atau periode
lainnya
 3070 - Menindaklanjuti Pengaduan dari Masyarakat Pimpinan APIP
harus menindaklanjuti pengaduan dari masyarakat.
16. Pengaduan masyarakat dapat berbentuk pengaduan tertulis atau
bentuk lainnya.
17. Pimpinan APIP berkewajiban untuk menindaklanjuti pengaduan
masyarakat.
b) 3100 - Sifat Kerja Kegiatan Audit Intern Kegiatan Audit Intern
harus dapat mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada
perbaikan tata kelola sektor publik, manajemen risiko, dan
pengendalian intern dengan menggunakan pendekatan sistematis
dan disiplin.
18. Proses tata kelola sektor publik, manajemen risiko, dan pengendalian
intern masing-masing tidak didefinisikan secara terpisah dan berdiri
sendiri sebagai suatu proses dan struktur.
 3110 - Tata Kelola Sektor Publik Kegiatan audit intern harus dapat
mengevaluasi dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk
meningkatkan proses tata kelola sektor publik.
19. Peran kegiatan audit intern, sebagaimana definisi audit intern,
mencakup tanggung jawab untuk mengevaluasi dan

15
mengembangkan proses tata kelola sektor publik sebagai bagian dari
fungsi assurance.
20. Kegiatan audit intern harus dapat mengevaluasi dan memberikan
rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola
sektor publik dalam pemenuhan atas tujuan-tujuan.
21. Kegiatan audit intern harus mengevaluasi rancangan,
implementasi, dan efektivitas etika organisasi terkait sasaran,
program, dan kegiatan, serta harus menilai pula apakah tata kelola
teknologi informasi auditi mendukung strategi dan tujuan auditi.
 3120 - Manajemen Risiko Kegiatan audit intern harus dapat
mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi terhadap perbaikan
proses manajemen risiko.
22. Untuk menentukan apakah proses manajemen risiko adalah
efektif yaitu melalui hasil pertimbangan (judgment)
23. Proses manajemen risiko dimonitor melalui kegiatan manajemen
yang berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau keduanya.
24. Kegiatan audit intern harus dapat mengevaluasi potensi
terjadinya fraud dan bagaimana auditi mengelola risiko fraud.
25. Selama penugasan consulting, auditor harus mengatasi risiko
sesuai dengan tujuan penugasan dan waspada terhadap adanya risiko
signifikan lainnya.
26. Auditor harus memasukkan pengetahuan tentang risiko yang
diperoleh dari penugasan consulting ke dalam evaluasi proses
manajemen risiko auditi.
27. Ketika membantu manajemen dalam membangun atau
meningkatkan proses manajemen risiko, auditor harus menahan diri
untuk mengambil alih fungsi dan tanggung jawab manajemen.
 3130 - Pengendalian Intern Pemerintah Kegiatan audit intern harus
dapat membantu auditi dalam mempertahankan dan memperbaiki
pengendalian yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan
efisiensi serta dengan mendorong perbaikan terus-menerus.

16
28. Kegiatan audit intern harus mengevaluasi kecukupan dan
efektivitas pengendalian intern pemerintah dalam menanggapi risiko
tata kelola auditi, operasi, dan sistem informasi mengenai.
29. Auditor harus memasukkan pengetahuan tentang pengendalian
intern yang diperoleh dari penugasan consulting dalam mengevaluasi
proses pengendalian intern auditi.
c) 3200 - Perencanaan Penugasan Audit Intern Auditor harus
mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap
penugasan, termasuk tujuan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi
sumber daya penugasan.
30. Rencana penugasan audit intern dimaksudkan untuk menjamin
bahwa tujuan audit intern tercapai secara berkualitas, ekonomis, efisien
dan efektif.
31. Dalam merencanakan penugasan audit intern, auditor menetapkan
sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya.
32. Auditor harus mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan
audit intern.
 3210 - Pertimbangan dalam Perencanaan Dalam merencanakan
penugasan audit intern, Auditor harus mempertimbangkan berbagai
hal, termasuk sistem pengendalian intern dan ketidak patuhan auditi
terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan
ketidakpatutan (abuse).
33. laporan hasil audit intern sebelumnya serta tindak lanjut atas
rekomendasi yang material dan berkaitan dengan sasaran audit intern
yang sedang dilaksanakan
34. Ketika merencanakan penugasan audit intern yang melibatkan
pihak luar APIP.
35. Auditor harus membangun pemahaman dengan klien penugasan
consulting tentang sasaran, ruang lingkup, tanggung jawab masing-
masing, dan harapan klien lainnya.
 3220 - Penetapan Sasaran, Ruang Lingkup, Metodologi, dan Alokasi

17
Sumber Daya Dalam membuat rencana penugasan audit intern,
Auditor harus menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan
alokasi sumber daya.
36. Sasaran untuk penugasan audit adalah untuk menilai bahwa
auditi telah menjalankan kegiatannya secara ekonomis, efisien, dan
efektif.
37. Sasaran penugasan Consulting harus memberikan nilai tambah
pada tata kelola sektor publik, manajemen risiko, dan proses
pengendalian sampai batas yang disepakati dengan klien.
38. Sasaran penugasan Consulting harus konsisten dengan nilai-nilai
APIP, strategi, dan sasarannya.
39. Agar sasaran audit tercapai, maka auditor harus menetapkan
ruang lingkup penugasan yang memadai.
40. Dalam melakukan penugasan consulting, auditor harus
memastikan bahwa lingkup penugasan cukup untuk sasaran yang
disepakati.
41. Selama penugasan consulting, auditor harus mengatasi
pengendalian yang konsisten dengan sasaran penugasan dan waspada
terhadap masalah pengendalian yang signifikan.
42. Untuk mencapai sasaran audit berdasarkan ruang lingkup audit
yang telah ditetapkan, auditor harus menggunakan metodologi audit.
43. Auditor harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk
mencapai sasaran dalam penugasan audit intern.
44. Audit harus dilaksanakan oleh sebuah tim yang secara kolektif
harus mempunyai kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan
audit intern.
 3230 - Program Kerja Penugasan Auditor harus mengembangkan
dan mendokumentasikan program kerja penugasan untuk mencapai
tujuan penugasan.
45. Program kerja penugasan audit intern harus mencakup prosedur
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan

18
mendokumentasikan informasi selama penugasan, termasuk
metodologi yang digunakan.
46. Program kerja untuk penugasan consulting dapat bervariasi
dalam bentuk dan isi tergantung pada sifat penugasan.
 3240 - Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern Auditor harus
memahami rancangan sistem pengendalian intern dan menguji
penerapannya serta memberikan rekomendasi yang diperlukan
47. Auditor harus mempunyai pemahaman atas sistem pengendalian
intern auditi dan mempertimbangkan apakah prosedur-prosedur
sistem pengendalian intern telah dirancang dan diterapkan secara
memadai.
48. Pemahaman atas sistem pengendalian intern dapat dilakukan
melalui permintaan keterangan, pengamatan, inspeksi catatan dan
dokumen, atau mereviu laporan pihak lain.
 3250 - Evaluasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan
Perundang-undangan, Kecurangan, dan Ketidakpatutan (Abuse).
49. Dalam merencanakan pengujian untuk mendeteksi adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, auditor
harus mempertimbangkan faktor
50. Auditor harus mempertimbangkan risiko terjadinya kecurangan
(fraud) yang berpengaruh secara signifikan terhadap tujuan audit
intern.
51. Ketidakpatutan (abuse) bisa terjadi tetapi tidak ada pelanggaran
terhadap peraturan perundang-undangan.
52. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional untuk
mendeteksi kemungkinan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse).
d) 3300 - Pelaksanaan Penugasan Audit Intern Auditor harus
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai
tujuan penugasan audit intern.

19
 3310 - Mengidentifikasi Informasi Auditor harus mengidentifikasi
informasi audit intern yang cukup, kompeten, dan relevan.
53. Informasi yang dikumpulkan oleh auditor akan digunakan untuk
mendukung kesimpulan, fakta, serta rekomendasi yang terkait.
54. Informasi yang cukup berkaitan dengan jumlah informasi yang
dapat dijadikan sebagai dasar untuk penarikan suatu kesimpulan.
55. Informasi disebut kompeten jika Informasi tersebut sah dan dapat
diandalkan untuk menjamin kesesuaian dengan faktanya
56. Informasi disebut relevan jika Informasi tersebut secara logis
mendukung atau menguatkan pendapat atau argumen yang
berhubungan dengan tujuan dan kesimpulan.
57. Auditor dapat menggunakan tenaga ahli apabila pengetahuan dan
pengalamannya tidak memadai untuk mendapatkan Informasi yang
cukup, kompeten, dan relevan.
 3320 - Menganalisis dan Mengevaluasi Informasi Auditor harus
mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan audit intern pada
analisis dan evaluasi informasi yang tepat.
58. Selain untuk mendukung simpulan auditor dan hasil penugasan
audit intern, informasi yang diidentifikasi, dianalisis, dan dievaluasi
meliputi pula informasi yang mendukung adanya kelemahan dalam
sistem pengendalian intern.
 3330 - Mendokumentasikan Informasi Auditor harus menyiapkan
dan menatausahakan pendokumentasian informasi audit intern dalam
bentuk kertas kerja audit intern.
59. Informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan audit intern harus berisi informasi yang cukup untuk
memungkinkan auditor yang berpengalaman.
60. Bentuk dan isi informasi harus dirancang secara tepat sehingga
sesuai dengan kondisi masing-masing penugasan atau jenis audit
intern.
61. Informasi harus berisi sasaran, lingkup, dan metodologi audit

20
intern, termasuk kriteria pengambilan uji petik (sampling).
62. Penyusunan dokumentasi informasi harus cukup rinci untuk
memberikan pengertian yang jelas tentang sasaran, sumber, dan
kesimpulan yang dibuat oleh auditor, dan harus diatur secara jelas
63. Setiap kertas kerja audit intern harus dilakukan reviu secara
berjenjang untuk memastikan bahwa kertas kerja audit intern telah
disusun dan memuat semua informasi yang berkaitan dengan
pelaksanaan program kerja penugasan.
64. Pimpinan APIP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang
wajar mengenai pengamanan dan penyimpanan informasi audit
intern selama waktu tertentu peraturan perundang-undangan.
65. Pimpinan APIP harus mengembangkan kebijakan yang mengatur
pengamanan dan retensi catatan penugasan consulting.
 3340 - Supervisi Penugasan Pada setiap tahap penugasan audit
intern, auditor harus disupervisi secara memadai untuk memastikan
tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya
kompetensi auditor.
66. Supervisi merupakan tindakan yang terus-menerus selama
penugasan audit intern, mulai dari perencanaan hingga
dikomunikasikannya hasil akhir audit intern.
67. Supervisi harus diarahkan baik pada substansi maupun
metodologi audit intern dengan tujuan
68. Semua penugasan audit intern harus direviu secara berjenjang
sebelum dikomunikasikannya hasil akhir audit intern. 69. Reviu
secara berjenjang dan periodik dilakukan untuk memastikan tim
audit intern memahami sasaran dan rencana audit intern.
3. STANDAR KOMUNIKASI AUDIT INTERN
a. 4000 - Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern Auditor harus
mengomunikasikan hasil penugasan audit intern.
01. Komunikasi hasil penugasan audit intern berguna
 4010 - Kriteria Komunikasi Hasil Penugasan Audit Intern

21
Komunikasi hasil penugasan audit intern harus mencakup sasaran
dan ruang lingkup penugasan audit intern serta kesimpulan yang
berlaku, rekomendasi, dan rencana aksi.
02. Komunikasi akhir hasil penugasan audit intern harus berisi
pendapat auditor dan/atau kesimpulan.
03. Auditor didorong untuk mengakui kinerja yang memuaskan
dalam komunikasi hasil penugasan audit intern.
04. Ketika merilis/menerbitkan hasil penugasan audit intern,
komunikasi harus mencakup pembatasan distribusi dan penggunaan
hasil.
05. Komunikasi kemajuan dan hasil dari penugasan consulting
akan bervariasi dalam bentuk dan isi tergantung pada sifat
penugasan dan kebutuhan klien.
 4011 - Komunikasi atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
Auditor harus melaporkan adanya kelemahan atas sistem
pengendalian intern auditi.
06. Kelemahan atas sistem pengendalian intern yang dilaporkan
adalah yang mempunyai pengaruh signifikan.
 4012 - Komunikasi atas Ketidakpatuhan Auditi terhadap Peraturan
Perundang-undangan, Kecurangan, dan Ketidakpatutan (Abuse)
Auditor harus melaporkan adanya ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan
(abuse).
07. Apabila berdasarkan informasi yang diperoleh, auditor
menyimpulkan bahwa telah terjadi ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan
(abuse), auditor harus mengomunikasikan hal tersebut.
08. Apabila peraturan perundang-undangan mengatur bahwa APIP
harus segera melaporkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, kecurangan, dan ketidakpatutan (abuse)
maka auditor harus segera melaporkan sesuai dengan ketentuan

22
internal APIP tanpa harus menunggu laporan hasil audit
diselesaikan.
09. Auditor dapat menggunakan bantuan konsultan hukum untuk
menentukan apakah telah terjadi ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan dan kecurangan serta mekanisme
pelaporannya.
 4020 - Kualitas Komunikasi Komunikasi hasil penugasan audit
intern harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
konstruktif, jelas, serta ringkas dan singkat.
10. Komunikasi tepat waktu adalah tepat dan bijaksana, tergantung
pada pentingnya masalah, memungkinkan manajemen untuk
mengambil tindakan korektif yang tepat.
11. Laporan hasil penugasan audit intern sementara tersebut bukan
merupakan pengganti laporan hasil penugasan audit intern akhir.
12. Komunikasi lengkap artinya tidak kekurangan apapun hal yang
penting dan mencakup semua informasi penting dan relevan serta
pengamatan untuk mendukung rekomendasi dan kesimpulan.
13. Umumnya, satu kasus kekurangan/kelemahan saja tidak cukup
untuk mendukung suatu simpulan yang luas atau rekomendasi yang
berhubungan dengan simpulan tersebut.
14. Komunikasi yang akurat artinya bebas dari kesalahan dan
distorsi dan sesuai kepada fakta-fakta yang mendasari.
15. Laporan hasil penugasan audit intern harus memuat informasi,
yang didukung oleh bukti yang cukup, kompeten, dan relevan
dalam kertas kerja audit intern.
16. Bukti yang dicantumkan dalam laporan hasil penugasan audit
intern harus masuk akal dan mencerminkan kebenaran mengenai
masalah yang dilaporkan.
17. Proses referensi adalah proses dimana seorang auditor yang
tidak terlibat dalam proses audit tersebut menguji bahwa suatu
fakta, angka, atau tanggal telah dilaporkan dengan benar, bahwa

23
fakta telah didukung dengan dokumentasi audit, dan bahwa
simpulan dan rekomendasi secara logis didasarkan pada data
pendukung.
18. Komunikasi yang objektif adalah adil, tidak memihak, tidak
bias, serta merupakan hasil dari penilaian adil dan seimbang dari
semua fakta dan keadaan yang relevan.
19. Laporan hasil audit harus adil dan tidak menyesatkan. Ini
berarti auditor harus menyajikan hasil audit secara netral dan
menghindari kecenderungan melebih lebihkan kekurangan yang
ada.
20. Redaksi laporan harus mendorong pengambil keputusan untuk
bertindak atas dasar fakta dan rekomendasi auditor.
21. Agar meyakinkan, maka hasil penugasan audit intern harus
dapat menjawab sasaran audit, menyajikan fakta, kesimpulan, dan
rekomendasi yang logis.
22. Komunikasi Konstruktif adalah yang membantu auditi dan
mengarah pada perbaikan yang diperlukan.
23. Komunikasi yang jelas adalah mudah dipahami dan logis,
menghindari bahasa teknis yang tidak perlu dan menyediakan
semua informasi yang signifikan dan relevan.
24. Apabila diperlukan, auditor dapat membuat ringkasan laporan
untuk menyampaikan informasi yang penting sehingga
diperhatikan oleh pengguna laporan.
25. Pengorganisasian laporan secara logis, keakuratan, dan
ketepatan dalam menyajikan fakta, merupakan hal yang penting
untuk memberi kejelasan dan pemahaman bagi pengguna laporan.
26. Komunikasi yang singkat adalah langsung ke titik masalah dan
menghindari elaborasi yang tidak perlu, detail berlebihan,
redundansi, dan membuang-buang kata.
27. Jika komunikasi hasil akhir mengandung kesalahan atau
kelalaian yang signifikan.

24
 4030 - Metodologi, Bentuk, Isi, dan Frekuensi Komunikasi
Komunikasi audit harus dibuat secara tertulis berupa laporan dan
harus segera, yaitu pada kesempatan pertama setelah berakhirnya
pelaksanaan audit.
28. Komunikasi audit intern harus dibuat secara tertulis untuk
menghindari kemungkinan salah tafsir atas kesimpulan, fakta, dan
rekomendasi auditor.
29. Pembuatan komunikasi hasil audit secara tertulis dilakukan
segera setelah selesainya pekerjaan lapangan, tanpa harus ditunda.
30. Pembuatan komunikasi audit secara tertulis dapat dilakukan
secara berkala (interim) sebelum selesainya penugasan/pekerjaan
lapangan untuk memenuhi kebutuhan informasi hasil pengawasan
yang mendesak bagi stakeholders
31. Bentuk laporan pada dasarnya bisa berbentuk surat atau bab.
Bentuk surat digunakan apabila dari hasil audit tidak diketemukan
banyak fakta yang signifikan.
32. Laporan hasil penugasan audit intern, baik bentuk surat maupun
bab, setidaknya harus memuat dasar melakukan audit intern;
 4040 - Tanggapan Auditi Auditor harus meminta
tanggapan/pendapat auditi terhadap kesimpulan, fakta, dan
rekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan,
secara tertulis dari pejabat auditi yang bertanggung jawab.
34. Tanggapan tersebut harus dievaluasi dan dipahami secara
seimbang dan objektif, serta disajikan secara memadai dalam
laporan hasil audit intern.
35. Auditor harus melaporkan tanggapan pejabat auditi yang
bertanggung jawab mengenai kesimpulan, fakta, dan rekomendasi
auditor, serta perbaikan yang direncanakan.
36. Apabila tanggapan dari auditi bertentangan dengan kesimpulan,
fakta, dan rekomendasi dalam laporan hasil audit intern, dan
menurut pendapat auditor tanggapan tersebut tidak benar, maka

25
auditor harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas tanggapan
tersebut beserta alasannya secara seimbang dan objektif.
 4050 - Kesesuaian dengan Standar Audit Auditor diharuskan untuk
menyatakan dalam setiap laporan bahwa kegiatan-kegiatannya
“dilaksanakan sesuai dengan standar”.
37. Auditor dapat melaporkan bahwa penugasan audit telah
dilakukan sesuai dengan standar.
 4060 - Pendistribusian Hasil Audit Intern Auditor harus
mengomunikasikan dan mendistribusikan hasil penugasan audit
intern kepada pihak yang tepat, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
38. Pengomunikasian hasil penugasan audit intern harus
dilaksanakan tepat waktu kepada pemberi tugas dan pihak yang
berkepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
39. Apabila suatu audit dihentikan sebelum berakhir, tetapi auditor
tidak mengeluarkan laporan hasil audit.
b. 4100 - Pemantauan Tindak Lanjut Auditor harus memantau dan
mendorong tindak lanjut atas simpulan, fakta, dan rekomendasi
audit.
40. Auditor harus mendokumentasikan fakta untuk keperluan
pemantauan tindak lanjut dan memutakhirkan fakta sesuai dengan
informasi tentang tindak lanjut yang telah dilaksanakan auditi.
41. Pemantauan dan penilaian tindak lanjut bertujuan untuk
memastikan bahwa tindakan yang tepat telah dilaksanakan oleh auditi
sesuai rekomendasi.
42. Apabila auditi telah menindaklanjuti rekomendasi dengan cara
yang berlainan dengan rekomendasi yang diberikan, auditor harus
menilai efektifitas penyelesaian tindak lanjut tersebut.
43. Pada saat pelaksanaan kegiatan audit intern, auditor harus
memeriksa tindak lanjut atas rekomendasi audit intern sebelumnya.

26
44. Auditor harus menilai pengaruh simpulan, fakta, dan rekomendasi
yang tidak atau belum ditindaklanjuti terhadap simpulan atau
pendapat atas audit intern yang sedang dilaksanakan.

2.3 Independensi
Standar Audit APIP (seksi 2110, 2008) menyebutkan bahwa posisi
APIP ditempatkan secara tepat sehingga babas dari intervensi, dan memperoleh
dukungan yang memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat
bekerjasama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.
Dalam Kode Etik dan Standar Audit (2008: 47-48) disebutkan bahwa
Independensi yang diatur dalam kode etik tersebut mewajibkan setiap praktisi
untuk bersikap sebagai berikut:
“Independensi mencerminkan sikap tidak memihak serta tidak dibawah
pengaruh tekanan atau pihak tertentu dalam mengambil tindakan dan
keputusan”
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempetimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam
merumuskan dan menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan
sesuai dengan fakta tanpa ada pengaruh dari luar.
2.3.1 Unsur-Unsur independensi
1. Independensi dalam fakta Independensi dalam fakta akan muncul ketika
auditor secara nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit.
2. Independensi dalam penampilan Independensi dalam penampilan
merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut.
2.3.2 Aspek independensi auditor
a. Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran dalam diri akuntan
dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif,
tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

27
pendapatnya.
b. Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa auditor
independen bertindak bebas atau independen, sehingga auditor harus
menghindar keadaan atau faktor-faktor menyebabkan masyarakat
meragukan kebebasannya.
2.4 Objektivitas
Dalam Buku Pedoman Kode Etik dan Standar Audit yang diterbitkan
oleh Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia dalam
KEP-005/AAIPUDPN/2014 tanggal 24 April 2014, obyektifitas diartikan
sebagai sikap mental tidak memihak (tidak bias) yang memungkinkan auditor
untuk melakukan penugasan sedemikian rupa sehingga auditor percaya pada
hasil kerjanya dan bahwa tidak ada kompromi kualitas yang dibuat.
Obyektivitas mengharuskan auditor tidak membedakan judgment-nya terkait
audit kepada orang lain. Ancaman terhadap obyektivitas harus dikelola pada
tingkat individu auditor, penugasan, fungsional, dan organisasi
Unsur perilaku dapat yang menunjang aturan perilaku ini antara lain:
a. Dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan yang resmi.
b. Bersikap tidak takut mengemukakan hal-hal yang menurut pertimbangan
dan keyakinan perlu dilakukan.
c. Tidak dapat di intimidasi serta tidak tunduk karena tekanan orang lain,
bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri sehingga dapat
menyelesaikan pekerjaan walau dibawa ancaman.
d. Tidak berangkat tugas memeriksa dengan niat untuk mencari-cari
kesalahan orang lain.
e. Tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain dan atau
pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional objek yang
diperiksa.
f. Tidak menerima biaya pemeriksaan yang menjadi beban objek yang
diperiksa.
g. Dapat diandalkan dan dapat dipercaya.
h. Penuh pertimbangan dan matang dalam bertindak maupun dalam

28
mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis.

2.5 Pengalaman Kerja


Pengalaman kerja adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dimiliki pegawai untuk mengemban tanggungjawab dari
pekerjaan sebelumnya (Marwansyah dalam Wariati ,2015).
2.5.1 Selain itu ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja
karyawan.
Beberapa faktor lain mungkin yang berpengaruh dalam kondisi-kondisi
tertentu menurut Handoko dalam Basari (2012) adalah sebagai berikut :
1. Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, bekerja.
Untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang
lalu.
2. Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau
kemampuan seseorang.
3. Sikap dan kebutuhan (attitudes dan needs) untuk meramalkan tanggung
jawab dan wewenang seseorang.
4. Kemampuan-kemampuan analisis dan manipulatif untuk mempelajari
kemampuan penilaian dan penganalisaan. Keterampilan dan kemampuan
teknik, untuk menilai kemampuan dalam aspek-aspek teknik pekerjaan.
2.5.2 Indikator Pengalaman kerja
Indicator pengalaman kerja Menurut Foster dalam Sartika (2015) yaitu :
1. Lama waktu/ masa bekerja Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja
yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu
pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik.
2. Tingkat pengetahuan yang dimiliki. Pengetahuan merujuk pada konsep,
prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh

29
pegawai. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan
menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan.
3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan Tingkat penguasaan
seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek teknik peralatan dan teknik
pekerjaan

2.6 Kompetensi
Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia disingkat KE-AIPI
tahun 2014 menyebutkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan
karakteristik yang dimilki oleh seseorang, berupa:
Dalam IAPI (2016:7) dijelaskan bahwa indikator kualitas audit sebagai
berikut : Auditor yang memiliki sertifikasi profesi yang diterbitkan oleh IAPI
terhadap jumlah keseluruhan staf profesional, rata-rata jumlah jam
pengembangan dan pelatihan kompetensi dibandingkan dengan jumlah jam
efektif dalam setiap tahun per auditor, terdapat lima karakteristik kompetensi,
yaitu:
1. Motivies, yaitu sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir
sehingga ia melakukan suatu tindakan.
2. Traits, yaitu watak yang membuat orang berprilaku atau bagaimana
seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu
3. Self concept, yaitu sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan
nilai diukur melalui tes untuk mengetahui bagaimana nilai yang dimiliki
seseorang, apa yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Knowledge, yaitu informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.
5. Skills, yaitu kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik
secara fisik maupun secara mental.

2.7 Integritas
Dalam Kode Etik dan Standar Audit (2008: 47-48) disebutkan bahwa
Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan

30
kewibawaan dan kejujuran. Integritas auditor intern pemerintah membangun
kepercayaan dan dengan demikian memberikan dasar untuk kepercayaan dalam
pertimbangannya. Integritas tidak hanya menyatakan kejujuran, namun juga
hubungan wajar dan keadaan yang sebenarnya.
Sesuai dengan Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia indikator
untuk integritas, yaitu:
1. Kejujuran Auditor , harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya
dalam hubungan profesionalnya.
2. Keberanian Auditor, seorang auditor harus memiliki keberanian untuk
melakukan pengungkapan dan mengambil tindakan yang diperlukan.
3. Sikap bijaksana auditor ,sikap jujur, berani, bijaksana dan tanggung jawab
auditor dalam melaksanakan audit.
4. Tanggungjawab auditor, untuk mendeteksi dan melaporkan kekeliruan dan
ketidakberesan, meliputi mendeteksi dan melaporkan adanya suatu tindak
kesalahan dan kecurangan.
Dalam menjalankan tugas pengauditannya, seorang auditor tidak hanya
dituntut untuk ahli dalam mengaudit saja, tetapi juga dituntut untuk bersikap
integritas. Meskipun seorang auditor memiliki keahlian yang tinggi dalam
mengaudit tetapi tidak memiliki sikap integritas, maka seorang klien tidak
yakin dengan informasi yang disajikan seorang auditor.
Auditor yang bersikap integritas adalah auditor yang tidak terpengaruh
dan tidak dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar auditor
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam audit. Auditor yang
integritas yaitu auditor yang mempunyai kemampuan untuk mewujudkan apa
yang telah diyakini kebenarannya. Sikap yang menandai elemen integritas,
bahwa seorang auditor harus memegang teguh prinsip, jujur, memiliki
kebenaran untuk melakukan pengungkapan dan pengambilan tindakan yang
diperlukan. 
Sikap integritas dari seorang auditor dapat meningkatkan kualitas audit
yang dihasilkan. Semakin tinggi sikap  integritas maka semakin tinggi juga
kualitas audit yang dihasilkan. Begitupun sebaliknya, semakin rendah sikap

31
integritas maka semakin rendah juga kualitas audit yang dihasilkan. Pengaruh
integritas auditor terhadap kualitas audit sangat berpengaruh positif terhadap
kulaitas audit, integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, jika
seorang auditor mempunyai sikap jujur, berani, bijaksana, bertanggungjawab
dalam melaksanakan audit maka akan membangun kepercayaan dan
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal. Harapannya yaitu
sebagai seorang auditor harus mempunyai sikap integritas yaitu sikap jujur dan
berterus terang dalam mengaudit agar semua klien yakin dengan informasi
yang disajikan oleh seorang auditor pada saat mengaudit, seorang auditor juga
harus memiliki sifat integritas yang sesuai dengan faktor integritas tersebut,
faktor integritas sangat penting bagi seorang auditor. Karena untuk
meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.

2.8 Penelitian Terdahulu


Table 2.1
Penelitian terdahulu
Nama/
tahun Judul penelitian Variabel Metode Hasil
penelitian
Akhmad FAKTOR – FAK Kompetensi simplerandom b. kompetensi
Riduwan TOR YANG , sampling berpengaruh positif
(2015) MEMPENGARU Independen pada kualitas audit, hal
HI KUALITAS si, ini berarti
AUDIT Akuntabilita berkualitasnya audit
s, Time dapat diperoleh dari
Budget Pres kompetensi auditor
sure, Due P yang tinggi;
rofessional  c. independensi
Care, Kualit berpengaruh positif
as Audit pada kualitas audit,
hal ini berarti

32
semakin independen
seorang auditor maka
semakin baik kualitas
auditnya;
c.akuntabilitas
berpengaruh positif
pada kualitas audit,
hal ini berarti
semakin auditor
bertanggung jawab
atas pekerjannya
maka semakin tinggi
kualitas audit yang
dihasilkan;
d. time budget pressure
berpengaruh positif
pada kualitas audit,
hal ini berarti
anggaran waktu dapat
membuat auditor
terpacu dalam
memaksimalkan
waktu yang ada dan
menghasilkan audit
yang berkualitas;
e. due profesional care
berpengaruh positif
pada kualitas audit,
hal ini berarti
semakin tinggi
kemahiran

33
profesional dengan
cermat dan seksama
seorang auditor dapat
semakin tinggi
kualitas auditnya.

Septony B. FAKTOR– Objektivitas purposive variabel independensi,


Siahaan dan FAKTOR YANG ; Integritas; sampling objektivitas, integritas,
Arthur MEMPENGARU Kompetensi kompetensi dan motivasi
Simanjuntak HI KUALITAS ; Motivasi auditor berpengaruh
2018) HASIL AUDIT Auditor; terhadap kualitas hasil
DI Kualitas audit. Secara parsial
LINGKUNGAN Hasil Audit. variabel independensi,
PEMERINTAH objektivitas, integritas,
DAERAH dan kompetensi auditor
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kualitas hasil audit,
sedangkan motivasi
auditor memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
kualitas hasil audit.
HAVIDZ ANALISIS FAK independens Data primer independensi,
MABRURI TOR HASIL AU i, berupa obyektifitas, pengalaman
(2010) DIT DILINGKU obyektifitas, kuesioner kerja, pengetahuan dan
NGAN pengalaman integritas auditor secara
PEMERINTAH kerja, simultan berpengaruh
DAERAH pengetahua terhadap kualitas hasil
n, integritas, audit. Secara parsial,
kualitas variabel obyektifitas,

34
hasil audit. pengalaman kerja,
pengetahuan dan
integritas auditor masing-
masing berpengaruh
signifikan terhadap
kualitas hasil audit.
Himawati Analisis Faktor- etika analisis regresi Hasil penelitian
ea,at (2017) Faktor yang auditor; linear menunjukkan bahwa
Mempengaruhi kerahasiaan; berganda integritas tidak
Kualitas Audit kompetensi; dan uji berpengaruh terhadap
Internal pada kualitas hipotesis kualitas audit internal
Inspektorat audit dengan nilai signifikan
Jenderal internal 0,274, objektivitas tidak
Kementerian integritas; berpengaruh terhadap
Pekerjaan Umum objektivitas kualitas audit internal
dan Perumahan dengan nilai signifikan
Rakyat Ditiya 0,807, dan etika auditor
tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit
internal dengan nilai
signifikan 0,488.
Sedangkan kerahasiaan
berpengaruh terhadap
kualitas audit internal
dengan nilai signifikan
0,000 dan kompetensi
berpengaruh terhadap
kualitas audit internal
dengan nilai signifikan
0,000.

35
Dwi Putri ANALISIS Integritas, Data primer variabel integritas,
Lamhatin FAKTOR- Independen menggunakan komptensi dan kehati-
(2021) FAKTOR YANG si, Teknik sensus hatian serta skeptisme
MEMPENGARU Kompetensi profesional berpengaruh
HI KUALITAS dan Kehati- positif signifikan
AUDIT DALAM hatian, terhadap kualitas audit
PENGAWASAN Skeptisme dalam pengawasan
KEUANGAN Profesional, keuangan daerah.
DAERAH Kualitas Sedangkan independensi
KABUPATEN Audit. tidak berpengaruh pada
SUMBAWA kualitas audit dalam
pengawasan keuangan
daerah.
Sumber : Data penelitian terdahu olahan peneliti 2022

36
2.9 Hipotesis dan Kerangka Penelitian
2.9.1 Kerangka Penelitian
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

Independensi (X1)

Obyektivitas (X2)

Pengalaman Kerja (X3) Kualitas Hasil Audit


(Y)
Kompetensi (X4)

Integritas (X5)

Sumber : Data Olahan Peneliti 2022


Keterangan :
: Pengaruh Simultan
: Pengaruh Persial

2.9.2 Hipotesis Penelitian


a. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas audit
Auditor akan tetap independen apabila sikap pribadi/mental bebas dari
pengaruh dan tekanan berbagai kepentingan oleh pihak-pihak tertentu dalam
memberikan fakta-fakta sesuai dengan kenyataan yang ditemukan saat
proses audit.penelitian Ashari (2011) menyimpulkan bahwa secara parsial
independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Restiyani (2014)
menyimpulkan bahwa secara parsial independensi auditor berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berbeda dari hasil penelitian yang

37
dilakukan oleh Krisnawati (2012) dan Nur’aini (2013) menyimpulkan
bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga
hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Diduga Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit.
b. Pengaruh Objektivitas Terhadap Kualitas Hasil Audit
Menurut Hery (2017:267) Objektif adalah sikap mental bebas yang
harus dimiliki oleh auditor internal. Dalam melaksanakan pemeriksaan
bahwa auditor tidak boleh menilai segala sesuatu berdasarkan hasil
penilaian orang lain dan dapat membebaskan diri dari suatu keadaan yang
dapat membuat mereka mejadi tidak dapat memberikan penilaian secara
professional dan objektif. Objektivitas berhubungan erat dengan
independensi, karena auditor yang objektifa dalah auditor yang memberikan
pendapat sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Objektivitas. penelitian
Silvia (2013) menyatakan bahwa objektifitas auditor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas audit. Septony B. Siahaan dan Arthur
Simanjuntak pada tahun (2018) menyatakan bahwa secara simultan variabel
objektivitas, secara simultan mempunyai pengaruh terhadap opini audit
audit. Hari Setiawan (2018) menyatakan bahwa variabel objektifitas auditor,
berpengaruh secara signifikan terhadap ketepatan pemberian opini audit.
Sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H2 : Diduga Objektivitas mempunyai pengaruh positif terhadap
kualitas hasil audit .
c. Pengaruh kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit
Pengaruh Kompentensi Terhadap Kualitas Auditor Kompetensi
merupakan keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan
untuk melakukan audit secara objektif. Seorang auditor yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan
mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah
dalam mengikuti perkembangan peraturan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka akan

38
semakin tinggi pula kualitas auditnya (Rochayati, 2017).penelitian
Kharismatuti (2012) menyimpulkan bahwa kompetensi berpengaruh
terhadap kualitas audit. Nur’aini (2013) menyimpulkan bahwa kompetensi
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Berbeda dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh Nur’aini (2013) menyimpulkan bahwa kompetensi
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H3: Diduga Kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap
kualitas audit
d. Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit
Pengalaman audit yang dimaksudkan adalah pengalaman auditor dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang diukur dari segi lamanya
waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Semakin
banyak pengalaman auditor, maka semakin tinggi tingkat skeptisme
profesional auditor dalammelakukan pemeriksaan sehingga dapat
menghasilkanopini atau pendapat yang dapat di percaya. Hasil penelitian
Silvia (2013), Wiwit (2014) dan Titin (2016) menyatakan bahwa
pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit. Dari penjelasan tersebut, hipotesis yang dibangun adalah :
H4 : Diduga Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas
hasil audit
e. Pengaruh Integritas terhadap Kualitas Hasil Audit
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan
prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan
opini auditnya (Sukriah, dkk, 2009). Wibowo (2006) menyatakan integritas
auditor menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi
pengandalan atas keputusan mereka. Peneltian terdahulu yang dilakukan
oleh Yohana Ariska Sihombing dan Dedik Nur Triyanto (2018) menyatakan
bahwa secara simultan integritas berpengaruh signifikan positif terhadap
opni audit. Secara parsial Integritas berpengaruh signifikan positif terhadap

39
opini audit. Sementara penelitian lainnya oleh Fedo Gusman ((2016)
menyatakan bahwa Variabel integritas berpengaruh signifikan terhadap
ketepatan pemberian opini audit Penelitian terdahulu dari pernyataan ini
adalah Jurnal dari Yuniar Pahlevi (2015) yang menyatakan bahwa integritas
berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit.Dari uraian diatas
maka hipotesis yang dapat dirumuskan :
H5 : Diduga Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
audit

40
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu


Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian yaitu Kantor Inspektorat
Kota Kupang yang beralamat Jl. Timor Raya No.124, Pasir Panjang, Kec. Kota
Lama, Kota Kupang, Nusa Tenggara Tim. Penelitian dilaksanakan dari bulan
Febuari sampai dengan selesai.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis data
Menurut hidayat (2010) peneliti kuantitatif deskriptif ialah sebuah
penelitian yang luas dalam penggunaan data-datanya. Maksud “Luas” dalam
hal ini artinya lebih condong pada Analisa yang Panjang dari ujung awal
sampai akhir. Penyelesaian dalam metode penelitian deskriptif inilah yang
menyebabkan seseorang harus mempunyai komitmen yang kuat dari teori
sampai ketika terjun dilapangan.
3.2.2 Sumber data
a. Data Primer.
Data Primer yaitu sumber data yang langsung dari sumber asli
(Indriantoro dan Supomo, 2000 : 147) untuk memperoleh data digunakan
metode penelitian lapangan melalui kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari
pertanyaan umum (nama, usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pengalaman sebagai auditor, nama kantor akuntan publik, kantor terletak
didaerah) dan pertanyaan khusus (pertanyaan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Efektifitas dalam kinerja audit) sebagai sumber data.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dirancang khusus oleh
peneliti dengan literatur-literatur pustaka yang ada dan disesuaikan
dengan konteks saat ini. Setelah itu instrumen ini disebarkan kepada
auditor yang ada dikantor Inspektorat Kota Kupang yang berlokasi di
daerah Kota Kupang.

41
b. Data Sekunder
Datat skunder yang biasanya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun di dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan (Indriantono dan Supomo, 2000:147). Data
sekunder dalam penelitian ini berasal dari sumber eksternal yaitu dari
kantor Inspektorat kota Kupang. Data sekunder dalam penelitian ini
adalah data jumlah pegawai dan data profil Kantor Inspektorat kota
Kupang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang ada di
kantor Inspektorat kota Kupang. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 44
pegawai internal/auditor yang bekerja pada kantor inspektorat Jl. Timor Raya
No.124, Pasir Panjang, Kec. Kota Lama, kota kupang.
3.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus, yaitu
penyebaran kuesioner dilakukan pada semua populasi. Hal ini dilakukan karena
populasi relatif sedikit dan penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan
karakteristik setiap elemen dari suatu populasi. Sampel yang diambil adalah
aparat pengawas internal/auditor yang bekerja pada Inspektorat Kota Kupang.
Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 orang.aparat pengawai
internal Auditor yang bekerja pada inspektorat kota kupang
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan, peneliti menggunakan
instrumen berupa kuesioner yang akan diberikan kepada para auditor yang
bekerja di Kantor Inspektorat Kota Kupang wilayah Kota Kupang. Kuesioner
yang peneliti sebarkan kepada responden peneliti rancang berdasarkan data-
data sekunder yang peneliti dapatkan yaitu berdasarkan literatur-literatur
referensi dimana kuesioner tersebut sebelum peneliti sampaikan kepada auditor
(responden) peneliti melakukan uji kelayakan kuesioner tersebut untuk melihat

42
validitas dari butir-butir pertanyaan yang nantinya akan disebarkan. Pada tahap
uji kelayakan kuesioner peneliti menyebarkan kuesioner tersebut kepada 15
responden yaitu yang memiliki jenjang pendidikan S1 (Strata 1) bidang studi
akuntansi dengan kriteria mahasiswa yang telah mendapatkan mata kuliah
auditing. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik personally administered
questionnaires, yakni kuesioner disampaikan, dan dikumpulkan langsung oleh
peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2000:154). Selain itu, peneliti juga
menitipkan kuesioner kepada karyawan yang bekerja di Kantor Inspektorat
Kota Kupang responden demi kemudahan pengumpulan data.

3.4 Indikator Empirik Dan Skala Pengukuran Konsep


Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas hasil audit.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah independensi, objektifitas,
pengalaman kerja, kompetensi dan integritas. Kelima variabel tersebut diukur
dengan skala likert 5 poin.
Tabel 3.1
Indikator empirik dan skala pengukuran konsep
Variable Devinisi Dimensi Indikator Skala

Independens Menurut Standar a. Independensi a. Adanya kejujuran


i Akuntan Publik sikap mental dalam diri akuntan.
(SPAP)definisi b. Adanya kesan
independent berarti b.Independensi masyarakat bahwa
akuntan public tidak penampilan auditor independen ordinal
mudah dipengaruhi.D bertindak bebas atau
onal dan William independent.
(1982) dalam Siti
Nurmawar Indah
(2010)

Objektivitas Seorang akuntan Unsur perilaku a. Dapat


professional dapat yang mempertahankan
seharusnya tidak menunjang aturan kriteria dan
boleh membiarkan perilaku ini antara kebijaksanaan yang
terjadinya bias, lain. resmi.
konflik kepentingan, b. Bersikap tidak takut
atau dibawah mengemukakan hal-
pengaruh orang lain hal yang menurut

43
sehingga pertimbangan dan
mengesampingkan keyakinan perlu
pertimbangan bisnis dilakukan.
dan professional. c. Tidak dapat
diintimidasi, bersikap
Agoes, (2012) tenang dan mampu
mengendalikan diri.
d. Tidak berniat untuk
mencari-cari
kesalahan orang lain.
e. Tidak merangkap
pekerjaan-pekerjaan
lain.
f. Tidak menerima biaya
pemeriksaan yang
menjadi beban objek ordinal
yang diperiksa.
g. Dapat diandalkan dan
dapat dipercaya.
h. Dalam bertindak
maupun dalam
mengambil keputusan
didasarkan atas
pemikiran yang logis.

Pengalaman Pengalaman kerja d. Lama waktu/ a. Masa kerja yang telah


Kerja adalah suatu masa. ditempuh seseorang
pengetahuan, dapat.
keterampilan, dan
kemampuan yang b. 1. Pengetahuan
e. Tingkat
dimiliki pegawai konsep
pengetahuan
untuk mengemban 2. Pengetahuan
tanggungjawab dari prinsip
pekerjaan 3. Pengetahuan
sebelumnya prosedur
(Marwansyah dalam 4. Pengetahuan
Wariati ,2015). kebijakan atau
informasi lain yang
Foster dalam Sartika dibutuhkan
5. Pengetahuan

44
(2015) kemampuan untuk
memahami
6. Pengetahuan ordinal
menerapkan
informasi pada
tanggung jawab
pekerjaan

c. Penguasaan c. 1. Tingkat
penguasaan dalam
pekerjaan
2.Teknik
peralatan dalam
penguasaan
Kompetensi Dalam IAPI (2016:7) a.Motivies, a. sesuatu dimana
dijelaskan auditor seseorang secara
yang memiliki konsisten berpikir
sertifikat profesi yang sehingga ia
diterbitkan oleh IAPI melakukan suatu
terhadap jumlah b.Traits, tindakan.
keseluruhan staf b. watak yang
profesional, rata-rata membuat orang
jumlah jam berprilaku atau ordinal
pengembangan dan bagaimana seseorang
pelatihan kompetensi merespon sesuatu
dibandingkan dengan dengan cara tertentu
jumlah jam efektif c.Self concept, c.sikap dan nilai-nilai
dalam setiap tahun yang dimiliki
per auditor. seseorang. Sikap dan
nilai diukur melalui
Spencer dan Spencer tes untuk mengetahui
(1993:179) dalam bagaimana nilai yang
Rini (2010) dimiliki seseorang,
apa yang menarik bagi
seseorang untuk
d.Knowledge, melakukan sesuatu.
d. yaitu informasi yang
dimiliki seseorang
untuk bidang tertentu.
e.Skills e. kemampuan untuk
melaksanakan suatu
tugas tertentu baik
secara fisik maupun
secara mental.
Integritas Komitmen seorang a. Kejujuran a. harus jujur dan
auditor pada dirinya Auditor bersikap adil serta

45
sendiri dan terhadap dapat dipercaya dalam
Lembaga dimana dia hubungan
bekerja yang dapat profesionalnya.
tercermin dalam b. Keberanian b. seorang auditor harus
tindakan-tindakan Auditor memiliki keberanian
yang akan dia untuk melakukan
dilakukan(Pranata,20 pengungkapan dan ordinal
18) mengambil tindakan
yang diperlukan.
Sukrisno Agoes c.sikap jujur, berani,
c. Sikap bijaksana
(2012:5) bijaksana dan
auditor
tanggung jawab
auditor dalam
melaksanakan audit.
d.Tanggungjawab d.untuk mendeteksi dan
auditor melaporkan
kekeliruan dan
ketidakberesan,
meliputi mendeteksi
dan melaporkan
adanya suatu tindak
kesalahan dan
kecurangan.
Kualitas Menurut Alvin A. Standar Umum :
Audit
Arens, Randal J. a.-Kompetensi dan a. 1 Kompetensi Auditor
Elder, Mark S. kecermatan 2. latar belakang
Pendidikan auditor
Beasley yang dialih professional. 3. kompetensi standar
bahasakan oleh Amir 4.sertifikasi jabatan
serta Pendidikan dan
Abadi Jusuf pelatihan
(2011:47), pengertian berkelanjutan
5.penggunaan tenaga
kualitas audit adalah ahli
adalah : “Suatu 6.kecermatan
professional auditor
proses untuk
memastikan bahwa -Kewajiban a. 1 mengikuti standar
audit
standar auditing yang auditor. 2.meningkatkan
berlaku umum diikuti kompetensi

dalam setiap audit,


KAP mengikuti -program a. 1.program
pengembangan dan
prosedur pengembangan

46
pengendalian kualitas dan penjaminan penjamin kualitas.
audit khusus yang kualitas.
membantu memenuhi
standar-standar itu Standar
secara konsisten pada Pelaksanaan Audit ordinal
setiap Intern :
penugasannya”. b.-mengelolah b.1.menyusun rencana
kegiatan audit kegiatan audit intrn
2.mengkomunikasikan
intern dan meminta
peretujuan rencana
kegiatan audit intern
tahunan
3.mengelolah sumber
daya
4. menetapkan
kebijakan dan
prosedur
5.melakukan
koordinasi
6. menyampaikan
laporan berkala
7. menindak lanjuti
pengaduan darii
masyarakat
-Sifat kerja
b. 1 tata kelola sector
kegiatan audit public
intern 2.manajemen risiko
3.pengendalian intern
pemerintah

-perencanaan b.1 pertimbangan dalam


perencanaan
penugasan audit
2.penetapan sasaran,
intern ruang lingkup,
metodologi, dan
alokasi sumber
daya
3.program kerja
penugasan
4. evaluasi terhadap

47
system
pengandalian intern
5. evaluasi atas
ketidak patuhan
auditi terhadap
peraturan
perundang-
undangan,kecurang
an,dan
ketidakpatutan
-pelaksanaan b.1 mengidentifikasi
penugasan informasi
audit intern 2.menganalisis dan
mengevaluasi
informasi
3.mendokumentasikan
informasi ordinal
4. supervisi penugasan
Standar
Komunikasi
Intern:

c. -komunikasi
hasil c.1 kriteria komunikasi
penugasan hasil penugasan
audit intern
audit intern
2. komunikasi atas
kelemahan system
pengendalian
3. komunikasi atas
ketidak patuhan
auditi terhadap
peraturan
perundang-
undangan,kecuranga
n, dan ketidak ordinal
patutan
4. kualitas komunikasi
5.metodologi,bentuk,i
si,dan frekuensi
komunikasi
6. tanggapan auditi
7. kesesuaian dengan
standar audit
8.Pendistribusian
hasil audit intern

48
c.-pemantauan
tindak lanjut c.1 pemantauan tindak
lanjut
Sumber : Data olahan Peneliti 2022

3.5 Uji instrumen data


3.5.1 Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur sah atau tidak
validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan/pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006). Pengujian dilakukan
dengan mengkorelasikan skor pada masing-masing item dengan skor totalnya
kemudian diolah dengan bantuan program SPSS for Windows dengan level
ofsignificant = 5% dengan menggunakan 30 responden.
Adapun pengambilan keputusan untuk menguji validitas indikatornya
adalah:
1. Jika r hitung > r tabel dan nilai positif atau signifikan < 0,05 maka butir atau
pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel dan signifikan > 0,05 maka butir atau pertanyaan atau
indikator tersebut dinyatakan tidak valid.
3.5.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
konsistensi kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk.
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2006).
Adapun pengambilan keputusan untuk pengujian reliabilitas yaitu suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s
Alpha> 0,70 (Nunnally, 1994). Dengan dasar pengambilan keputusannya
adalah sebagai berikut:
a. Suatu kontruk/ variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994)

49
b. Suatu kontruk/ variabel dikatakan tidak reliabel jika memberikan nilai
Cronbach Alpha< 0,70 (Nunnally, 1994)

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali ( 2016:19) statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji atau menentukan apakah
didalam model regresi variabel independen dan variabel dependen
memiliki distribusi normal atau tidak Menurut Ghozali (2018:161) uji
normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Alat uji yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis grafik normal probability
plot dan uji statistik Kolmogorov-Smirnov Z (I Sample K-S). Kriteria untuk
menentukan adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka data berdistribusi
normal.
b) Uji Autokorelasi
Ghozali (2018). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Uji autokorelasi. Pengambilan
keputusan dalam uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan keptusan Durbin-Watson. Jika nilai DW terletak antara dU
dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada
autokorelasi.
c) Uji Multikolinearitas

50
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. (Ghozali, 2018). Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat
melalui nilai Tolerance dan Variance Inflation Factors (VIF). Jika nilai
Tolerance> 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi masalah
multikolinearitas.
d) Uji Hetero kedasitas
Uji hetero kedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan yang lain.
(Ghozali, 2018). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dalam suatu model regresi dapat dilakukan dengan melihat hasil output
SPSS melalui grafik scatter plot dengan kriteria jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada
sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.3 Teknik Regresi Linier Berganda.


Analisis dengan menggunakan regresi linier berganda digunakan untuk
menguji signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regreasi
X terhadap variabel terikat Y. Model regresi yang dikembangkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Rumus Regresi Linier Berganda.

(Pengarang : Sugiyono 2008:84)

Keterangan:
Y = Kualitas Hasil Audit Internal
a = Konstanta
b = Koefisien arah regresi

51
X1 = Independensi
X2 = Obyektivitas
X3 = Pengetahuan
X4 = Pengalaman Kerja
X5 = Integritas
e = Eror term

a) . Uji Koefisien Determinasi (R2)


Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel independen. Nilai
R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Uji koefisien
determinasi (R2) memiliki nilai limit 0 ≤ R2 ≤ 1 yang berarti semakin
angkanya mendekati 1, maka semakin baik garis regresi karena mampu
memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.
b). Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model regresi layak atau fit
untuk diolah atau diuji. Dalam penelitian ini model regresi dapat
dikatakan layak atau fit uji apabila memiliki nilai signifikansi < 0,05
(α=5%).
c). Uji Statistik t
Uji t dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Uji Kriteria
pengambilan keputusannya adalah (1) Jika nilai signifikansi > 0,05
maka hipotesis ditolak, (2) Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka hipotesis
diterima.

DAFTAR PUSTAKA

52
AAIPI. 2014. Keputusan: KEP-005/AAIPI/DPN/2014 tentang Pemberlakuan
Kode Etik Auditor Intern Pemerintah Indonesia, Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia, dan Pedoman Telaah Sejawat Auditor Intern
Pemerintah Indonesia.

Abadi Jusuf. 2011. Auditing and Assurance Service: An Integrated Approach.


Ed.12. Jakarta: Salemba Empat.

Abdul Rohman. 2014. Internalisasi Nilai Disiplin Dan Tanggungjawab Dalam


Kurikulum Boarding School. Tesis. Perpustakaan.upi.edu.

Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh


Akuntan Publik, Jilid 1, Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Agusti, Restu. 2011. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Senjangan


Anggaran dengan Dimoderasi oleh Variabel Komitmen Organisasi dan
Informasi Asimetri. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Riau. Vol,19. No,14.

Akhmad Riduwan. 2014. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterandalan


Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi pada SKPD di Kabupaten
Sidoarjo). Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 3.

Amin Widjaja Tunggal. 2005. Internal Auditing. Edisi 5. Yogyakarta : BPFE.

Amir Abadi Jusuf. 2017. Jasa Audit dan Assurance 2: Pendekatan Terpadu.
Jakarta : Salemba Empat.

Annisa Parasayu dan Abdul Rohman, 2014. Analisis Faktor-faktor yang


mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Internal (studi persepsi Aparat Intern
Pemerintah Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali), Diponegoro
Journal of Accounting, Vol 3 No. 2, pp 1-10

Arens dan Loebbecke. 2003. Auditing Pendekatan Terpadu. Edisi Indonesia.


Jakarta : Salemba Empat.

Arens, A. R. (2015). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi. Edisi


Kedua. Jakarta: Salemba Empat

Arthur Simanjuntak. 2019. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI

Ashari, Ruslan. (2011). Pengaruh Keahlian, Independensi dan Etika Terhadap


Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Skripsi.

53
Program Studi Akuntansi Pemerintahan/Pengawasan Keuangan Negara
Universitas Hasannudin

Ashari, Ruslan. 2011. Pengaruh Keahlian, Independensi, dan Etika Terhadap


Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Fakultas
Ekonomi.Program Sarjana. Universitas Hasanudin. Makasar.

Ayu Priyansari dan Natalistyo. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan


Etika Auditor terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor
Pemerintah di Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan (BPKP)
Perwakilan Provinsi Jawa Tengah). Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.

Ayuningtyas, H. Y., & Pamudji, S. (2012). Pengaruh Pengalaman Kerja,


Independensi, Obyektifitas, Integritas Dan Kompetensi Terhadap Kualitas
Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat Kota/Kabupaten di
Jawa Tengah). Diponegoro Journal of Accounting, 1(1), 594-603

Bana. (2010). Atribution Theory (Kelley Harold 1972 – 1973)

Basari Indra (2012).”Disiplin Kerja dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja


Karyawan Pada PT Centra Multi Karya Bandung”. Jurnal Manajemen.
Vol 4. No 2. Hal 139-159.

Danang Febri Prasetyo dan Agus Endro Suwarno. 2016. “Pengaruh Independensi,
Kompetensi, Integritas, Objektivitas dan Pengalaman Kerja terhadap
Kualitas Audit”, Seminar Nasional dan The 3rd Call for Syariah Paper,
Vol.5 : 2460- 0784.

Davis, Gordon, 1991, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I


Pengantar, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Davis, Gordon, 1991, Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I


Pengantar, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Endro Suwarno. 2015. “Pengaruh Independensi, Kompetensi, Integritas,


Objektivitas Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada
Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah).” Seminar Nasional dan The
3rd Call for Syariah Paper. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,


Edisi 4.BP-UNDIP. Semarang.
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang.

54
Greenberg, J. (1993), “The social side of fairness: interpersonal and informational
classes of organizational justice”, in Cropanzano, R. (Ed.), Justice in the
Workplace: Approaching Fairness in Human Resource Management,
Lawrence Erlbaum Associates, Hillsdale, NJ, pp. 79-103.

Gusman, Fedo. 2016. “Pengaruh Independensi, Kompetensi, Integritas dan


Skeptisme Profesional Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Audit”.
Skripsi. Tangerang: Universitas Multimedia Nusantara

Hery. 2017. Kajian Riset Akuntansi: Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini
Dalam Bidang Akuntansi Dan Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Hidayat. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Surabaya:


Health Book Publising.

Himawati, D., & Mulatsih, D. F. P. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Kualitas Audit Internal Pada Inspektorat Jenderal
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat. In Forum
Keuangan Dan Bisnis Indonesia (Vol. 6, pp. 141-148).

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)


seksi 341: Pertimbangan Auditor akan Kemampuan Entitas dalam
Mempertahankan Kelangsungan Hidupnya. Jakarta: Salemba Empat

Indah Puji. 2014. Buku Pintar Membuat SOP (Standar Operasional Prosedur).
Yogyakarta: Flashbooks.

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2016). Standar Profesional Akuntan


Publik. Jakarta: Salemba Empat

Institut Akuntan Publik Indonesia. 2008. Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
IFAC. Jakarta.

Karaeng, S. S. D. (2020). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil


pemeriksaan inspektorat kabupaten toraja utara (Doctoral dissertation,
Universitas Hasanuddin).

Kisnawati, Baiq, 2012, Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Etika Auditor


Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor Pemerintah di
Inspektorat Kabupaten dan Kota Se-Pulau Lombok), Jurnal Bisnis dan
Kewirausahaan, Vol. 8 No. 3.

Krisnawati. 2012. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan


Profitabilitas terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Disclosure pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi,
Volume 12, Nomor 2, November 2012: 717-738.

55
Lamhatin, D. P. (2021). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Audit Dalam Pengawasan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa (Studi
Kasus Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Sumbawa). Journal of
Accounting, Finance, and Auditing, 3(02), 85-96.

Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Martini, dkk,2012, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta :


Selemba Empat.

Mulyadi. 2014. Auditing. Edisi 6. Jakarta : Salemba Empat.

Mulyadi. 2014. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat

Natalistyo TAH. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Etika Auditor


Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan
Jawa Tengah. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

Nur Triyanto. “Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan


Institusional Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Integritas Laporan
Keuangan (Studi Kasus Pada Sub Sektor Property Dan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015).” e-Proceeding of
Management 4, no. 3 (2017): 2821- 2829.

Nur’aini, Chotimah, 2013, Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Etika


Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Inspektorat
Karanganyar Dan Surakarta), Skripsi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pramana. A. H. 2014. Pengaruh Pajak, Bonus Plan, Tunneling Incentive dan Debt
Covenant Terhadap Keputusan Perusahaan Untuk Melakukan Transfer
Pricing (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2011-2013). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro.

Pranata, Putu Aditya dan Putu Ery Setiawan. 2015. Pengaruh Sanksi Perpajakan,
Kualitas Pelayanan dan Kewajiban Moral pada Kepatuhan Wajib Pajak.
EJurnal Akuntansi Vol. 10 No. 2 ISSN: 2302-8556. Universitas Udayana
Bali.

56
Restiyani, Resti, 2014, Pengaruh Pengalaman Auditor Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Kantor Akuntan Publik Kota
Bandung), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama, Bandung

Rizky Pasca Baisary. 2013. Pengaruh Integritas, Obyektivitas, Kerahasiaan,


Kompetensi, dan Komitmen terhadap Kinerja Auditor pada Kantor
Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Provinsi Sulawesi Tengah. e-Jurnal Katalogis, Volume I Nomor 1,
Januari 2013 hlm 124-135.

Robbins, 1996.Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi danAplikasi. Alih


Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam. Penerbit PT.Bhuana Ilmu
Populer, Jakarta

Sartika. 2015. Pengaruh Kompetensi, Disiplin dan Pengalaman Kerja Pegawai


Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Asset daerah Kota Palu. E-
Jurnal Manajemen.

Setiawan, Johan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak

Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2018). Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi


Kualitas Hasil Audit Di Lingkungan Pemerintah Daerah (Studi Kasus
Pada Inspektorat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara). Jurnal
Manajemen, 4(2), 153-161

Spencer, M. Lyle & Spencer, M. Signe., 1993. Competence at Work., Canada:


John Wiley & Sons, Inc.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). 2001. PSA No.04 SA Seksi 230.
Institut Akuntan Publik Indonesia. Jakarta.

Sukriah, dkk. 2009. “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,


Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.
Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang.

Sukrisno Agoes. 2016. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik). Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.

Suryono, B. (2016). Pengaruh Independensi Auditor, Etika Auditor, dan


Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi. Vol.5 (No.4). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
(STIESIA) Surabaya.

57
Susanti, F. 2019. Pengaruh Stress Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Prestasi
Kerja Karyawan Pada PT. Frisian Flag Indonesia Wilayah Padang

Tuanakotta, T. M. (2014). Auditing Berbasis ISA: International Standards on


Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Wariati Nana dkk (2015). Pengaruh Disiplin Kerja dan Pengalaman Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Asset Kabupaten Barito Timur . Jurnal wawasan manajemen. Vol.3.
No.3. oktober 2015 . Hal 217-288

Wariati, Nana., Dahniar dan Tinik Sugiati. 2015. Pengaruh Disiplin Kerja dan
Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Barito Timur. Jurnal
Wawasan Manajemen vol.3 no.3.

William, H., Turnes, F.J dan Gilbert, C.M., (1982), Petrography, W.M. Freeman
and Co : San Fransisco.

Wiwit.2014.Pengaruh Keahlian, Independensi, Pengalaman Audit Dan Etika


Terhadap Kualitas Editor Pada Inspektorat Provinsi Kepulauan Riau:
Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang.

Wooten, T.G. 2003. It is Impossible to Know The Number of Poor-Quality Audits


that simply go undetected and unpublicized. The CPA Journal. Januari. p.
48- 51.

58

Anda mungkin juga menyukai