Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH KOMPETENSI, PROFESSIONALISME, ETIKA PROFESI

DAN INDEPENDENSI AUDITOR INTERNAL TERHADAP KUALITAS


AUDIT.
( STUDI EMPIRIS PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI KALIMANTAN
BARAT )

PROPOSAL SKRIPSI

FANISA
B1031191146

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS
TANJUNGPURA PONTIANAK

2022
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kantor Akuntan Publik merupakan tempat memberikan jasa sesuai dengan
profesinya akuntan publik untuk publik berdasarkan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP). Jasa yang disediakan oleh Kantor Akuntan Publik berupa jasa
audit operasi, audit kepatuhan dan juga audit laporan keuangan. Setiap profesi
memberikan pelayanannya kepada masyarakat membutuhkan kepercayaan dari
masyarakat dilayani. Kepercayaan masyarakat akan semakin tinggi, jika profesi
menerapkan standar kualitas tinggi untuk implementasi Pekerjaan profesional
dilakukan oleh anggota profesi.
Profesi akuntan Publik mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan
tingkat pelaporan keuangan pelanggan (klien) atau perusahaan, untuk memperoleh
informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Auditor
dalam melakukan audit laporan keuangan tidak hanya bekerja untuk kepentingan
pelanggan mereka, tetapi juga untuk kepentingan pihak lain laporan keuangan
yang telah diaudit (Imam Ghozali dan Ivan; 2006). Seorang auditor harus
memiliki kemampuan yang memadai mengenai teknik audit dan
memahami:kriteria yang digunakan untuk menghasilkan kualitas audit yang sesuai
dengan harapan. Keahlian ini bisa didapat melalui pelatihan audit.
Auditing ialah proses untuk mengurangi kesalahan dalam penerapan
informasi antara manajer serta pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak
ketiga (Auditor) yang mempercayai investor dan kreditur yang dapat dipercaya
atas laporan keuangan yang disajikan manajemen (Agusti dan Pertiwi, 2013).
Sampai saat ini, beberapa penelitian telah meneliti determinan sebenarnya
dari kualitas kontrol. Studi yang menghubungkan kompetensi, independensi, dan
profesionalisme dengan kualitas pengendalian antara lain Saputro (2017), Amin et
al. (2007) dan Agusti dan Pertiwi (2013). Studi empiris di Budiman Wawan
Pamudji & Rekan Tegal memberikan hasil yang mempengaruhi kualitas audit,
menunjukkan pentingnya auditor dalam berbagai pelatihan dan memberikan
kesempatan kepada auditor untuk mengikuti kursus atau meningkatkan pelatihan
mereka. profi (Saputro, 2017).
Agusti dan Pertiwi (2013) percaya bahwasanya kompetensi ialah
seseorang yang memiliki berbagai pengetahuan serta keterampilan prosedural
yang telah ditunjukkan dalam pengalaman audit. Dalam melakukan audit, auditor
harus bertindak seorang yang ahli di bidang akuntansi dan auditing.. Perolehan
keterampilan dimulai dengan pelatihan formal, yang kemudian diwujudkan
melalui pengalaman dan praktik audit. Selain itu, auditor harus menerima
pelatihan teknis dan umum. Oleh karena itu, auditor harus diberdayakan untuk
melakukan pengendalian kualitas. Agar evaluasi di
Menurut Elfarini (2007) ia mendefinisikan kompetensi sebagai
keterampilan yang dapat diungkapkan dengan jelas cukup untuk melakukan
pemeriksaan menyeluruh. Sebaliknya, menurut Agustus dan Pertiwi (2013),
Kompetensi seorang auditor adalah pemeriksa yang berpengetahuan luas dan
berpengalaman yang dapat bekerja memeriksa dengan cermat, akurat dan teliti.
Seorang auditor yang berpendidikan tinggi akan mempunyai banyak pengetahuan
tentang profesi yang dijalani sehingga mengetahui berbagai permasalahan lebih
detail. Selain itu, dan Dengan pemahaman yang cukup memadai, auditor akan
lebih mudah mengikuti perkembangan masa yang semakin kompleks
Dengan begitu, auditor akan dapat mempersiapkan auditnya. dari beberapa
dari informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi auditor sangat
penting dalam menentukan kualitas audit, tingkat efisiensi maksimum, auditor
dapat menyelesaikan masalah yang menunjukkan kesalahan dalam laporan
keuangan secara efektif dan efisien dalam proses audit.
Independen menurut Mulyadi (2010) dapat diartikan sebagai sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung
pada orang lain. Kemerdekaan uga berarti bahwa auditor jujur dalam
mempertimbangkan fakta, dan ada pertimbangan yang objektif yang tidak
memihak auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Pada
kenyataannya, auditor sering mengalami kesulitan mempertahankan sikap mental
yang mandiri.
Profesionalisme adalah suatu konsep untuk mengukur bagaimana
profesional memandang profesinya yaitu tercermin melalui perilaku dan sikapnya
sebagai auditor. Profesionalisme merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi dan dimiliki oleh seorang auditor dimana hal ini akan mempengaruhi
sikap dan tekad dalam menjalankan profesi sebagai auditor independen (Lesmana
dan Machdar, 2015).
Kehadiran auditor internal perusahaan membantu manajer mencapai tujuan
organisasi. Oleh karena itu, auditor internal diharapkan untuk mematuhi prinsip-
prinsip kejujuran, integritas, kerahasiaan dan kompetensi, yang harus tercermin
dalam perilaku mereka. Untuk memungkinkan auditor lokal memberikan saran
yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Yan Shandy, 2012).
Situasi saat ini. Kualitas laporan yang diaudit memang menarik perhatian
banyak pihak, seperti kasus Justin Aditya Sidharta yang dituduh melakukan
kesalahan dalam rekening PT. Great River International, Tbk Kasus ini muncul
setelah penyidik Bapepam menemukan bukti dugaan faktur penjualan, kwitansi,
dan aset senilai ratusan miliar rupee di rekening Great River, yang menyebabkan
perusahaan menghadapi masalah kepadatan penduduk yang terbayar. tidak dapat.
Utang (Fuad Rahmany, manajer umum Bapepam-LK). , 2007).
Hal dasar yang merupakan prioritas oleh auditor adalah etika dalam
berprofesi. Pelaksanaan pekerjaan profesional sendiri tidak dapat dipisahkan dari
etika karena perilaku profesional diperlukan bagi semua profesi, agar profesi yang
dijalaninya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dengan kesadaran etis
yang tinggi, maka seorang auditor akan menjadi lebih profesional dalam tugasnya
serta menjalankan tugasnya sesuai dengan kode etik profesi serta standar audit
sehingga hasil audit yang dilakukan akan lebih menunjukkan keadaan yang
sebenarnya.
Kompetensi saja tidak cukup bagi auditor internal publik untuk melakukan
dan melaksanakan tugasnya. Menjaga independensi dan profesionalisme auditor
internal negara juga tidak mudah. Berbagai pilihan yang diberikan selama periode
audit dapat mempengaruhi profesionalisme auditor, dan auditor dapat
mengungkapkan fakta yang mengindikasikan bahwa independensi auditor
terpengaruh. dan juga mengidentifikasi etika profesi dalam mempengaruhi
kualitas audit. Mengingat pentingnya peran kualitas audit di Kantor Akuntan
Publik, maka dilakukan penelitian terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan
Publik di Kalimantan Barat. Peneliti mengangkat judul “Pengaruh Kompetensi,
Professionalisme, Etika Profesi Dan Independensi Auditor Internal
Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di
Kalimantan Barat).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pernyataan Masalah
1. Belum mengetahui Kompetensi mempengaruhi kualitas audit
internal (Studi Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
2. Belum mengetahui pengaruh Independensi pemerintah terhadap
kualitas audit internal (Studi Empiris Kantor Akuntan di
Kalimantan Barat)
3. Belum mengetahui Profesionalisme terhadap kualitas audit
(Studi Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
4. Belum mengetahui Etika Profesi terhadap kualitas audit (Studi
Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
1.2.2 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana Kompetensi mempengaruhi kualitas audit (Studi
Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)?
2. Bagaimana pengaruh Independensi pemerintah terhadap
kualitas audit internal (Studi Empiris Kantor Akuntan di
Kalimantan Barat)?
3. Bagaimana pengaruh Profesionalisme terhadap kualitas audit
(Studi Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)?
4. Bagaimana pengaruh Etika Profesi terhadap kualitas audit
(Studi Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)?
5. Bagaimana pengaruh Kompetensi, Independensi,
Profesionalisme, dan Etika Profesi Akuntan terhadap kualitas
audit (Studi Empiris KAP Kalbar)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dipecahkan, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi terhadap kualitas audit (Studi
Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
2. Pengetahuan tentang dampak independensi Auditor terhadap kualitas audit
(Studi Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
3. Pengetahuan tentang dampak profesionalisme auditor terhadap kualitas
audit (Studi Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
4. Untuk mengetahui pengaruh etika profesi terhadap kualitas audit (Studi
Empiris pada KAP di Kalimantan Barat)
5. Untuk mengetahui pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme,
dan etika profesi akuntan terhadap kualitas audit di (Studi Empiris KAP
Kalbar).
1.4 Kontribusi Penellitian
1.4.1 Kontribusi Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang audit, dan memberikan bukti empiris tentang pengaruh
profesionalisme, independensi, kompetensi auditor, dan etika
profesi terhadap kualitas audit dalam studi empiris Kantor
Akuntan Publik di Kalimantan Barat.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
dan referensi bagi penelitian di bidang auditing dalam rangka
peningkatan kinerja dan kualitas hasil audit pada Studi Empiris
KAP Kalimantan Barat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat penelitian-
penelitian sebelumnya terkait profesionalisme, independensi,
kompetensi auditor dan etika profesi kualitas audit.
1.4.1 Kontribusi Praktis
1. Bagi Kantor Akuntan Publik dan Auditor Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi motivasi bagi auditor Studi Empiris
di KAP Kalbar untuk lebih profesional dalam melakukan audit
sehingga menghasilkan audit yang berkualitas. Dan penelitian
ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang
pengaruh profesionalisme, independensi, kompetensi dan beban
kerja terhadap kualitas audit, sehingga pada dasarnya penelitian
ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada auditor
untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih baik.
2. Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan peneliti dan dapat lebih memahami
pengaruh-pengaruh yang mempengaruhi kualitas audit.
3. Untuk studi lebih lanjut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan pembaca sekaligus sebagai bahan
referensi atau bahan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya
dan sebagai tambahan wacana ilmiah.
1.5 Gambaran Kontekstual Penlitian
Penelitian ini akan dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Kalimantan
Barat, untuk melihat pengaruh-pengaruh tersebut pada Kantor Akuntan
Terdekat dari tempat domisili agar memudahkan pengambilan data dalam
penelitian ini.
Kantor akuntan publik merupakan tempat kerja bagi orang-orang yang
berprofesi sebagai akuntan publik untuk melaksanakan tugasnya. Kantor
Akuntan Publik juga sebagai wadah atau badan usaha bagi akuntan publik
untuk memberikan jasanya. Akuntan publik adalah praktisi profesional yang
memberikan dan menawarkan jasa berupa keahlian akuntansi sesuai standar.
Selain itu, akuntan publik juga harus memiliki persetujuan Menteri
Keuangan dan hak untuk berwiraswasta. Hal ini diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Dasar
hukum lainnya dapat ditemukan dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
154/PMK.01/2017. Di Indonesia, setiap akuntan publik wajib mendaftar
sebagai anggota IAPI. IAPI adalah asosiasi profesi resmi akuntan publik yang
diakui negara.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Legitimasi
Arens et al (2015:4) menyatakan audit merupakan
pengumpulan data serta evaluasi bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasidan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan
oleh orang yang independen dan kompeten.
Auditing yaitu sebagai proses sistematis untuk memperoleh
dan mengevaluasi (objektif) bukti yang berhubungan langsung
dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi, dalam
rangka menentukan tingkat kepatuhan antara asersi dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan. (Hery, 2016: 10)
Sedangkan definisi Auditing Practices Commite (APC)
dalam Halim (2015: 3) yaitu pemeriksaaan yang dilakukan secara
bebas tanpa pengaruh dari pihak lain (independen) yang
menghasilkan suatu pernyataan tentang opini (pendapat) atas
laporan keuangan suatu perusahaan yang dilakukan oleh auditor
yang ditunjuk pengangkatannya itu telah sesuai dengan ketentuan
dan kewajiban 12 hukum yang berlaku.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli
dalam dibidang auditing, maka dapat disimpulkan bahwa auditing
ialah suatu proses sistematis yang dilakukan secara independen
untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti yang berhubungan
dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi, untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian Antara informasi
serta kriteria yang telah ditetapkan, yang dilakukan oleh auditor
yang independen dan kompeten serta mengkomunikasikan hasilnya
tentang pendapatnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
2.1.2 Kompetensi
Menurut Hiro Tugiman (2006:27) kompetensi merupakan
tanggung jawab bagian audit internal dan setiap auditor internal,
pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan wajib
menugaskan orang-orang yang secara bersama atau Program Studi
Akuntansi, dengan keseluruhan memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan dengan pantas dan tepat
Menurut Elfarini (2007) mendefinisikan kompetensi
sebagai suatu keahlian yang secara eksplisit dan dapat cukup
digunakan untuk melaksanakan audit secara objektif. Sebaliknya,
menurut Agusti dan Pertiwi (2013), kompetensi auditor adalah
auditor dengan pengalaman dan pengetahuan yang cukup yang
dapat melakukan audit secara objektif, hati-hati dan akurat. Auditor
yang berpendidikan tinggi memiliki banyak pengetahuan tentang
bidang yang digeluti sehingga dapat mengetahui berbagai
permasalahan dengan lebih mendalam. Selain itu, dengan
pengetahuan yang luas, auditor akan lebih mudah mengikuti
perkembangan masa yang semakin kompleks perkembangannya.
Dengan begitu, auditor akan dapat menghasilkan hasil
audit yang berkualitas baik serta dapat dijadikan sebagai acuan
pembuat keputusan oleh para klien. Dari beberapa uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa tingkat kompetensi seorang auditor
sangat penting berperan dalam menentukan kualitas audit, semakin
tinggi tingkat kompetensi yang dimiliki seorang auditor, maka
auditor dapat memecahkan sebuah masalah yang dapat
menunjukkan kesalahan dalam laporan keuangan secara efektif dan
efisien dalam proses audit yang dilakukan. Hasil penelitian
memperkuat hal tersebut berdasarkan Irwansyah (2010) yang
menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan positif
terhadap kualitas audit.
2.1.3 Independensi
Menurut Mulyadi (2010:26) Independensi adalah Kejujuran
dalam diri seorang auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam
merumuskan serta menyatakan pendapatnya. Menurut Hiro
Tugiman (2006:20) independensi ialah memberikan penilaian yang
tidak memihak dan tanpa prasangka hal mana yang sangat
diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya.
Kemandirian menurut Mulyadi (2010) juga dapat diartikan
sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan
oleh pihak lain manapun serta tidak tergantung pada orang lain.
kemerdekaan juga berarti bahwa auditor harus jujur dalam
mempertimbangkan fakta serta ada pertimbangan yang objektif
yang tidak memihak auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Pada kenyataannya, auditor juga seringkali
mengalami kesulitan dalan mempertahankan sikap mental yang
mandiri. Ada tiga keadaan yang sering mengganggu sikap mental
independen auditor (Mulyadi, 2002). Pertama, sebagai seseorang
yang melakukan audit secara independen, auditor dibayar oleh
kliennya atas jasanya sebagai auditor. Kedua, sebagai penjual jasa,
seringkali auditor cenderung akan memuaskan keinginan kliennya.
Ketiga, mempertahankan sikap mental yang independen tak jarang
juga dapat menyebabkan kehilangan klien.
Standar audit umum berikut menyatakan jika "dalam semua
hal yang berkaitan dengan perikatan serta independensi dalam
sikap mental harus dijaga oleh auditor.” Standar ini mensyaratkan:
auditor harus independen, artinya tidak mudah terpengaruh karena
menjalankan tugasnya bekerja untuk kepentingan umum (IAI,
2001). Dalam hal ini, ada 4 hal yang mengganggu independensi
akuntan publik, yaitu: (1) Akuntan publik saling memiliki atau
bertentangan kepentingan dengan klien, (2) Mengaudit pekerjaan
akuntan publik itu sendiri, (3) Berfungsi sebagai manajemen atau
karyawan klien dan (4) Bertindak sebagai penasihat (advokat)
klien. Publik akuntan akan terganggu jika mereka memiliki
hubungan bisnis, keuangan, dan manajemen atau karyawan dengan
klien mereka (Tjun, 2012)
2.1.4 Profesionalisme
Profesionalisme adalah tanggung jawab untuk berperilaku
yang lebih dari sekedar hanya memenuhi undang-undang dan
peraturan masyarakat (Herliansyah & Ilyas, 2006). Seseorang
dikatakan bersikap profesionalisme jika ia memenuhi tiga kriteria,
yaitu melaksanakan tugas atau profesi dengan menerapkan standar
baku di bidang profesi yang bersangkutan,ahli untuk melaksanakan
tugas sesuai dengan bidangnya dan yang terakhir mematuhi etika
profesi yang telah ditetapkan (Herawaty & Susanto, 2009).
Profesionalisme merupakan suatu konsep dalam mengukur
bagaimana profesional memandang profesinya yaitu dapat
tercermin melalui sikap serta perilakunya sebagai auditor.
Profesionalisme merupakan salah satu persyaratan yang harus
dimiliki dan dipenuhi oleh seorang auditor dimana hal ini juga
akan mempengaruhi tekad dan sikap dalam menjalankan profesi
sebagai auditor independen (Lesmana dan Machdar, 2015).
Profesionalisme ialah sikap bertanggung jawab terhadap
apa yang telah ditugaskan kepadanya. sikap profesionalisme akan
mengambil sebuah keputusan berdasarkan pertimbangan yang
dimilikinya yaitu berdasarkan yang pertama didedikasikan untuk
profesi, auditor yang mengabdikan untuk profesinya akan
melakukan totalitas pekerjaannya dimana dengan totalitas ini dia
juga akan lebih berhati-hati dan bijaksana dalam melakukan audit
untuk memperoleh audit yang berkualitas. Jadi jika semakin tinggi
dedikasi terhadap profesinya maka semakin tinggi pula
profesionalismenya auditor. Auditor harus memiliki pandangan
bahwa tugas yang dilakukannya ialah untuk kepentingan umum
karena opini auditnya atas suatu laporan keuangan juga akan
mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemakai laporan yang
diaudit. Oleh karena itu, auditor memiliki kontribusi yang sangat
berpengaruh bagi masyarakat dan profesi. Jadi semakin tinggi
kewajiban sosial maka semakin tinggi pula profesionalisme auditor
(Agusti dan Pertiwi, 2013).
Seorang auditor dituntut untuk dapat mengambil keputusan
sendiri tanpa pihak lain, serta mengikuti pertimbangan yang dibuat
berdasarkan keadaan yang dihadapi. Jadi semakin tinggi
independensi, semakin tinggi profesionalisme auditor. Auditor juga
harus mempunyai kepercayaan terhadap profesinya, dimana
seorang auditor akan lebih percaya diri terhadap profesionalnya,
hal ini dapat dilakukan dengan meminta rekan kerja untuk menilai
kinerja mereka sendiri. Jadi semakin tinggi independensi, semakin
tinggi profesionalisme auditor. Auditor memiliki ikatan profesional
sebagai acuan audiotr, dengan ikatan ini akan membangun
kesadaran profesional auditor yangada. Jadi jika semakin tinggi
hubungannya antar profesional maka semakin tinggi pula
profesionalisme auditor (Agusti dan Pertiwi, 2013).
2.1.5 Etika Auditor
Etika didefinisikan sebagai seperangkat prinsip-prinsip
moral atau nilai-nilai (Elder, et al., 2011). Dalam hal etika, sebuah
profesi harus mempunyai komitmen moral yang tinggi yang
disajikan dalam bentuk aturan khusus. Aturan ini merupakan aturan
main untuk menjalankan atau mengemban profesi tersebut, yang
biasa disebut dengan kode etik. Kode Etik IAPI menjadi standar
umum perilaku atas perilaku yang ideal dan ketetapan peraturan
yang spesifik yang mengatur perilaku auditor (Elder, et al., 2011).
Teori disonansi kognitif dapat menjelaskan bahwa timbulnya
ketidakkonsistenan pada diri auditor untuk mengikuti atau tidak
mengikuti sebagian dari kode etik, serta perbedaan persepsi
individu mengenai hal yang etis atau tidak etis dapat menimbulkan
ketidakselarasan. Oleh karena itu, jika auditor dapat menjaga
keselarasan dalam etika profesinya maka akan dapat melaksanakan
auditnya dengan baik sesuai yang diharuskan dalam kode etik
profesi.
2.1.6 Kualitas Audit
Kualitas Audit Menurut De angelo (1981) kualitas audit
adalah probability bahwa auditor akan menemukan dan
melaporkan penyimpangan dalam sistem akuntansi klien.
Probabilitas auditor menemukan salah saji material tergantung
pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara
melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor.
Definisi kualitas audit menurut Simanjuntak adalah hasil
yang dicapai seseorang subjek/objek, untuk tingkat kepuasan. Yang
memunculkan hasrat subjek/objek dalam menilai kegiatan tertentu.
Menurut Tandiontong (2016: 80), kualitas audit sangat
mungkin auditor dalam menentukan dan melaporkan setiap
penyimpangan yang terjadi dalam sistem akuntansi pelanggan atau
perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas, kualitas audit adalah
kualitas pekerjaan yang berasal dari kualitas auditor itu sendiri.
Auditor yang berkualifikasi dapat memberikan jaminan
tidak ada salah saji atau kecurangan yang signifikan dalam laporan
keuangan perusahaan untuk menghasilkan informasi yang andal
yang menggambarkan keadaan sebenarnya. Karena itu kualitas
audit perlu terus ditingkatkan mengurangi ketidakpastian yang
terkait dengan akuntansi diperkenalkan oleh manajemen.
Apabila pengendalian mutu buruk, maka akan
menimbulkan kerugian bagi auditor maupun KAP mulai dari
sanksi administrasi, tuntutan hukum, hingga kehilangan reputasi.
(Tuanakotta, 2015:113).
2.2 Kajian Empiris
Studi empiris adalah studi yang berasal dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Berikut ini adalah beberapa
penelitian yang telah melakukan kajian yang berkaitan dengan Pengaruh
Kompetensi, Professionalisme, Etika Profesi Dan Independensi Auditor
Internal Terhadap Kualitas Audit yang masih memiliki peluang yang dapat
dikembangkan nantinya.
2.2.1 Profesional
Komitmen profesional adalah faktor penting yang dapat
mempengaruhi auditor dalam membuat keputusan tentang perilaku
yang dilakukan. Perbedaan perilaku tidak etis oleh auditor mungkin
disebabkan oleh perbedaan komitmen berdasarkan masing-masing
auditor terhadap profesinya (Nisa, 2013). Berdasarkan uraian di
atas, profesionalisme yang tinggi juga akan menghasilkan kualitas
audit yang tinggi pula. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian
oleh (Nisa, 2013), (Agusti dan Pertiwi, 2013), 162 Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Strategis Vol.2 No.2 November 2019,
hlm.157-169 (Lesmana dan Machdar, 2015) yang menyatakan
bahwa profesionalisme akan mempengaruhi kualitas audit.
Berdasarkan penelitian ini telah membuktikan bahwa
profesionalisme mempengaruhi kualitas audit.
2.2.2 Etika Profesi
Sebelum nya ada banyak penelitian terkait Pengaruh Etika
Profesi.Penelitian yang dilakukan oleh Futri & Juliarsa, (2014)
menemukan hasil bahwa etika profesi berpengaruh positif terhadap
kualitas audit. Arumsari & Budiartha, (2016) juga menemukan
bahwa etika profesi berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
2.2.3 Independensi
Penelitian terkait hubungan independensi dengan kualitas
audit telah banyak dilakukan, seperti penelitian sebelumnya,
Sugiarmini&Datrina, (2017) menemukan hasil bahwa independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, begitu juga pada
penelitian Wardhani & Astika, (2018) memiliki hasil penelitian
yang sama yaitu independensi berpengaruh positif pada kualitas
audit. Hasil penelitian serupa oleh Lesmana & Machdar, (2015)
juga menyatakan semakin tinggi tingkat independensi maka
semakin berkualitas hasil auditnya.
2.2.4 Kompentensi
Tingkat kompetensi seorang auditor sangat penting dalam
menentukan kualitas audit, semakin tinggi tingkat kompetensi yang
dimiliki, auditor dapat memecahkannya masalah yang
menunjukkan kesalahan dalam laporan keuangan secara efektif dan
efisien dalam proses audit. Hasil penelitian memperkuat hal
tersebut oleh Irwansyah (2010) yang menyatakan bahwa
kompetensi mempengaruhi kualitas audit. Penelitian Saputro
(2017) juga menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap
kualitas audit. Berdasarkan penelitian ini, terbukti bahwa
kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit

Semua kajian yang telah di teliti sebelumnya menggunakan Metode


Regresi Linier Berganda. Yang mana Metode tersebut banyak digunakan
karena prosesnya yang tidak terlalu sulit, namun perlu diketahui di dalam
metode ini juga terdapat kekurangan dalam mengolah data yang dipaparkan
dibawah ini.
Regresi Linear Regresi Linear merupakan sebuah teknik klasik di statistika
dalam mempelajari hubungan antar-variabel dan memprediksi masa depan.
Meskipun tidak seakurat teknik yang lebih modern, kelebihannya ialah mudah
dimengerti serta tidak mensyaratkan data harus dalam bentuk tertentu. Regresi
linear mencoba untuk memodelkan hubungan antara kedua variabel dengan
mencocokkan persamaan linier sesuai data yang diamati. Satu variabel
dianggap sebagai variabel independen, dan yang lainnya dijadikan sebagai
variabel dependen. contohnya, seorang pemodel ingin menghubungkan bobot
seseoranng dengan ketinggian mereka dengan menggunakan model regresi
linier. Sebelum mencoba menyesuaikan model linier berdasarkan data yang
diamati, seorang modeler harus terlebih dahulu menentukan apakah ada
hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Ini tidak selalu
menyiratkan jika satu variabel menyebabkan yang lain, tetapi bahwa ada
beberapa hubungan yang terjadi signifikan antara kedua variabel. Scatterplot
dapat menjadi alat yang membantu dalam menentukan keterkaitan hubungan
antara dua variabel.
Jika tampaknya tidak terjadi hubungan antara kedua variabel penjelas yang
diusulkan dan variabel dependen, maka pemasangan model regresi linier ke
data mungkin tidak akan memberikan model yang bermanfaat. Ukuran
numerik yang berharga dari hubungan antara dua variabel ialah koefisien
korelasi, yang merupakan nilai antara 1 dan -1 yang menunjukkan kekuatan
hubungan berdasarkan data yang diamati untuk dua variabel. Garis regresi
linier mempunyai persamaan bentuk Y = a + bX, di mana X adalah variabel
penjelas dan Y adalah variabel dependen. Kemiringan garis adalah b, dan a
adalah intersep (nilai y ketika x = 0).
Kerugian dari regresi linier Dalam kehidupan sehari-hari,tidak terjadi
banyak masalah di dunia yang menunjukkan hubungan yang jelas terjadi
antara variabel independen dan dependen. Sebagai contoh yaitu contoh biaya.
Seringkali ada banyak faktor yang berpengaruh dalam menentukan biaya.
Namun, dengan itu dikatakan orang dapat berargumen bahwa kita hanya perlu
menambahkan nilai-nilai yang lebih independen seperti kedekatan dengan
transportasi, tingkat kejahatan masyarakat dan lain-lain. Tetapi, bahkan
dengan mengatakan itu tidak ada cara kita dapat mengkonfirmasi bahwa
rumah 182 meter akan harganya sama persis 250 juta rupiah hanya karena
tidak ada yang tak terhindarkan sampai terjadi.
Penelitian selanjutnya yang akan dilakukan dengan model Regresi Linier
Berganda namun terdapat beberapa pembaruan dalam proses pengerjaannya,
berdasarkan evaluasi peneliti sebelumnya agar hasil yang didapatkan juga
dalam sesuai dengan rencana yaitu untuk mengevaluasi penelitian selanjutnya.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual digunakan untuk melihat variabel-
variabel yang akan diteliti dengan menggunakan diagram atau
persamaan matematis lainnya. Gambar dapat dilihat sebagai
berikut.

Gambar 1.1
2.3.2 Hipotesis Penelitian
Kerangka pemikiran pada gambar menunjukkan bahwa
variabel yang mempengaruhi (Independen) yaitu kompetensi,
independensi, profesionalisme dan etika profesi audito serta
variabel yang di pengaruhi (Dependen) yaitu kualitas audit
Berdasarkan uraian diatas hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
H1: Kompetensi mempengaruhi terhadap Kualitas Audit.
H2 : Profesionalisme mempengaruhi kualitas audit
H3 : Independensi mempengaruhi terhadap Kualitas Audit
H4 : Etika mempengaruhi kualitas audit
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


penelitian kuantitatif, karena data Kompetensi (H1), Profesionalisme
(H2), Independensi I (H3) dan etika (H4) terhadap Kualitas Audit (Y)
yang diperoleh berupa data kuantitatif untuk membuktikan hubungan
antar hipotesis tersebut.

Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014:39) penelitian kuantitatif


merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang dapat dicapai (diperoleh) menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Sedangkan
pengertian Metode Penelitian Kuantitatif, menurut Sugiyono (2017:8)
adalah Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme,
digunakan untuk meneliti pada sampel atau populasi tertentu,
pengumpulan data menggunakan analisis data bersifat kuantitaif atau
statistik dengan tujuan menugji hipotesis yang dterapkan dan instrumen
penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dikarenakan


data yang akan diolah merupakan data rasio dan yang menjadi fokus
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh antar
variabel yang diteliti. Sehingga hasil yang didapatkan lebih spesifik.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Objek penelitian yang di lakukan adalah Kantor Akuntan Publik


yang berada di Pontianak, karena berdasarkan tempat domisili peneliti
agar memudahkan peneliti mendapatkan data yang digunakan pada
penelitian ini. Data penelitian ini diambil di tahun 2022 pada Kantor
Akuntan Publik di Kalimantan Barat.
3.3 Data

Jenis data yang digunakan adalah yaitu Data Primer. Menurut


Sugiyono (2016), pengertian data primer merupakan sebuah data yang
langsung didapatkan dari sumber dan diberikan kepada
pengumpul data atau peneliti. Ada pula pendapat menurut Sugiyono,
sumber data primer adalah wawancara yang dilakukan dengan subjek
penelitian/sampel baik secara observasi ataupun pengamatan langsung.

Sumber data yang diperoleh adalah Auditor yang berkerja di


Kantor Akuntan Publik, agar mendapatkan hasil penelitian yang akurat.
Karena auditor merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam
membuat laporan audit yang berkualitas.

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode


kuesioner (angket). Metode ini dipilih karena dianggap paling efektif
dan efisien, selain mempersingkat waktu namun juga dapat
memudahkan dalam mengolah data. Dengan teknik Purposive
Sampling.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi adalah area generalisasi yang berisi subjek atau objek


yang mempunyai karakteriktik dan kualitas tertentu yang ditentukan
oleh peneliti Untuk mempelajari serta kemudian menarik kesimpulan
(Sugiono, 2013: 80). Populasi dalam penelitian ini terdiri dari auditor
yang bekerja di kantor akuntan Publik berlokasi di area Kalimantan
Barat.

Jumlah target yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah 30


orang auditor sebagai sampel yang akan diberikan kuesioner untuk di
isi. Karena jumlah ini cukup banyak untuk memberikan data yang
akurat. Hal ini dikarenakan jenis data primer yang artinya data ini
belum pernah diolah sebelumnya maka jumlah auditor pada
pengambilan data ini sangat berpengaruh pada keakuratannya.
Cara yang dipilih untuk pengambilan datanya adalah Kuesioner
(angket). Karena dapat disebarkan untuk responden yang berjumlah
cukup besar dengan waktu yang singkat. Dengan terjaganya
objektivitas responden dari pengaruh luar terkait satu permasalahan
yang diteliti. Tetap terjaganya kerahasiaan dari responden untuk
menjawab sesuai dengan pendapat pribadi.

3.5 Variabel Penelitian


Pengertian variabel operasional menurut Sugiyono (2010:58) adalah
“Segala sesuatu dalam bentuk apapun ditentukan oleh peneliti dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentangnya, kemudian ditarik kembali
Kesimpulannya. "Operasi variabel diperlukan untuk mendeskripsikan variabel
yang akan dipelajari dalam konsep, dimensi, indikator dan pengukuran yang
diarahkan untuk mendapatkan nilai dari variabel lain. Kecuali itu, tujuannya
adalah untuk memfasilitasi pemahaman dan menghindari perbedaan persepsi
dalam penelitian ini.

Tabel 1.1

Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Alat
Ukur

Independen
Kompetensi Auditor harus 1. Keterampilan atau Skala
mempunyai keahlian yang dimiliki Likert
keterampilan, 2. Pengetahuan yang
pengetahuan, dan dimiliki.
kompetensi lainnya 3. Wawasan yang
dalam melaksanakan memadai
tanggung jawabnya. 4. Pendidikan serta
pelatihan profesional
yang berkelanjutan.
Profesionalisme Auditor harus Auditor 1. Melaksanakan tugas Skala
harus memiliki sesuai bidangnya Likert
pandangan bahwa tugas 2. Menggunakan standar
yang dilakukannya baku yang berlaku
adalah untuk 3. Mampu mengambil
kepentingan umum keputusan berdasarkan
karena opini auditnya kondisi yang dihadapi.
atas suatu laporan
keuangan akan
mempengaruhi
pengambilan keputusan
oleh pemakai laporan
yang diaudit.

Independensi Auditor harus memiliki 1. Independensi dalam Skala


sikap netral sehingga penampilan. Likert
tidak sikap memihak 2. Independensi dalam
atau kepada urusan pikiran
lainnya serta 3. Hubungan dengan
menghindari klien (lamanya)
kepentingan dalam 4. Tekanan dari klien
merencanakan,
melaksanakan dan
melaporkan hasil
pekerjaan yang
dilakukan.

Etika Profesi Auditor harus mentaati 1. Tanggung Jawab Skala


kode etik yang berlaku Auditor Likert
dalam lingkup audit 2. Kepentingan Publik
yang telah ditetapkan. 3. Objektivitas
Pelaksanaan yang 4. Integritas Auditor
mengacu kepada 5. Kecermatan atau
Standar Audit serta ketelitian
wajib mentaati kode etik 6. Jasa dan lingkup
berlaku yang merupakan
kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dari standar
audit.

Dependen

Kualitas Audit Kualitas audit sebagai 1. Masukan, yang Skala


laporan dimana meliputi nilai-nilai Likert
kemungkinan auditor etika dan sikap
akan melaporkan dan 2. Proses yang
menemukan dipengaruhi standar
pelanggaran yang terjadi auditing
dalam sistem akuntansi 3. Keluaran yaitu hasil
klien. seluruh laporan dan
informasi yang di
hasilkan auditor

3.6 Metode Analisis

Analisis data kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis


kuantitatif ialah analisis yang menggunakan model seperti model
matematika (contohnya fungsi multivariat), model statistik dan
ekonometrika. Hasil analisis dibuat dalam bentuk angka-angka yang
kemudian dideskripsikan kemudian diinterpretasikan dalam deskripsi.

Dalam studi kuantitatif, analisis data adalah kegiatan setelah data


dari semua responden atau sumber data lainnya terkumpul. Kegiatan
analisis data meliputi, mengumpulkan data berdasarkan variabel
berdasarkan tipe responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
seluruh responden yang terkumpul, menyajikan data dari setiap
variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menanggapi
rumusan masalah yang ada kemudian melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis-hipotesis yang diajukan.

Teknik analisis data menggunakan Teknik Inferensial. Teknik


analisis data statistik inferensial merupakan statistik yang digunakan
untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku
umum. Ciri analisis data menggunakan teknik inferensial ialah
penggunaan rumus-rumus tertentu, hasil perhitungan yang dilakukan
nantinya akan dijadikan dasar untuk membuat generalisasi dari sumber
ke populasi. Dengan demikian, statistik inferensial memiliki fungsi
untuk menggeneralisasikan hasil studi sampel kepada suatu populasi,
sesuai pada fungsi tersebut, statistik inferensial sangat berguna untuk
penelitian sampel.
Daftar Pustaka
Fahdi, M. (2018). Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Terhadap Kualitas
Audit (Studi Empiris Pada Inspektorat Se Provinsi Riau). Jurnal ValutaVol.
4No 2, Oktober2018, 86-95.
Iryani, L. D. (2017). The Effect of Competence, Independence,and Professional
Auditors to Audit Quality. JOURNAL OF HUMANITIES AND SOCIAL
STUDIES, Volume 01, Number 01, September 2017, 1-4.
Kartika, D., & Pramuka, B. A. (2019). The Influence Of Competency,
Independency And Profesionalism On Audit Quality. Journal of
Accounting and Strategic Finance Vol.2 No.2 November 2019, 2, 157-
169.
Maharany, Astuti, Y. W., & Juliardi, D. (2016). Pengaruh Kompetensi,
Independensi Dan Etika Profesi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi
Empiris Pada Kap Di Malang). Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 3, Nomor 3,
Januari 2016, 3, 236-242.
Rahayu, N. K., & Suryanawa, I. K. (2020). Pengaruh Independensi,
Profesionalisme, Skeptisme Profesional, Etika Profesi dan Gender
Terhadap Kualitas Audit Pada KAP di Bali. E-Jurnal Akuntansi Vol 30 No
3 Maret 2020, 30, 686-698.
Suryo, M. (2016). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit. SIKAP, Vol 1 (No. 1), 2016, hal 22-28, 22-28.
Yuniarti, R., & Anggraeni, W. (2015). Pengaruh Kompetensi Dan Independensi
Auditor Internal Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Riset Akuntansi – Volume
VII / No.1 / April 2015, VII, 85-96.

Anda mungkin juga menyukai