Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, PROFESIONALISME DAN ETIKA TERHADAP

KUALITAS AUDIT (STUDI EMPIRIS PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI)

Dwi Apriana P1), Sri Rahayu2), Junaidi3)


1)
Alumni Magister Ilmu Akuntansi Pascasarjana Universitas Jambi 2017
2)3)
Dosen Pembimbing

ABSTRACT
This study aims to examine the influence of competence, independence, professionalism and ethics on
audit quality of empirical studies at BPK RI Representative of Jambi Province. The data in this study is the
primary data using questionnaires and the strengthening of the discussion is confirmed by the interview. The
type of research in this study is quantitative research. The sample in this research is the auditor of BPK RI
Representative of Jambi Province as many as 62 people. The analytical method used is descriptive statistical
method and hypothesis test by using IBM SPSS. The result of the analysis proves that the competence,
independence, professionalism and ethics influence simultaneously to the quality of audit BPK RI
Representation of Jambi Province. While partially, competence and independency have no effect on audit
quality at BPK RI representatives of jambi province, while professionalism and ethics have an effect on audit
quality at BPK RI representatives of jambi province.

Keywords: Competence, independence, professionalism, ethics and audit quality

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi, profesionalisme dan etika
terhadap kualitas audit studi empiris pada BPK RI Perwakilan Provinsi Jambi. Data dalam penelitian ini adalah
data primer dengan menggunakan kuisioner dan penguatan pembahasan dikuatkan dengan wawancara. Jenis
penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah auditor BPK RI
Perwakilan Provinsi jambi sebanyak 62 orang. Metode analisis yang digunakan adalah metode statistik
deskriptif dan uji hipotesis dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS 19. Hasil analisis membuktikan bahwa
kompetensi, independensi, profesionalisme dan etika berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit BPK
RI Perwakilan provinsi jambi. Sedangkan secara parsial, kompetensi dan independensi tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit pada BPK RI perwakilan provinsi jambi, sedangkan profesionalisme dan etika
berpengaruh terhadap kualitas audit pada BPK RI perwakilan provinsi jambi.

Kata Kunci: Kompetensi, independensi, profesionalisme, etika dan kualitas audit

Halaman | 41
1. PENDAHULUAN auditor tinggi, maka kualitas audit akan berbanding
lurus dengan hal tersebut, sehingga dapat berpengaruh
1.1. Latar Belakang
pada peningkatan kualitas yang dihasilkannya.
Negara Indonesia ialah Negara yang memililik Kualitas audit merupakan hal yang penting karena
peraturan perundang – undangan.Salah satu Undang – kualitas audit yg tinggi akan menghasilkan laporan
Undang tersebut mengatur tentang keuangan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
Negara.Keuangan Negara tersebut tertera hak dan pengambilan keputusan. DeAngelo (1981)
kewajiban negara. Salah satunya Undang–Undang mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
Republik Indonesia nomor 17 tahun 2003 tentang nilaian pasar bahwa laporan keuangan mengandung
keuangan Negara pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan
keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban melaporkan kekeliruan material tersebut. Pada kualitas
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala audit BPK Provinsi jambi terdapat salah satu fenomena
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang yang unik, yang mana Pengadilan Tata Usaha Negara
dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan (PTUN) memerintahkan BPK Provinsi Jambi agar hasil
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. audit yang di berikan BPK Provinsi Jambi kepada Unit
Pengelolaan keuangan negara yang dilakukan Pengelolaan Cairan Aspal (UPCA) yaitu opini
dengan baik akan berdampak pada suksesnya Disclimer harus ditinjau ulang oleh BPK Provinsi
pembangunan nasional. Demi tercapainya hal tersebut, Jambi karena tidak adanya penyelewengan anggaran
pengawasan terhadap pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh UPCA.
harus terbebas dari penyimpangan dan berjalan sesuai Audit yang berkualitas harus dilakukan oleh
dengan tujuan yang direncanakan.Dalam pengawasan auditor yang kompeten dan independen, karena
pengelolaan keuangan negara yang independen, maka kompetensi dan independensi adalah dimensi utama
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK dari kualitas audit menurut DeAngelo (1981). Temuan
RI) sebagai lembaga independen yang memiliki pelanggaran dapat diukur dengan Kompetensi dan
tanggung jawab dalam pengawasan pengelolaan Independensi sedangkan pelaporan pelanggaran
keuangan negara. tergantung pada dorongan auditor yaitu Etika dan
Kedudukan BPK sebagai lembaga yang Profesionalismenya untuk mengungkapkan pelanggaran
independen dan mandiri dipertegas dalam ketetapan tersebut.
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Kompetensi berhubungan dengan keahlian,
(TAP MPR RI) Nomor X/ MPR/2001 tentang pengetahuan dan pengalaman, sehingga auditor yang
pelaksanaan putusan MPR RI oleh lembaga– lembaga kompeten adalah auditor yang memiliki pengetahuan,
tinggi negara pada Sidang Tahunan MPR RI tahun pelatihan, keterampilan, pengalaman dan mempunyai
2001 dan Nomor VI/MPR/2002 tentang laporan sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan
pelaksanaan putusan MPR RI lembaga tinggi negara mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional
pada sidang tahunan MPR RI tahun 2002. berkelanjutan agar berhasil menyelesaikan pekerjaan
Rencana Strategis BPK memuat tujuan auditnya secara profesional dan bermutu. Pemeriksaan
mewujudkan BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bermutu dapat dicapai dengan pemenuhan atas
keuangan negara yang independen dan profesional, kompetensi pemeriksa.Pemenuhan kompetensi
memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik pemeriksa dapat diwujudkan melalui implementasi
kepentingan, mewujudkan BPK sebagai pusat regulator SDM terpadu standar kompetensi, serta jabatan
dibidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab fungsional pemeriksa.
keuangan negara, dan mendorong terwujudnya tata Jika kompetensi dihubungkan dengan
kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab independensi, dari dua jenis independensi yang ada,
keuangan negara. Dalam rangka mencapai tujuan yaitu independensi real dan independensi dalam
tersebut, BPK memerlukan Sumber Daya Manusia penampilan, maka independensi yang lebih sesuai dan
berupa auditor agar dapat menopang pencapaian berhubungan dengan kompetensi adalah independensi
kualitas audit yang berkualitas. real atau independensi praktisi, Mautz dan Sharaf
Upaya yang dilakukan untuk mendorong (1961) independensi praktisi berhubungan dengan
peningkatan kinerja auditor meliputi upaya dibidang kemampuan praktisi individual untuk mempertahankan
pengembangan SDM auditor, khususnya pada aspek perilaku yang tepat/ pantas di dalam perencanaan
profesi dan kompetensi, seperti menerbitkan dan program auditnya, mempertahankan kinerjanya ketika
menerapkan Kode Etik Pemeriksa, Standar Kompetensi melakukan pemverifikasian dan menyiapkan laporan.
Pegawai dan Standar Kompetensi Teknis Pemeriksa
Dalam UUD Nomor 15 tahun 2006 tentang Badan
BPK, serta pelaksanaan pendidikan, pelatihan, dan
Pemeriksaan Keuangan pada Pasal 1 terkait
program secondman (magang) dilembaga sejenis BPK
independensi bahwa (1) pemeriksaan adalah proses
dinegara lain. Selain itu, sebagaimana yang telah
identifikasi masalah, analisis dan evaluasi yang
diuraikan sebelumnya, kualitas audit berhubungan
dilakukan secara independen, objektif, dan profesional
dengan kinerjanya. Kualitas audit dapat dilihat dari
berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai
kompetensi, independensi, profesionalisme dan etika
kebenaran, kecermatan, kredibilitas dan keandalan
yang dimiliki auditor. Jika kompetensi, independensi,
informasi mengenai pengelolaan dan tanggungjawab
profesionalisme dan etika yang dimiliki oleh seorang
keuangan negara (2) hasil pemeriksaan adalah hasil

Halaman | 42
akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, Dalam menjalankan tugasnya, auditor harus
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/ informasi mematuhi Peraturan BPK RI Nomor 2 tahun 2011 pada
mengenai pengelolaan dan tanggungjawab keuangan bagian ketiga pasal 8 bahwa anggota BPK dilarang (1)
negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan memanfaatkan status, kedudukan dan peranannya
profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan yang selaku pejabat negara untuk kepentingan pribadi (2)
dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagai memanfaatkan hasil pemeriksaan untuk kepentingan
keputusan BPK. pribadi (3) memanfaatkan fasilitas negara untuk
kepentingan pribadi. Fenomena yang terjadi, Februari
Jika temuan pelanggaran dapat diukur dengan
2016 Tim BPK dinilai melanggar kode etik BPK,
Kompetensi dan Independensi sedangkan pelaporan
pasalnya Tim BPK yang melakukan pemeriksaan
pelanggaran tergantung pada dorongan auditor yaitu
menggunakan fasilitas dinas yang tengah diperiksanya,
Etika dan Profesionalismenya untuk mengungkapkan
yakni mobil dan fasilitas lain.
pelanggaran tersebut.Profesionalisme juga menjadi
syarat utama sebagai auditor.Menurut Baotham (2007) Fenomena-fenomena tersebut mendorong peneliti
profesionalisme auditor mengacu pada kemampuan dan untuk meneliti variabel kompetensi, independensi,
perilaku profesional.Profesionalisme didefinisikan prefesionalisme, dan etika terhadap kualitas
sebagai suatu tanggungjawab untuk berperilaku lebih audit.Dalam rangka mewujudkan kinerja yang tinggi
dari sekedar melaksanakan tanggungjawab. Auditor dari organisasi BPK berkomitmen meningkatkan
yang profesional adalah auditor yang memiliki keahlian kualitas auditnya.Selain dituntut memiliki
untuk melaksanakan tugas sesuai bidangnya, profesionalisme dan independensi yang tinggi, auditor
melaksanakan suatu tugas dengan berpedoman pada juga harus memiliki kompetensi dan etika yang
standar baku dibidang pemeriksaan, dan menjalankan baik.Kompetensi meliputi kemampuan dan pengalaman
profesinya sesuai kode etik yang ditetapkan dan kerja, untuk itu BPK telah menetapkan standar
bertanggungjawab. kompetensi bagi setiap karyawan ataupun
auditornya.Standar kompetensi adalah standar
Tanggungjawab pemeriksa dalam pendahuluan
minimum untuk menduduki suatu jabatan atau peran
Standar Pemeriksaan SPKN menyatakan auditor BPK
dalam suatu jabatan sehingga dapat berdaya guna dan
RI wajib merencanakan, melaksanakan dan mematuhi
berhasil.
peraturan audit dengan profesionalisme yang tinggi,
Standar yang digunakan adalah Standar
dengan profesionalisme yang tinggi, akan
Kompetensi Perilaku dan Standar Kompetensi Teknis
melaksanakan audit secara benar dan cenderung
Pemeriksa.Kompetensi perilaku adalah seperangkat
menyelesaikan setiap tahapan-tahapan proses audit
pola perilaku yang diperlukan oleh pegawai BPK untuk
secara lengkap dan tepat waktu, mempertahankan sikap
dipraktikkan pada suatu posisi tertentu dalam rangka
skeptisme dalam mempertimbangkan bukti-bukti audit
melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional,
yang kurang memadai yang ditemukan selama proses
efektif, dan efisien.Sedangkan kompetensi teknis
audit untuk memastikan agar menghasilkan kualitas
pemeriksa adalah seperangkat pengetahuan serta
audit yang baik.
keterampilan pemeriksaan yang diperlukan oleh
Selain profesionalisme, Etika juga salah satu
pemeriksa BPK dalam rangka melaksanakan tugas dan
faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Kode etik
fungsi pemeriksaan secara profesional, efektif, dan
sangat diperlukan karena dalam kode etik mengatur
efisien.Standar kompetensi pemeriksa BPK adalah
perilaku akuntan publik menjalankan praktik. Abdul
persyaratan kompetensi teknis minimal yang harus
Halim (2008) mengungkapkan etika profesional
dimiliki oleh seorang pemeriksa BPK, sesuai dengan
meliputi sikap para anggota profesi agar idealistis,
peran tertentu yang dijalankan dalam jabatan fungsional
praktis dan realistis.Arens (2010) cara pandang seorang
pemeriksa, Anonim (2010).
akuntan sebagai auditor dalam melaksanakan
Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan
pekerjaannya dapat mempengaruhi pertimbangan
Kualitas Audit, Kompetensi, Independensi,
perilaku etisnya, yang selanjutnya mempengaruhi
Profesionalisme, dan Etika yang telah dilakukan oleh
keinginan untuk berbuat, kemudian diwujudkan dalam
peneliti terdahulu, dengan hasil yang berbeda, seperti
perilaku atau perbuatan.
penelitian Annisa (2012), Taufiq (2010), Johanes
Sebagai profesi, kepercayaan dan mengingat
(2014), Wayan (2017), Edy Sujana (2012) telah
pentingnya peran akuntan publik dalam suatu negara,
meneliti pengaruh Kompetensi terhadap kualitas audit,
maka etika adalah kebutuhan pokok yang tidak bisa
dengan hasil bahwa Kompetensi berpengaruh
dinegosiasikan lagi. Jika dalam melakukan
signifikan terhadap kualitas audit, Sedangkan Alim
pekerjaannya dengan cara yang tidak etis dan tidak
(2007) dan Indah (2010) hasil penelitiannya
bermoral, walaupun hasilnya sesuai dengan rencana,
menunjukkan bahwa kompetensi tidak berpengaruh
akan menjadi tidak baik nilainya. Etika tersebut
terhadap kualitas audit.
mencakup prinsip perilaku untuk orang-orang
Ayu (2010), Aulia (2008), Taufiq (2010), Wayan
profesional yang dirancang baik untuk tujuan praktis
(2017), I Gede (2013) Nizarul (2007) telah meneliti
maupun tujuan idealistis. Kode etik profesional antara
pengaruh Independensi terhadap kualitas audit, dengan
lain dirancang untuk mendorong perilaku ideal, maka
hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan
kode etik harus realistis dan dapat dilaksanakan.
terhadap kualitas audit. Sedangkan Annisa (2012) dan

Halaman | 43
Taufiq (2010) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sehingga akan memberikan pengaruh pada kualitas
independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. audit audit.
Victor (2010), Johanes (2014), Arfin (2016), Najib Ayu (2014) menyatakan bahwa etika
Atleen (2008) telah meneliti pengaruh Profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ini
terhadap kualitas audit, dengan hasil bahwa berarti bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai
profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap penyedia informasi, maka jika auditor tersebut
kualitas audit, Sedangkan I Gede (2013), Wulandari menjunjung tinggi kode etik profesi yang dimilikinya
(2012) dan Putu (2014) hasil penelitiannya maka akan menghasilkan hasil audit yang baik pula.
menunjukkan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena
terhadap kualitas audit. auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan
Kadhafi (2014), Juliarsa (2014), Purnamasari menghadapi kemungkinan benturan-benturan
(2013) Aprianti (2012) telah meneliti pengaruh Etika kepentingan.
terhadap kualitas audit, dengan hasil bahwa Etika Berdasarkan beberapa fenomena yang ada di BPK
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Provinsi Jambi, maka penelitian ini dilakukan untuk
Sedangkan Gustiawan (2015) hasil penelitiannya menguji kembali secara empiris untuk mengetahui
menunjukkan bahwa etika tidak berpengaruh terhadap pengaruh kompetensi, independensi, profesionalisme
kualitas audit. dan etika terhadap kualitas audit di BPK Provinsi
Jambi.
Menurut Christiawan (2005) bahwa “kualitas
audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan
1.2. Rumusan Masalah
independensi”. Akan tetapi, kompetensi, independensi
dimiliki auditor dalam penerapannya terkait juga Apakah kompetensi, independensi,
dengan etika dan profesional. Auditor mempunyai profesionalisme dan etika berpengaruh secara simultan
kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis kepada dan parsial terhadap kualitas audit BPK RI Perwakilan
organisasi di mana mereka bekerja, profesi auditor, Provinsi Jambi?
masyarakat, dan diri auditor itu sendiri di mana seorang
auditor mempunyai tanggungjawab menjadi kompeten
2. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
dan untuk menjaga integritas dan obyektivitas mereka.
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Adapun pada penelitiannya, Lastanti (2005)
2.1. Kajian Pustaka
mengartikan “kompetensi sebagai seseorang yang
2.1.1. Kualitas Audit
memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural
yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman kerja Goetsh and Davis (2008) menyatakan bahwa
audit”. Sedangkan pada penelitiannya Ashari (2011) “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
mendefinisikan “kompetensi sebagai orang yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan
memiliki keterampilan dan kemampuan pada derajat lingkungan yang memenuhi atau melebihi
yang tinggi”. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik harapan”.Pada saat sekarang konsep kualitas
kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor merupakan suatu kata yang dipakai secara universal
yang dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang dan telah menjadi keberhasilan suatu bisnis.Watkins
cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara (2004) berpendapat bahwa seharusnya kualitas auditor
objektif, cermat, dan seksama. digambarkan dengan kualitas atau kekuatan
Sikap mental independen sama pentingnya dengan pemonitoran yang dilaksanakan auditor. Sedangkan
keahlian dalam bidang praktek akuntansi dan prosedur Christiawan (2005) mengungkapkan, kualitas audit
audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Menurut ditentukan oleh dua hal yaitu independensi dan
Wiratama (2015) bahwa “independensi berarti sikap kompetensi. Dari definisi di atas, maka kesimpulannya
mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan adalah auditor yang kompeten adalah auditor yang
oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain”. “mampu” menemukan adanya pelanggaran sedangkan
Independensi juga berarti adanya kejujuran auditor yang independen adalah auditor yang "mau"
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri mengungkapkan pelanggaran tersebut.
auditor dalam merumuskan dan menyatakan Menurut Amrin Siregar (2009) Dimensi kualitas
pendapatnya dalam diri auditor dalam audit sebagai berikut:
mempertimbangkan fakta. 1. Orientasi Masukan (Input Oriented)terdiri dari
Futri Putu (2014) Untuk meningkatkan kualitas penugasan personel untuk melaksanakan
audit, seorang auditor dituntut agar bertindak perjanjian,Konsultasi dan Supervisi.
profesional dalam melakukan pemeriksaan. Auditor 2. Orientasi Proses (Process Oriented)terdiri dari
yang profesional akan lebih baik dalam menghasilkam kepatuhan pada standar audit dan Pengendalian
audit yang dibutuhkan dan berdampak pada audit.
peningkatan kualitas audit. Adanya peningkatan 3. Orientasi Keluaran (Outcome Oriented)terdiri
kualitas audit auditor maka meningkat pula dariKualitas teknis dan jasa yang dihasilkan auditor,
kepercayaan pihak yang membutuhkan jasa profesional. Penerimaan dan kelangsungan kerjasama dengan
Dengan demikian profesionalisme perlu ditingkatkan, klien,Tindak lanjut atas rekomendasi audit.
karena sangat penting dalam melakukan pemeriksaan Model yang disajikan oleh Wooten dalam
penelitiannya dijadikan sebagai indikator untuk kualitas

Halaman | 44
audit, yaitu (1) deteksi salah saji, (2) kesesuaian dengan hasil pemeriksaan. Mautz dan Sharaf (1961)
SAP, (3) kepatuhan terhadap SOP, (4) risiko audit, (5) menekankan bahwa independensi adalah standar
prinsip kehati-hatian (6) proses pengendalian atas pengauditan yang esensial untuk menunjukkan
pekerjaan oleh supervisor, dan (7) perhatian yang kredibilitas laporan keuangan yang menjadi
diberikan oleh manajer atau partner. tanggungjawab manajemen.
2.1.2. Kompetensi Menurut Mulyadi (2002) sikap mental Independen
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk tersebut harus meliputi:
melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau 1. Independen dalam kenyataan
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan Independen dalam kenyataan berhubungan dengan
serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh sikap mental dan objektif untuk bersikap bebas dari
pekerjaan tersebut Wibowo (2009). Hutapea (2008) pengaruh keuntungan pribadi.Independensi sikap
menjelaskan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan mental sulit diketahui masyarakat, karena
kemauan dalam melakukan sebuah tugas dengan berhubungan dengan kejujuran dalam diri auditor
kinerja yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan sendiri.Hal ini tumbuh dalam diri auditor yaitu
perusahaan. Kompetensi merupakan karakteristik kejujuran yang tinggi dalam mempertimbangkan
individu yang mendasari kinerja atau perilaku ditempat berbagai faktor yang ditemukan dalam pengauditan.
kerja. 2. Independen dalam penampilan
Independensi penampilan berarti adanya kesan di
Menurut Murwanto (2009) dimensi dan indikator
masyarakat bahwa auditor harus menghindari
kompetensi adalah sebagai berikut:
faktor-faktor yang dapat meragukan masyarakat
1. Pendidikan formal, dilihat dari: Spesialisasi
terhadap kebebasan auditor.Independensi dalam
pendidikan dan Pengetahuan prinsip akuntansi dan
penampilan merupakan syarat agar laporan diaudit
standar audit
dipercaya masyarakat, auditor menghindari
2. Pengalaman, dilihat dari: Lama bekerja, Pelatihan
keadaan-keadaan yang membuat orang-orang
dan keahlian khusus dan Penguasaan standar
meragukan kebebasan.
akuntansi dan auditing
3. Pengetahuan (knowledge), dilihat dari: Wawasan Menurut Agoes (2012) auditor harus merumuskan
tentang lembaga keuangan dan Peningkatan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan
keahlian memadai bahwa, pada setiap tingkat organisasi, semua
personel mempertahankan independensi sebagaimana
Pengukuran konstruk kompetensi auditor
diatur oleh Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Menurut
menggunakan dimensi dari Standar Kompetensi
Haslinda (2009) independensi adalah auditor harus
Pegawai BPK khususnya analytical thinking dan
memiliki sikap netral dan tidak bias serta menghindari
conceptual thiking, serta Standar Kompetensi Teknis
konflik kepentingan dalam merencanakan,
Pemeriksa BPK khususnya mekanisme pengelolaan
melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang
keuangan negara dan pengumpulan dan pengolahan
dilakukannya.
data pemeriksaan. Pengukuran tersebut lebih
dikhususkan kepada perencanaan dan pelaksanaan Arens (2011) mengkategorikan independensi ke
pemeriksaan. dalam dua aspek, yaitu independensi dalam fakta
Pemilihan dimensi untuk pengukuran konstruk (Independence in fact) dan independensi dalam
tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa hal penampilan (independence in appearance)
penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pemeriksa independensi dalam fakta ada apabila internal audit
adalah pertimbangan tingkat materialitas atas akun/ berhasil mempertahankan sikap yang tidak bias selama
bagian objek yang diperiksa dan risiko audit. Konsep audit, adapun independensi dalam penampilan adalah
materialitas dan risiko audit berkaitan erat dan tidak hasil persepsi pihak lain terhadap independensi internal
dapat dipisahkan, digunakan bersama-sama untuk audit.
mengukur ketidakpastian pada suatu jumlah. Menurut Independence in fact menurut Arens (2011)
Tjun Lauw (2012), tujuan utama auditor menggunakan adalah sebagai berikut: independen dalam kenyataan
materialitas dan risiko adalah membantu auditor dalam akan ada apabila pada kenyataan internal audit mampu
mengumpulkan bukti yang kompeten secukupnya mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang
dengan cara yang paling efisien. pelaksanaan auditnya. Artinya sebagai suatu kejujuran
yang tidak memihak dalam merumuskan dan
2.1.3. Independensi menyatakan pendapatnya, hal ini berarti bahwa dalam
Arens (2011) Independensi adalah cara mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai
pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan dasar pemberian pendapat, internal audit harus objektif
pengujian evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan dan tidak berprasangka. Selain mengalami perbedaan
laporan audit. Dari define tersebut dapat diambil kepentingan dengan pihak eksternal, internal audit juga
kesimpulan mengenai definisi independensi akuntan harus menghadapi kepentingan-kepentingan pihak
publik adalah sikap pikiran dan sikap mental akuntan internal organisasi yang tidak jarang pula berbeda-beda,
publik yang jujur dan ahli serta bebas dari bujukan, bahkan bertentangan. Dalam kondisi ini, internal audit
pengaruh, dan pengendalian pihak lain dalam berpotensi dijadikan alat tunggangan konflik
melaksanakan perencanaan, penilaian, dan pelaporan kepentingan pihak-pihak tertentu. Disinilah sikap

Halaman | 45
objektif internal audit akan mencerminkan termasuk didalamnya organisasi formal dan
independensinya. Internal audit harus menjaga agar kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam
tidak muncul prasangka atau pendapat dari pihak pekerjaan.
manapun bahwa internal audit berpihak pada
Konsep profesionalisme yang digunakan adalah
kepentingan tertentu, inilah yang disebut independen
konsep untuk mengukur bagaimana para profesional
dalam penampilan.
memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap
Independence in aappearance menurut Arens
dan prilaku mereka dengan anggapan bahwa sikap dan
(2011) adalah independen dalam penampilan
perilaku mempunyai hubungan timbal-balik. Konsep
merupakan hasil interpretasi pihak lain mengenai
profesionalisme auditor yang modern dalam melakukan
independensi ini. Internal audit akan dianggap tidak
suatu pekerjaan berkaitan dengan dua aspek, yaitu
independen apabila internal audit tersebut memiliki
aspek struktural dan sikap. Aspek struktural yang
hubungan tertentu dengan instansi yang dapat
karakteristiknya merupakan bagian dari pembentukan
menimbulkan kecurigaan bahwa internal audit tersebut
sekolah, pelatihan-pelatihan, pembentukan asosiasi
akan memihak perusahaannya atau tidak independen.
profesional, dan pembentukan kode etik. Sedangkan
aspek sikap berkaitan dengan pembentukan jiwa
2.1.4. Profesionalisme
profesionalisme. Sikap profesional tercermin pada
Profesionalisme menurut Arens (2008) adalah
pelaksanaan kualitas yang merupakan karakteristik atau
suatu tanggungjawab untuk berperilaku lebih dari
tanda suatu profesi atau seorang profesional. Dalam
sekedar memenuhi tanggungjawab yang dibebankan
pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika
kepadanya, dan lebih dari sekedar memenuhi undang-
memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian
undang dan peraturan masyarakat. Profesionalisme
untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya,
menurut Wahid, H.N. dalam Agoes,S. Dan Ardana,
melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan
I.Ceniik (2009) adalah semangat, paradigma, spirit,
menetapkan standar baku dibidang profesi yang
tingkah laku, ideologi, pemikiran, gairah untuk terus-
bersangkutan, dan menjalankan tugas profesinya
menerus secara dewasa (mature), secara intelek
dengan mematuhi etika profesi yang ditetapkan.
meningkatkan kualitas profesi mereka. Dengan
Pengukuran konstruk profesionalisme auditor
demikian, inti dari pada konsep professionalisme
menggunakan lima dimensi profesionalisme. Seorang
adalah keinginan untuk memenuhi berbagai kriteria,
auditor dikatakan profesional apabila auditor memiliki
malah lebih dari sisi individu professionalisme adalah
perilaku profesional sebagai cerminan dari sikap
keinginan kuat individu untuk memenuhi standar lebih.
profesionalisme. Menurut Hall (1968) dalam Wahyudi
Sehingga seorang yang profesional adalah orang yang
dan Mardiyah (2006), terdapat lima dimensi
terus-menerus belajar mengejar kinerja yang lebih baik.
profesionalisme, yaitu: (1) pengabdian pada profesi
Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia,
(dedication); (2) kewajiban sosial (social obligation);
profesionalisme dapat diartikan bersifat atau memiliki
(3) kemandirian (autonomy demands); (4) keyakinan
keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan
terhadap profesi (belief inself regulation); (5) hubungan
pelatihan.
dengan sesama profesi (professional community
Menurut Arens (2008) terdapat lima dimensi
affiliation).
profesionalisme, yaitu:
1. Pengabdian pada profesi 2.1.5. Etika
Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi Abdul Halim (2008) mengungkapkan etika
profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan meliputi sikap para anggota agar idealistis, praktis dan
dan kecakapan yang dimiliki. realistis. Etika secara umum didefinisikan sebagai
2. Kewajiban sosial perangkat prinsip moral atau nilai. Etika bertujuan
Kewajiban sosial adalah pandangan tentang membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi
pentingnya peranan profesi dan manfaat yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan Kamus
diperoleh baik masyarakat maupun profesional Besar Bahasa Indonesia (1995) mendefinisikan etika
karena adanya pekerjaan tersebut sebagai (1) Kumpulan asas atau nilai berkenaan dengan
3. Kemandirian akhlak, (2) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut
Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan suatu golongan atau masyarakat. Jadi, kode etik pada
seseorang yang profesional harus mampu membuat prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang
(pemerintah, klien, dan bukan anggota profesi) ditetapkan secara bersama.
4. Keyakinan terhadap profesi Auditor harus mematuhi kode etik yang
Keyakinan terhadap profesi asalah suatu keyakinan ditetapkan. Pelaksanaan audit harus mengacu pada
bahwa yang paling berwenang menilai pekerjaan standar audit ini, dan auditor wajib mematuhi kode etik
profesional adalah rekan sesama profesi, bukan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
orang luar yang tidak mempunyai kompetensi standar audit. Kode etika ini dibuat bertujuan untuk
dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. mengatur hubungan antara : (1) auditor dengan rekan
5. Hubungan dengan sesama profesi sekerjanya, (2) auditor dengan atasannya, (3) auditor
Hubungan dengan sesama profesi adalah dengan auditan (objek pemeriksanya), dan (4) auditor
menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, dengan masyarakat.

Halaman | 46
Manusia senantiasa dihadapkan pada kebutuhan Kualitas auditor merupakan kemungkinan auditor
untuk membuat keputusan yang memiliki konsekuensi menemukan serta melaporkan pelanggaran pada sistem
bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Seringkali akuntansi dengan berpedoman pada standar akuntansi
dilema etika yang berasal dari pilihan membawa dan standar audit yang telah ditetapkan. Definisi
kebaikan pada pihak lain. kualitas auditor menurut Taufiq (2010) adalah sebagai
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia merupakan probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan
norma perilaku yang mengatur hubungan antara melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien.
akuntan dengan klien, antara akuntan dengan Menurut Mulyadi (2002) kompetensi auditor
sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. adalah kemampuan auditor untuk mengaplikasikan
Keberadaan kode etik menyatakan secara eksplisit pengetahuan yang dimilikinya dalam melakukan audit
beberapa kriteria tingkah laku yang harus ditaati oleh sehingga auditor dapat melakukan audit dengan teliti,
suatu profesi. cermat, intuitif dan objektif. Oleh karena itu, dapat
Salah satu hal yang membedakan profesi akuntan dipahami bahwa audit harus dilaksanakan oleh orang
publik dengan profesi lainnya adalah tanggungjawab yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup
profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan sebagai auditor. Dengan demikian auditor belum
publik. Oleh karena itu, tanggungjawab profesi akuntan memenuhi persyaratan jika ia tidak memiliki
publik tidak hanya terbatas pada kepentingan klien atau pendidikan yang memadai dalam bidang audit.
pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan Harhinto (2004) telah melakukan penelitian
publik, setiap akuntan harus mematuhi dan menerapkan mengenai pengaruh keahlian dan independensi terhadap
seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang kualitas audit, dimana keahlian diproksikan dengan
diatur dalam Kode Etik ini. pengetahuan, sedangkan independensi diproksikan
Ikatan Akuntansi Indonesia pada Kongres VIII dalam lama ikatan dengan klien, tekanan dari klien dan
tahun 1998 memutuskan Prinsip Etika Profesi Ikatan telah dari rekan auditor. Adapun untuk mengukur
Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam kualitas audit digunakan indikator antara lain: (1)
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik IAI. melaporkan semua kesalahan klien, (2) pemahaman
Dalam kongres tersebut IAI menyatakan pengakuan terhadap sistem informasi akuntansi klien, (3)
tanggungjawab profesi kepada publik, pemakai jasa komitmen yang kuat dalam menyelenggarakan audit,
akuntan, dan rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam (4) berpedoman pada prinsip auditing dan prinsip
pemenuhan tanggungjawab profesional dan sebagai akuntansi dalam melakukan pekerjaan lapangan, (5)
landasan dasar perilaku etika dan perilaku tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien, (6)
profesionalnya. sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.
Penelitian tersebut menggunakan responden 120
2.2. Kerangka Pemikiran auditor dar 19 KAP di Surabaya, Malang dan Jember.
2.2.1. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian
Profesionalisme dan Etika terhadap Kualitas auditor berpengaruh terhadap kualitas audit.
Audit
2.2.3. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit
Kualitas audit yang bermutu dapat dicapai dengan
Independensi merupakan suatu keadaan dimana
pemenuhan atas kompetensi pemeriksa diwujudkan
auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak mudah
melalui implementasi SDM terpadu standar
dipengaruhi dan tidak memihak kepada pihak manapun.
kompetensi, serta jabatan fungsional pemeriksa, auditor
Arens (2011) menjelaskan sikap mental independen
yang memiliki sikap mental yang bebas dari pengaruh,
dalam penampilan. Audit atas laporan keuangan harus
tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung
dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki
pada orang lain dan seorang auditor dituntut agar
indepensi yang tinggi. Peran auditor sebagai pihak yang
bertindak profesional dalam melakukan pemeriksaan,
netral dan independen sangat diperlukan dalam
Auditor yang profesional akan lebih baik dalam
menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan para
menghasilkam audit yang dibutuhkan dan berdampak
pemakai informasi, karena auditor hanya
pada peningkatan kualitas audit selain itu dalam
mempertimbangkan bukti-bukti yang ditemukannya
menjalankan tugasnya auditor sebagai penyedia
sehingga dapat meningkatkan kualitas laporan hasil
informasi, harus menjunjung tinggi kode etik profesi
audit. Dari uraian diatas, maka terdapat bahwa
yang dimilikinya sehingga akan menghasilkan hasil
independensi auditor berpengaruh positif terhadap
audit yang baik pula
kualitas audit.
Independensi merupakan sikap auditor yang tidak
2.2.2. Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas
memihak, tidak mempunyai kepentingan pribadi, dan
Audit
tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang
Kompetensi merupakan keahlian yang cukup yang
berkepentingan dalam memberikan pendapat atau
secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit
simpulan, sehingga dengan demikian pendapat atau
secara objektif. Jika auditor memiliki kompetensi
simpulan yang diberikan tersebut berdasarkan integritas
tentang penguasaan standar akuntansi dan auditing serta
dan objektivitas yang tinggi. Menurut Taufiq (2010)
wawasan di sektor jasa keuangan sehingga akan
independensi merupakan sikap bebas dari bujukan,
berpengaruh terhadap kualitas auditor menurut Akmal
pengaruh, atau pengadilan pihak yang diperiksa.
(2009).

Halaman | 47
Independensi auditor merupakan salah satu faktor yang dijaga maka pelanggaran dapat dihindari, sehingga
penting untuk menghasilkan audit yang berkualitas. akuntan publik bisa meningkatkan kualitas auditnya,
Karena jika auditor kehilangan independensinya, maka Taringan dan Susanti (2013) Hasil penelitian yang
laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan dilakukan Putri dan Laksito (2013) menunjukkan
kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan bahwa etika memiliki pengaruh positif terhadap
sebagai dasar pengambilan keputusan. kualitas audit.
Harhinto (2004), dalam penelitiannya diketahui Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka
bahwa besarnya tekanan dari klien dan lamanya pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
hubungan dengan klien berhubungan negatif dengan
kualitas audit. Dengan demikian, dapat dikemukakan Gambar 1
bahwa independensi berpengaruh terhadap kualitas Model Penelitian
auditor. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa tingkat independensi auditor dapat
mempengaruhi kualitas auditor.
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN
menyebutkan organisasi pemeriksa dan pemeriksa
harus mempertahankan independensinya saat
melakukan audit. Hal ini dilakukan agar pendapat audit
dan rekomendasi yang diberikan atas hasil pemeriksaan
tidak memihak pada pihak manapun. Dari pernyataan
tersebut terlihat bahwa independensi menghasilkan
pemeriksaan auditor yang terbebas dari pengaruh pihak
manapun. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmala 2.3. Hipotesis
(2008), Wibowo (2009), dan Shinta (2010) Menurut Sugiyono (2009) hipotesis merupakan
menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif jawaban sementara terhadap rumusan masalah
terhadap kinerja auditor. penelitian. Berdasarkan pada kerangka pemikiran
diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
2.2.4. Pengaruh Profesionalisme terhadap Kualitas adalah sebagai berikut:
Audit H1 : Kompetensi, Independensi, Profesional dan
Tanggung jawab pemeriksa dalam Pendahuluan Etika berpengaruh terhadap kualitas audit
Standar Pemeriksaan SPKN menyatakan pemeriksa H2 : Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit
harus mempertahankan profesionalisme dalam H3 : Independensi berpengaruh terhadap kualitas
melayani kepentingan publik. Dengan demikian, audit
pelaksanaan pemeriksaan keuangan dengan sikap H4 : Profesional berpengaruh terhadap kualitas audit
profesional akan meningkatkan kinerja auditor BPK RI. H5 : Etika berpengaruh terhadap kualitas audit
Penelitian yang dilakukan oleh Pawitra (2010) dan
Ristya (2011) menunjukkan Profesionalisme 3. METODOLOGI PENELITIAN
berpengaruh positif terhadap kinerja auditor BPK 3.1. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian
RI.Menurut Pakpahan (2009) profesionalisme pegawai
Penelitian ini dirancang dalam bentuk survei
sangat ditentukan oleh tingkat kemampuan pegawai
dengan unit analisis penelitian adalah auditor BPK RI
yang tercermin melalui perilakunya sehari-hari dalam
Perwakilan Provinsi Jambi dengan populasi adalah
organisasi. Tingkat kemampuan pegawai yang tinggi
seluruh auditor dan dengan jumlah sampel adalah 82
akan lebih cepat mengarah kepada pencapaian tujuan
auditor.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
organisasi yang telah direncanakan sebelumnya.
penelitian adalah kompetensi, independen,
Sebaliknya apabila tingkat kemampuan pegawai
profesionalisme dan etika sebagai variabel independen,
rendah, kecenderungan tujuan organisasi yang akan
serta Kualitas Audit sebagai variabel dependen.
dicapai akan lambat bahkan menyimpang dari rencana
Menurut Arikunto (2006) populasi adalah
semula.
keseluruhan subjek penelitian.Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada
2.2.5. Pengaruh Etika terhadap Kualitas Audit
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK
Akuntan profesional dalam menjalankan tugasnya
RI) Perwakilan Provinsi Jambi.Objek penelitian ini
memiliki pedoman-pedoman yang mengikat seperti
dilakukan di BPK RI karena BPK RI mempunyai
kode etik dalam hal ini Kode Etik Akuntan Indonesia,
kedudukan yang penting, sebagai lembaga negara
sehingga dalam melaksanakan aktivitasnya akuntan
tersendiri.BPK RI mempunyai tugas memeriksa
publik memiliki arah yang jelas dan dapat memberikan
besaran dan asal-usul penerimaan negara dari manapun
keputusan yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan
sumbernya, memeriksa dimana uang negara disimpan
kepada pihak-pihak yang menggunakan hasil keputusan
serta memeriksa penggunaan uang negara termasuk
auditor, Hanjani dan Rahardja (2014). Akuntan publik
tingkat efisiensi dan efektifitasnya.
yang memiliki kesadaran untuk berprilaku secara etis
berarti memiliki komitmen untuk menerapkan Kode Sampel adalah bagian dari populasi sebagian atau
Etik Profesi Akuntan Publik. Apabila komitmen itu wakil dari populasi yang diteliti, Arikunto (2006).

Halaman | 48
Sampel penelitian ini adalah seluruh auditor yang 3.3. Tansformasi Data
bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Transformasi data adalah suatu proses dalam
Indonesia (BPK RI) Perwakilan Provinsi Jambi yang
merubah bentuk data. Misalnya merubah data numerik
berjumlah sebanyak 82 orang, karena populasi kurang
menjadi data kategorik atau merubah dari beverapa
dari 100 orang, maka digunakan total sampling,
variabel yang sudah ada dibuat satu variabel komposit
Seluruh populasi dijadikan sampel.
baru. Beberapa perintah SPSS yang sering digunakan
adalah RECODE dan COMPUTE
3.2. Uji Kualitas Data
Dalam suatu penelitian, kesimpulan yang diambil  Data Ordinal
akan sangat bergantung pada kualitas data yang Data ini memiliki nama (atribut), juga memiliki
dianalisis dan instrumen yang digunakan untuk peringkat atau aturan. Angka yang diberikan
mengumpulkan data penelitian. Uji kualitas data mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk
bertujuan untuk mengetahui konsistensi dan akurasi mengurutkan objek dari yang paling rendah
data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu terhadap objek, tetapi hanya memberikan
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan peringkat saja. Jika kita memilki sebuah set objek
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data
sama, akan menghasilkan data yang sama, yang satu dengan lainnya tidak sama, ia akan
Sugiyono(2009). memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi
Apabila instrumen yang digunakan dalam proses sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke
pengumpulan data tidak valid dan reliabel, maka data yang paling buruk. Misalnya dalam skala likert,
yang diperoleh tidak benar, sehingga kesimpulan yang mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak
didapat tidak mampu menggambarkan keadaan yang setuju, sampai sangat tidak setuju. Dari hasil
sebenarnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan pengukuran dengan menggunakan skala ordinal
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. ini akan diperoleh data ordinal adalah Spearman
Rank Correlation dan Kendall Tau.
3.2.1. Uji Validitas  Data Interval
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau Pemberian angka kepada set dari objek yang
valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh pada pengukuran dinamakan data interval. Data
kuesioner tersebut, Gozali (2005). Jadi dapat dikatakan ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau
semakin tinggi validitas suatu tes maka alat tes tersebut sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran tidak
semakin tepat mengenai sasarannya. memberikan jumlah absolut dari objek yang
Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009) diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
bahwa hasil penelitian yang valid bila terdapat menggunakan skala interval dinamakan data
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang interval. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif)
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti statistik parametrik yang lazim digunakan untuk
sedangkan instrumen yang valid berarti alat ukur yang data interval ini adalah Pearson Product Moment,
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu Partical Correlation, Multi Correlation, Partial
valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan Regression dan Multiple Regression.
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
3.4. Metode Analisis Data
3.2.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu Metode analisis data yang digunakan pada
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda.
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau Menurut Hasan (2008) regresi linear berganda adalah
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan regresi linear di mana sebuah variabel terikat (variabel
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu, Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas
Gozali (2005). Uji reliabilitas dimaksudkan untuk (variabel X). Menurut Hasan (2008) analisis regresi
mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:
menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
atau konsistensi alat tersebut dalam mengungkapkan Keterangan:
gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun Y = Kualitas audit
dilakukan terhadap pernyataan-pernyataan yang sudah X1 = Kompetensi
valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran X2 = Independensi
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali X3 = Profesionalisme
terhadap gejala yang sama, Hasan (2008). X4 = Etika

Halaman | 49
α = Konstanta pengaruh variabel independen terhadap variabel
β1,β2,β3,β4 = Koefisien Regresi dependen. Semakin besar R2 maka semakin penting
e = Error variabel independen yang digunakan. Nilai R2 ini
mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel
3.4.1. Statistik Deskriptif terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X
menurut Nachrowi (2006). Pengujian ini bertujuan
Untuk menganalisa data mengenai demografi
untuk menunjukkan persentase tingkat kebenaran
responden dalam penelitian (usia, jenis kelamin, masa
prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan.
kerja, golongan dan pendidikan terakhir) dan memberi
Semakin besar R2, maka semakin besar variasi dari
gambaran tentang penelitian (kompetensi,
variabel yang dapat dijelaskan oleh variabel
independensi, profesional dan Etika). Peneliti
independen. Koefisien determinasi juga digunakan
menggunakan tabel distribusi frekuensi absolute yang
untuk mengetahui proporsi pengaruh variabel
menunjukkan angka rata-rata, median, kisaran dan
independen terhadap variabel dependen. Tidak seperti
deviasi standar.
R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan kedalam model.
3.4.2. Uji Hipotesis
Dalam kenyataannya nilai adjusted R2 dapat bernilai
1. Uji Statistik F negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai
positif, jika nilai adjusted R2 negatif dianggap bernilai
Menurut Hasan (2008) Uji F yaitu uji statistik
nol, Gozali (2005).
bagi koefisien regresi yang serentak atau uji bersama-
sama mempengaruhi Y. Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan ada tidaknya pengaruh secara bersama- 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
sama antara variabel independen terhadap variabel
4.1. Uji Kualitas Data
dependen yaitu dengan menguji apakah kompetensi,
independensi, profesionalisme, dan etika memiliki 4.1.1. Uji Validitas
pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dimana F
Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui
disyaratkan lebih kecil 5% dengan Menggunakan
kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan
tingkat keyakinan 95%, alpha 5%, df2= n-k-1, df2=62-
dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan
4-1= 57 (n=jumlah responden, k=jumlah variabel
ini pada umumnya mendukung suatu kelompok
independen)
variabel tertentu. Uji validitas sebaiknya dilakukan
Jika hasil nilai F lebih besar/ positif atau
pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r
probabilitas nya lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak
hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df=n-2
dan Ha diterima, Arti secara statistik data yang
dengan sig 5%, Sarjono (2013)
digunakan membuktikan bahwa semua variabel
Pengujian validitas instrumen dengan bantuan
independen (X1, X2, X3 dan X4) berpengaruh terhadap
perangkat lunak SPSS versi 19.0 nilai validitas dapat
nilai variabel (Y)
dilihat pada kolom Corrected Item – Total Correlation.
Jika angka korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada
2. Uji Statistik t angka kritik, maka instrumen tersebut dikatakan valid.
Menurut Hasan (2008) uji t yaitu uji statistik Berdasarkan pengujian validitas instrumen, nilai
bagi koefisien regresi dengan hanya satu koefisien corrected item – total correlation bernilai positif dan di
regresi yang mempengaruhi Y. Uji t dilakukan dengan atas nilai tabel 0,244 yang artinya Hasil uji validitas
melihat thitung dan ttabel Selain itu uji t tersebut dapat pula dari semua butir pertanyaan variabel kualitas audit (Y),
dilihat dari besarnya probabilitas value (p value) kompetensi (X1), independensi (X2), Profesionalisme
dibandingkan dengan 0.05 (Taraf signifikan α = 5%). (X3), Etika (X4) dapat dikatakan valid.
Adapun kriteria pengujian yang digunakan
adalah: 4.1.2. Uji Reliabilitas
Jika p value < 0.05 maka Ho ditolak
Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu
Jika p value > 0.05 maka Ho diterima
kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab
Untuk mengetahui seberapa besar presentase hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk
sumbangan dari variabel independen X1, X2, X3,danX4 pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan
secara parsial terhadap kualitas audit sebagai variabel disusun dalam suatu bentuk kuesioner, Sujarweni
dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien (2014).
determinasi parsial (R2) dimana R menjelaskan Pengujian uji reliabilitas menggunakan teknik
seberapa mampu menjelaskan variabel dependen. cronbach alpha dengan bantuan komputer melalui
program SPSS 19.0 for Windows. Dalam penelitian ini,
3. Koefisien Determinasi (R2) uji reliabilitas dilakukan satu kali pengukuran saja,
Koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
melihat besar variasi dari variabel independen secara memberikan nilai crobach alpha > 0,60 Husein (2000).
bersama-sama dalam mempengaruhi variabel Hasil uji reliabilitas secara rinci ditampilkan dalam
dependen. Nilai R2 berada antara 0 dan 1, semakin tabel berikut ini:
mendekati nilai 1 atau 100%, maka semakin besar

Halaman | 50
Tabel 1 4.2.2. Uji Statisti t
Uji Reliabelitas Variabel Penelitan
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
Variabel Cronbach’s Keterangan
seberapa jauh pengaruh satu variabel
Alpha
penjelas/independensi secara individual dalam
Kompetensi (X1) 0,871 Reliabel
menerangkan variasi variabel dependen. Jika nilai
Independensi (X2) 0,829 Reliabel statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan
Profesionalisme (X3) 0,847 Reliabel nilai t menurut tabel yang dilihat pada taraf
Etika (X4) 0,826 Reliabel signifikansinya 0,05 dimana df = jumlah sampel –
Kualitas Audit (Y) 0,901 Reliabel jumlah variabel df= 62-4=58, dan nilainya sebesar
Sumber: Data yang diolah 1,671.
Dari ke empat variabel independen (kompetensi,
4.1.3. Statistik Deskriptif independensi, profesionalisme dan etika) yang
Semua kuesioner yang sudah terkumpul ditabulasi dimasukkan kedalam model regresi, variabel
untuk tujuan analisis data. Data yang ditabulasi adalah kompetensi dan independensi tidak signifikan hal ini
semua tanggapan atau jawaban responden atas setiap dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk
pernyataan yang ada dalam kuesioner. Dari tabel tsb Kompetensi sebesar 0,830 dan Independensi sebesar
menunjukkan jumlah responden (N) ada 62 orang, dari 0,800 dan keduanya jauh diatas 0,05. Sedangkan
62 responden kompetensi (X1) terendah (minimum) profesionalisme dan etika signifikan pada 0,05. Dari
berada pada kisaran 8,43 dan kompetensi tertinggi sini dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas Audit
(maximum) berada pada kisaran 29,28. Rata-rata dipengaruhi oleh variabel Profesionalisme dan Etika,
tingkat kompetensi dari 62 responden adalah 20,5663 dengan persamaan matematis:
dengan standar deviasi sebesar 3,78371. Kualitas Audit = 15,696 - 0,058 kompetensi -
Variabel independensi (X2) terendah berada pada 0,089 independensi + 0,834 profesionalisme +
kisaran 13,05 dan independensi tertinggi berada pada 0,490 etika.
kisaran 34,16 Rata-rata tingkat independensi dari 62 Dari persamaan tersebut dapat diinterprestasikan
responden adalah 24,0245 dengan standar deviasi sebagai berikut:
sebesar 4,35978. 1. Koefisien variabel kompetensi tidak mempengaruhi
Variabel profesionalisme (X3) terendah berada secara signifikan terhadap kualitas audit. Sehingga
pada kisaran 10,47 dan profesionalisme tertinggi berada walaupun tingkat kompetensi auditor tinggi/ baik,
pada kisaran 24,40. Rata-rata tingkat profesionalisme tidak mempengaruhi kualitas audit nya.
dari 62 responden adalah 17,9635 dengan standar 2. Koefisien variabel independensi tidak
deviasi sebesar 3,06726. mempengaruhi secara signifikan terhadap kualitas
Variabel etika (X4) terendah berada pada kisaran audit. Sehingga walaupun tingkat independensi
22,26 dan etika tertinggi berada pada kisaran 43,92. auditor tinggi/ baik, tidak mempengaruhi kualitas
Rata-rata tingkat etika dari 62 responden adalah audit nya
33,4132 dengan standar deviasi sebesar 5,63635. 3. Koefisien variabel profesionalisme mempengaruhi
Variabel kualitas audit (Y) terendah berada pada secara signifikan terhadap variabel kualitas audit.
kisaran 36,16 dan kualitas audit tertinggi pada kisaran Sehingga semakin tinggi profesionalisme auditor
58,56. Rata-rata tingkat kualitas audit dari 62 maka semakin baik pula kualitas audit nya.
responden adalah 46,0953 dengan standar deviasi 4. Koefisien variabel etika mempengaruhi secara
sebesar 7,13715. signifikan terhadap kualitas audit. Sehingga
semakin tinggi/baik etika auditor maka semakin
4.2. Uji Hipotesis baik pula kualitas audit nya.
4.2.1. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan ada 4.2.3. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
tidaknya pengaruh secara bersama-sama antara variabel Koefisien determinasi (R2) mengukur berapa jauh
independen terhadap variabel dependen yaitu dengan kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
menguji apakah kompetensi, independensi, independen.
profesionalisme, dan etika memiliki pengaruh Tabel 2
signifikan terhadap kualitas audit. Dari uji ANOVA Hasil Analisis Koefisien Determinasi
dalam penelitian ini, diketahui nilai Fsebesar 12,564
lebih besar dari 2,53 dengan probabilitas 0.000. karena
probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksi kualitas
audit. Atau dapat dikatakan Ho1 ditolak dan Ha1
diterima, dengan kata lain bahwa menerima hipotesis,
yang menyatakan bahwa semua variabel kompetensi,
independensi, profesionalisme dan etika berpengaruh
signifikan terhadap variabel kualitas audit pada BPK RI
perwakilan Provinsi Jambi.

Halaman | 51
Koefisien determinasi pada intinya mengukur Independensi auditor tidak berpengaruh pada kualitas
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan audit pada BPK RI perwakilan Provinsi Jambi.
variasi variabel dependen Gozali (2005). Nilai Hal ini disebabkan ketika mengukur independensi
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Jika auditor tidak diturunkan dari sikap mental auditor.
nilai R2 yang kecil artinya kemampuan variabel Menurut widiastuty dan febrianto (2013) peneliti yang
independen dalam menjelaskan variasi variabel tertarik melakukan penelitian tentang kualitas audit
dependen amat terbatas. sebaiknya mempertimbangkan penggunaan ukuran
Dari tampilan output SPSS model summary di kualitas yang diturunkan dari sikap mental auditor.
atas terlihat bahwa nilai adjusted R square adalah 0,431 Variabel independensi dalam penelitian ini sebaiknya
hal ini berarti 43,1% variasi kualitas audit yang bisa diproksikan dengan 4 sub variabel yaitu lama hubungan
dijelaskan oleh variabel independen yaitu tingkat dengan instansi, tekanan dari penentu kebijakan, telaah
kompetensi, independensi, profesionalisme, dan etika. dari rekan auditor, dan jasa non audit.
Sedangkan sebesar 56,9% dijelaskan oleh sebab-sebab
lain di luar model penelitian ini. Misalnya menurut 4.4.3. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kualitas
Taufiq (2010) meneliti variabel motivasi terhadap Audit
kualitas audit, Futri (2014) meneliti variabel kepuasan
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil
kerja terhadap kualitas audit, Victor (2010) meneliti
bahwa profesionalisme berpengaruh positif terhadap
variabel komitmen organisasi terhadap kuallitas audit
kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
dan I Gede (2013) meneliti variabel role stress terhadap
tinggi profesionalisme auditor maka semakin baik pula
kualitas audit.
kualitas audit pada BPK RI perwakilan Provinsi Jambi.
Standar Error Estimate (SEE) sebesar 5,38248,
Seorang auditor yang bekerja dengan sikap
makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi
profesionalisme yang tinggi dalam melaksanakan audit
semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
akan menghasilkan suatu laporan audit yang
berkualitas. Semakin profesional seorang auditor, maka
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
semakin baik kualitas audit yang dihasilkan.
4.4.1. Pengaruh Kompetensi, Independensi,
Profesionalisme dan Etika Terhadap Kualitas
4.4.4. Pengaruh Etika Terhadap Kualitas Audit
Audit
Pada pengujian hipotesis berdasarkan hasil Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil
perhitungan dapat dikatakan bahwa kompetensi, bahwa etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
independensi, profesionalisme dan etika secara Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi etika
simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor maka semakin baik pula kualitas audit pada
audit. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa semakin BPK RI perwakilan Provinsi Jambi.
baik/tinggi kompetensi, independensi, profesionalisme Dengan menjunjung tinggi etika profesi
dan etika auditor, tentunya memberikan kontribusi yang diharapkan tidak terjadi kecurangan, sehingga dapat
baik/tinggi terhadap kualitas audit dalam melaksanakan memberikan pendapat auditan yang benar-benar sesuai
tugasnya. dengan laporan keuangan yang disajikan.Dalam
menjalankan pekerjaannya, seorang auditor dituntut
4.4.2. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit untuk mematuhi Etika Profesi yang telah ditetapkan
oleh BPK RI.Dengan diterapkannya etika profesi
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil
diharapkan seorang auditor dapat memberikan pendapat
bahwa kompetensi tidak berpengaruh positif terhadap
yang sesuai dengan laporan keuangan yang diterbitkan.
kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
Jadi, semakin tinggi Etika Profesi dijunjung oleh
kompetensi auditor tidak berpengaruh pada kualitas
auditor, maka kualitas audit juga akan semakin bagus.
audit pada BPK RI perwakilan Provinsi Jambi.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor
indikator kompetensi perilaku berupa analytical 5. KESIMPULAN DAN SARAN
thinking dalam menguraikan permasalahan melalui 5.1. Simpulan
proses yang kompleks dan memerlukan beberapa teknis Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil
analisa memiliki lebih rendah dari pada tiga kesimpulan sebagai berikut:
dimensilainnya (kompetensi perilaku berupa conceptual
1. Kompetensi, independensi, profesionalisme dan
thinking serta kompetensi teknis berupa pemahaman
etika secara simultan berpengaruh terhadap kualitas
terhadap mekanisme pengelolaan keuangan negara dan
audit, sehingga semakin tinggi/ baik kompetensi,
pemahaman terhadap pengumpulan dan pengelolaan
independensi, profesionalisme dan etika auditor,
data pemeriksaan).
maka semakin baik pula kualitas audit BPK RI
4.4.3. Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Perwakilan Provinsi Jambi.
2. Kompetensi tidak berpengaruh secara signifikan
Audit
terhadap kualitas audit, dikarenakan Auditor yang
Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil
memiliki latar belakang pendidikan akuntan register
bahwa Independensi tidak berpengaruh positif terhadap
hanya 16 orang dari 82 auditor yang ada dan
kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa
kurangnya pelatihan auditor yang dilakukan oleh

Halaman | 52
BPK RI Perwakilan Provinsi Jambi. selain itu Annisa Perdany., 2012. Pengaruh Kompetensi dan
kurangnya personil Auditor BPK Provinsi Jambi Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit
dalam melakukan audit setiap satu entitas sehingga Investigatif pada Kantor Perwakilan BPK-RI
hasil yang dilakukan kurang maksimal karena Yogyakarta.Tesis. Universitas Sebelas Maret.
tekanan pekerjaan yang banyak.
3. Independensi tidak berpengaruh secara signifikan
Anonim. 2010. Undang-undang Nomor 15, Tahun 2006
terhadap kualitas audit, dikarenakan hasil kuesioner
Tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI.
yang didapat bahwa auditor BPK Provinsi Jambi
Jakarta.
tidak melaporkan ke pimpinan jika independensi
Arens, A.A., J.K. Loebbecke. 2008. Auditing: An
mereka terganggu, karena mereka dapat profesional
Integrated Approach. Eight Edition. New
membedakan mana urusan pribadi dan kerjaan.
Jersey: Prentice Hall International Inc.
4. Profesionalisme berpengaruh positif terhadap
kualitas audit, sehingga semakin baik tingkat
profesionalisme, maka akan semakin baik kualitas Arfin, Adrian., 2016. Pengaruh Skeptisme Profesional,
audit yang dilakukannya. Etika, Pengalaman dan Keahlian Audit terhadap
5. Etika berpengaruh positif terhadap kualitas audit, Ketepatan Pemberian Opini oleh Auditor.
sehingga semakin baik etika auditor, maka akan Fakultas ekonomi universitas negeri padang.
semakin baik pula kualitas audit yang dilakukannya.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Edisi
5.2. Saran
1. BPK Perwakilan provinsi jambi meningkatkan Revisi V. PT Rineka Cipta: Jakarta.
pendidikan baik formal maupun informal sesuai
Aulia, Agustin. 2008. Pengaruh Pengalaman,
jurusan dan telah terdaftar dalam register akuntan.
Independensi, dan Due Profesional Care
2. Dalam setiap pelatihan audit yang dilaksanakan
Auditor terhadap Kualitas Audit Laporan
oleh BPK RI, sebaiknya semua auditor wajib
mengikutinya secara bergiliran mengingat Keuangan Pemerintah BPK RI Provinsi Riau.
keterbatasan anggaran, tidak hanya auditor yang Universitas Negeri Padang.
mendapat disposisi oleh pimpinan saja.
Ayu Dewi Riharna (2010) Pengaruh Keahlian,
3. Berdasarkan tuntutan untuk dapat memenuhi
Independensi, dan Etika terhadap Kualitas Audit
kebutuhan pemeriksaan yang banyak, sementara
BPKP Perwakilan Sulsel. Jurnal. Sulawesi
jumlah auditor terbatas, baiknya BPK Provinsi
Jambi merekrut pegawai baru agar jumlah tim Selatan.
pengawas ideal jumlahnya untuk satu entitas.
Baotham, Sumintorn. 2007. The impact of proffesional
4. Peneliti selanjutnya agar meneliti pengaruh kualitas
knowledge and personal ethics on audit quality.
audit dengan variabel-variabel lain yang belum
Internasional academy bisnis dan ekonomi.
termasuk dalam model regres pada penelitian ini.
De Angelo, LE. 1981. Auditor Independence, “Low
Balling”, and Disclosure Regulation. Juornal of
Accounting and Economics 3 August p. 113-
DAFTAR REFERENSI 127.

Edy Sujana. 2012. Pengaruh Kompetensi dan


Abdullah, Ma’ruf. 2015. Metodologi penelitian Independensi Terhadap Kualitas Audit (Studi
kuantitatif. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Empiris Pada 5 Kantor Inspektorat Provinsi
Bali).Jurnal Ilmiah Akuntansi S1 . Fakultas
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Edisi ke 4. Jakarta: Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan
Salemba Empat. Ganesha.

Akmal. 2009. Pemeriksaan Manajemen Internal Audit. Futri Putu, 2014. Pengaruh independensi,
Edisi ke 2. Jakarta: PT. Indeks Jakarta. profesionalisme, tingkat pendidikan, etika
profesi, pengalaman, dan kepuasan kerja
Algifari. 2010. Statistika Deskriptif Plus untuk Ekonomi auditor pada kualitas audit kantor akuntan
dan Bisnis. UPP STIM YKPN. publik di bali. Jurnal akuntansi universitas
udayana. Bali.
Alim et all. 2007. Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Gozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat
Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. dengan Program SPSS. Semarang: BP Undip.
Simposium Nasional Akuntansi X.
Gustiawan. 2015. Pengaruh kompetensi, independensi,
Amrin Siregar. 2009. Indikator Kualitas audit. BPFE. pengalaman dan etika auditor terhadap kualitas
Yogyakarta. audit. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Halaman | 53
Halim, Abdul. 2008. Auditing I (dasar-dasar audit Murtanto dan Marini, 2003.Identifikasi karakteristik-
laporan keuangan). Edisi ketiga. Yogyakarta. karakteristik audit profesi akuntan publik di
UPP AMP YKPN. Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing
2 (1) Januari.
Harhinto. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi
terhadap Kualitas Audit, Studi Empiris pada Murwanto et.al. 2009. Audit Sektor Publik: Suatu
KAP di Jawa Timur. Tesis tidak dipublikasikan. Pengantar bagi Pembangunan Akuntabilitas
Universitas Diponegoro Semarang. Instansi Pemerintah. Lembaga Pengkajian
Keuangan Publik dan Akuntansi Pemerintah
Hasan, Iqbal. 2008. Pokok-pokok Materi Statistik 1 Departemen Keuangan. Jakarta.
(Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara.
Nachrowi, Usman. 2006. Pendekatan Populer dan
Haslinda, 2009. Pengaruh Keahlian, Independensi,
Praktik Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi
Kecermatan Profesional dan Kepatuhan pada
dan Keuangan. Jakarta: FE UI.
Kode Etik terhadap Kualitas Auditor. Medan.
Tesis: Universitas Sumatera Utara.
Najib, Ayu. 2014. Pengaruh Keahlian, Independensi,
I Gede Bandar Wira.,2013. Pengaruh Independensi, dan Etika terhadap Kualitas Audit (Studi pada
Profesionalisme, Struktur Audit, dan Role Stress Auditor Pemerintah di BPKP Perwakilan
terhadap Kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Sul-Sel).
Provinsi Bali. Jurnal. Universitas Udayana. Bali.
Nurmala, Selly Adithia. 2008. Pengaruh Independensi
IAI KAP, Standar Profesional Akuntan Publik, Per 1
Terhadap Kinerja Auditor Eksternal Pada Tujuh
Januari 2001. Jakarta : Salemba Empat.
Akuntan Publik Di Bandung. Universitas
Ida Suraida. 2003. Pengaruh etika, kompetensi,
pengalaman audit dan risiko audit terhadap Komputer Indonesia.
skeptisme profesional auditor dan ketepatan Pakpahan,A. 2009. Peranan Profesionalisme Kerja
pemberian opini akuntan publik. Fakultas Pegawai dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus
ekonomi universitas padjadjaran. Bandung. Pelayanan Pengurusan Kartu Tanda Penduduk
di Kecamatan Sidamanik
Indah K. 2010. Hubungan Kesadaran Etis Dan Kab.Simalungun).Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Keaslian Dengan Skeptisisme Profesional Politik. Universitas Sumatera Utara.
Auditor. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas.
Ristya Prayanti, Ni Nyoman. 2011 Pengaruh Supervisi,
Indriantoro, Nur., Supomo, Bambang. 2002. Profesionalisme, dan Komunikasi Dalam Tim
Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: pada Kinerja Auditor Perwakilan Badan
Percetakan dan Penerbit BPFE. Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Provinsi Bali. Fakultas Ekonomi
Johanes, dkk, 2014. Pengaruh Profesionalisme dan Universitas Udayana.
Kompetensi terhadap Kinerja Auditor Badan
Pengawas Keuangan. Jurnal Dinamika Samelson et al. 2006. The determinants of perceived
Manajemen. ISSN 2355-8148. Kalimantan audit.
Timur.
Sarjono, Haryadi. 2013. SPSS vs LISREL sebuah
Kamus Besar Bahasa Indonesia., 1995. Departemen pengantar, aplikasi untuk riset. Penerbit
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Balai salemba empat. Jakarta.
Pustaka. Jakarta.
Shinta Arysuta, Ni Luh Putu. 2010.Pengaruh
Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Independensi, Kompetensi, dan Profesionalisme
Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: pada Kinerja Auditor (Studi pada auditor BPK
Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset RI Perwakilan Provinsi Bali).Fakultas Ekonomi
Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 Universitas Udayana.
April 2005 Hal 85-97.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Mautz, R.K dan H.A.Sharaf. 1961. The Philosophy of CV. Alfabeta.
Auditing. American Accounting Assosiation,
Sarasota. Sujarweni, Wiratna. 2016. Kupas tuntas penelitian
akuntansi dengan SPSS. Pustaka baru.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi keempat. Jakarta: Yogyakarta.
Salemba Empat.

Halaman | 54
Taufiq, Muh. 2010. Pengaruh Kompetensi,
Independensi, dan Motivasi terhadap Kualitas
Audit. Semarang. Tesis: Universitas
Diponogoro.

Tjun Lauw. 2012. Pengaruh kompetensi dan


independensi auditor terhadap kualitas audit.
Fakultas ekonomi universitas kristen maranatha.
Bandung.

Victor Siahaan., 2010. Pengaruh Profesionalisme


terhadap Komitmen Organisasi dalam Upaya

Halaman | 55

Anda mungkin juga menyukai