OLEH
M. EFRI PANGESTU
NIM: 1802124624
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
untuk memeriksa laporan keuangan klien yang dilakukan oleh seseorang atau tim
yang independen dan kompeten, dalam hal ini dilakukan oleh auditor. Tujuan audit
atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat (opini) dari auditor atas
kewajaran suatu laporan keuangan dalam segala hal yang material, dan posisi
keuangan hasil usaha serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
dituntut untuk bekerja tidak hanya mengedepankan kepentingan dari kliennya, tetapi
juga harus memperhatikan kepentingan dari pihak lain yang merupakan pengguna
atas hasil audit dari laporan keuangan perusahaan. Informasi yang dihasilkan dari
laporan keuangan yang telah diaudit tersebut diharapkan dapat menjadi dasar untuk
dapat mengambil keputusan. Oleh karena itu, peran auditor sangat berpengaruh dalam
terbatas yang bersifat terbuka (PT Terbuka), dikarenakan agar laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen perusahaan sesuai dengan standar yang berlaku dan dapat
perusahaan membutuhkan jasa audit internal seperti Satuan Pengawas Internal dan
jasa audit dari pihak ketiga yang independen yaitu auditor eksternal, yang berperan
dibuat oleh manajemen. Para pengguna laporan audit mengharapkan bahwa laporan
keuangan yang telah diaudit oleh auditor bebas dari salah saji material.
Para auditor baik dari pihak internal maupun pihak eksternal harus dapat
disajikan oleh suatu perusahaan. Para pengguna informasi dan laporan keuangan tentu
akan membutuhkan informasi yang relevan dan reliabel, sehingga mereka dapat
membuat keputusan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Lebih tegas lagi,
pembuat keputusan tentang keputusannya di masa lalu, sekarang atau masa depan,
auditor tidak dapat menjamin secara mutlak (assurance) bahwa hasil audit tersebut
bersifat akurat yang dikarenakan auditor tidak dapat memeriksa transaksi yang
Financial Accounting Standard Board (FASB) menerbitkan pedoman dan issue yang
membahas tentang materialitas. Dalam issue tersebut dijelaskan bahwa tidak 3 ada
standar umum untuk materialitas yang dapat diformulasikan dalam rekening, semua
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan pada laporan
menentukan terlebih dahulu dalam mengenai batas nilai materilitas, hal ini
bermanfaat dalam menentukan apakah adanya salah saji material atau tidak. Semakin
kecil tingkat materialitas suatu laporan keuangan yang ditetapkan oleh auditor, maka
auditor harus mencari bukti lebih banyak agar auditor memperoleh keyakinan atas
dana honorarium tenaga kerja profesional atau pendamping desa yang belum
direalisasikan Kemendes PDTT pada 2015 dan 2016. Wakil Ketua BPK, Bahrullah
Akbar, membenarkan adanya temuan tersebut. Namun menurut dia, temuan BPK itu
temuan laporan keuangan Kemendes pada 2016 masih di bawah 5 persen sehingga
selama setahun ke belakang dalam dua semester. Itu berarti, laporan keuangan
Kemendes tahun 2015 tidak dihitung di penilaian opini 2017. Sehingga, Baharullah
meyakini, opini WTP yang didapat Kemendes pada 2017 hanya dihitung per tahun
2016. Sedangkan temuan lebih dari Rp 500 miliar tersebut, kata dia, tidak termasuk
Dari kasus ini dapat dikatakan bahwa materialitas adalah suatu hal penting
kerugian bagi perusahaan dan pihak-pihak yang terkait didalamnya. Jumlah kerugian
yang diakibatkan oleh kasus kecurangan tersebut tentunya tidaklah sedikit. Oleh
karena itu, seorang akuntan publik yang dipercaya untuk memeriksa laporan
Profesional Akuntan Publik (SPAP) PSA No.04 dalam SA 230, Standar Umum
ketiga menyatakan bahwa dalam pelaksaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
pemahaman yang baik terhadap kode etik dan pengetahuan yang memadai. Menurut
berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang dan peraturan
Hall (1968) dalam Herawatidan Susanto, (2009) tercermin dalam lima hal yaitu:
hubungan baik dengan sesame profesi, sehingga mengharuskan audior untuk bekerja
sesuai standar. Maka dari itu akan mendukung auditor dalam merencanakan tingkat
materialitas karena dapat menyadari bahwa pengatahuan yang dimiliki auditor dapat
hasilnya adalah opini audit yang tepat dan ketepatan dalam pengambilan keputusan
oleh pengguna laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Nilasari (2015)
profesi yang telah ditentukan IAI agar tidak terjadinya persaingan yang tidak sehat.
Isu tentang etika akuntan di Indonesia menjadi sebuah hal yang menarik, hal ini
seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan
Sebagai akuntan publik, auditor harus bekerja sesuai kode etik profesi akuntan
pemeriksaan laporan keuangan sesuai standar teknis yang telah ditetapkan. Hal
yang telah ditetapkan organisasi profesi dan standar yang berlaku supaya menjadi
auditor yang beretika dan dapat mencapai ketepatan dalam opini audit dan
oleh Sarwini et al (2014) menyatakan bahwa secara parsial etika profesi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dan Madali (2016)
materialitas.
Faktor ketiga yaitu pengalaman. Pengalaman auditor termasuk juga kedalam
faktor penentu kinerja auditor. Dengan memiliki pengalaman yang cukup maka
auditor dapat memberi keputusan dalam laporan audit. Menurut Kusuma (2012)
pengalaman auditor adalah pengalaman yang dimiliki oleh auditor dari lamanya
berpengalaman akan memiliki cara pandang yang berbeda dalam menilai sebuah
materialitas dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin tepat karena auditor
pun menjadi lebih baik dan mampu mengambil informasi yang relevan sebagai
pertimbangan dalam membuat keputusan. Selain itu, semakin banyaknya tugas yang
dihadapi juga membuat auditor memiliki kesempatan belajar dari kegagalan. Hal
pun juga akan meningkat dan dalam mengaudit membutuhkan pengetahuan yang
sehingga proses audit dapat berjalan dengan tepat dan menghasilkan opini audit serta
keputusan yang tepat bagi pengguna laporan keuangan. Penelitian Lestari (2015),
Nilasari (2015), dan Anggara (2017) menyatakan bahwa secara parsial pengalaman
dalam menemukan kekeliruan atau kesalahan dapat diperoleh akuntan publik melalui
klien. Dengan adanya pengetahuan tersebut, maka akuntan publik dapat memberikan
hasil terbaik daripada mereka yang tidak mempunyai keahlian maupun kompetensi
terdapat dalam laporan keuangan. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian oleh SM, Bangun, & Tarigan (2017) menunjukkan bahwa pengetahuan
maka akan semakin buruk akuntan publik tersebut dalam mempertimbangkan tingkat
(2014),independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan audit. Dari banyak kasus dari independsi ini maka hal tersebut membuat
kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik menjadi luntur. Auditor harus
dapat menjaga independensinya saat merencanakan strategi audit, memberikan
pendapat tanpa tekanan dari siapapun, dan melaporkan hasil auditnya sesuai dengan
memandang lama hubungan pribadi dengan kliennya sehingga auditor akan berupaya
tetap bersifat independen saat melakukan audit. Selanjutnya auditor yang independen
harus bebas dari tekanan klien, yaitu dengan bersikap jujur meskipun harus
kehilangan klien dan berani melaporkan seluruh kesalahan klien. Selain itu, auditor
juga membutuhkan telaah dari rekan auditor dalam menilai prosedur audit yang telah
dilakukan supaya auditor dapat saling memberi masukan dan saran yang tepat. Sikap
kecurangan atau perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh pihak manajemen
atau klien kepada auditor, dan menentukan tingkat materialitas dengan tepat tanpa
tekanan dari siapapun agar tidak terdapat kesalahan dalam penetapan tingkat
materialitas dan dapat menghasilkan opini audit dan keputusan yang tepat bagi
materialitas.
(Sitio, 2018) yang berjudul pengaruh profesonalisme auditor, etika profesi, dan
pengalaman auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Yang menjadi
perbedaan penelitian kali ini dari penelitian sebelumnya yaitu penambahan variabel
Nugrahanti, 2017) yang dimana pada saran pada penelitiannya menyarankan variabel
tersebut dan hasil nya masih belum konsisten. Peneliti juga menambah variabel
independensi yang mengacu pada penelitia yang dilakukan oleh (Ariska et.al, 2020)
yang dimana juga pada saran penelitian nya menyarankan variabel independensi dan
Berdasarkan penjelasan diatas. Maka dari itu peneliti akan melakukan penelitian
Berdasarkan latar belakang ditas makan rumusan masalah dalam penelitian ini
1. Manfaat Praktis
2. Manfaat Teoritis
dalam penelitian ini, maka dapat diuraikan secara singkat isi masing-masing bab
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan dengan latar
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini diuraikan tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka
Dalam bab ini diuraikan tentang populasi dan sampel yang diteliti, pengertian
variabel penelitian yang telah di tentukan, jenis, dan sumber data, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis.