Anda di halaman 1dari 57

USULAN PENELITIAN

PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR DAN TIME BUDGET PRESSURE


TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN PENGALAMAN AUDITOR
SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI
PROVINSI BALI

Usulan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun skripsi
S1 Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh :

NAMA : NI WAYAN DANU LESTARI


NIM : 1802622010130
PRODI : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di masa pandemi COVID-19 ini tidak menyurutkan persaingan yang

semakin ketat dalam berbagai bidang termasuk bidang perekonomian,

perusahaan dan auditor sama-sama dihadapkan pada tantangan yang berat pada

masa ini. Perusahaan harus mempertahankan eksistensinya di dalam persaingan

dengan perusahaan kompetitor atau rekan seprofesinya. Perusahaan

meningkatkan Unqualified Opinion sebagai hasil dari laporan audit, agar

kinerja perusahaannya terlihat bagus dimata publik, sehingga dapat

mengoperasikan perusahaan dengan lancar karena memperoleh kepercayaan

dari masyarakat.

Kinerja perusahaan tercermin dari segi laporan keuangan yang disusun

tiap tahun. Laporan keuangan merupakan unsur penting bagi pihak internal

maupun pihak eksternal dalam perusahaan sebagai informasi keuangan yang

selanjutnya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. (Singgih, 2010).

Laporan keuangan berisi kebutuhan informasi yang meliputi posisi keuangan,

kinerja serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan

keputusan ekonomi. Suatu laporan keuangan akan bermanfaat bagi

penggunanya apabila informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan

jelas dan dapat dipahami. Akan tetapi jika informasi tersebut belum jelas dan

tidak dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan maka perusahaan


memerlukan pihak ketiga yaitu, audit independen. Audit independen dapat

memberikan jaminan bahwa informasi dalam laporan keuangan tersebut akurat,

relevan dan dapat diandalkan (Dewi dan Ramantha, 2015).

Profesi audit independen merupakan profesi yang dipercaya oleh

masyarakat. Profesi ini memberikan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa

atestasi dan jasa non atestasi. Salah satu jas atestasi yang diberikan oleh

akuntan publik atau auditor independen adalah jasa auditing (Mayangsari,

2013:1). Dengan adanya profesi audit independen, pengguna laporan keuangan

dapat dengan mudah membaca isi dari informasi tersebut (Dina, 2013). Audit

yang profesional berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institut

Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Standar audit yang paling dikenal adalah

standar-standar audit yang diterima umum Generally Accepted Auditing

Standards (GAAS). Di Indonesia standar audit ini tercantum dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP). Standar audit menetapkan kualitaas

kinerja dan seluruh tujuan yang akan dicapai dalam suatu audit laporan

keuangan dan terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan

standar pelaporan (Mayangsari, 2013:1). Dimana standar umum merupakan

cerminan kualitas pribadi yang dalam pelaksanaan dan penyusunan laporannya

wajib menggunakan kemahiran professional dengan cermat. Standar pekerjaan

lapangan terdiri dari pemahaman atas Struktur Pengendalian Intern (SPI) yang

harus diperoleh untuk merencanakan audit termasuk ruang lingkup yang akan

dilakukan. Sedangkan standar pelaporan yaitu auditor harus melaporkan jika

terdapat ketidaksesuaian penerapan prinsip akuntansi dalam menyusun laporan


keuangan dan auditor harus memuat satu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan. (Arens, 2017:36)

Kualitas audit merupakan semua kemungkinan yang mana auditor di

saat mengaudit keuangan klien dapat menjumpai pelanggaran yang terjadi

dalam sistem akuntansi klien dan memberikan laporan dalam laporan keuangan

audit. Dimana dalam melaksanakan tugas, seorang auditor harus selalu

berpegang pada pedoman standar audit dan kode etik akuntan publik yang

relevan (Sugiantari, 2015).

Kualitas audit juga merupakan tingkat baik buruknya suatu proses

yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas

suatu informasi untuk menentukan apakah suatu informasi disajikan secara

wajar dan sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan dan dilakukan oleh

orang yang kompeten dan independen (Andani, 2017)

Selain kualitas audit yang harus diperhatikan adalah independensi

auditor dan time budget pressure atau tekanan anggaran waktu. Independensi

merupakan sikap auditor yang tidak dapat dipengaruhi oleh klien atau pihak

manapun yang memiliki kepentingan pribadi. Seorang auditor harus memiliki

sikap yang netral dan tidak memihak pada siapapun dan mampu menghadapi

tekanan dari klien. Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor

dalam memberikan jasa audit untuk di pakai para pengguna jasa laporan

keuangan. (Restu, et,al.2013)

Tujuan independensi menurut kode etik Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah (APIP) dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008, adalah mencegah

terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar terpenuhi prinsip-prinsip kerja

yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian standar audit sehingga terwujud

auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit.

Hasil penelitian Dewi dan Budiartha (2015) menyatakan bahwa

independensi berpengaruh segnifikan terhadap kualitas audit. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Krisnawati (2012) dan Nur (2013)

menyimpulkan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Time budget pressure juga merupakan faktor yang mempengaruhi

kualitas audit. Menurut (Lautania, 2011) dalam melakasnakan proses audit,

auditor dituntut untuk dapat melakukan tugasnya dengan melakukan efisiensi

dalam biaya waktu. Adanya time budget pressure seorang auditor dapat

menyelesaikan tahapan audit sesuai dengan wajtu yang telah dianggarkan,

sehingga auditor dapat lebih efisien dalam menyelesaikan tugasnya. Time

budget pressure tidak selalu berdampak baik bagi auditor. Sebaliknya time

budget pressure dapat menyebabkan perilaku penyimpangan dari auditor,

karena auditor cenderung tertekan dalam melakukan tugasnya. Dampak negatif

yang ditimbulkan dari timr budgrt pressure adalah auditor sengaja untuk

menghilangkan beberapa tahapan audit karena alasan keterbatasan waktu,

sehingga akan menurunkan kualitas audit.

Tujuan dilakukanya time budget pressure adalah memandu auditor

untuk melakukan langkah-langkah audit untuk setiap program auditnya.

Melalui time budget, keseluruhan waktu yang tersedia untuk melakukan


penugasan audit dialokasikan kepada para auditor. Dengan adanya alokasi

waktu yang sudah di tetapkan dapat menjadi alasan penting karena merupakan

dasar yang digunakan untuk memperkirakan biaya. (I Made dan Ni Ketut ,

2015).

Hasil penelitian (Arisinta, 2013) time budget pressure berpengaruh

positif signifikan terhadap kualitas audit begitu pula dengan penelitian Suryo

(2017) berpendapat serupa. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ningsih dan Yaniartha (2013) time budget pressure berpengaruh secara negatif

dan signifikan terhadap kualitas audit.

Pengalaman auditor merupakan suatu proses pembelajaran dan

pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku, baik dari pendidikan

formal maupun non formal, atau dapat diartikan sebagai suatu proses yang

membawa seseorang kepada suatu tingkah laku yang lebih tinggi (Saripudin,

dkk. 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Marietta, dkk (2013) yang menyatakan

bahwa pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Berbeda dengan hasil dari Fransiska (2014) yang menyatakan bahwa

pengalaman auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit.

Dalam penelitian ini ditambahkan variabel moderasi dengan alasan

bahwa peneliti ingin memperoleh bukti apakah pengalaman auditor dapat

memperkuat atau memperlemah hubungan antara independensi auditor dan

time budget pressure terhadap kualitas audit karena secara konsep,

independensi auditor, time budget pressure, dan pengalaman audit saling


berkaitan. Dalam tugasnya, seorang auditor akan memperoleh tekanan baik dari

pihak klien maupun dari publik yang menggunakan hasil audit tersebut sebagai

acuan dalam pengambilan keputusan. Jika tidak disertai dengan kesadaran

untuk menerapkan kode etik dalam menjalakan tugasnya, maka auditor dapat

disogok demi hasil yang diharapkan oleh klien sehingga pada akhirnya

independensi auditor menjadi sesuatu yang dianggap dapat diperjual-belikan.

Auditor juga dituntut untuk mahir dalam bidangnya sehingga mampu

menentukan kejanggalan dalam laporan keuangan klien yang diaudit. Selain

mahir secara profesional auditor juga harus menjunjung kode etik sehingga

menggunakan kemahirannya dengan tepat.

Mengingat betapa pentingnya menjaga kualitas audit agar terciptanya

kepercayaan publik terhadap keakuratan dan validitas laporan keuangan auditan

yang diterbitkan oleh auditor, tentu sudah menjadi kewajiban bagi para akuntan

publik menjaga dan meningkatkan kualitas auditnya. Ada beberapa kasus

mengenai kualitas audit di beberapa tahun terakhir di Indonesia diantaranya

kasus PT. Bumi Resources Tbk. Dalam kasus ini, data laporan keuangan PT.

Bumi Resources Tbk terdapat laba perusahaan mengalami kenaikan yang

memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan baik, akan tetapi terjadi

ketidakseimbangan antara laba yang didapat dibandingkan dengan harga saham

yang ada. Fenomena lain dalam kasus ini yaitu adanya manipulasi pajak.

Direktorat Jenderal Pajak didesak untuk memanipulasi 3 anak perusahaan Grup

Bakrie, yaitu Bumi Resources, Kaltim Prima Coal dan Arutmin Indonesia.
Berdasarkan pemaparan kasus diatas menunjukkan bahwa auditor

dalam melakukan penugasan audit terhadap PT. Bumi Resources melanggar

kode etik profesi akuntan publik yaitu Auditor melanggar prinsip

profesionalisme sehingga auditor tidak mau mengungkapkan kecurangan yang

dilakukan oleh kliennya dan menyatakan bahwa PT Bumi Resources telah

memberikan data yang benar. Selain itu auditor juga melanggar prinsip

independensi dalam kasus ini auditor memberikan opini yang dapat

menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Tindakan tersebut

melanggar prinsip integritas dimana seorang auditor harus jujur dan transparan

dalam segala pekerjaan profesionalnya maupun dalam hubungan bisnisnya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan

ketidak konsistenan pendapat dalam beberapa penelitian yang sudah dilakukan.

Oleh karena itu penulis bertujuan untuk melakukan penelitian kembali dengam

mengambil judul “Pengaruh Independensi Auditor dan Time Budget Pressure

terhadap Kualitas Audit dengan Pengalaman Auditor sebagai Variabel

Moderasi pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Apakah Independensi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada

Kantor Akuntansi Publik di Provinsi Bali?

2) Apakah Time Budget Pressure berpengaruh terhadap kualitas audit pada

Kantor Akuntansi Publik di Provinsi Bali?


3) Apakah pengalaman auditor berpengaruh pada hubungan Independensi

Auditor terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi

Bali?

4) Apakah pengalaman auditor berpengaruh pada hubungan Time Budget

Pressure terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi

Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa Independensi Auditor

berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor pada

Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali.

2) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa Time Budget

Pressure berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor

pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali.

3) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa pengalaman auditor

berpengaruh pada hubungan Independensi Auditor berpengaruh terhadap

kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor pada Kantor Akuntan Publik di

Provinsi Bali.

4) Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris bahwa pengalaman auditor

berpengaruh pada hubungan Time Budget Pressure berpengaruh terhadap

kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor pada Kantor Akuntan Publik di

Provinsi Bali.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan sebagai berikut :

1) Bagi Mahasiswa

Untuk dapat meningkatkan, memperluas, dan menerapkan ilmu yang telah

diperoleh di bangku perkuliah secara teoritis dengan kenyataan selama

melaksanakan penelitian, khususnya bagi mahasiswa yang akan bekerja di

Kantor Akuntan Publik. Selain itu, juga untuk memenuhi salah satu syarat

dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar.

2) Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan

ilmiah sehingga dapat menambah pengetahuan terutama dalam ilmu

akuntansi di bidang audit. Dapat digunakan pula sebag

3) Bagi Kantor Akuntan Publik

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi bagi Kantor Akuntan

Publik dan pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat memperoleh

kebijakan berdasarkan pendapat yang diberikan dalam laporan audit

khusunya mengenai pengaruh independensi auditor dan time budget

pressure terhadap kualitas audit dengan pengalaman auditor sebagai

variabel moderasi pada kantor akuntan publik di Provinsi Bali.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen dan Meckling (1976) teoari keagenan (Agency

Theory) adalah suatu kontrak di bawah satu atau lebih yang melibatkan agen

untuk melaksanakan beberapa layanan dengan melakukan pendelegasian

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Dalam teori ini diperjelaskan

bahwa, hubungan antara principal (pemilik) dana gen (manajer) sulit terjalin

karena adanya kepentingan yang bertentangan. Teori agensi (Agency Theory)

mengansumsikan bahwa individu bertindak memaksimalkan kepentingan

sendiri sehingga dengan informasi yang dimilikinya akan mendorong agen

untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak ditehaui principal.

Praptitorini dan Januarti (2007) menyebutkan bahwa pihak ketiga

merupakan media independen sebagai mediator pada hubungan antara

primcipal dan agen . Pihak ketiga berfungsi untuk memantau kesesuaian

perilaku manajer (agen) dengan keinginan pemilik (principal). Auditor

merupakan pihak yang mampu menjembatami antara kepentingan principal

dengan kepentingan agen. Data-data eperusahaan akan lebih midah dipercaya

oleh investor dan pengguna laporan keuangan yang mencermikan kinerja

perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan setelah memperoleh pernyataan

wajar dari auditor (Komalasari, 2007). Jadi, kehadiran auditor berperan sebagai
penengah antara principal dan agen dalam teori keagenan melalui proses audit

laporan keuangan yang disajikan agen. Selain itu, melalui hasil audit dapat juga

mengevaluasi kinerja agen dalam menghasilkan laporan keuangan yang

berkualitas baik.

2.1.2. Audit dan Standar Audit

Audit merupakan pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang

informasi untuk menentukan dan memperoleh tingkat kesesuaian antara

informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan (Isalahuzzaman, 2012:47) Audit

harus dilakukan oleh orang yang melakukan pemeriksaan terhdap klien melalui

surat perjanjian pemeriksaan . Audit report adalah laporan auditor yang berisi

pendapat tentang alporan keuangan yang telah diaudit (Islahuzzaman, 2012:45).

Menurut ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing Concepts) audit

adalah proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti

secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian

ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut

dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para

pemakai yang berkepentingan (Halim, 2008:1).

Dalam melaksanakan prosedur audit, seorang auditor harus

berpedoman pada standar audit. Standar audit merupakan pedoman umum bagi

para auditor dalam melaksanakan audit. Di Indonesia, standar auditi ini

tercantum dalam Standar Profeional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Standar Profesi Akuntan Publik

(SPAP,2011;150:1) telah menetapkan sepuluh standar audit bagi auditor dalam


melaksanakan tugasnya. Kesepuluh standar audit ini dibagi menjadi 3 kategori

yaitu: standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

(Mayangsari dan Wardanarum, 2013 : 1).

1) Standar Umum

Standar umum berkaitan dengan kualifikasi auditor dan kualitas pekerjaan

auditor. Standar umum memiliki tiga standar diantaranya sebagai berikut :

a) Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai.

b) Sikap mental yang independen.

c) Kemahiran professional dengan cermat dan seksama

2) Standar Pekerjaan Lapangan

Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan audit

di lapangan. Standar pekerjaan lapangan diantaraanya sebagai berikut :

a) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan

lingkup pengujian yang harus dilakukan.

b) Pekerjaan audit harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus di supervisi dengan semestinya.

c) Bukti audit yang relevan, kompeten, dan cukup harus diperoleh sebagai

dasar memadai untuk mendukung pendapat, simpulan dan

rekomendasi.

3) Standar Pelaporan

Standar pelaporan berkaitan dengan masalah komunikasi dari hasil-hasil

audit. Standar pelaporan diantaranya sebagai berikut :


a) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan (SAK)

b) Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang konsisten

c) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan yang memadai

d) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, standar audit

sebagai suatu ukuran atas mutu jasa audit. Standar audit menetapkan kualitas

kinerja dengan tujuan yang akan dicapai dalam mengaudit suatu laporan

keuangan.

2.1.3. Kualitas Audit

Menurut DeAngelo (1981:7) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

kualitas audit merupakan probabilitas atau kemungkinan dimana auditor dapat

menemukan serta melaporkan terhadap suatu pelanggaran yang dilakukan oleh

kliennya. Efendy (2010) berpendapat bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh

auditor dicerminkan dalam tiga hal, meliputi kualitas dari proses audit, kualitas

dari hasil audit, serta tindak lanjut dari hasil audit. Jadi, kualitas audit dapat

ditentukan ukurannya berdasarkan dari aktivitas audit yang diawali dengan

melakukan proses audit, dilanjutan dengan perolehan hasil audit, indikasi

adanya temuan, dan penentuan opini, kemudian berlanjut pada tanggung jawab

terhadap opini yang telah diberikan dari hsial audit tersebut.

2.1.4. Independensi Auditor


Menurut Mulyadu (2011:26) menyatakan bahwa independensi berarti

sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,

tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran

dalam diri auditor dalam memperetimbangkan fakta dan adanya petimbangan

yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan

menyatakan pendapatnya.

Dalam standar umum kedua menyebutkan bahawa “Dalam semua hal

yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap

independen, artinya sikap yang tidak mudah dipengaruhi karena akuntan publik

melaksankan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Akan tetapi, independen

dalam hal ini tidak berarti mununtut auditor bersikap penuntut, melaikan

auditor harus bersikap mengadili secara tidak memihak dengan tetap menyadari

kewajibannya untuk selalu bertindak jujur, tidak hanya kepada manajemen dan

pemilik perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang berkepentingan dengan

laporan keuangan (SPAP, 2011:1).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Independensi

Auditor adalah sikap yang harus terdapat dalam diri seorang auditor yang

bebasa dari pengaruh pihak manapun dan tekanan dari dalam maupun luar

ketika mengambil suatu keputusan, dimana dalam pengambilan keputusan

tersebut harus berdasarkan fakta yang ada serta secara objektif.

Dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor

Kep20/pm/2002 mengatakan bahwa dalam memberikan jasa profesional,


Akuntan publik wajib senantiasa mempertahankan sikap independen. Akuntan

publik dinyatakan tidak independen apabila selama periode audit dan selama

periode penugasan profesionalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik,

maupun orang dalam Kantor Akuntan Publik :

1) Mempunyai kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang

material pada klien.

2) Mempunyai hubungan pekerjaan dengan klien.

3) Mempunyai hubungan usaha secara langsung atau tidak langsung yang

material dengan klien, atau dengan karyawan kunci yang bekerja pada

klien, atau dengan pemegang saham utama klien.

4) Memberikan jasa-jasa non audit kepada klien.

5) Memberikan jasa atau produk kepada klien dengan dasar Fee kontinjen

atau komisi, atau menerima Fee kontinjen atau komisi dari klien.

Menurut Arens et. al. (2008:86), Independensi dapat di klarifikasikan

ke dalam dua aspek, yaitu:

1) Independence in fact (independensi dalam fakta) Artinya auditor harus

mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan

objektivitas. Independensi dalam fakta akan ada apabila kenyataannya

auditor mampu sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit nya.

2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan) Artinya

pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan

audit. Auditor harus menjaga kedudukannya sedemikian rupa sehingga

pihak lain akan mempercayai sikap independensi dan objektifitasnya.


Meskipun auditor telah menjalankan auditnya dengan baik secara

independen dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit

tidak akan dipercaya oleh pemakai jasa auditor independen bila tidak

mampu mempertahankan independensi dalam penampilan.

Wahyuningtias (2012:60) menyatakan bahwa independensi sangat

penting bagi profesi akuntan publik, karena:

1) Merupakan dasar bagi akuntan publik untuk merumuskan dan menyatakan

pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa. Apabila akuntan publik

tetap memelihara independensi selama melaksanakan pemeriksaan, maka

laporan keuangan yang telah diperiksa tersebut akan menambah

kredibilitasnya dan dapat diandalkan kan kan bagi pemakai atau pihak yang

berkepentingan.

2) Profesi akuntan publik merupakan profesi yang memegang kepercayaan

dari masyarakat, maka kepercayaan masyarakat akan turun jika terdapat

bukti bahwa sikap independensi auditor berkurang dalam menilai kewajaran

laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.

Oleh karena itu, seorang auditor tidak hanya dituntut memiliki

keahlian saja, tetapi juga dituntut untuk bersikap independen. Walaupun

seorang auditor sangat berkompeten, tetapi kalau dia tidak independen, maka

pengguna laporan keuangan tidak yakin bahwa informasi yang disajikan itu

kredibel.

2.1.5. Time Budget Pressure


Kurnia dan Sofie (2014) mengungkapkan bahwa time budget pressure

atau tekanan anggaran waktu merupakan bagian dari dimensi tekanan waktu,

dimana terdapat dua dimensi dalam time budget pressure yaitu tekanan

anggaran waktu (time budget pressure) dan tekanan batas waktu (time deadline

pressure). Time budget pressure adalah tekanan yang muncul karena

terbatasnya sumber daya berupa waktu yang diberikan dalam menyelesaikan

tugas (DeZoort, 1998).

Time budget pressure merupakan salah satu faktor eksternal yang

mempengaruhi kualitas audit. Tekanan anggaran waktu yang tinggi dapat

memicu auditor untuk bekerja secara cepat, namun terakadang membuat auditor

kurang teliti karena auditor membatasi lingkun auditnya. Time budget pressure

juga dapat menyebabkan penurunan kualitas audit dari sikap dalam tindakan

profesional (Arisinta, 2013).

2.1.6. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja dapat ditinjau dari segi lamanya waktu maupun

banyaknya penugasab, Auditor yang lebih berpengalaman akan membuat

keputusan yang relatif lebih baik daripada auditor yang kurang berpengalaman.

Menurut Foster dan Seeker (2001) pengalaman kerja didasarkan pada:

1) Lama waktu atau masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seorang

dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah dilaksanakan dengan

baik.

2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki


Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau

informasi lain yang dibutuhkan pegawau serta tanggung jawabnya.

Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan seseorang secara fisik

dalam melakukan pekerjaannya.

3) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralataan

Kemampuan berupa soft-skill yang dimiliki tiap pekerja dalam melakukan

pekerjaannya sehingga pekerjaan tersebut dapat terselesaikan.

Menurut Anggriawan (2014), auditor yang berpengalaman adalah

auditor yang mampu mengindikasi adanya kecurangan kemudian mendeteksi

penyebab dari adanya kecurangan tersebut. Hal itu dapat terjadi apabila

auditor memiliki jam terbang yang tinggi.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

Paradipta dan Budiartha (2016) meneliti tekanan anggaran waktu

sebagai pemoderasi pengaruh profesionalisme dan pengalaman audit pada

kualitas audit. Penelitian menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian

adalah profesionalisme berpengaruh positif pada kualitas audit. Hal ini

menunjukan bahwa seorang auditor yang memiliki sikap profesionalisme akan

menghasilakan kualitas audit yang baik. Pengalaman audit tidak berpengaruh

terhadap kualitas audit, dan tekanan anggran waktu sebagai pemoderasi

profesionalisme dan pengalaman audit, menunjukan tekanan anggaran waktu

tidak mampu memoderasi.


Savitri dan Dwirandra (2018) meneliti pengaruh due professional care

dan pengalaman audit pada kualitas audit dengan time budget pressure sebagai

variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan

Moderated Regression Analysis (MRA). Penelitian menunjukan bahwa due

professional care dan pengalaman audit berpengaruh positif terhadap kualitas

audit. Penelitian ini juga menunjukan bahwa time budget pressure, hubungan

due professional care pada kualitas audit dengan hasil pengujian moderasi yang

menunjukan pengaruh positif. Hasil pengujian antara pengalaman audit

dengan time budget pressure menunjukan pengaruh negatif yang artinya time

budget pressure memperlemah hubungan antara pengalaman audit pada kualitas

audit.

Sugiarmini (2017) meneliti tentang pengaruh skiptisme professional,

independensi, kompetisi, etika, dan role stress auditor terhadap kualitas audit

pada Kantor Bpk Ri Perwakilan Provinsi Bali. Variabel independen dalam

penelitian ini adalah skeptisme professional, independensi, etika, dan role stress

auditor. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas

audit. Teknik anals yang digunakan adalah teknik analis regresi berganda. Hasil

penelitian menunjukan bahwa skeptisme professional, independensi, kompetisi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK RI Perwakilan

Provinsi Bali, etika bepengaruh positif tidak signifikan terhadap kualitas audit

pada Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Sedangkan role stress


berpengaruh negative tidak signifikan terhadap kualitas audit pada Kantor BPK

RI Perwakilan Provinsi Bali.

Ismail, Arman, Salam, dan Linda (2020) meneliti pengaruh time

budget pressure dan kompleksitas audit terhadap kualitas audit. Penelitian ini

menggunakan model analisis regresi berganda. Hasil pengujian hipotesis

menunjukan bukti bahwa time budget pressure memiliki pengaruh negatif dan

signifikan terhadap kualitas audit. Hasil ini berarti bahwa semakin tinggi time

budget pressure yang dirasakan oleh auditor, semakin rendah kualitas audit

yang dihasilkan dan semakin rendah time budget pressure yang dirasakan oleh

auditor, maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan. Namun,

kompleksitas audit tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Ariningsih dan Mertha (2017) meneliti pengaruh independensi,

tekanan anggran waktu, risiko audit, dan gender pada kualitas audit. Penelitian

ini menggunakan metode analisis linier berganda menunjukan bahwa

independensi berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat independensi yang dimiliki seorang

auditor, maka semakin tinggi pula kualitas audit hyang akan dihasilkan. Serta

tekanan anggran waktu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualiatas

audit . Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tekanan anggran waktu yang

diterima oleh seorang auditor, maka akan semakin rendah kualitas audit yang

dihasilkan. Risiko audit berpengaruh negatif dan signifikan pada kualitas audit.

Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi risiko audit yang dihadapi seorang

auditor , maka akan semakin rendah kualitas audit tersebut.


Rahayu et, al dan Suryono et, al. (2016) meneliti penelitian yang

berjudul “Pengaruh independensi , etika dan pengalaman terhadap kualitas audit

di Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Surabaya.” Variabel independen

dalam penelitian ini adalah Independensi auditor, Etika auditor, dan

Pengalaman auditor. Sedangkan variable dependen adalah Kualitas Audit.

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh staf auditor baik itu (partner,

senior dan junior auditor) pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar

pada direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2014 di kota Surabaya.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, senior dan junior

auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Surabaya. Metode analisis yang

digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria antara lain yaitu partner,

senior dan junior yang sudah bekerja selama 2 tahun bekerja dan auditor pada

KAP di kota Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, hal ini menunjukkan

bahwa kualitas audit dapat dicapai apabila auditor memiliki sikap independensi.

Etika berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit, hal ini

menunjukkan bahwa semakin baik etika seorang auditor maka kualitas audit

yang dihasilkan akan semakin baik. Pengalaman berpengaruh positif signifikan

terhadap kualitas audit, semakin baik pengalaman berpengaruh positif terhadap

kualitas audit maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan.

Nita, Erni. dan Trisna (2017) melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Time Budget Pressure, Tanggung Jawab Profesi, Integritas dan

Objektivitas terhadap Kualitas Audit (Studi empiris pada Auditor di Inspektorat


Pemerintah di Bali)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Time

Budget Pressure, Tanggung Jawab Profesi, Integritas, dan Obyektivitas.

Sedangkan variable dependen dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit.

Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor Inspektorat Pemerintah Kabupaten

Bangli, Inspektorat Kabupaten Klungkung, dan Inspektorat Pemerintah Provinsi

Bali. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Auditor Inspektorat

Pemerintah Kabupaten Bangli, Inspektorat Kabupaten Klungkung, dan

Inspektorat Pemerintah Provinsi Bali berjumlah 42 orang. Metode dalam

penelitian ini mengggunakan metode proportional sampling. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara parsial time budget pressure berpengaruh negatif

signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, tanggungjawab profesi, integritas

dan obyektifitas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Dyah Ayu dan Indah (2016) melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Etika, Independensi, Pengalaman Audit dan Disfungsional Audit

(Premature Sign Off) terhadap Kualitas Audit (Studi empiris pada Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Provinsi Jawa Tengah)”. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah Etika, Independensi, Pengalaman Audit

dan Disfungsional Audit (Premature Sign Off). Sedangkan variable dependen

dalam penelitian ini adalah Kualitas Audit. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh auditor yang bekerja pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI

Perwakllan Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari 125 auditor. Metode dalam

penelitian ini menggunakan metode convienence sampling yang menghasilkan

sample sebanyak 41 auditor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa


variabel etika dan pengalaman audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit,

independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan premature

sign off berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

Savitri dan Astika (2017) meneliti pengaruh etika pada hubungan

antara pengalaman, time budget pressure, dan kompensasi pada kualitas audit.

Peneliti menggunakan metode dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Dengan hasil penelitian yang dapat disimpulkan bahwa etika tidak

mampu memoderasi pengaruh pengalaman pada kualitas audit. Etika tidak

mampu memoderasi pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. Etika

mampu memoderasi pengaruh kompensasi pada kualitas audit.

Andani (2017) meneliti pengaruh kemahiran professional dan time

budget pressure terhadap kualitas audit dengan pengalaman auditor sebagai

variabel moderasi pada kantor akuntan publik di bali. Variabel independen

dalam hubungan keahlian, independensi, kecakapan professional dan tingkat

pendidikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Secara umum persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian

ini terletak pada variabel dependen dan independen variabel dependen yang

digunakan yaitu kualitas audit. Persamaan pada variabel independen yaitu

independensi auditor, selain itu juga lokasi penelitian yang digunakan adalah

kantor akuntan publik di provinsi bali. Secara umum perbedaan antara

penelitian ini dan penelitian terdahulu terletak pada tahun amatan, variabel

independen dan moderasi yang digunakan. Tahun yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu tahun 2021. Perbedaan variabel independen yang digunakan
yaitu independensi auditor dan time budget pressure serta variabel moderasi

yang digunakan adalah pengalaman auditor.

Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka disajikan ringkasan

penelitian sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 pada lampiran 1.
BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

independensi auditor terhadap kualitas audit, menguji ime budget pressure

terhadap kualitas audit, menguji pengalaman auditor sebagai variabel moderasi

yang diduga dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh independensi

auditor dan time budget pressure terhadap kualitas audit.

Independensi auditor merupakan salah satu sikap yang penting dalam

menciptakan audit yang berkualkitas. Karen jika auditor kehilangan

indepedensinya, maka laporan audit yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan

kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan. Auditor yang berpengalaman akan mempunyai pemahaman yang

lebih baik, sehingga dapat melakukan audit dengan menerapkan dan

mepertahankan sikap skeptisme profesional akan mampu mendeteksi kesalahan,

maka semakin lama pengalaman auditor akan memberikan keahlian dan

keterampilan yang baik sehingga hasil laporan akan semakin berkualitas.

Time Budget Pressure juga ikut andil dalam kualitas audit. Time

budget pressure tidah hanya menjadi subjek mengenai ukuran ketepatan dan

membandingkannya dengan target, tetapi juga berhubungan dengan penggerak


biaya (jam) yang memberikan staff audit target waktu yang tepat untuk setiap

tugasnya (Pierce dan Sweeny, 2004).

Pengalaman auditor yang semakin banyak dapat menjadi tolak ukur

dalam menghasilkan laporan yang berkualitas. Seorang auditor akan

menghasilkan pemerikasaan yang berkualiatas apabila banyak pemeriksaan

yang dilakukan oleh auditor tersebut maka hipotesis dapat diajukan semakin

lama pengalam auditor akan semakin memperkuat independensi auditor yang

diberikan sehingga berpengaruh terhadap kualitas audit.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif yang berbentuk asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih. Menurut

Sugiyono (2009:6), penelitian asosiatif adalah dugaan tentang adanya hubungan

antar variabel dalam populasi yang akan diuji melalui hubungan antar variabel

dalam sampel yang diambil dari populasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, adapun konsep kerangaka berpikir dalam

penelitian ini dijelaskan dalam gambar 3.1 sebagai berikut.


Gambar 3.1

Kerangka Berpikir Penelitian

Pengaruh Independensi Auditor dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas

Audit Dengan Pengalaman Auditor Sebagai Moderasi Pada Kantor Akuntan

Publik Di Provinsi Bali

GAP

Apakah independensi auditor dan time budget pressure


berpengaruh terhadap kualitas audit dengan pengalaman auditor
sebagai variabel moderasi pada kantor akuntan publik di Provinsi
Bali ?

Kajian Penelitian
H1: Independensi auditor berpengaruh
Sebelumnya:
positif terhadap kualitas audit.
Teori Keagenan 1. Paradipta dan Budiartha
H2: Time budget pressure (2016)
(Agency Theory) berpengaruh negatif terhadap 2. Savitri dan Swirandra
kualitas audit. (2018)
3. Andani (2017)
H3: Pengalaman auditor memperkuat
4. Sugiarmini (2017)
hubungan independensi auditor
5. Ismail, Arman, Salam,
terhadap kualitas audit.
dan Linda (2020)
H4: Pengalaman auditor memperkuat 6. Ariningsih dan Metha
hubungan time budget pressure (2017)
terhadap kualitas audit. 7. Titin dan Bambang
(2016)
8. Nita, Erni, san Trisna
(2017)
Teknik analisis regresi linear berganda
9. Dyah Ayu dan Indah
(2016)
Pembahasan 10. Savitri dan Astika (2017)

Kesimpuan, Keterbatasan,
dan Saran
Faktor pertama yang mempengaruhi kualitas audit dalam penelitian ini

yang dilakukan oleh auditor yaitu independensi auditor. Independensi Auditor

merupakan sikap auditor yang tidak memihak, tidak memiliki kepentingan

pribadi, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan

dalam memberikan pendapat (opini) atau simpulan, sehingga opini yang

diberikan terhadap hasil audit laporan keuangan tersebut meiliki integritas

dalam objektifitas yang tinggi. Faktor kedua yang mepengaruhi kualitas audit

dalam penelitian ini yaitu time budget pressure. Time Budget Pressure

merupakan bentuk tekanan yang terjadi dari keterbatasan sumber daya yang

dapat diberikan untuk melaksanakan tugas (De zoort, 2002). Penerapan Time

Budget Pressure yang dilakukan dengan baik dapat memberikan keuntungan

yang sangat efisien untuk melakukan penjadwalan staff, menjadi panduan

dalam melakukan hal-hal penting dari berbagai area audit, membantu staff

auditor untuk mencapai kinerja yang efektif dan efisien. Faktor ketiga yang

mempengaruhi kualitas audit dalam penelitian ini sebagai variabel moderasi

yaitu pengalaman auditor. Pengalaman auditor disini dapat sebagai memperkuat

atau memberlemah variabel independen.

Berdasarkan penjelasan diatas adapun model penelitian ini dijelaskan

pada gambar 3.2 sebagi barikut:


Gambar 3.2

Model Penelitian

Pengaruh Independensi Auditor dan Time Budget Pressure Terhadap

Kualitas Audit Dengan Pengalaman Auditor Sebagai Variabel Moderasi

Pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali

Independensi Auditor (IA) H1

Kualitas Audit (KA)

Time Budget Pressure


(TBP) H2
H3 H4

Pengalaman Auditor (PA)

Sumber : Hasil pemikiran peneliti (2020)

3.2 Hipotesis

Terdapat 3 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini mengenai

pengaruh independensi auditor, time budget pressure, dan pengalaman auditor

sebagai variabel moderasi terhadap kualitas audit seperti yang disebutkan di

bawah ini :

3.2.1 Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Independensi Auditor merupakan sikap auditor yang tidak memihak,

tidak memiliki kepentingan pribadi, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-

pihak yang berkepentingan dalam memberikan pendapat (opini) atau simpulan,


sehingga opini yang diberikan terhadap hasil audit laporan keuangan tersebut

meiliki integritas dalam objektifitas yang tinggi.

Independensi auditor merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki

oleh seorang auditor agar dapat menghasilkan audit yang berkualitas. Hasil

audit yang berkualitas dapat memudahkan pemakai laporan keuangan dalam

proses pengambilan keputusan. Jika seorang auditor kehilangan sikap

independensinya, maka laporan hasil audit tidak sesuai dengan kenyataan yang

ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan (Al-

Khaddash, 2013). Semakin tinggi independensi yang dimiliki oleh seorang

auditor, maka kualitas audit yang akan dihasilkan akan semakin baik. Maka

hipotesis yang dapat disusun dari pernyataan diatas adalah sebagai berikut:

H1 : Independensi Auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

3.2.2 Pengaruh Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit

Time Budget Pressure merupakan bentuk tekanan yang terjadi dari

keterbatasan sumber daya yang dapat diberikan untuk melaksanakan tugas (De

zoort, 2002). Sumber daya dapat diartikan sebagai waktu yang digunakan

auditor dalam melaksanakan tugasnya. Waktu pengauditan harus dialokasikan

secara realistis, tidak terlalu lama atau terlalu cepat. Alokasi waktu yang terlalu

lama justru membuat auditor lebih banyak melamun dan tidak termotivasi

untuk lebih giat dalam bekerja. Sebaliknya apabila alokasi waktu yang

diberikan terlalu sempit, maka dapat menyebabkan perilaku yang

kontraproduktif karenakan adanya tugas-tugas yang diabaikan (Waggoner,

1991). Tekanan anggaran waktu menyebabkan menurunnya efektifitas dan


efisiensi kegiatan pengauditan (McDaniel, 1990). Pada program terstruktur

penurunan efektifitas semakin besar, sementara pada program yang tidak

terstruktur efisiensi audit akan mengalami penurunan yang signifikan. Kualitas

audit bisa menjadi semakin buruk bila alokasi waktu yang dianggarkan tidak

realistis dengan kompleksitas audit yang diembannya.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Prasita dan Adi (2007), Pratama

(2014), Khadilah, dkk., (2015), Aisyah (2015), dan Ratha (2015) menunjukkan

bahwa tekanan anggaran waktu memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas

audit. Semakin tinggi tekanan anggaran waktu yang diterima oleh seorang

auditor, maka kualitas audit yang dihasilkan semakin rendah. Berdasarkan

pemaparan di atas dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H2: Time Budget Pressure berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.

3.2.3 Pengalaman Auditor Memoderasi Pengaruh Independensi Auditor

Terdahap Kualitas Audit

Pengalaman kerja yang dimiliki oleh seorang auditor dipandang

sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, dalam

hal ini yang dimaksud adalah kualitas auditnya. Seorang auditor akan

menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas apabila telah banyak pemeriksaan

yang dilakukan oleh auditor tersebut. Independei auditor memungkinkan

auditor memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas

dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun

kecurangan.
Auditor yang memiliki pengalaman akan memiliki pemahaman yang

lebih baik. Memahami kesalahan secara akurat dan dapat menemukan

kecurangan yang ada karena telah terlatih berdasarkan pengalaman yang

dimiliki, sehingga menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Semakin lama

pengalaman seorang auditor maka akan memperkuat independensi terhadap

kualitas audit. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang dapat

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H3 : Pengalaman auditor memperkuat hubungan independensi auditor terhadap

kualitas audit.

3.2.4 Pengalaman Auditor Memoderasi Pengaruh Time Budget Pressure

Terhadap Kualitas Audit

Time budget pressure atau tekanan anggaran waktu adalah bentuk

tekanan yang muncul dari keterbatasan pada sumber daya untuk melakukan dan

menyelesaikan tugas audit dimana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi o.

pada anggaran waktu. Sumber daya yang terbatatas untuk berbagai situas. Time

budget pressure diberikan KAP bertujuan untuk mengurangi biaya audit.

Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya pelaksanaan audit akan

semakin kecil (Lestari, 2010).

Dengan pengalaman kerja yang dimiliki auditor, auditor dapat

menyelesaikan tugasnya dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Pengalaman

kerja yang auditor miliki akan membantu auditor dalam memperkirakan hal-hal

yang harus mereka lakukan dalam batas waktu yang diberikan untuk mencapai
target. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang dapat diajukan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H4 : Pengalaman auditor memperkuat hubungan time budget pressure terhadap

kualitas audit.
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali

uang diakses pada situs resmi dengan alamat website www.iapi.or.id.

Peneliatian ini dilakukan pada 13 Kantor Akuntan Publik di wilayah Denpasar.

Tabel 4.1

Lokasi Penelitian

No Nama KAP Alamat KAP


.
1. KAP Budhananda Munidewi Jl. Tukad Irawadi No. 18A, Lantai 2
& 3 Kelurahan Panjer, Kecamatan
Denpasar Selatan.
2. KAP Drs. Ida Bagus Djagera Jl. Hassanudin No. 1 Denpasar
3. KAP Drs. Ketut Gunarsa Jl. Tukad banyusari, Gang II No. 5
Denpasar
4. KAP Drs. Ketut Budiartha, Msi Perumahan Padang Pesona Graha
Adi Blok A6 Padangsambian
Denpasar.
5. KAP Drs. Sri Marmo Jl. Gunung Muria Monang Maning
Djogosarkoro & Rekan Denpasar.
6. KAP Tjhajo, Machdjud Jl. Drupadi XIV No. 3 Kel.
Modopuro & Rekan (Cabang) Sumatera Kelod, Kec. Denpasar
Timur.
7. KAP I Wayan Ramatha Jl. Rampai No. 1 A Lantai 3
Denpasar.
8. KAP Johan Malonda Mustika & Jl Muding Indah No. 5 Kuta Utara,
Rekan (Cabang) Kerobokan.
9. KAP Drs. Ketut Muliartha R.M Gedung Guna Teknosa Lantai 2 Jl.
& Rekan Drupadi No. 25
10. KAP Arnaya & Darmayasa Jl. Cargo Indah III A Peru,. Melang
Hill No. 1 Ubung, Denpasar Utara.
11. KAP Arimbawa Jl. Tukad Citarum No. 28A Panjer,
Denpasar Selatan
12. KAP Artayasa Jl. Buana Raya, Ling. Buana Mas
Indah No. 02/6 Kel.
Padangsambian, Denpasar Barat.
13. KAP Rama Wendra (Cabang) Gedung Sudirman Blok A No. 43 Jl.
PB Sudirman
Sumber : Lampiran 2, (Directory IAPI, 2019)

4.2. Obyek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah pengaruh independensi auditor dan

time budget pressure terhadap kualitas audit dengan pengalaman auditor

sebagai variabel moderasi yang dihasilkan oleh auditor yang bekerja pada

Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali yang terdaftar di Institut Akuntan

Publik Indonesia (IAPI). Kualitas audit merupakan hal yang penting karena

terkait dengan kesesuaian pelaksanaan audit yang dilakukan auditor dengan

standar yang ditetapkan sehingga pada akhirnya mampu menghasilkan laporan

audit yang berkualitas.

4.3. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian ini merupakan atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (independent variable)


Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependent variable),

(Sugiyono. 2014:59). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

(1) Independensi auditor dan

(2) Time budget pressure.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat

dari adanya variabel-variabel bebas atau variabel independen (Sugiyono,

2014:59). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitas audit.

3. Variabel Moderasi

Variabel moderasi merupakan variabel yang mempengaruhi (memperkuat

atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen (Sugiyono, 2014:59). Variabel moderasi dalam penelitian ini

adalah pengalaman auditor.

4.4. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan

kepada variabel, dengan tujuan memberi arti atau menspesifikannya.

Pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel, diukur dengan

skala Likert. Skala Likert merupakan suatu skala yang digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, presepsi seorang atau sekelompok orang tentang

fenomena social (Sugiyono, 2014:132). Jawaban dari masing-masing


pernyataan diberi skor dengan menggunakan skala Likert 5 poin. Pernyataan

yang digunakan untuk memberikan skor terhadap setiap item pernyataan yang

mendukung, disajikan dalam sebuah daftar pernyataan kuesioner. Skor atau

pilihan jawaban dari seluruh kuesioner yang diajukan adalah sebagai berikut:

SS = Sangat Setuju Skor 5

S = Setuju Skor 4

KS = Kurang Setuju Skor 3

TS = Tidak Setuju Skor 2

STS = Sangat Tidak Setuju Skor 1

Dalam penelitian ini definisi operasional variabel yang digunakan

adalah sebagai berikut:

4.4.1. Variabel Independen

Variabel dalam penelitian ini ada tiga, yaitu independensi auditor (IA),

time budget pressure (TBP), pengalaman auditor (PA).

1) Independensi Auditor (IA)

Independensi Akuntan Publik adalah sikap yang diharapkan dari diri

seorang akuntan publik untuk tidak memiliki kepentingan pribadi dalam

pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan

objektivitas. Ada empat instrument untuk mengukur variabel independensi

auditor yaitu :

a) Lama hubungan dengan klien (Audit Tenure).

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:


- Saya berupaya tetap independen dalam melakukan audit walaupun

telah lama menjalin hubungan dengan klien.

- Fasilitas yang saya terima dari klien menjadikan saya sungkan

terhadap klien sehingga kurang bebas dalam melakukan audit.

b) Tekanan dari klien

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Jika audit yang saya lakukan buruk, maka saya dapat menerima

sanksi dari klien.

- Agar tidak kehilangan klien, kadang-kadang saya harus bertindak

tidak jujur.

- Saya tidak berani melaporkan kesalahan klien karena klien dapat

mengganti posisi saya dengan auditor lain.

c) Telaah dari rekan auditor (Peer Review)

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Saya tidak membutuhkan telaah dari rekan auditor untuk menilai

prosedur audir saya karena kurang dirasa manfaatnya.

- Saya bersikap jujur untuk menghindari penilaian kurang dari rekan

auditor seprofesi dalam tim.

d) Pemberian jasa Non-Audit

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Selain memberikan jasa audit, suatu kantor akuntan dapat pula

memberikan jasa-jasa lainnya kepada klien yang sama.


- Jasa non audit yang diberikan pada klien dapat merusak

independensi penampilan akuntan publik.

- Pemberian jasa lain selain jasa audit dapat meningkatkan informasi

yang disajikan dalam lapiran pemeriksaan akuntan publik.

Instrumen pengukuran variabel ini diadaptasi dari penelitian

Indah (2010). Variabel ini digali dengan 10 pernyataan. Respon dari

responden diukur dengan skala Likert 5 poin dari mulai sangat tidak setuju

sampai dengan sangat setuju.

2) Time Budget Pressure (TBP)

Time budget pressure adalah tekanan yang muncul karena terbatasnya

sumberdaya yang berupa waktu yang diberikan dalam menyelesaikan tugas.

Time budget pressure merupakan situasi dimana auditor diberi estimasi

waktu yang singkat untuk melakukan tugas audit. Time budget pressure

dapat memicu auditor untuk tetap berperilaku fungsional atau berubah

menjadi disfungsional. Penelitian ini menggunakan instrument yang telah

dikembangkan oleh Mansyur, dkk. (2010) dimana tekanan anggaran waktu

terbagi dalam sikap auditor memanfaatkan waktu audit dan sikap auditor

dalam penurunan kualitas audit.

4.4.2. Variabel Dependen

1) Kualitas Audit (KA)


Kualitas audit adalah segala kemungkinan (probability) dimana

auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya

dalam laporan keuangan audit, dimana dalam melaksanakan tugasnya

tersebut auditor berpedoman pada standar audit dan kode etik akuntan

publik yang relevan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas

audit adalah:

a) Melaporkan semua kesalahan klien.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Besarnya kompensasi yang saya terima tidak akan mempengaruhi

saya dalam melaporkan kesalahan klien.

- Semua temuan kesalahan klien saya laporkan sesuai dengan bukti

temuan.

b) Pemahaman terhadap sistem informasi klien.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Untuk melakukan audit saya perlu memahami jenis industri dan

kondisi perusahaan klien.

- Memiliki kemampuan dan pengetahuan organisasi tentang sistem

informasi klien memudahkan saya dalam melaksanakan tugas audit.

c) Komitmen yang kuat dalam melaksanakan audit.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Saya mempunyai komitmen yang kuat untuk menyelesaikan audit

dalam waktu yang tepat.


- Saya telah memiliki keahlian dan pengalaman dalam bidang audit

dengan berbagai macam klien sehingga memudahkan salah saji dan

mengembangkan temuan audit yang berlaku.

d) Berpedoman pada prinsip audit dan prinsip akuntansi dalam melakukan

pekerjaan lapangan.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Saya menjadikan SAK dan SPAP pedoman dalam melaksanakan

pekerjaan lapangan.

- Saya harus memahami jasa profesional yang melekat pada auditor

sesuai dengan SAK dan SPAP yang relevan.

e) Tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan klien.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Saya tidak mudah percaya terhadap pernyataan klien selama

melakukan audit.

- Saya harus menguji dan mendapatkan temuan audit atas pernyataan

klien selama pekerjaan lapangan sesuai SAK dan SPAP.

f) Sikap hati-hati dalam pengambilan keputusan.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Saya selalu berusaha berhati-hati dalam pengambilan keputusan

selama melakukan audit.

- Setiap keputusan audit yang saya ambil berdasrkan temuan audit

selama pekerjaan lapangan serta berpedoman pasa SAK dan SPAP.


Instrumen yang digunakan untuk mengukur ,kualitas terdiri dari 12

item pernyataan yang diadaptasi dari penelitian Elfarini (2011). Masing-

masing item pernyataan tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert

5 poin, dimana semakin mengarah ke poin1 maka menunjukan bahwa

kualitas audit semakin rendah dan semakin mengarah ke poin 5 maka

menunjukan bahwa kualitas audit semakin tinggi.

4.4.3. Variabel Moderasi

1) Pengalaman Auditor (PA)

Pengalaman merupakan proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi bertingkah laku, baik dari pendidikan formal

maupun non formal, atau dapat diartikan sebagai suatu proses yang

membawa seseorang kepada suatu tingkah laku yang lebih tinggi. Ada dua

instrument untuk mengukur variabel pengalaman auditor yaitu:

a) Lama bekerja sebagai auditor.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Semakin lama menjadi auditor, semakin mengerti bagaimana

menghadapi suatu entitas atau objek pemeriksaan dalam

memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.

- Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin dapat mengetahui

informasi yang relevan untuk mengambil pertimbangan dalam

membuat keputusan.

- Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin dapat medeteksi

kesalahan yang dilakukan oleh objek pemeriksaan.


- Semakin lama menjadi auditor, semakin mudah menacari penyebab

munculnya kesalahan serta dapat memberikan rekomendasi untuk

menghilangkan atau memperkecil penyebab tersebur.

b) Banyak tugas pemeriksaan.

Pernyataan dalam instrument ini sebagai berikut:

- Banyak tugas audit membutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam

menyelesaikannya.

- Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan bukti serta informasi

dapat menghambat proses penyelesaian pekerjaan.

- Banyaknya tugas yang diterima dapat memacu auditor untuk

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tanpa terjadi

penumpukkan tugas.

Instrumen yang digunakan untuk pengalaman auditor diadaptasi

dari penelitian Sukriah, dkk. (2009). Semakin tinggi pengalaman diduga

akan berpengaruh terhadap skeptisme profesional seorang auditor

sehingga semakin tepat dalam memberikan opini atas laporan keuangan

untuk menghasilkan laporan yang berkualitas. Intrumen pada variabel

ini diukur dengan memberikan skor pada kuesioner yang berisi 8 item

pernyataan dengan menggunakan skala Likert 5 poin.

4.5. Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data Berdsarkan Sifatnya

Berdasarkan jenisnya menurut Sugiyono (2009:13), data dibagi

menjadi dua, yaitu sebagai berikut:


1) Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan

skema. Dalam penelitian ini data kualitatif yang digunakan adalah

pernyataan kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

2) Data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka yang dapat dinyatakan dan

diukur dengan satuan hitung atau data kualitatif diangkakan. Dalam

penelitian ini ada data kuantitatif yang diperoleh berupa hasil jawaban

kuesioner yang diangkakan dari masing-masing auditor yang ada pada

Kantor Akuntan Publik di Denpasar.

4.5.2 Jenis Data Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya data dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu

badan atau individu secara langsung dari objeknya. Data primer dalam

penelitian ini yaitu jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden atas

pernyataan-pernyataan dalam kuesioner yang berhubungan dalam

penelitian.

2) Data sekunder, yaitu data yang digunakan dalam bentuk sudah jadi, sudah

dikumpulkan oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini yaitu

daftra Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di Denpasar.

4.5.3 Responden Penelitian

Responden penelitian dalam penelitian ini adalah yang bekerja pada

Kantor Akuntan Publik di Denpasar yang terdaftar dalam Institut Akuntan

Publik Indonesia wilayah Denpasar.

4.6. Populasi dan Sampel


4.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2013:115) populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor

yang bekerja pada tiga belas Kantor Akuntan Publik yang tergabung dalam

Institut Akuntan Publik Indonesia di wilayah Denpasar.

Tabel 4.2

KAP yang terdaftar dalam IAPI

No Nama Kantor Alamat Kantor Jumlah


Akuntan Publik Akuntan Publik Auditor
1 KAP. Arimbawa Jalan Tukad Citarum No. 3 Orang
28A Panjer, Denpasar
Selatan/ Telp :
08123992391
2 KAP. Arnaya & Jln. Cargo Indah III A 2 Orang
Darmayasa Perum. Melang Hill No.
1, Ubung,
Denpasarutara/Telp :
(0361)4714308
3 KAP. Artayasa Jln. Buana Raya, Ling, 4 Orang
Buana Mas Indah No.
D2/Kel. Padangsambian,
Kec. Denpasar Barat/
Telp : (0361) 9073749
4 KAP. Jln. Tukad Irawadi No. 6 Orang
Budhananda 18 A Lantai 2&3 Kel.
Munidewi Panjer, Kec. Denpasar
Selatan/Telp :
(0361)245644
5 KAP. I Wayan Jln. Rampai No. 1A 8 Orang
Ramantha Lantai 3 Denpasar/ Telp.
: (0361)297150
6 KAP. Drs. Ida Jln. Hasanudin No. 1 0
Bagus Djagera Denpasar/Telp :
(0361)227460
7 KAP. Johan Jln. Muding Indah I No. 14 Orang
Molanda 5 Kuta Utara,
Mustika & Kerobokan/ Telp:
Rekan (Cabang) (0361)434884
8 KAP. K. Jln. Tukad Banyusari 21 Orang
Gunarsa Gang II No. 5 Panjer,
Denpasar/ Telp:
(0361)225580
9 KAP. Drs. Ketut Jln. Gunung Agung 10 Orang
Budiartha & Perum. Padang Pesona
Anggiriawan Graha Adhi Blok A 6
Denpasar Barat/Telp :
(0361)9078774
10 KAP. Ketut Jln. Drupadi No. 25 7 Orang
Muliartha Rm Gedung Guna Teknosa
Lantai 2 Kel. Sumerta
Klod. Kec. Denpasar
Timur/Telp :
(0361)248110
11 KAP. Rama Jln. Pb Sudirman Grand 2 Orang
Wendra Sudirman Blok A No. 43
(Cabang) Denpasar / Telp :
(0361)3073333
12 KAP. Drs. Sri Jln. Gunung Muria No. 4 20 Orang
Marmot Monang Maning
Djogokarsoro & Denpasar / Telp:
Rekan (0361)486667
13 KAP. Tjahjo, Jln.Drupadi Xiv No. 3 5 Orang
Machdjud Kel. Sumerta Kelod,
Modupuro & Kec. Denpasar
Rekan Timur/Telp :
(0361)474880
Total 102

4.6.2 Sampel
Sampel adalah  bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2014: 116). Teknik penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, Yaitu metode

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dimana anggota sampel akan

dipilih sedemikian rupa sehingga sampel  dan yang dibentuk tersebut dapat

mewakili sifat-sifat populasi (Sugiyono, 2014: 122). Tujuan penggunaan teknik 

purposive sampling adalah untuk mendapatkan sampel yang representative

sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang dijadikan dasar

pemilihan anggota sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)  Seluruh jumlah auditor yang bekerja di 13 KAP di Bali

2) Auditor yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan

pemeriksaan audit minimal 1 tahun .

Kriteria pengambilan  sampel dan jumlah sampel  per  kap dapat

dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.2
Sampel
No Kriteria Jumlah

1 Jumlah auditor yang bekerja di 13 KAP di Bali. 102 orang

2 Jumlah auditor yang tidak memiliki pengalaman (9 orang)


dalam melakukan pemeriksaan audit minimal 1
tahun.

Jumlah 93 orang

Tabel 4.3
Jumlah sampel per KAP
No Nama KAP Jumlah Auditor Auditor Dengan
Pengalaman
Kerja Minimal 1
Tahun

1 3 orang 1 orang
KAP. Arimbawa
2 2 orang 2 orang
KAP. Arnaya & Darmayasa
4 orang 4 orang
KAP. Artayasa
6 orang 5 orang
KAP. Budhananda Munidewi
8 orang 8 orang
KAP. I Wayan Ramantha
- -
KAP. Drs. Ida Bagus Djagera
14 orang 12 orang
KAP. Johan Molanda Mustika
& Rekan (Cabang)
21 orang 19 orang
KAP. K. Gunarsa
10 orang 10 orang
KAP. Drs. Ketut Budiartha &
Anggiriawan
7 orang 7 orang
KAP. Ketut Muliartha Rm
2 orang 2 orang
KAP. Rama Wendra (Cabang)
20 orang 18 orang
KAP. Drs. Sri Marmot
Djogokarsoro & Rekan
5 orang 5 orang
KAP. Tjahjo, Machdjud
Modupuro & Rekan
102 orang 93 orang
Jumlah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah sebanyak 93 orang auditor. Dan pada tabel 4.3 dapat

diketahui jumlah sampel per KAP.

Alasan pertimbangan pemilihan kriteria Tersebut karena auditor

yang bekerja minimal 1 tahun dianggap cukup berpengalaman dalam


mengaudit dan mengetahui  materialitas laporan keuangan sehingga secara

tidak langsung auditor terlihat dalam penentuan kualitas audit.

4.7. Metode Pengumpulan Data

4.7.1 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mencatat,

mengutip, serta mengumpulkan data dari dokumen-dokumen. Dalam penelitian

ini, data yang diperoleh dari teknik dokumentasi yaitu data mengenai jumalah

KAP dan nama KAP yang digunakan sebagai sampel.

4.7.2 Kuesioner

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey

dengan teknik kuesioner. Teknik kuesioner dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Kuesioner yang disebarkan berupa daftar pertanyaan dan pernhytaan

tertulis kepada responden mengenai pengaruh independensi auditor, time

budget pressure, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit engan

pengalaman auditor sebagai pemoderasi.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan  dan pertanyaan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014: 199). Pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner berupa daftar

pernyataan tertulis kepada responden mengenai pengaruh kemahiran

profesional dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan

pengalaman auditor sebagai variabel moderasi. Jawaban dari masing-masing


pernyataan akan diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin.  Skor atau

pilihan jawaban dari seluruh kuesioner yang diajukan, di mana pernyataannya

ada pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berikut adalah tabel pernyataan

positif dan pernyataan negatif:

Pernyataan positif Pernyataan negative


Kode Skor Kode Skor
SS 5 SS 1
S 4 S 2
KS 3 KS 3
TS 2 TS 4
STS 1 STS 5

4.7.3 Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan wawancara, yaitu

mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden.

Wawancara merupakan adalah salah satu bagian terpenting saat melakukan

survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya dapat

diperoleh dengan cara bertanya langsung pada responden. Data seperti ini

merupakan tulang punggung suatu penelitian survei.

4.8. Teknik Analisis Data

4.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian. Statistik deskriptif menjelaskan skala jawaban

responden pada setiap variabel independen yang diukur dari nilai minimum

nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi atau  simpangan baku yang

merupakan perbedaan  nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya.


4.8.2 Pengujian Instrumen

Penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner dalam pengalaman

data, maka dari itu diperlukan uji kualitas data yang terdiri dari uji validasi dan

uji reliabilitas agar data yang diperoleh benar-benar valid dan reliabel.

1) Uji validitas

Penelitian ini menggunakan korelasi Pearson’s Product Moment. Jika

koefisien korelasi > 0,5 maka korelasi tersebut dianggap kuat melalui

masing-masing indicator yang telah ditetapkan. Sedangkan uji signifikansi

dengan probabilitas ≤ 0.05 berarti terdapat korelasi yang signifikan, dan

apabila probabilitas > 0,05 berarti tidak terdapat korelasi.

2) Uji Reabilitas

Penelitian ini menggunakan cara one shoot, artinya hanya ada satu kali

pengukuran dan hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pengujian

ini dilakukan dengan menghitung Cronbach’s Alpha Cieficient pada tiap

variabel. Pengujian ini dapat dikatakan reliabel atau andal apabila memiliki

koefisien lebih dari 0,70 dan apabila semakin mendekati 1,00 maka dapat

dikatakan semakin konsisten dan dapat dipercaya keandalannya (Ghozali.

2006:14).

4.8.3 Pengujian Asumsi Klasik

Uji ini dimaksud untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran

asumsi klasik dalam model regresi linier berganda. Penyimpangan terhdap

asumsi tersebut akan menghasilkan estimasi yang tidak sah. Uji yang akan

dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastistas dan uji multikolinearitas.


1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Jika tidak normal, maka prediksi yang dilakukan dengan

data tersebut tidak akan baik, atau dapat memberikan hasil prediksi yang

menyimpang. Pengujian dilakukan dengan uji one – sampel – Kolmogorov

– smirnov text. Data populasi dikatakan berdistribusi normal jika koefisien

Asymp. Sign (2tailed) lebih besar dari α = 0,05.

2) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah variabel yang akan

dioperasikan mempunyai lebih dari satu hubungan linear. Multikolinearitas

dapat dilihat dari nilai tolerance lebih dari 10% atau VF kurang adri 10,

maka tidak ada multikolinearitas.

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah data model regeresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas

jika suatu model regresi yang mengandung gejala heteroskedastisitas akan

memberikan hasil yang menyimpang. Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dilakukan uji glejser yaitu dengan meregresi nilai

absolute dari model yang destimasi terhadap variabel bebas tidak ada
signifikan secara statistik, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi

tidak terdapat heteroskedastisitas.

4.8.4 Pengujian Kelayakan Model

1) Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ghozali (2016:17) koefisien determinasi (R 2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0 (nol) dan 1

(satu). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel dependen. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2

pasti meningkat. Oleh karena itu, banyak penelitian menganjurkan

menggunakan Adjust R2 untuk data cross section relatif rendah. Pada

penelitian ini koefisien determinasi diukur dengan Adjust R2.

2) Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk menguji signifikan secara serempak atau

bersama-sama semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Adapun kriteria pengambilan yaitu jika probabilitas ≤ 0,05 semua variabel

independen yang dimasukan dalam model ini memiliki pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Gozahali, 2016:17)

3) Uji t
Uji T digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh  satu variabel

Independen secara parsial dalam menerangkan variasi variabel independen.

Adapun kriteria dalam pengujian, sebagai berikut:

a.  Menurut hipotesis

Ha : ρ≠0,  artinya  suatu to variabel independen secara parsial

berpengaruh terhadap variabel  dependen.

b. Menentukan tingkat keyakinan = 95% dan taraf nyata atau level of

significant  (α) = 5% (0,05)

b. Kriteria pengujian sebagai berikut:

Signifikansi ≤0,05 =h1 diterima atau h0 ditolak

Signifikansi > 0,05 =h0 diterima atau h1 ditolak

d. Koefisien regresi (β)

Koefisien regresi dari  tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk

hubungan antar variabel. Jika nilai koefisien regresi positif

menunjukkan hubungan positif antara variabel dan sebaliknya.

e.  Simpulan

Jika h0 diterima atau h1 ditolak berarti variabel bebas tidak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika h0

ditolak atau h1 diterima berarti variabel bebas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel terikat. 


Uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Gahozali,

2016:17). Adapun kriteria pengambilan keputusan adalah jika nilai signifikansi

≤ 0,05 berarti veriabel independen berpenagaruh terhadap variabel dependen

dan sebaliknya apabila nilai signifikansi > 0,05 berarti variabel independen

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

4.8.5 Teknik Moderated Regression Analysis (MRA)

Penelitian ini menggunakan metode analisis uji Moderated Regression

Analysisi (MRA). MRA atau uji interaksi merupakan aplikasi khusu regresi

linear berganda, dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur

interaksi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel

independensi auditor, time budget pressure¸ dan pengalaman kerja terhadap

kualitas audit. Model persamaan yang digunakan adalah :

KA = α + β1IA + β2TBP + β2PA + β4IA*PA + β5TBP*PA +ε

Keterangan :

KA : Kualitas audit (Variabel Dependen)

α : Konstangta

β1-β5 : Koefisien Regresi

IA : Independensi Auditor

TBP : Time Budget Pressure

PA : Pengalaman Auditor

ε : Eror

Anda mungkin juga menyukai