Oleh :
M.Rio Sugiharto
2013031030
2023
Judul Jurnal : Pengaruh Audit Tenure, Rotasi Audit, dan Fee Audit terhadap
Kualitas Audit
Kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor dalam menemukan salah saji
material dan mengungkapkan kesalahan tersebut, dimana dalam melaksanakan
tugasnya auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik
yang relevan (Novrilia et al., 2019). Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat
dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap
bebas tanpa memihak (independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik
profesi (Yolanda et al., 2019). Kesesuaian hasil audit dengan standar merupakan
kunci suatu keberhasilan atau menunjukan audit tersebut berkualitas atau tidak.
Kemampuan untuk memberikan jasa audit yang berkualitas sangat penting untuk
diperhatikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), audit yang efektif dan efisien
akan memberikan pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi. Hal yang dapat
mempengaruhi kualitas audit diantaranya :
Audit tenure merupakan lamanya perikatan yang terjadi atau dilakukan antara KAP
dengan kliennya hubungan yang lama antara auditor dan auditee dapat
membahayakan independensi auditor dan berpotensi menciptakan kedekatan yang
cukup erat yang dapat mengurangi kualitas audit. Hubungan yang lama antara
auditor dan auditee dapat membahayakan independensi auditor dan menciptakan
keakraban yang cukup untuk menurunkan kualitas audit. Hubungan yang singkat
antara auditor dan auditee juga menyebabkan auditor kesulitan untuk memahami
lingkup perusahaan.
Dalam hal ini audit tenure merupakan lamanya perikatan yang terjadi atau
dilakukan antara KAP dengan kliennya bahwa perikatan yang lama tidak selalu
mempengaruhi independensi auditor dan perikatan yang singkat juga tidak selalu
dapat menentukan keandalan kualitas audit, karena bisa saja auditor tidak punya
pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang perusahaan klien. Hubungan
yang lama antara auditor dan auditee berpotensi menciptakan kedekatan yang
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit.
Hubungan antara auditor dengan klien seharusnya mampu mengakomodasi kualitas
audit yang optimal. Masa perikatan yang terlalu singkat menyebabkan pengetahuan
spesifik tentang perusahaan klien masih sedikit sehingga kualitas audit rendah, dan
terlampau lama juga bisa menyebabkan turunnya independensi dan obyektivitas
akibat keakraban berlebihan antara kedua pihak (Permana et al., 2012).
Hal ini membuktikan bahwa semakin lama perikatan audit akan memperkuat
hubungan antara auditor dengan klien yang akan merusak independensi auditor,
sehingga auditor akan kurang cermat serta tidak hati-hati dalam melakukan
pemeriksaan yang menyebabkan turunnya kualitas audit.
Fee audit adalah imbalan dalam bentuk uang atau bentuk lainnya yang diberikan
kepada atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien atau pihak lain pada saat auditor bernegosiasi dengan manajemen mengenai
besaran fee yang harus dibayarkan terhadap hasil kerja laporan audit, maka
kemungkinan besar akan terjadi konsesi resiprokal yang akan mereduksi kualitas
laporan audit. Fee audit yang besar akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya
audit yang diperoleh akan memperluas prosedur audit sehingga kesalahan
perusahaan klien dapat terdeteksi.
Selain itu, fee audit dapat diartikan sebagai upah yang dibebankan oleh auditor
untuk pemeriksaan audit yang dilakukan, penentuan biaya audit didasarkan pada
kontrak sesuai dengan waktu yang dihabiskan untuk pemeriksaan, layanan yang
diperlukan, dan jumlah staf yang dibutuhkan (El-Gammal, 2012). Fee audit yang
tinggi, memungkinkan KAP untuk melaporkan prosedur audit dengan lebih rinci
dan lebih mendalam sehingga kualitas audit yang dihasilkan juga tinggi.
Kemampuan dan pengalaman auditing yang dimiliki oleh auditor juga
menyebabkan tingginya biaya audit yang ditetapkan. Besaran fee audit tidak bisa
menentukan apakah kualitas audit tersebut baik atau tidak, karena besaran fee audit
merupakan kesepakatan antara auditor dan klien. Menentukan fee audit merupakan
kesepakatan duabelah pihak yang berdasarkan beberapa pertimbangan seperti jam
kerja. Kompleksitas pekerjaan, tingkat keahlian, jumlah personel, dan tanggung
jawab yang melekat dan sebagainya (IAPI, 2016).
Judul Jurnal : Pengaruh Independensi, Kompetensi Dan Profesionalisme Terhadap
Kualitas Audit
Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik mengharuskan akuntan publik memperhatikan
kualitas audit yang dihasilkannya. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi, dimana sesuai dengan tanggung jawabnya untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, seorang akuntan
publik harus bersifat independen dalam melakukan pengauditan. Auditor harus
melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas laporan keuangan auditan. Kompetensi auditor adalah kualifikasi
yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Untuk
melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan
(umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta
memahami industri klien. Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman
yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi
penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan
dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari
sistem akuntansi yang mendasari, sehingga akan mempengaruhi kualitas audit yang
dihasilkan.
Profesionalisme merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan
publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit
yang memadai, Profesionalisme menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme
profesional dan keyakinan yang memadai. Masyarakat mempercayai laporan
keuangan jika auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya
(professional skepticism) dalam proses pelaksanaan audit. Auditor harus tetap
menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika
auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptis profesionalnya,
maka laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi.
Dilihat dari sudut pandang akuntan publik, audit akuntan adalah audit secara
objektif terhadap laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain
dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha Perusahaan. Setelah memahami
pengertian audit dan kualitas di atas dapat disimpulkan bahwa auditor bisa
mencerminkan informasi yang nyata (actual) apabila auditor memiliki kemampuan
kompentensi dan indepedensi sebagai ukuran kualitas audit. Kualitas audit diukur
dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Dan dipandang bahwa kualitas
audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi.
Audit merupakan tahapan mengumpulkan dan menilai bukti terkait informasi serta
memberikan apakah informasi yang disajikan telah sesuai standar yang sudah
ditetapkan. Seseorang yang melakukan audit tersebut dinamakan auditor. Auditor
bertugas memeriksa bukti-bukti transaksi terkait informasi yang ada dalam annual
report untuk dievaluasi kesesuaiannya dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.
Kualitas pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas judgment dan keputusan yang
diambil, sehingga keputusan atau pertimbangan yang dilakukan oleh auditor
sangatlah berpengaruh dalam pekerjaan yang dilakukan. Pertimbangan dan
keputusan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik dan begitu sebaliknya.
Audit judgment dari seorang auditor dapat dipengaruhi oleh faktor yang bersifat
teknis maupun non-teknis. Faktor pengalaman, pengetahuan, tekanan, kompleksitas
tugas maupun perilaku auditornya sendiri ketika mendapatkan dan mengevaluasi
informasi serta aspek perilaku individu lainnya yang merupakan faktor teknis dalam
mempengaruhi audit judgment. Faktor non-teknis seperti gender dapat
mempengaruhi audit judgment.
Kualitas audit menurut Mulyadi (2017) yaitu suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang
berkepentingan. Hal ini membuat kualitas audit menjadi sangat penting untuk
pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemilik perusahaan, investor maupun
pemenrintah. Dalam praktiknya masih saja terjadi berbagai macam kecurangan-
kecurangan yang dilakukan auditor eksternal.
Auditor eksternal adalah orang yang bekerja untuk memeriksa laporan keuangan
untuk memastikan laporan tersebut adalah laporan yang ‘benar dan layak’ (true and
fair) dari kinerja keuangan di masa lalu dan posisi keuangan pada saat ini. Auditor
eksternal juga memiliki tugas untuk melakukan sebuah evaluasi atas kinerja klien
apakah sudah sesuai prinsip yang sudah sesuai dan bertugas untuk memberikan
opini di akhir laporan keuangan.
Menurut Halim (2018). Auditor Independen adalah para praktisi individual atau
anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional kepada
klien. Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi
nirlaba, badan-badan pemerintah, maupun individu perseorangan. Auditor
independen juga sering disebut auditor eksternal..
Jumlah total indikator pengukuran yang telah digunakan dari tahun 2007 hingga
2022 adalah sejumlah 47 indikator pengukuran yaitu kompetensi, independensi,
moderasi etika auditor, pengalaman, due professional care, akuntabilitas, integritas,
objektifitas, profesionalisme, komitmen, time budget pressure, risiko audit,
kompleksitas audit, audit fee, etika auditor, motivasi auditor, tingkat pendidikan,
kepuasan kerja auditor, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, moderasi
tekanan klien, kompensasi, masa perikatan audit (audit tenur), perencanaan audit,
gaya kepemimpinan transformasional, locus of control, perilaku disfungsional,
skeptisisme profesional auditor, tekanan waktu, moderasi integritas auditor, beban
kerja, mediasi kepuasan kerja, gender, standar audit, moderasi kompetensi,
moderasi moral reasoning, kode etik profesi akuntan publik, kecerdasan spritual,
moderasi fee audit, pengetahuan auditor, moderasi skeptisme profesional auditor,
kelangsungan hidup usaha, bukti audit, electronic data processing audit, audit
capacity stress, audit delay, dan karakteristik personal auditor.
Berdasarkan indikator yang ada tersebut, dapat diketahui jika kualitas audit dalam
laporan keuangan dipengaruhi oleh indikator yang ada dari tahun 2007 hingga
2022. Dimana, kualitas audit adalah gabungan dari proses pemeriksaan sistematis
yang baik, yang sesuai dengan standar yang berlaku umum, dengan auditor's
judgement (skeptisme dan pertimbangan profesional) yang bermutu tinggi, yang
dipakai oleh auditor yang kompeten dan independen, dalam menerapkan proses
pemeriksaan tersebut untuk menghasilkan audit yang bermutu tinggi.
Penulis Jurnal : I Gusti Ayu Agung Sintia Utami dan Ni Putu Sri Harta Mimba
Cara paling umum bagi pemakai laporan keuangan untuk mendapatkan informasi
yang handal dan terhindar dari risiko informasi yang menyesatkan adalah melalui
audit laporan keuangan oleh auditor. Menurut Enofe et al. (2013) audit merupakan
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan yang dilakukan secara independen.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari audit ini juga harus memiliki kualitas yang
dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Arens et al. (2014) kualitas audit
merupakan proses untuk memastikan bahwa standar auditing yang berlaku umum
diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur pengendalian mutu khusus
yang membantu memenuhi standar-standar itu secara konsisten pada setiap
penugasan. Auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional dan teliti
agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas. Hasil kualitas audit
digunakan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan pengguna informasi
akuntansi sehingga dapat mengurangi risiko informasi yang tidak dipercaya dalam
laporan keuangan bagi pengguna keuangan khususnya investor (Mgbame et al.,
2012). Aronmwan et al. (2013) menyatakan bahwa kualitas yang dimiliki auditor
dapat dilihat jika dapat ditemukan adanya kesalahan saji dalam laporan keuangan
perusahaan.
Secara umum, kualitas audit adalah ukuran mutu yang dilakukan auditor yang
sudah sesuai dengan standar auditing dan sistem pengendalian mutu. Auditor harus
mempunyai kualitas audit yang memadai sehingga dapat mengurangi
ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham. Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi kualitas audit yaitu time budget pressure, audit
tenure, ukuran perusahaan dan spesialisasi auditor.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kualitas audit yaitu time budget
pressure, audit tenure, ukuran perusahaan dan spesialisasi auditor.
Time budget pressure atau tekanan anggara waktu yakni keadaan dimana
menunjukan bahwa auditor harus melaksanakan pemeriksaan dengan efisien sesuai
akan anggaran waktu yang sudah disusun (Hartanto, 2016). Auditor yang
mendapatkan time budget pressure yang besar akan memiliki kualitas audit yang
rendah sebaliknya jika auditor mendapatkan time budget pressure yang kecil maka
akan memiiki kualitas audit yang tinggi. Time budget pressure merupakan batas
waktu auditor yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Seorang auditor
jika tidak bisa memanfaatkan waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan tepat pada waktunya maka akan berpengaruh kepada
kualitas audit. Semakin tinggi tekanan anggaran waktu maka akan berpengaruh
terhadap penurunan kualitas audit.
Spesialisasi auditor dapat memberikan kualitas audit yang lebih tinggi daripada
auditor tanpa spesialisasi dalam industri tertentu. Menurut Solomon et al. (1999)
menemukan bahwa auditor spesialis biasanya lebih sedikit melakukan kesalahan
dibandingkan dengan auditor non spesialis, dimana auditor dengan peringkat
spesialis mampu untuk memulai dan menyelesaikan proses audit lebih cepat
dibanding dengan tidak spesialis. Penggunaan jasa auditor spesialis memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai bisnis klien yang sesuai dengan
spesialisasinya.
Judul Jurnal : Faktor Pendukung Penyajian Kembali Laporan Keuangan
Penulis Jurnal : Elfina Astrella Sambuaga. Chelsea Chen, Kristina Fransiska, dan
Jeanette Yovanka
Informasi keuangan yang berkualitas tinggi merupakan salah satu kunci utama
dalam menjamin efisiensi pasar karena informasi yang berkualitas akan mampu
memfasilitasi pengguna informasi dalam mengalokasi sumber daya secara efektif
dalam pasar modal. Laporan keuangan sebagai wadah utama informasi menjadi
elemen yang penting terkait pengungkapan informasi dari perusahaan. Tetapi pada
kenyataannya, informasi yang tersedia di dalam laporan keuangan tidak sesuai
dengan aspek-aspek kualitas informasi yang seharusnya, terutama dalam elemen
ketepatan waktu (timeliness). Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah terjadi kesalahan estimasi. Kesalahan estimasi dapat berujung pada
kualitas informasi yang rendah sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan
penyajian kembali atas laporan keuangan tersebut. Penyajian kembali laporan
keuangan merupakan kabar buruk bagi penanam modal ekuitas karena hal ini
memberikan indikasi bahwa informasi yang disajikan telah terdistorsi, tidak dapat
dipercaya, dan secara relatif mengandung kualitas yang rendah pula. Akibatnya,
pengembalian saham akan bergerak ke arah negatif dan menurunkan nilai
perusahaan.
Selain terjadinya kesalahan estimasi atau kesalahan pencatatan lainnya, faktor lain
yang mungkin memicu penyajian kembali laporan keuangan dapat terkait dengan
aktivitas bisnis perusahaan, contohnya merger dan akuisisi. Semakin rumit
permasalahan yang terlibat, maka akan semakin panjang pula jangka waktu yang
dibutuhkan untuk menyusun, menerbitkan, dan mendistribusi laporan keuangan
yang disajikan kembali. Dalam rangka meminimalisasi periode penyajian kembali,
maka dibutuhkan peran mekanisme pengawasan internal dan eksternal. Dalam hal
ini, auditor eksternal dianggap sebagai pengawas eksternal yang akan menjadi
mediator dengan maksud untuk meminimalisasi adanya ketidakselarasan informasi
yang terjadi antara pihak manajemen dan pihak pemangku kepentingan. Dengan
demikian, auditor eksternal dituntut untuk menerapkan kode etik yang ada dengan
tujuan untuk menjadi penengah yang bertindak secara netral.
Hal ini dikarenakan kualitas audit berbanding lurus dengan pengetahuan yang harus
auditor miliki dalam mengidentifikasi salah saji yang mungkin muncul secara
ekstensif yang kemudian akan mempercepat respons auditor terhadap salah saji
tersebut. Aspek utama dalam menilai kualitas sebuah informasi adalah timeliness
atau ketepatan waktu. Informasi harus tersedia ketika dibutuhkan agar bernilai bagi
tindakan di masa depan. Oleh karena itu, semakin tepat waktu sebuah laporan audit
diterbitkan, maka semakin tinggi pula kualitas durasi audit. Audit report lag kerap
dikaitkan dengan risiko audit yang dihadapi oleh auditor dan dianggap
merefleksikan upaya audit, sehingga audit report lag yang lebih pendek akan
mengindikasikan bahwa pelaksanaan prosedur audit kurang menyeluruh.
Ketika audit report lag dikaitkan dengan kualitas audit yang tinggi, maka dapat di.
Ditafsirkan bahwa auditor menerapkan prosedur audit dan professional due care
yang lebih tinggi, sehingga jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit akan
lebih panjang. Proses dan upaya audit yang tinggi ini pun menunjukkan bahwa
auditor telah berupaya melakukan evaluasi yang lebih jeli atas kepatuhan laporan
keuangan terhadap standar yang berlaku. Hal ini pun dapat mempersingkat periode
penyajian kembali laporan keuangan di masa mendatang. Otoritas Jasa Keuangan
menetapkan peraturan bahwa anggota komite audit harus memiliki keahlian serta
pengalaman di bidang finansial minimal satu orang. Dengan adanya pengalaman
serta pengetahuan di bidang finansial, maka diasumsikan bahwa komite audit
tersebut dapat membantu dalam proses pengawasan atas proses pelaporan keuangan
perusahaan tersebut dan ketika aspek ini dapat terwujud dan terselenggara secara
efektif, maka fungsi komite audit dalam mempersingkat periode penyajian kembali
laporan keuangan akan semakin maksimal.
Pergantian auditor secara wajib diatur melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia oleh pemerintah No.17/-PMK.01/2008 membahas terkait Jasa
Akuntan Publik yang diperbarui menjadi No.KEP- 86/BL/2011 yang berlaku mulai
28 Februari 2011 (Safriliana & Muawanah, 2019). Pergantian auditor dapat
dilakukan baik secara sukarela atas kedua belah pihak maupun secara wajib sesuai
dengan undang-undang yang telah diamanatkan oleh pemerintah. Perusahaan
cenderung mengganti auditor jika perusahaan menyajikan kembali karena
kesalahan saji dari waktu ke waktu, kesalahan akuntansi yang tidak terungkap
menciptakan insentif bagi perusahaan untuk secara khusus mencari auditor guna
lebih mungkin meyakinkan pemangku kepentingan dan mengamankan reputasi
perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak melakukan pergantian auditor maka
perusahaan menyatakan kembali dengan tata kelola yang kuat dibanding
perusahaan lain.
Kegiatan perusahaan mengganti auditor sesuai jangka waktu yang ditentukan oleh
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Jasa Akuntan Publik
No.17/-PMK.01/2008, Pasal 3 Ayat 1 tentang pemberian jasa audit umum dalam
peraturan ini, auditor dapat menjabat secara terus menerus selama enam tahun oleh
KAP dan oleh akuntan yang sama selama tiga tahun secara terus menerus (Lianto,
2017). Akuntan publik dan KAP dapat melakukan penugasan kembali berdasarkan
ketentuan Pasal 3 Ayat 2 jika mereka belum melakukan jasa audit untuk pelanggan
yang sama pada tahun buku sebelumnya (Safriliana & Muawanah, 2019). Setelah
satu tahun berlalu sejak audit umum terakhir atas pembukuan oleh KAP, KAP dapat
kembali mengaudit laporan keuangan klien yang sama berdasarkan ketentuan Pasal
3 ayat 3 (Soraya & Haridhi, 2017).
Pergantian auditor dapat terjadi secara voluntary dlakukan secara sukarela atas
kedua belah pihak dan bukan karena adanya peraturan yang wajib. Pergantian
auditor secara mandatory dilakukan secara peraturan yang wajib yang telah diatur
pemerintah. Faktor penyebab pergantian auditor secara sukarela dapat berasal dan
kedua sisi, yang pertama sisi klien seperti perubahan kepemilikan, manajemen yang
gagal, pertumbuhan perusahaan, dan lain-lain; dan yang kedua sisi auditor seperti
ukuran KAP opini auditor, biaya audit dan lain-lain. Jika auditor yang digunakan
sudah memahami dan mengetahui keadaan perusahaan, perusahaan cenderung akan
mengganti auditor. Perusahaan khawatir bahwa adanya auditor baru dapat
menemukan kelemahan dalam sistem akuntansi dan menilai rendah kualitas
perusahaan.
Tata kelola perusahaan sebagai suatu proses yang tentunya dilakukan secara
berkelanjutan dalam mengatur, mengendalikan, dan menilai kegiatan bisnis dalam
menciptakan nilai untuk pemegang saham. Tata kelola perusahaan merupakan
sebuah faktor yang mempengaruhi pergantian auditor dimana peningkatkan
efektivitas tata kelola perusahaan dengan menyediakan paket kompensasi yang
optimal, merencanakan tingkat struktur modal yang ideal, serta memastikan tingkat
profitabilitas perusahaan yang layak diperlukan untuk meminimalkan terjadinya
penyajian kembali keuangan.
Perusahaan berencana untuk beralih ke KAP baru yang lebih sesuai dengan
kebutuhannya, dengan asumsi bahwa pengguna dan pemangku kepentingan laporan
keuangan akan mendapat manfaat dan peralihan tersebut. Nilai dari besar kecilnya
KAP dapat menentukan kualitas layanan yang diberikan, KAP besar dinilai lebih
mampu menjaga kemandirian dan memiliki pengalaman dalam memberikan
berbagai layanan kepada klien dalam jumlah besar sehingga tidak bergantung pada
klien.
Selain itu, ketika terjadi pergantian manajemen, tidak jarang terjadi pergeseran
terkait prosedur pemilihan KAP. Manajemen baru bertugas mengidentifikasi KAP
yang konsisten dengan prosedur akuntansi dan pelaporannya sehingga dapat
memberikan pandangan yang dapat diterima oleh manajemen baru sehingga,
membutuhkan auditor yang berkualitas agar laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan mendapatkan penilaian yang baik dari para pemangku kepentingan, hal
ini dapat menyebabkan pergantian auditor jika manajemen baru menentukan bahwa
auditor sebelumnya tidak bertindak sesuai dengan peraturan perusahaan.
Judul Jurnal : Pengaruh Persepsi Akuntabilitas, Kompetensi, Profesionalisme,
Integritas dan Objektivitas Terhadap Persepsi Kualitas Audit
Penulis Jurnal : Astri Anggraini, Dedy Djefris, dan Anda Dwi Haryadi
Sumber Jurnal :
https://akuntansi.pnp.ac.id/jabei/index.php/jabei/article/view/92/39
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAKI (IAI, 2018) mendefenisikan
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa informasi
keuangan harus relevan dan merepresentasikan secara tepat apa yang akan
direpresentasikan agar informasi tersebut menjadi berguna. Kegunaan informasi
keuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut terbanding (comparable),
terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham (understandable).
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan, laporan keuangan yang
disajikan harus secara wajar. Dengan ini berarti laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan penyajian yang bersifat material dan penyajiannya harus sesuai dengan
standar pelaporan keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).
Audit sangat penting dilakukan bagi sebuah perusahaan dengan tujuan untuk
penilaian atau pemeriksaan kebenaran atas semua transaksi yang telah dibuat oleh
perusahaan yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan yang bersifat independen
dan tidak memihak kepada siapapun dalam. Perusahaan tersebut. Menurut Agoes
(2012) Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan seacara kritis, sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut. Berdasarkan Standar Audit (SA) 200, tujuan suatu audit adalah
untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju
melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan yang
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus memiliki mutu kompetensi yang
memadai, profesional yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus
dibidangnya. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik tahun 2011 (SA Seksi
150) menyebutkan pada standar umum pertama menyatakan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai seorang auditor, sedangkan pada standar umum ketiga
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Pandemi yang masih berlangsung hingga tahun 2021 membuat penggunaan teknik
audit jarak jauh menjadi tantangan besar bagi auditor dalam melaksanakan prosedur
audit. Di mana, auditor belum pernah dihadapkan oleh situasi pandemi dengan
berbagai keterbatasan. Penerapan work from home (WFH) membuat auditor tidak
bisa berkomunikasi secara langsung. Untuk menjaga kualitas audit, auditor harus
mulai berinovasi dan menggunakan teknik yang tepat untuk menghadapi tantangan
tersebut, terutama pada modifikasi metode pengumpulan bukti audit dan penilaian
risiko. Kebijakan yang diterapkan pemerintah menjadi tantangan bagi auditor
dalam melaksanakan audit. Pembatasan kegiatan seperti pertemuan tatap muka, dan
akses perjalanan membuat auditor mengalami kesulitan untuk melaksanakan audit
terutama dalam memperoleh bukti audit. Penerapan kebijakan tersebut
mempengaruhi pola prosedur audit auditor. Walaupun demikian, auditor tetap
dituntut untuk bisa mengumpulkan bukti audit yang akurat guna menunjang
pernyataan audit yang diberikan dan mempertahankan kualitas auditnya, kualitas
audit terdeteksi tidak konsisten akibat adanya Covid-19.
Upaya mendukung opini audit dengan adanya bukti yang tepat, auditor harus
mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memastikan integritasnya. Banyak
kemungkinan yang lebih besar muncul pada saat covid-19. Oleh sebab itu, auditor
harus lebih mempertajam skeptisismenya sehingga mereka bisa memperkirakan
salah saji yang disebabkan adanya kesalahan atau kecurangan.
1. Perencanaan
Auditor memberikan penjelasan kepada klien mengenai proses audit jarak
jauh melalui media sosial, seperti video conference.
2. Pengumpulan dokumen audit
Pada audit jarak jauh pengumpulan dokumen dilakukan secara virtual. Di
mana, klien bisa menyiapkan dan menggunggah dokumen ke dalam gdrive
maupun e-mail untuk diserahkan kepada auditor guna proses pemeriksaan.
3. Pemeriksaan Lapangan
Pada pemeriksaan lapangan, auditor bisa menggunakan teknologi two-way
smart glasses berbasis android. Auditor bisa memberikan arahan kepada
klien untuk membuat video di lokasi pemeriksaan.
4. Konfirmasi
Proses konfirmasi ke pihak klien bisa dilakukan menggunakan teknologi
video conference seperti Zoom, Google meets, Webex, Skype, dan
sebagainya.
5. Penutupan
Tahap terakhir adalah penutupan. Di mana, auditor menyampaikan temuan
hasil audit kepada klien untuk disepakati bersama. Setelah kedua belah
pihak bersepakat, maka auditor akan menerbitkan Laporan Hasil Audit.
Audit quality yang baik akan memberikan konsekuensi bagi auditee. Salah satu
bentuk konsekuensi tersebut adalah auditee satisfaction, dalam hal ini auditee
satisfaction sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Audit quality sebagai pasar yang
menilai kemungkinan bahwa auditor akan memberikan a) penemuan mengenai
suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; dan b) adanya pelanggaran dalam
pencatatannya.
Pada lingkungan audit, auditee sebagai pengguna jasa juga memberikan penilaian
terhadap prilaku atau sikap yang diperlihatkan oleh auditor. Namun penilaian
tersebut terkait dengan persepsi masing-masing auditee dan menghasilkan
kesimpulan berupa audit quality dan auditee satisfaction terhadap kinerja dari
auditor dalam pelaksanaan pemeriksaan atau audit. Dalam pelaksanaan audit harus
memperhatikan faktor- faktor berikut: 1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur
dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk
mengevaluasi informasi tersebut, 2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu
yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor, 3)
Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk
memenuhi tujuan audit, 4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan
serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.
Parasuraman (1985) dalam Glynn dan Barnes (1996) mengungkapkan bahwa “ada
dua atribut utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan
perceived service”. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan
yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa
yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas. Yang ideal. Sebaliknya jika kualitas jasa yang diperoleh lebih
rendah maka kualitas jasa buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten.
Perbedaan sektor pemerintah dengan private sector terletak pada beberapa hal,
termasuk sifat operasinya, akuntansinya, dan pelaporan keuangannya. Unit
pemerintahan berbeda dari private sector/organisasi komersil, contohnya:
ketiadaan motif mencari untung, kepemilikan kolektif dari para konstituen (rakyat
adalah pemilik), yang tidak berbagi secara proporsional dalam penyediaan barang
atau jasa bagi pemerintah karena danya proses politik yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
Carcello et al. (1992) meringkas 12 atribut kualitas atribut dari 41 komposit atribut
audit quality, dan menunjukkan bahwa karakteristik yang melekat pada tim audit
lebih penting daripada karakteristik KAP. Pada studi ini Carcello merangking
berdasarkan perbandingan persepsi dari auditors, preparers dan users untuk
membentuk komponen audit quality. 12 atribut audit quality tersebut yaitu:
experience, industry expertise, responsivenes, compliance, independence,
professional care, ommitment. Executive involvement, conduct of audit field work,
involvement of audit committee, member characteristics, dan skeptical attitude.
Selanjutnya Samelson et al. (2006) menguji faktor-faktor penentu audit quality dan
auditee satisfaction di pemerintahan lokal, dengan mengeluarkan variabel
involvement of audit committee, karena jarang ditemukan pada pemerintahan lokal
diantaranya:
Commitment lebih terfokus pada nilai-nilai pribadi auditor, sehingga auditee tidak
dapat menilai apakah komitmen seorang auditor sudah seperti seharusnya atau
belum. Karena komitmen dari auditor tidak menjadi salah satu objek pemeriksaan
auditee.