Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PROJECT MANDIRI

PORTOFOLIO ANOTASI JURNAL AUDITING

Mata Kuliah : Pemeriksaan Akuntansi

Dosen Pengampu : Dr. Pujiati, M.Pd.

Oleh :

M.Rio Sugiharto

2013031030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENDIDIKAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2023
Judul Jurnal : Pengaruh Audit Tenure, Rotasi Audit, dan Fee Audit terhadap
Kualitas Audit

Jenis Jurnal : Jurnal Eksplorasi Akuntansi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 5, No 1, Hal 370-384

Penulis Jurnal : Tasya Hervia Dewita dan Erinos NR

Tahun Terbit : 2022

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.24036/jea.v5i1.627

Laporan keuangan adalah salah satu bentuk pertanggung-jawaban manajer kepada


pihak eksternal yaitu investor atau kreditor, sedangkan bagi investor laporan
keuangan merupakan sarana untuk menilai kinerja manajer, dan bagi kreditor
sebagai bahan pertimbangan untuk menyetujui pinjaman yang diajukan oleh
perusahaan. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pihak eksternal tersebut,
maka dibutuhkannya pihak ketiga yang independen yaitu akuntan publik yang
berperan sebagai auditor. Auditor diperlukan untuk mencegah adanya asimetri
informasi, dan meyakinkan stakeholder bahwa tidak terjadi moral hazard dalam
aktivitas manajemen, dan sebagai pihak ketiga yang melakukan pemeriksaan
(Permana et al., 2012).

Kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor dalam menemukan salah saji
material dan mengungkapkan kesalahan tersebut, dimana dalam melaksanakan
tugasnya auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik
yang relevan (Novrilia et al., 2019). Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat
dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap
bebas tanpa memihak (independen), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik
profesi (Yolanda et al., 2019). Kesesuaian hasil audit dengan standar merupakan
kunci suatu keberhasilan atau menunjukan audit tersebut berkualitas atau tidak.
Kemampuan untuk memberikan jasa audit yang berkualitas sangat penting untuk
diperhatikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP), audit yang efektif dan efisien
akan memberikan pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi. Hal yang dapat
mempengaruhi kualitas audit diantaranya :
Audit tenure merupakan lamanya perikatan yang terjadi atau dilakukan antara KAP
dengan kliennya hubungan yang lama antara auditor dan auditee dapat
membahayakan independensi auditor dan berpotensi menciptakan kedekatan yang
cukup erat yang dapat mengurangi kualitas audit. Hubungan yang lama antara
auditor dan auditee dapat membahayakan independensi auditor dan menciptakan
keakraban yang cukup untuk menurunkan kualitas audit. Hubungan yang singkat
antara auditor dan auditee juga menyebabkan auditor kesulitan untuk memahami
lingkup perusahaan.

Dalam hal ini audit tenure merupakan lamanya perikatan yang terjadi atau
dilakukan antara KAP dengan kliennya bahwa perikatan yang lama tidak selalu
mempengaruhi independensi auditor dan perikatan yang singkat juga tidak selalu
dapat menentukan keandalan kualitas audit, karena bisa saja auditor tidak punya
pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang perusahaan klien. Hubungan
yang lama antara auditor dan auditee berpotensi menciptakan kedekatan yang
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit.
Hubungan antara auditor dengan klien seharusnya mampu mengakomodasi kualitas
audit yang optimal. Masa perikatan yang terlalu singkat menyebabkan pengetahuan
spesifik tentang perusahaan klien masih sedikit sehingga kualitas audit rendah, dan
terlampau lama juga bisa menyebabkan turunnya independensi dan obyektivitas
akibat keakraban berlebihan antara kedua pihak (Permana et al., 2012).

Hal ini membuktikan bahwa semakin lama perikatan audit akan memperkuat
hubungan antara auditor dengan klien yang akan merusak independensi auditor,
sehingga auditor akan kurang cermat serta tidak hati-hati dalam melakukan
pemeriksaan yang menyebabkan turunnya kualitas audit.

Rotasi audit merupakan pergantian akuntan publik dimana akuntan publik di


Indonesia hanya dapat mengaudit laporan keuangan perusahaan maksimal tiga
tahun berturut-turut (Fierda et al., 2015). Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 Tentang Jasa Akuntan Publik menyatakan
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh
KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Ketika terjadinya pergantian auditor, maka auditor yang baru perlu waktu untuk
memahami keadaan perusahaan klien dan pemahaman auditor yang masih rendah
terhadap resiko perusahaan klien sehingga menurunkan kualitas audit. Rotasi audit
yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya
kedekatan antara auditor dan klien sehingga dapat menghasilkan kualitas audit yang
lebih baik, namun apabila perusahaan sering melakukan rotasi audit juga. Akan
menyebabkan turunnya kualitas auditnya karena auditor harus beradaptasi kembali
dengan lingkup baru dan pemahaman seorang auditor terhadap kliennya masih
minim.

Fee audit adalah imbalan dalam bentuk uang atau bentuk lainnya yang diberikan
kepada atau diterima dari klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari
klien atau pihak lain pada saat auditor bernegosiasi dengan manajemen mengenai
besaran fee yang harus dibayarkan terhadap hasil kerja laporan audit, maka
kemungkinan besar akan terjadi konsesi resiprokal yang akan mereduksi kualitas
laporan audit. Fee audit yang besar akan meningkatkan kualitas audit, karena biaya
audit yang diperoleh akan memperluas prosedur audit sehingga kesalahan
perusahaan klien dapat terdeteksi.

Selain itu, fee audit dapat diartikan sebagai upah yang dibebankan oleh auditor
untuk pemeriksaan audit yang dilakukan, penentuan biaya audit didasarkan pada
kontrak sesuai dengan waktu yang dihabiskan untuk pemeriksaan, layanan yang
diperlukan, dan jumlah staf yang dibutuhkan (El-Gammal, 2012). Fee audit yang
tinggi, memungkinkan KAP untuk melaporkan prosedur audit dengan lebih rinci
dan lebih mendalam sehingga kualitas audit yang dihasilkan juga tinggi.
Kemampuan dan pengalaman auditing yang dimiliki oleh auditor juga
menyebabkan tingginya biaya audit yang ditetapkan. Besaran fee audit tidak bisa
menentukan apakah kualitas audit tersebut baik atau tidak, karena besaran fee audit
merupakan kesepakatan antara auditor dan klien. Menentukan fee audit merupakan
kesepakatan duabelah pihak yang berdasarkan beberapa pertimbangan seperti jam
kerja. Kompleksitas pekerjaan, tingkat keahlian, jumlah personel, dan tanggung
jawab yang melekat dan sebagainya (IAPI, 2016).
Judul Jurnal : Pengaruh Independensi, Kompetensi Dan Profesionalisme Terhadap
Kualitas Audit

Jenis Jurnal : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol 1, No 4, Hal 56-59

Penulis Jurnal : Mikhail Edwin Nugraha

Tahun Terbit : 2012

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.33508/jima.v1i4.247

Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya
yang diberikan oleh akuntan publik mengharuskan akuntan publik memperhatikan
kualitas audit yang dihasilkannya. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu
kompetensi dan independensi, dimana sesuai dengan tanggung jawabnya untuk
menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan, seorang akuntan
publik harus bersifat independen dalam melakukan pengauditan. Auditor harus
melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan
pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas laporan keuangan auditan. Kompetensi auditor adalah kualifikasi
yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Untuk
melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan
(umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan akuntansi serta
memahami industri klien. Auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman
yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi
penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan
dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari
sistem akuntansi yang mendasari, sehingga akan mempengaruhi kualitas audit yang
dihasilkan.

Independensi merupakan salah satu karakter yang sangat penting dalam


pemeriksaan akuntansi. Auditor merupakan pihak independen yang terlepas dari
kepentingan klien maupun pihak lain yang berkepentingan dengan laporan
keuangan supaya tidak dapat dipengaruhi oleh pihak siapapun. Jika seorang auditor
bersikap independen, maka ia akan memberi penilaian yang senyatanya terhadap
laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak
manapun. Penilaiannya akan mencerminkan kondisi yang sebenarnya dari sebuah
perusahaan yang diperiksa. Dengan demikian maka jaminan atas keandalan laporan
yang diberikan oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang
berkepentingan. Semakin tinggi tingkat independensi yang di terapkan oleh auditor
maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Kompetensi
berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari
pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar, simposium. Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh
auditor untuk melaksanakan audit dengan benar. Dalam melakukan audit, seorang
auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta
keahlian khusus di bidangnya.

Sementara kualitas audit berhubungan dengan kemungkinan auditor untuk


menemukan dan menentukan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi
klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam
melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan
kode etik akuntan publik yang relevan. Seorang auditor yang memiliki pengetahuan
dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai
masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan
yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya. Dalam melakukan audit
pastinya seorang auditor harus memiliki profesionalisme, karena hal tersebut adalah
suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh auditor. Jika auditor tidak
memiliki profesionalisme, maka bisa saja ia melakukan suatu kecurangan juga
bersama pihak-pihak yang memiliki kecurangan.

Profesionalisme merupakan hal yang penting yang harus diterapkan setiap akuntan
publik dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai kualitas audit
yang memadai, Profesionalisme menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme
profesional dan keyakinan yang memadai. Masyarakat mempercayai laporan
keuangan jika auditor telah menggunakan sikap skeptis profesionalnya
(professional skepticism) dalam proses pelaksanaan audit. Auditor harus tetap
menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika
auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptis profesionalnya,
maka laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi.

Dilihat dari sudut pandang akuntan publik, audit akuntan adalah audit secara
objektif terhadap laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain
dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha Perusahaan. Setelah memahami
pengertian audit dan kualitas di atas dapat disimpulkan bahwa auditor bisa
mencerminkan informasi yang nyata (actual) apabila auditor memiliki kemampuan
kompentensi dan indepedensi sebagai ukuran kualitas audit. Kualitas audit diukur
dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Dan dipandang bahwa kualitas
audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi.

Sebagai profesional, auditor mengakui tanggung jawabnya terhadap masyarakat,


terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi, termasuk untuk berperilaku yang
terhormat, sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi. Pengabdian pada profesi
dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan
kecakapan yang dimiliki.

Untuk mewujudkan Profesionalisme auditor, dilakukan beberapa cara antara lain


pengendalian mutu auditor, review oleh sesama auditor, pendidikan profesi
berkelanjutan, meningkatkan ketaatan terhadap hukum yang berlaku dan taat
terhadap kode perilaku profesional. IAI berwenang menetapkan standar (yang
merupakan pedoman) dan aturan yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota
termasuk setiap kantor akuntan publik lain yang beroperasi sebagai auditor
independen. Persyaratan-persyaratan ini dirumuskan oleh komite-komite yang
dibentuk oleh IAI dan berwenang menetapkan standar dan memuat aturan yang bisa
meningkatkan perilaku prefesional seorang auditor.
Judul Jurnal : Determinan Audit Judgement pada Auditor Pemerintah

Jenis Jurnal : Jurnal Audit dan Akuntansi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 12, No. 1, Hal 27-36

Penulis Jurnal : Hernawan Harsono, Syarif M Helmi, dan Leonardus Acon

Tahun Terbit : 2023

Sumber Jurnal : http://dx.doi.org/10.26418/jaakfe.v12i1.62696

Audit merupakan tahapan mengumpulkan dan menilai bukti terkait informasi serta
memberikan apakah informasi yang disajikan telah sesuai standar yang sudah
ditetapkan. Seseorang yang melakukan audit tersebut dinamakan auditor. Auditor
bertugas memeriksa bukti-bukti transaksi terkait informasi yang ada dalam annual
report untuk dievaluasi kesesuaiannya dengan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.

Dalam pengauditan, auditor menggunakan judgement dan memberikan pendapat


terhadap laporan keuangan yang diperiksanya. Keputusan yang diambil oleh
seorang auditor adalah pengertian dari audit judgment. Audit judgment merupakan
penilaian secara objektif terhadap informasi atas bukti audit yang diterima serta
disebabkan oleh aspek individu seorang auditor dan akan memperoleh hasil
keputusan informasi yang diperoleh sebelumnya.

Kualitas pekerjaan auditor dapat dilihat dari kualitas judgment dan keputusan yang
diambil, sehingga keputusan atau pertimbangan yang dilakukan oleh auditor
sangatlah berpengaruh dalam pekerjaan yang dilakukan. Pertimbangan dan
keputusan yang baik akan menghasilkan kualitas yang baik dan begitu sebaliknya.

Judgment merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh auditor dalam


melaksanakan tugasnya terutama dalam mengaudit laporan keuangan. Judgment
tersebut tergantung pada perolehan bukti dan pengembangan bukti tersebut
sehingga menghasilkan keyakinan yang muncul dari kemampuan auditor dalam
menjelaskan bukti-bukti yang diuraikan. Semakin handal judgment yang diambil
oleh auditor maka semakin handal pula opini audit yang dikeluarkan oleh auditor.
Dalam penetapan opini, audit judgment berperan penting. Audit judgment
merupakan suatu pertimbangan atau keputusan atas persepsi dan hasil dalam
menanggapi informasi yang diperoleh dalam menjalankan tugasnya ditambah
dengan faktor-faktor dari dalam diri seorang auditor, sehingga menghasilkan suatu
penilaian yang digunakan oleh auditor. Proses judgment tergantung pada
kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan
hanya mempengaruhi pilihan tetapi juga mempengaruhi cara pilihan tersebut
dibuat. Audit judgment diperlukan pada saat berhadapan dengan ketidakpastian dan
keterbatasan informasi maupun data yang didapat, dimana pemeriksa dituntut untuk
bisa membuat asumsi yang bisa digunakan untuk membuat judgment dan
mengevaluasi judgment. Audit judgment adalah kebijakan auditor dalam
menentukan pendapat mengenai hasil audit yang mengacu pada pembentukan suatu
gagasan, pendapat atau perkiraan mengenai suatu objek, peristiwa, status atau jenis
peristiwa lainnya.

Audit judgment dari seorang auditor dapat dipengaruhi oleh faktor yang bersifat
teknis maupun non-teknis. Faktor pengalaman, pengetahuan, tekanan, kompleksitas
tugas maupun perilaku auditornya sendiri ketika mendapatkan dan mengevaluasi
informasi serta aspek perilaku individu lainnya yang merupakan faktor teknis dalam
mempengaruhi audit judgment. Faktor non-teknis seperti gender dapat
mempengaruhi audit judgment.

Pengalaman audit merupakan faktor yang mempengaruhi judgment seorang


auditor. Pada umumnya sebuah pengalaman akan membuat kinerja seseorang
menjadi lebih baik. Semakin banyak pengalaman seorang auditor, maka dalam
membuat judgment atas hasil auditnya juga cenderung akan lebih tepat dan baik.
Pengalaman auditor memiliki peran dalam penentuan pertimbangan yang akan
diambil oleh auditor dengan pengalaman auditor yang tidak sedikit, maka kinerja
auditor tersebut akan lebih baik. Judgment yang dibuat auditor akan dipengaruhi
oleh pengalaman yang dimilikinya, pengalaman yang dimiliki auditor bisa ditelaah
dari sisi masa waktu, beragamnya tugas serta jenis perusahaan yang diatasi.
Keputusan auditor yang sudah berpengalaman umumnya lebih baik dibandingkan
auditor dengan sedikit pengalaman.
Faktor lain yang mempengaruhi judgment seorang auditor ialah keahlian yang
dimiliki oleh auditor tersebut. Keahlian audit adalah keahlian yang berkaitan
dengan tugas pemeriksaan dan menguasai masalah yang diperiksa oleh auditor
tersebut maupun memiliki pengetahuan sebagai dasar untuk mendukung tugas
audit. Dengan keahlian yang dimiliki auditor maka akan membuat auditor lebih
aktif ketika dihadapkan dengan tugas audit. Auditor melakukan pengolahan
informasi yang relevan serta dapat berinteraksi antar sesama rekan seprofesi auditor
sehingga hal tersebut menjadi penunjang dalam pemberian judgment yang tepat
guna menentukan kualitas audit dan opini audit dari seorang auditor.

Agar bisa mendeteksi kecurangan yang berpengaruh pada pembuatan judgment


oleh auditor, pada saat melaksanakan pemeriksaaan, auditor diharapkan
mempunyai keahlian bersamaan dengan kemampuan yang tinggi (Gracea, et al,
2017). Dalam Paragraph 11 Standar Pemeriksaan Pernyataan Nomor 01 Tentang
Standar Umum disebutkan bahwa keahlian dibidang akuntansi serta auditing,
pemahaman terhadap prinsip akuntansi berlaku umum yang dipakai oleh unit yang
diperiksa dan memiliki sertifikasi merupakan keahlian yang diperlukan oleh
seorang auditor dalam pemeriksaan.
Judul Jurnal : Meta Analisis: Kualitas Audit berdasarkan Persepsi Auditor Eksternal
Indonesia Periode 2007-2022

Jenis Jurnal : Jurnal Ekonomi dan Ekonomi Syariah

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 6, No. 1, Hal 1074-1089

Penulis Jurnal : Astro Yudha Kertarajasa

Tahun Terbit : 2023

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.36778/jesya.v6i1.1157

Kualitas audit menurut Mulyadi (2017) yaitu suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomis, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasil kepada pemakai yang
berkepentingan. Hal ini membuat kualitas audit menjadi sangat penting untuk
pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemilik perusahaan, investor maupun
pemenrintah. Dalam praktiknya masih saja terjadi berbagai macam kecurangan-
kecurangan yang dilakukan auditor eksternal.

Sering kali dijumpai kecurangan kecurangan yang dilakukan auditor eksternal


(akuntan publik) di dalam negeri membuka wawasan warga negara Indonesia
mengenai bagaimana entitas yang diperiksa melakukan suap untuk mendapatkan
hasil audit yang baik. Kepentingan yang berbeda antar pelaku bisnis dengan
manajemen membuat kualitas audit menjadi tidak mudah untuk dilakukan.
Manajemen perusahaan maupun pemerintahan memerlukan jasa auditor eksternal
agar pertanggungjawaban keuangan yang disajikan kepada pihak luar dapat
dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga untuk
memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen
perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan-keputusan yang diambil.

Auditor eksternal adalah orang yang bekerja untuk memeriksa laporan keuangan
untuk memastikan laporan tersebut adalah laporan yang ‘benar dan layak’ (true and
fair) dari kinerja keuangan di masa lalu dan posisi keuangan pada saat ini. Auditor
eksternal juga memiliki tugas untuk melakukan sebuah evaluasi atas kinerja klien
apakah sudah sesuai prinsip yang sudah sesuai dan bertugas untuk memberikan
opini di akhir laporan keuangan.

Auditor Eksternal mempunyai akuntabilitas ke pemilik sebuah saham dan


berkewajiban kepada perusahaan untuk melakukan pekerjaan audit secara
profesional. Auditor eksternal idealnya harus direkomendasikan oleh komite audit
yang independen dan auditor eksternal tersebut kemudian ditunjuk oleh dewan atau
pemilik saham sebagai praktik tata kelola yang baik sebagai klarifikasi bahwa
auditor eksternal mempunyai akuntabilitas kepada pemegang saham tersebut.

Menurut Halim (2018). Auditor Independen adalah para praktisi individual atau
anggota kantor akuntan publik yang memberikan jasa auditing professional kepada
klien. Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi
nirlaba, badan-badan pemerintah, maupun individu perseorangan. Auditor
independen juga sering disebut auditor eksternal..

Jasa auditor bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan


dan menjaga kualitas audit. Oleh karena itu, audit memainkan peran penting sebagai
mekanisme tata kelola perusahaan eksternal dan tata kelola audit tersebut.

Jumlah total indikator pengukuran yang telah digunakan dari tahun 2007 hingga
2022 adalah sejumlah 47 indikator pengukuran yaitu kompetensi, independensi,
moderasi etika auditor, pengalaman, due professional care, akuntabilitas, integritas,
objektifitas, profesionalisme, komitmen, time budget pressure, risiko audit,
kompleksitas audit, audit fee, etika auditor, motivasi auditor, tingkat pendidikan,
kepuasan kerja auditor, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, moderasi
tekanan klien, kompensasi, masa perikatan audit (audit tenur), perencanaan audit,
gaya kepemimpinan transformasional, locus of control, perilaku disfungsional,
skeptisisme profesional auditor, tekanan waktu, moderasi integritas auditor, beban
kerja, mediasi kepuasan kerja, gender, standar audit, moderasi kompetensi,
moderasi moral reasoning, kode etik profesi akuntan publik, kecerdasan spritual,
moderasi fee audit, pengetahuan auditor, moderasi skeptisme profesional auditor,
kelangsungan hidup usaha, bukti audit, electronic data processing audit, audit
capacity stress, audit delay, dan karakteristik personal auditor.
Berdasarkan indikator yang ada tersebut, dapat diketahui jika kualitas audit dalam
laporan keuangan dipengaruhi oleh indikator yang ada dari tahun 2007 hingga
2022. Dimana, kualitas audit adalah gabungan dari proses pemeriksaan sistematis
yang baik, yang sesuai dengan standar yang berlaku umum, dengan auditor's
judgement (skeptisme dan pertimbangan profesional) yang bermutu tinggi, yang
dipakai oleh auditor yang kompeten dan independen, dalam menerapkan proses
pemeriksaan tersebut untuk menghasilkan audit yang bermutu tinggi.

Kualitas audit dapat diartikan sebagai kemungkinan bahwa auditor akan


menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien. Temuan
pelanggaran mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian
auditor, Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor
untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada
independensi yang dimiliki auditor tersebut.
Judul Jurnal : Time Budget Pressure, Audit Tenure, Ukuran Perusahaan,
Spesialisasi Auditor, dan Kualitas Audit

Jenis Jurnal : Jurnal Akuntansi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 33, No. 3, Hal 664-676

Penulis Jurnal : I Gusti Ayu Agung Sintia Utami dan Ni Putu Sri Harta Mimba

Tahun Terbit : 2023

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.24843/EJA.2023.v33.i03.p06

Cara paling umum bagi pemakai laporan keuangan untuk mendapatkan informasi
yang handal dan terhindar dari risiko informasi yang menyesatkan adalah melalui
audit laporan keuangan oleh auditor. Menurut Enofe et al. (2013) audit merupakan
pemeriksaan laporan keuangan perusahaan yang dilakukan secara independen.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari audit ini juga harus memiliki kualitas yang
dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Arens et al. (2014) kualitas audit
merupakan proses untuk memastikan bahwa standar auditing yang berlaku umum
diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur pengendalian mutu khusus
yang membantu memenuhi standar-standar itu secara konsisten pada setiap
penugasan. Auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional dan teliti
agar laporan audit yang dihasilkan auditor berkualitas. Hasil kualitas audit
digunakan untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan pengguna informasi
akuntansi sehingga dapat mengurangi risiko informasi yang tidak dipercaya dalam
laporan keuangan bagi pengguna keuangan khususnya investor (Mgbame et al.,
2012). Aronmwan et al. (2013) menyatakan bahwa kualitas yang dimiliki auditor
dapat dilihat jika dapat ditemukan adanya kesalahan saji dalam laporan keuangan
perusahaan.

Secara umum, kualitas audit adalah ukuran mutu yang dilakukan auditor yang
sudah sesuai dengan standar auditing dan sistem pengendalian mutu. Auditor harus
mempunyai kualitas audit yang memadai sehingga dapat mengurangi
ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan pemegang saham. Terdapat
beberapa faktor yang memengaruhi kualitas audit yaitu time budget pressure, audit
tenure, ukuran perusahaan dan spesialisasi auditor.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kualitas audit yaitu time budget
pressure, audit tenure, ukuran perusahaan dan spesialisasi auditor.

Time budget pressure atau tekanan anggara waktu yakni keadaan dimana
menunjukan bahwa auditor harus melaksanakan pemeriksaan dengan efisien sesuai
akan anggaran waktu yang sudah disusun (Hartanto, 2016). Auditor yang
mendapatkan time budget pressure yang besar akan memiliki kualitas audit yang
rendah sebaliknya jika auditor mendapatkan time budget pressure yang kecil maka
akan memiiki kualitas audit yang tinggi. Time budget pressure merupakan batas
waktu auditor yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Seorang auditor
jika tidak bisa memanfaatkan waktu yang telah ditentukan untuk menyelesaikan
tugas yang telah diberikan tepat pada waktunya maka akan berpengaruh kepada
kualitas audit. Semakin tinggi tekanan anggaran waktu maka akan berpengaruh
terhadap penurunan kualitas audit.

Audit tenure merupakan masa perikatan (keterlibatan) diantara Kantor Akuntan


Publik (KAP) dengan klien (perusahaan) sehubungan dengan pemberian jasa audit
yang telah disepakati atau secara umum dapat juga diartikan sebagai jangka waktu
hubungan antara auditor dengan kliennya. Menurut Peraturan Menteri Keuangan
No. 17/PMK.01/2008, menyebutkan bahwa pemberian jasa umum laporan
keuangan bagi klien dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama untuk 6
(enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama
untuk 3 tahun buku berturut-turut. Lamanya masa perikatan yang terjalin antara
auditor dan perusahaan maka akan berdampak pada menurunnya kualitas audit hal
ini disebabkan karena auditor telah memiliki hubungan emosional yang erat
sehingga terjalin keakraban yang memungkinkan menurunnya independensi
auditor sehingga berbagai kecurangan perusahaan dapat dimanipulasi oleh auditor
sehingga kualitas audit yang dihasilkan dapat menurunkan kepercayaan pengguna
laporan keuangan.

Ukuran perusahaan merupakan suatu pengukuran yang dikelompokkan


berdasarkan besar kecilnya perusahaan dan dapat menggambarkan kegiatan
operasional perusahaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan (Mahdiana &
Amin, 2020). Peningkatan ukuran perusahaan, memungkinan terjadinya
peningkatan jumlah konflik dan mengakibatkan meningkatnya keinginan untuk
membedakan kualitas auditor (Nasser et al., 2006). Ballesta & Garcia-Meca, (2005)
berpendapat bahwa perusahaan besar mempunyai manajemen yang lebih baik
dalam mengelola perusahaan dan berkemampuan menghasilkan laporan keuangan
yang berkualitas jika dibandingkan perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan merupakan suatu pengukuran yang dikelompokkan


berdasarkan besar kecilnya perusahaan dan dapat menggambarkan kegiatan
operasional perusahaan dan pendapatan yang diperoleh perusahaan dimana,
semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi kualitas audit, karena
besarnya suatu ukuran perusahaan cenderung akan menggunakan jasa auditor yang
telah memiliki pengalaman, hal ini akan mempengaruhi kualitas audit yang
diberikan oleh auditor.

Spesialisasi auditor dapat memberikan kualitas audit yang lebih tinggi daripada
auditor tanpa spesialisasi dalam industri tertentu. Menurut Solomon et al. (1999)
menemukan bahwa auditor spesialis biasanya lebih sedikit melakukan kesalahan
dibandingkan dengan auditor non spesialis, dimana auditor dengan peringkat
spesialis mampu untuk memulai dan menyelesaikan proses audit lebih cepat
dibanding dengan tidak spesialis. Penggunaan jasa auditor spesialis memiliki
pemahaman yang lebih baik mengenai bisnis klien yang sesuai dengan
spesialisasinya.
Judul Jurnal : Faktor Pendukung Penyajian Kembali Laporan Keuangan

Jenis Jurnal : Jurnal Bisnis dan Akuntansi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 23, No. 2, Hal. 203-216

Penulis Jurnal : Elfina Astrella Sambuaga. Chelsea Chen, Kristina Fransiska, dan
Jeanette Yovanka

Tahun Terbit : 2021

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.34208/jba.v23i2.806

Informasi keuangan yang berkualitas tinggi merupakan salah satu kunci utama
dalam menjamin efisiensi pasar karena informasi yang berkualitas akan mampu
memfasilitasi pengguna informasi dalam mengalokasi sumber daya secara efektif
dalam pasar modal. Laporan keuangan sebagai wadah utama informasi menjadi
elemen yang penting terkait pengungkapan informasi dari perusahaan. Tetapi pada
kenyataannya, informasi yang tersedia di dalam laporan keuangan tidak sesuai
dengan aspek-aspek kualitas informasi yang seharusnya, terutama dalam elemen
ketepatan waktu (timeliness). Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah terjadi kesalahan estimasi. Kesalahan estimasi dapat berujung pada
kualitas informasi yang rendah sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan
penyajian kembali atas laporan keuangan tersebut. Penyajian kembali laporan
keuangan merupakan kabar buruk bagi penanam modal ekuitas karena hal ini
memberikan indikasi bahwa informasi yang disajikan telah terdistorsi, tidak dapat
dipercaya, dan secara relatif mengandung kualitas yang rendah pula. Akibatnya,
pengembalian saham akan bergerak ke arah negatif dan menurunkan nilai
perusahaan.

Selain terjadinya kesalahan estimasi atau kesalahan pencatatan lainnya, faktor lain
yang mungkin memicu penyajian kembali laporan keuangan dapat terkait dengan
aktivitas bisnis perusahaan, contohnya merger dan akuisisi. Semakin rumit
permasalahan yang terlibat, maka akan semakin panjang pula jangka waktu yang
dibutuhkan untuk menyusun, menerbitkan, dan mendistribusi laporan keuangan
yang disajikan kembali. Dalam rangka meminimalisasi periode penyajian kembali,
maka dibutuhkan peran mekanisme pengawasan internal dan eksternal. Dalam hal
ini, auditor eksternal dianggap sebagai pengawas eksternal yang akan menjadi
mediator dengan maksud untuk meminimalisasi adanya ketidakselarasan informasi
yang terjadi antara pihak manajemen dan pihak pemangku kepentingan. Dengan
demikian, auditor eksternal dituntut untuk menerapkan kode etik yang ada dengan
tujuan untuk menjadi penengah yang bertindak secara netral.

Pengawasan internal dapat dilaksanakan oleh komite audit, yang bertanggung


jawab untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang diterbitkan. Salah satu
karakteristik komite audit yang krusial adalah keahlian ketua komite audit di bidang
finansial dan/atau akuntansi. Ketua komite audit yang memenuhi kualifikasi ini
dianggap mampu untuk memimpin segala diskusi dan tugas seluruh anggota komite
audit secara lebih efektif, karena telah menguasai komponen-komponen laporan
keuangan. Dengan demikian, periode penyajian kembali dapat menjadi lebih
singkat.

Hal ini dikarenakan kualitas audit berbanding lurus dengan pengetahuan yang harus
auditor miliki dalam mengidentifikasi salah saji yang mungkin muncul secara
ekstensif yang kemudian akan mempercepat respons auditor terhadap salah saji
tersebut. Aspek utama dalam menilai kualitas sebuah informasi adalah timeliness
atau ketepatan waktu. Informasi harus tersedia ketika dibutuhkan agar bernilai bagi
tindakan di masa depan. Oleh karena itu, semakin tepat waktu sebuah laporan audit
diterbitkan, maka semakin tinggi pula kualitas durasi audit. Audit report lag kerap
dikaitkan dengan risiko audit yang dihadapi oleh auditor dan dianggap
merefleksikan upaya audit, sehingga audit report lag yang lebih pendek akan
mengindikasikan bahwa pelaksanaan prosedur audit kurang menyeluruh.

Ketika audit report lag dikaitkan dengan kualitas audit yang tinggi, maka dapat di.
Ditafsirkan bahwa auditor menerapkan prosedur audit dan professional due care
yang lebih tinggi, sehingga jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengaudit akan
lebih panjang. Proses dan upaya audit yang tinggi ini pun menunjukkan bahwa
auditor telah berupaya melakukan evaluasi yang lebih jeli atas kepatuhan laporan
keuangan terhadap standar yang berlaku. Hal ini pun dapat mempersingkat periode
penyajian kembali laporan keuangan di masa mendatang. Otoritas Jasa Keuangan
menetapkan peraturan bahwa anggota komite audit harus memiliki keahlian serta
pengalaman di bidang finansial minimal satu orang. Dengan adanya pengalaman
serta pengetahuan di bidang finansial, maka diasumsikan bahwa komite audit
tersebut dapat membantu dalam proses pengawasan atas proses pelaporan keuangan
perusahaan tersebut dan ketika aspek ini dapat terwujud dan terselenggara secara
efektif, maka fungsi komite audit dalam mempersingkat periode penyajian kembali
laporan keuangan akan semakin maksimal.

Perusahaan memiliki pertimbangan yang berbeda-beda ketika memutuskan untuk


menyajikan kembali laporan keuangannya. Ketika persepsi publik menganggap
bahwa penyajian kembali laporan keuangan merupakan suatu tindakan negatif,
sesungguhnya untuk beberapa alasan, hal ini tidak berlaku demikian. Misalnya,
pada penyajian kembali yang disebabkan karena perubahan standar akuntansi,
perusahaan sesungguhnya berusaha untuk mematuhi regulasi yang ada mengenai
tata cara dalam menyajikan laporan keuangannya. Dengan demikian, perusahaan
akan terhindar dari risikolitigasi yang mengancam jika tidak mematuhi peraturan
tersebut. Jika dihubungkan dengan KAP yang mengaudit, sebanyak 50,6% dari
jumlah perusahaan yang menerapkan perubahan terkait adopsi standar akuntansi
yang baru secara keseluruhan menggunakan jasa KAP Big Four untuk mengaudit
laporan keuangannya. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan menganggap
kepatuhan merupakan suatu aspek yang sangat penting, hingga perusahaan rela
untuk mengeluarkan biaya yang lebih tinggi demi memastikan bahwa standar
akuntansi telah diterapkan dengan tepat dan kualitas informasi yang terkandung
dalam laporan keuangan tersajikan relevan dan dapat diandalkan, yang kemudian
dapat meningkatkan kepercayaan dari pengguna laporan keuangannya.
Judul Jurnal : Faktor yang Mempengaruhi Pergantian Auditor pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI

Jenis Jurnal : Jurnal Akuntansi dan Ekonomi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 8, No. 1, Hal 65-78

Penulis Jurnal : Budi Harsono dan Rina

Tahun Terbit : 2013

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.29407/jae.v8i1.19717

Laporan keuangan merupakan alat dalam menganalisis kinerja keuangan dan


laporan keuangan memberi informasi keuangan sebagai dasar pengambilan
keputusan dimana, hasil laporan keuangan digunakan sebagai menentukan posisi
dan kegiatan operasional perusahaan. Laporan keuangan tahunan digunakan oleh
auditor untuk memantau manajemen. Auditor memverifikasi bahwa laporan
keuangan disajikan sesuai dengan standar yang relevan. Auditor diharapkan
menjaga sikap professional dan tidak memiliki hubungan erat dengan klien.
Kemitraan bisnis jangka panjang antara auditor dan klien dapat memberikan auditor
kecenderungan untuk kehilangan independensi mereka dan memberikan alasan
untuk mengganti auditor guna menghindari ancaman independensi auditor,
pemerintah membuat peraturan yang mewajibkan perusahaan untuk rotasi auditor
sesuai batas waktu yang ditetapkan.

Pergantian auditor secara wajib diatur melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia oleh pemerintah No.17/-PMK.01/2008 membahas terkait Jasa
Akuntan Publik yang diperbarui menjadi No.KEP- 86/BL/2011 yang berlaku mulai
28 Februari 2011 (Safriliana & Muawanah, 2019). Pergantian auditor dapat
dilakukan baik secara sukarela atas kedua belah pihak maupun secara wajib sesuai
dengan undang-undang yang telah diamanatkan oleh pemerintah. Perusahaan
cenderung mengganti auditor jika perusahaan menyajikan kembali karena
kesalahan saji dari waktu ke waktu, kesalahan akuntansi yang tidak terungkap
menciptakan insentif bagi perusahaan untuk secara khusus mencari auditor guna
lebih mungkin meyakinkan pemangku kepentingan dan mengamankan reputasi
perusahaan. Jika suatu perusahaan tidak melakukan pergantian auditor maka
perusahaan menyatakan kembali dengan tata kelola yang kuat dibanding
perusahaan lain.

Mengaudit laporan keuangan tahunan merupakan fungsi pengawasan auditor


terhadap manajer. Memastikan bahwa laporan keuangan disajikan sesuai dengan
standar yang relevan adalah tanggung jawab auditor (Safriliana & Muawanah,
2019). Auditor menghadapi tantangan yang signifikan karena ketegangan antara
menegakkan standar profesional dan tunduk pada tujuan manajemen. Auditor
dalam pemeriksaan laporan keuagnan harus mempertahankan independens,
objektivitas dan integritas, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Setiap perusahaan harus melakukan pergantian auditor dengan
tujuan auditor tidak memiliki hubungan erat dengan perusahaan dengan adanya
pembatasan regulasi, agar auditor dan klien tidak saling ketergantungan, salah satu
cara untuk meningkatkan independensi KAP adalah substitusi KAP.

Kegiatan perusahaan mengganti auditor sesuai jangka waktu yang ditentukan oleh
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang Jasa Akuntan Publik
No.17/-PMK.01/2008, Pasal 3 Ayat 1 tentang pemberian jasa audit umum dalam
peraturan ini, auditor dapat menjabat secara terus menerus selama enam tahun oleh
KAP dan oleh akuntan yang sama selama tiga tahun secara terus menerus (Lianto,
2017). Akuntan publik dan KAP dapat melakukan penugasan kembali berdasarkan
ketentuan Pasal 3 Ayat 2 jika mereka belum melakukan jasa audit untuk pelanggan
yang sama pada tahun buku sebelumnya (Safriliana & Muawanah, 2019). Setelah
satu tahun berlalu sejak audit umum terakhir atas pembukuan oleh KAP, KAP dapat
kembali mengaudit laporan keuangan klien yang sama berdasarkan ketentuan Pasal
3 ayat 3 (Soraya & Haridhi, 2017).

Pergantian auditor dapat terjadi secara voluntary dlakukan secara sukarela atas
kedua belah pihak dan bukan karena adanya peraturan yang wajib. Pergantian
auditor secara mandatory dilakukan secara peraturan yang wajib yang telah diatur
pemerintah. Faktor penyebab pergantian auditor secara sukarela dapat berasal dan
kedua sisi, yang pertama sisi klien seperti perubahan kepemilikan, manajemen yang
gagal, pertumbuhan perusahaan, dan lain-lain; dan yang kedua sisi auditor seperti
ukuran KAP opini auditor, biaya audit dan lain-lain. Jika auditor yang digunakan
sudah memahami dan mengetahui keadaan perusahaan, perusahaan cenderung akan
mengganti auditor. Perusahaan khawatir bahwa adanya auditor baru dapat
menemukan kelemahan dalam sistem akuntansi dan menilai rendah kualitas
perusahaan.

Tata kelola perusahaan sebagai suatu proses yang tentunya dilakukan secara
berkelanjutan dalam mengatur, mengendalikan, dan menilai kegiatan bisnis dalam
menciptakan nilai untuk pemegang saham. Tata kelola perusahaan merupakan
sebuah faktor yang mempengaruhi pergantian auditor dimana peningkatkan
efektivitas tata kelola perusahaan dengan menyediakan paket kompensasi yang
optimal, merencanakan tingkat struktur modal yang ideal, serta memastikan tingkat
profitabilitas perusahaan yang layak diperlukan untuk meminimalkan terjadinya
penyajian kembali keuangan.

Perusahaan berencana untuk beralih ke KAP baru yang lebih sesuai dengan
kebutuhannya, dengan asumsi bahwa pengguna dan pemangku kepentingan laporan
keuangan akan mendapat manfaat dan peralihan tersebut. Nilai dari besar kecilnya
KAP dapat menentukan kualitas layanan yang diberikan, KAP besar dinilai lebih
mampu menjaga kemandirian dan memiliki pengalaman dalam memberikan
berbagai layanan kepada klien dalam jumlah besar sehingga tidak bergantung pada
klien.

Selain itu, ketika terjadi pergantian manajemen, tidak jarang terjadi pergeseran
terkait prosedur pemilihan KAP. Manajemen baru bertugas mengidentifikasi KAP
yang konsisten dengan prosedur akuntansi dan pelaporannya sehingga dapat
memberikan pandangan yang dapat diterima oleh manajemen baru sehingga,
membutuhkan auditor yang berkualitas agar laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan mendapatkan penilaian yang baik dari para pemangku kepentingan, hal
ini dapat menyebabkan pergantian auditor jika manajemen baru menentukan bahwa
auditor sebelumnya tidak bertindak sesuai dengan peraturan perusahaan.
Judul Jurnal : Pengaruh Persepsi Akuntabilitas, Kompetensi, Profesionalisme,
Integritas dan Objektivitas Terhadap Persepsi Kualitas Audit

Jenis Jurnal : Jurnal Akuntansi, Ekonomi, dan Bisnis

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 2, No. 1, Hal 39-53

Penulis Jurnal : Astri Anggraini, Dedy Djefris, dan Anda Dwi Haryadi

Tahun Terbit : 2023

Sumber Jurnal :
https://akuntansi.pnp.ac.id/jabei/index.php/jabei/article/view/92/39

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAKI (IAI, 2018) mendefenisikan
laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan
kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang
bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan
keputusan ekonomi. Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa informasi
keuangan harus relevan dan merepresentasikan secara tepat apa yang akan
direpresentasikan agar informasi tersebut menjadi berguna. Kegunaan informasi
keuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut terbanding (comparable),
terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham (understandable).
Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan, laporan keuangan yang
disajikan harus secara wajar. Dengan ini berarti laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan penyajian yang bersifat material dan penyajiannya harus sesuai dengan
standar pelaporan keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu Standar Akuntansi
Keuangan (SAK).

Audit sangat penting dilakukan bagi sebuah perusahaan dengan tujuan untuk
penilaian atau pemeriksaan kebenaran atas semua transaksi yang telah dibuat oleh
perusahaan yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan yang bersifat independen
dan tidak memihak kepada siapapun dalam. Perusahaan tersebut. Menurut Agoes
(2012) Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan seacara kritis, sistematis,
oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,
dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut. Berdasarkan Standar Audit (SA) 200, tujuan suatu audit adalah
untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna laporan keuangan yang dituju
melalui pernyataan suatu opini oleh auditor tentang apakah laporan keuangan yang
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku.

Kualitas Audit adalah pemeriksaan yang sistematis dan independensi untuk


menentukan aktivitas, mutu diimplemenasikan secara efektif dan sesuai dengan
tujuan. Auditor yang melakukan audit harus sesuai dengan Standar Audit (SA) yang
telah ditetapkan. Standar Audit (SA) dibuat oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) yang merupakan adopsi dari International Standards on Auditing (ISA).
Tidak hanya auditor yang harus mematuhi Standar Audit (SA) dalam melakukan
tugasnya, Kantor Akuntan Publik (KAP) juga harus mematuhi Standar
Pengendalian Mutu (SPM) yang telah ditetapkan IAPI dalam pelaksanaan audit.

Akuntabilitas merupakan suatu bentuk keharusan seseorang


(pimpinan/pejabat/pelaksana) untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang
diemabnnya sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Akuntabilitas dapat
dilihat melalui laporan. Tertulis yang informatif dan transparan. Dengan adanya
akuntabilitas menunjukkan bahwa seseorang siap membuktikan bahwa auditor siap
berusaha mencapai hasil yang diinginkan. Hal ini diakrenakan, semua hal yang
dikerjakan akan dilaporkan atau dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas diukur
dengan seberapa besar motivasi auditor untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Motivasi secara umum merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong:
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan. Orsang dengan akuntabilitas tinggi memberikan usaha yang lebih besar
dibandingkan dengan orang yang memiliki akuntabilitas rendah ketika
menyelesaikan pekerjaannya.

Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus memiliki mutu kompetensi yang
memadai, profesional yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus
dibidangnya. Menurut Standar Profesional Akuntan Publik tahun 2011 (SA Seksi
150) menyebutkan pada standar umum pertama menyatakan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai seorang auditor, sedangkan pada standar umum ketiga
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Integritas merupakan kualitas yang menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat


dan tatanan nilai tertinggi bagi anggota profesi dalam menguji semua keputusan.
Integritas memfokuskan seorang akuntan publik untuk bertindak jujur, tegas, dan
tanpa memihak kepada lain. Selain itu, terdapat pula auditor harus memberikan
pernyataan sesuai dengan kondisi yang ditemui dilapangan atau sesuai dengan
kondisi objektif. Seorang auditor harus mempertahankan objektivitasnya dengan
tegas dan tidak bisa dipengaruhi dengan pihak tertentu. Dalam penelitian ini
objektivitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor harus menyajikan
laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan kondisi objektif dilapangan dan tidak
memihak.

Berdasarkan penelitian yang ada menunjukkan jika, akuntabilitas, kompetensi,


profesionalisme, integritas dan objektivitas akan memberikan pengaruh terhadap
kualitas audit, karena akuntabilitas merupakan motivasi yang dimiliki dari dalam
diri seorang auditor yang mendorong keinginan auditor untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tertehtu untuk mencapai tujuan dan akan membuat seorang auditor
berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil,
sedangkan kompetensi merupakan seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang cukup dan secara jelas dapat melaksanakan audit secara objektif,
cermat dan seksama. Profesionalisme merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan stanar pekerjaaan yang
berlaku. Integritas memfokuskan seorang auditor untuk bertindak jujur, tegas dan
tanpa memihak. Begitu juga dengan objektivitas auditor, yang mana seorang
auditor harus memberikan pernyataan sesuai dengan kondisi yang ditemui
dilapangan atau sesuai dengan kondisi objektif.
Judul Jurnal : Strategi Baru Auditor Sebagai Cara Mempertahankan Kualitas Audit
di Masa Pandemi Covid-19

Jenis Jurnal : Jurnal Ekonomi

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 16, No. 2, Hal 171-178

Penulis Jurnal : Novi Mettasari Marliana dan Yulida Army Nurcahya

Tahun Terbit : 2023

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.26740/akunesa.v11n2.p171-178

Kemunculan Covid-19 menimbulkan banyak ketidakpastian, sehingga auditor


harus lebih berhati-hati dalam memberikan opini audit. Penyesuaian mekanisme
kerja auditor perlu dilakukan untuk mengatasi berbagai tantangan di masa pandemi
Covid-19. Sikap waspada terhadap keadaan yang bisa menimbulkan salah saji
akibat adanya penilaian bukti audit, kecurangan atau kesalahan bisa dikatakan
sebagai skeptisisme professional. Seperti yang diketahui, Auditor berperan dalam
memperoleh kepercayaan masyarakat sebagai pengguna laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi alat pengambilan keputusan bagi investor maupun
pihak manajemen perusahaan. Oleh sebab itu, laporan keuangan yang berkualitas
menjadi tolok ukur bahwa perusahaan telah patuh terhadap regulasi yang berlaku.
Opini audit atas suatu laporan keuangan bisa dijadikan salah satu alat penilaian bagi
perusahaan dan investor. Kualitas audit yang baik mampu membantu manajemen
perusahaan untuk menarik investor, sedangkan bagi auditor yakni dapat
memperoleh kepercayaan masyarakat.

Pandemi yang masih berlangsung hingga tahun 2021 membuat penggunaan teknik
audit jarak jauh menjadi tantangan besar bagi auditor dalam melaksanakan prosedur
audit. Di mana, auditor belum pernah dihadapkan oleh situasi pandemi dengan
berbagai keterbatasan. Penerapan work from home (WFH) membuat auditor tidak
bisa berkomunikasi secara langsung. Untuk menjaga kualitas audit, auditor harus
mulai berinovasi dan menggunakan teknik yang tepat untuk menghadapi tantangan
tersebut, terutama pada modifikasi metode pengumpulan bukti audit dan penilaian
risiko. Kebijakan yang diterapkan pemerintah menjadi tantangan bagi auditor
dalam melaksanakan audit. Pembatasan kegiatan seperti pertemuan tatap muka, dan
akses perjalanan membuat auditor mengalami kesulitan untuk melaksanakan audit
terutama dalam memperoleh bukti audit. Penerapan kebijakan tersebut
mempengaruhi pola prosedur audit auditor. Walaupun demikian, auditor tetap
dituntut untuk bisa mengumpulkan bukti audit yang akurat guna menunjang
pernyataan audit yang diberikan dan mempertahankan kualitas auditnya, kualitas
audit terdeteksi tidak konsisten akibat adanya Covid-19.

Upaya mendukung opini audit dengan adanya bukti yang tepat, auditor harus
mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memastikan integritasnya. Banyak
kemungkinan yang lebih besar muncul pada saat covid-19. Oleh sebab itu, auditor
harus lebih mempertajam skeptisismenya sehingga mereka bisa memperkirakan
salah saji yang disebabkan adanya kesalahan atau kecurangan.

Selama Pandemi terjadi, teknologi informasi berfungsi dalam mengolah dan


menyajikan suatu data yang diubah menjadi informasi, kemunculan teknologi
informasi membuat cara perusahaan mengumpulkan data hingga melaporkan suatu
informasi berubah. Auditor akan menghadapi keadaan di mana penyimpanan data
akan lebih banyak berada dalam media elektronik dibandingkan dengan media
cetak. Prosedur audit jarak jauh membatasi interaksi langsung antara auditor dan
klien. Auditor tidak bisa melakukan observasi visual secara maksimal sehingga
dapat menyebabkan adanya peluang manipulasi pekerjaan. Rangkaian audit jarak
jauh bisa dilakukan dengan beberapa tahap antara lain:

1. Perencanaan
Auditor memberikan penjelasan kepada klien mengenai proses audit jarak
jauh melalui media sosial, seperti video conference.
2. Pengumpulan dokumen audit
Pada audit jarak jauh pengumpulan dokumen dilakukan secara virtual. Di
mana, klien bisa menyiapkan dan menggunggah dokumen ke dalam gdrive
maupun e-mail untuk diserahkan kepada auditor guna proses pemeriksaan.
3. Pemeriksaan Lapangan
Pada pemeriksaan lapangan, auditor bisa menggunakan teknologi two-way
smart glasses berbasis android. Auditor bisa memberikan arahan kepada
klien untuk membuat video di lokasi pemeriksaan.
4. Konfirmasi
Proses konfirmasi ke pihak klien bisa dilakukan menggunakan teknologi
video conference seperti Zoom, Google meets, Webex, Skype, dan
sebagainya.
5. Penutupan
Tahap terakhir adalah penutupan. Di mana, auditor menyampaikan temuan
hasil audit kepada klien untuk disepakati bersama. Setelah kedua belah
pihak bersepakat, maka auditor akan menerbitkan Laporan Hasil Audit.

Adanya kemungkinan auditor akan melaporkan pelanggaran dan auditor tidak


bersifat independen serta tidak melaporkan adanya suatu penyimpangan maka hal
tersebut bisa merusak kualitas audit. Kualitas audit diartikan sebagai penyesuaian
standar audit dan praktiknya yang dijalankan sehingga bisa digunakan untuk
mengungkapkan dan melaporkan adanya penyimpangan yang dilakukan pihak
klien. Standar audit yang terpenuhi dalam proses audit yang dilaksanakan oleh
akuntan publik maka hal tersebut menyatakan bahwa kualitas audit sudah terpenuhi
(Institute Akuntan Publik Indonesia, 2011). Indikator keberhasilan proses audit
pada sebuah entitas salah satunya adalah hasil audit yang berkualitas.

Pandemi Covid-19 memiliki dampak di berbagai bidang termasuk ekonomi.


Banyak perusahaan yang terpaksa harus gulung tikar karena dampak dari pandemi.
Penerapan proses audit jarak jauh membuat auditor harus meningkatkan
skeptisisme dan mematangkan perencanaan auditnya. Dengan pembatasan sosial
yang diterapkan oleh pemerintah berdampak pada proses pengauditan. Di mana,
auditor harus memiliki strategi baru dalam menjalankan aktivitasnya. Hal tersebut
membuat peran teknologi informasi semakin terlihat nyata. Oleh karena itu, strategi
yang bisa dilakukan oleh auditor dalam melakukan proses audit dapat diawali
dengan mengkaji dokumen dalam bentuk softfile dan menggunakan teknologi
informasi untuk melakukan proses audit seperti pemeriksaan fisik menggunakan
sarana foto atau video.
Judul Jurnal : Faktor-Faktor Penentu Kualitas Audit Serta Pengaruh Kualitas Audit
Terhadap Kepuasan Auditee Pada Pemerintah Daerah

Jenis Jurnal : Jurnal Manajemen Bisnis

Volume dan Halaman Jurnal : Vol. 16, No. 1, Hal 115-137

Penulis Jurnal : Sarah Raharjo dan Luh Putu Mahyuni

Tahun Terbit : 2019

Sumber Jurnal : https://doi.org/10.38043/jmb.v16i1.2023

Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun


daerah merupakan tujuan penting reformasi akuntansi dan administrasi sektor
publik. Pengelolaan keuangan pemerintah yang dilakukan aparatur pemerintah
berjalan dengan baik. Hal tersebut seiring dengan tuntutan masyarakat agar
organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas
publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah
pusat/daerah. Pengelolaan keuangan pemerintah yang baik harus didukung audit
sektor publik yang berkualitas, karena jika audit quality sektor publik rendah,
kemungkinan memberikan kelonggaran terhadap lembaga pemerintah melakukan
penyimpangan penggunaan anggaran. Selain itu juga mengakibatkan risiko
tuntutan hukum (legitimasi) terhadap aparatur pemerintah yang melaksanakannya.

Audit quality yang baik akan memberikan konsekuensi bagi auditee. Salah satu
bentuk konsekuensi tersebut adalah auditee satisfaction, dalam hal ini auditee
satisfaction sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Audit quality sebagai pasar yang
menilai kemungkinan bahwa auditor akan memberikan a) penemuan mengenai
suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien; dan b) adanya pelanggaran dalam
pencatatannya.

Pada lingkungan audit, auditee sebagai pengguna jasa juga memberikan penilaian
terhadap prilaku atau sikap yang diperlihatkan oleh auditor. Namun penilaian
tersebut terkait dengan persepsi masing-masing auditee dan menghasilkan
kesimpulan berupa audit quality dan auditee satisfaction terhadap kinerja dari
auditor dalam pelaksanaan pemeriksaan atau audit. Dalam pelaksanaan audit harus
memperhatikan faktor- faktor berikut: 1) Dibutuhkan informasi yang dapat diukur
dan sejumlah kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan untuk
mengevaluasi informasi tersebut, 2) Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu
yang diaudit harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab auditor, 3)
Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk
memenuhi tujuan audit, 4) Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan
serta sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang diperlukan untuk
mendukung kesimpulan yang akan diambilnya.

Parasuraman (1985) dalam Glynn dan Barnes (1996) mengungkapkan bahwa “ada
dua atribut utama yang mempengaruhi kualitas jasa yaitu expected service dan
perceived service”. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan sudah sesuai dengan
yang diharapkan maka kualitas jasa dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika jasa
yang diterima melampaui harapan pelanggan maka kualitas jasa dipersepsikan
sebagai kualitas. Yang ideal. Sebaliknya jika kualitas jasa yang diperoleh lebih
rendah maka kualitas jasa buruk. Dengan demikian, baik tidaknya kualitas jasa
tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisten.

Perbedaan sektor pemerintah dengan private sector terletak pada beberapa hal,
termasuk sifat operasinya, akuntansinya, dan pelaporan keuangannya. Unit
pemerintahan berbeda dari private sector/organisasi komersil, contohnya:
ketiadaan motif mencari untung, kepemilikan kolektif dari para konstituen (rakyat
adalah pemilik), yang tidak berbagi secara proporsional dalam penyediaan barang
atau jasa bagi pemerintah karena danya proses politik yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.

Carcello et al. (1992) meringkas 12 atribut kualitas atribut dari 41 komposit atribut
audit quality, dan menunjukkan bahwa karakteristik yang melekat pada tim audit
lebih penting daripada karakteristik KAP. Pada studi ini Carcello merangking
berdasarkan perbandingan persepsi dari auditors, preparers dan users untuk
membentuk komponen audit quality. 12 atribut audit quality tersebut yaitu:
experience, industry expertise, responsivenes, compliance, independence,
professional care, ommitment. Executive involvement, conduct of audit field work,
involvement of audit committee, member characteristics, dan skeptical attitude.

Selanjutnya Samelson et al. (2006) menguji faktor-faktor penentu audit quality dan
auditee satisfaction di pemerintahan lokal, dengan mengeluarkan variabel
involvement of audit committee, karena jarang ditemukan pada pemerintahan lokal
diantaranya:

Compliance adalah melaksanakan pemeriksaan sesuai standar umum audit.


Compliance lebih banyak berkaitan dengan auditor dibandingkan dengan auditee.
Sebagai auditee yang bukan seorang auditor kemungkinan besar digunakan auditee
untuk mengetahui apakah suatu pemeriksaan ini sudah memenuhi standar umum
audit atau belum.

Sikap independence bermakna auditor tidak mudah dipengaruhi sehingga hasil


pemeriksaan bisa menunjukkan hasil yang objektif. Sebagai auditee yang telah
sering diaudit oleh auditor, auditee merasa bahwa audit belum bersifat objektif
karena masih ada kebijakan atau pemahaman antar auditor yang berbeda dalam
menangani suatu kasus.

Professional care menunjukkan sikap kehati-hatian dan profesional dari seorang


auditor dalam menentukan kesalahan. Dalam pandangan auditee, sikap kehati-
hatian dan profesional dari seorang auditor dalam menentukan kesalahan sangat
diapresiasi, sehingga tidak semua temuan menjadi sebuah kesalahan.

Commitment lebih terfokus pada nilai-nilai pribadi auditor, sehingga auditee tidak
dapat menilai apakah komitmen seorang auditor sudah seperti seharusnya atau
belum. Karena komitmen dari auditor tidak menjadi salah satu objek pemeriksaan
auditee.

Anda mungkin juga menyukai