Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH ROTASI AUDITOR DAN FEE AUDIT TERHADAP KUALITAS

AUDIT

(StudiPada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

A. Ira Anjaswari, Hisnol Jamali, Sufiati

Abstract: This study aims to determine the effect of auditor rotation and audit
fees on audit quality because the results of previous studies have different
empirical results.The source of data used in this study is secondary data, namely
the annual report of manufacturing companies is accessed through
www.idx.co.id. The number of population sampled in this study were 19
companies with 3 years of observation. Determination of the sample using
purposive sampling method. The regression used in this study uses logistic
regression analysis. The results showed that the variables of auditor rotation and
audit fee had no effect on audit quality.
Keyword : Auditor Rotation, Audit Fee, Audit Quality

PENDAHULUAN

Di era globalisasi ini, berkembangnya dunia usaha telah sangat pesat. Hal

ini membuat perusahaan sebagai organisasi bertanggungjawab untuk semua

transaksi keuangan yang telah terjadi dan mencatatnya ke dalam laporan

keuangan perusahaan. Selain perusahaan yang menggunakan, laporan

keuangan dapat juga digunakan oleh pihak eksternal perusahaan yaitu investor

dan kreditor. Laporan keuangan menggambarkan posisi keuangan suatu

perusahaan dan juga menyediakan informasi yang di butuhkan bagi pihak-pihak

yang berkepentingan baik internal dan eksternal agar memperoleh suatu

kewajaran dan kehandalan suatu laporan keuangan. Pihak yang bersangkutan

berhak untuk menilai perusahaan dan mengambil strategi keputusan yang

berhubungan dengan perusahaan. Perusahaan mengharapkan dari jasa profesi

akuntan publik memberikan penilaian yang bebas dan tidak memihak satu sama

lain terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam

1
laporan keuangan (Andriani dan Nursiam, 2018).

Menurut De Angelo dalam Siregar (2018), kualitas audit merupakan

kemungkinan auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada

sistem akuntansi klien jika terdapat salah saji material. Hal yang penting dari

definisi tersebut adalah audit yang berkualitas merupakan audit yang

dilaksanakan oleh auditor yang kompeten dan independen. Auditor yang

kompeten terkait dengan kemampuan auditor dalam mendeteksi salah saji

laporan. Kemudian independensi auditor terkait dengan keberanian auditor

dalam melaporkan salah saji dalam laporan keuangan tersebut (Yolanda Siregar,

2018). Hasil kualitas audit digunakan untuk meningkatkan kredibilitaslaporan

keuangan pengguna informasi akuntansi sehingga dapat mengurangi risiko

informasi keuangan yang tidak kredibel dalam laporan keuangan bagi pengguna

laporan keuangan khususnya investor (Kurniasih dan Rohman, 2014).

Dalam kualitas audit kemampuan seorang auditordalam menemukan salah

saji material dan kemauan untuk mengungkapkan kesalahan tersebut, dimana

dalam melaksanakan tugasnya auditor berpedoman pada standar auditing dan

kode etik akuntan publik yang relevan (Novrilia, Arza, & Sari, 2019). Kualitas audit

merupakan konsep yang sangat subjektif, yang tidak bisa diukursecara akurat,

tetapi hanya proksi yang digunakan untuk membantu dalam penilaian konsep

seperti ini. Proksi adalah alat ukur yang diperlukan dalam pengukuran variabel

pada saat pengambilan data. Indikator tidak langsung atau proksi digunakan

untuk mengukur perubahan atau hasil dimana pengukuran langsung tidak

memungkinkan diperoleh indikatornya (Dewi &Dwiyanti,2016).

Dari sudut pandang auditor, audit dianggap berkualitas apabila auditor

memperhatikan standar umum audit yang tercantum dalam Pernyataan Standar

Auditing meliputi mutu profesional (professional qualities) auditor independen,

pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam pelaksanaan audit, dan

2
penyusunan laporan auditor. Dalam perkembangannya, kualitas audit tidak

hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga faktor eksternal. Sehebat

apapun kemampuan teknikal auditor, tetap akan sangat bergantung dengan

variabel eksternal lainnya yang mendasari pengambilan keputusan auditor dalam

pemberian opini.

Perkembangannya, kualitas audit tidak hanya dipengaruhi oleh faktor

internal, tetapi juga faktor eksternal. Faktor pertama yang mempengaruhi kualitas

audit adalah rotasi audit peraturan pergantian kantor akuntan publik yang harus

dilakukan oleh organisasi atau bisnis. Lamanya hubungan antara klien dan

auditor dapat mengganggu independensi serta keakuratan auditoruntuk

menjalankan tugas pengauditan (Prasetia & Rozali, 2016). Oleh karena itu demi

mencegah terjadinya hubungan spesialis antara auditor dengan klien yang akan

berdampak pada penurunan kualitas audit, maka dibutuhkan rotasi audit sesuai

dengan peraturan yang di atur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor

17/PMK.01/2008 yang terbit tanggal 5 Februari 2008 dimana rotasi audit

terhadap Akuntan Publik dilakukan dalam waktu tiga tahun sekali sedangkan

rotasi audit terhadap Kantor Akuntan Publik dilakukan dalam waktu enam tahun

sekali.

Menurut Hartadi (2018), rotasi audit tidak berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. Hal ini disebabkan oleh keengganan pihak pelaku pasar untuk

mengeksplorasi lebih jauh apakah benar terjadi rotasi audit pada auditor yang

memberikan opini pada laporan keuangan auditan. Sebaliknya, penelitian

Perdana (2014) menyatakan dari segi kompetensi adanya rotasi dapat

menyebabkan penurunan kualitas audit. Ketika auditor harus menghadapi

perusahaan baru sebagai kliennya maka akan diperlukan lebih banyak waktu

baginya untuk mempelajari terlebih dahulu klien barunya dari pada ketika auditor

melanjutkan penugasan dari klien terdahulu. Hal ini sejalan dengan penelitian

3
Kurniasih dan Rohman (2014) yang menyatakan bahwa rotasi auditor

berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

Faktor kedua yang mempengaruhi kualitas audit yaitu fee audit. Fee audit

adalah besarnya bayaran yang diberikan oleh klien kepada Kantor Akuntan

Publik atas jasa yang diberikan yaitu berupa pemeriksaan terhadap laporan

keuangan atau merupakan fee yang diterima akuntan publik setelah

melaksanakan jasa audit (Mulyadi, 2016:63). Dalam perkembangannya, kualitas

audit tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, tetapi juga faktor eksternal.

Sehebat apapun kemampuan teknikal auditor, tetap akan sangat bergantung

dengan variabel eksternal lainnya yang mendasari pengambilan keputusan

auditor dalam pemberian opini. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi

kualitas audit adalah fee audit. Menurut Mulyadi (2015:63) audit fee merupakan

fee yang diterima akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit. Besarnya

audit fee dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas

jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa

tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional

lainnya. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi

akan memiliki audit fee yang lebih tinggi pula. Penelitian Hartadi (2016)

mengenai pengaruh fee audit, terhadap kualitas audit di BEI. Hasil penelitian ini

adalah fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sementara rotasi

audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Fenomena terkait dengan Kasus kualitas audit yang buruk juga terjadi di

Indonesia salah satunya yaitu yang terjadi pada PT Kimia Farma Tbk. (PT

KAEF). PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik

pemerintah di Indonesia. Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam, diperoleh

bukti terdapat kesalahan penyajian dalam laporan keuangan per 31 Desember

2016 yang telah diaudit oleh KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa. Adapun

4
dampak kesalahan tersebut mengakibatkan overstated (penggelembungan) laba

pada laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2016 sebesar Rp 32,7

miliar yang merupakan 2,3% dari penjualan dan 24,7% dari laba bersih PT

Kimia Farma Tbk. PT Kimia Farma (Persero) Tbk dianggap bersalah atas resiko

audit, karena tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang

dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk.(Bapepam.go.id).

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Audit

Kualitas audit merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu

perusahaan karena memberikan pengaruh besar dalam kegiatan

perusahaan. Audit merupakan proses untuk memberikan informasi yang

akurat mengenai aktivitas ekonomi suatu perusahaan. Audit dilaksanakan

oleh pihak yang kompeten, professional, dan tidak memihak atau dapat

dipengaruhi oleh pihak lain yang di sebut auditor. Auditor mempunyai

peranan yang sangat penting dalam dasar pengambilan keputusan hasil

audit Winda, Khomsiyah, dan sofie, (2014). SPAP (2013), Standar umum

pertama menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh sorang atau

lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

auditor, sedangkan umum ketiga menyebutkan bahwa dalam

pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama

( due professional care).

Himawan dan Emarila (2010) menyatakan kualitas audit adalah

proses pemeriksaan sistematis sistem mutu yang dilakukan oleh auditor

mutu internal atau eksternal atau tim audit. Auditor dituntut untuk

5
memberikan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan yang

dibuat oleh manajemen dalam bentuk laporan audit yang berkualitas

dengan mempertahankan berbagai atribut kualitas audit.

B. Rotasi Auditor

Rotasi audit merupakan pergantian kantor akuntan publik dimana

akuntan publik di Indonesia hanya dapat mengaudit laporan keuangan

perusahaan maksimal tiga tahun berturut-turut (Siregar, 2011). Myers

(2013) menyatakan tujuan adanya rotasi auditor dalam mengaudit

perusahaan untuk mencegah klien dan auditor memiliki kedekatan yang

berlebihan. Apabila perusahaan klien semakin cepat melakukan rotasi

maka akan dapat mengurangi dan mencegah klien berhubungan dekat

dengan auditor tersebut sehingga auditor pun tidak akan mengalami

masalah independensi. Namun jika perusahaan tidak pernah melakukan

rotasi maka akan terjalin kedekatan yang sangat erat antara kedua belah

pihak sehingga dapat berpengaruh terhadap objektivitas auditor.

Penelitian yang dilakukan oleh Velte dan Stiglbauer (2012) serta Siregar

et al., (2012) menyatakan rotasi akuntan publik atau auditor diharapkan

dapat menciptakan suasana baru dan mampu bertidak lebih objektif.

Penerapan ketentuan tentang adanya rotasi mandatory ini dengan tujuan

supaya dapat meningkatkan independensi auditor baik secara tampilan

maupun secara fakta. Rotasi mandatory ini diharapkan dapat

berpengaruh signifikan pada praktik pengauditan yang dilakukan oleh

seorang auditor dengan menjaga sikap independensi (Giri,2010).

C. Fee Audit

Fee audit dapat didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang

dibebankan oleh auditor untuk proses audit kepada perusahaan (auditee).

Fee audit biasanya ditentukan ketika sebelum memulai proses audit

6
(Gammal, 2012). Menurut Putri dan Rasmini, (2016) Fee audit merupakan

fee yang diterima akuntan publik setelah melaksanakan jasa audit.

Besarnya fee audit dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko

penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang

diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang

bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya. Fee audit tidak

memiliki angka pasti dalam jumlah besarnya dengan kata lain besarnya

fee dapat bervariasi dan berbeda-beda. Peraturan IAI hanya mengatakan

bahwa besarnya audit fee dapat berbeda-beda tergantung pada

penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang

diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya Kantor

Akuntan Publik (KAP) yang bersangkutan dan pertimbangan profesional

lainnya. Tidak diperkenankan bagi anggota KAP untuk mendapatkan klien

dengan cara menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

Berikut ini kerangka konseptual yang menggambarkan hubungan antar

variabel.

Rotasi Auditor

Kualitas Audit

Fee Audit

Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka penulis

mengambil hipotesis sebagai dugaan atau jawaban sementara, yaitu:

7
H1 : Rotasi auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.

H2 : Fee audit berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang di lakukan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Populasi yang akan digunakan yaitu perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ada sebanyak 63 perusahaan.

Populasi yang akan dijadikan sampel adalah yang memenuhi kriteria dan

terdapat 19 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Statistik Deskriptif

Berikut penyajian deskriptif data dari setiap variabel yang

digunakan dalam penelitian ini.

Skema 1 Hasil Uji Analisis Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Rotasi Auditor 57 0 1 ,14 ,350
Fee Audit 57 17,59 28,66 22,4040 2,17774
Kualitas Audit 57 0 1 ,37 ,487
Valid N (listwise) 57
Sumber : Data Diolah Penulis (SPSS, 2021)

Penelitian ini menggunakan dua variabel independent dan satu

variabel dependent yaitu Rotasi Auditor dan Fee Audit sebagai variabel

independent dan Kualitas Audit sebagai variabel dependent. Jumlah data

penelitiansebanyak 57 data yang bersumber dari 19 perusahaan yang

menjadi sampel penelitian dengan kurung waktu penelitian 3 tahun.

8
Dari tabel statistik diatas dapat disimpulkan bahwa, untuk variabel

rotasi auditor (X1) nilai maximumnya adalah 1dan nilai minimumnya 0

dengan mean sebesar 0,14 lebih kecil dari standar deviasinya 0,350.

Untuk variabel fee audit (X2) nilai maximumnya adalah 28,66 dan

nilai minimumnya yaitu 17,59 dengan mean sebesar 22,4040 jauh lebih

besar dari standar deviasinya yang sebesar 2,17774.

Dan untuk variabel kualitas audit (Y) memiliki nilai maximum

sebesar 1 dan nilai minimum sebesar 0 dengan standar deviasi sebesar

0,487 lebih kecil dari meannya sebesar 0,37.

2. Analisis Regresi Logistik

a. Menguji Kelayakan Model Regresi

Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih

besar dari 0,05, maka model mampu memprediksi nilai observasinya atau

dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data

observasinya (Ghozali, 2009:8). Model yang baik adalah model yang Fit.

Berikut penyajian analisis kelayakan model regresi :

Skema 2 Hosmer and Lemeshow Test


Step Chi-square df Sig.
1 12,963 7 ,073
Sumber : Data DiolahPenulis (SPSS, 2021)

Berdasarkan tabel pengujian diatas, dapat disimpulkan bahwa

nilai signifikansi sebesar 0,073 lebih besar dari 0,05, artinya model

pengujian yang digunakan dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa

model yang digunakan Fit atau tidak adanya perbedaan model dengan

data observasinya.

9
b. Menilai Keseluruhan Model ( Overall Model Fit)

Uji ini digunakan untuk melihat model secara keseluruhan yang telah

dihipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Dengan membandingkan

nilai antara -2 log likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan

nilai -2 log likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Jika terjadi

penurunan nilai antara -2LL pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -

2LL pada akhir (Block Number = 1) menunjukkan bahwa model yang

dihipotesiskan fit dengan data. Berikut hasil pengujian model fit secara

overall :

Skema 3 Log Likelihood Block 0


Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 75,027 -,526
2 75,025 -,539
3 75,025 -,539

a. Constant is included in the model.


b. Initial -2 Log Likelihood: 75,025
c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Sumber : Data Diolah Penulis (SPSS, 2021)

Skema 4 Log Likelihood Block 1


Iteration Historya,b,c,d

Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant Rotasi Auditor Fee Audit
Step 1 1 74,906 ,387 ,041 -,041

2 74,903 ,448 ,044 -,044

3 74,903 ,448 ,044 -,044

a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.

c. Initial -2 Log Likelihood: 75,025

10
d. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates
changed by less than ,001.
Sumber : Data Diolah Penulis (SPSS, 2021)

Skema 3 dan skema 4 diatas merupakan perbandingan -2LL antara

Block 0 dan Block 1. Dari tabel -2LL block 0 dapat dilihat nilai -2LL

terakhir sebesar 75,025 dan mengalami penurunan pada -2LL block 1

menjadi 74,903 dilihat dari nilai -2LL terakhir Block 1. Hal ini berarti model

yang dihipotesiskan secara keseluruhan dapat diterima, karena model

dikatakan Fit atau dapat menjelaskan observasinya secara keseluruhan.

c. Pengujian Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi merupakan pengujian yang mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel

berikut:

Skema 5 Koefisien Determinasi


Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 74,903a ,002 ,003

a. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter


estimates changed by less than ,001.

Sumber : Data Diolah Penulis (SPSS, 2021)

Dari tabel diatas, dapat dilihat nilai Nagelkerke’s R Square sebesar

0,003 atau 3%. Artinya dalam penelitian ini, 3% variabel kualitas audit

dapat dijelaskan oleh variabel rotasi auditor dan fee audit, sedangkan

sisanya 97% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disebutkan dalam

penelitian ini.

3. Persamaan Analisis Regresi Logistik

Berikut ini hasil uji regresi logistik untuk mengetahui koefisien

11
pada masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel berikut :

Skema 6 Analisis Regresi Logistik

B S.E.

Step 1a Rotasi Auditor ,044 ,790


Fee Audit -,044 ,128
Constant ,448 2,880
Sumber : Data DiolahPenulis (SPSS,2021)

Berdasarkan hasil pengujian diatas. Maka di peroleh persamaan

sebagai berikut :

Y = 0,448 + 0,044RA – 0,044FA + e

Dalam persamaan regresi di atas, konstanta adalah sebesar 0,448

Ini menunjukkan bahwa jika variabel bebas diabaikan, maka besaran

kemungkinan kualitas audit adalah sebesar 0,448. Persamaan diatas juga

dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

a. Jika variabel rotasi auditor meningkat dengan asumsi variabel fee

audit tetap, maka variabel kualitas audit juga akan meningkat.

Dalam hal ini, jika koefisien rotasi auditor bertambah 1 satuan akan

menyebabkan kenaikan kualitas audit sebesar 0,044.

b. Jika variabel fee audit meningkat dengan asumsi variabel rotasi

auditor tetap, maka variabel kualitas audit akan menurun. Dalam

hal ini, jika koefisien fee audit bertambah 1 satuan akan

menyebabkan penurunan kualitas audit sebesar 0,044.

4. Uji Hipotesis (Uji Wald)

dalam regresi logistik uji Wald digunakan untuk menguji ada

tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara

parsial dengan cara membandingkan nilai statistik Wald dengan nilai

12
pembanding Chi square pada derajat bebas (db) = 1 pada alpha 5%, atau

dengan membandingkan nilai signifikansi (p- value) dengan alpha

sebesar 5% dimana p-value yang lebih kecil dari alpha menunjukkan

bahwa hipotesis diterima atau terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial. Berikut hasil uji

hipotesis dalam penelitian ini:

Skema 7 Uji Wald

B S.E. Wald df Sig Exp(B)


.
Step Rotasi Auditor ,044 ,790 ,003 1 ,956 1,045
1a
Fee Audit -,044 ,128 ,119 1 ,730 ,957
Constant ,448 2,880 ,024 1 ,876 1,565

a. Variable(s) entered on step 1: Rotasi Auditor, Fee Audit.

Sumber : Data Diolah Penulis (SPSS, 2021)

Berdasarkan hasil uji wald diatas dapat dilihat bahwa nilai

signifikansi pada variabel rotasi auditor (X1) sebesar 0,956 lebih besar

dari nilai ketetapan 0,05. Hal ini berarti hipotesis pertama ditolak atau

rotasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Sedangkan untuk variabel X2 atau variabel fee audit memiliki nilai

signifikansi sebesar 0,730 lebih besar dari nilai ketetapan 0,05. Hal ini

berarti tidak terdapat pengaruh signifikan antara fee audit terhadap

kualitas audit. Jadi, hipotesis kedua ditolak.

5. Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh rotasi auditor

dan fee audit terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2018. Adapun

pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Pengaruh Rotasi Auditor Terhadap KualitasAudit

13
Hipotesis pertama yang dirumuskan dalam penelitian ini yakni

rotasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019.

Dan berdasarkan tingkat kepercayaan 95% maka variabel rotasi auditor

dinyatakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Agustini dan Siregar (2020) yang menyatakan bahwa rotasi audit tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit. Variabel rotasi auditor tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit dikarenakan rotasi auditor tidak

sepenuhnya dapat dijadikan alat ukur kualitas audit. Hal ini disebabkan

karena meskipun perusahaan melakukan pergantian auditor tidak

memberikan jaminan kualitas audit akan lebih baik dari sebelumnya.

Pergantian auditor juga dapat memicu penurunan kualitas akibat auditor

yang baru memerlukan beberapa waktu yang cukup lama untuk

mempelajari alur bisnis client atau perusahaan yang akan diaudit. Hal ini

dapat memberikan hambatan dalam proses penyelesaian audit oleh

auditor yang baru.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan logika penyusunan

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya dalam penelitian ini. Dimana

diyakini bahwa apabila perusahaan melakukan rotasi audit maka kualitas

audit yang didapat akan jauh lebih baik dari sebelumnya dan dapat

mengembalikan kepercayaan publik mengenai kehandalan hasil audit

tersebut.

2. Pengaruh Fee Audit Terhadap Kualitas Audit

Hipotesis kedua yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu fee audit

berpengaruh terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019 dan berdasarkan

14
tingkat kepercayaan 95% maka ditemukan hasil bahwa variabel fee audit

tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang ditemukan

oleh peneliti Murtadho (2018) yang menyatakan Fee audit tidak memiliki

pengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini karena keengganan para pihak

pelaku pasar untuk mengekplorasi informasi mengenai besaran biaya

audit yang dikeluarkan perusahaan. Ramdani (2016) menyatakan bahwa

audit fee tidak bisa memprediksi bagus atau tidaknya kualitas audit.

Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan logika penyusunan

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Dimana diyakini bahwa

semakin besar fee audit yang dibayarkan perusahaan kepada auditor

maka semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor.

SIMPULAN SERTA SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rotasi auditor sebagai variabel independent tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Pergantian

auditor tidak dapat menjamin kualitas audit yang dihasilkan oleh

auditor baru lebih baikdari auditor sebelumnya.

2. Fee audit sebagai variabel independent tidak berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Besaran fee audit bukan

menjadi tolak ukur dari kualitas audit yang dihasilkan oleh seorang

auditor. Hal ini karena fee audit tidak dapat memprediksi kualitas audit

15
seseorang.

B. SARAN

1. Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya, disarankan agar mampu menggunakan

variabel lain yang disinyalir memberikan pengaruh terhadap kualitas

audit seperti audit tenure. selain itu peneliti selanjutnya diharapkan

mampu menemukan pengukuran yang sebenarnya dari variabel

kualitas audit, karena sejauh ini pengukuran kualitas audit belum bisa

dipatenkan pada satupengukuran.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia agar melaporkan laporan tahunannya lebih lengkap

baik disisi keuangan maupun non keuangan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adhiyani, B. N. 2016. Analisis Pengaruh Audit Tenure Dan Audit Fee Terhadap
Kualitas Audit Dengan Size, Growth, Dan Leverage Sebagai Variabel
Kontrol. Jurnal Akuntansi, 2(2), 135-144.

Dewi, N. P. N. C., & Dwiyanti, K. T. (2016). Pengaruh Audit Tenure,


Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas Audit
Di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 26(2), 1494–1517. https://doi.org/ISSN:2302-8556.

Ghozali Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS19. Badan Universitas Diponegoro.

Hartadi, B. (2018). Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Pengaruh Fee Audit,
Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek
Indonesisa. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, Volume 16,(110), 85–104.

Kurniasih, Margi dan Abdul Rohman. (2014). Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure,
Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit. Semarang: Diponegoro
Journal Of Accounting Volume 3, Nomor 3, 2014, 1-10.

Muliawan, E. K., & Sujana, I. K. (2017). Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik,
Auditor Switching dan Audit Tenure Pada Kualitas Audit.

Mgbame, C.O., Eragbhe, E, dan Osazuwa, N. 2016. “Audit Partner Tenure and
Audit Quality: An Empirical Analysis”. European Journal of Business and
Management, Vol.4, No.7,pp.154159.

Mulyadi, (2015). Auditing. Jakarta : Salemba Empat. Hal 63.

M. (2018). Pengaruh Rotasi Kap dan Fee Audit Terhadap Kualitas Audit Pada
Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(Bei). Jurnal Riset Akuntansi & Bisnis, 18(1), 51–66. Spesialisasi Auditor
Terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal Of Accounting, 3,1–12.

Novrilia, H., Arza, F. I., & Sari, V. F. (2019). Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure
Dan Reputasi KAP Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Eksplorasi Akuntansi,
1(1), 256–276. https://doi.org/ISSN:2656-3649.

Panjaitan, C. M., & Anis Chariri. (2014). Pengaruh Tenure , Ukuran Kap Dan
Salsabila,

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&B. Bandung :


Alfabeta

Perdana, Muhammad Adhi. (2014). Pengaruh Rotasi Kantor Akuntan

17
Publik dan Rotasi Akuntan Publik (Partner Auditor) Terhadap Kualitas
Audit. Semarang: Skripsi Strata Satu.Universitas Diponegoro.

Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 359/KMK.06/2003


Tentang “Jasa Akuntan Publik” dan Perubahan atas Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 423/KMK.06/2002, Jakarta, 2003.

Siregar, D. L. (2018). Pengaruh Akuntabilitas Pelayanan Dan Sanksi Pajak


Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor. Jurnal Akuntansi
Barelang, 2(2), 10–26. https://doi.org/ISSN: 2580-5118.

Supriyono, R. A. 2018. Pemeriksaan Akuntansi, Auditing: Faktor-faktor Yang


Mempengaruhi Independensi Penampilan Akuntan Publik. Yogyakarta:
Salemba Empat.

www.idx.co.id

18

Anda mungkin juga menyukai