Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR-FAKTOR DALAM DIRI AUDITOR DAN KUALITAS AUDIT:

STUDI PADA KAP ‘BIG FOUR’ DI INDONESIA*

Icuk Rangga Bawono


Jurusan Akuntansi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
e-mail: cukycutes@yahoo.com

Elisha Muliani Singgih


Alumni Jurusan Akuntansi
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Abstrak

Penelitian ini merupakan pengembangan dari dua penelitian sebelumnya (Aji, 2009 dan
Rahman, 2009), mengenai bagaimana independensi, pengalaman, due professional care dan
akuntabilitas mempengaruhi kualitas audit.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan kuesioner. Populasi
penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) “Big
Four” Indonesia. Penelitian ini menggunakan random sampling sederhana yang dilakukan
dengan penentuan jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus Slovin formula
sehingga hanya 125 kuesioner yang dapat diproses. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan model regresi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi, pengalaman, due professional care
dan akuntabilitas mempengaruhi kualitas audit secara berkelanjutan. Selain itu, penelitian ini
membuktikan bahwa independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial
mempengaruhi kualitas audit akan tetapi pengalaman tidak berpengaruh pada kualitas audit.
Penelitian ini juga membuktikan bahwa independensi merupakan faktor dominan yang
berpengaruh pada kualitas audit. Untuk penelitian di masa yang akan datang, penelitian ini
menyarankan pengembangan cakupan wilayah survei dan penambahan lebih banyak variabel
yang dapat mempengaruhi kualitas audit.

Kata kunci: independensi, pengalaman, due professional care, akuntabilitas, kualitas audit

Abstract

This study extends two previous experiments (Aji, 2009 and Rahman, 2009) on how
independency, experience, due professional care and accountability influenced audit quality.
This study was conducted by using survey method with questionnaire. The population in
this study are entire auditors who work in “Big Four” public accountant offices in Indonesia.
This study used simple random sampling which was conducted by determination of samples
counted with Slovin formula so that only 125 questionnaires could be process. Data Analysis was
conducted using multiple regression model.
The result proved that independency, experience, due professional care and
accountability influenced audit quality simultaneously. Besides that, this study proved that
independency, due professional care, and accountability influenced audit quality partially, but
experience did not influence audit quality. This study also proved that independency was
dominant factor which influenced audit quality. For future research, we suggest to extend survey
area coverage and add more variable that can influence audit quality.

Keywords: independency, experience, due professional care, accountability and audit quality.
PENDAHULUAN manakah auditor melakukan kelalaian dengan
Persyaratan yang harus yang harus menilai standard of care untuk mengevaluasi
dimiliki oleh seorang auditor seperti dinyata- apakah pekerjaan audit yang ditunjukkan
kan dalam Pernyataan Standar Auditing cukup untuk menghindari kewajiban (Kadous,
(SPAP, 2001: 150.1) adalah keahlian dan due 2000) dan para penuntut hukum harus
professional care. Namun seringkali definisi menentukan apakah auditor menggunakan due
keahlian dalam bidang auditing diukur dengan professional care dalam melakukan sebuah
pengalaman (Mayangsari, 2003). Rahmawati audit (Anderson dkk, 1997). Penelitian
dan Winarna (2002), dalam risetnya menemu- Rahman (2009) memberikan bukti empiris
kan fakta bahwa pada auditor, expectation gap bahwa due professional care merupakan
terjadi karena kurangnya pengalaman kerja faktor yang paling berpengaruh terhadap
dan pengetahuan yang dimiliki hanya sebatas kualitas audit, serta penelitian Louwers dkk.
pada bangku kuliah saja. Padahal menurut (2008) yang menyimpulkan bahwa kegagalan
Djaddang dan Agung (2002) dalam audit dalam kasus fraud transaksi pihak-pihak
Rahmawati dan Winarna (2002), auditor terkait disebabkan karena kurangnya sikap
ketika mengaudit harus memiliki keahlian skeptis dan due professional care auditor
yang meliputi dua unsur yaitu pengetahuan daripada kekurangan dalam standar auditing.
dan pengalaman. Karena berbagai alasan Laporan keuangan menyediakan ber-
seperti diungkapkan di atas, pengalaman kerja bagai informasi yang diperlukan sebagai
telah dipandang sebagai suatu faktor penting sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak
dalam memprediksi kinerja akuntan publik, internal maupun pihak eksternal perusahaan.
dalam hal ini adalah kualitas auditnya. Menurut FASB, dua karakteristik terpenting
Penting bagi auditor untuk meng- yang harus ada dalam laporan keuangan
implementasikan due professional care dalam adalah relevan (relevance) dan dapat diandal-
pekerjaan auditnya. Hal ini dikarenakan stan- kan (reliable). Kedua karakteristik tersebut
dard of care untuk auditor berpindah target sangatlah sulit untuk diukur, sehingga para
yaitu menjadi berdasarkan kekerasan konse- pemakai informasi membutuhkan jasa pihak
kuensi dari kegagalan audit. Kualitas audit ketiga yaitu auditor independen untuk mem-
yang tinggi tidak menjamin dapat melindungi beri jaminan bahwa laporan keuangan tersebut
auditor dari kewajiban hukum saat konse- relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat
kuensi dari kegagalan audit adalah keras meningkatkan kepercayaan semua pihak yang
(Kadous, 2000). Terlebih dengan adanya berkepentingan dengan perusahaan tersebut.
fenomena hindsight bias yang sangat merugi- Dengan demikian perusahaan akan semakin
kan profesi akuntan publik. Jika hindsight bias mendapatkan kemudahan-kemudahan dalam
diberlakukan, maka auditor harus membuat menjalankan operasi perusahaannya. Namun,
keputusan tanpa pengetahuan hasil akhir, di era persaingan yang sangat ketat seperti
tetapi kewajiban auditor ditentukan dari sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor
sebuah perspektif hasil akhir (Anderson dkk, sama-sama dihadapkan pada tantangan-
1997). Dalam mengevaluasi auditor, juri tantangan yang berat. Mereka sama-sama
menganggap (in hindsight) bahwa peristiwa- harus mempertahankan eksistensinya di peta
peristiwa tertentu secara potensial dapat persaingan dengan perusahaan kompetitor atau
diprediksi dan (in foresight) seharusnya dapat rekan seprofesinya. Perusahaan menginginkan
mengantisipasi sebuah hasil yang menjadi Unqualified Opinion sebagai hasil dari laporan
jelas hanya dengan melihat ke belakang audit, agar performancenya terlihat bagus di
(Baron dan Hershey, 1988; Fischhoff, 1975; mata publik sehingga ia dapat menjalankan
Mitchell dan Kalb, 1981 dalam Anderson, operasinya dengan lancar.
1997). Menurut Chow dan Rice dalam Kawi-
Oleh karena itu para juri dalam kasus jaya dan Juniarti (2002), manajemen per-
kegagalan audit harus menentukan pada level usahaan berusaha menghindari opini wajar
dengan pengecualian karena bisa mempeng- mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari per-
aruhi harga pasar saham perusahaan dan sepsi auditor atas independensi, pengalaman,
kompensasi yang diperoleh manajer. Namun, dan akuntabilitas. Penelitian tersebut memberi
laporan keuangan yang diaudit adalah hasil hasil bahwa independensi, pengalaman, dan
proses negosiasi antara auditor dengan klien akuntabilitas berpengaruh secara simultan ter-
(Antle dan Nalebuff, 1991 dalam Ng dan Tan, hadap kualitas audit. Selain itu, variabel inde-
2003). Disinilah auditor berada dalam situasi pendensi dan akuntabilitas berpengaruh secara
yang dilematis, di satu sisi auditor harus parsial terhadap kualitas audit dan variabel
bersikap independen dalam memberikan opini pengalaman tidak berpengaruh terhadap
mengenai kewajaran laporan keuangan yang kualitas audit. Serta variabel yang mempunyai
berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, pengaruh paling besar terhadap kualitas audit
namun di sisi lain dia juga harus bisa adalah akuntabilitas.(3) Rahman (2009)
memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien meneliti tentang pengaruh kompetensi, inde-
yang membayar fee atas jasanya agar kliennya pendensi, dan due profesional care terhadap
puas dengan pekerjaannya dan tetap meng- kualitas audit. Hasilnya adalah ketiga variabel
gunakan jasanya di waktu yang akan datang. independen tersebut berpengaruh secara
Posisinya yang unik seperti itulah yang simultan terhadap kualitas audit. Penelitian ini
menempatkan auditor pada situasi yang juga memberi bukti bahwa variabel inde-
dilematis sehingga dapat mempengaruhi pendensi dan due professional care ber-
kualitas auditnya. pengaruh secara parsial terhadap kualitas
Maraknya skandal keuangan yang audit, sedangkan variabel kompetensi tidak
terjadi baik di dalam maupun di luar negeri berpengaruh terhadap kualitas audit. Selain
telah memberikan dampak besar terhadap itu, variabel yang paling berpengaruh terhadap
kepercayaan publik terhadap profesi akuntan kualitas audit adalah due profesional care.
publik. Dan yang menjadi pertanyaan besar Penelitian ini merupakan replikasi
dalam masyarakat adalah mengapa justru yang mengkombinasikan penelitian yang
semua kasus tersebut melibatkan profesi dilakukan oleh Aji (2009) dan Rahman
akuntan publik yang seharusnya mereka (2009). Perbedaan penelitian ini dengan
sebagai pihak ketiga yang independen yang penelitian sebelumnya terletak pada objek
memberikan jaminan atas relevansi dan penelitiannya, yaitu auditor yang bekerja di
keandalan sebuah laporan keuangan. Mardisar Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four yang
dan Sari (2007) mengatakan bahwa kualitas ada di Indonesia. Selama ini Big Four dikenal
hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh sebagai Kantor Akuntan Publik yang bertaraf
rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang internasional. Para auditor yang bekerja pada
dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan kantor akuntan ini tentunya memiliki kualitas
audit. Oleh karena itu akuntabilitas merupakan yang lebih unggul dibanding KAP non-Big
hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh Four, oleh karena itu penelitian ini mencoba
seorang auditor dalam melaksanakan pekerja- membuktikan seberapa jauh faktor-faktor
anya. dalam diri auditor di KAP Big Four
Penelitian-penelitian terdahulu yang mempengaruhi kualitas auditnya.
pernah dilakukan antara lain: (1) Mansur Tujuan dilakukannya penelitian ini
(2007) meneliti tentang faktor-faktor yang adalah untuk (1) mengetahui pengaruh inde-
mempengaruhi kualitas audit ditinjau dari per- pendensi, pengalaman, due professional care,
sepsi auditor atas pelatihan dan keahlian, dan akuntabilitas secara simultan terhadap
independensi dan penggunaan kemahiran kualitas audit; (2) mengetahui pengaruh
profesional. Penelitian ini menemukan bahwa independensi, pengalaman, due professional
pendidikan dan pengalaman, pelatihan, sikap care, akuntabilitas, dan etika bisnis secara par-
skeptis dan keyakinan yang memadai ber- sial terhadap kualitas audit; (3) mengetahui
pengaruh positif terhadap kualitas audit. (2) variabel yang berpengaruh dominan terhadap
Aji (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang
kualitas audit. Selanjutnya akan dibahas beban apapun terhadap pihak manapun. Maka
mengenai kerangka teoritis dan pengem- penilaiannya akan mencerminkan kondisi
bangan hipotesis, metode penelitian, hasil dan yang sebenarnya dari sebuah perusahaan yang
pembahasan, serta kesimpulan, implikasi dan diperiksa. Dengan demikian maka jaminan
keterbatasan penelitian yang akan disajikan di atas keandalan laporan yang diberikan oleh
bawah ini. auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua
pihak yang berkepentingan. Jadi kesimpulan-
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN nya adalah semakin tinggi independensi
HIPOTESIS seorang auditor maka kualitas audit yang
Hubungan Independensi dengan Kualitas diberikannya semakin baik.
Audit
Kualitas audit seperti dikatakan oleh Hubungan Pengalaman dengan Kualitas
De Angelo (1981) dalam Alim dkk. (2007), Audit
yaitu sebagai probabilitas dimana seorang Knoers dan Haditono (1999) dalam
auditor menemukan dan melaporkan tentang Asih (2006: 12) mengatakan bahwa pengala-
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akun- man merupakan suatu proses pembelajaran
tansi kliennya. Sedangkan Christiawan (2005) dan penambahan perkembangan potensi
mengungkapkan, kualitas audit ditentukan bertingkah laku baik dari pendidikan formal
oleh dua hal yaitu independensi dan kompe- maupun non formal atau bisa juga diartikan
tensi. Dari definisi di atas, maka kesimpulan- sebagai suatu proses yang membawa seseo-
nya adalah auditor yang kompeten adalah rang kepada suatu pola tingkah laku yang
auditor yang “mampu” menemukan adanya lebih tinggi. Variabel pengalaman akan diukur
pelanggaran sedangkan auditor yang dengan menggunakan indikator lamanya
independen adalah auditor yang "mau" meng- bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan
ungkapkan pelanggaran tersebut. Jelas terlihat yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan
bahwa independensi dan kompetensi seperti yang telah diikutinya.
dikatakan Christiawan (2005) dan merupakan Kebanyakan orang memahami bahwa
faktor penentu kualitas audit dilihat dari sisi semakin banyak jumlah jam terbang seorang
auditor. auditor, tentunya dapat memberikan kualitas
Fearnley dan Page (1994: 7) dalam audit yang lebih baik daripada seorang auditor
Hussey dan Lan (2001) mengatakan bahwa yang baru memulai kariernya. Atau dengan
sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika kata lain auditor yang berpengalaman di-
auditor bersikap independen dan dipercaya asumsikan dapat memberikan kualitas audit
untuk lebih cenderung melaporkan pelang- yang lebih baik dibandingkan dengan auditor
garan perjanjian antara prinsipal (pemegang yang belum berpengalaman. Hal ini dikarena-
saham dan kreditor) dan agen (manajer). kan pengalaman akan membentuk keahlian
Sedangkan menurut Christiawan (2002), seseorang baik secara teknis maupun secara
seorang akuntan publik yang independen psikis.
adalah akuntan publik yang tidak mudah Secara teknis, semakin banyak tugas
dipengaruhi, tidak memihak siapapun, dan yang dia kerjakan, akan semakin mengasah
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang
manajemen dan pemilik perusahaan, tetapi memerlukan treatment atau perlakuan khusus
juga pihak lain pemakai laporan keuangan yang banyak dijumpai dalam pekerjaannya
yang mempercayai hasil pekerjaanya. dan sangat bervariasi karakteristiknya (Aji,
Dari kedua pendapat di atas dapat 2009: 5). Jadi dapat dikatakan bahwa
disimpulkan bahwa jika seorang auditor ber- seseorang jika melakukan pekerjaan yang
sikap independen, maka ia akan memberi sama secara terus menerus, maka akan men-
penilaian yang senyatanya terhadap laporan jadi lebih cepat dan lebih baik dalam menye-
keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki lesaikannya. Hal ini dikarenakan dia telah
benar-benar memahami teknik atau cara gunaan kemahiran profesional menuntut
menyelesaikannya, serta telah banyak auditor untuk melaksanakan skeptisme pro-
mengalami berbagai hambatan-hambatan atau fesional, yaitu suatu sikap auditor yang ber-
kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya pikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu
tersebut, sehingga dapat lebih cermat dan ber- mempertanyakan dan melakukan evaluasi
hati-hati menyelesaikannya. Hal ini sesuai terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan
dengan pendapat Herliyansyah dan Ilyas kemahiran profesional dengan cermat dan
(2006) yang mengatakan bahwa penggunaan seksama memungkinkan auditor untuk mem-
pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa peroleh keyakinan memadai bahwa laporan
tugas yang dilakukan secara berulang-ulang keuangan bebas dari salah saji material, baik
memberikan peluang untuk belajar melaku- yang disebabkan oleh kekeliruan maupun
kannya dengan yang terbaik. kecurangan.
Secara psikis, pengalaman akan mem- Due professional care merupakan hal
bentuk pribadi seseorang, yaitu akan membuat yang penting yang harus diterapkan setiap
seseorang lebih bijaksana baik dalam berpikir akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaan
maupun bertindak, karena pengalaman sese- profesionalnya agar dicapai kualitas audit
orang akan merasakan posisinya saat dia yang memadai. Due professional care
dalam keadaan baik dan saat dia dalam menyangkut dua aspek, yaitu skeptisme
keadaan buruk. Seseorang akan semakin ber- profesional dan keyakinan yang memadai.
hati-hati dalam bertindak ketika ia merasakan Hasil penelitian Kopp, Morley, dan Rennie
fatalnya melakukan kesalahan. Dia akan dalam Mansur (2007: 38) membuktikan
merasa senang ketika berhasil menemukan bahwa masyarakat mempercayai laporan
pemecahan masalah dan akan melakukan hal keuangan jika auditor telah menggunakan
serupa ketika terjadi permasalahan yang sama. sikap skeptis profesionalnya (professional
Dia akan puas ketika memenangkan skepticism) dalam proses pelaksanaan audit.
argumentasi dan akan merasa bangga ketika Auditor harus tetap menjaga sikap skeptis
memperoleh imbalan hasil pekerjaannya profesionalnya selama proses pemeriksaan,
(Bonner dan Lewis, 1990; Farhan, 2004 dalam karena ketika auditor sudah tidak mampu lagi
Noviari dkk., 2005). mempertahankan sikap skeptis profesionalnya,
Dian indri purnamasari (2005) mem- maka laporan keuangan yang diaudit tidak
berikan kesimpulan bahwa seorang karyawan dapat dipercaya lagi, dan memungkinkan
yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi adanya litigasi paska audit. Nearon (2005)
akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal dalam Mansur (2007) juga menyatakan hal
diantaranya: mendeteksi kesalahan, mema- serupa bahwa jika auditor gagal dalam
hami kesalahan, dan mencari penyebab menggunakan sikap skeptis atau penerapan
munculnya kesalahan (dalam Asih, 2006: 12). sikap skeptis yang tidak sesuai dengan kondisi
Jadi pengalaman merupakan hal yang sangat pada saat pemeriksaan, maka opini audit yang
penting bagi sebuah profesi yang mem- diterbitkannya tidak berdaya guna dan tidak
butuhkan profesionalisme yang sangat tinggi memiliki kualitas audit yang baik.
seperti akuntan publik, karena pengalaman Menurut GAO (2007: 116) dalam
akan mempengaruhi kualitas pekerjaan Mansur (2007: 42), audit kinerja yang sesuai
seorang auditor. dengan GAGAS harus memberikan keyakinan
yang memadai (reasonable assurance) bahwa
Hubungan Due Professional Care dengan bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk
Kualitas Audit mendukung temuan dan kesimpulan auditor.
Due professional care memiliki arti Keyakinan yang memadai atas bukti-bukti
kemahiran profesional yang cermat dan sek- yang ditemukan akan sangat membantu
sama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), auditor dalam menentukan scope dan
kecermatan dan keseksamaan dalam peng- metodologi yang akan digunakan dalam
melaksanakan pekerjaan audit agar tujuan pekerjaannya dengan sebaik mungkin. Hal
dapat tercapai. Dengan demikian due profes- inilah yang disebut sebagai kewajiban sosial.
sional care berkaitan dengan kualitas audit. Hipotesis yang diajukan dalam pene-
litian ini yaitu: 1) Independensi, pengalaman,
Hubungan Akuntabilitas dengan Kualitas due professional care dan akuntabilitas secara
Audit simultan berpengaruh terhadap kualitas audit.
Tetclock (1984) dalam Mardisar dan 2) Independensi, pengalaman, due profes-
Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas sional care dan akuntabilitas secara parsial
sebagai bentuk dorongan psikologi yang berpengaruh terhadap kualitas audit. 3) Due
membuat seseorang berusaha mempertang- professional care merupakan variabel yang
gungjawabkan semua tindakan dan keputusan dominan berpengaruh terhadap kualitas audit.
yang diambil kepada lingkungannnya.
Robbins (2008: 222) dalam Sarita dan METODE PENELITIAN
Agustia (2009) mendefinisikan motivasi Pendekatan Penelitian, Populasi dan
(motivation) sebagai proses yang menjelaskan Teknik Pengambilan Sampel
intensitas, arah, dan ketekunan seorang Dilihat dari karakteristik masalahnya,
individu untuk mencapai tujuannya. Dengan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,
adanya motivasi dalam bekerja, maka para yaitu penelitian terhadap masalah-masalah
auditor diharapkan lebih memiliki intensitas, berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi.
arah dan ketekunan sehingga tujuan organisasi Tujuannya adalah untuk menguji hipotesis
pun lebih mudah tercapai. atau menjawab pertanyaan yang berkaitan
Pengabdian kepada profesi merupakan dengan current status dari subyek yang diteliti
suatu komitmen yang terbentuk dari dalam diri (Indriantoro dan Supomo, 2002: 26 & 29).
seseorang profesional, tanpa paksaan dari Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siapapun, dan secara sadar bertanggung jawab auditor dari tingkatan partner, manajer, senior,
terhadap profesinya. Seseorang yang melak- dan junior yang bekerja di KAP “Big Four”
sanakan sebuah pekerjaan secara ikhlas maka yang ada di Indonesia. Kantor akuntan publik
hasil pekerjaan tersebut akan cenderung lebih tersebut adalah KAP Tanudireja Wibisana &
baik daripada seseorang yang melakukannya Rekan (Member of Pricewaterhouse Coopers);
dengan terpaksa. Nugrahaningsih (2005) KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja
mengatakan bahwa akuntan memiliki (Member of Ernst & Young); KAP Osman
kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis Bing Satrio & Rekan (Member of Deloitte)
tertinggi mereka kepada organisasi dimana dan KAP Siddharta & Widjaja (Member of
mereka berlindung, profesi mereka, masyara- KPMG International). Berdasarkan pertim-
kat dan pribadi mereka sendiri dimana akuntan bangan dari beberapa sumber, jumlah populasi
mempunyai tanggung jawab menjadi kompe- auditor “Big Four” di Indonesia adalah 2000
ten dan berusaha menjaga integritas dan orang. Metode penetapan sampel yang
obyektivitas mereka (dalam Alim dkk., 2007). digunakan adalah Simple Random Sampling,
Jika seorang akuntan menyadari akan yaitu pemilihan sampel secara acak sederhana
betapa besar perannya bagi masyarakat dan yang memberikan kesempatan yang sama dan
bagi profesinya, maka ia akan memiliki tak terbatas pada setiap anggota populasi
sebuah keyakinan bahwa dengan melakukan untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan
pekerjaan dengan sebaik-baiknya, maka ia Supomo, 2002: 124). Ukuran sampel ditentu-
akan memberikan kontribusi yang sangat kan dengan menggunakan rumus Slovin
besar bagi masyarakat dan profesinya tersebut. (Umar, 2005: 78):
Maka ia akan merasa berkewajiban untuk N
memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan n=
1 + Ne 2
profesinya tersebut dengan melakukan
Keterangan: kator lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan
n = Ukuran sampel pemeriksaan yang telah dilakukan, seperti
N = Ukuran populasi yang digunakan oleh Aji (2009) serta di-
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian tambah dengan satu indikator yang juga dapat
karena kesalahan pengambilan sampel memproksikan pengalaman seorang auditor
yang masih dapat ditolerir atau diingin- yaitu banyaknya pelatihan yang telah diikuti-
kan dalam penelitian ini (e = 10%) nya, yang diambil dari aspek-aspek kompe-
tensi yang dikembangkan Mansur (2007) yang
Perhitungan ukuran sampel : telah direplikasi oleh Rahman (2009).
2000
n = 1 + 2000(0,1) 2 = 95,24 Due Professional Care
Due professional care artinya adalah
kemahiran profesional yang cermat dan
Dari hasil perhitungan di atas, maka seksama. Variabel due professional care akan
ukuran sampel minimal yang digunakan dalam diukur dengan aspek-aspek due professional
penelitian ini adalah sebesar 95,24 dibulatkan care yang dikembangkan oleh Mansur (2007)
menjadi 95 responden. yaitu sikap skeptis dan keyakinan yang
memadai.
Teknik Pengumpulan Data dan
Operasional Variabel Akuntabilitas
Teknik pengumpulan data dalam Akuntabilitas secara umum artinya
penelitian ini adalah melalui kuesioner. Menu- permintaan pertanggungjawaban atas peme-
rut Indriantoro dan Supomo (2002: 154), nuhan tanggung jawab yang diserahkan
teknik ini memberikan tanggung jawab kepada kepadanya. Akuntabilitas diukur meng-
responden untuk membaca dan menyatakan gunakan indikator pertanyaan yang dikem-
pendapatnya terhadap pertanyaan atau per- bangkan oleh Kalbers dan Forgaty (1995),
nyataan yang diajukan. Kuisioner dikirimkan yang telah diterjemahkan dan dimodifikasi
kepada para auditor di KAP “Big Four” oleh Aji (2009: 51-52) yaitu meliputi 3
dengan menggunakan e-mail (electronic mail) dimensi: motivasi, pengabdian pada profesi
dan melalui jasa pos (post mail). Kuesioner dan kewajiban sosial.
tersebut berisi daftar pertanyaan yang
jawabannya dinyatakan dengan menggunakan Variabel dependen
skala Likert. Kualitas Audit
Kualitas audit adalah sikap auditor
Variabel independen dalam melaksanakan tugasnya yang tercermin
Independensi dalam hasil pemeriksaannya yang dapat
Independensi adalah sikap bebas dan diandalkan sesuai dengan standar yang
tidak memihak yang dimiliki auditor terkait berlaku. Kualitas audit diukur dengan 4 aspek
dengan penugasan auditnya. Variabel inde- kualitas audit berdasarkan Financial
pendensi auditor dalam penelitian ini diukur Reporting Council (2006: 16) yaitu: budaya
dengan menggunakan instrumen yang dikem- dalam KAP; keahlian dan kualitas personal
bangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980) yaitu: rekan dan staff audit; efektivitas proses audit;
independensi penyusunan program, indepen- serta keandalan dan manfaat laporan audit.
densi investigatif, dan independensi pelaporan. Instrumen yang digunakan adalah instrumen
yang telah dikembangkan oleh Mansur (2007).
Pengalaman
Pengalaman adalah keterampilan dan Teknik Analisis Data
pengetahuan yang di peroleh seseorang setelah Tahap-tahap dalam menganalisis data
mengerjakan sesuatu hal. Variabel penga- adalah melakukan pilot test untuk menguji
laman akan diukur dengan menggunakan indi-
kualitas data, setelah memperoleh data dari HASIL DAN PEMBAHASAN
responden asli lalu membuat tabulasi profil Gambaran Umum Penelitian
dan jawaban responden, uji asumsi klasik dan Penelitian ini merupakan penelitian
menguji hipotesis dengan analisis regresi deskriptif yang menggunakan data primer
berganda. Persamaannya adalah debagai sebagai sumber datanya. Oleh karena itu
berikut : teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5+ e adalah dengan menggunakan kuesioner
Keterangan : sebagai instrumennya, yang kemudian
Y : kualitas audit disebarkan kepada para responden yaitu para
β0 : intersep model auditor yang bekerja pada kantor akuntan
β1 β2 β3 β4 β5 : koefisien regresi publik “Big Four” di Indonesia. Dari 200
X1 : independensi kuesioner yang didistribusikan, sebanyak 64
X2 : pengalaman kuesioner tidak kembali, dan 11 kuesioner
X3 : due professional care tidak lengkap, sehingga hanya 125 kuesioner
X4 : akuntabilitas yang dapat diolah. Klasifikasi responden dapat
X5 : etika bisnis dilihat pada tabel berikut ini:
e : error

Tabel 1: Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 68 54,4
Perempuan 57 45,6
Jumlah 125 100

Tabel 2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


Usia ( tahun ) Jumlah Persentase
< 30 102 81,6
31 – 40 23 18,4
41 – 50 0 0
> 50 0 0
Jumlah 125 100

Tabel 3: Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase
SMA/Diploma 1 0,8
S1 111 88,8
S2 13 10,4
S3 0 0
Jumlah 125 100

Tabel 4: Karakteristik Responden Berdasarkan KAP Tempat Bekerja


KAP Tempat Bekerja Jumlah Persentase
KAP Tanudireja Wibisana & Rekan 30 24
KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja 25 20
KAP Osman Bing Satrio & Rekan 38 30,4
KAP Siddharta & Widjaja 26 20,8
Responden yang tidak mengisi profil 6 4,8
Jumlah 125 100
Tabel 5: Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan Sekarang
Jabatan Sekarang Jumlah Persen
Partner 1 0,80
Manajer 0 0
Audit In-charge 32 25,6
Staf Auditor 88 70,4
Responden yang tidak mengisi profil 4 3,2
Jumlah 125 100,00

Uji Kualitas Data kan r hitung dengan r tabel (0,361). Nilai r


Uji validitas tabel diperoleh dari tabel r product moment
Untuk menguji validitas setiap two tailed dengan tingkat signifikansi 5% dan
pertanyaan dalam kuesioner maka digunakan derajat kebebasan sebesar 95% (df = 30 – 2).
rumus korelasi product moment. Uji Berikut disajikan hasil uji validitas setiap butir
signifikansi dilakukan dengan membanding- pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner:

Tabel 6: Hasil Uji Validitas Variabel Independensi


Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 0,383 0,361 Valid
2 0,748 0,361 Valid
3 0,786 0,361 Valid
4 0,844 0,361 Valid
5 0,088 0,361 Tidak Valid
6 0,642 0,361 Valid
7 0,819 0,361 Valid
8 0,566 0,361 Valid
9 0,694 0,361 Valid
10 0,678 0,361 Valid
11 0,668 0,361 Valid

Tabel 7: Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman


Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 0,743 0,361 Valid
2 0,846 0,361 Valid
3 0,530 0,361 Valid
4 0,685 0,361 Valid
5 0,761 0,361 Valid
6 0,464 0,361 Valid
7 0,517 0,361 Valid

Tabel 8: Hasil Uji Validitas Variabel Due Professional Care


Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 0,560 0,361 Valid
2 0,679 0,361 Valid
3 0,743 0,361 Valid
4 0,774 0,361 Valid
5 0,742 0,361 Valid
6 0,461 0,361 Valid
7 0,517 0,361 Valid
Tabel 9: Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas
Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
1 0,645 0,361 Valid
2 0,569 0,361 Valid
3 0,232 0,361 Tidak Valid
4 0,487 0,361 Valid
5 0,629 0,361 Valid
6 0,534 0,361 Valid
7 0,427 0,361 Valid
8 0,439 0,361 Valid
9 0,425 0,361 Valid
10 0,603 0,361 Valid
11 0,412 0,361 Valid
12 0,685 0,361 Valid
13 0,378 0,361 Valid
14 0,599 0,361 Valid

Berdasarkan pengujian tersebut, maka Pengujian normalitas statistik adalah


ada 3 butir pertanyaan yang harus dihilangkan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
karena dinyatakan tidak valid yaitu pada Smirnov. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat
variabel independensi pertanyaan nomor 5 dan pada tabel 11. Berdasarkan tabel 11 dapat
pada variabel akuntabilitas pertanyaan nomor 3. diketahui bahwa nilai asympotic significant
(two tailed) sebesar 0,127 lebih besar dari nilai
Uji reliabilitas alpha 0,05. Dengan demikian dapat disimpul-
Pengujian reliabilitas setiap variabel kan semua variabel berdistribusi normal.
menggunakan teknik cronbach alpha. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika Multikolinearitas
memberikan nilai Cronbach Alpha>0.60 Multikolinearitas dapat dideteksi
(Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2007: 42). dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation
Hasil uji reliabilitas setiap variabel disajikan Factor) dan tolerance pada coefficients model.
pada tabel 10. Berdasarkan pengujian tersebut, Hasil pengujian ini dapat dilihat pada tabel 12.
dapat disimpulkan bahwa semua variabel Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat
penelitian reliabel dengan nilai cronbach bahwa nilai VIF pada masing-masing variabel
alpha lebih besar dari kriteria yang ditetapkan. bernilai kurang dari 10 dan nilai tolerance
lebih dari 0,10. Sehingga dapat disimpulkan
Uji Asumsi Klasik bahwa semua variabel independen bebas dari
Normalitas gejala multikolinearitas.

Tabel 10: Hasil Uji Reliabilitas Variabel


Variabel Cronbach Alpha Kriteria Keterangan
Independensi 0,752 0,600 Reliabel
Pengalaman 0,762 0,600 Reliabel
Due Professional Care 0,753 0,600 Reliabel
Akuntabilitas 0,724 0,600 Reliabel
Kualitas Audit 0,761 0,600 Reliabel

Tabel 11: Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov


No Variabel Uji Normalitas Sign Keterangan

1 Unstandardized Residual 1,174 0,127 Normal


Tabel 12: Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
No Variabel
Tolerance VIF
1 Independensi 0,846 1,183
2 Pengalaman 0,808 1,238
3 Due Professional Care 0,850 1,177
4 Akuntabilitas 0,958 1,044

Heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel 14. Dari tabel tersebut


Untuk menguji adanya gejala dapat dibuat persamaan regresi linier berganda
heteroskedastisitas, maka digunakan Uji Park sebagai berikut:
Gleyser. Gejala heteroskedastisitas akan Y = 5,531 + 0,739 X1 + 7,130E-02 X2
ditunjukkan oleh koefisien regresi dari + 0,546 X3 + 0,253 X4
masing-masing variabel independen terhadap
nilai absolut residunya. Hasil pengujian ini Nilai konstanta sebesar 5,531 berarti
dapat dilihat pada tabel tabel 13. Hasil variabel kualitas audit adalah sebesar 5,531
pengujian menunjukkan bahwa nilai sig > persen dengan asumsi bahwa variabel
alpha dengan alpha 0,05. Dengan demikian independensi, pengalaman, due professional
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada care dan akuntabilitas adalah konstan. Melalui
model ini. perhitungan statistik dari tabel di atas,
diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar
Pengujian Hipotesis 0,725 atau 72,5%. Artinya bahwa 72,5% naik
Untuk mengetahui pengaruh variabel turunnya variabel kualitas audit dipengaruhi
independensi, pengalaman, due professional oleh variabel independensi, pengalaman, due
care dan akuntabilitas terhadap kualitas audit professional care dan akuntabilitas, sedangkan
maka dilakukan analisis regresi linier sisanya sebesar 27,5% dijelaskan oleh variabel
berganda dengan bantuan Program SPSS 10. independen lain di luar model.
Hasil analisis regresi linier berganda tersebut

Tabel 13: Hasil Uji Park Gleyser


Model t Sig.
Independensi -0,462 0,645
Pengalaman 0,024 0,981
Due Professional Care 0,196 0,845
Akuntabilitas -0,579 0,564

Tabel 14: Hasil Uji Regresi Berganda


Variabel Koefisien t hitung Probabilitas
Konstanta 5,531 1,245 0,216
Independensi 0,739 13,080 0,000
Pengalaman 7,130E-02 0,805 0,423
Due Professional Care 0,546 4,808 0,000
Akuntabilitas 0,253 3,860 0,000
2
R = 0,725 F hitung = 79,277
Pengujian hipotesis pertama Untuk aspek yang kedua yaitu tang-
Untuk menguji pengaruh variabel gung jawab profesi, seperti dikemukakan
independen secara simultan terhadap variabel sebelumnya bahwa terdapat tiga tanggung
dependen digunakan uji F. Dari hasil per- jawab akuntan publik dalam melaksanakan
hitungan dengan tingkat keyakinan sebesar 95 pekerjaannya, yaitu (Effendi, 2008): tanggung
persen atau α = 0,05 diperoleh nilai F tabel jawab moral (moral responsibility), tanggung
sebesar 2,29, sedangkan nilai F hitung sebesar jawab profesional (professional responsibility)
79,277. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai dan tanggung jawab hukum (legal respon-
F hitung > nilai F tabel maka variabel inde- sibility). Dari ketiga tanggung jawab tersebut,
pendensi, pengalaman, due professional care tanggung jawab moral dan tanggung jawab
dan akuntabilitas secara simultan mempunyai profesional mengarah pada akuntabilitas
pengaruh yang signifikan terhadap variabel seorang akuntan publik, sedangkan tanggung
kualitas audit. Jadi hipotesis pertama yang jawab yang ketiga yaitu tanggung jawab
menyatakan bahwa independensi, pengala- terhadap hukum yang berlaku mengarah pada
man, due professional care dan akuntabilitas etika dalam praktik bisnis.
secara simultan berpengaruh terhadap kualitas Jadi kesimpulannya adalah para akun-
audit, diterima. tan publik (auditor) yang bekerja di kantor
Berdasarkan pengujian hipotesis per- akuntan publik “Big Four” di Indonesia telah
tama diketahui bahwa independensi, pengala- memenuhi tanggung jawab profesionalnya
man, due professional care dan akuntabilitas yaitu meliputi tanggung jawab moral untuk
berpengaruh secara simultan terhadap kualitas memberi informasi secara lengkap dan jujur
audit. Dengan demikian kualitas audit di- mengenai perusahaan yang diaudit kepada
pengaruhi oleh independensi, pengalaman, due pihak yang berwenang atas informasi tersebut,
professional care dan akuntabilitas. Hal ini walaupun tidak ada sanksi terhadap tindakan-
sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang nya dan mengambil keputusan yang bijaksana
dilakukan oleh Mansur (2007), Aji (2009) dan dan obyektif (objective) dengan kemahiran
Rahman (2009). profesional (due professional care). Serta
Penelitian ini menghubungkan kualitas memenuhi tanggung jawab tanggung jawab
audit pada dua aspek yaitu syarat diri auditor profesional terhadap asosiasi profesi yang
seperti yang dinyatakan dalam Pernyataan mewadahinya dan tanggung jawab di luar
Standar Auditing (SPAP, 2001: 201.1) dan batas standar profesinya yaitu tanggung jawab
tanggung jawab profesinya. Rahman (2009) terkait dengan hukum yang berlaku.
yang sebelumnya juga mendasarkan peneli-
tiannya pada standar umum tersebut mengata- Pengujian hipotesis kedua
kan bahwa menurut persepsi auditor, Untuk mengetahui pengaruh variabel
keberadaan standar umum auditing Indonesia independensi, pengalaman, due professional
sangat berpengaruh terhadap kualitas audit care dan akuntabilitas secara parsial
yang dihasilkan oleh auditor. Jadi kesim- berpengaruh terhadap variabel kualitas audit
pulannya adalah para auditor yang bekerja digunakan uji t. Dari hasil analisis dengan
pada kantor akuntan publik “Big Four” di menggunakan tingkat kesalahan ( α ) = 0,05
Indonesia telah mengimplementasikan standar diketahui nilai t tabel sebesar 1,960. Dari hasil
umum auditing tersebut. perhitungan diperoleh nilai t hitung seperti yang
terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 15: Hasil Uji t
Variabel t hitung t tabel
Independensi 13,080 1,960
Pengalaman 0,805 1,960
Due Professional Care 4,808 1,960
Akuntabilitas 3,860 1,960
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua Independensi mempengaruhi kualitas
diketahui bahwa variabel independensi, due audit melalui tiga dimensi yaitu independensi
professional care dan akuntabilitas secara penyusunan program, independensi investigatif
parsial berpengaruh terhadap variabel kualitas dan independensi pelaporan. Hal ini sejalan
audit sedangkan variabel pengalaman tidak dengan penelitian Alim dkk. (2007),
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil Trisnaningsih (2007), Mansur (2007), Aji
tersebut sejalan dengan penelitian Aji (2009) (2009) dan Rahman (2009). Jadi hasil peng-
dan Rahman (2009). Keduanya menyimpulkan ujian independensi terhadap kualitas audit
bahwa tidak berpengaruhya pengalaman ter- menunjukkan bahwa semakin auditor terbebas
hadap kualitas audit mungkin disebabkan dari pengawasan atau pengaruh yang tidak
karena sebagian besar responden dalam pantas dalam pemilihan teknik dan prosedur,
penelitian mereka adalah auditor yang men- serta luasnya pekerjaan audit untuk mengem-
jabat sebagai junior dan masa kerjanya tidak bangkan programnya, baik langkah yang harus
lebih dari 3 tahun sehingga respon para ditempuh, maupun jumlah pekerjaan yang
responden untuk menjawab pertanyaan ber- harus dilaksanakan, termasuk semua batasan-
kaitan dengan variabel pengalaman cenderung batasan yang terdapat dalam perikatan, maka
menghasilkan jawaban tidak bernilai positif. kualitas audit akan semakin meningkat. Disam-
Seperti penelitian Aji (2009) dan Rahman ping itu, kualitas audit juga akan semakin
(2009), sebagian besar responden dalam meningkat jika auditor terbebas dari peng-
penelitian ini juga auditor yang berada pada awasan dan pengaruh yang tidak pantas dalam
posisi staf auditor (junior). Terlebih menentukan area, aktivitas, hubungan personal,
Rahmawati dan Winarna (2002), dalam riset- dan kebijakan manajerial untuk diperiksa, serta
nya menemukan fakta bahwa pengajaran terbebas dari pengawasan dan pengaruh yang
auditing kurang berperan dalam mengurangi tidak pantas di dalam pernyataan fakta-fakta
expectation gap dalam aspek peran auditor. yang telah diungkapkan melalui pemeriksaan
Permasalahan tersebut disebabkan oleh serta ungkapan-ungkapan rekomendasi dan
kurangnya pemahaman mahasiswa yang telah opini sebagai hasil dari pemeriksaan.
mengikuti kuliah auditing mengenai peran Dengan demikian hipotesis ketiga yang
auditor. Sedangkan pada auditor, expectation menyatakan bahwa due professional care
gap terjadi karena kurangnya pengalaman merupakan faktor yang dominan berpengaruh
kerja dan pengetahuan yang dimiliki hanya terhadap kualitas audit, ditolak. Hal ini
sebatas pada bangku kuliah saja. Selain itu, dimungkinkan karena peristiwa-peristiwa
menurut Ashton (1991) dalam Herliansyah dan skandal keuangan yang pernah terjadi memberi
Ilyas (2006) sering sekali dalam keputusan dampak positif kepada para auditor yaitu
akuntansi dan audit memiliki sedikit waktu menumbuhkan kesadaran untuk lebih berhati-
untuk dapat belajar. hati dalam mempertahankan independensinya.
Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut
Pengujian hipotesis ketiga auditor semakin merasa dibatasi oleh per-
Berdasarkan hasil analisis diperoleh aturan-peraturan baru yang dibuat lebih ketat
nilai koefisien regresi yang distandarisasi dari sebelumnya, serta merasa profesinya ter-
(Beta), yaitu Beta independensi (X1) = 0,680, ancam oleh konsekuensi-konsekuensi yang
Beta pengalaman (X2) = 0,043, Beta due pro- berat seperti hilangnya kepercayaan masyarakat
fessional care (X3) = 0,249 dan Beta akunta- kepada profesinya dan sanksi-sanksi hukum.
bilitas (X4) = 0,189. Nilai Beta independensi
ternyata lebih besar dibandingkan dengan nilai SIMPULAN, IMPLIKASI DAN
Beta pengalaman, due professional care dan KETERBATASAN
akuntabilitas. Sehingga dapat diartikan bahwa Simpulan
independensi memberikan pengaruh yang Independensi, pengalaman, due profes-
dominan terhadap kualitas audit. sional care dan akuntabilitas secara simultan
berpengaruh terhadap kualitas audit. Indepen- Asih, D. A. T.. (2006). “Pengaruh Pengalaman
densi, due professional care dan akuntabilitas terhadap Peningkatan Keahlian
secara parsial berpengaruh terhadap kualitas Auditor dalam Bidang Auditing”.
audit, sedangkan pengalaman tidak ber- Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
pengaruh terhadap kualitas audit. Indepen- Islam Indonesia.
densi merupakan variabel yang dominan ber- Christiawan, Y. J. (2002). “Kompetensi dan
pengaruh terhadap kualitas audit. Independensi Akuntan Publik: Refleksi
Hasil Penelitian Empiris”. Jurnal
Implikasi dan Keterbatasan Akuntansi dan Keuangan. (4)2. 79-92.
Hasil penelitian ini dapat memberi
wawasan dan pemahaman baru bagi para Christiawan, Y. J. (2005). “Aktivitas Pengen-
praktisi auditing yaitu para auditor agar dapat dalian Mutu Jasa Audit Laporan
meningkatkan kualitas dari pekerjaan Keuangan Historis”. Jurnal Akuntansi
auditnya. Bagi pembuat standar, hasil dan Keuangan. (7)1. 61-88.
penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan Ghozali, I. (2007). Aplikasi Analisis Multi-
dalam setiap penyusunan standar auditing. variate dengan Program SPSS. Sema-
Serta bagi klien dan stakeholder, hasil rang: Badan Penerbit Universitas
penelitian ini dapat menambah pengetahuan Diponegoro.
mereka mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi auditor dalam melaksanakan Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, M. (2006).
pekerjaan auditnya secara berkualitas. “Pengaruh Pengalaman Auditor ter-
Pada penelitian ini, responden yang hadap Penggunaan Bukti Tidak Rele-
mengisi kuesioner sebagian besar merupakan van dalam Auditor Judgment”. SNA IX
staf auditor, oleh karena itu diharapkan untuk Padang.
penelitian selanjutnya dapat memperoleh Hussey, Roger dan George Lan. (2001). “An
responden dari semua jenjang mulai dari Examination of Auditor Independence
partner hingga staf auditor sehingga penelitia Issues from the Perspectives of U.K.
dapat lebih digeneralisasi. Finance Directors”. Journal of Business
Ethics, (32)2, 169-178.
DAFTAR PUSTAKA
Aji, P. S. (2009). “Faktor-faktor yang Mem- Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen
pengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Akuntan Publik (IAI-KAP). (2001).
Persepsi Auditor atas Independensi, Standar Profesional Akuntan Publik.
Pengalaman, dan Akuntabilitas”. Jakarta: Salemba Empat.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indriantoro, N. dan Supomo, B. (2002).
Jenderal Soedirman. Purwokerto. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
(Tidak dipublikasikan). Akuntansi dan Manajemen. Yogya-
Alim, M. N., Hapsari, T., dan Purwanti, L. karta: BPFE.
(2007). “Pengaruh Kompetensi dan Kadous, K. (2000). “The Effects of Audit
Independensi terhadap Kualitas Audit Quality and Consequence Severity on
dengan Etika Auditor sebagai Variabel Juror Evaluations of Auditor Respon-
Moderasi”. SNA X Makassar. sibility for Plaintiff Losses”. The
Anderson, J. C. et al., (1997). “The Mitigation Accounting Review. (75)3,327-341.
of Hindsight Bias in Judges’ Evalua- Kawijaya, N. dan Juniarti. (2002). “Faktor-
tion of Auditor Decisions. Auditing”. faktor yang Mendorong Perpindahan
A Journal of Practice and Theory, 16 Auditor (Auditor Switch) pada Per-
(2), 20-39. usahaan-perusahaan di Surabaya dan
Sidoarjo”. Jurnal Akuntansi dan Negotiation Context”. The Accounting
Keuangan, (4)2,93-105. Review, (78)3, 801-818.
Louwers, T. et al. (2008). “Deficiencies in Noviari, S., Merdekawati, T. E., dan Sudar-
Auditing Related-Party Transactions: sono, D.T.E. (2005). “Hubungan Etika,
Insights from AAERs”. Current Issues Pengalaman, Ketaatan pada Standar
in Auditing, (2)2, A10–A16. Profesi, dan Akuntabilitas Profesional
Mansur, T. (2007). “Faktor-Faktor yang (Survey pada Akuntan Publik di DKI
Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau Jakarta)”. Proceeding Seminar
dari Persepsi Auditor atas Pelatihan Nasional PESAT. Agustus, E-165-E-
dan Keahlian, Independensi dan Peng- 172.
gunaan Kemahiran Profesional”. Tesis Rahman, A. T. (2009). “Persepsi Auditor
Program Studi Magister Sains Akun- Mengenai Pengaruh Kompetensi,
tansi Universitas Gadjah Mada (Tidak Independensi, dan Due Professional
Dipublikasikan). Care terhadap Kualitas Audit”. Skripsi.
Mardisar, D.dan Sari, R. N. (2007). “Pengaruh Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Akuntabilitas dan Pengetahuan ter- Soedirman. Purwokerto. (Tidak
dipublikasikan).
hadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”.
SNA X Makassar. Rahmawati, D. dan Winarna, J.. (2002). “Peran
Mautz, R. K., dan Sharaf, H. A. (1980). The Pengajaran Auditing terhadap Pengu-
Philosophy of Auditing. Florida: rangan Expectation Gap: Dalam Isu
American Accounting Association. Peran Auditor dan Aturan serta
Larangan pada Kantor Akuntan
Mayangsari, S. (2003). “Pengaruh Keahlian Publik”. Jurnal Akuntansi dan Bisnis,
Audit dan Independensi terhadap Pen- (7)2.
dapat Audit: Sebuah Kuasieksperi-
men”. Jurnal Riset Akuntansi Indone- Sarita, J. dan Agustia, D. (2009). “Pengaruh
sia. (6)1, 1-22. Gaya Kepemimpinan Situasional,
Motivasi Kerja, Locus of Control Ter-
Ng, Terence Bu-Peow dan Hun-Tong Tan. hadap Kepuasan Kerja dan Prestasi
(2003). “Effects of Authoritative Kerja Auditor”. SNA XII Palembang.
Guidance Availability and Audit
Committee Effectiveness on Auditors' Umar, H. (2005). Metode Penelitian untuk
Judgments in an Auditor-Client Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Lampiran 7: Output SPSS
Regression
 
Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N


Kualitas Audit 64.8160 7.6225 125
Independensi 39.9360 7.0193 125
Pengalaman 28.1040 4.5787 125
Due Professional Care 28.3920 3.4848 125
Akuntabilitas 48.5840 5.6870 125
 
Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Akuntabilit
as,
Pengalam
an, Due
. Enter
Profession
al Care,
Independe
a
nsi
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Kualitas Audit
 
Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .852a .725 .716 4.0599
a. Predictors: (Constant), Akuntabilitas, Pengalaman,
Due Professional Care, Independensi
 
b
ANOVA

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5226.824 4 1306.706 79.277 .000a
Residual 1977.944 120 16.483
Total 7204.768 124
a. Predictors: (Constant), Akuntabilitas, Pengalaman, Due Professional Care,
Independensi
b. Dependent Variable: Kualitas Audit
 
Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.531 4.443 1.245 .216
Independensi .739 .056 .680 13.080 .000
Pengalaman 7.130E-02 .089 .043 .805 .423
Due Professional Care .546 .113 .249 4.808 .000
Akuntabilitas .253 .065 .189 3.860 .000
a. Dependent Variable: Kualitas Audit

Asumsi Klasik
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Standardized
Residual
N 125
Normal Parameters a,b Mean -1.47894E-09
Std. Deviation .9837387
Most Extreme Absolute .105
Differences Positive .105
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z 1.174
Asymp. Sig. (2-tailed) .127
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
 

Uji Multikolinieritas
Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Independensi .846 1.183
Pengalaman .808 1.238
Due Professional Care .850 1.177
Akuntabilitas .958 1.044
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
 
 

Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.349 3.160 1.376 .171
Independensi -1.86E-02 .040 -.046 -.462 .645
Pengalaman 1.541E-03 .063 .002 .024 .981
Due Professional Care 1.579E-02 .081 .019 .196 .845
Akuntabilitas -2.70E-02 .047 -.054 -.579 .564
a. Dependent Variable: ABRESID
 
 

*
Paper ini dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 13 Purwokerto, kami mengucapkan terima kasih
atas kepada 2 orang anonimous reviewer, Nur Fadjrih (STESIA Surabaya) dan para peserta Simposium Nasional
Akuntansi atas masukan dan perbaikannya.

Anda mungkin juga menyukai