Anda di halaman 1dari 14

BISNIS PARIWISATA

“DAERAH TUJUAN WISATA”


Dosen Pengampu: I Dewa Arik Permana Putra., SE., MM

Oleh :
Kelompok 6

Ni Wayan Danu Lestari 1802622010130


Ni Made Rika Rosita Dewi 1802622010125

FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia nikmatnya sehingga
makalah yang berjudul “Daya Tujuan Wisata” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada
halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Pariwisata
yang diampu oleh Bapak I Dewa Arik Permana Putra., SE., MM
Makalah ini berisi tentang karakteristik daerah tujuan wisata, interaksi system
kepariwisataan, sisi penawaran destinasi, dan unsur-unsur penawaran dalam bisnis pariwisata.
Dalam penyusunan makalah ini melibatkan referensi baik dari buku elektronik (ebook) dan
internet.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Terangkumnya makalah ini
tidak lepas dari kerjasama kelompok kami sehingga mampu menghasilkan sebuah hasil karya
yang terbaik dari kami. Kami menyadari bahwa makalah yang kami sajikan ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak
untuk menyempurnakan makalah yang kami tulis ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan ataupun
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini dapat dipahami dengan sederhana
dan bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 25 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL MAKALAH...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................3
2.1 Karakteristik Daerah Tujuan Wisata...................................................................................3
2.2 Interaksi Sistem Kepariwisataan..........................................................................................4
2.3 Sisi Penawaran Destinasi.......................................................................................................5
2.4 Unsur-unsur Penawaran dalam Bisnis Pariwisata................................................................8
BAB III PENUTUPAN.......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian cukup besar, baik dari masyarakat
maupun pihak pemerintah pada periode delapan sampai sembilan puluhan. Sebelum tahun tujuh
puluhan sudah banyak daerah di Indonesia yang sesungguhnya bisa diolah melalui sektor
pariwisata, akan tetapi perhatian semua pihak masih lebih tertuju pada kekayaan sumber alam
yang melimpah, sehingga sektor pariwisata belum secara serius untuk diperhatikan. Sektor
pariwisata baru mulai di kerjakan dengan serius sejak awal tahun delapan puluhan, walaupun
sesungguhnya sektor patiwisata telah bergejala dan mulai menghasilkan devisa bagi dunia
internasional termasuk internasional sejak tahun 1950. Dalam pembangunan kepariwisataan di
era global dan dalam memasuki pemberlakuan otonomi daerah, terdapat banyak isu dan
permasalahan kepariwisataan di Indonesia yang harus ditelaah secara lebih mendalam. Berbagai
tuntutan global yang membentuk kepariwisataan saat ini dan masa depan, seperti kelestarian
lingkungan, revolusi microelectronics dan teknologi serta berbagai paradigma baru dalam
pembangunan merupakan hal yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembangunan kepariwisataan.
Dengan perkembangan pariwisata diharapkan akan berdampak pada peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan, hal ini perlu didukung dengan tersedianya fasilitas umum pendukung
industry pariwisata, disamping dengan terus memperbaiki outlook dari daya Tarik wisata
ditawarkan. Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, Maka dalam paper ini akan
di bahas mengenai “Penawaran Dalam Bisnis Pariwisata”.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka dapat dibentuklah rumusan masalah, sebagai berikut :
1) Apakah karakteristik daerah tujuan wisata?
2) Apakah interaksi sistem pariwisata?
3) Apakah sisi penawaran destinasi?
4) Apakah unsur-unsur dalam bisnis pariwisata?

1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dibentuklah tujuan dari makalah ini, sebagai
berikut :
1) Untuk dapat mengetahui karakteristik daerah tujuan wisata.
2) Untuk dapat mengetahui interaksi sistem pariwisata
3) Untuk dapat mengetahui sisi penwaran destinasi.
4) Untuk dapat mengetahui unsur-unsur dalam bisnis pariwisata.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Daerah Tujuan Wisata


Menurut Hadinoto (1996 : 15) daerah tujuan wisata adalah suatu kawasan spesifik
yang dipilih oleh seorang pengunjung dimana tempat tersebut dapat ditinggali selama waktu
tertentu. Menurut Flament (1975) dalam pariwisata Indonesia, menuju destinasi pariwisata
berdaya saing, menyebutkan bahwa “Any place capable of satisfying the tourists’ needs (for
relaxation) must be classed as a destination”.Sedangkan pengertian umum dari daerah tujuan
wisata adalah sebuah tempat dan atau kawasan yang dapat memenuhi permintaan dan
keinginan wisatawan untuk tinggal/berkunjung.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa daerah tujuan wisata merupakan tempat dimana segala
kegiatan pariwisata bisa dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata
untuk wisatawan. Dalam mendukung keberadaan daerah tujuan wisata perlu ada unsur
pokok yang harus mendapat perhatian agar wisatawa dapat tenang, aman dan nyaman
didalam berkunjung. Unsur pokok tersebut adalah :
A. Objek dan daya tarik wisata yaitu tempat yang dijadikan sebagai daerah tujuan wisata.
B. Sarana dan Prasarana serta infrastruktur wisata adalah infrastruktur yang mendukung
pariwisata sehingga wisatawan akan nyaman untuk menikmati wisata sehingga memiliki
keinginan untuk kembali lagi.
C. Masyarakat dan lingkungan yaitu keadaan sosial budaya dari masyarakat dan lingkungan
sekitar. Untuk menarik wisatawan dibutuhkan masyarakat yang ramah serta lngkungan
yang kondusif sehingga wisatawan nyaman untuk berkunjung.
Agar suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik harus mempunyai syarat-syarat yang
ada, seperti dibawah ini:
A. Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see) daerah tujuan wisata harus memilik hal
yang menarik untuk dilihat sehingga dapat menikmati wisata yang dilakukan dan
tercapainya tujuan wisata yang diinginkan.
B. Ada sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do), daerah wisata harus memilki hal
yang dapat dikerjakan oleh wisatawan. Misalkan wisatawan ingin menikmati wisata

3
olahraga air, maka wisatawan akan mencari tempat yang menyediakan fasilitas tersebut
sehingga wisatawan mencapai hal yang dia ingin kerjakan.
C. Ada sesuatu yang ingin diketahui / dipelajari (something to know) wisata tidak hanya
untuk mendapatkan hiburan, namun juga ingin mempelajari suatu hal seperti kebudayaan
maupun sesuatu yang unik di lingkungannya.
D. Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) sebagai bukti seseorang telah
melakukan wisata adalah dengan membeli sesuatu sebagai kenang-kenangan maupun
sebagai oleh-oleh dari tempat mereka berkunjung.
Pembangunan suatu daerah tujuan wisata bersumber pada potensi daya tarik yang memiliki
kelayakan, dimana kelayakan tersebut seperti dibawah ini:
 Kelayakan finansial
 Kelayakan sosial ekonomi regional
 Kelayakan teknis
 Kelayakan lingkungan.

2.2 Interaksi Sistem Kepariwisataan


Menurut Mill dan Morison (1985:16) pariwisata berkaitan erat dengan aktivitas
perpindahan tempat yang merupakan sebuah sistem dimana bagian-bagian yang ada tidak
berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain seperti jaring laba-laba (spider’s web).
Mill dan Morison mengembangkan sistem pariwisata model jaring laba-laba, dimana ada 4
subsistem yang terkandung di dalamnya yaitu:
A. Pasar (market)
B. Perjalanan (travel)
C. Pemasaran (marketing)
D. Tujuan wisata (destination)
Sisi lain dari pasar wisata utama dunia yang juga merupakan pangsa wisata utama
Indonesia merupakan komunitas dunia telah masuk pada tatanan kebudayaan post modern.
Sebagaimana juga dikemukakan oleh Kaynak dalam kutipannya ‘The new travellers are
more diverse in their interests, more discriminating, demanding, and value conscious’.
Apabila kondisi ini diterjemahkan ke dalam perilaku pasar wisata akan menuntut perubahan-

4
perubahan pendekatan dalam program-program pemasaran pariwisata maupun komunikasi
pasar internasional
Persepsi wisatawan terhadap lingkungan daerah tujuan wisata merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari sub sistem informasi, promosi dan petunjuk. Sub-sistem ini berkaitan
dengan pembentukan image dan persepsi wisatawan, promosi dan penjualan, tersedinya
pramuwisata dan penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan publikasi.
Berbagai penjabaran diatas menggambarkan fakta bahwa dalam industri
kepariwisataan modern saat ini, terdapat suatu urgensi akan kajian keilmuan kepariwisataan.
Pengelolaan serta pembangunan kepariwisataan tidak lagi dapat dilakukan hanya
berdasarkan pada pertimbangan–pertimbangan empiris dan rasional, serta melalui
pengambilan keputusan sepihak dengan pertimbangan kepentingan masing– masing
institusi, tetapi harus dilaksanakan melalui pengelolaan sistemik, dengan pendekatan
metodologis yang didasari pada kajian keilmuan yang memiliki platform baku namun terus
berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia dan ilmu pengetahuan.
Ditinjau dari perspektif kepariwisataan sebagai salah satu sektor pembangunan,
karakter keterkaitan antar sektor sangat tinggi, sehubungan dengan kompleksitas wilayah
yang diaturnya. Keterkaitan antar sektor tersebut mencakup aspek makro yaitu antara lain
perencanaan, implementasi dan pengawasan kebijakan, hingga aspek mikro yakni
perencanaan produk, atribut produk, pasar, kebijakan dan regulasi. Tatanan tersebut juga
melibatkan dan menempatkan stakeholders kepariwisataan yang mencakup masyarakat,
pemerintah, pihak swasta dan wisatawan dalam posisi dan porsi yang berbeda–beda, yang
tanpa pengelolaan yang tepat akan menimbulkan konflik dan overlap dalam pelaksanaannya.

2.3 Sisi Penawaran Destinasi


Mengkaji permasalahan penawaran dalam pasar pariwisata, ditandai oleh tiga ciri khas
utama. Pertama, merupakan penawaran jasa-jasa, dengan demikian apa yang ditawarkan itu
tidak mungkin ditimbun dalam waktu lama dan harus ditawarkan dimana produk itu berada.
Oleh karena itu mustahil untuk mengangkutnya, dan inilah yang membuat perbedaan dengan
produk-produk lainnya yang ditawarkan, dalam arti bahwa konsumen harus mendatangi apa
yang ditawarkan itu untuk diteliti. Kedua produk yang ditawarkan dalam industri pariwisata
ini sifatnya kaku (rigid) dalam arti bahwa dalam usaha pengadaan untuk pariwisata, sulit

5
sekali untuk mengubah sasaran penggunaan untuk di luar pariwisata. Ketiga, berlakunya
hukum substitusi. Karena pariwisata belum menjadi kebutuhan pokok manusia, maka
penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran barang-barang dan jasa yang
lain.
Penawaran pariwisata baik yang menyangkut unsur-unsur alamiah (natural) ataupun
unsur-unsur buatan manusia (artificial) dengan memperhatikan tiga ciri khas yang
dimilikinya membutuhkan suatu sistem penanganan yang realistis. Arti realistis disini adalah
bagaimana unsur-unsur penawaran dalam pariwisata tersebut mampu merespon kondisi
persaingan dan kecenderungan dalam lingkungan pasar pariwisata.
Di sisi yang lain, permintaan pariwisata sebagai mutual dari penawaran menunjukkan
fenomena yang seringkali berbeda dengan kondisi yang terjadi pada pasar dalam pengertian
umum tersebut. Banyak faktor yang turut mempengaruhi wisatawan untuk mengadakan
perjalanan wisata. Terlepas dari unsur-unsur pokok gejala pariwisata yang menyangkut
manusia, yang mempunyai waktu luang, kelebihan pendapatan dan kemauan untuk
melakukan perjalanan ternyata ada unsur-unsur lain yang beberapa diantaranya bersifat
rasional dan beberapa yang lain tidak masuk akal (irasional). Dalam hal ini Gromy (2005)
mencoba untuk menganalisis beberapa faktor rasional sebagai 5 suatu dorongan yang
disadari bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata tersebut antara lain: aset-
aset wisata, pengorganisasian industri pariwisata, fasilitas, sikap masyarakat tempat tujuan,
kondisi demografi, situasi politik dan keadaan geografis. Sedangkan faktor-faktor irasional
terdiri atas lingkungan perjalanan dan ikatan keluarga, tingkah laku, prestise, mode,
perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dan promosi pariwisata.
Dari hal ini dapat diihat bahwa permintaan pariwisata tidak menggambarkan
sekelompok homogen orang-orang yang sedang berusaha bepergian setelah terdorong oleh
motivasi tertentu. Ada sekelompok keinginan, kebutuhan, rasa kesukaan dan ketidak-sukaan
yang kadang berbaur dan bertentangan dalam diri seseorang. Perbedaan struktur permintaan
dalam pariwisata ini tidak mengikuti pola sistematis yang didasarkan pada kebangsaan,
kesukuan, tempat tinggal, jabatan, susunan keluarga /tingkat sosial yang tidak bergantung
kepada tingkat umur atau jenis kelamin.Semua unsur yang beragam ini cenderung digunakan
sebagai batas /patokan agar tetap memberi arti segmentasi masyarakat yang merupakan
permintaan pasar potensial.

6
Permintaan pariwisata ditandai dengan beberapa ciri khas antara lain adalah elastisitas
(elasticity) dan kepekaan (sensitivity). Elastisitas disini berarti seberapa jauh tingkat
kelenturan permintaan tersebut terhadap perubahan struktur harga /perubahan berbagai
macam kondisi ekonomi di pasar. Titik awal munculnya permintaan pariwisata dengan
keadaan ekonomi sedemikian rupa sehingga memungkinkan orang memiliki kelebihan
pendapatan dan lamanya hari-hari libur yang tetap dibayar. Karena pengeluaran wisatawan
merupakan penyisihan sebagian anggaran pribadi dan keluarga yang bersaing dengan barang
keperluan lain (mobil, televisi dan sebagainya), maka dapat dipahami mengapa permintaan
pariwisata dapat menunjukkan elastisitas langsung dengan jumlah pendapatan di lain pihak.
Permintaan pariwisata juga sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial, politik dan
perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak tenangan
(instability) kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan menarik wisatawan meskipun
harga fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat murah.
Dari fenomena penawaran dan permintaan pasar yang telah diungkapkan, bisa
disimpulkan bahwa pariwisata mengandung berbagai permasalahan yang multi-komplek.
Seperti yang dikatakan oleh John King (2006) , bahwa untuk masa yang akan datang negara-
negara destinasi akan berhadapan dengan wisatawan yang matang,tidak massal (individual
perceptions), dan mencari sumber-sumber pengayaan hidup secara spiritual, tidak lagi
sekedar kesenangan yang bersifat material dan jasmaniah. Pada tingkat manajemen
tantangannya adalah perubahan orientasi dari menjual produk yang ada (sell what is
produce) kepada penjualan produk sesuai permintaan pasar, dari pemasaran massif kepada
pemasaran untuk konsumen individual, dari penggunaan mass-branding menuju keragaman
branding, dari persaingan harga menuju persaingan kualitas. Pada sisi teknologi ada tuntutan
baru akan teknologi informasi yang terpadu, lebih bersahabat, difusi tehnologi yang cepat,
sistemik dan bergerak menuju global net working. Keseluruhan tantangan ini akhirnya
berpengaruh pada penciptaan produk--produk wisata yang mempunyai daya tarik menurut
perspektif konsumen.
Beberapa tantangan dalam industri pariwisata tersebut, tampaknya memang perlu
segera direspon oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah pariwisata. Apalagi
bagi pemerintah daerah yang sedang giat-giatnya menggali potensi daerahnya dalam masa-
masa otonomi daerah ini. Bentuk respon tersebut antara lain dalam hal kemampuan untuk

7
selalu melakukan upaya inovasi, kesiapan lingkungan pendukung maupun tersinerginya
penanganan pariwisata tersebut oleh berbagai pihak yang terkait. Secara teknis upaya
inovasi ini dapat diterjemahkan sebagai upaya menciptakan objek wisata yang mampu
memberikan “pengalaman yang berbeda” bagi wisatawan yang mengunjunginya. Disisi yang
lain kesiapan lingkungan pendukung, baik tenaga kerja , masyarakat sekitar lokasi maupun
sarana dan prasarana juga sangat dibutuhkan.

2.4 Unsur-unsur Penawaran dalam Bisnis Pariwisata


Menurut James J. Spillane (1987), unsur-unsur penawaran pariwisata terdiri dari :
1) Proses Produksi Industri Pariwisata
Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri ditunjang oleh bermacam-macam
usaha yang perlu dikelola secara terpadu, antara lain :
a) Promosi untuk memperkenalkan obyek wisata
b) Transportasi yang lancer
c) Kemudahan keimigrasian atau birokrasi
d) Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman
e) Pemandu wisata yang cakap
f) Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar
g) Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik
h) Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup
2) Pentingnya Tenaga Kerja dan Penyediaan Lapangan Kerja
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan kesempatan kerja.
Berkembangnya suatu daerah pariwisata tidak hanya membuka lapangan kerja bagi
penduduk setempat, tetapi juga menarik pendatang-pendatang baru dari luar daerah,
justru karena tersedianya lapangan kerja jadi.
3) Penyediaan Infrastruktur/Prasarana
Dengan adanya motivasi yang mendorong orang untuk mengadakan perjalanan akan
menimbulkan permintaan-permintaan yang sama mengenai prasarana, sarana perjalanan
dan perhubungan, sarana akomodasi dan jasa-jasa, serta persediaan lainnya. Industri
pariwisata juga memerlukan prasarana ekonomi, seperti jalan raya, jembatan, terminal,
pelabuhan, lapangan udara. Begitu juga dengan prasarana yang bersifat public utilities,

8
seperti fasilitas olahraga dan rekreasi, pos dan telekomunikasi, money changer,
perusahaan asuransi, periklanan, percetakan, dan banyak sektor perekonomian lainnya.
Jelas bahwa hasil-hasil pembangunan fisik bisa ikut mendukung pengembangan
pariwisata.
4) Penawaran jasa keuangan
Tata cara hidup yang tradisional dari suatu masyarakat juga merupakan salah satu
sumber yang sangat penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Bagaimana
kebiasaan hidupnya, adat istiadatnya, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan
untuk datang ke suatu daerah. Hal ini dapat dijadikan sebagai event yang dapat dijual
oleh pemerintah daerah setempat (Oka A. Yoeti, 2008).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Daerah tujuan wisata merupakan tempat dimana segala kegiatan pariwisata bisa
dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk wisatawan. Dalam
mendukung keberadaan daerah tujuan wisata perlu ada unsur pokok yang harus mendapat
perhatian agar wisatawa dapat tenang, aman dan nyaman didalam berkunjung. Persepsi
wisatawan terhadap lingkungan daerah tujuan wisata merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sub sistem informasi, promosi dan petunjuk. Sub-sistem ini berkaitan
dengan pembentukan image dan persepsi wisatawan, promosi dan penjualan, tersedianya
pramuwisata dan penunjuk jalan yang jelas, serta informasi dan publikasi. Permasalahan
penawaran dalam pasar pariwisata, ditandai oleh tiga ciri khas utama yaitu penawaran jasa-
jasa,produk yang ditawarkan dalam industri pariwisata ini sifatnya kaku (rigid), dan
berlakunya hukum substitusi. Penawaran pariwisata baik yang menyangkut unsur-unsur
alamiah (natural) ataupun unsur-unsur buatan manusia (artificial) dengan memperhatikan
tiga ciri khas yang dimilikinya membutuhkan suatu sistem penanganan yang realistis.
Permintaan pariwisata sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial, politik dan perubahan
mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak tenangan (instability)
kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan menarik wisatawan meskipun harga
fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat murah. Yang menjadi unsur-unsur penawaran
pariwisata adalah barang dan jasa, daerah tujuan wisata, dan daya tarik alam.

3.2 Saran
Saat ini masih banyak masalah-masalah yang perlu diperbaiki dalam destinasi
pariwisata misalnya masalah infrastruktur, fasilitas, keamanan, kebersihan, hukuman mati,
ataupun citra Indonesia yang masih kurang dibandingkan Bali. Dalam hal ini, tentu saja
pemerintah diharapkan lebih memperhatikan hal tersebut mengingat pariwisata di Indonesia
masih kurang kualitasnya daripada Bali sehingga dapat menarik wisatawan dan
meningkatkan penawaran destinasi yang terdapat di Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. 2005. Ekonomi Pariwisata Jakarta: Pada


http://www.geocities.com/ariyantoeks79/home.htm

Pendit, I Nyoman, S. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramita, cetakan ke-enam (edisi revisi).

http://boniepku.blogspot.co.id/2014/10/daerah-tujuan-wisata.html

http://dreamgentong86.blogspot.co.id/2012/05/penawaran-pariwisata-yangtepat.html

11

Anda mungkin juga menyukai