Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PRODUK PARIWISATA DAN HOSPITALITY INDUSTRI

Kelompok 2:

1. David R.Lempadeli
2. Fandi Jherio Manat
3. Fransiska Raimanus
4. Intan Maharani
5. Maria Christiana Pele Ega
6. Medi Ananda Rohi
7. Michael J. Dangga Limu
8. Paulin Greistya Seo Sola Dopo
9. Pigsy Angelyn Pian
10. Sancho Valentino Lolang
11. Umi Sakinah S. Tokan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Produk Pariwisata dan Hospitality Industri” tepat
waktu. Makalah “Produk Pariwisata dan Hospitality Industri” disusun guna memenuhi tugas
dosen pada mata kuliah Manajemen Pariwisata di Universitas Nusa Cendana.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Andrias U.T.


Anabuni, SE, MM selaku dosen mata kuliah Manajemen Pariwisata. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

Rabu, 16 Februari 2022

Penulis
Dafrar Isi

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….……i

Daftar Isi…………………………………………………………………………………...ii

Bab I Pendahuluan……………………………………………………………………..…..1

A. Latar Belakang………………………………………………………………......…1

B. Rumusan Masalah………………………………………………….……….……...1

C. Tujuan Masalah……………………………………………….……….…………...2

Bab II Pembahasan…………………………………………………….……….…………..3
A. Atraksi Alam Pantai/Laut……………………………………….……….…………3
B. Atraksi Alam Pegunungan. ……………………………………….………..………3
C. Atraksi Budaya. …………………………………………………….………...…….4
D. Fasilitas Pokok. ………………………………………………………….………….5
E. Fasilitas Penunjang. ………………………………………….………….…………..6
F. Fasilitas Pelengkap. ……………………………………………….…….…………..7
G. Akses Informasi. …………………………………………………….………………8
H. Akses Tempat Akhir Perjalanan.……………………………………………………12
I. Pengertian Hospitality Industri Dan Karakteristik Service Dalam Hospitality
Industri.......................................................................................................................12

Bab III Penutup……………………………………………………………………..………18

Kesimpulan………………………………………………………………....…………..…..18

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..…..21
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli
daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi
pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan
ekonomi. Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun
investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan
Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan
perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen
utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti
jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik
domestik maupun internasional dan tingkat hunian hotel.
Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah
wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan
Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan
baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam yang indah sangat
mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia. Sebagai
Negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata
sangatlah besar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja keterkaitan pada atraksi alam pantai/laut?
2. Apa saja keterkaitan pada atraksi alam pegunungan?
3. Apa saja keterkaitan pada atraksi budaya?
4. Apa saja fasilitas pokok?
5. Apa saja fasilitas penunjang?
6. Apa saja fasilitas pelengkap?
7. Bagaimana akses informasi?
8. Bagaimana akses tempat akhir perjalanan?
9. Apa pengertian Hospitality Industri dan bagaimana karakteristik service dalam
hospitality industri?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui keterkaitan pada atraksi alam pantai/laut.
2. Untuk mengetahui keterkaitan pada atraksi alam pegunungan.
3. Untuk mengetahui keterkaitan pada atraksi budaya.
4. Untuk mengetahui fasilitas pokok.
5. Untuk mengetahui fasilitas penunjang.
6. Untuk mengetahui fasilitas pelengkap.
7. Untuk mengetahui akses informasi.
8. Untuk mengetahui akses tempat akhir perjalanan.
9. Untuk mengetahui pengertian Hospitality Industri dan karakteristik service dalam
hospitality industri.
BAB II : PEMBAHASAN

A. Atraksi Alam Pantai/Laut


Pantai/laut adalah merupakan tempat wisata bahari. Secara garis besar atraksi
pantai/laut biasanya melibatkan tiga unsur pokok yaitu:

(1). Manusia, sebagai subyek pelaku;

(2). Tempat, sebagai obyek tujuan wisata;

(3). Waktu yang dihabiskan dalam melakukan aktifitas wisata.

(Edward Inskeep 1991), ada lima unsur penting yang melekat pada suatu objek wisata
Pantai/Laut yaitu: Dayatarik, Prasarana Wisata, Sarana Wisata, Infrastruktur,
Masyarakat, Lingkungan.

Pemaparan menurut Soekadijo (1997) dalam Anatomi Pariwisata mengenai syarat-


syarat yang harus dipenuhi perihal atraksi wisata alam pantai/laut yang baik :

1) Kegiatan (act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam
keadaan baik.
2) Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara
penyajiannya (presentasinya) harus tepat.
3) Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, yaitu
akomodasi,transportasi dan promosi serta pemasaran.
4) Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama.
5) Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus
diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

B. Atraksi Alam Pegunungan


Salah satu atraksi wisata gunung yaitu wisata perkebunan, karena umumnya tanah di
daerah pegunungan terbilang sangat subur dan cocok untuk ditumbuhi tanaman.
Wisata perkebunan yang saat ini sedang terkenal adalah kebun teh dan kebun bunga.
Dengan penataan yang rapi, para wisatawan dapat menjadikan tempat ini sebagai spot
foto yang bagus. Selain budidaya dua jenis tanaman ini, juga dapat melirik tanaman
lain seperti sayur dan buah.
Selain atraksi wisata perkebunan, wisata gunung yang sangat digemari oleh berbagai
kalangan saat ini, yakni outbound. Outbound adalah istilah yang dipakai untuk
kegiatan luar ruangan dengan menggunakan wahana atau metode permainan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian, kerja sama, soft skill serta
mengasah keterampilan. Outbound dilakukan oleh individu, kelompok maupun
instansi. Bagi berbagai kelompok dan instansi, outbound dirasa lebih efektif jika
diserahkan kepada orang ketiga dibanding membuatnya sendiri. Selain lebih
menghemat waktu, variasi permainan yang disediakan pun lebih banyak.

C. Atraksi Budaya
Atraksi Budaya adalah berbagai bentuk pertunjukan dan/atau tontonan karya dan hasil
karya seni, adat istiadat/tradisi, tata cara upacara keagamaan yang unik dan menarik
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan untuk memperoleh nilai lebih
atau keuntungan.
Di destinasi wisata tersebut, wisatawan akan merasakan dan mempelajari berbagai
kebudayaan tertentu. Adanya cultural tourism dapat dimanfaatkan sebagai objek daya
tarik wisatawan yang dapat melestarikan warisan budaya.
Di dalam cultural tourism terdapat 12 unsur kebudayaan yang dapat menjadi daya
tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Berikut di bawah ini unsur-unsur
kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan.

 Bahasa (language). Di Indonesia sendiri memiliki berbagai ragam bahasa yang


berbeda-beda di setiap daerahnya. Selain penggunaan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional, di berbagai daerah yang ada di Indonesia juga masih
menggunakan bahasa asli daerah tersebut untuk berkomunikasi. Bahasa daerah
itulah yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.
 Masyarakat (traditions). Masyarakat di Indonesia terkenal akan keramahannya
dalam menyambut wisatawan yang datang berkunjung untuk berwisata. Bahkan
tidak jarang masyarakat lokal mengenalkan budaya daerah tersebut kepada para
wisatawan.
 Kerajinan tangan (handicraft). Di beberapa daerah biasanya memiliki kerajinan
tangan khas yang dibuat langsung oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut dilakukan
agar masyarakat lokal merasakan langsung manfaat ekonomi dari kunjungan
wisatawan.
 Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits). Makanan khas daerah
masuk ke dalam unsur kebudayaan dalam pariwisata berbasis budaya ini.
Makanan dan kebiasaan makan yang unik inilah yang membuat wisatawan tertarik
untuk datang berkunjung ke berbagai destinasi wisata yang ada di Indonesia.
 Musik dan kesenian (art and music). Musik dan kesenian yang beragam
merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik wisatawan untuk datang
berkunjung. Bahkan wisatawan mancanegara sangat tertarik dengan musik dan
kesenian dari Indonesia, hingga tidak jarang mereka mempelajarinya.
 Sejarah suatu tempat (history of the region). Sejarah juga merupakan salah satu
unsur kebudayaan yang menjadi daya tarik untuk wisatawan datang berkunjung.
 Cara Kerja dan Teknolgi (work and technology). Begitu pula dengan sebelumnya,
cara kerja dan teknologi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk
berkunjung.
 Agama (religion). Di Indonesia terdapat berbagai macam agama yang dianut oleh
masyarakat. Secara resmi Indonesia mengakui 6 agama diantaranya Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Keberagaman dan rasa
toleransi antar umat beragama inilah yang menarik wisatawan asing untuk datang
berkunjung.
 Bentuk dan karakteristik arsitektur di daerah wisata (architectural characteristic
in the area). Arsitektur dari rumah adat yang ada di berbagai daerah di Indonesia
berhasil memukau wisatawan untuk datang berkunjung. Salah satu contohnya
ialah arsitektur rumah adat Bali yang unik dan menjadi daya tarik wisatawan
untuk berkunjung ke Bali.
 Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes). Pakaian adat yang
beragam juga menjadi penarik perhatian wisatawan untuk datang berkunjung.
 Sistem pendidikan (educational system). Sistem pendidikan juga masuk ke dalam
salah satu unsur kebudayaan yang menarik kunjungan wisatawan.
 Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities). Uniknya kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat lokal pada waktu senggang, juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan.

D. Fasilitas Pokok
Berikut fasilitas pokok yang harus ada pada suatu tempat wisata :
1) Tersedianya Fasilitas Toilet yang Memadai
Untuk setiap tempat wisata sudah seharusnya memiliki toilet yang memadai.
Bukan hanya dari segi jumlahnya yang banyak, namun juga harus terawat
kebersihannya agar wisatawan nyaman menggunakannya. Karena pada
kenyataannya banyak sekali destinasi wisata yang menyediakan toilet dengan
kondisi yang memprihatinkan, atau dalam kata lain tidak bersih dan tidak terawat.
Memiliki tim yang mengatur kebersihan toilet, sudah seharusnya dimiliki oleh
tempat wisata. Pihak pengelolalah yang wajib mengatur mengenai kebersihan dari
fasilitas paling penting di destinasi wisata ini. Ketika toilet bersih dan wangi,
pengunjungpun merasa nyaman untuk berlama-lama di tempat tersebut.
2) Tersedianya Tempat Sampah
Ketersediaan fasilitas tempat sampah di lokasi wisata, sampai saat ini masih
menjadi catatan penting bagi pengelola tempat wisata. Seperti yang kita ketahui,
permasalahan sampah di tempat wisata masih menjadi hal penting yang perlu
diatasi. Banyak sekali ditemukan sampah-sampah plastik yang dibuang ke
sembarang tempat.
Bahkan untuk tempat wisata alam seperti laut, banyak sekali ditemukan sampah
plastik yang dibuang ke laut. Jika dibiarkan terus-menerus hal tersebut dapat
mencemari laut. Apabila laut tercemar, maka akan berdampak besar pada
rusaknya ekosistem laut. Oleh sebab itu, kesadaran membuang sampah pada
tempatnya dan mengurangi penggunaan sampah plastik harus terus digalakkan.
3) Tersedianya Fasilitas Ramah Difabel
Seluruh destinasi wisata merupakan tempat umum yang bisa dikunjungi oleh siapa
saja, termasuk bagi teman difabel. Namun ketersediaan fasilitas penunjang bagi
difabel di destinasi wisata masih kurang. Sehingga diperlukan upaya untuk
menciptakan tambahan fasilitas di setiap destinasi wisata yang ramah difabel.
Mulai dari adanya petugas yang mengusai bahasa isyarat hingga toilet khusus
difabel. Bahkan peraturan mengenai fasilitas difabel terkait toilet juga telah diatur
oleh pemerintah yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
(Permen PU) Nomor 60 Tahun 2006. Dengan adanya fasilitas ramah difabel ini,
diharapkan dapat memberikan kemudahan, kenyaman, serta keselamatan bagi
teman difabel.
E. Fasilitas Penunjang
 Ketersediaan Ruang Hijau
Adanya ruang hijau di tempat wisata juga akan membantu meyediakan udara yang
sejuk dan asri di sekitar tempat wisata. Hal itu juga merupakan upaya untuk
menjaga kelestarian alam sekitar. Banyaknya tumbuhan dan tanaman hijau dapat
memberikan pengaruh positif bagi lingkungan sekitar. Ruang hijau ini akan
diletakkan pada titik-titik tertentu di sekitar tempat wisata agar memberikan
sirkulasi udara yang baik.
Saat ini sudah banyak daerah yang membangun ruang hijau di pusat kota. Ruang
hijau tersebut bisa berupa taman kota hingga hutan kota yang amat bermanfaat
untuk pengunjung wisata di kota tersebut. Bisa juga dimanfaatkan untuk aktivitas
warga lokal.
a) Tersedianya Tempat Ibadah
Fasilitas yang tidak kalah penting yang harus ada di lokasi wisata adalah tempat
ibadah, misalnya saja seperti masjid atau mushola. Dengan adanya mushola ini
dapat membantu pengunjung muslim yang akan menunaikan ibadah. Mushola
yang tersedia di tempat wisata inipun juga harus dijaga kebersihannya, mulai dari
tempat mengambil air wudhu hingga karpet yang digunakan di dalam mushola
atau masjid.
b) Terdapat Akses yang Mudah
Fasilitas selanjutnya adalah ketersediaan akses yang mudah bagi para wisatawan.
Misalnya saja kondisi jalan yang baik sehingga nyaman dan memudahkan
pengunjung untuk sampai ke tempat wisata tersebut. Kemudian lahan parkir resmi
yang luas untuk kendaraan roda empat dan roda dua. Bisa juga dengan
disediakannya angkutan umum yang membawa wisatawan dari tempat parkir
menuju spot tertentu yang diinginkan.
c) Tersedianya Area Food Court
Area wisata yang di dalamnya tersedia area makanan atau food court, maka akan
semakin lengkap. Biasanya wisatawan yang datang berkunjung, setelah selesai
berkeliling tempat wisata akan merasakan haus atau lapar. Untuk itu, tersedianya
fasilitas food court ini dapat membantu bagi para wisatawan yang ingin makanan
maupun bersantai di area kuliner tersebut.

F. Fasilitas Pelengkap
Menurut Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811 Vol. 2 No. 1, 2014 yang
berjudul Perencanaan Fasilitas Pariwisata (Tourism Amenities) Pantai Pandawa Desa
Kutuh Kuta Selatan Badung, fasilitas pelengkap yang diinginkan adalah sebagai
berikut :
 Penginapan karena berdasarkan hasil kuesioner menginginkan pembangunan
penginapan yang tentunya menyesuaikan dengan keadaan kawasan Pantai
Pandawa.
 Kios-Kios, ini berupa Artshop karena kebutuhan wisatawan akan artshop sangat
tinggi.
 Kantor Penataan Kawasan Pantai Pandawa, sebelumnya Kantor Penataan
Kawasan Pantai Pandawa menjadi satu bangunan dengan wantilan, dan di sketsa
di atas Kantor Penataan Kawasan Pantai Pandawa akan dipindah dan dibangun di
tanah kosong belakang kios-kios.
 Restaurant/ rumah makan, saat ini restaurant di Pantai Pandawa baaru ada satu,
dan sisanya adalah kios-kios kecil.
 Gasebo, saat ini di Pantai Pandawa hanya berada di ujung-ujung Barat dan Timur
dan itupun sangat jauh dijangkau oleh wisatawan, maka akan ditambahkan lagi
gazebo ketika memasuki area pesisir pantai.
 Tempat peristirahatan nelayan rumput laut, saat ini berada pada di pesisir pantai,
belakang kios-kios, sehingga pemandangan ini kurang menarik dilihat oleh
wisatawan, untuk itu direncanakan peristirahatan nelayanan rumput laut dibuatkan
suatu area khusus di belakang tempat pembuatan hasil rumput laut.
 Tourist information, di Pantai Pandawa belum ada, karena tourist information ini
sangat penting keberadaannya dalam suatu kawasan sebagai pusat informasi,
maka tourist information ini akan dibangun di sebelah wantilan, yang terdapat titik
bulat pada sketsa, begitu memasuki area pantai.

G. Akses informasi
Pariwisata Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (E-Tourismn)
Dunia pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa yang memiliki potensi
sangat besar untuk terus dikembangkan.Sektor pariwisata saat ini semakin
berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan berwisata,
pariwisata sangat berhubungan dengan pola kehidupan masyarakat modern. Semakin
tinggi tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan seseorang maka kebutuhan dirinya
untuk berwisata akan semakin besar.
Sektor pariwisata sudah menjadi sektor ekonomi yang akan ikut berkembang seiring
dengan kemajuan dan dinamika masyarakat duniasehingga tidak mengherankan jika
berbagai Negara salah satunya Negara Indonesia menjadikan Pariwisata sebagai
tumpuan sumber penggerak ekonomi negaranya. Keberhasil pengembangan sektor
pariwisata tidak hanya bergantung dari seberapa banyak destinasi yang
dimiliki,keindahan alam, kealamian, keunikan tradisi atau budaya saja namun yang
jauh lebih penting adalah kualitas sumber daya manusia yang berperan dalam
manajemen kepengelolaannya dan informasi pariwisata yang dikelola dengan
teknologi informasi yang sesuai.
Salah satu faktor yang menghambat atau mempercepat laju kegiatan pariwisata adalah
pola promosi dan system pengelolaan informasi yang berdampak pada dikenal atau
tidak dikenalnya suatu objek wisata,kemudahan dalam memperoleh tujuan berwisata,
kemudahan akses menuju lokasi wisata, manfaat yang didapat selama berwisata,
ketersediaan transportasi, sarana dan prasarana fasilitas pengunjung serta keunikan
objek, budaya, kearifan lokal masyarakat dan trend berwisata . Informasi yang ada
akan sangat menentukan wisatawan dalam menentukan pilihan pola kegiatan atau
lokasi wisatanya.
Teknologi informasi adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengolah
data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun dan menyimpan, memanipulasi
data dengan berbagai cara dan metode untuk menghaslkan informasi yang berkualitas
yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu dan sangat berpengaruh dalam
menentukan suatu keputusan
Perkembangan teknologi sangatlah memiliki sejarah yang panjang , namun dampak
yang sangat dirasakan kini atas perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
adalah perkembangan dunia Internet yang dapat menggerakan informasi dengan
sangat cepat.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sangat mengevolusi
perkembangan industry pariwisata,dengan TIK informasi dan komunikasi dapat
dilakukan dengan sangat cepat,tepat dan akurat, mampu mengurangi kesalahan yang
dilakukan manusia (reduce human error), sebagai contoh kemunculan aplikasi-
aplikasi perjalanan berbasis Internet Tourismn Information yang bergabung dengan
E-commerce seperti Traveloka, Alibaba.com, Torifago, sebagai progam piranti lunak
Transport-Acomodation-Information Sistem. Dengan menggunakan software tersebut
informasi mengenai harga tiket, harga kamar hotel/penginapan, ketersediaan
akomodasi, kepastian pemesanan, informasi wisatawan yang akan datang ,
kemudahan pemesanan hotel maupun tiket transportasi di situasi kapanpun dan di
manapun dapat terpenuhi. Kemudahan tersebut akan membuat wisatawan merasa
senang dan mengakibatkan jumlah pergerakan dan kedatangan wisatawan terus
meningkat.
Perkembangan TIK juga sangat membantu dalam membuka informasi atau
memperkenalkan destinasi-destinasi baik yang telah terkenal ataupun masih sangat
baru terhadap calon atau wisatawan yang telah tiba, memperkenalkan keunikan
kebudayaan , kearifan lokal masyarakat di sekitar destinasi. Pergerakan informasi
yang sangat luwes juga berdampak pada menyeluruhnya pergerakan wisatawan.
Sebagai contoh,kemudahan informasi yang didapatkan wisatawan atau calon
wisatawan dari media sosial seperti Facebook,Twitter,Path, Instagram dan tulisan-
tulisan berupa artikel lepas atau informasi resmi di sosial media dan Internet
mengenai Wisata Derah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangat membantu dalam
penyebaran wisatawan ke segala penjuru destinasi yang ada di DIY .
Dengan pemahaman yang diperoleh wisatawan atas lokasi-lokasi wisata di kota
Jogjakarta secara lebih luas, wisatawan tidak akan terpaku pada destinasi-destinasi
terkenal atau yang telah di beri label secara umum sebagai Destinasi Ikonik Kota
Jogja seperti Prambanan,Borodudur, Malioboro,Keraton dan lain-lain.
Wisatawan dapat bergerak menuju destinasi destinasi selain destinasi “Ikonik”
tersebut menuju destinasi yang awalnya tidak tersentuh karena kurangnya informasi.
Dampak dari itu semua, menciptakan pengalaman baru dari wisatawan, yang akan
disenangi dan menanamkan sugesti untuk kembali lagi membawa sanak saudara atau
kerabat yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Peningkatan jumlah kunjungan serta pemerataan pergerakan wisatawan sekali lagi
pada akhirnya akan sangat menngerakan ekonomi daerah dan akhirnya peningkatan
devisa Negara. Dari uraian di tas dapat kita pahami bahwa E-Tourismn merupakan
perpaduan dari E-commerce dan Tourismn Information serta manfaatnya pada badan-
tubuh kepariwisataan ataupun Ekonomi.
Konsep E-Tourismn
Pada hakekatnya internet memiliki peran yang tidak terpisahkan dalam perkembagan
tknologi terutama di bidang pariwisata,Internet menjadi solusi yang ditawakan untuk
mempermudah pengembangan pariwisata. Lewat internet banyak hal yang adapat
diakses secara mudah, informasi yang ada dapat dijadikan landasan kebijakan yang
strategis dan perubahan konsep inovasi pariwisata yang lebih efektif.
Konsep Teknologi Informasi dan Komunikasi pada promosi dan penjualan
pariwisata,.
Kemudahan Informasi (E-Tourismn Information)
Wisatawan kini tidak lagi sabar menunggu informasi wisata yang dulu diberikan oleh
Biro Jasa atau Organisasi yang memegang kepentingan, mereka lebih aktif dalam
mencari informasi mengenai destinasi yang diinginkan. Untuklah itu para penggerak
kepariwisataan Indonesia menyediakan web-web ataupun page-page di dunia internet
guna memnuhi hasrat wisatawan tersebut.
Contoh : Web Kepariwsataan “Wonderful Indonesia”, Visit Jogja, Explore Jogja,
Maindikota, Jatengeksis dan lain-lain
Sistem kepariwisataan berbasis E-tourismn dengan penekanan pada Online Booking-
Online Shopping
Industri pariwisata berbasis E-Tourismn Information banyak melakukan kerja sama
dengan E-commerce atau E-bussines dan menghasilkan jasa-jasa pemesanan tiket,
pemesanan hotel, pemesanan transportasi , pemesanan tiket destinasi dan pemesanan
bentuk perjalanan online.
Contoh : Traveloka, Torifago, dan Alibaba.com
Kendala Dalam Penerapan E-Tourismn
Penganggaran selalu menjadi menjadi kendalam dalam mempersiapkan data informasi
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Pengadaan,pemeliharaan
dan pengelolaan data pariwisata menggunakan media internet membutuhkan biaya
yang cukup besar, tidak hanya pembiayaan untuk perangkat kerasdan lunak, tetap
juga biaya pengadaan informasi pariwisata yang relevan adan akurat, mengingat data
pariwisata itu selalu dinamis.
Kendala lain adalah sosial budaya terutama bagi bangsa Indonesia karena kalau
menggunakan internet maka interaksi antar manusia menjadi berkurang. Hal ini akan
menimbulkan kecanggungan bagi sebagian besar masyarakat, apalagi penggunaan
Teknologi Informasi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia masih merupakan
hambatan. Hanya sebagian kecil masyarakat Indonesia yang biasa berinteraksi dengan
internet dan umumnya adalah masyarakat usia muda.
Kendala lain adalah soal keamanan dimana masyarakat kita biasanya setelah
membayar sesuatu maka akan langsung menerimanya, atau malahan kalau mungkin
berhutang dulu. Dengan adanya internet maka uang akan ditagih lebih dulu melewati
kartu kredit yang bersangkutan, sedangkan produk baru diberikan belakangan. Hal
seperti ini akan menimbulkan keraguan karena timbul perasaan tidak aman.

H. Akses Tempat Akhir Perjalanan


Akses pariwisata di Indonesia masih harus diperbaiki terutama aksestransportasi dan
telekomunikasi karena merupakan pendukung utama pertumbuhan sektor pariwisata
baik transportasi udara, laut, dan darat.
 Transportasi udara seperti menjalin kerja sama terhadap maskapai penerbangan
asing agar memudahkan wisatawan asing keluar dan masuk keIndonesia.
 Transportasi laut yang berkualitas baik agar wisatawan dengan mudah mengakses
pulau-pulau di Indonesia.
 Transportasi Darat seperti kereta api yang layak dipakai dan bus-bus pariwisata.
 Akses telekomunikasi merupakan strategi pemasaran pariwisata yang
efektifseperti publikasi destinasi pariwisata melalui internet untuk
mempromosikan pariwisata Indonesia yang berhubungan dengan objek wisata,
hotel,akomodasi, rumah makan, agent travel dan biro perjalanan.

I. Pengertian Hospitality dan Karakteristik Service dalam Hospitality Industri


 Pengertian Hospitality
Hospitality berasal dari kata “hospes” yang berarti tamu. Hospitalitas berarti sikap
sebagai tuan rumah yang baik. Sering diartikan sebagai keramah-tamahan orang yang
suka menjamu, akrab dan dapat menciptakan suasana santai (Henri J.M. Nouwen).
Hospitality dalam pengertian ini dimaknai sebagai bentuk kata kerja.
 Karakteristik Service dalam Hospitality Industry
a) Tangible
Produk hospitality memiliki unsur tangible yang harus diperhatikan dalam
operasionalnya.
Tangible atau “komponen produk nyata” adalah segala sesuatu yang dapat
dilihat , disentuh/ diraba, diukur dan dihitung (Agus Sulastiyono, 2008 : 27).
Secara umum komponen produk nyata ini termasuk tempat, desain furniture,
seragam karyawan, fasilitas-fasilitas serta berbagai aspek nyata lain yang
memperngaruhi kepuasan pelanggan.
Aspek tangible yang sangat sering diperhitungkan adalah mengenai fasilitas yang
tersedia. Dalam industry perhotelan, pengadaan fasilitas seperti banquets mewah,
kolam renang, discotheque, sauna, lapangan golf akan sangat menentukan pilihan
orang mengapa mereka memilih hotel tersebut. Di kafe, selain makanan dan
minuman, tamu juga akan memperhitungkan fasilitas tambahan seperti wiffi dan
sebagainya sebagai penunjang kepuasan.
Lokasi yang strategis dalam usaha hospitality juga dipandang memiliki nilai
ekonomi yang tinggi dan menentukan kepuasan wisatawan. Suatu hotel resort
akan laku jika dekat dengan panorama pantai ataupun pegunungan yang indah.
Lokasi juga berhubungan dengan daya jangkau konsumen, sebagus apapun
produk wisata tidak akan berarti jika tidak dapat dijangkau calon wisatawan.
b) Intangibility
Karakteristik yang sangat dominan dalam menentukan kepuasan pelanggan
terhadap produk hospitality adalah adanya unsure-unsur intangible dalam
operasionalnya. Usur inilah yang sering disebut sebagai inti atau jiwa dari produk
hospitality itu sendiri.
Itangibility memiliki arti sebagai “produk tidak nyata”, atau sesuatu hal yang
tidak dapat ditangkap atau dirasakan sepintas dengan menggunakan indera
pengecap, indera melihat, dan indera peraba, akan tetapi produk hospitality masih
dapat dirasakan dan dialami oleh jiwa manusia melalui akal dan perasaan
manusia.
Suatu produk intangible yang dihasilkan hendaknya memenuhi keinginan-
keinginan tamu tersebut, dan ide-ide apa serta bagaimana merealisasikan ide-ide
tersebut sehingga produk dapat memberikan rangsangan kepada pelanggan/ tamu,
kesemuanya itu merupakan rangkaian produk tidak nyata (intangible)
Faktor-faktor tidak nyata adalah segala hal yang dapat memberikan rasa
kehangatan kepada tamu sebagai manusia, serta kesediaan untuk menyenangkan
hati orang lain (Agus Sulastiyono, 2008 : 29).
Produk tidak nyata juga dapat berkaitan dengan tatakrama pelayanan atau
courtesy staf kepada tamu atau pelanggan. Intangible dapat juga berupa kesan
lingkungan keseluruhan usaha (atmosfer) yang ditangkap oleh tamu sehingga
wajib bagi pengusaha untuk menciptakan suasana yang nyaman dan
menyenangkan dalam lingkungan usaha hospitality secara keseluruhan.
Pada saat kita berkunjung ke restoran, selain untuk membeli makanan yang lezat
kita juga lebih tertarik pada tata krama dan keramahan stafnya dalam melayani
atau kadang kita juga berkunjung ke kafe karena tertarik terhadap kenyamanan
atmosfer/ lingkunganya melalui tata lampunya yang redup/ romantis dengan
didukung suara-suara alam sekitar yang natural sehingga mampu menentramkan
jiwa. Dengan hal itu kita bisa betah duduk berjam-jam walaupun hanya untuk
mengengguk secangkir kopi.
Sebaliknya, seenak apapun makanan dan minuman yang dihidangkan di sebuah
restoran seandainya suasananya kurang nyaman bagi kita, mungkin kita tidak
puas bahkan segera bergegas untuk pergi setelah makan.
Akibat karakteristik produk hospitality yang “tidak nyata” diatas, berdampak
pada kesulitanya produk ini untuk di hitung (inventoried), kesulitan untuk di
patenkan dan dituliskan, ataupun untuk dikomunikasikan melalui iklan. Bahkan
sangat susah juga dalam penetapan harga jual (Valerie A. Zeithaml dan Mary Jo
Bitner, 2004).
Karakter produk hospitality yang itangible tersebut sering menimbulkan ketidak
pastian dalam benak pelanggan. Biasanya untuk mengurangi ketidak pastian
tersebut konsumen sering mencari informasi mengenai variable tempat/ atmosfer
(place), staf yang melayani (people), peralatan/ fasilitas yang digunakan
(machine), bahan-bahan komunikasi (communication materials), symbol/ brand
dan harga sebelum ia membeli. Sedangkan di pihak pengelola, setidaknya
memperhatikan 6 variable tersebut dalam pengelolaanya agar selalu dalam
kondisi terbaik dan siap guna untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan.
c) Immovability
Karakteristik produk hospitality selanjutnya adalah immovable atau tidak dapat
dipindahkan. Dalam hal ini penulis menegaskan bahwa produk hospitality hanya
dapat dinikmati atau dikonsumsi di tempat dimana produk hospitality itu dibuat.
Seorang wisatawan yang ingin menikmati Candi Borobudur maka mustahil bagi
pengelola memindahkan candi Borobudur ke rumah wisatwan. Wisatawan yang
harus pergi ke Candi Borobudur di Magelang Jawa tengah. Yang lebih ekstrim
tidak bisa juga wisatawan menyuruh semua ahli pahat terbaik untuk membuatkan
candi yang serupa dengan Candi Borobudur. Sekalipun itu mungkin bisa, nilai
otentik dan originalitas sejarah candi replika dari Candi Borobudur itu tidaklah
sama dengan Candi Borobudur yang asli.
d) Simultaneity
Simultan berarti proses produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang bersamaan
(Yoeti, 2004 : 2).
Pengertian lainya adalah dari Robert G. Murdick, Barry Render, Roberta Russell
(1990 : 4) yang menyatakan bahwa pelayanan dapat berbentuk barang dan jasa
yang pada umumnya dikonsumsi dan diproduksi secara bersamaan.
Dalam hal ini produk hospitality sebagai sebuah produk jasa/ pelayanan hanya
dapat diproduksi oleh produsen jika konsumen telah hadir untuk berpartisipasi
dalam proses atau secara sederhana produk hospitality tersebut hanya dapat
diproduksi pada saat bersamaan dengan waktu konsumsi pelanggan.
Jika kita ingin menginap di suatu hotel maka produk dan pelayanan hotel baru
dapat kita nikmati jika kita sudah datang ke hotel, menikmati pelayanan check-in
yang cepat serta sambutan ramah staf front office, pelayanan staf house keeping
dan pelayanan staff food and beverage saat kita tinggal dan makan serta
menikmati segala fasilitas hotel yang mewah serta suasananya yang nyaman,
sampai pada saat terakhir kita ceck out meninggalkan hotel. Waktu dari kita ceck-
in sampai ceck-out itulah waktu kita mengonsumsi produk hospitality, sedangkan
staf hotel baru bisa memberikan pelayanan terhadap segala kebutuhan kita saat
kita sudah berada di hotel tersebut. Setiap kontak staf hotel terhadap tamu bahkan
hanya sekedar sapaan dan senyuman ramah sudah termasuk rangkaian proses
produksi yang menentukan kepuasan secara keseluruhan terhadap produk hotel.
Dalam konteks hotel, produk hospitality berarti segala fasilitas dan pelayanan
yang diberikan hotel untuk mendukung pengalaman kita yang menyenangkan,
memuaskan dan berkesan dari kita ceck-in, selama kita tinggal sampai terakhir
kita check out, tujuan akhirnya adalah sebuah pengalaman tinggal yang
menyenangkan, memuaskan dan berkesan. Pengalaman tersebut dapat dirasakan
pada saat kita berpartisipasi dalam proses produksi usaha hospitality tersebut
(Simultaneity).
Yang unik dari produk hospitality adalah “walaupun pengalaman tinggal tamu
telah selesai (proses produksi dan konsumsi berakhir), dengan manajemen
pelayanan yang baik pengalaman tinggal tamu di hotel tersebut akan sangat
berkesan bagi tamu dalam waktu yang lama”.
e) Secara bahasa heterogen berarti berbeda-beda ataupun bervariasi, sejalan dengan
pendapat Yoeti (2004 : 2), jasa tidak memiliki standar ukuran yang objektif.
Heterogeneity berlaku juga dalam konsep hospitality. Oleh karena itu, akan
sangat banyak sekali faktor yang menentukan konsumen puas ataupun tidak puas
dalam suatu produk hospitality.
Variable yang menentukan puas dan tidak puas dari masing-masing konsumen
juga sangat beragam dan subyektif walaupun terhadap satu produk hospitality
yang sama.
Sebagai contoh mungkin dalam suatu keluarga yang berkunjung ke restoran, sang
bapak akan merasa puas karena pelayanan stafnya cepat dan suasananya yang
nyaman untuk keluarga, sedangkan sang ibu berbeda pendapat bahwa yang
menentukan dia puas datang ke restoran tersebut adalah faktor makananya yang
enak dan sehat, sedangkan sang anak menyenangi restoran tersebut karena dalam
area outdoor ada fasilitas taman bermain anak-anak yang menyenangkan. Karena
ketidak pastian faktor apa yang menentukan kepuasan konsumen maka pengelola
harus mampu berfikir secara detai terhadap produk mereka.
Lain pendapat dengan Valerie A. Zeithaml dan Mary Jo Bitner (2004), yang
mengatakan bahwa dampak dari karakter produk hospitality yang heterogen
menjadikan produk hospitality ini sangat tergantung pada kinerja masing masing
staf.
Contohnya adalah jika satu orang staf saja di hotel X yang membuat kecewa tamu
hotel, maka tamu yang kecewa tersebut akan berpendapat bahwa pelayanan hotel
X secara keseluruhan adalah buruk (generalisasi). Atau sebaliknya pelayanan dari
satu saja staf hotel Y yang sangat berkesan bagi tamu (moment of truth) akan
menimbulkan citra positive terhadap pelayanan hotel Y secara keseluruhan dan
selamanya akan diingat tamu.
Selain kinerja staf, masih banyak unsur lain yang menentukan kepuasan
konsumen terhadap kualitas produk hospitality secara keseluruhan namun sangat
tergantung pada penilaian subyektif masing-masing tamu.
Dari banyak unsur tersebut, sebagian mungkin berasal dari faktor eksternal yang
di luar kontrol manajemen, misalnya kondisi lingkungan yang bising, suasana
yang tidak mengenakan seperti listrik mati, kesan angker dan lain-lain.
Merangkum faktor-faktor penentu kepuasan yang sangat heterogen, Agus
Sulastiyono (2008 : 41) merumuskanya menjadi 3 golongan yaitu P,B,E.
Dijelaskan sebagi berikut
P = Produk yang dihasilkan, seperti, kebersihan, kerapihan, Kenyamanan,
keamanan dan lain-lain.
B = Behavior atau perilaku staf dalam memberi pelayanan, yang mempunyai
tanggung jawab pendistribusian produk hospitality kepada tamu.
E = Environment atau lingkungan tempat usaha yang mendukung.
f) Perishability
Perisable mengandung arti bahwa produk hospitality tidak dapat disimpan atau
juga berarti bahwa produk hospitality tidak bertahan lama. Sehingga dengan
karakter produk hospitality yang demikian itu akan sangat susah bagi perusahaan
untuk menyesuaikan permintaan dan penawaran. Jika suatu hotel memiliki
kapasitas 600 kamar dan pada hari ini hanya terjual 500 kamar, maka sebanyak
100 kamar yang tidak laku hari ini dianggap hangus hotel merugi sejumlah biaya
maintenance, dan tidak dapat dijual kembali pada esok hari karena kapastitas
kamar tetap yaitu hanya 600 kamar.
Dapat pula dimaknai lain, misalnya saat kita melihat hiburan berupa konser music
ataupun atraksi kesenian tari budaya secara live maka setiap detik dari moment
tersebut akan terlewatkan jika kita tidak konsentrasi. Dan tidak dapat di replay
selayaknya kita menonton sebuah video.
Dalam kunjungan wisata misalnya, maka setiap kontak dan kesan yang terjadi
antara wisatawan dan tuan rumah yang terjadi adalah hospitality. Tidak mungkin
kontak yang terjadi secara spontan tersebut akan mampu diulang secara persis.
g) Inseparability
Philip Kotler (dalam Yoeti, 2004:1) memberi batasan tentang service sebagai
suatu aktivitas yang memberikan manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak
kepada pihak lain dalam bentuk tidak nyata (intangible) dan tidak menimbulkan
perpindahan kepemilikan (Inseparability)
Wisatawan yang membeli paket berkunjung ke suatu destinasi wisata candi bukan
berarti dapat memiliki atau mengambil artefak yang ditemui dalam perjalanan
wisatawanya. Bahkan kegiatan mengambil benda cagar budaya adalah sangat
terlarang atau illegal.
Contoh kedua saat kita membeli kamar hotel, bukan berarti setelah kita
membeyar lunas, segala fasilitas di kamar tersebut dapat kita ambil meskipun
barang itu sepele seperti towel.
Membahas karakter inseparability biasanya kita akan berhadapan dengan
beberapa pertanyaan seperti berikut :
Walupun kita membeli dan tidak menimbulkan kepemilikan bukan berarti
menyewa, mungkin benar untuk benda-benda nyata (tangible) seperti bus
pariwisatanya tetapi tidak benar secara makna keseluruhan.
Di hotel misalnya, segala fasilitas terbaik dan pelayanan staf yang diberikan
pihak hotel hanya untuk menciptakan pengalaman berkunjung tamu yang
menyenangkan, memuaskan dan berkesan. Dari tamu ceck-in, selama kita tinggal
sampai terakhir tamu check out.
Penyedia jasa pemandu ekowisata membawa wisatawan menyusuri pegunungan
yang memiliki pemandangan yang indah dengan medan sedikit menantang. Yang
dijual oleh pemandu wisata kepada wisatawan adalah jasa panduan dan
pengalaman wisatawan untuk sebuah kebanggan dan kepuasan jiwa.
BAB III : PENUTUP

Kesimpulan
1. Atraksi Alam Pantai/Laut
Pantai/laut adalah merupakan tempat wisata bahari. Secara garis besar atraksi
pantai/laut biasanya melibatkan tiga unsur pokok yaitu: manusia, tempat dan waktu.
2. Atraksi Alam Pegunungan
Salah satu atraksi wisata gunung yaitu wisata perkebunan, karena umumnya tanah di
daerah pegunungan terbilang sangat subur dan cocok untuk ditumbuhi tanaman.
Wisata perkebunan yang saat ini sedang terkenal adalah kebun teh dan kebun bunga.
Selain atraksi wisata perkebunan, wisata gunung yang sangat digemari oleh berbagai
kalangan saat ini, yakni outbound. Outbound adalah istilah yang dipakai untuk
kegiatan luar ruangan dengan menggunakan wahana atau metode permainan.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian, kerja sama, soft skill serta
mengasah keterampilan.
3. Atraksi Budaya
Atraksi Budaya adalah berbagai bentuk pertunjukan dan/atau tontonan karya dan hasil
karya seni, adat istiadat/tradisi, tata cara upacara keagamaan yang unik dan menarik
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan untuk memperoleh nilai lebih
atau keuntungan.
4. Fasilitas Pokok yang harus ada pada suatu tempat wisata :
 Tersedianya Fasilitas Toilet yang Memadai
 Tersedianya Tempat Sampah
 Tersedianya Fasilitas Ramah Difabel
5. Fasilitas Penunjang
 Ketersediaan Ruang Hijau
 Tersedianya Tempat Ibadah
 Terdapat Akses yang Mudah
 Tersedianya Area Food Court
6. Fasilitas Pelengkap
Menurut Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811 Vol. 2 No. 1, 2014 yang
berjudul Perencanaan Fasilitas Pariwisata (Tourism Amenities) Pantai Pandawa Desa
Kutuh Kuta Selatan Badung, fasilitas pelengkap yang diinginkan adalah sebagai
berikut :
 Penginapan karena berdasarkan hasil kuesioner menginginkan pembangunan
penginapan yang tentunya menyesuaikan dengan keadaan kawasan Pantai
Pandawa.
 Kios-Kios, ini berupa Artshop karena kebutuhan wisatawan akan artshop sangat
tinggi.
 Kantor Penataan Kawasan Pantai Pandawa
 Restaurant/ rumah makan
 Gasebo
 Tempat peristirahatan nelayan rumput laut, saat ini berada pada di pesisir pantai,
belakang kios-kios, sehingga pemandangan ini kurang menarik dilihat oleh
wisatawan, untuk itu direncanakan peristirahatan nelayanan rumput laut dibuatkan
suatu area khusus di belakang tempat pembuatan hasil rumput laut.
 Tourist information, di Pantai Pandawa belum ada, karena tourist information ini
sangat penting keberadaannya dalam suatu kawasan sebagai pusat informasi,
maka tourist information ini akan dibangun di sebelah wantilan, yang terdapat titik
bulat pada sketsa, begitu memasuki area pantai.
7. Akses informasi
Pariwisata Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (E-Tourismn)
Dunia pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa yang memiliki potensi
sangat besar untuk terus dikembangkan.Sektor pariwisata saat ini semakin
berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia akan berwisata,
pariwisata sangat berhubungan dengan pola kehidupan masyarakat modern. Semakin
tinggi tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan seseorang maka kebutuhan dirinya
untuk berwisata akan semakin besar.
8. Akses Tempat Akhir Perjalanan
Akses pariwisata di Indonesia masih harus diperbaiki terutama aksestransportasi dan
telekomunikasi karena merupakan pendukung utama pertumbuhan sektor pariwisata
baik transportasi udara, laut, dan darat.
 Transportasi udara
 Transportasi laut
 Transportasi Darat
 Akses telekomunikasi
9. Pengertian Hospitality dan Karakteristik Service dalam Hospitality Industri
 Pengertian Hospitality
Hospitality berasal dari kata “hospes” yang berarti tamu. Hospitalitas berarti sikap
sebagai tuan rumah yang baik. Sering diartikan sebagai keramah-tamahan orang yang
suka menjamu, akrab dan dapat menciptakan suasana santai (Henri J.M. Nouwen).
Hospitality dalam pengertian ini dimaknai sebagai bentuk kata kerja.
 Karakteristik Service dalam Hospitality Industry
a) Tangible
b) Intangibility
c) Immovability
d) Simultaneity
e) Heterogeneity
f) Perishability
g) Inseparability
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/bedjoradmila/5516e5e8813311e060bc60cb/pengembangan-ekowisata-
pantai

http://eprints.ums.ac.id/57490/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai