Anda di halaman 1dari 7

MODUL 3

KEBUTUHAN AIR DAN EFISIENSI IRIGASI


PADA AREAL USAHA PERTANAMAN

3.1 Satuan Kebutuhan Air


Air untuk kebutuhan irigasi juga disamakan dengan kebutuhan evapotranspirasi (ET)
dengan satuan mm/hari. Satuan ET adalah mm/hari mudah dirubah menjadi satuan volume
untuk tiap-tiap hektar (ha) dan tiap-tiap waktu.
Contoh :
Untuk 1 (satu) mm air untuk areal 1 (satu) ha ekivalen dengan 1 mm x 10.000 m 2, atau 0.001
m x 10.000 m2 = 10 m3 , yang berarti pula 1 (satu) mm air untuk luasan areal 1 (satu) ha
ekivalen = 10 m3. Dengan demikian, bila untuk besaran evapotranspirasi (ET) = 5 mm/hari,
maka memerlukan 10 m3 x 5/hari = 50 m3/hari untuk 1 ha areal irigasi.
Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi (ET) sebagai kebutuhan air
irigasi besaran ET = 5 mm/hari untuk 1 ha areal irigasi = 50 m 3/(hari.ha) = 50.000
dm3/(hari.ha) = 50.000 ltr/(24.60.60 detik.ha) = 0.58 ltr/(detik.ha).
Satuan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air pada berbagai macam, tetapi
semuanya dapat dirubah menjadi satuan debit air untuk suatu satuan luas.

3.2 Kebatuhan Air Nyata


Kebutuhan air nyata bukan hanya evapotranspirasi (ET), ada juga kebutuhan lain seperti
: kehilangan untuk perkolasi dan rembesan lewat dinding saluran terbuka atau saluran
tertutup.
Perlu dibedakan antara kebutuhan air untuk areal usaha (KAA) dan pemberian air
irigasi (PAI), maka untuk lebih jelasnya dapat dibuat rumusan sebagai berikut :
- Rumus kebutuhan air untuk areal usaha (KAA) adalah sebagai berikut :
KAA = ET – KA + KK .....................................................................................(1).
Dimana :
KAA = kebutuhan air untuk areal usaha
ET = evapotranspirasi
KA = kehilangan air
KK = kebutuhan khusus, misalnya untuk pengolahan tanah

- Untuk rumus pemberian air irigasi (PAI) adalah sebagai berikut :

3-1
PAI = KAA - HE - KAT ..........................................................................(2).
Dimana :
PAI = pemberian air irigasi
HE = hujan efektif
KAT = kontribusi air tanah
Perlu diperhatikan bahwa saat hujan deras, nilai ruas kanan seperti : KAA, HE dan
KAT dapat bertanda negatif, pada kondisi ini PAI = 0 berarti tidak memerlukan suplai irigasi
dan dalam hal ini perlu fungsi sarana drainasi.
Melihat persamaan PAI, membawa pengertian bahwa pemberian air irigasi (PAI)
dipengaruhi oleh kebutuhan air untuk areal usaha (KAA), hujan efektif (HE) dan kontribusi
air tanah (KAT), dapat disimpulkan :
PAI = f ( ET, KA, KK, HE, KAT ) ..............................................................(3).
Dimana :
PAI = pemberian air irigasi
f = fungsi
ET = evapotranspirasi
KA = kehilangan air
KK = kebutuhan khusus, misalnya untuk pengolahan tanah
HE = hujan efektif
KAT = kontribusi air tanah
Pemberian air irigasi merupakan fungsi dari evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan
air khusus, hujan efektif, dan kontribusi air tanah, dimana pemberian air irigasi (PAI) ini
memiliki sifat probabilistik.

3.3. Neraca/Imbangan Air Di Areal Usaha Pertanaman


Neraca/imbangan air di areal usaha pertanaman/di lapangan dapat dinyatakan dengan
rumusan sebagai berikut :
Air masukan - Air keluar = Perubahan Tandon ................................................(4).
Tandon (storage) pada persamaan (4), meliputi : tandon kandungan lengas tanah dan tandon
air pada tubuh tanaman. Apabila rumus (4) dibuat lebih rinci, akan didapatkan satu
persamaan sebagai berikut :

3-2
(HJ+AI)-(AL+P+E+T) = PADT+PATT ........................................................(5).
Dimana :
HJ = hujan
AI = air irigasi
AL = air limpasan
P = perkolasi
E = evaporasi
T = transpirasi
PADT = perubahan air dalam tanah
PATT = perubahan air dalam tubuh tanaman
Bahwa ruas paling kiri/kiri luar adalah (HJ+AI) dalam persamaan (5) merupakan air
yang masuk, yaitu hujan (HJ) + air irigasi (AI), dan ruas kiri dalam (AL+P+E+T) merupakan
air yang keluar dari areal usaha pertanaman, yaitu air limpasan (AL), perkolasi (P), evaporasi
dari permukaan tanah (E) dan transpirasi (T). Ruas kanan dalam persamaan (5) menunjukkan
simbol (PADT) adalah perubahan air dalam tanah dan pada ruas paling kanan/kanan luar
dengan simbol (PATT) adalah perubahan air dalam tubuh tanaman. Dimensi dari besaran-
besaran elemen pada rumus persamaan (5) di atas, biasanya dinyatakan dalam mm/(satuan)
atau kadang-kadang hanya dengan mm kedalaman air dengan maksud mm/(satuan luas).
Apabila rumus persamaan (5) diperhatikan lebih cermat kemudian dibayangkan peristiwa
hujan di areal pertanaman, maka nilai evaporasi dari permukaan tanah (E) dan transpirasi (T)
yang disingkat evapotranspirasi (ET) akan meliputi nilai evaporasi dari air hujan yang
terintersepsi oleh tumbuh-tumbuhan. Besaran air irigasi (AI) harus dihitung dalam rangka
pemberian air irigasi lewat sarana pemberi.
Beberapa contoh rumus lain dalam persamaan neraca/imbangan air irigasi, yaitu
antara lain :
- Persamaan neraca/imbangan air menurut Van de Goor (1968)
Persamaan neraca/imbangan air ini memperhatikan masukan (input) berupa Is, Re dan Ig
sama dengan keluaran (output) berupa S, U, Gv, Gh dan Os, dengan rumus :

3-3
Is + Re + Ig = S + U + Gv + Gh + Os ..........................................................(6).
Dimana :
Is = debit yang masuk sawah
Re = hujan efektif
Ig = air yang masuk ke petak sawah melalui rembesan dari petak
sekelilingnya
S = jumlah air yang tersedia pada permukaan atas dalam tanah
U = evapotranspirasi
Gv = besar perkolasi dalam tanah
Gh = besar rembesan keluar, disamping petak-petak sawah sekelilingnya
Os = debit yang keluar sebagai aliran permukaan masuk saluran
pembuangan

- Persamaan lain yang memperhatikan adanya tinggi genangan pada sawah dan berdasar
neraca/imbangan air mingguan
Persamaan lain yang memperhatikan adanya tinggi genangan (TG), ET, P dan HE pada
sawah dan berdasar neraca/imbangan air mingguan dengan rumus :
KAI = (TG2 – TG1 + ET + P – HE) .............................................................(7).
Dimana :
KAI = kebutuhan air irigasi
TG2 = tinggi genangan pada akhir minggu (mm)
TG1 = tinggi genangan yang ada sebelum pemberian air (mm)
ET = evapotranspirasi
P = perkolasi
HE = hujan efektif

3.4. Nilai Efisiensi Irigasi


Tanaman memerlukan air untuk pertumbuhannya, tetapi air yang diambil dari
sumber/sungai dan dialirkan ke areal irigasi tidak dapat seluruhnya dimanfaatkan oleh
tanaman.
Dalam praktek irigasi terjadi kehilangan air berupa penguapan dari saluran irigasi,
rembesan dari saluran keluar saluran dan bahkan diambil orang untuk kebutuhan rumah
tangga.

3-4
Pengaturan air sejak pengambilan pada bangunan sadap sampai pemakaian oleh
tanaman berpengaruh pada nilai efisiensi irigasi. Jadi efisiensi irigasi yaitu perbandingan
antara air yang keluar dalam irigasi dan air yang masuk dalam irigasi.
Apabila kehilangan air sangat besar, nilai efisiensi irigasi menjadi rendah dan
sebaliknya kehilangan air sangat kecil, nilai efisiensi irigasi menjadi tinggi. Secara prinsip
untuk suatu masalah irigasi yang ditinjau adalah nilai efisiensi dari irigasi.

3.5. Klasifikasi Efisiensi Irigasi


Pada efisiensi irigasi ada 4 (empat) klasifikasi yang perlu diperhatikan untuk
menghitung nilai efisiensi, meliputi :
a. Efisiensi pengaliran (EPNG)
Air untuk keperluan irigasi diambil dari bangunan sadap pada sungai, waduk atau sumber
air berupa air tanah. Kehilangan air selama pengaliran dari tempat pengaliran sampai ke
areal irigasi adalah kehilangan air pengaliran. Kehilangan air jenis ini menentukan
besarnya efisiensi pengaliran (EPNG) dengan rumus sebagi berikut :
A 
E PNG   sai  x 100% ........................................................................................ (8).
 A dbs 
Dimana :
EPNG = efisiensi pengaliran
Asai = air yang sampai di areal irigasi
Adbs = air yang diambil dari bangunan sadap

b. Efisiensi pemakaian (EPMK)


Efisiensi pemakaian merupakan perbandingan antara air yang dapat ditahan pada zone
perakaran dalam periode pemberian air dengan air yang sampai di areal irigasi dan
efisiensi pemakai juga merupakan fungsi tinggi genangan, jadi efisiensi pemakaian
(EPMK) dirumuskan sebagai berikut :
A 
E PMK   dzp  x 100% .......................................................................................(9).
 A sai 
Dimana :
EPMK = efisiensi pemakaian
Adzp = air yang dapat ditahan pada zone perakaran
Asai = air yang sampai di areal irigasi

3-5
E PMK  f TG  ..................................................................................................(10).
Dimana :
EPMK = efisiensi pemakaian
f = fungsi
TG = tinggi genangan

c. Efisiensi penyimpanan (EPNY)


Masalah yang ditinjau pada efisiensi penyimpanan adalah masalah pada saat air yang
tersedia untuk irigasi cukup banyak, tetapi sering juga terdapat daerah yang sangat
kekurangan air pada musim kemarau. Air yang tersedia tidak dapat mencapai jumlah air
yang dibutuhkan untuk pengisian lengas tanah pada zone perakaran. Air sangat sedikit
yang diberikan dapat dianggap memiliki efisiensi pemakaian mendekati 100%.
Apabila pada keadaan sangat kekurangan air, ini adalah jumlah yang dibutuhkan untuk
mengisi lengas tanah pada zone perakaran adalah air simpanan penuh (Asph) dan air yang
diberikan, maka rumusan efisiensi penyimpanan (E PNY) dalah sebagai berikut :
A 
E PNY   dbk  x 100% ......................................................................................(11).
A 
 sph 
Dimana :
EPNY = efisiensi penyimpanan
Adbk = air yang diberikan
Asph = air simpanan penuh
Ada dua hal yang yang berpengaruh pada nilai efisiensi penyimpanan, yaitu : kecilnya
persediaan air dan kecilnya kapasitas infiltrasi.
d. Efisiensi sebaran/distribusi (ESBR/DBS)
Efisiensi sebaran juga biasa disebut efisiensi distribusi. Keseragaman sebaran air irigasi
dalam zone perakaran sangat bervariasi, keadaan umum menunjukkan suatu gejala bahwa
makin baiklah produksi tanaman.
Sebagai indikator tentang efisiensi sebaran (ESBR/DBS) digunakan rumus sebagai berikut :

3-6
  y 
ESBR  1 -   x 100% ...................................................................................(12).
  d 
Dimana :
ESBR = efisiensi sebaran
y = deviasi rata-rata numerik dari kedalaman air tersimpan terhadap nilai d
d = kedalaman air rata-rata tersimpan selama periode irigasi

Sesungguhnya jenis nilai efisiensi tidaklah terbatas pada yang dibicarakan di atas,
karena nilai efisiensi pengaliran dapat pula dirinci menjadi efisiensi saluran primer, bangunan
bagi primer dan saluran sekunder.

3-7

Anda mungkin juga menyukai