KELOMPOK 9
1
5. Pengendalian Banjir dan Aliran Sungai
2
Detail metode struktur dan metode non-struktur ditunjukkan dalam Gambar.1.
(sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)
1. Metode Struktur
Pengendalian banjir metode struktur terbagi atas dua,yaitu bangunan
pengendalian banjir dan sistem perbaikan dan pengaturan sungai.
a. Bangunan Pengendali Banjir
● Bendungan(dam)/waduk
Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah,
urugan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk
menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (PP No 37 Tahun
2010). Definisi lain bendungan atau dam adalah konstruksi yang
dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau
tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan laju sedimentasi
yang ditampung dalam tampungan mati.
3
Gambar 5.2.2.Contoh gambar bendungan
(Sumber :https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)
● Kolam retensi/penampungan
Seperti halnya bendungan, kolam penampungan
(retention basin) berfungsi untuk menyimpan sementara debit
sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi, retention berarti
penyimpanan. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada
karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika
beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam
penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau rawa.
4
Gambar.5.2.3 Kolam Retensi
(sumber : https//.bandung bisnis.com)
(Sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)
5
● Bangunan pengurang kemiringan sungai
Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill.
Manfaatnya adalah bisa mengurangi kecepatan air, dan untuk
groundsill juga dapat mencegah scouring pada hilir bendung atau
pilar jembatan. Contoh bangunan ini dapat dilihat dalam gambar
dibawah.
6
● Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang
didesain dan dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara
sehingga bisa mengurangi puncak banjir dari suatu sungai. Dapat
dikatakan pula suatu tampungan (reservoir) yang mengurangi
puncak banjir melalui simpanan sementara.
● Pembuatan Polder
7
sungai atau saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi
karena di sungai tersebut terjadi banjir dan ada air pasang di laut
untuk daerah pantai. Bila mana polder penuh maka dipakai
8
yang merupakan daerah peruntukan. Contoh dokumentasi
● Sudetan(by pass/short-cut)
9
mengurangi debit banjir pada daerah yang dilindungi.Di samping
itu alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian
banjir adalah:
⮚ Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander
kritis, adalah merupakan alur yang relatif tidak
stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik
⮚ Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk
hidrograf banjir antara di bagian hulu dan hilir
sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di
bagian hulunya.
● Floodway
10
dapat terdiri dari saluran-saluran alami. Alternatif dengan
pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan. dengan
elevasi air di bagian hilir yang terlalu tinggi. Sistem drainase
khusus biasanya digunakan untuk situasi berikut:
⮚ Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.
⮚ Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh
gelombang.
⮚ Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan
flood wall/dinding penahan banjir.
Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan
berikut:
⮚ Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang
akan dilindungi.
⮚ Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan.
⮚ Volume dari air yang ditahan.
⮚ Periode banjir.
11
⮚ Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen
yang dihasilkan dari kegiatan gunung berapi yang dikenal
dengan nama debris flow.
● Pengendalian erosi
Pengendalian erosi pada prinsipnya merupakan tindakan-tindakan
untuk mencegah dan mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing
sungai.
12
● Pengembangan dan pengaturan daerah banjir
Masyarakat yang bermukim pada daerah-daerah genangan akan
kehilangan pencaharian yang ditimbulkan banjir serta pemanfaatan
intensif daerah-daerah genangan untuk mata pencaharian, industri dan
kegiatan lain akan meningkatkan potensi bagi kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan banjir. Kegiatan tersebut yang berhubungan dengan
pemanfaatan daerah genangan sering mengurangi kapasitas alur sungai
dan daerah genangan. Kelancaran aliran akan berkurang karena
bangunan rumah, gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan dan pengusahaan
tanaman yang memiliki daya tahan besar merupakan penghambat aliran.
Maksud dari pengendalian daerah genangan adalah untuk
membatasi atau menentukan tipe pengembangan dengan
mempertimbangkan resiko dan kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir.
Faktor ekonomi, sosial dan lingkungan harus pula ikut dipertimbangkan
agar diperoleh suatu pengembangan yang bijaksana. Langkah pertama
dalam peningkatan pengendalian daerah genangan di daerah yang
beresiko banjir dan daerah kritis ditentukan diantaranya oleh faktor-
faktor berikut:
14
⮚ Waktu perambatan banjir.
● Law enforcement
15
Permasalahan banjir adalah merupakan permasalahan umum,
terutama di daerah bawah, maka sudah saatnya masyarakat yang berada
pada daerah tersebut peduli akan pencegahan terhadap bahaya banjir.
Disamping itu pihak yang berwenang termasuk instansi yang terkait,
harus betul-betul melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian
dan penanggulangan terhadap banjir secara intensif dan terkoordinasi.
● Asuransi
16
periode ulang banjir yang terjadi. Daerah genangan banjir dikaji
berdasarkan peta topografi dan peta tata guna lahan.
17
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Penegelolaan Lingkungan Hidup.
8. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 Tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana
DAFTAR PUSTAKA
18