Anda di halaman 1dari 18

NAMA: IKA RADJA KELAS/NO ABSEN : A/9

TUGAS 9. PSDA KELAS A 261021

MAKALAH PENUH (FULL PAPER ) PERTEMUAN 10


PENGENDALIAN BANJIR DAN ALIRAN SUNGAI
DOSEN:
IR. I MADE UDIANA, M.T.

KELOMPOK 9

1. IKA RADJA NIM 1806010092

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021

1
5. Pengendalian Banjir dan Aliran Sungai

Pengendalian banjir mengacu pada semua metode atau cara yang digunakan


untuk mengurangi atau mencegah efek merugikan dari air banjir.

5.2 Klasifikasi Pengendalian Aliran Air

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai


cara, namun yang lebih penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan
dicari sistem yang paling optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi
atau daerah pengendaliannya dapat dikelompokkan menjadi dua :

1. Bagian Hulu ; yaitu dengan membangun pengendalian banjir yang dapat


memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,
penghijauan di Daerah Aliran Sungai ( DAS ).
2. Bagian Hilir ; yaitu dengan melakukan normalisasi alur sungai dan
tanggul, pembuatan alur pengendalian banjir atau Flood Way serta
pemanfaatan daerah genangan untuk Retarding Pond.

Sedang menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan


menjadi dua :

1. Pengendalian banjir secara teknis(metode struktur)

2. Pengendalian banjir secara non teknis (metode non struktur)

2
Detail metode struktur dan metode non-struktur ditunjukkan dalam Gambar.1.

Gambar 5.2.1 Pengendalian banjir struktur dan non struktur

(sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

1. Metode Struktur
Pengendalian banjir metode struktur terbagi atas dua,yaitu bangunan
pengendalian banjir dan sistem perbaikan dan pengaturan sungai.
a. Bangunan Pengendali Banjir
● Bendungan(dam)/waduk
Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah,
urugan batu, beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain
untuk menahan dan menampung air, dapat pula dibangun untuk
menahan dan menampung limbah tambang (tailing), atau
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (PP No 37 Tahun
2010). Definisi lain bendungan atau dam adalah konstruksi yang
dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau, atau
tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan laju sedimentasi
yang ditampung dalam tampungan mati.

3
Gambar 5.2.2.Contoh gambar bendungan

(Sumber :https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

● Kolam retensi/penampungan
Seperti halnya bendungan, kolam penampungan
(retention basin) berfungsi untuk menyimpan sementara debit
sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi, retention berarti
penyimpanan. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada
karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika
beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam
penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau rawa.

4
Gambar.5.2.3 Kolam Retensi
(sumber : https//.bandung bisnis.com)

● Pembuatan check dam (penangkap sedimen)


Check dam adalah bangunan kecil temporer atau tetap
yang dibangun melintang saluran/sungai untuk memperkecil
kemiringan dasar memanjang sungai sehingga bisa mereduksi
kecepatan air, erosi dan membuat sedimen bisa tinggal di bagian
hulu bangunan. Sehingga bangunan ini bisa menstabilkan saluran
atau sungai.

Gambar 5.2.4 Check Dam

(Sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

5
● Bangunan pengurang kemiringan sungai
Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill.
Manfaatnya adalah bisa mengurangi kecepatan air, dan untuk
groundsill juga dapat mencegah scouring pada hilir bendung atau
pilar jembatan. Contoh bangunan ini dapat dilihat dalam gambar
dibawah.

Gambar 5.2.5 drop structure


(Sumber :https//. 41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

Gambar 5.2.6 grounsill


(Sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

6
● Retarding basin
Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang
didesain dan dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara
sehingga bisa mengurangi puncak banjir dari suatu sungai. Dapat
dikatakan pula suatu tampungan (reservoir) yang mengurangi
puncak banjir melalui simpanan sementara.

Gambar 5.2.7 Retarding basin


(Sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

● Pembuatan Polder

Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi


oleh embankment baik bisa berupa tanah urugan/timbunan atau
tanggul pasangan beton atau batu kali yang membentuk semacam
kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan
air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran
buatan manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa.Polder
berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika

7
sungai atau saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi
karena di sungai tersebut terjadi banjir dan ada air pasang di laut
untuk daerah pantai. Bila mana polder penuh maka dipakai

pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut sehingga


daerah yang dilindungi tidak kebanjiran.

Gambar 5.2.8 Polder


(Sumber : https//.41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

b. Sistem Perbaikan & Pengaturan Sungai


● River Improvement(perbaikan/peningkatan sungai)
River improvement dilakukan terutama berkaitan erat
dengan pengendalian banjir, yang merupakan usaha untuk
memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini dimaksudkan
untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk dialirkan ke
hilir atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan.
● Tanggul

Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan


air banjir di palung sungai untuk melindungi daerah di
sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk melokalisir banjir di
sungai, sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri sungai

8
yang merupakan daerah peruntukan. Contoh dokumentasi

tanggul dapat dilihat dalam gambar dibawah.

Gambar 5.2.9 Tanggul


(Sumber :https//. 41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

● Sudetan(by pass/short-cut)

Gambar 5.2.10 Sudetan


(Sumber :https//. 41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir.com)

Sudetan (by pass) adalah saluran yang digunakan untuk


mengalihkan sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka

9
mengurangi debit banjir pada daerah yang dilindungi.Di samping
itu alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian
banjir adalah:
⮚ Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander
kritis, adalah merupakan alur yang relatif tidak
stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik
⮚ Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk
hidrograf banjir antara di bagian hulu dan hilir
sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di
bagian hulunya.

● Floodway

Pembuatan floodway dimaksudkan untuk mengurangi


debit banjir pada alur sungai lama, dan mengalirkan sebagian
debit tersebut banjir melalui floodway. Hal ini dapat dilakukan
apabila kondisi setempat sangat mendukung untuk membuat
floodway. Apabila kondisi lapangan tidak menguntungkan,
misalnya sungai untuk jalur floodway tidak ada, maka pembuatan
floodway kurang layak untuk dilaksanakan.Floodway berfungsi
untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,
sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan
akan menurunkan tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya,
bahwa alur lama melewati kota, sehingga menjadi rawan banjir.
Sedangkan lahan pada kawasan pemukiman di kota sangat mahal
dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga perbaikan alur
sungai untuk memenuhi debit mengalami kesulitan.

● Sistem drainase khusus

Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan


air dari daerah rawan banjir karena drainase yang buruk secara
alami atau karena ulah manusia. Sistem khusus tipe gravitasi

10
dapat terdiri dari saluran-saluran alami. Alternatif dengan
pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan. dengan
elevasi air di bagian hilir yang terlalu tinggi. Sistem drainase
khusus biasanya digunakan untuk situasi berikut:
⮚ Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.
⮚ Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh
gelombang.
⮚ Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan
flood wall/dinding penahan banjir.
Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan
berikut:
⮚ Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang
akan dilindungi.
⮚ Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan.
⮚ Volume dari air yang ditahan.
⮚ Periode banjir.

2. Metode Non Struktur


● Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan,
pelaksanaan dan pelatihan. Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan
untuk menghemat dan menyimpan atau menahan air dan konservasi
tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktivitas-aktivitas berikut ini:
⮚ Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.
⮚ Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan erosi tanah.
⮚ Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi
tahan air yang tepat, sepanjang tanggul drainase, saluran-
saluran dan daerah lain untuk pengendalian aliran yang
berlebihan atau erosi tanah.
⮚ Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali
banjir (misal check dam) sepanjang dasar aliran yang
mudah tererosi.

11
⮚ Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen
yang dihasilkan dari kegiatan gunung berapi yang dikenal
dengan nama debris flow.

Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah


untuk mencapai keadaan- keadaan berikut:
⮚ Mengurangi debit banjir di daerah hilir.

⮚ Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di


sungai.

⮚ Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan


dari penataan guna tanah dan perlindungan air.
⮚ Meningkatkan lingkungan di DAS dan daerah
sempadan sungai.

● Pengaturan tata guna lahan


Pengaturan tata guna lahan di DAS dimaksudkan untuk mengatur
penggunaan lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang yang ada. Hal
ini untuk menghindari penggunaan lahan yang tidak terkendali, sehingga
mengakibatkan kerusakan DAS yang merupakan daerah tadah hujan.
Pada dasarnya pengaturan penggunaan lahan di DAS dimaksudkan
untuk:
⮚ Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak
menimbulkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau.
⮚ Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan,
sehingga dapat menekan laju sedimentasi pada alur sungai di
bagian hilir.

● Pengendalian erosi
Pengendalian erosi pada prinsipnya merupakan tindakan-tindakan
untuk mencegah dan mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing
sungai.

12
● Pengembangan dan pengaturan daerah banjir
Masyarakat yang bermukim pada daerah-daerah genangan akan
kehilangan pencaharian yang ditimbulkan banjir serta pemanfaatan
intensif daerah-daerah genangan untuk mata pencaharian, industri dan
kegiatan lain akan meningkatkan potensi bagi kerusakan-kerusakan yang
diakibatkan banjir. Kegiatan tersebut yang berhubungan dengan
pemanfaatan daerah genangan sering mengurangi kapasitas alur sungai
dan daerah genangan. Kelancaran aliran akan berkurang karena
bangunan rumah, gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan dan pengusahaan
tanaman yang memiliki daya tahan besar merupakan penghambat aliran.
Maksud dari pengendalian daerah genangan adalah untuk
membatasi atau menentukan tipe pengembangan dengan
mempertimbangkan resiko dan kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir.
Faktor ekonomi, sosial dan lingkungan harus pula ikut dipertimbangkan
agar diperoleh suatu pengembangan yang bijaksana. Langkah pertama
dalam peningkatan pengendalian daerah genangan di daerah yang
beresiko banjir dan daerah kritis ditentukan diantaranya oleh faktor-
faktor berikut:

● Besarnya banjir yang ● Lamanya banjir.


terjadi.
● Masalah-masalah
● Waktu peringatan efektif. pengungsian.

● Pengetahuan tentang ● Akses (kemudahan).


banjir.
● Potensi kerusakan
● Tingkat luapan banjir. banjir.

● Kedalaman dan kecepatan


banjir.

Dua tahapan yang perlu dilaksanakan, kaitannya dengan program


13
pengendalian banjir adalah sebagai berikut ini:
⮚ Tahap I: Melarang adanya pemanfaatan di daerah
bantaran banjir, seperti pendirian gedung, rumah ataupun
pengusahaan tanaman.

⮚ Tahap II: Pengaturan pengendalian penggunaan lahan


untuk mengurangi kerusakan-kerusakan yang disebabkan
banjir.

● Penanganan kondisi darurat


Penanggulangan banjir perlu dilakukan untuk menangani
penanggulangan banjir dalam keadaan darurat, terutama untuk bangunan
pengendalian banjir yang rusak dan kritis. Hal ini terutama untuk
menangani banjir tahunan yang perlu penanganan tahunan pada waktu
musim hujan atau banjir.Perencanaan penanggulangan banjir perlu
dibuat sebelumnya, berdasarkan pengalaman yang telah lalu. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam perencanaan penanggulangan banjir:
⮚ Identifikasi masalah.
⮚ Kebutuhan bahan dan peralatan penanggulangan.
⮚ Kebutuhan tenaga penanggulangan.

● Peramalan dan sistem peringatan banjir

Peramalan banjir adalah merupakan bagian dari sistim


pengendalian banjir suatu sistem sungai. Maka dalam penyusunan sistim
peramalan dan peringatan dini banjir DAS perlu memperhatikan:

⮚ Bangunan pengendalian banjir.


⮚ Operasional bangunan sistim pengendalian banjir.
⮚ Hidrologi.
⮚ Karakteristik DAS.
⮚ Karakteristik daerah rawan banjir.
⮚ Kemungkinan kerugian akibat banjir.

14
⮚ Waktu perambatan banjir.

Pada suatu sungai perlu adanya flood warning system, terutama


untuk sungai yang melewati daerah yang padat penduduk dan
mempunyai sifat banjir yang membahayakan. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kerugian akibat banjir yang lebih besar. Pada tingkat awal
untuk flood warning system adalah peramalan akan datangnya banjir.
Untuk mengetahui terhadap datangnya banjir, dapat diketahui dengan
cara yang sederhana melalui gejala alam yang terjadi. Misalnya, banyak
serangga yang keluar dari persembunyian/dalam tanah, suara katak yang
riuh bersahutan, dsb. Cara ini biasanya diketahui baik oleh penduduk
setempat dan akan mempersiapkan segala persiapan untuk menghadapi
hal-hal yang membahayakan dari banjir. Berdasarkan perkembangan
kehidupan masyarakat yang semakin modern dan bahaya banjir yang
semakin meningkat, maka perlu adanya peramalan datangnya banjir
secara tepat dan cepat. Maka secara teknis dapat dilakukan antara lain:

⮚ Pengamatan tinggi muka air pada pos-pos pengamat


⮚ Telemetering/pengamatan curah hujan
⮚ Pemberitaan banjir

● Law enforcement

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk


tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai
pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara (Asshiddiqie, 2011).
Beberapa contoh penegakan hukum diilustrasikan dalam berikut ini.

⮚ Tidak membuang sampah di sebarang tempat (di sungai)


⮚ Tidak menggunduli hutan (illegal logging)

● Penyuluhan pada masyarakat

15
Permasalahan banjir adalah merupakan permasalahan umum,
terutama di daerah bawah, maka sudah saatnya masyarakat yang berada
pada daerah tersebut peduli akan pencegahan terhadap bahaya banjir.
Disamping itu pihak yang berwenang termasuk instansi yang terkait,
harus betul-betul melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian
dan penanggulangan terhadap banjir secara intensif dan terkoordinasi.

⮚ Penyuluhan oleh pihak yang berwenang, bagaimana cara


menghindari bahaya banjir, supaya kerugian yang timbul
tidak terlalu besar.
⮚ Meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa kerusakan
daerah aliran sungai yang diakibatkan oleh umat manusia,
dapat mengakibatkan banjir yang lebih parah.
⮚ Mengembangkan sikap masyarakat bahwa membuang
sampah dan lain-lain di sungai adalah tidak baik dan akan
menimbulkan permasalahan banjir.
⮚ Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aktivitas di
daerah alur sungai, misalnya tinggal di bantaran sungai
adalah mengganggu dan dapat menimbulkan
permasalahan banjir.
⮚ Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tinggal di
daerah bawah atau daerah dataran banjir, perlu mentaati
peraturan-peraturan dan mematuhi larangan yang ada,
untuk menghindari permasalahan banjir dan menghindari
kerugian banjir yang lebih besar.

● Asuransi

Asuransi bencana banjir merupakan asuransi spesifik yang


menanggung penggantian kerugian akibat bencana banjir. Umumnya
untuk menganalisis besar atau nilai asuransi dasar perhitungannya ada
dua, yaitu: debit banjir yang terjadi dan daerah genangan banjir akibat
debit tersebut. Untuk debit banjir rencana analisisnya berdasarkan

16
periode ulang banjir yang terjadi. Daerah genangan banjir dikaji
berdasarkan peta topografi dan peta tata guna lahan.

Di Indonesia asuransi ini belum populer bahkan (mungkin) belum


dipakai dalam perencanaan tata guna lahan. Di negara-negara maju
(developed country) sudah dipakai dan dimanfaatkan masyarakat untuk
perlindungan harta benda (property) yang dimiliki.Karena peristiwa
banjir hampir selalu berulang setiap tahun dan cenderung meningkat
terutama di perkotaan yang padat penduduknya maka masyarakat perlu
diperkenalkan tentang asuransi banjir.

Karena pada prinsipnya lokasi, besaran banjir, tinggi dan


lamanya genangan dapat dihitung dan dianalisis secara kuantitatif.
Sosialisasi tentang asuransi banjir ini perlu dilakukan secara kontinyu
dan terus menerus oleh pemerintah baik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah.

5.2 Ketentuan Perencanaan Pengendalian Banjir

Beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan perencanaan


pengendalian banjir sudah banyak dibuat, diantaranya:

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.


2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1974 tentang
Pengairan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2004 tentang
Kehutanan.
4. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.
5. Undang-Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan Ruang.
6. Undang-Undang Republik Indonesia No. 27 Tahun 2007 Tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau Kecil.

17
7. Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Penegelolaan Lingkungan Hidup.
8. Peraturan Presiden No. 8 Tahun 2008 Tentang Badan Nasional
Penanggulangan Bencana

DAFTAR PUSTAKA

Microsoft Word - II.TA New _ Tinjauan Pustaka _ (undip.ac.id) .Diakses pada 23


Oktober 2021 pukul 23.00 WITA.

Modul 2 Kebijakan dan Peraturan Terkait Dengan Banjir (pu.go.id).Diakses pada 24


Oktober 2021 pukul 12.00 WITA.

(41622_04._Modul_4_Metode_Pengendalian_Banjir%20).Diakses Pada 24 Oktober


2021 pukul 12.30 WITA.

18

Anda mungkin juga menyukai