Dosen Pembimbing :
Dr. Partogi H. Simatupang, ST., MT.
Penyusun :
2020
Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Kami Panjatkan Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT dan dengan
rahmat dan karuniaNya, Makalah Peran Ilmu Lingkungan Dalam Suatu Pembangunan ini d
apat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran penulis serta dapat bermanfaat dan mena
mbah wawasan bagi pembaca.
Akhirnya penulis dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian makalah kami dengan harapan dapat di terima dan
dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
C. Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
B. Saran ................................................................................................................. 7
BAB 1
PENDAHULUAN
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan
aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti
kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti
substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat
tarik yang sangat rendah. Beton pratekan adalah suatu kombinasi antara beton dan baja
dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton biasa.
Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi.
Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika dibebani tarik.
Sedangkan baja mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik, tetapi
mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang langsing (akan mudah
mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan menempatkan baja dibagian
beton yang mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton
terhadap beban tarik.
Beton Pratekan adalah beton pratekan yang telah diberikan tegangan tekan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
Beton pratekan pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal
dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-
tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang
diinginkan. Pratekan meliputi tambahan gaya tekan pada struktur untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini retak pada beton dapat
dihilangkan. Pada beton pratekan, pratekan pada umumnya diberikan dengan menarik
baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton pratekan akan jauh lebih kokoh dari
elemen beton pratekan biasa. Pratekanan juga menyebabkan gaya dalam yang
berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan
secara signifikan pada struktur.
Beton yang digunkan dalam beton pratekan adalah mempunyai kuat tekan yang
cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan mengalami
rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan pratekan yang lebih kecil
pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada
serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan.
BAB II
PEMBAHASAN
Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari
California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton
prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu
pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak paten untuk
memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang diterapkan
dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan kekuatan baja.
Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat pada tahun 1908
mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J. Mandl dan M. Koenen
dari Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Eugen
Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan pentingnya kehilangan gaya
prategang dan usaha untuk mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya membangun
jembatan pelengkung pada tahun 1907 dan 1927, maka disarankan untuk memakai baja
dengan kekuataan yang sangat tinggi dan perpanjangan yang besar. Kemudian pada
tahun 1940 diperkenalkan sistem prategang yang pertama dengan bentang 47 meter di
Philadelphia (Walnut Lane Bridge)
Leonhardt (Jerman), V.V. Mikhailov (Rusia), dan T.Y. Lin (Amerika Serikat). Sekarang
telah dikembangkan banyak sistim dan teknik prategang. Dan beton prategangan
sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah melalui banyak penyempurnaan
hampir pada setiap elemen beton prategang, misalnya pada jembatan, komponen
bangunan seperti balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang panjang, terowongan dan lain
sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat betang yang besar tetapi langsing.
flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan
tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam
strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai
dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton
pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-
daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton
pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan
bentuk yang diakibatkan oleh gempa.
Dalam bentuk yang paling sederhana, ambillah balok persegi panjang yang diberi
gaya prategang oleh sebuah tendon sentris (cgs berimpit cgc), lihat Gambar 1.1. Akibat
gaya prategang F, akan timbul tegangan tekan merata sebesar :
F
= A ……………………………………………………………………………………………………….(1.1)
Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri
balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah :
M v
= I ………………………………………………………………………………………………………(1.2)
dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen
inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F M v
= A ± I ……………………………………………………………………………………………….(1.3)
Bila tendon ditempatkan eksentris (sebesar e), maka distribusi tegangannya (lihat
Gambar 1.2) menjadi :
F F ev M v
= A + I + I .........................................................……………….............(1.4)
F ev
dimana I adalah tegangan akibat momen eksentris.
Konsep kedua, Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton.
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja
dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton
menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk
melawan momen eksternal (Gambar 1.3). Pada beton prategang, baja mutu tinggi
dipakai dengan jalan menariknya sebalum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika
baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton
disekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan
(Gambar 1.4). oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap beton.
Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan
dan regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan
ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya
ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.
Konsep ketiga, Sistem prategang untuk mencapai perimbangan beban. Konsep ini
terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya-
gaya pada sebuah batang (lihat Gambar 1.5 dan Gambar 1.6).
Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai benda bebas dan
menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada beton sepanjang beton.
Pada metode pratarik, tendon ditarik sebelum beton dicor. Setelah beton cukup
keras tendon dipotong dan gaya prategang akan tersalur ke beton melalui lekatan.
Metode ini sangat cocok bagi produksi massal. Baja prategang diberi pratarik terhadap
pengangkeran independen sebelum pengecoran beton di sekitarnya. Sebutan pratarik
berarti pemberian pratarik pada baja prategang, bukan pada baloknya. Pemberian
pratarik biasanya dilakukan di lokasi pembuatan beton pracetak. Penggambaran sistem
pemberian pratarik dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Kemudian tingkat pengembangan saat ini dalam bidang beton prategang adalah
hasil penelitian yang terus-menerus yang dilakukan oleh para insinyur dan ilmuwan
dalam bidang ini selama 90 tahun terakhir.
Dalam 1886, Jackson dari San Francisco mengajukan patent untuk konstruksi
batu buatan dan perkerasan beton, dimana telah diperkenalkan pratekanan dengan
menarik batang-batang tulangan yang disusun dalam pipa-pipa. Dohring dari Jerman
membuat pelat-pelat dan balok-balok kecil dalam 1888, dengan memakai kabel-kabel
tarik yang tertanam dalam beton untuk menghindari retak-retak.
panjang transmisi baja, yang tergantung pada kondisi permukaan serta profil dan
diameter baja, juga bergantung pada mutu beton.
Langkah 1. Kabel ditegangkan pada alat pembantu (Gambar 1.9 a)
Langkah 2. Beton di cor (Gambar 1.9 b)
Langkah 3. Setelah beton mengeras (umur cukup) baja di putus perlahan-lahan,
tegangan baja ditransfer ke beton melalui transmisi baja (Gambar 1.9
c)
b. Konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak
terekat pada beton diberi tegangan.
Untuk konstruksi ini disebut : Post-tensining. Pada sistem Post-tensioning, beton di
cor dahulu dan dibiarkan mengeras sebelum di beri gaya prategang. Baja dapat
ditempatkan seperti propil yang ditentukan, lalu beton di cor, lekatan dihindarkan
dengan menyelubungi baja yaitu dengan membuat selubung/sheat. Bila kekuatan
beton yang diperlukan telah tercapai, maka baja ditegangkan di ujung-ujungnya dan
dijangkar. Gaya prategang di transfer ke beton melalui jangkar pada saat baja
ditegangkan, jadi dengan demikian beton ditekan.
Langkah-langkah pelaksanaan sistem Post-tensioning :
Langkah 1. Beton di cor dan tendon diatur sedemikian dalam sheat, sehingga tidak
ada lekatan antara beton dan baja (Gambar 1.10 a).
Langkah 2. Tendon di tarik pada salah satu/kedua ujungnya dan menekan beton
langsung (Gambar 1.10 b).
Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap korosif.
Pada beton bertulang,
Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika
dibandingkan dengan beton bertulang.
Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan yang
mengurangi tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada tegangan geser
beton prategang). Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam untuk
bentang panjang membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang
tempat tumpuan.
Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja
tulangan biasa (1/5 – 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima
pondasi.
Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-retak
pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).
b. Kerugian
Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.
Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.
2.8 Material
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser, pengikatan
dan dukungan.
Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca
hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.
b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya
prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Yang menjadi penting juga
dalam baja prategang adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram tegangan-
regangan baja prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa (lihat Gambar
1.13).
Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung dari
diameter baja dan bentuknya.
Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap
untuk setiap diameter.
Baja prategang dapat berbentuk kawat-kawat tunggal, strand yang terdiri dari
atas beberapa kawat yang dipuntir membentuk elemen tunggal dan batang-batang
bermutu tinggi.
Baja (tendon) yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya ada tiga macam,
yaitu :
1) Kawat tunggal (wire) (Gambar 2.3 (a)), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik (pretension).
2) Kawat untaian (strand) (Gambar 2.3 (b)), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton pratengang dengan sistem pascatarik (post tension).
3) Kawat batangan (bar) (Gambar 2.3 (c)), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik (pretension).
Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai dengan
spesifikasi seperti ASTM A 421. Untaian kawat (strand) banyak digunakan untuk beton
prategang dengan sistem pasca tarik. Untaian kawat yang dipakai harus memenuhi syarat
seperti yang terdapat ASTM A 416. Untaian kawat yang banyak digunakan adalah untaian
tujuh kawat. Gambar penampang strand 7 kawat dapat dilihat pada Gambar 2.4.
2
Ø Nominal (mm) Luas Nominal mm Kuat Putus (kN)
6,35 23,22 40
7,94 37,42 64,5
9,53 51,61 89
11,11 69,68 120,1
12,70 92,9 160,1
15,24 139,35 240,2
3. Grouting
Grouting dibutuhkan sebagai bahan pengisi selubung baja prategang (tendon)
untuk metode pasca tarik. Untuk metode pratarik tidak dibutuhkan selubung sehingga
tidak dibutuhkan grouting. Selubung terbuat dari logam yang digalvanisir. Bahan
grouting berupa pasta semen.
4. Temporary Tendon
Temporary tendon atau tendon sementara hanya digunakan pada girder
jembatan dengan sistem pelaksanaan pemasangan balanced cantilever. Temporary
tendon berfungsi sebagai penghubung antar segmen girder yang bersifat sementara
sampai seluruh segmen girder terpasang. Kemudian baru dimasukkannya tendon
Box girder merupakan bentuk girder yang paling baik untuk pekerjaan jembatan,
karena box girder memiliki keuntungan unik tersendiri dari bentuk girder lainnya. Box
girder dalam spesifikasi produksi tidak memiliki batasan panjang bentang. Dalam proses
tahapan pekerjaan, box girder terlebih dahulu mengalami proses erection, dan diangkat
per-segmental. Bentuk box girder cukup memenuhi nilai estetika pada bangunan
jembatan sehingga penggunaannya mampu menambah keindahan kota. Gambar box
girder dapat dilihat pada Gambar 2.7
3. PCI Girder
Precast Concrete I girder merupakan bentuk yang paling banyak digunakan untuk
pekerjaan balok jembatan. Profil PCI girder berbentuk penampang I dengan penampang
bagian tengah lebih langsing dari bagian pinggirnya. PCI girder memiliki penampang yang
kecil dibandingkan jenis girder lainnya, sehingga biasanya dari hasil analisa merupakan
penampang yang ekonomis.PCI girder juga memiliki berat sendiri yang relatif lebih ringan
per unitnya. Gambar PCI girder dapat dilihat pada Gambar 2.8,
4. PCU Girder
Precast Concrete U girder merupakan bentuk / konsep baru yang mulai
dipopulerkan belakangan ini. PCU girder merupakan bentuk box girder dalam bentuk dan
ukuran yang lebih kecil. Tidak seperti PCI girder yang langsing, PCU girder memiliki bentuk
badan yang lebih lebar namun pada bagian tengah bentang penampangnya cukup
langsing. Bentuk PCU girder yang mirip dengan box girder cukup memenuhi nilai estetika
jika dibandingkan dengan PCI girder yang kaku dan terlalu tegas. Gambar PCU girder
dapat dilihat pada Gambar 2.9.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena
penggunaan struktur beton prategang dinilai mempunyai banyak keuntungan antara
lain :
1. Strukur lebih ringan, langsing dan kaku.
2. Gaya prategang dapan mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya dapat
mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan terhadap
lingkungan yang korosif.
3. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya lintang.
4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang akan
lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa dan
struktur baja.
5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan
kualitas yang lebih baik kemudian dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi
serta biaya awal yang lebih rendah.
3.2 Saran
Beton Prategang merupakan kontruksi yang memiliki banyak keuntungan dan
sudah banyak di aplikasikan di Indonesia namun Beton Prategang juga memiliki kerugian.
Untuk itu harus di persiapkan perencanaan yang matang agar tidak terjadi kegagalan
konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Lin, T.Y., dan Burns, N.H., Desain Struktur Beton Prategang Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jaka
rta, 1996.
Lie, Han Ay, Struktur Beton Pratekan, Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Diponegor
o, Semarang, 1997.
Collins, Michael P., and Mitchell. Denis, Prestressed Concrete Basics, CPCI, Canada, 1987.
Nawy, Edward G., Prestressed Concrete : A Fundamental Approach, 2nd Edition, Prentice
Hall, New Jersey, 1996.
CPCI, Design Manual : Precast and Prestressed Concrete, Third Edition, Canadian Prestres
sed Concrete Institute, Canada, 1996.
Nawy, Edward G.,Suryoatmono, Bambang, Beton Prategang : Suatu Pendekatan Mendasa
r, Edisi Ketiga Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
SK.SNI. T–15–1990–03, Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
Departemen Pekerjaan Umum, Penerbit Yayasan LPMB, Bandung