Anda di halaman 1dari 32

BETON PRATEGANG, SEJARAH DAN PERKEMBANGANNY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Beton Prategang

Dosen Pembimbing :
Dr. Partogi H. Simatupang, ST., MT.

Penyusun :

RADITYA RIZKY ARIOKA 1906010115

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG

2020
Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Kami Panjatkan Puji Syukur Atas Kehadirat Allah SWT dan dengan
rahmat dan karuniaNya, Makalah Peran Ilmu Lingkungan Dalam Suatu Pembangunan ini d
apat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran penulis serta dapat bermanfaat dan mena
mbah wawasan bagi pembaca.

Dalam batas-batas tertentu Makalah ini memuat tentang Pentingnya ilmu


lingkungan dalam pembangunan, Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Pengetahuan Lingkungan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan
dalam penulisan atau penguraian makalah kami dengan harapan dapat di terima dan
dapat di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran penulis.

Kupang, Februari 2020

Penulis

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya i


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 1

C. Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................................... 7

B. Saran ................................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya ii


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau
agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari
semen dan air membentuk suatu massa mirip-batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan
aditif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti
kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan. Seperti
substansi-substansi mirip batuan lainnya, beton memiliki kuat tekan yang tinggi dan kuat
tarik yang sangat rendah. Beton pratekan adalah suatu kombinasi antara beton dan baja
dimana tulangan baja berfungsi menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki beton biasa.

Beton mempunyai sifat yang bagus, yaitu mempunya kapasitas tekan yang tinggi.
Akan tetapi, beton juga mempunyai sifat yang buruk, yaitu lemah jika dibebani tarik.
Sedangkan baja mempunyai kapasitas yang tinggi terhadap beban tarik, tetapi
mempunyai kapasitas tekan yang rendah karena bentuknya yang langsing (akan mudah
mengalami tekuk terhadap beban tekan). Namun, dengan menempatkan baja dibagian
beton yang mengalami tegangan tarik akan mengeliminasi kekurangan dari beton
terhadap beban tarik.

Beton Pratekan adalah beton pratekan yang telah diberikan tegangan tekan
dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.
Beton pratekan pada dasarnya adalah beton di mana tegangan-tegangan internal
dengan besar serta distribusi yang sesuai diberikan sedemikian rupa sehingga tegangan-
tegangan yang diakibatkan oleh beban-beban luar dilawan sampai suatu tingkat yang
diinginkan. Pratekan meliputi tambahan gaya tekan pada struktur untuk mengurangi
atau bahkan menghilangkan gaya tarik internal dan dalam hal ini retak pada beton dapat
dihilangkan. Pada beton pratekan, pratekan pada umumnya diberikan dengan menarik
baja tulangan. Gaya tekan disebabkan oleh reaksi baja tulangan yang ditarik,
mengakibatkan berkurangnya retak, elemen beton pratekan akan jauh lebih kokoh dari
elemen beton pratekan biasa. Pratekanan juga menyebabkan gaya dalam yang

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 5


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

berlawanan dengan gaya luar dan mengurangi atau bahkan menghilangkan lendutan
secara signifikan pada struktur.

Beton yang digunkan dalam beton pratekan adalah mempunyai kuat tekan yang
cukup tinggi dengan nilai f’c min K-300, modulus elastis yang tinggi dan mengalami
rangkak ultimit yang lebih kecil, yang menghasilkan kehilangan pratekan yang lebih kecil
pada baja. Kuat tekan yang tinggi ini diperlukan untuk menahan tegangan tekan pada
serat tertekan, pengangkuran tendon, mencegah terjadinya keretakan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah beton prategang ?

b. Apakah itu beton Prategang ?

c. Konsep dasar beton Prategang?

d. Bagaimana Perkembangan Penggunaan Beton Prategang?

e. Bagaimana metode pemberian Pratekan dan Pengangkuran Ujung?

f. Keuntungan dan kerugian beton prategang?

g. Bagaimana perbedaan antara beton prategang dan beton bertulang ?

1.3. Maksud dan Tujuan

Makalah ini di buat bertujuan untuk mengetahui informasi tentang beton


prategang baik dari sejarah, pengertian, perbedaan maupun cara mendesain.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 6


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Beton Prategang

Penerapan pertama dari beton prategang dimulai oleh P.H. Jackson dari
California, Amerika Serikat. Pada tahun 1886 telah dibuat hak paten dari kontruksi beton
prategang yang dipakai untuk pelat dan atap. Pada waktu yang hampir bersamaan yaitu
pada tahun 1888, C.E.W. Doehting dari Jerman memperoleh hak paten untuk
memprategang pelat beton dari kawat baja. Tetapi gaya prategang yang diterapkan
dalam waktu yang singkat menjadi hilang karena rendahnya mutu dan kekuatan baja.
Untuk mengatasi hal tersebut oleh G.R. Steiner dari Amerika Serikat pada tahun 1908
mengusulkan dilakukannya penegangan kembali. Sedangkan J. Mandl dan M. Koenen
dari Jerman menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Eugen
Freyssonet dari Perancis yang pertama-tama menemukan pentingnya kehilangan gaya
prategang dan usaha untuk mengatasinya. Berdasarkan pengalamannya membangun
jembatan pelengkung pada tahun 1907 dan 1927, maka disarankan untuk memakai baja
dengan kekuataan yang sangat tinggi dan perpanjangan yang besar. Kemudian pada
tahun 1940 diperkenalkan sistem prategang yang pertama dengan bentang 47 meter di
Philadelphia (Walnut Lane Bridge)

Gambar 1.1 Walnut Lane Bridge

Setelah Fresyssinnet para sarjana lain juga menemukan metode-metide


prategang. Mereka adalah G.Magnel (Belgia), Y.Guyon (Perancis), P. Abeles (Inggris), F.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 7


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Leonhardt (Jerman), V.V. Mikhailov (Rusia), dan T.Y. Lin (Amerika Serikat). Sekarang
telah dikembangkan banyak sistim dan teknik prategang. Dan beton prategangan
sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah melalui banyak penyempurnaan
hampir pada setiap elemen beton prategang, misalnya pada jembatan, komponen
bangunan seperti balok, pelat dan kolom, pipa dan tiang panjang, terowongan dan lain
sebagainya. Dengan beton prategang dapat dibuat betang yang besar tetapi langsing.

a). Yves Gunyon


Yves Gunyon adalah seorang insinyur Perancis dan telah menerbitkan buku
Masterpiecenya “ Beton precontraint” (2 jilid) pada tahun 1951. Beliau memecahkan
kesulitan dalam segi perhitungan struktur dari beton pratekan yang diakibatkan oleh
gaya-gaya tambahan disebabkan oleh pembesian pratekan pada struktur yang mana
dijuluki sebagai “Gaya Parasit” maka Gunyon dianggap sebagai yang memberikan dasar
dan latar belakang ilmiah dari beton pratekan.

b). T.Y. Lin


T.Y. Lin adalah seorang insinyur kelahiran Taiwan yang merupakan guru besar di
California University, Merkovoy. Keberhasilan beliau yaitu mampu memperhitungkan
gaya-gaya parasit yang tejadi pada struktur. Ia mengemukakan teorinya pada tahun
1963 tentang “ Load Balancing”. Dengan cara ini kawat atau kabel prategang diberi
bentuk dan gaya yang sedemikian rupa sehingga sebagian dari beban rencana yang telah
datetapkan dapat diimbangi seutuhnya pada beban seimbang ini. Didalam struktur tidak
terjadi lendutan dan karenanya tidak bekerja momen lentur apapun, sedangkan
tegangan beton pada penampang struktur bekerja merata. Beban-beban lain diluar
beban seimbang (beban vertikal dan horizontal) merupakan “inbalanced load”, yang
akibatnya pada struktur dapat dihitung dengan mudah dengan menggunakan teori
struktur biasa. Tegangan akhir dalam penampang didapat dengan menggunakan
tegangan merata akibat “balanced” dan tegangan lentur akibat “unbalanced load”.
Tanpa melalui prosedur rumit dapat dihitung dengan mudah dan cepat. Gagasan ini
telah menjurus kepada pemakaian baja tulangan biasa disamping baja prategang, yaitu
dimana baja prategang hanya diperuntukkan guna memikul akibat dari inbalanced load.
Teori “inbalanced load” telah mengakibatkan perkembangan yang sangat pesat
dalam menggunakan beton pratekan dalam gedung-gedung bertingkat tinggi. Struktur
Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 8
Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

flat slab, struktur shell, dan lain-lain. Terutama di Amerika dewasa ini boleh dikatakan
tidak ada gedung bertingkat yang tidak menggunakan beton pratekan didalam
strukturnya.
T.Y. Lin juga telah berhasil membuktikan bahwa beton pratekan dapat dipakai
dengan aman dalam bangunan-bangunan didaerah gempa, setelah sebelumnya beton
pratekan dianggap sebagai bahan yang kurang kenyal (ductile) untuk dipakai didaerah-
daerah gempa, tetapi dikombinasikan dengan tulangan baja biasa ternyata beton
pratekan cukup kenyal, sehingga dapat memikul dengan baik perubahan-perubahan
bentuk yang diakibatkan oleh gempa.

c). P.W. Abeles


P.W. Abeles adalah seorang insinyur Inggris, yang sangat gigih mendongkrak aliran
”full prestressing”, karena penggunaanya tidak kompetitif terhadap penggunaan beton
bertulang biasa dengan menggunakan baja tulangan mutu tinggi. Penggunaan full
prestressing ini tidak ekonomis, menurut berbagai penelitian biaya struktur dengan
beton pratekan dan full prestressing dapat sampai 3,5 atau 4 kali lebih mahal dari pada
struktur yang sama tetapi dari beton bertulang biasa dengan menggunakan tulangan
baja mutu tinggi. Dengan demikian timbullah gagasan baru yang dikemukakan oleh P.W.
Abeles untuk mengkombinasikan prinsip pratekan dengan prinsip penulangan
penampang atau dikenal dengan nama “partial prestressing”. Yang mana didalam
penampang diijinkan diadakannya bagi tulangan, lebar retak dapat dikombinasikan
dengan baik.
“Partial prestressing” telah disetujui oleh Chief Engineer’s Departement untuk
digunakan pada jembatan-jembatan kereta api di Inggris, dimana tegangan tarik boleh
terjadi sampai 45 kg/cm2 dengan lebar retak yang dikendalikan dengan memasang baja
tulangan biasa. Freyssinet sendiri menjelang akhir karirnya telah mengakui juga bahwa
“partial prestressing” mengembangkan struktur-struktur tertentu. Begitupun dengan
teori “load balancing” dari T.W. Lin yang ikut mendorong dipakainya “partial
prestressing” karena pertimbangannya kecuali segi ekonomis juga segi praktisnya bagi
perencanaan.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 9


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

2.1 Definisi Beton Prategang


Definisi beton prategang menurut beberapa peraturan adalah sebagai berikut:
a. Menurut PBI – 1971
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah ditimbulkan tegangan-
tegangan intern dengan nilai dan pembagian yang sedemikian rupa hingga tegangan-
tegangan akibat beton-beton dapat dinetralkan sampai suatu taraf yang diinginkan.
b. Menurut Draft Konsensus Pedoman Beton 1998
Beton prategang adalah beton bertulang dimana telah diberikan tegangan dalam
untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat pemberian beban
yang bekerja.
c. Menurut ACI
Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu
tegangan yang terjadi akibat beban eksternal.
Dapat ditambahkan bahwa beton prategang, dalam arti seluas-luasnya, dapat juga
termasuk keadaan (kasus) dimana tegangan-tegangan yang diakibatkan oleh regangan-
regangan internal diimbangi sampai batas tertentu, seperti pada konstruksi yang
melengkung (busur). Tetapi dalam tulisan ini pembahasannya dibatasi dengan beton
prategang yang memakai tulangan baja yang ditarik dan dikenal sebagai tendon.

2.2 Konsep Dasar Beton Prategang


Ada tiga konsep yang berbeda-beda yang dapat dipakai untuk menjelaskan dan
menganalisis sifat-sifat dasar dari beton prategang:
Konsep pertama: Sistem prategang untuk mengubah beton menjadi bahan yang
elastis. Ini merupakan buah pemikiran Eugene Freyssinet yang memvisualisasikan beton
prategang pada dasarnya adalah beton yang ditransformasikan dari bahan yang getas
menjadi bahan yang elastis dengan memberikan tekanan (desakan) terlebih dahulu
(pratekan) pada bahan tersebut. Dari konsep ini lahirlah kriteria ”tidak ada tegangan
tarik” pada beton. Pada umumnya telah diketahui bahwa jika tidak ada tegangan tarik
pada beton, berarti tidak akan terjadi retak, dan beton tidak merupakan bahan yang
getas lagi melainkan berubah menjadi bahan yang elastis.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 10


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Dalam bentuk yang paling sederhana, ambillah balok persegi panjang yang diberi
gaya prategang oleh sebuah tendon sentris (cgs berimpit cgc), lihat Gambar 1.1. Akibat
gaya prategang F, akan timbul tegangan tekan merata sebesar :
F
 = A ……………………………………………………………………………………………………….(1.1)
Jika M adalah momen eksternal pada penampang akibat beban dan berat sendiri
balok, maka tegangan pada setiap titik sepanjang penampang akibat M adalah :
M v
 = I ………………………………………………………………………………………………………(1.2)
dimana y adalah jarak dari sumbu yang melalui titik berat dan I adalah momen
inersia penampang. Jadi distribusi tegangan yang dihasilkan adalah:
F M v
= A ± I ……………………………………………………………………………………………….(1.3)

Gambar 2.1 Distribusi tegangan beton prategang sentris

Bila tendon ditempatkan eksentris (sebesar e), maka distribusi tegangannya (lihat
Gambar 1.2) menjadi :
F F ev M v
 = A + I + I .........................................................……………….............(1.4)
F ev
dimana I adalah tegangan akibat momen eksentris.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 11


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Gambar 2.2 Distribusi tegangan beton prategang eksentris

Konsep kedua, Sistem prategang untuk kombinasi baja mutu tinggi dengan beton.
Konsep ini mempertimbangkan beton prategang sebagai kombinasi (gabungan) dari baja
dan beton, seperti pada beton bertulang, dimana baja menahan tarikan dan beton
menahan tekanan, dengan demikian kedua bahan membentuk kopel penahan untuk
melawan momen eksternal (Gambar 1.3). Pada beton prategang, baja mutu tinggi
dipakai dengan jalan menariknya sebalum kekuatannya dimanfaatkan sepenuhnya. Jika
baja mutu tinggi ditanam pada beton, seperti pada beton bertulang biasa, beton
disekitarnya akan menjadi retak berat sebelum seluruh kekuatan baja digunakan
(Gambar 1.4). oleh karena itu, baja perlu ditarik sebelumnya (pratarik) terhadap beton.
Dengan menarik dan menjangkarkan ke beton dihasilkan tegangan dan regangan yang
diinginkan pada kedua bahan, tegangan dan regangan tekan pada beton serta tegangan
dan regangan pada baja. Kombinasi ini memungkinkan pemakaian yang aman dan
ekonomis dari kedua bahan dimana hal ini tidak dapat dicapai jika baja hanya
ditanamkan dalam bentuk seperti pada beton bertulang biasa.

Gambar 2.3 Momen penahan internal pada balok beton prategang


dan beton bertulang

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 12


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Gambar 2.4 Balok beton menggunakan baja mutu tinggi

Konsep ketiga, Sistem prategang untuk mencapai perimbangan beban. Konsep ini
terutama menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat seimbang gaya-
gaya pada sebuah batang (lihat Gambar 1.5 dan Gambar 1.6).
Penerapan dari konsep ini menganggap beton diambil sebagai benda bebas dan
menggantikan tendon dengan gaya-gaya yang bekerja pada beton sepanjang beton.

Gambar 2.5 Balok prategang dengan tendon parabola

Gambar 2.6 Balok prategang dengan tendon membengkok

2.3 Sistem Pemberian Prategang


Ada 2 jenis metode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :
a. Pemberian Pratarik (Pretension)

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 13


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Pada metode pratarik, tendon ditarik sebelum beton dicor. Setelah beton cukup
keras tendon dipotong dan gaya prategang akan tersalur ke beton melalui lekatan.
Metode ini sangat cocok bagi produksi massal. Baja prategang diberi pratarik terhadap
pengangkeran independen sebelum pengecoran beton di sekitarnya. Sebutan pratarik
berarti pemberian pratarik pada baja prategang, bukan pada baloknya. Pemberian
pratarik biasanya dilakukan di lokasi pembuatan beton pracetak. Penggambaran sistem
pemberian pratarik dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Metode pemberian prategang pratarik

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 14


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

b. Pemberian Pascatarik (Post Tension)


Pada metode pascatarik, tendon ditarik setelah beton dicor. Sebelum pengecoran
dilakukan terlebih dahulu dipasang selongsong untuk alur dari tendon. Setelah beton jadi,
tendon dimasukkan ke dalam beton melalui selebung tendon yang sebelumnya sudah
dipasang ketika pengecoran. Penarikan dilakukan setelah beton mencapai kekuatan yang
diinginkan sesuai dengan perhitungan. Setelah penarikan dilakukan maka selongsong diisi
dengan bahan grouting. Proses pemberian prategang metode pascatarik dapat dilihat pada
Gambar 2.2.

(a) Pengecoran dan pemasangan selubung


tendon

(b) Proses stressing tendon sekaligus grouting

(c) Balok dalam keadaan prategang

Gambar 2.2 Metode pemberian prategang pascatarik

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 15


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

2.4 Perkembangan Penggunaan Prategang


Prinsip dasar sistem prategang mungkin telah dipakai pada konstruksi berabad-
abad yang lalu, pada waktu tali atau pita logam diikatkan mengelilingi papan kayu yang
melengkung, yang membentuk sebuah tong (Gambar 1.7). pada penerapan disini, pita
dan kayu dalam keadaan tertegang sebelum dibebani tekanan cairan dari dalam.

Gambar 2.7 Prinsip sistem prategang pada tong


Penerapan ide dari prategang dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada waktu
mengangkut bata (Gambar 1.8).

Gambar 2.8 Prinsip sistem prategang saat mengangkut bata

Kemudian tingkat pengembangan saat ini dalam bidang beton prategang adalah
hasil penelitian yang terus-menerus yang dilakukan oleh para insinyur dan ilmuwan
dalam bidang ini selama 90 tahun terakhir.
Dalam 1886, Jackson dari San Francisco mengajukan patent untuk konstruksi
batu buatan dan perkerasan beton, dimana telah diperkenalkan pratekanan dengan
menarik batang-batang tulangan yang disusun dalam pipa-pipa. Dohring dari Jerman
membuat pelat-pelat dan balok-balok kecil dalam 1888, dengan memakai kabel-kabel
tarik yang tertanam dalam beton untuk menghindari retak-retak.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 16


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Gagasan dari prategang untuk melawan tegangan-tegangan yang disebabkan


oleh beban-beban pertama-tama telah dikemukakan insinyur Austria bernama Mandl
dalam 1896 M. Koenen dari Jerman, mengembangkan lebih lanjut hal ini dengan
melaporkan kehilangan-kehilangan pratekanan yang disebabkan oleh perpendekan
elastis beton dalam 1907. Hal yang penting dari kehilangan pratekanan yang disebabkan
oleh penyusutan beton pertama-tama telah dikenali oleh Steiner di Amerika Serikat
sekitar tahun 1908.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang melelahkan dan dilakukan terus menerus
terhadap sifat-sifat beton dan baja, maka banyak kesulitan demi kesulitan yang
ditemukan dan dapat diatasi oleh para pakar terdahulu seperti, Engene Freyssinet,
mengenai cara mengatasi terhadap kesulitan terhadap hilangnya prategang, dan buah
pikiran dari Yues Guyon dalam mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh kerumitan
struktur, seperti struktur hiperstatis dimana akan timbul tegangan-tegangan sekunder
akibat gaya tambahan yang secara tepat untuk menganalisanya, serta buah pikiran dari
T.Y. Lin mengenai beban bermbang (load balancing).
Demikian penggunaan beton prategang menyebar secara cepatnya pada tahun
1935 dan seterusnya, yang dipakai secara luas untuk konstruksi jembatan, atap kulit
kerang dan lain sebagainya.

2.5 Metode Pemberian Pratekan dan Pengangkuran Ujung


Berbagai metoda dengan mana pratekanan diberikan kepada beton. Dalam
tulisan ini hanya membahas metoda yang paling luas dipakai untuk memberikan
pratekanan pada unsur-unsur beton struktural adalah dengan menarik baja ke arah
longitudinal dengan alat penarik. Menegangkan tendon tidak mudah, sebab mengingat
gaya yang cukup besar (sampai ratusan ton).
Terdapat 2 (dua) prinsip yang berbeda :
a. Konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu
sebelum beton di cor atau sebelum beton mengeras dan gaya prategang
dipertahankan sampai beton cukup keras. Untuk ini dipakai istilah, Pre-
tensioning. Dalam hal ini beton melekat pada baja prategang. Setelah beton
mencapai kekuatan yang diperlukannya, tegangan pada jangkar dilepas
perlahan-lahan dan baja akan mentransfer tegangannya ke beton melalui

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 17


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

panjang transmisi baja, yang tergantung pada kondisi permukaan serta profil dan
diameter baja, juga bergantung pada mutu beton.
Langkah 1. Kabel ditegangkan pada alat pembantu (Gambar 1.9 a)
Langkah 2. Beton di cor (Gambar 1.9 b)
Langkah 3. Setelah beton mengeras (umur cukup) baja di putus perlahan-lahan,
tegangan baja ditransfer ke beton melalui transmisi baja (Gambar 1.9
c)

Gambar 2.9 Metoda Pre-tensioning

b. Konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak
terekat pada beton diberi tegangan.
Untuk konstruksi ini disebut : Post-tensining. Pada sistem Post-tensioning, beton di
cor dahulu dan dibiarkan mengeras sebelum di beri gaya prategang. Baja dapat
ditempatkan seperti propil yang ditentukan, lalu beton di cor, lekatan dihindarkan
dengan menyelubungi baja yaitu dengan membuat selubung/sheat. Bila kekuatan
beton yang diperlukan telah tercapai, maka baja ditegangkan di ujung-ujungnya dan
dijangkar. Gaya prategang di transfer ke beton melalui jangkar pada saat baja
ditegangkan, jadi dengan demikian beton ditekan.
Langkah-langkah pelaksanaan sistem Post-tensioning :
Langkah 1. Beton di cor dan tendon diatur sedemikian dalam sheat, sehingga tidak
ada lekatan antara beton dan baja (Gambar 1.10 a).
Langkah 2. Tendon di tarik pada salah satu/kedua ujungnya dan menekan beton
langsung (Gambar 1.10 b).

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 18


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Langkah 3. Setelah tendon ditarik, kemudian dijangkarkan pada ujung-ujungnya.


Prategang ditransfer ke beton melalui jangkar ujung tersebut. Jika
diinginkan baja terekat pada beton, maka langkah selanjutnya adalah
grouting (penyuntikan) pasta semen ke dalam sheat (Gambar 1.10 c).

Gambar 2.10 Metoda Post-tensioning

2.6 Penjangkaran Ujung


Pada dasarnya ada 3 (tiga) prinsip tendon dengan mana baja atau strand
(untaian kawat) di angkurkan ke beton :
a. Dengan prinsip kerja pasak yang menghasilkan penjepit gesek pada tendon (lihat
Gambar 1.11 a).
b. Dengan perletakan langsung dari kepala paku keling atau baut yang dibuat pada
ujung tendon (Gambar 1.11 b).
c. Dengan membelitkan tendon ke sekeliling beton (Gambar 1.11 c).

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 19


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Gambar 2.11 Prinsip-prinsip penjangkaran

2.7 Keuntungan dan Kerugian Beton Prategang


a. Keuntungan
Beton prategang memberikan keuntungan-keuntungan teknis besar
dibandingkan dengan konstruksi lainnya (beton bertulang biasa) seperti :

 Terhindarnya retak terbuka di daerah beton tarik, jadi lebih tahan terhadap korosif.
Pada beton bertulang,

Pada beton prategang,

 Penampang struktur lebih kecil/langsing, sebab seluruh penampang dipakai secara


efektif.
Pada beton bertulang,

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 20


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Pada beton prategang,

Terlihat bahwa kekuatan penampang beton pratekan enam kali lebih besar jika
dibandingkan dengan beton bertulang.

 Ketahanan geser balok bertambah, yang disebabkan oleh pengaruh pratekan yang
mengurangi tegangan tarik utama (akan di bahas lebih lanjut pada tegangan geser
beton prategang). Pemakaian kabel yang melengkung, khususnya dalam untuk
bentang panjang membantu mengurangi gaya geser yang timbul pada penampang
tempat tumpuan.
 Jumlah berat baja prategang jauh lebih kecil dibandingkan dengan berat baja
tulangan biasa (1/5 – 1/3), sehingga berkurangnya beban mati yang diterima
pondasi.
 Biaya pemeliharaan beton prategang lebih kecil, karena tidak adanya retak-retak
pada kondisi beban kerja (terhindar dari bahaya korosi).

b. Kerugian
 Dituntut kwalitas bahan yang lebih tinggi (pemakaian beton dan baja mutu yang
lebih tinggi), yang harganya lebih mahal.
 Dituntut keahlian dan ketelitian yang lebih tinggi.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 21


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

2.8 Material
a. Beton
Beton berkekuatan tinggi adalah perlu di dalam beton prategang oleh karena
materialnya memberikan tahanan yang tinggi dalam tegangan tarik, geser, pengikatan
dan dukungan.

Dalam daerah angker, yang tegangan-tegangan dukungnya menjadi lebih tinggi,


beton berkekuatan tinggi selalu lebih disukai untuk menghindarkan pengangkuran yang
khusus, sehingga dapat memperkecil biaya.

Pada beton prategang penting untuk mengetahui diagram tegangan-regangan


untuk memperkirakan kehilangan gaya prategang dan juga untuk analisis penampang.

Untuk lebih memahami sifat-sifat dan karakteristik dari beton mutu tinggi, pembaca
hendaknya mempelajari dari peraturan-peraturan tentang beton yang berlaku.

Gambar 2.12 Diagram tegangan-regangan beton menurut Hognestad

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 22


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

b. Baja
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya
prategang dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Yang menjadi penting juga
dalam baja prategang adalah diagram tegangan-regangannya. Diagram tegangan-
regangan baja prategang (mutu tinggi) berbeda dengan baja beton biasa (lihat Gambar
1.13).

 Pada baja prategang diagram tegangan regangannya tidak tetap, tergantung dari
diameter baja dan bentuknya.
 Sedangkan pada baja biasa, mempunyai diagram tegangan-regangan yang tetap
untuk setiap diameter.

Gambar 2.13 Diagram tegangan-regangan baja

Baja prategang dapat berbentuk kawat-kawat tunggal, strand yang terdiri dari
atas beberapa kawat yang dipuntir membentuk elemen tunggal dan batang-batang
bermutu tinggi.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 23


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Tabel 2.1 Kawat-kawat untuk beton prategang (Nawy,2001)

Tegangan minimum pada


Diameter Kuat tarik minimum (psi)
nominal (in.) Tipe BA Tipe WA Tipe BA Tipe WA
0,192 250.000 212.500
0,196 240.000 250.000 204.000 212.500
0,25 240.000 240.000 204.000 204.000
0,276 235.000 235.000 199.750 199.750
Sumber : Post-Tensioning Institute

Tabel 2.2 Strand standar 7 kawat untuk beton prategang (Nawy,2001)

Diameter Kuat patah Luas baja Berat nominal Beban minimum


nominal strand strand nominal strand pada ekstensi 1
Mutu 250
1/4(0,250) 9.000 0,036 122 7.650
5/16(0,313) 14.500 0,058 197 12.300
3/8(0,375) 20.000 0,08 272 17.000
7/16(0,438) 27.000 0,108 367 23.000
1/2(0,500) 36.000 0,144 490 30.600
3/5(0,600) 54.000 0,216 737 45.900
Mutu 270
3/8(0,375) 23.000 0,058 290 19.550
7/16(0,438) 31.000 0,115 390 26.350
1/2(0,500) 41.300 0,153 520 35.100
3/5(0,600) 58.600 0,217 740 49.800
*100.000 psi = 689,5 MPa
1000 lb = 4448 N
Sumber : Post-Tensioning Institute

Baja (tendon) yang dipakai untuk beton prategang dalam prakteknya ada tiga macam,
yaitu :

1) Kawat tunggal (wire) (Gambar 2.3 (a)), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik (pretension).

2) Kawat untaian (strand) (Gambar 2.3 (b)), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton pratengang dengan sistem pascatarik (post tension).

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 24


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

3) Kawat batangan (bar) (Gambar 2.3 (c)), biasanya digunakan untuk baja
prategang pada beton prategang dengan sistem pratarik (pretension).

(a) Kawat tunggal (wire) (b) Untaian kawat (strand)

(c) Baja batangan (bar)

Gambar 2.3 Jenis-jenis baja yang dipakai untuk beton prategang

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 25


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Kawat tunggal yang dipakai untuk beton prategang adalah yang sesuai dengan
spesifikasi seperti ASTM A 421. Untaian kawat (strand) banyak digunakan untuk beton
prategang dengan sistem pasca tarik. Untaian kawat yang dipakai harus memenuhi syarat
seperti yang terdapat ASTM A 416. Untaian kawat yang banyak digunakan adalah untaian
tujuh kawat. Gambar penampang strand 7 kawat dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Strand 7 kawat

Tabel 2.3 Spesifikasi strand 7 kawat

2
Ø Nominal (mm) Luas Nominal mm Kuat Putus (kN)
6,35 23,22 40
7,94 37,42 64,5
9,53 51,61 89
11,11 69,68 120,1
12,70 92,9 160,1
15,24 139,35 240,2

3. Grouting
Grouting dibutuhkan sebagai bahan pengisi selubung baja prategang (tendon)
untuk metode pasca tarik. Untuk metode pratarik tidak dibutuhkan selubung sehingga
tidak dibutuhkan grouting. Selubung terbuat dari logam yang digalvanisir. Bahan
grouting berupa pasta semen.

4. Temporary Tendon
Temporary tendon atau tendon sementara hanya digunakan pada girder
jembatan dengan sistem pelaksanaan pemasangan balanced cantilever. Temporary
tendon berfungsi sebagai penghubung antar segmen girder yang bersifat sementara
sampai seluruh segmen girder terpasang. Kemudian baru dimasukkannya tendon

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 26


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

permanen untuk pelaksanaan stressing. Penggunaan temporary tendon pada girder


jembatan dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Temporary tendon

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 27


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

2.9 Perbedaan Beton Bertulang dan Beton Prategang

Tabel 2.1 Perbedaan Beton Bertulang dan Beton Prategang


Beton Bertulang Konvensional Beton Prategang
 Beton dan tulangan baja  Beton dan baja mutu tinggi
normal
 Penampang tidak efektif  Penampang efektif bekerja
 Mengalami retak  Tanpa retak
 Gaya geser yang besar >  Sengkang tidak menentukan >
sengkang dapat dipikul oleh
kelengkungan kabel
 Penampang gemuk / lebar >  Penampang ramping > ringan
berat
 Struktur lebih berat  Berat menjadi lebih ekonomis
 Penggunaan beton mutu tinggi  Beton mutu tinggi & baja mutu
> menghasilkan tulangan yang tinggi menghasilkan struktur
banyak yang ekonomis akibat berat yg
berkurang
 Tulangan tidak memberikan  Gaya prategang memberikan
kontribusi terhadap lendutan kontribusi terhadap
perlawanan lendutan akibat
beban mati dan hidup
 Korosi terjadi akibat retak  Tanpa retak >> tidak terjadi
beton korosi
 Beban repetisi tidak  Beban repetisi mempengaruhi
mempengaruhi tulangan pada tulangan prategang dan umur
umur struktur struktur
 Proses produksi >>  Proses produksi >> metoda
konvensional, lebih murah, khusus / rumit, lebih mahal,
penggunaan alat serta pekerja penggunaan alat dan skill
lebih sedikit dan supervisi yang pekerja khusus dan supervisi
konvensional yang ketat, tingkat ketelitian
yang tinggi
 Keruntuhan struktur tanpa  Keruntuhan struktur sebelum
peringatan batas runtuh dapat terdeteksi

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 28


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

2.10 Contoh Penerapan Beton Prategang di Indonesia


1. PC Voided Slab

Precast Concrete Voided slab merupakan girder jembatan yang menggabungkan


fungsi girder sekaligus slab. Girder jenis ini biasanya digunakan pada jembatan
berbentang pendek. Gambar PC Voided slab dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 PC Voided slab


2. Box Girder

Box girder merupakan bentuk girder yang paling baik untuk pekerjaan jembatan,
karena box girder memiliki keuntungan unik tersendiri dari bentuk girder lainnya. Box
girder dalam spesifikasi produksi tidak memiliki batasan panjang bentang. Dalam proses
tahapan pekerjaan, box girder terlebih dahulu mengalami proses erection, dan diangkat
per-segmental. Bentuk box girder cukup memenuhi nilai estetika pada bangunan
jembatan sehingga penggunaannya mampu menambah keindahan kota. Gambar box
girder dapat dilihat pada Gambar 2.7

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 29


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

Gambar 2.7 Box girder

3. PCI Girder

Precast Concrete I girder merupakan bentuk yang paling banyak digunakan untuk
pekerjaan balok jembatan. Profil PCI girder berbentuk penampang I dengan penampang
bagian tengah lebih langsing dari bagian pinggirnya. PCI girder memiliki penampang yang
kecil dibandingkan jenis girder lainnya, sehingga biasanya dari hasil analisa merupakan
penampang yang ekonomis.PCI girder juga memiliki berat sendiri yang relatif lebih ringan
per unitnya. Gambar PCI girder dapat dilihat pada Gambar 2.8,

Gambar 2.8 PCI girder

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 30


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

4. PCU Girder
Precast Concrete U girder merupakan bentuk / konsep baru yang mulai
dipopulerkan belakangan ini. PCU girder merupakan bentuk box girder dalam bentuk dan
ukuran yang lebih kecil. Tidak seperti PCI girder yang langsing, PCU girder memiliki bentuk
badan yang lebih lebar namun pada bagian tengah bentang penampangnya cukup
langsing. Bentuk PCU girder yang mirip dengan box girder cukup memenuhi nilai estetika
jika dibandingkan dengan PCI girder yang kaku dan terlalu tegas. Gambar PCU girder
dapat dilihat pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 PCU girder

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 31


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beton prategang cukup banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena
penggunaan struktur beton prategang dinilai mempunyai banyak keuntungan antara
lain :
1. Strukur lebih ringan, langsing dan kaku.
2. Gaya prategang dapan mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya dapat
mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan terhadap
lingkungan yang korosif.
3. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya lintang.
4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang akan
lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa dan
struktur baja.
5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan
kualitas yang lebih baik kemudian dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi
serta biaya awal yang lebih rendah.

3.2 Saran
Beton Prategang merupakan kontruksi yang memiliki banyak keuntungan dan
sudah banyak di aplikasikan di Indonesia namun Beton Prategang juga memiliki kerugian.
Untuk itu harus di persiapkan perencanaan yang matang agar tidak terjadi kegagalan
konstruksi.

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 1


Beton Prategang
Program Studi Teknik Sipil Undana

DAFTAR PUSTAKA

Lin, T.Y., dan Burns, N.H., Desain Struktur Beton Prategang Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jaka
rta, 1996.
Lie, Han Ay, Struktur Beton Pratekan, Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Diponegor
o, Semarang, 1997.
Collins, Michael P., and Mitchell. Denis, Prestressed Concrete Basics, CPCI, Canada, 1987.
Nawy, Edward G., Prestressed Concrete : A Fundamental Approach, 2nd Edition, Prentice
Hall, New Jersey, 1996.
CPCI, Design Manual : Precast and Prestressed Concrete, Third Edition, Canadian Prestres
sed Concrete Institute, Canada, 1996.
Nawy, Edward G.,Suryoatmono, Bambang, Beton Prategang : Suatu Pendekatan Mendasa
r, Edisi Ketiga Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
SK.SNI. T–15–1990–03, Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung,
Departemen Pekerjaan Umum, Penerbit Yayasan LPMB, Bandung

Beton Prategang, Sejarah dan Perkembangannya 2

Anda mungkin juga menyukai