Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PENGERTIAN DAN JENIS STRUKTUR JEMBATAN

DISUSUN OLEH :

MUH RENALDY RIFAI H

219 190 013

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN AJARAN 2019-2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ Beton Sebagai Teknologi Bahan Kontruksi “. Pada makalah ini Penulis banyak mengambil
dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak . oleh sebab itu, dalam
kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…

Parepare, 11 Januari 2020

penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2

1.3 Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3

2.1 Sejarah Penemuan Beton.................................................................... 3

2.2 Pengertian Beton................................................................................. 3

2.3 Sifat-Sifat Beton................................................................................. 5

2.4 Bahan-Bahan Penyusun Beton........................................................... 6

BAB III KESIMPULAN................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan
aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan
kuno yang dijumpai di Pulau Buton.

Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai
bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan
Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai
pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-
1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.

Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam
bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang ilmu yan
meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur
dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang
sangat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah singkat penemuan beton?

2. Apa pengertian beton?

3. Bagaimana sifat-sifat beton?


4. Apa saja bahan-bahan penyusun beton?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah singkat penemuan beton?

2. Untuk mengetahui apa pengertian beton?

3. Untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat beton?

4. Untuk mengetahui apa saja bahan-bahan penyusun beton?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Penemuan Beton

Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari :

• Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;

• J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua
bahan konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);

• F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap,
pipa dan kubah;

• Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai
penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat berat
sendiri;

• Neuman melakukan analisis letak garis netral;

• Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan

• Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

2.2 Pengertian Beton

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu
dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Kebaikan dan keburukan beton
dibandingkan dengan bahan bangunan lain adalah sebagai berikut.

A. Kebaikan Beton
1) Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.

2) Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.

3) Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.

4) Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang
berat.

5) Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun diisikan
ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula dipompakan ke tempat
yang posisinya sulit.

6) Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan kebakaran.

B. Kekurangan Beton

1) Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).

2) Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.

3) Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.

4) Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air
yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.

5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara seksama
agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada
struktur tahan gempa.
2.3 Sifat-Sifat Beton

Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan tentang
sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu diketahui. Sifat-
sifat tersebut antara lain.

A. Kuat Hancur

Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih tergantung
pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari beton
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat
pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:

1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.

2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa


penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik yang lebih
besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.

3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada
pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.

4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya


suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.

5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.

B. Durability (Keawetan)

Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa terjadi
korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nialii faktor
air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai
dengan kondisi lingkungan.

C. Kuat Tarik

Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih muda,
dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam perencanaan
beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat perubahan
kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi jalan
raya dan lapangan terbang.

1. Modulus Elastisitas

Modulus elastisitas beton adalah perbandingan antara kuat tekan beton dengan regangan
beton biasanya ditentukan pada 25-50% dari kuat tekan beton.

2. Rangkak (Creep)

Merupakan salah satu sifat beton dimana beton mengalami deformasi terus-menerus menurut
waktu dibawah beban yang dipikul.

3. Susut (Shrinkage)

4. Merupakan perubahan volume yang tidak berhubungan dengnan pembebanan.

D. Kelecakan (Workability)

Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh kemudahan
dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau workability
adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.

2.4 Bahan-Bahan Penyusun Beton

Adapun Bahan-Bahan Penyusun Beton Antara Lain Adalah Semen Dan Agregat :

1) Semen

Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan
garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk
dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang
bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester.
Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu
tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen
jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam
proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai.

d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash).
Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang
mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam
berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton,
sehingga menjadi lebih keras.

Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland
adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.

Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland biasa (ordinary
cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan umum. jenis semen
portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi kebutuhan khusus dan Segi
Penggunaan.

a. Segi kebutuhan khusus

Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan penggunaan khusus
seperti berikut.

· Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen jenis ini
umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi . dalam standar semen
ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.

· semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar tricalsium
aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang adalah 8% dan untuk
semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan terhadap sulfat, namun berarti
tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud sulfat disini adalah garam sulfat yang larut,
misalnya air laut, rawa, dan sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini
termasuk semen portland type II A dan type V.

· semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-60 %)
dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang bersifat pozzolan
(seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly ash). Penggunaan adalah
pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang
dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen portland terak dapur tinggi.

· semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar C3S
maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat pengersan yang
lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan dengan semen lain.
Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan
konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM
termasuk semen portland type IV.

· masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan bubuk
batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah untuk aduk
pasangan.

· Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan dasarnya
mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini dibatasi maksimum
0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua pada semen. Semen ini
mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa. Proses pembuatan semen ini
memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen putih
lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu sampai empat kali smen portland biasa.

b. Segi Penggunaan

Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and Material)
semen portland dapat dibedakan menjadi lima.

· Jenis I

Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis semen portland
untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.
Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan sebagainya. Semen ini merupakan
semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-90% dari produksi semen portland.
· Jenis II

Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih rendah dan
keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini biasanya digunakan
pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa, pelabuhan,jembatan besar,
bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-saluran air buangan dan sebagainya.
Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki
konsentrasi sulfat agak tinggi.

· Jenis III

Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-cement). Semen


jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga dapat digunakan untuk
pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan
atau yang acuannya perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).

· Jenis IV

Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement) jenis ini
merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi serendah-
rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak), maka pada semen
jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh
lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:

- Konstruksi DAM

- Basement

- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.

· Jenis V

Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini merupakan jenis
khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-banguan yang kena sulfat,
seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat
daripada semen biasa.

Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :


a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar (bunker crude
oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi BBM.

b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar


dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal.

d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran yang


homogen.

e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan setengah jadi
yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).

f) proses pendinginan terak.

g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena pembakaran dengan
suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan : residu (sisa) yang tak larut,
sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium oksida, oksida besi, kalsium,
magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

2) Agregat

Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar
(aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan
ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau
agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.

Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan
mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil
sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang
diizinkan tergantung pada maksud pemakaian. Pada teknologi beton, agregat terdiri dari
banyak klasifikasi, yaitu;
A. Ditinjau dari asalnya

a. Agregat alam

Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil penghancurannya.
Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau
metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik
untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak
mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.

Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.

1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari
batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air
atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa
arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya
pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam
penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir
agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut.

2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas
bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan
aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan
semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam.
kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada
permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang
cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:

a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat.
Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk pembuatan beton.

b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras
ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan batu api
yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena pendinginan yang cepat
pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur butir kristal yang halus dan
mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana digunakan untuk beton dapat
menyebabkan retak-retak dan menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini
mengembang dan menyusut sesuai dengan kelembaban.

c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi butiran
yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas, seperti batu tulis
yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi lunak, gampang pecah dan
daya serapnya tinggi.

d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya
serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini sulit
dipadatkan di dalam beton.

e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya


pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.

3. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
BAB III

KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut
pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran
yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.

Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai
kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan
kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam
pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat
populer dipakai.
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha paul, antoni, 2007: Teknologi Beton , Jakarta : Andi

Allen, Edward, 2005, Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Bahan-bahan dan Metodenya,


Jakarta : Erlangga

SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Bandung :
LPMB

Tirta, Danu G, 1999, (Diktat Kuliah) Teknologi Beton Lanjut, Bandung : Universitas Katolik
Parahyangan.

Rosman Ir, Ahmad, 2007, Bahan Bangunan Sebagai Dasar Pengetahuan, Jakarta ;Bangun
cipta

Tim Penyusun. 1999. Struktur Beton. Semarang: Badan Penerbit Universitas Semarang.

Anda mungkin juga menyukai