Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "Ikatan Sambungan Bata”. Makalah ini dibuat dengan
bertujuan untuk memenuhi permintaan tugas mata kuliah Gambar Teknik yang
merupakan mata kuliah dasar di jurusan Arsitektur.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga apa yang penulis paparkan dalam makalah ini
bisa bermanfaat bagi pembaca.
Table of Contents
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................................ 3

PENDAHULUAN........................................................................................................ 3

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 3

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3. Tujuan ........................................................................................................... 4

BAB II .......................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5

2.1. Pengertian Batu Bata .......................................................................................... 5

2.2. Sejarah Batu Bata ............................................................................................... 6

2.3. Jenis-Jenis Batu Bata .......................................................................................... 7

2.4. Ukuran Batu dan Simbol Penggambaran Batu Bata ........................................ 11

2.5. Jenis dan Penggambaran Ikatan Sambungan Bata ........................................... 15

BAB III ....................................................................................................................... 20

PENUTUP .................................................................................................................. 20

3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 20


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batu bata merupakan salah satu komponen yang penting pada suatu
bangunan. Batu bata biasa digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan
dinding rumah/gedung. Batu bata sering dipilih sebagai bahan alternatif utama
penyusun bangunan karena harganya yang relatif murah, mudah diperoleh,
memiliki kekuatan yang cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh cuaca, dan tahan
terhadap api. Dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun
masyarakat untuk memproduksi batu bata.
Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti
dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran dan
pondasi. Batu bata umumnya dalam konstruksi bangunan memiliki fungsi sebagai
bahan non-struktural, di samping berfungsi sebagai struktural. Sebagai fungsi
struktural, batu bata dipakai sebagai penyangga atau pemikul beban yang ada
diatasnya seperti pada konstruksi rumah sederhana dan pondasi. Sedangkan pada
bangunan konstruksi tingkat tinggi/gedung, batu bata berfungsi sebagai non-
stuktural yang dimanfaatkan untuk dinding pembatas dan estetika tanpa memikul
beban yang ada diatasnya.
Selain mengetahui tentang pengertian dan fungsi batu bata, mahasiswa
arsitektur perlu mempelajari dan mendalami jenis-jenis dan penggambaran ikatan
sambungan bata. Hadir dari pentingya pengetahuan ini bagi mahasiswa, maka
penulis menghadirkan makalah “Ikatan Sambungan Bata” sebagai tambahan
referensi atau sumber bagi mahasiswa dan pembaca lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
- Apa pengertian batu bata?
- Bagaimana sejarah batu bata ditemukan?
- Apa saja jenis-jenis batu bata?
- Berapa ukuran batu bata dan penyimpangan yang diperbolehkan?
- Bagaimana pengggambaran ikatan sambungan bata?
1.3. Tujuan
- Mengetahui pengertian batu bata
Mendeskripsikan sejarah batu bata ditemukan
- Mengetahui jenis-jenis batu bata
- Mengetahui ukuran batu bata dan penyimpangan yang diperbolehkan
- Mengetahui penggambaran ikatan sambungan bata
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Batu Bata

Batu Bata adalah suatu unsur bangunan yang dipergunakan dalam pembuatan
konstruksi bangunan dan dibuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa
campuran bahan-bahan lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti manggali,
mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperature tinggi hingga
matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika didinginkan hingga
tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Definisi Batu Bata menurut NI-10, SII-0021-78 sebagai berikut: Batu Bata
adalah suatu unsur bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan
dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar
cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Tanah liat merupakan bahan dasar dalam pembuatan Batu Bata yang memiliki
sifat plastis dan susut kering. Sifat plastis pada tanah liat sangat penting untuk
mempermudah dalam proses awal pembuatan Batu Bata. Apabila tanah liat yang
dipakai terlalu plastis, maka akan mengakibatkan Batu Bata yang dibentuk
mempunyai sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga akan mempengaruhi kekuatan,
penyusutan, dan mempengaruhi hasil pembakaran Batu Bata yang sudah jadi.

Bahan campuran atau bahan tambah dalam pembuatan batu bata digunakan
untuk memperbaiki kualitas tanah liat atau bahan penolong yang akan dijadikan
sebagai bahan mentah supaya menjadi bahan yang plastis. Bahan mentah batu bata
terbuat dari bahan dasar berupa tanah liat dengan atau tanpa menggunakan bahan
campuran. Bahan-bahan campuran yang biasa digunakan seperti abu sekam, pasir,
sekam padi, dan serbu gergaji.
2.2. Sejarah Batu Bata

Kira-kira dimulai pada 8000 B.C. di Mesopotamia, manusia pertama kali


bahwa tanah liat dapat dibentuk dan dijemur untuk menghasilkan bahan bangunan.
Menara Babel dibangun menggunakan bata yang dijemur. Juga digunakan di banyak
bagian dari Timur Tengah, Afrika Utara dan Amerika Tengah dan Utara.

Pada peradaban Babylonia (4000 B.C.) yang dibangun di lembah antara


sungai Tigris dan sungai Efrat. Lumpur tebal dan tanah liat dari sungai-sungai ini
sangat cocok untuk pembuatan bata, yang kemudian menjadi bahan bangunan yang
umum pada peradaban tersebut. Kerajaan dan kuil dibangun dari bata jemur, dan
permukaannya menggunakan bata berlapis/kilap. Penggalian akhir-akhir ini di Mesir,
menunjukkan bahwa pada Mesir kuno telah digunakan bata yang dijemur dan yang
dibakar menggunakan tungku untuk pembangunan rumah an tempat suci.

Orang Roma juga menyebarluaskan penggunaan bata antara lain, pembuatan


bata masuk ke Inggris setelah serangan Roma pada 54 SM, seperti untuk
pembangunan kastil Colchester yang dibangun dari 1080 bata bekas. Sekarang kastil
ini dipakai sebagai museum sejarah. Bata Roma memiliki ketebalan yang sangat tipis
dibanding dengan panjangnya. Dimana bata-bata tersebut diletakkan di atas lapisan
mortar yang tebal.

Setelah kejatuhan atau runtuhnya Roma pada 410 SM, maka seni membuat
bata tersebut hilang di seluruh Eropa hingga awal dari abad ke 14. Industri bata
kembali marak masuk ke Inggris pada abad tersebut dan kemudian, keahlian ini
masuk ke Australia bersama pembuangan perrtama (The First Fleet). Bangunan-
bangunan bata yang pertama di benua Amerika utara dibangun pada tahun 1633 di
Pulau Manhattan dengan menggunakan bata-bata yang diimpor dari Belanda dan
Inggris.

Bagaimanapun juga pemanfaatannya baru maksimal hingga ditemukan


pembakaran bata dengan tungku yang menghasilkan bata yang betul-betul awet.
Tungku bata yang pertama dioperasikan di Amerika Serikat adalah sekitar tahun
1650. Bata-bata yang dihasilkan pada masa lampau untuk agak sulit untuk dikenali
karena spesifikasi yang sangat berbeda. Misalnya bata dari Assyria, di tengah
Mesopotamia beratnya lebih dari 18 kilogram, atau bata dengan bentuk segitiga
digunakan untuk membangun koloseum Roma, lagi pula bata umum yang beredar di
pasaran sangat tipis menyerupai tegel lantai saat ini.

2.3. Jenis-Jenis Batu Bata

Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu bata digolongkan
dalam 2 jenis:

1. Batu Bata Tanah Liat

Bata biasa memiliki warna permukaan yang tidak menentu. Bata ini digunakan
untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata biasa seringkali disebut dengan bata
merah. Batu bata dari tanah liat terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Bata merah

Bata merah adalah suatu unsur bangunan yang terbuat dari tanah liat dengan atau
tanpa bahan tambahan seperti serbuk gergaji, sekam padi atau pasir. Tanah liat ini
dicetak berbentuk balok–balok, lalu dibakar dengan temperatur 1050° C untuk
mengeraskannya, sehingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.
Penimbunan dilapangan harus diberi lantai dengan jarak 30 cm dari permukaan
tanah. Bata disusun berdiri arah lebarnya dan disusun berselang–seling empat
buah–empat buah. Ketinggian penyusunan max 2 m ini untuk memudahkan dalam
pengambilan. Di atasnya ditutup dengan kain terpal atau plastik agar air hujan
tidak terserap oleh bata merah.

b. Super bata

Super bata adalah bahan bangunan yang bentuk dan kegunaannya sama dengan
bata merah. Super bata juga terbuat dari tanah liat dan dicampur dengan pasir
halus. Pembuatannya melalui proses mekanis, oleh karenanya super bata
mempunyai permukaan halus dengan ukuran yang sama. Biasanya bata ini dibuat
tidak penuh, tapi berlobang sehingga dapat menghemat bahan baku dan
menghasilkan ikatan yang kuat dengan mortar. Karena Super bata mempunyai
permukaan yang halus, maka pada pemakaiannya kita tidak memerlukan plesteran
lagi. Karena bentuknya yang bervariasi, maka dapat pemasangannya dapat dibuat
lebih artistik. Super bata sering disebut batu muka dan memiliki permukaan yang
baik, licin dan mempunyai warna atau corak yang sama. Bata muka biasa disebut
sebagai bata imitasi.

2. Batu Bata Pasir-Kapur

Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir
dengan perbandingan 1 : 8 atau campuran lain serta air yang ditekankan ke dalam
campuran sehingga membentuk bata yang sangat padat. Biasa digunakan untuk
bagian dinding yang terendam air dan memerlukan kekuatan tinggi. Batu bata
jenis ini terdiri dari dua macam yaitu :

a. Batu cetak

Batu cetak adalah suatu bahan bangunan yang diproduksi oleh masyarakat kita,
terbuat dari trash dan kapur dengan perbandingan 5 : 1. Banyak keuntungan yang
dapat kita ambil dari pemakaian batu cetak ini, umpamanya untuk pemasangan 1
m2 dinding lebih sedikit jumlah batu yang diperlukan, dan juga mengurangi
keperluan mortar sampai 30 – 50 %. Berat pasangan jauh lebih ringan dari
konstruksi bata merah yaitu bisa 50 % lebih ringan, karena bentuk batu cetakan
yang beraneka macam dan menarik, sehingga dinding tidak usah diplester.
Komposisi mortar untuk pemasangan batu cetak ini harus sama dengan komposisi
bahan batu cetak itu sendiri, sehingga dapat menghasilkan ikatan yang baik antara
mortar dan batu cetak.
b. Batako press.

Batako press ini terbuat dari adukan kapur, pasir, tras dan semen, pencetakannya
dengan mesin press, dibuat berlobang untuk menghemat bahan dan juga untuk
isolasi suara dan panas. Dan biasanya tembok sebelah luar tidak diplester lagi,
kecuali bagian dalam dinding. Bata adalah salah satu jenis bahan untuk
pemasangan dinding yang banyak digunakan di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan :

- Dinding pemasangan bata dapat berfungsi sebagai pembagi ruangan;

- Mampu menahan beban;

- Isolasi terhadap panas dan suara;

- Proteksi terhadap kebakaran dan cuaca;

- Relatif murah dan awet;

- Dalam bidang datar sangat fleksibel;

- Menampilkan permukaan luas yang menarik (estetika).

Dalam satu pasangan tembok bata, diperlukan kurang lebih 30% adukan
untuk mambuatnya. Dinding tersebut dibuat sedemikian, sehingga memenuhi
syarat kekuatan, keawatan dan stabilitas serta memberikan sifat yang baik
terhadap pengaruh cuaca dimana tembok itu didirikan atau dibangun. Juga
ditempat yang memiliki gangguan gempa bumi, sehingga sifat tembok itu juga
harus tahan terhadap gaya-gaya horizontal.

Karena pasangan dinding bata merupakan susunan dari bata dan mortar, maka
sifat dinding tersebut dipengaruhi oleh sifat bata dan adukan pasangannya. Oleh
karena itu pengetahuan mengenai sifat bata, terutama sifat kekuatannya perlu
diketahui sehingga dapat diperkirakan kekuatan dinding tembok yang akan
dibangun/dibuat.
Disamping itu perlu diketahui cara pelaksanaan pekerjaannya, karena
walaupun bahan yang dipakai baik mutunya tetapi bila cara pelaksanaan tidak
benar maka akan menghasilkan tembok yang tidak baik. Karena itu sifat suatu
dinding tembok bata tergantung dari beberapa faktor, yaitu:

a. Sifat dari bahan pembuatannya yaitu adukan (sifat mortar) atau sifat bata
yang dipakai untuk pemasangan

b. Cara pelaksanaan pemasangan bata

Karakteristik Bata Konvensional

1. Warna bata tergantung pada warna bahan dasar tanah dan juga jenis campuran
bahan tambahan, pada tanah yang banyak mengandung Laterite blok, batu bata
berwarna merah gelap, sedang pada tanah yang berkapur berwarna agak terang.

2. Dimensi dari bata sangat bervariasi sekali, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan
akan adanya modul bangunan, juga pertimbangan lain adalah pada proses
pemasangan pada saat konstruksi.

3. Bentuk bata umumnya adalah balok persegi (blok). Blok yang dipergunakan
sebagai dinding pemikul mempunyai beberapa jenis bentuk yakni: jenis blok biasa,
jenis blok sambungan sudut dan blok untuk bagian ujung dinding, semua jenis
tersebut umumnya berlubang tempat memasang lajur besi, Jenis blok yang lain
adalah perbedaannya pada ukuran yakni jenis ½ blok dan ¾ blok, kedua jenis ini
diadakan untuk mengurangi sampah atau sisa blok yang tidak terpakai dilapangan
pada saat konstruksi. Semua jenis di atas dapat dibentuk tergantung sekali pada
cetakan blok.

4. Tekstur permukaan bata relatif halus dan licin, apalagi bila mempunyai densitas
tinggi, tetapi tidak menutup kemungkinan bata didisain dengan tekstur yang tidak
rata dan dengan pola tertentu, hal tersebut dapat tercapai dengan disain pola
cetakan.
Kelebihan dan Kekurangan Bata Konvensional

1. Kelebihan

a. Cukup kuat dan tahan lama.

b. Dapat menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim
dingin.

c. Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap


api/kebakaran.

d. Relatif murah harganya dan mudah didapat.

e. Tidak memerlukan perekat khusus.

2. Kekurangan

a. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan beton ringan dan bahan dinding
lainnya.

b. Tidak tahan terhadap perubahan suhu yang besar.

c. Kualitas yang kurang seragam dan juga ukuran yang jarang sama sehingga sulit
untuk membuat pasangan bata yang rapi.

d. Jumlah terbatas, sulit untuk didapat dalam jumlah banyak, dan mudah pecah.

e. Bata memiliki berat sendiri yang cukup besar sehingga menimbulkan beban
yang cukup besar pada struktur bangunan.

f. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi maka dibutuhkan plesteran yang
cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata.

2.4. Ukuran Batu dan Simbol Penggambaran Batu Bata

1. Ukuran Batu Bata

Ukuran-ukuran batu bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian


antara pembeli dan penjual (pembuat). Sedangkan ukuran batu bata merah yang
standar menurut NI-10, 1978: 6 yaitu batu bata merah dengan panjang 240 mm, lebar
115 mm, tebal 52 mm, dan batu bata merah dengan panjang 230 mm, lebar 110 mm,
tebal 50 mm. sedangkan standar ukuran batu bata merah menurut SII-0021-78 yang
terlihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel Modul Standar Ukuran Batu Bata Merah

Sumber : SII-0021-78

Penyimpangan ukuran maksimum batu bata merah yang disyaratkan dalam


SII-0021-78, adalah sebagai berikut:

Tabel Daftar Penyimpangan Ukuran Maksimum Batu Bata Merah

Sumber : SII-0021-78

Penyimpangan ukuran standar batu bata merah terbesar yang disyaratkan


dalam SNI-10-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum; lebar maksimum 4%; dan
tebal maksimum 5%. Sedangkan selisih antara batu bata merah berukuran maksimum
dengan batu bata merah berukuran minimum yang diperbolehkan, yaitu untuk
panjang 10 mm, lebar 5 mm, dan tebal 4 mm.
Setiap daerah yang memproduksi batu bata terdapat perbedaan baik dari segi
ukuran, bentuk, maupun karakteristiknya. Namun ditetapkan suatu standar sebagai
pedoman dalam membuat batu bata sebagai berikut:

a. panjang bata = dua kali lebar bata + tebal siar.

b. lebar bata = dua kali tebal bata + tebal siar.

c. tebal siar antara 0,8 cm s/d 1,5 cm

Dari berbagai ragam ukuran yang ada dipasaran, dikenal juga ukuran standar
yang ditetapkan oleh LPMB (Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan) Bandung
yaitu :

a. pertama panjang = 240 mm,lebar = 115 mm, tebal = 52 mm.

b. kedua panjang = 230 mm, lebar = 110 mm, tebal = 50 mm.

Dalam pelaksanaan pembuatan tembok tidak mungkin menggunakan bata


utuh seluruhnya, pasti ada bata yang tidak utuh. Hal ini dikarenakan adanya syarat-
syarat ikatan bata yang harus dipenuhi, diantaranya siar tegak pada dua lapis yang
berturutan tidak boleh segaris.

Bentuk bata utuh dan bata potongan seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar : Batu bata utuh


Ukuran bata pada umumnya tidak sama, tapi umumnya mengikuti rumus :

Panjang = 2 kali lebar + voeg

Lebar = 2 kali tebal + voeg

Voeg = siar pasangan

Misalnya ;

Tebal 5 cm, maka lebar 2x5 + 1 = 11 cm, sedangkan panjang 2x 11 cm + 1 = 23 cm


Maka ukuran bata menjadi : 5 x 11 x 23 cm

Gambar : bentuk potongan batu bata


2. Simbol Penggambaran Batu Bata

Dalam penggambaran lapisan batu bata diberi tanda atau simbol untuk
menunjukkan ukuran batu bata yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
syarat kekuatan ikatan batu bata dimana siar tegak tidak boleh segaris pada 2 lapis
secara berurutan. Adapun symbol penggambaran yang digunakan sebagaimana
ditunjukkan gambar pada tabel 2 berikut:

Tabel Simbol Penggambaran Ukuran Batu Bata

2.5. Jenis dan Penggambaran Ikatan Sambungan Bata

1. Pasangan Tembok Lurus Tebal ½ Bata

Pada gambar 73 di bawah ini jelas terlihat gambar pasangan bata dengan ikatan
tembok lurus dengan pasangan dengan tebal ½ batu. Tembok ½ batu terdiri batu
utuh yang dipasang dalam arah panjang tembok, dimana tiap lapis berturut-turut
stotvoeg saling berselisih ½ strek.

Gambar a. lapisan

Tembok Lurus tebal ½ bata

Gambar b. Tampak depan

Tembok Lurus tebal ½ bata

Gambar c. Proyeksi

Tembok Lurus tebal ½ bata


2. Pasangan Tembok Ikatan ½ Bata Bentuk Siku

Gambar a. Lapisan

Tembok Ikatan ½ Bata Bentuk Siku

Gambar b. Proyeksi

Tembok Ikatan ½ Bata Bentuk Siku


3. Pasangan Tembok Tebal ½ Bata Pada Pertemuan

Gambar a. Lapisan

Tembok Ikatan ½ Bata Pada Pertemuan

Gambar b. Proyeksi

Tembok Ikatan ½ Bata Pada Pertemuan


2.6. Contoh Bangunan yang Menggunakan Batu Bata

Gambar (a) Melford Hall, di Suffolk, Inggris (Batu bata merah dibangun di masa
parlemen abad 16 Masehi); Gambar (b) Rumah Belanda (Contoh awal bangunan yang
menggunakan bata merah)

Contoh lain penggunaan batu bata


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Batu bata adalah bahan bangunan campuran yang pertama kali digunakan oleh
manusia. Ada banyak alasan mengapa batu bata telah bertahan dibuat dan digunakan
sejak zaman Mesir. Secara ekonomi batu bata memiliki harga yang relatif murah dan
terjangkau, bahan baku pembuatannya pun sangat mudah diperoleh, mudah
diproduksi dengan jumlah banyak dengan standard yang sama, memiliki kemampuan
sebagai bahan bangunan yang tahan lama dan juga sebagai bahan pelapis insulasi.
Yang lebih penting dari itu adalah bahwa bahan material bangunan ini menjadi
semakin dekat hubungannya dengan seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat
berstrata bangsawan maupun strata paling bawah. Semua manusia mampu membuat
tempat tinggalnya dengan mudah, murah dan efisien dengan skala yang lebih
proporsional seukuran kebutuhan manusia.

Anda mungkin juga menyukai