Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini di mata kuliah “Pengenalan
kontruksi dan bahan bangunan” Pada makalah ini saya banyak mengambil dari berbagai sumber
refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak . oleh sebab itu, dalam kesempatan ini saya
mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga Makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1 Sejarah Penemuan Beton.................................................................... 3
2.2 Pengertian Beton................................................................................. 3
2.3 Sifat-Sifat Beton................................................................................. 5
2.4 Bahan-Bahan Penyusun Beton........................................................... 6
BAB III KESIMPULAN................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di
Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal
alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno
yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai
bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil
percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi,
tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul
runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan
pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam
bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang ilmu yan
meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan yang mengkaitkan komposisi, struktur dan
pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab
dalam kehidupan kita sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah singkat penemuan beton?


2. Apa pengertian beton?
3. Bagaimana sifat-sifat beton?
4. Apa saja bahan-bahan penyusun beton?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimanakah sejarah singkat penemuan beton?


2. Untuk mengetahui apa pengertian beton?
3. Untuk mengetahui bagaimana sifat-sifat beton?
4. Untuk mengetahui apa saja bahan-bahan penyusun beton?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton


Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa
bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan
pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih
bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. Kebaikan dan keburukan beton dibandingkan
dengan bahan bangunan lain adalah sebagai berikut.
A. Kelebihan Beton
1). Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
2). Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhada
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
3). Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.
4). Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban yang
berat.
B. Kekurangan Beton
1). Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
2).Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.
3). Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu, sehingga
perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.
4). Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan
air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
5) Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara
seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail,
terutama pada struktur tahan gempa.
2.2 Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain.
A. Kuat Hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur dari
beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan tingkat
pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan bahwa
penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak maupun tarik
yang lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
3. Effisiensi dari perawatan (curing). Kehilangan kekuatan sampai 40% dapat terjadi bila
pengeringan diadakan sebelum waktunya. Perawatan adalah hal yang sangat penting oada
pekerjaan lapangan dan pembuatan benda uji.
4. Suhu , Pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya
suhu. Pada titik beku kuat hancur beton akan tetap rendah untuk waktu yang lama.
5. Umur. Pada keadaan yang normal kekuatan beton akan bertambah dengan umurnya.
Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.

B. Durability (Keawetan)
Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang direncanakan tanpa
terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal ini perlu pembatasan nialii
faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis semen minimum yang digunakan sesuai
dengan kondisi lingkungan.
C. Kuat Tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih
muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di dalam
perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan retak-retak akibat
perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk pembuatan beton konstruksi
jalan raya dan lapangan terbang.
D. Kelecakan (Workability)
Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan finishing. Atau
workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan kompaksi penuh.

2.3 Bahan-Bahan Penyusun Beton


Adapun Bahan-Bahan Penyusun Beton Antara Lain Adalah Semen Dan Agregat :
1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau
larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang
diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa
digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase
kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di
lepas pantai.
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland biasa
(ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan umum.
jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi kebutuhan khusus
dan Segi Penggunaan.
a. Segi kebutuhan khusus
Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan
penggunaan khusus seperti berikut.
• Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland
cement),semen jenis ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika)
atau C3A yang tinggi . dalam standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk
semen Portland type III.
• semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen
ini mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena
kadar tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan
sulfat sedang adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%.
Semen ini tahan terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam
sulfat. Yang dimaksud sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya
air laut, rawa, dan sebagainya, dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen
ini termasuk semen portland type II A dan type V.
• semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen
biasa (85-60 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau
benda-benda yang bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar,
tanah liat bakar, atau fly ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang
mendapat gangguan garam sulfat atau panas rendah. Bila bahan yang
dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen portland terak dapur tinggi.
• semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini
memiliki kadar C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen
ini memiliki derajat pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya
lebih rendah dibandingkan dengan semen lain. Penggunaannya terutama
terbatas pada turap penahan tanah gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi
beton pejal di mana suhu massa beton naik. Semen ini dalam standar ASTM
termasuk semen portland type IV.
• masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur
dengan bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen
jenis ini adalah untuk aduk pasangan.
• Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-
bahan dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada
semen ini dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut
menimbulkan warna tua pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa
dengan semen portland biasa. Proses pembuatan semen ini memerlukan
ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal oleh karena itu, harga semen putih
lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu sampai empat kali smen
portland biasa.
b. Segi Penggunaan
Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing and
Material) semen portland dapat dibedakan menjadi lima.
• Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis
semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak
memerlukan sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata,
dan sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu
80-90% dari produksi semen portland.
• Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi
lebih rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen
jenis ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan
rawa, pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai,
saluran-saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk
bangunan-bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak
tinggi.
• Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-
portland-cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu
singkat, sehingga dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan
bangunan-bangunan beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya
perlu segera dilepas serta pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
• Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land
cement) jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan
panas hidarasi serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi
(penyebab retak), maka pada semen jenis ini senyawa C3S dan C3A dikurangi.
Selain itu, semen jenis ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya
digunakan pada bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
• Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada
bangunan-banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I
alkalinya tinggi. Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa. Proses
pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan
dan diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
(bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan
energi BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan
yaitu :
c) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
d) proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran
yang homogen.
e) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
f) proses pendinginan terak.
g) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena
pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan :
residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium
oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.
2) Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah
mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang
berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang
lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat
pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah
agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm.
Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian. Pada
teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
A. Ditinjau dari asalnya
a. Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis
batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu
dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak
pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak
terpengaruh keadaan sekelilingnya.
Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena
terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir
dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk
agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah
dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian
khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat
beton yang dibuat agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang
kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena
luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan
kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah
akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan
pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi ,
karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran
yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium
karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk
pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras
ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt merupakan
batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus karena
pendinginan yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai struktur
butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit bilamana
digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan menggangggu
penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan menyusut sesuai dengan
kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi
butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas,
seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya menjadi
lunak, gampang pecah dan daya serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan daya
serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-partikel ini
sulit dipadatkan di dalam beton.
e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya
pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.
3. Agregat batu apung ,merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan.
Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang
bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.
BAB III
KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut
pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang
mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping
mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan
kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam
pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer
dipakai.
DAFTAR PUSTAKA

Nugraha paul, antoni, 2007: Teknologi Beton , Jakarta : Andi


Allen, Edward, 2005, Dasar-dasar Konstruksi Bangunan Bahan-bahan dan Metodenya,
Jakarta : Erlangga
SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, Bandung :
LPMB
Tirta, Danu G, 1999, (Diktat Kuliah) Teknologi Beton Lanjut, Bandung : Universitas
Katolik Parahyangan.
Rosman Ir, Ahmad, 2007, Bahan Bangunan Sebagai Dasar Pengetahuan, Jakarta ;Bangun
cipta
Tim Penyusun. 1999. Struktur Beton. Semarang: Badan Penerbit Universitas Semarang.
MENGENAL BAHAN KONTRUKSI BETON

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengenalan Kontruksi Dan
Bahan Bangunan
Dosen Pengampu: Rahmayanti, S.T., M.T

Disusun Oleh:
Nama: Anggun bula
Kelas: C
Prodi: S1 Teknik Arsitektur

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023

Anda mungkin juga menyukai