Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

TEKNIK BAHAN KONTRUKSI


“ BETON “

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ir. Fakhrul Rozi Yamali, M.E

DISUSUN OLEH :
1. BINTANG MULIARDI UTAMAS
2. IKHSAN PRIRATNO
3. BENGET OKTAVIANTO
4. REZKI KURNIAWANSYAH

UNIVERSITAS BATANGHARI
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
tugas makalah dari dosen Teknologi Bahan Kontruksi, yaitu Dr. Ir. Fakhrul
Rozi Yamali, M.E.Tentang “ B E T O N ” dapat kami selesaikan dengan sebaik-
baiknya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu,kami sangat meng-
harapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Demikian kata pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat ber-
manfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jambi, 9 Desember 2017

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................... i


Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 3


A. Pengertian Beton ............................................................................................. 3
B. Sejarah Beton .................................................................................................. 3
C. Bahan Pembuat Beton ..................................................................................... 13
D. Proses Pembuatan Beton ................................................................................. 22
E. Jenis – Jenis Beton ........................................................................................... 31
F. Sifat – Sifat Beton ........................................................................................... 37
G. Karakteristik Beton .......................................................................................... 40
H. Kelebihan Dan Kekurangan Beton ................................................................. 41
I. Kegunaan Beton ............................................................................................... 42
J. Uji Kekuatan Beton ......................................................................................... 43

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 46


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 46

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-
batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton.
  Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu.
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali
ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli,
Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi,
sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material
yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan  pengetahuan
yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat
kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Beton, sebuah kata yang tidak asing bagi Kami mahasiswa Teknik Sipil
khususnya yangnantinya akan menjadi seorang Engineer dan tidak asing di telinga
masyarakat padaumumnya. Perbedaannya hanya terletak pada sejauh mana seorang
Engineer tahu bahkan paham apa itu beton dibanding masyarakat pada umumnya.
Seorang Engineer harus paham betul akan sejarah beton dan perkembangannya,
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bahan bangunan yang kita kenal dengan “ beton”
inimempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan ( konstruksi ) di seluruh
pelosok dunia, tak terkecuali di Negara Kita ini, Indonesia. Sehingga dengan
memgetahui sejarahdan perkembangannya dapat memberikan wawasan kepada
masyarakat sendiri yang memang concern terhadap beton, baik melalui pembuatan
buku, penulisan makalah, penulisan jurnal atau media apapun yang dapat
memberikan pengetahuan tersendiri kepada masyarakat secara umum tentang beton.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Definisi Beton ?
2. Sejarah Beton ?
3. Bahan Pembuat Beton ?
4. Proses Pembuatan Beton ?
5. Jenis – Jenis Beton ?
6. Sifat – Sifat Beton ?
7. Kelebihan Dan Kekurang Beton ?
8. Kegunaan Beton ?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Definisi Beton
2. Mengetahui Sejarah Beton
3. Menyebutkan Bahan Pembuat Beton
4. Menjelaskan Proses Pembuatan Beton
5. Menyebutkan Jenis – Jenis Beton
6. Menyebutkan Sifat – Sifat Beton
7. Mendeskripsikan Kelebihan Dan Kekurang Beton
8. Mengetahui Kegunaan Beton

D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi penulis: melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan tentang apa itu beton ? sejarah
beton ? dan Proses pembuatan beton ? dan ruang lingkup beton tersebut.
BAB
2
2
PEMBAHASAN

A. DEFINISI BETON
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil
atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat
semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan
beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan

Semen dan Agregat kasar Bahan Tambah


Air Agregat halus
fly ash (batu pecah) (Admixture)
(Pasir)
Paste
Mortar
Beton

1 - 20 %
5Seme 7 - 15 %
n Air
Perbandingan volume
bahan pembuat beton 3 - 50 %
2 - 30 % 0 Batu
5 Pasi peca
r h
dicampur secara tepat dengan perbandingan volume setiap bahan secara tepat.

B. SEJARAH BETON
Periode waktu selama beton pertama kali ditemukan tergantung pada
bagaimana orang menafsirkan istilah "beton." Bahan Kuno semen mentah dibuat
dengan menghancurkan dan membakar gipsum atau kapur. Kapur juga mengacu
hancur, batu kapur dibakar. Ketika pasir dan air ditambahkan ke semen tersebut,
mereka menjadi mortir, yang merupakan bahan plester-seperti digunakan untuk
mematuhi batu satu sama lain. Selama ribuan tahun, bahan tersebut diperbaiki,
dikombinasikan dengan bahan lain dan, pada akhirnya, berubah menjadi beton
modern.
` Beton saat ini dibuat dengan menggunakan semen Portland, agregat kasar dan
halus dari batu dan pasir, dan air. Pencampuran adalah bahan kimia ditambahkan ke
campuran beton untuk mengontrol pengaturan sifat dan digunakan terutama ketika
menempatkan beton selama lingkungan ekstrim, seperti suhu tinggi atau rendah,
3
kondisi berangin, dll.

Beton diciptakan oleh para pendahulu pada sekitar 1300 SM ketika


pembangun Timur Tengah menemukan bahwa ketika mereka dilapisi bagian luar
benteng ditumbuk-liat dan dinding rumah dengan tipis, lapisan basah batu kapur
dibakar, itu bereaksi secara kimia dengan gas di udara untuk membentuk keras,
permukaan pelindung. Ini tidak nyata, tapi itu adalah awal dari perkembangan
semen.

Material komposit awal semen biasanya termasuk mortir-hancur, batu kapur


dibakar, pasir dan air, yang digunakan untuk bangunan dengan batu, sebagai lawan
pengecoran material dalam cetakan, yang pada dasarnya adalah bagaimana beton
modern digunakan, dengan cetakan menjadi bentuk beton.

Sebagai salah satu unsur utama dari beton modern, semen telah sekitar untuk
waktu yang lama. Sekitar 12 juta tahun lalu di wilayah yang sekarang disebut Israel,
deposito alam dibentuk oleh reaksi antara batu kapur dan serpih minyak yang
dihasilkan oleh pembakaran spontan. Namun, semen tidak konkret. Beton
merupakan bahan bangunan komposit dan bahan-bahan, yang semen adalah salah
satu, telah berubah dari waktu ke waktu dan berubah bahkan sekarang. Karakteristik
kinerja dapat berubah sesuai dengan kekuatan yang berbeda bahwa beton akan perlu
melawan. Kekuatan ini dapat dilakukan secara bertahap atau intens, mereka
mungkin berasal dari atas (gravitasi), bawah (tanah naik-turun), sisi (beban lateral),
atau mereka mungkin mengambil bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia. Bahan-
bahan beton dan proporsi mereka disebut campuran desain.

Penggunaan Awal Beton

Beton pertama-seperti struktur dibangun oleh pedagang Nabataea atau Badui


yang diduduki dan dikuasai serangkaian oasis dan mengembangkan kerajaan kecil di
wilayah selatan Suriah dan Yordania utara di sekitar 6500 SM. Mereka kemudian
menemukan keuntungan dari kapur hidrolik - yaitu, semen yang mengeras di bawah
air - dan 700 SM, mereka membangun kiln untuk memasok mortir untuk
pembangunan rumah-puing dinding, lantai beton, dan waduk tahan air bawah tanah.
Waduk dirahasiakan dan salah satu alasan Nabataea yang mampu tumbuh subur di
padang pasir.

Dalam pembuatan beton, Nabataea yang memahami kebutuhan untuk menjaga


campuran sebagai kering atau kemerosotan serendah mungkin, karena kelebihan air
memperkenalkan void dan kelemahan ke beton. Praktek bangunan mereka termasuk
tamping beton baru ditempatkan dengan alat khusus. Proses tamping menghasilkan
lebih gel, yang merupakan bahan pengikat yang dihasilkan oleh reaksi kimia yang
terjadi selama hidrasi yang ikatan partikel dan agregat bersama.

Seperti Romawi memiliki 500 tahun kemudian, Nabataea memiliki bahan


yang tersedia secara lokal yang dapat digunakan untuk membuat semen mereka
tahan air. Dalam wilayah mereka deposito permukaan utama pasir silika halus.
Tanah merembes melalui silika dapat mengubahnya menjadi bahan pozzolan, yang
merupakan abu vulkanik berpasir. Untuk membuat semen, yang terletak Nabataea
deposito dan meraup materi ini dan dikombinasikan dengan kapur, kemudian
dipanaskan dalam tanur sama mereka digunakan untuk membuat tembikar mereka,
karena suhu sasaran berbaring dalam kisaran yang sama.

Dengan sekitar 5600 SM di sepanjang Sungai Danube di daerah bekas negara


Yugoslavia, rumah yang dibangun menggunakan jenis beton untuk lantai. 

Mesir
Sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan
jerami untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan adobe
dari beton. Namun, mereka juga menggunakan mortir gipsum dan kapur dalam
membangun piramida, meskipun sebagian besar dari kita berpikir mortar dan beton
sebagai dua bahan yang berbeda. Piramida Besar di Giza diperlukan sekitar 500.000
ton mortar, yang digunakan sebagai bahan tempat tidur untuk batu casing yang
membentuk permukaan terlihat dari piramida selesai. Hal ini memungkinkan tukang
batu untuk mengukir dan mengatur casing batu sendi dengan membuka tidak lebih
luas dari 1/50-inch. 

Cina
Tentang hal ini saat yang sama, Cina utara menggunakan bentuk semen di
perahu-bangunan dan dalam membangun Tembok Besar. Spektrometer pengujian
telah mengkonfirmasi bahwa bahan utama dalam mortar yang digunakan dalam
Great Wall dan struktur lain Cina kuno glutenous, ketan. Beberapa struktur ini telah
bertahan dalam ujian waktu dan telah menolak bahkan upaya yang modern di
pembongkaran.

Roma
Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang
dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur, tapi orang-orang Yunani
adalah tempat dekat sebagai produktif dalam membangun dengan beton sebagai
Roma. Pada 200 SM, Roma sedang membangun sangat berhasil menggunakan
beton, tapi itu tidak seperti beton kita gunakan saat ini. Itu bukan plastik, bahan
dituangkan ke dalam bentuk yang mengalir, tetapi lebih seperti puing-puing
disemen. Bangsa Romawi membangun sebagian besar struktur mereka dengan
menumpuk batu berbagai ukuran dan tangan mengisi ruang antara batu dengan
mortar. Di atas tanah, dinding dilapisi dalam dan luar dengan batu bata tanah liat
yang juga menjabat sebagai bentuk untuk beton. Bata memiliki sedikit atau tidak ada

nilai struktural dan penggunaannya terutama kosmetik. Sebelum saat ini, dan di
sebagian besar tempat pada waktu itu (termasuk 95% dari Roma), mortir umum
digunakan adalah semen kapur sederhana yang mengeras perlahan-lahan dari
bereaksi dengan karbon dioksida di udara. Benar hidrasi kimia tidak terjadi. Ini
mortir lemah.

Untuk struktur megah dan lebih berseni bangsa Romawi, serta infrastruktur
berbasis tanah mereka membutuhkan lebih banyak daya tahan, mereka membuat
semen dari pasir vulkanik alami reaktif disebut harena fossicia. Untuk struktur laut
dan mereka yang terkena air tawar, seperti jembatan, dermaga, badai saluran air dan
saluran air, mereka menggunakan pasir vulkanik yang disebut pozzuolana. Kedua
bahan mungkin mewakili penggunaan berskala besar pertama dari bahan pengikat
yang benar-benar cementicious. Pozzuolana dan harena fossicia bereaksi secara
kimia dengan kapur dan air untuk melembabkan dan memantapkan menjadi massa
batuan-seperti yang dapat digunakan di bawah air. Bangsa Romawi juga
menggunakan bahan-bahan untuk membangun struktur yang besar, seperti Roman
Baths, Pantheon, dan Colosseum, dan struktur ini masih berdiri saat ini. Sebagai
admixtures, mereka menggunakan lemak hewani, susu dan darah - bahan yang
mencerminkan metode yang sangat sederhana. Di sisi lain, selain menggunakan
pozzolans alami, orang-orang Romawi belajar untuk memproduksi dua jenis
pozzolans buatan - dikalsinasi kaolinitik tanah liat dan batu vulkanik dikalsinasi -
yang, bersama dengan prestasi spektakuler bangunan bangsa Romawi, adalah bukti
dari tingkat tinggi kecanggihan teknis untuk waktu itu.

The Pantheon

Dibangun oleh Kaisar Roma Hadrian dan selesai pada 125 Masehi, Pantheon
memiliki kubah beton terbesar un-diperkuat pernah dibangun. Kubah adalah 142
meter dengan diameter dan memiliki lubang 27 kaki, yang disebut oculus, pada
puncaknya, yaitu 142 meter di atas lantai. Itu dibangun di tempat, mungkin dengan
memulai di atas dinding luar dan membangun lapisan semakin tipis saat bekerja
menuju pusat.

The Pantheon memiliki eksterior dinding pondasi yang 26 meter dan lebar 15
meter dan terbuat dari semen pozzolana (kapur, pasir vulkanik reaktif dan air) turun
tamped atas lapisan agregat batu padat. Itu kubah masih ada adalah sesuatu
kebetulan. Pembenahan dan gerakan selama hampir 2.000 tahun, bersama dengan
gempa bumi sesekali, telah menciptakan keretakan yang biasanya akan melemah
struktur cukup bahwa, sekarang, seharusnya telah jatuh. Dinding eksterior yang
mendukung kubah berisi tujuh relung merata spasi dengan ruang antara mereka yang
memperpanjang ke luar. Ini relung dan ruang, awalnya dirancang hanya untuk

meminimalkan berat struktur, lebih tipis dari bagian utama dari dinding dan
bertindak sebagai kontrol sendi yang mengontrol lokasi retak. Menekankan
disebabkan oleh pergerakan yang lega dengan retak di relung dan ruang. Ini berarti
bahwa kubah pada dasarnya didukung oleh 16 tebal, pilar beton struktural suara
dibentuk oleh bagian-bagian dari dinding eksterior antara relung dan ruang. Cara
lain untuk menghemat berat adalah penggunaan agregat sangat berat rendah dalam
struktur, dan penggunaan ringan, agregat kurang padat, seperti batu apung, tinggi di
dinding dan kubah. Dinding juga lancip ketebalan untuk mengurangi berat badan
lebih tinggi.

Guilds Romawi

Rahasia lain untuk keberhasilan Romawi adalah penggunaan serikat dagang.


Setiap perdagangan memiliki serikat yang anggotanya bertanggung jawab untuk
melewati pengetahuan mereka tentang bahan, teknik dan alat untuk magang dan
Legions Romawi. Selain pertempuran, legiun dilatih untuk menjadi mandiri,
sehingga mereka juga dilatih dalam metode konstruksi dan rekayasa.

Tonggak Teknologi

Selama Abad Pertengahan, teknologi beton merayap mundur. Setelah jatuhnya


Kekaisaran Romawi pada 476 Masehi, teknik untuk membuat semen pozzolan
hilang sampai penemuan pada tahun 1414 naskah menggambarkan teknik tersebut
kembali minat dalam membangun dengan beton.Ia tidak sampai 1793 bahwa
teknologi mengambil lompatan besar ke depan ketika John Smeaton menemukan
metode yang lebih modern untuk memproduksi kapur hidrolik untuk semen. Dia
menggunakan batu kapur yang mengandung tanah liat yang dipecat sampai menjadi
klinker, yang kemudian digiling menjadi bubuk. Dia menggunakan bahan ini dalam
pembangunan kembali bersejarah mercusuar Eddystone di Cornwall, Inggris.

 Versi Smeaton ini (ketiga) dari Lighthouse Eddystone, selesai pada 1759.Setelah
126 tahun, gagal karena erosi dari batu karang yang berdiri.

 Akhirnya, pada tahun 1824, seorang Inggris bernama Joseph Aspdin


diciptakan semen Portland dengan membakar tanah kapur dan tanah liat halus di kiln
sampai karbon dioksida telah dihapus. Itu bernama "Portland" semen karena
menyerupai batu bangunan berkualitas tinggi yang ditemukan di Portland, Inggris.
Ini secara luas diyakini bahwa Aspdin adalah yang pertama untuk memanaskan
alumina dan silika bahan ke titik vitrifikasi, sehingga fusi. Selama vitrifikasi, bahan
menjadi seperti gelas. Aspdin disempurnakan metodenya dengan hati-hati proporsi
batu kapur dan tanah liat, penghancuran mereka, dan kemudian membakar campuran
ke klinker, yang kemudian digiling menjadi semen jadi.

Komposisi Semen Portland modern 7

Sebelum semen Portland ditemukan, dan untuk beberapa tahun kemudian,


jumlah besar semen alam digunakan, yang diproduksi oleh pembakaran campuran
alami kapur dan tanah liat. Karena bahan semen alami dicampur oleh alam, sifat-
sifatnya bervariasi. Semen Portland modern diproduksi dengan standar rinci.
Beberapa dari banyak senyawa yang ditemukan di dalamnya penting bagi proses
hidrasi dan karakteristik kimia semen. Ini diproduksi dengan memanaskan campuran
batu kapur dan tanah liat untuk kiln suhu antara 1.300 ° F dan 1.500 ° F. Sampai
dengan 30% dari campuran menjadi cair tapi sisanya tetap dalam keadaan padat,
mengalami reaksi kimia yang bisa lambat. Akhirnya, campuran membentuk klinker,
yang kemudian digiling menjadi bubuk. Sebagian kecil dari gipsum ditambahkan
untuk memperlambat laju hidrasi dan menjaga diterapkan lagi beton. Antara 1835
dan 1850, tes sistematis untuk menentukan kuat tekan dan tarik semen pertama kali
dilakukan, bersama dengan pertama analisis kimia yang akurat. Itu tidak sampai
sekitar 1860 bahwa Portland semen komposisi modern yang pertama kali
diproduksi.

Kiln
Pada hari-hari awal produksi semen Portland, kiln yang vertikal dan stasioner.
Pada tahun 1885, seorang insinyur Inggris mengembangkan kiln lebih efisien yang
horisontal, sedikit miring, dan bisa memutar. The rotary kiln memberikan kontrol
suhu yang lebih baik dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dari bahan
pencampuran. Pada tahun 1890, rotary kiln mendominasi pasar. Pada tahun 1909,
Thomas Edison menerima paten untuk kiln panjang pertama. Kiln ini, dipasang di
Semen Portland Edison Bekerja di Desa Baru, New Jersey, adalah 150 meter. Ini
adalah sekitar 70 meter lebih panjang dari kiln yang digunakan pada saat itu. Kiln
industri saat ini mungkin sepanjang 500 meter.

Milestones Bangunan

Meskipun ada pengecualian, selama abad ke-19, beton digunakan terutama


untuk bangunan industri. Itu dianggap sosial tidak dapat diterima sebagai bahan
bangunan untuk alasan estetika. Meluasnya penggunaan pertama semen Portland
dalam pembangunan rumah berada di Inggris dan Perancis antara tahun 1850 dan
1880 oleh Prancis Francois Coignet, yang menambahkan batang baja untuk
mencegah dinding eksterior dari penyebaran, dan kemudian digunakan sebagai
elemen lentur. Rumah pertama yang dibangun menggunakan beton bertulang adalah
sebuah pondok hamba dibangun di Inggris oleh William B. Wilkinson pada tahun
1854. Pada tahun 1875, insinyur mekanik Amerika William Ward menyelesaikan
pertama rumah beton bertulang di AS masih berdiri di Port Chester, New York.
Ward rajin memelihara catatan konstruksi, sehingga banyak yang diketahui tentang
rumah ini. Itu dibangun dari beton karena takut istrinya api, dan agar lebih diterima
secara sosial, yang dirancang untuk menyerupai batu. Ini adalah awal dari apa yang
kini menjadi $ 35000000000 industri yang mempekerjakan lebih dari 2 juta orang di
Amerika Serikat saja.

Pada tahun 1891, George Bartholomew menuangkan jalan beton pertama di


Amerika Serikat, dan masih ada hingga sekarang. Beton yang digunakan untuk jalan
ini diuji di sekitar 8.000 psi, yaitu sekitar dua kali kekuatan beton modern yang
digunakan dalam konstruksi perumahan.Pada tahun 1897, Sears Roebuck menjual
drum 50 galon semen Portland impor untuk $ 3,40 masing-masing. Meskipun pada
tahun 1898 produsen semen menggunakan lebih dari 90 formula yang berbeda, oleh
1900, pengujian dasar - jika tidak manufaktur metode - telah menjadi standar.
Selama akhir abad ke-19, penggunaan beton bertulang baja yang sedang
dikembangkan lebih atau kurang secara bersamaan oleh Jerman, GA Wayss, seorang
Prancis, Francois Hennebique, dan Amerika, Ernest L. Ransome. Ransome mulai
membangun dengan beton bertulang baja pada tahun 1877 dan mematenkan sistem
yang digunakan memutar batang persegi untuk meningkatkan ikatan antara baja dan
beton. Sebagian besar struktur yang dibangun adalah industri.

Hennebique mulai membangun rumah-rumah yang diperkuat baja di Perancis


pada tahun 1870-an. Dia menerima paten di Perancis dan Belgia untuk sistem dan
sangat sukses, akhirnya membangun sebuah kerajaan dengan menjual waralaba di
kota-kota besar. Dia dipromosikan metodenya oleh ceramah di konferensi dan
mengembangkan standar perusahaan sendiri. Seperti yang dilakukan Ransome,
sebagian besar struktur Hennebique dibangun adalah industri. Pada tahun 1879,
Wayss membeli hak sebuah sistem dipatenkan oleh orang Prancis bernama Monier,
yang mulai menggunakan baja untuk memperkuat pot bunga beton dan wadah
tanam. Wayss dipromosikan sistem Wayss-Monier.Pada tahun 1902, Agustus Perret
dirancang dan dibangun sebuah gedung apartemen di Paris menggunakan beton
bertulang baja untuk kolom, balok dan pelat lantai. Bangunan ini tidak memiliki
dinding bantalan, tapi itu memiliki façade yang elegan, yang membantu membuat
beton lebih dapat diterima secara sosial. Bangunan ini secara luas dikagumi dan
beton menjadi lebih banyak digunakan sebagai bahan arsitektur serta bahan
bangunan. Desain sangat berpengaruh dalam desain bangunan beton di tahun-tahun
berikutnya. Pada tahun 1904, pertama beton bangunan bertingkat tinggi dibangun di
Cincinnati, Ohio. Ia berdiri 16 cerita atau 210 meter.

Pada tahun 1911, Jembatan Risorgimento dibangun di Roma. Ini mencakup


328 kaki.Pada tahun 1913, beban pertama siap pakai disampaikan di Baltimore,
Maryland. Empat tahun kemudian, Biro Standar Nasional (sekarang National Bureau
of Standar dan Teknologi) dan American Society for Testing dan Material (ASTM
International sekarang) menetapkan rumusan standar untuk semen Portland.

Pada tahun 1915, Matte Trucco membangun lima lantai Fiat-Lingotti Autoworks di
Turin menggunakan beton bertulang. Bangunan ini memiliki trek tes mobil di atap.
Eugène Freyssinet adalah seorang insinyur Perancis dan pelopor dalam penggunaan
konstruksi beton. Pada tahun 1921, ia membangun dua raksasa hanggar pesawat
parabola melengkung di Bandara Orly di Paris. Pada tahun 1928, ia diberi paten
untuk beton pra-stres. 

Air Entrainment

Pada tahun 1930, pesawat-entraining agen dikembangkan bahwa perlawanan


sangat meningkat beton untuk pembekuan dan meningkatkan workability nya. Air
entrainment merupakan perkembangan penting dalam meningkatkan daya tahan
beton modern. Air entrainment adalah penggunaan agen yang, ketika ditambahkan
ke beton selama pencampuran, menciptakan banyak gelembung udara yang sangat
kecil dan berjarak dekat, dan sebagian besar dari mereka tetap dalam beton
mengeras. Beton mengeras melalui proses kimia yang disebut hidrasi. Untuk hidrasi
berlangsung, beton harus memiliki rasio air-to-semen minimal 25 bagian air sampai
100 bagian semen. Air lebih dari rasio ini adalah air surplus dan membantu membuat
beton lebih dapat diterapkan untuk menempatkan dan menyelesaikan operasi.
Sebagai mengering beton dan mengeras, kelebihan air akan menguap, meninggalkan
permukaan beton berpori. Air dari lingkungan sekitarnya, seperti hujan dan salju
yang meleleh, bisa masuk pori-pori ini. Cuaca dingin dapat mengubah air menjadi es
ini. Seperti yang terjadi, air mengembang, menciptakan retakan kecil dalam beton
yang akan tumbuh lebih besar karena proses ini diulang, akhirnya mengakibatkan
pengelupasan permukaan dan kerusakan disebut spalling. Ketika beton telah ber-
entrained, gelembung kecil bisa remuk sedikit, menyerap beberapa stres yang
diciptakan oleh ekspansi karena air berubah menjadi es. Udara entrained juga
meningkatkan kemampuan kerja karena gelembung bertindak sebagai pelumas
antara agregat dan partikel dalam beton. Udara terperangkap terdiri dari gelembung
yang lebih besar terperangkap dalam beton dan tidak dianggap menguntungkan.

Thin Shell
Keahlian dalam membangun dengan beton bertulang akhirnya memungkinkan
pengembangan cara baru bangunan dengan beton, teknik tipis-shell melibatkan
struktur bangunan, seperti atap, dengan cangkang relatif tipis beton. Kubah,
lengkungan dan kurva senyawa biasanya dibangun dengan metode ini, karena
mereka adalah bentuk alami kuat. Pada tahun 1930, Spanyol insinyur Eduardo
Torroja merancang kubah bertingkat rendah untuk pasar di Algeciras, dengan
ketebalan 3 ½ inci yang membentang 150 meter. Kabel baja yang digunakan untuk
membentuk sebuah cincin ketegangan. Pada waktu yang sama, Italia Pier Luigi
Nervi mulai membangun hanggar untuk Angkatan Udara Italia, terlihat pada foto di
bawah ini.Hanggar yang dilemparkan di tempat, tapi banyak karya Nervi yang
digunakan beton pra-cetak.

Mungkin orang yang paling berhasil ketika datang ke gedung menggunakan


teknik shell beton Felix Candela, seorang matematikawan Spanyol-insinyur-arsitek
yang dipraktekkan sebagian besar di Mexico City. Atap Laboratorium Ray Cosmic
di University of Mexico City dibangun 5/8-inch tebal. Bentuk khasnya adalah
paraboloid hiperbolik. Meskipun bangunan terlihat pada foto di bawah ini tidak
dirancang oleh Candela, itu adalah contoh yang baik dari atap paraboloid hiperbolik.

Beberapa atap paling mencolok di mana saja telah dibangun menggunakan teknologi
thin-shell, seperti yang digambarkan di bawah ini.

Hoover Dam

Pada tahun 1935, Bendungan Hoover selesai setelah menuangkan sekitar


3.250.000 meter beton, dengan tambahan 1.110.000 meter yang digunakan dalam
pembangkit listrik dan struktur bendungan-terkait lainnya. Ingatlah bahwa ini adalah
kurang dari 20 tahun setelah formula standar untuk semen didirikan.
Insinyur untuk Biro Reklamasi menghitung bahwa jika beton ditempatkan dalam
satu, pour monolitik, bendungan akan mengambil 125 tahun untuk mendinginkan,
dan tekanan dari panas yang dihasilkan dan kontraksi yang terjadi sebagai obat beton
akan menyebabkan struktur untuk memecahkan dan runtuh. Solusinya adalah untuk
menuangkan bendungan dalam serangkaian blok yang membentuk kolom, dengan
beberapa blok seluas 50 meter persegi dan 5 meter. Setiap bagian 5-kaki-tinggi
memiliki serangkaian pipa 1 inci dipasang di mana air sungai dan kemudian air
dingin mekanis dipompa untuk membawa pergi panas. Setelah beton berhenti
kontraktor, pipa diisi dengan nat. Sampel inti beton diuji pada tahun 1995
menunjukkan bahwa beton terus mendapatkan kekuatan dan memiliki kuat tekan
yang lebih tinggi dari rata-rata.

Grand Coulee Dam

The Grand Coulee Dam di Washington, selesai pada tahun 1942, adalah
struktur beton terbesar yang pernah dibangun. Ini berisi 12 juta meter beton.
Penggalian diperlukan penghapusan lebih dari 22 juta meter kubik tanah dan batu.
Untuk mengurangi jumlah truk, ban berjalan 2 mil panjang dibangun. Pada lokasi
yayasan, nat dipompa ke dalam lubang dibor 660-880 meter (dalam granit) untuk
mengisi setiap celah yang mungkin melemahkan tanah di bawah bendungan. Untuk
menghindari penggalian runtuh dari berat overburden, pipa 3-inch dimasukkan ke
bumi melalui mana cairan dingin dari tanaman pendingin dipompa. Ini membeku
bumi, menstabilkan cukup bahwa konstruksi bisa berlanjut.

11
Beton untuk Grand Coulee Dam ditempatkan menggunakan metode yang
sama digunakan untuk Hoover Dam. Setelah ditempatkan di kolom, air sungai yang
dingin dipompa melalui pipa tertanam dalam beton menyembuhkan, mengurangi
suhu dalam bentuk dari 105 ° F (41 ° C) sampai 45 ° F (7 ° C). Hal ini menyebabkan
bendungan untuk kontrak sekitar 8 inci panjang, dan kesenjangan yang dihasilkan
diisi dengan nat.

Konstruksi High-Rise

Dalam tahun-tahun setelah pembangunan Gedung Ingalls pada tahun 1904,


sebagian besar bangunan bertingkat tinggi yang terbuat dari baja. Konstruksi pada
tahun 1962 dari Bertrand Goldberg 60 lantai Twin Towers di Chicago memicu minat
baru dalam menggunakan beton bertulang untuk gedung-gedung bertingkat.Struktur
tertinggi di dunia (per 2011) dibangun dengan menggunakan beton bertulang. The
Burj Khalifa di Dubai di Uni Emirat Arab (UEA) berdiri 2.717 meter.

Berikut adalah beberapa fakta:

Ini adalah struktur mixed-use, dengan sebuah hotel, kantor dan ruang ritel,
restoran, klub malam, kolam renang, dan 900 tempat tinggal.Konstruksi yang
digunakan 431.600 meter kubik beton dan 61.000 ton rebar.Bangunan itu memiliki
berat kosong sekitar 500.000 ton, yang adalah tentang apa mortir ditimbang yang
masuk ke pembangunan Piramida Besar di Giza.Burj Khalifa dapat menampung
35.000 orang sekaligus.Untuk menutupi 160 cerita, beberapa 57 elevator perjalanan
40 mph.Panas, iklim lembab Dubai, dikombinasikan dengan pendingin udara yang
diperlukan untuk menangani suhu luar yang mencapai lebih dari 120 ° F,
menghasilkan begitu banyak kondensasi bahwa itu dikumpulkan dalam tangki
penampungan di bawah tanah dan digunakan untuk irigasi lanskap.
Piramida Besar di Giza memegang rekor sebagai buatan manusia tertinggi struktur
dunia selama sekitar 4.000 tahun. Sebuah bangunan 568 meter lebih tinggi dari Burj
Khalifa yang dijadwalkan selesai pada 2016 di Kuwait.

12
C.BAHAN PEMBUAT BETON

Semen
m
e
n

Air
i
Pasta
r

Pasir
Mortal

Split
Keri
/ kil Beton

Bahan-Bahan Penyusun Beton :

1) Semen

  Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air
atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :

a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.

b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.

c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai.
13
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
  Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.

  Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland
biasa (ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan
umum. jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi
kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan.

 Segi kebutuhan khusus

  Sesuai kebutuhan penggunaannya, ada jenis semen yang memiliki tujuan


penggunaan khusus seperti berikut :

1) Semen portland yang cepat mengeras (rapid hardening portland cement),semen


jenis ini umumnya memiliki kadar C3S (tricalsium silika) atau C3A yang tinggi
dalam standar semen ASTM, semen jenis ini termasuk semen Portland type III.

2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud
sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan sebagainya,
dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type II A
dan type V.

3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-
60 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang
bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly
ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau
panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen
portland terak dapur tinggi.

4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar
C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat
pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan
dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah
gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton
14
naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan
bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah
untuk aduk pasangan.

6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini
dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua
pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa.
Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal
oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu
sampai empat kali smen portland biasa.

 Segi Penggunaan

  Ditinjau dari penggunaanya, menurut ASTM (American Society for Testing


and Material) semen portland dapat dibedakan menjadi 5 :

1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis
semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan
sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan
sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-
90% dari produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih
rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-
saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-
bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak tinggi.

3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-
cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga
dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan
beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas serta
pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).

4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement)
jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi
serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak),
maka pada semen jenis ini senyawa C3S 15 dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis
ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.

5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-
banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi.
Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
(bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi
BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :

1) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
2
)

proses pencampuran (homogenizing raw


16 meal) untuk mendapatkan campuran
yang homogen.
3) proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
4) proses pendinginan terak.
5) proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.

Dari proses pembuatan semen di atas akan terjadi penguapan karena


pembakaran dengan suhu mencapai 900 derajat Celcius sehingga menghasilkan :
residu (sisa) yang tak larut, sulfur trioksida, silika yang larut, besi dan alumunium
oksida, oksida besi, kalsium, magnesium, alkali, fosfor, dan kapur bebas.

2. Agregat
  Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar.
  Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
  Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;

 Ditinjau dari asalnya :


 Agregat alam
Pada umumnya agregat alam menggunakan bahan baku alam atau hasil
penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku.
Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih
perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras
kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca),
serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya.

Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok :

1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terba-

wa arus air atau angin, dan mengendap 17 di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan
kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat
aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak
homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus.
Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton
yang dibuat agregat tersebut.

2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak
karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk
mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan
agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton
dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah
biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah
lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan
untuk agregat beton yaitu:

a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium
karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk
pembuatan beton.

b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah
keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt
merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus
karena pendinginan yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai
struktur butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit
bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan
menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan
menyusut sesuai dengan kelembaban.

c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi
butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas,
seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya
menjadi lunak, gampang pecah dan daya serapnya tinggi.

d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan
daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-
partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.

e) Batuan metamorforsa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites


biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat.

3. agregat batu apung


Merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan
batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan
volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik.

 Agregat buatan 18
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan
khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh
agregat buatan:

1) klinker dan breeze


pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna,
massanya mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun
breeze merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya,
sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan
yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak
bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan
kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga
dimana ketel uap dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak
dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan
tembok interior lainnya.

2) agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang


tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan
unytuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-
sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C.

3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang
yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah
tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak
sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan
menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat
perhatian.

4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur
berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale
dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan
akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang
mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.

5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-
senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan
pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini
butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa
lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini
dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan
butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.

19
 Ditinjau dari berat jenisnya
Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam :

1. Agregat Ringan
  Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan
untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah
memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih
kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh
agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.

2. Agregat Normal
  Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 - 2,7.
Agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai
40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal.

3. Agregat Berat
  Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.

 Ditinjau dari Bentuknya


  Ditinjau dari bentuknya, agregat dapat dibedakan atas agregat bulat, bersudut,
pipih, dan memanjang,sebagai berikut :

 Bulat
 Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai
rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen
untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk
beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar 35-
38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak
untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).

 Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil
pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu
antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat
yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis
perkerasan jalan.

 Pipih
  Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar
dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.
 Memanjang (Lonjong)
20
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang
terpanjang dan terlebar lebih dari 3.

 Ditinjau dari tekstur permukaan

1) Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam,


obsidian.
2) Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan,
permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt,
felsite, batu kapur, dan sebagainya.
3) Agregat denga permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiran-
butirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya.
4) Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan
adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite.
5) Agregat berpori dan berongga.

3. Air dan Bahan Campuran

  Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air
yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang
digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan
terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau
tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen
dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut
hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena
mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
  Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat
beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok:
yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada
pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama
disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran.Ada beberapa macam
bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan
penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu
zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai
untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum
udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk
pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat
ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat
tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.

D. PROSES PEMBUATAN BETON


Tahap – tahap pembuatan beton sebagai berikut :

1) Penangkaran (Penimbangan)
Bahan-Bahan Penangkaran (penimbangan) bahan-bahan adalah pengambilan
bahan-bahan untuk beton menurut takaran yang ditentukan. Takaran bahan dapat
ditentukan menurut perbandingan berat atau perbandingan volume. Baik
penangkaran dengan ukuran berat maupun dengan volume, penangkaran harus
dilakukan dengan cermat. Takaran yang tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas
beton yang dihasilkan mungkin kurang memenuhi syarat mutu. Terutama takaran
yang berkaitan dengan banyaknya air pengadukan atau banyaknya semen, sebab jika
faktor air semen tidak tepat maka akan sangat mempengaruhi kualitas betonnya.
Makin besar harga faktor air semen pada komposisi bahan yang sama, akan makin
kecil kekuatan beton yang dihasilkan.

2) Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar
beton, yaitu semen, pasir, krikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan.
Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar homogen,
warnanya tampak rata, kelecekan cukup (tidak terlalu cair dan tidak terlalu kental),
tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Aduk beton yang kurang homogen
akan dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya. Pengadukan dapat
dilakukan dengan tangan atau dengan mesin (molen),yaitu :

a. Pengadukan dengan Tangan Pengadukan dengan menggunakan tangan biasanya


dilakukan apabila jumlah beton yang dibuat tidak banyak. Cara ini juga dilakukan
jika di tempat pekerjaan tidak ada mesin pengaduk atau tidak diinginkan adanya
suara mesin yang dirasa mengganggu.

b. Pengadukan dengan Mesin Untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang


menggunakan beton dalam jumlah banyak, pengadukan dengan menggunakan
tanmgan akan dapat menghasilkan kualitas beton kurang baik, karena tangan
manusia jika sudah capai akan dapat menghasilkan aduk yang kurang homogen.
Dalam hal ini pengadukan dengan mesin akan lebih memuaskan, karena dapat
menghasilkan aduk beton yang lebih baik (homogen), dan dapat dilakukan dengan
ukuran yang lebih tepat serta dengan faktor air semen sedikit lebih kecil dari pada
diaduk dengan tangan. Kecuali itu, pengadukan dengan mesin akan menghasilkan
beton yang hampir seragam.

Mesin pengaduk atau pencampur beton ada beberapa jenis. Secara umum dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran yang berputar, dan mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran tetap yang dilengkapi dengan
22 pengaduk untuk mencampur bahan.

Mesin pengaduk ada yang memiliki sejenis silinder putar yang dapat dimiringkan
atau tidak dapat. Pencampur yang terus-menerus ada dua jenis, yaitu pencampur
yang prosesnya dikerjakan oleh sejenis silinder putar, dan pencampuran yang
prosesnya dilakukan oleh semacam garpu yang berputar pada suatu tempat yang
tepat.

3) Pengankutan Beton
Pengangkutan aduk beton dari tempat mencampur ke tempat pencetakan dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang biasa dipakai
untuk pengangkutan beton antara lain:
1. Gerobak beroda satu.
2. Kereta dorong.
3. Truk ringan.
4. Kotak pembawa (tempat) beton dengan bukaan dibawah.
5. Gerobak (lorries).
6. Chutes (saluran curam untuk mencurahkan adukan beton).
7. Ban berjalan.
8. Pompa adukan beton, dan sebagainya.
Dengan cara apa pun dan dengan menggunakan alat pengangkut apa pun,
pengangkutan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Pengangkutan harus sedemikian cepat, sehingga sampai di tempat pengecoran


beton tidak kering atau kehilangan sifat workability dan plastisitasnya.

b. Adanya segregasi harus dikurangi seminimal mungkin, agar terhindar dari


terjadinya beton tak seragam. Demikian juga kehilangan pasta semen akibat adanya
kebocoran (adukan tumpah) harus dihindarkan.

c. Pengangkuatan aduk harus diorganisir sedemikian, hingga selama pencetakan


pada bagian tertentu, tidak terjadi keterlambatan pada bidang cor, sambungan
dingin, atau sambungan konstruksi.
Pada PBI 1971 dicantumkan syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
pelaksanaan pengangkutan aduk beton :

a. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran harus


dilakukan dengan cara-cara sedemikian sehingga dapat dicegah terjadinya pemisah
butir dan kehilangan bahan-bahan.

b. Cara pengangkutan aduk beton harus23lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan


waktu pengikatan yang mencolok antara beton yang sudah dicor dan beton yang
akan dicor. Pemindahan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat
pengecoran dengan menggunakan talang-talang miring, hanya dapat dilakukan
setelah disetujui oleh pengawas ahli. Dalam hal ini pengawas ahli
mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang miring ini, setelah mempelajari
usul dari pelaksanamengenai konstruksi, kemiringan, dan panjang talang itu.

c. Adukan beton pada umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai
dua jam, tetapi adukan beton harus digerakkan kontinu secara mekanis. Jika
diperlukan jangka waktu yang lebih lama lagi, harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan.

4) Pengecoran atau Penuangan Aduk Beton


Agar mendapatkan beton yang baik, usahakan selama pengecoran tidak terjadi
segregasi pada betonnya, sebab pengecoran yang baik akan menghasilkan beton
yang berkualitas baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengecoran beton agar
mendapatkan beton yang berkualitas baik adalah sebagai berikut:
a. Adukan beton harus dituang secara terus-menerus (tidak terputus), supaya
diperoleh kualitas beton yang seragam dan tidak terjadi garis batas.

b. Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus dioles minyak
atau oli agar beton setelah kering tidak melekat pada cetakannya.

c. Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan maupun
tulang tidak berubah.

d. Adukan beton jangan dijatuhkan dari ketinggian lebih dari satu meter, agar tidak
terjadi adanya pemisahan bahan-bahan atau butir.

e. Untuk dinding atau kolom-kolom yang tinggi, buatlah lubang-lubang samping


untuk pengisian beton tiap 11/2 m tingginya.

f. Kelecekan beton harus makin keatas makin kental. Misalnya pada 11/2 m
pertama (paling bawah), slump 120 mm, maka 11/1 m kedua kurangi tinggi slum
misalnya menjadi 100 mm, dan seterusnya setiap 11/2 m slump dikurangi 20 atau
25 mm.
g. Pengecoran pada tempat yang miring, sebaiknya dilakukan dari bagian yang
rendah, sebab jika dilakukan dari tempat yang tinggi akan menyebabkan terjadinya
segregasi.

h. Pengecoran dengan menggunakan corong, dilakukan dengan mendekatkan


corong tersebut ke permukaan yang dicor sedekat mungkin.

i. Pada pengecoran dinding atau kolom,24 usahakan agar jatuhnya adukan beton
selalu di tengah, jangan sampai menyentuh cetakan atau terkena tulangan.

j. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada waktu turun hujan.

k. Pada beton massa, sebaikanya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan
tidak lebih dari 45 cm, dan pad beton tertulang 30 cm.

l. Harus dijaga agar beton yag masih segar jangan diinjak.

m. Untuk menjegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang-sarang krikil,


adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran.

5. Pemadatan Beton
Pada pemadatan beton, kita berusaha untuk mendapatkan beton yang betul-
betul padat, tanpa sarang krikil, tetap homogen dan semua ruangan terisi. Dengan
kata lain hubungan antara beton dengan tulangan atau benda dapat dilakuakn dengan
tangan atau dengan penggetar. Jika dipakai beton tumbuk, alat penumbuknya harus
dibuat sedemikian beratnya sehingga dapat menghasilkan pemadatan yang baik.
Pemadatan beton biasa dapat dilakukan dengan tangan,asal dapat mencapai
kepadatan yang baik. Pemadatan secara manual dilakukan dengan alat berupa
tongkat baja atau tongkat kayu.

Adukan beton yang baru saja dituang ke dalam cetakan harus segera
dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat baja atau kayu. Sebaiknya
tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Penusukan dengan tongkat itu
dilakukan beberapa waktu sampai tampak suatu lapisan mortar diatas permukaan
beton yang dipadatkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan kurang baiknya
mutu beton karena berongga (keropos). Jangan menambahkan air pada adukan beton
untuk memudahkan pemadatan. Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan
menggunakan alat getar (vibrator). Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton
segar yang baru saja dituang, sehingga aduk beton mengalir dan menjadi padat.
Penggetaran yang terlalu lama harus dicegah untuk menghindari mengumpulnya
krikil di bagian bawah dan hanya mortar di bagian atas beton.

Alat getar yang biasa dipakai ada dua macam :


1. Alat getar intern (internal vibrator) ialah alat getar yang berupa "seperti
tongkat". Alat ini digetarkan dengan mesin dan dimasukkan kedalam beton segar
yang baru saja dituang.

2. Alat getar cetakan (form vibratir; external vibrator), ialah alat getar yang
ditempelkan di bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar, sehingga membuat
beton segar ikut bergetar pula hingga menjadi padat.
25
6. Perawatan Beton (Curing)
Perawatan beton adalah suatu langkah atau tindakan untuk memberikan
kesempatan pada semen atau beton mengembangkan kekuatannya secara wajar dan
sempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu perkerjaan beton perlu dijaga
agar permukaan beton segar selalu lembap, sejak adukan beton dipadatkan sampai
beton dianggap cukup keras. Kelembapan beton itu harus dijaga agar proses hidrasi
semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini
tidak dilakuakan, akan terjadi beton yang kurang kuat, dan juga timbul retak-retak.
Selain itu, kelembapan permukaan beton tadi juga dapat menambah beton menjadi
lebih tahan terhadap pengaruh cuaca dan lebih kedap air.

Perancangan Campuran Beton Pada konstruksi beton mutu tinggi, dituntut


untuk dapat merancangkan komposisi campuran beton yang tepat. Pembuatan beton
dengan menggunakan perbandingan volume yang biasa dipakai 1 semen : 2 pasir : 3
krikil untuk beton biasa, dan campuran 1 semen : 11/2 pasir : 21/2 krikil untuk beton
kedap air rupanya sudah kurang memuaskan lagi, karena dapat meghasilkan kuat
desak beton yang sangat beragam (bervariasi).

Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan campuran seperti itu
hanya boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari 10 Mpa, dan dengan
slump yang tidak lebih dari 100 mm. Perencanaan adukan beton (cincrete mix
design) dimaksudkan untuk mendapatkan beton yag sebaik-baiknya, yang tinggi
sesuai perncanaan :

1. Kuat desak yang tinggi sesuai perencanaan


2. Mudah dikerjakan
3. Tahan lama (Durability)
4. Murah, dan
5. Tahan aus.
Ada beberapa cara dalam mengerjakan rancangan campuran beton, antara lain
rancangan menurut cara Inggris (British Standard) dan rancangan menurut cara
Amerika (American Concrete Institute/ACI). Bahan Tambahan Untuk Beton Bahan
tambah untuk beton (concrete edmixture) adalah bahan atau zat kimia yang
ditambahkan di dalam adukan beton pada tahap mula-mula sewaktu beton masih
segar. Tujuan penggunaan bahan tambah untuk beton (admixture) secara umum
adalah untuk memperoleh sifat-sifat beton yang diinginkan, sesuai dengan tujuan
atau keperluannya. Sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki antara lain:

1. Memperbaiki kelecekan beton segar.


2. Mengatur faktor air semen pada beton segar.
3. Mengurangi penggunaan semen.
26
4. Mencegah terjadinya segregasi dan bleending.
5. Mengatur waktu pengikatan aduk beton.
6. Meningkatkan kuat desak beton keras.
7. Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras.
8. Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras (lebih tahan lama),sifat
tahan lama ini dapat berhubungan dengan tahan terhadap pengaruh zat
kimia, tahan terhadap gesekan, dan sebagainya.

Penggolongan Jika ditinjau dari fungsinya ASTM membagi bahan tambahan


untuk beton menjadi 7 jenis :

1. Tipe A : Water Reducing Admixture Bahan tambahan yang berfungsi untuk


mengurangi penggunaan air pengadukan untuk menghasilkan beton dengan
konsistensi tertentu. Dengan pemakaian bahan tambahan ini faktor air semen
menjadi rendah pada tingkat kelecekan (Workability) yang sama. Dengan demikian
kekuatan beton dapat meningkat

2. Tipe B : Retarding Admixture Bahan tambahan yang dapat memperlambat proses


pengerasan aduk beton.

3. Tipe C : Accelerating Admixture Jenis bahan tambah yang dapat mempercepat


proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.

4. Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture Jenis bahan tambahan yang
berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi penggunaan air tetapi tetap memperoleh
adukan beton dengan konsistensi tertentu, dan memperlambat proses pengikatan dan
pengerasan adukan beton.

5. Tipe E : Water Reducing an Accelerating Admixture Jenis bahan tambahan yang


berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi pengguaan air dalam adukan dan
mempercepat proses pengikatan dan pengerasaan adukan beton.
6. Tipe F : Water Reducing, High Range Admixture Bahan tambah jenis ini yaitu
bahan tambah yang dipergunakan untuk menghasilkan adukan beton dengan
konsistensi tertentu sebanyak 12% atau lebih.

7. Tipe G : Water Reducing Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi


penggunaan air pencampuran adukan beton yag diperlukan, untuk menghasilkan
adukan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak 12% atau lebih, dan juga untuk
menghambat pengikatan beton.

Jika ditinjau dari kondisi bahan tambah


27 setelah dicampur dengan air, dapat
dibedakan menjadi dua :

1. Bahan Tambah yang Tidak Larut Jenis admixture ini dapat berupa tepung atau
suspensi dalam cairan. Umumnya ada dua jenis.

 Untuk memperbaiki kelecekan adukan beton


Beton yang kurang bagian butir halus dalam agregat, menjadi tidak kohesif,
dan sudah bleeding. Untuk memperbaiki keadaan ini dapat ditambahkan tepung
benda padat yang halus sekali, misalnya tepung tras, kapur atau gilingan batu kapur.
Pada penambahan ini sering kali dibutuhkan air lebih banyak dari yang seharusnya.
Penambahan tersebut biasanya dilakukan pada:
a. Beton kurus dimana semennya kasae.
b. Beton dengan kadar semen yang biasa, tetapi perlu dipompa dengan jarak yang
cukup jauh.
 Pigmen (bahan pewarna semen)
Yang penting diperhatikan pada pemakaian pigmen, adalah harus dipilih zat
yang tidak akan memperngaruhi pengerasan semen. Zat pigmen harus lebih halus
dari semennya, dan penambahannya hanya dalam persentase yang kecil sekali.
Pigmen untuk semen, yang baik adalah senyawa anorganik. Senyawa anorganik
tidak tahan terhadap kapur dan sinar ultra violet, dan akanmerubah warnanya.
Beberapa contoh pigmen, antara lain:
a. Oksida besi (kuning, merah, cokelat, hitam)
b. Oksida mangan (cokelat, violet, hitam)
c. Oksida chrom (hijau)
d. Oksida cobalt (biru)
e. Oksida titan (putih)
2. Bahan Tambah yang Larut Bahan ini memiliki fungsi yang beragam,yaitu :

 Pembentukan gelembung udara (Air Entraining Agent/AEA)


Terdapat jenis detergen dan bukan detergen seperti yang dijelaskan berikut.
Jenis detergen Pembentukan gelembung udara sering disebut AEA, umumnya adalah
jenis detergen, yaitu zat aktif terhadap permukaan. Zat itu umumnya adalah zak
organik yang dibuat sabun, sehingga jika diaduk dengan air akan menjadi busa, dan
busa ini akan tersebar didalam aduk dan aduk beton. Besarnya butir gelembung dari
diameter beberapa mikron hingga 1 mm - 2 mm.

Adanya gelembung-gelembung ini, yang berada di antara butir semen dan


atau agregat, akan berfungsi sebagai bola pelincir, sehingga adukan mudah sekali
diaduk. Setelah beton mengeras, gelembung-gelembung yang tersebar itu akan
membuat beton menjadi lebih kecil sifat susutnya, serta dapat memperbaiki
28
kerapatan air, sebab gelembung-gelembung atu dengan yang lainnya saling tersekat
dan memutuskan kapiler pada betonnya.

Bahan untuk membuat AEA jenis ini pada umumnya dari senyawa organik.
AEA yang terbuat dari damar vinsol (yang berasal dari kayu pinus), juga sangat
efektif. Dia adalah senyawa aromatis asam abiet (abietic acid), yang biasanya juga
disebut soda api. Jenis bukan detergen Jenis ini misalnya bubuk almunium yang
halus (100 mikron) dengan air, di dalam beton akan bereaksi membuat gelembung
udara gas hidrogen.

Untuk mendapatkan gelembung yang terbagi rata, bubuk almunium harus


terdispersi rata, dan gelembungnya stabil, perlu dicampur dengan stabilisator,
misalnya natrium stearat atau Na-bensoat.

 Pempercepat Pengerasan
Bahan jenis ini yang banyak dipakai adalah garam CaCl2 bahan yang tidak
mengandung klorida misalnya kalsium format, natrium nitrit, dan aluminat, juga
triethnol amine.
Zat tanpa klorida lebih sedikit dipakai daripada CaCl2 :

1. Jenis akselerator biasanya ada dua kelompok.

2. Yang dihasilkan "pengikatan cepat"

3. Kelompok ini biasanya berupa benda-benda yang mempengaruhi reaksi antara


C3A dan gips.

 Bahan Untuk Pengurangan Air dan Membuat aduk lebih cair (Water Reducing
and Fludifying agent):WRA
Bahan ini adalah jenis plastimen (pembuat kelecekan) yang juga mampu
mengurangi penggunaan air. Dalam beberapa hal, bahan ini memiliki kesamaan
dengan AEA, yang aktif terhadap permukaan (surface active).
Zat WRA ini mengakibatkan butir-butir semen (yang sementara belum mengeras)
dan butir-butir agregat terdispersi merata sehingga zat ini juga berfungsi sebagai
pelumas atau pelicin antara butir-butir sehingga aduk beton mudah diaduk.

 Zat-Zat Penghambat Pengerasan


Zat jenis ini pada umumnya terbuat dari campuran-campuran zat admixture
padat dan admixture cair, atau admixture padat saja.
Penambahan zat tepung mineral halus kadang-kadang membuat beton lenih rapat air,
asal zat tadi tidak mengganggunya. Misalnya penambahan pusolan halus pada aduk
beton akan membuat beton rapat air, karena pusolan mengikat kapur dan dapat
menutup pori-poriyang ada.

Pengaruh Admixture Padat pada Kejuatan Semen Butiran admixture yang


halus akan lebih dapat menambah air, 29
sehingga beton tidak bleeding, dan
kelecekannya lebih baik. Tetapi karena butiran halus tadi memiliki permukaan yang
luas, maka akan membutuhkan air lebih banyak untuk melumaskannya, sehingga
keperluaan air dalam beton lebih banyak, sehingga kekuatan beton turun.

Butiran ini juga dapat mengganggu pengerasan semen, karena mereka


menyekat butiran-butiran semen yang akn mengeras bersatu, akibatnya ikatannya
berkurang kuat, rapuh, banyak pori, tidak rapat air, serta mudah susut. Oleh karena
itu, sebelum menggunakan admixture jenis tersebut, perlu pembuktian terlebih
dahulu, bahwa zat itu tidak merugikan beton.

Pedoman Memilih Admixture

Admixture untuk beton adalah sekedar zat penolong untuk menambah supaya
sifat beton itu lebih baik. Tetapi admixture sendiri bukan zat yang membuat beton
buruk menjadi baik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka jika kita akan memakai admixture,
bahan tersebut harus betul-betul memberikan keuntungan pada kita atau adukan
betonnya, bukan sebaliknya. Pertimbangan-pertimbangan dalam pemakaian
admixture adalah sebagai berikut:
1. Jangan memakai admixture jika tidak tahu tujuannya yang pasti.
2. Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik.
3. Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton.
4. Pengawasan terhadap bahan ini amat penting, juga pengawasan atas
pengaruhnya pada adukan beton.
E. JENIS – JENIS BETON 30

Adapun macam jenis – jenis beton,antara lain :

1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa, perbedaannya ialah pada
beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar - besar. Beton ini digunakan
pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya. Ukuran agregat
kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini
sebaiknya tidak lebih dari 20 persen dari agregat seluruhnya.

2. Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga
ragam mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton
mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai
ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan aktilitas yang baik.
31
3. Beton
Ringan
Beton
jenis ini
sama
dengan
beton biasa
perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat
pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk
gelembung udara waktu pengadukan beton berlangsung. Beton semacam ini
mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.

4. Beton non pasir


Beton jenis ini dibuat tanpa pasir , jadi hanya air,semen, dan kerikil saja.
Karena tanpa pasir maka rongga rongga kerikil tidak terisi. Sehingga beton berongga
dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa. Selain itu,karena tanpa pasir
maka tidak dibutuhkan pasta - pasta untuk menyelimuti butir - butir pasir sehingga
kebutuhan semen relative lebih sedikit.

32
5. Beton bertulang / Ferrosemen
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya
tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk
membantu beton. Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut
beton bertulang.

6. Beton
prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya
baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . Batang baja ini tetap
mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras. Bagian balok beton ini
walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.

33
7. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat,namun dapat pula dicetak di tempat
lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik. Selain
itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas. Sehingga sulit menyediakan
tempat percetakan perawatan betonnya.
8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan
permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar,
bendungan. Harus diperhatikan perbedaan temperatur.

34
9. Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat.
Serat berupa batang 25 s/d 500 mm,panjang 25 s/d100 mm. Serat asbatos,tumbuh –
tumbuhan,serat plastik, kawat baja. Hal ini dilakukan agar beton tidak mudah retak
dan
partikel-partikel beton bisa saling terikat satu sama lain. Hasilnya kekuatan
beton serat memiliki daya tahan yang bagus.

10. Beton hampa


Seperti yang telah diketahui bahwa kira - kira separuh air yang dicampurkan
saja yang bereaksi dengan semen,adapun separuh sisanya digunakan untuk
mengencerkan adukan. Beton jenis ini diaduk dan dituang serta dipadatkan
sebagaimana beton biasa,namun setelah beton tercetak padat kemudian air sisa reaksi
disedot dengan cara khusus,seperti cara vakum. Dengan demikian air yang tertinggal
hanya air yang digunakan untuk reaksi dengan semen,sehingga beton yang diperoleh
sangat kuat.

11. Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete)


Beton mutu tinggi merupakan beton yang memiliki kekuatan yang relatif
cukup besar yaitu kuat tekan minimal > 41,4 Mpa .Beton mutu tinggi biasanya
digunakan untuk elemen struktur yang memikul beban yang besar misalnya girder
jembatan, pier, poer, spun pile pondasi, sheet pile, elemen struktur bangunan tingkat
tinggi dll.
Beton mutu tinggi umumnya selain memiliki kuat tekan yang tinggi juga
memiliki kelemahan yaitu meningkatnya tingkat getasnya (Brittle), oleh karena itu
bisanya beton mutu tinggi dimodifikasi dengan material serat/batang fiber untuk
meningkatkan tingkat daktalitasnya. Beton mutu tinggi dalam proses pembuatannya
(Mix Design) selalu menjaga kadar air –semen (Water/Cement Ratio) yaitu berkisar
0,2 - 0,3 agar tingkat porositas dalam 35
beton dapat berkurang, tetapi tidak
menghilangkan sifat workability saat proses pelaksanaannya yaitu dengan
penambahan bahan superplastisizer.
Teknologi beton mutu tinggi terus diteliti dan dikembangkan, sebagai contoh
perubahan beton mutu tinggi menjadi beton berkinerja tinggi (Ultra High
Performance Concrete -UHPC).

12. Beton Berat (Heavy Weight Concrete)

Beton berat merupakan beton yang memiliki berat isi berkisar > 3200 kg/m3.
Beton berat pada dasarnya memiliki tingkat kerapatan dan bobot massa yang padat
dan berat, beton berat banyak diaplikasikan pada konstruksi khusus misalnya
dinding nuklir, tanur, silo, fasilitas pengujian, penelitian atom dan fasilitas kesehatan
dll yang membutuhkan struktur dengan tingkat kerapatan dan massa yang cukup
kompak sehingga sulit untuk ditembus oleh paparan gas / radiasi. Beton berat pada
umumnya dibuat dengan menggunakan material agregat yang berat seperti biji
besi/logam atau material lain yang berat. 

13. Beton Polimer


Beton polimer merupakan bahan benton yang diimpregnasi dengan polimer
sehingga menghasilkan suatu bahan yang sifatnya lebih baik dari betonnya sendiri.
Arti Polimer sendiri adalah bahan dengan berat molekul yang besar itu disebut
polimer, mempunyai struktur dan sifat-sifat yang rumit disebabkan oleh jumlah atom
pembentuk yang jauh lebih besar. Sejumlah bahan polimer umumnya tidak larut pada
zat pelarut dan kalaupun bisa larut, viskositasnya sangat tinggi. Umumnya berikatan
kovalen, bahan polimer yang mencair dengan sangat kental dan tidak menguap.
Bahan yang tidak bisa berfungsi itu terurai karena panas menjadi karbon, pada tahap
akhir tanpa penguapan.

36 F. SIFAT – SIFAT BETON


Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka
pengetahuan tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah
mengeras perlu diketahui. Sifat – sifat beton secara umum antara lain :

1.Kuat Tekan Beton Dan Kuat hancur Beton


Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton
meningkat sejalan dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton
mencapai kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan membuat benda
uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji kubus dan
silinder relatif berbeda.
Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada
umur 14 hari, kekuatannya mencapai 85 – 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.
Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-1974-
1990). Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik
monotorik dengan menggunakan Compressive Test.
Kuat tekan beton ditentukan dengan melakukan uji kegagalan terhadap
silinder-silinder beton 6 in x 12 in yang berumur 28 hari pada tingkat pembebanan
tertentu.Selama periode 28 hari  ini silinder beton biasanya ditempatkan di dalam air
atau didalam sebuah ruangan dengan temperatur tetap dan kelembaban 100%.
Meskipun ada beton yang memiliki kuat maksimum 28 hari dari 2500 psi hingga
10.000-20.000 psi , kebanyakan beton memiliki kekuatan pada kisaran 3000 hingga
7000 psi. Kuat hancur dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh
perbandingan air-semen dan tingkat pemadatannya. Faktor-faktor penting lainnya
yaitu:
1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata-rata dan kuat batas
beton.
2. Jenis dan lekak-lekuk bidang permukaan agregat. Kenyataan menunjukan
bahwa penggunaan agregat akan menghasilkan beton, dengan kuat desak
maupun tarik yang lebih besar dari penggunaan krikil halus dari sungai.
Nilai-nilai kuat beton seperti yang diperoleh dari hasil pengujian sangat
dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk dari elemen uji dan cara
pembebanannya.Dibanyak negara , spesimen uji yang digunakan adalah kubus bersisi
200 mm (7,87 in).Untuk beton-beton uji yang sama , pengujian terhadap silinder-
silinder 6 in x 12 in menghasilkan kuat tekan yang besarnya hanya 80 % dari nilai
yang diperoleh dari pengujian beton uji kubus.

2. Modulus Elastisitas Statis


Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti.Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan dan karakteristik
perbandingan semen dan agregat. Penting sebab sifat bahan beton yang sebenarnya
adalah non linear atau elasto – plastik. dimana akibat dari suatu pembebanan tetap
37
bahkan yang sangat kecil sekalipun.
3. Modulus Elastisitas Dinamis
Modulus Elastisitas dinamis yang berkoresponden dengan regangan-regangan
sesaat yang sangat kecil biasanya diperoleh dari uji sonik.Nilainya biasanya lebih
besar 20%-40% dari pada nilai modulus elastisitas statis dan kira-kira sama dengan
modulus nilai awal.Modulus elastisitas dinamis ini biasanya dipakai pada analisis
struktur dengan beban gempa atau tumbukan.

4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah silinder beton menerima beban tekan , silinder tersebut tidak
hanya berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral.Perbandingan ekspansi lateral dengan perpendekan disebut perbandingan
Poisson (Poisson's Ratio).

5. Susut (Shrinkage)
Setelah beton mengering kelebihan campuran air (yang menjadi bahan
pembentuk pasta dengan semen) mencari jalan ke luar permukaan beton tempat
dimana campuran ini akan menguap.Akibatnya beton akan susut dan retak.Susut
berlangsung selama bertahun-tahun , tetapi dalam kondisi normal , sekitar 90 % susut
terjadi pada tahun pertama.

6. Rangkak (Creep)
Ketika menerima beban tekan terus menerus , beton akan mengalami
deformasi untuk waktu yang lama.Setelah deformasi awal terjadi , deformasi yang
terjadi selanjutnya disebut rangkak (creep) , atau aliran plastis (plastic flow).Jika
beban tekan diterapkan kepada suatu batang beton , terjadi pemendekan sesaat atau
elastis.Jika beban dibiarkan tetap ada untuk waktu yang lama batang tersebut akan
terus memendek selama beberapa tahun dan deformasi akhir yang terjadi biasanya
sebesar 2 sampai 3 kali deformasi awal.Jika beban jangka panjang ini bisa
dihilangkan , batang akan memperoleh kembali sebagian besar regangan elastisnya
dan sebagian kecil dari regangan rangkaknya.Jika beban tersebut diterapkan lagi ,
regangan elastis dan regangan rangkak akan terjadi kembali.

7. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai dengan 15% dari kuat
tekannya.Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton
dipenuhi oleh retak-retak halus.Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton
menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan.

8. Kuat Geser 38
Kuat geser selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai leleh yang
terletak diantara 1/3 sampai 4/5 dari kuat tekan maksimumnya.

9. Durability Beton (Keawetan)


  Merupakan kemampuan beton untuk bertahan seperti kondisi yang
direncanakan tanpa terjadi korosi dalam jangka waktu yang direncanakan. Dalam hal
ini perlu pembatasan nilai faktor air semen maksimum maupun pembatasan dosis
semen minimum yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan. Walaupun
terjadi serangan dari luar baik fisik, mekanik dan kimia. Adapun pengaruh-pengaruh
luar yang dapat merusak beton adalah pengaruh cuaca (hujan sinar matahari) silih
berganti dan daya perusak kimiawi, misalnya air limbah/buangan, air laut, lemak gula
dan sebagainya. Beton bisa bertahan sesuai yang di rencanakan.

10. Kelecakan (Workability)


  Workability adalah sifat-sifat adukan beton atau mortar yang ditentukan oleh
kemudahan dalam pencampuran, pengangkutan, pengecoran, pemadatan, dan
finishing. Atau workability adalah besarnya kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan kompaksi penuh.

G. KARAKTERISTIK BETON
39
Di bawah ini karakteristik- karakteristik beton secara lengkap, di antaranya :
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah.

2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen
lengkung atau tarikan.

3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar;

4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi.

5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga   beton dapat dipadatkan dengan  mudah.

6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.

7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa


dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi.

8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus


dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.

9. Setelah 28 hari,  beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya.

10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka
dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik.

11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.

12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative
rendah.

13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai
50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta
aman terhadap bahaya kebakaran.

14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi, dan

15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
40 BETON
Berikut ini kelebihan – kelebihan beton, antara lain :

1. Biaya pembuatan beton terbilang cukup murah mengingat bahan-bahan


penyusunnya bisa diperoleh dari daerah lokal dan Mudah didapat bahan
bakunya, karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya
alam, kecuali untuk semen portlang yang harus didatangkan dari luar daerah.
2. Begitu pun dengan biaya pemeliharaan beton terhitung cukup rendah karena
material ini mempunyai tingkat ketahanan yang tinggi.
3. Di samping tahan terhadap aus, beton juga tahan terhadap api dan air sehingga
penghuni bangunan senantiasa bisa merasa aman.
4. Beton memiliki daya kekuatan dan daya dukung yang sangat tinggi sehingga
bisa diaplikasikan pada segala desain bangunan.
5. Kondisi beton juga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sehingga risiko
mengalami korosi dan pembusukan kecil sekali.
6. Tidak seperti pasangan batu, partikel-partikel pada beton mampu membentuk
susunan yang padat dengan ukuran yang lebih kecil.
7. Beton bersifat fleksibel artinya bisa dibuat dalam bentuk dan ukuran yang sesuai
dengan keinginan tanpa mempengaruhi kualitasnya secara langsung.
8. Beton mempunyai umur lebih lama.
9. Mempunyai teksture yang terlihat alami sebagai batuan sehingga dapat
difungsikan sebagai bagian dari seni arsitektur untuk memperindah bangunan.
10.Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun
diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula
dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.

Berikut ini kekurangan – kekurangan beton, antara lain :

1. Walaupun beton mampu menahan gaya beban dengan baik, tetapi


kekuatannya saat menerima gaya tarik cukup rendah.
2. Selama proses pengeringan, beton yang masih basah bisa mengalami
penyusutan akibat strukturnya mengerut.
3. Demikian juga bila beton basah, maka struktur beton tersebut bisa
mengembang sehingga kekuatannya menurun.
4. Beton bisa mengalami keretakan rambut dan keretakan struktur akibat
perubahan suhu yang drastis dalam waktu relatif singkat.
5. Sifat alamiah beton yakni dapat menyerap air melalui pori-porinya, di mana
air justru bisa merusak beton secara perlahan, terutama yang mengandung kadar
garam yang tinggi.
6. Sifat asal beton yang lain adalah getas atau tidak daktail, sehingga analisa
pekerjaannya harus benar-benar dihitung secara detail dan tepat.
7. Bentuk yang sudah di buat sulit untuk di ubah.
8. Beton memiliki bobot yang berat.

I. KEGUNAAN BETON 41
Beton adalah sebuah bahan bangunan yang komposit yang terdiri dari
kombinasi agregat mineral pengisi pasir, kerikil, air dan pengikat semen Portland.
Pada saat ini, beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan
dalam struktur bangunan di dunia. Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang
banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern. Beton sangat banyak
digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan baja. Hampir 60% material yang
digunakan dalam konstruksi adalah beton (concrete) yang dipadukan dengan baja
(composite) atau jenis lainnya . Beton digunakan dalam pembuatan jalan dan
perkerasan badan jalan, struktur bangunan, fondasi bangunan, jembatan jembatan
penyeberangan maupun tembok blok.

Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konsruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal, antara lain :

  Dalam teknik sipil, strukur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom,
balok, pelat atau pelat cangkang, seperti rumah, gedul, jembatan, dll
  Dalam teknik sipil hidro, strukur beton digunakan untuk bangunan air seperti,
bendung, bendungan,saluran dan drainase perkotaan, dll.
  Dalam teknis sipil transportasi, strukur beton digunakan untuk pekerjaan rigid
pavement (lapis keras, permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong,
pembuatan jalan, dll.

Jadi beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu sipil. Artinya semua
struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan
pondasi. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, oleh sebab itu,untuk
mengatasinya dapat diperkuat dengan menambahkan tulangan baja sehingga
terbentuk suatu struktur komposit yang kemudian disebut sebagai beton bertulang.

J. UJI KEKUATAN BETON 42


Melakukan uji kekuatan beton yaitu dengan cara melakukan uji kuat tekan
beton tersebut.
PERALATAN DAN BAHAN
 Peralatan
1.  Mesin tekan
2. Tongkat pemada
3. Cetakan beton
4.  Mistar
5. Timbangan kapasitas 20 kg

 Bahan 
  Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk
dengan menggunakan peralatan yang tidak menyerap air, adukan beton harus diaduk
lagi sebelum dimasukan dalam cetakan.

PROSEDUR PERCOBAAN
Pembuatan benda uji :
1. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi kira-kira
1/3 isilah cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak
25 kali secara merata.
2. Ratakan permukaan beton.
3. Biarkan beton dalam cetakan selama ± 24 jam dan letakkan pada tempat yang
bebas getaranserta ditutup dengan bahan yang kedap air.
4. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
5. Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses perawatan (curring)
beton berlangsung dengan baik, maka peredam dilakukan sampai batas waktu
pengujian kuat tekan beton.

 
Penekanan benda uji :
1. Ambil benda uji dari bak perendam dan lap dengan menggunakan lap
lembab. 
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji.Perhatikan :Jika benda ujinya
berbentuk silinder, sebelum benda uji tersebut ditekan harus diberi lapisan
mortal / semen dipermukaan atas dan bawah setebal 4 mm untuk meratakan
permukaan bidang tekan.
3. Letakkan benda uji pada mesin penekan secara sentris.
4. Jalankan mesin penekan dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2
- 4 kg/cm2.

5. Lakukan pembebanan sampai uji menjadi hancur dan catatlah beban


maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

Hitung kuat tekan beton dari benda uji tersebut.


43
PERHITUNGAN
KUAT TEKAN BETON ( σ bk ) = P/A

Keterangan :
P = Beban maksimum ( kN )
A = Luas penampang bidang tekan (cm2 )   

No Umur Berat Diameter Tinggi Luas Beban Tekan


( Kg ) ( cm ) ( cm ) ( cm2 ) (kN)
1 3 hari 12,57 15 30,3 176.625 190
2 3 hari 12,52 15 30,4 176.625 200
3 3 hari 12,66 15 30,3 176.625 210
1 7 hari 12,66 15 30,2 176.625 320
2 7 hari 12,53 15 30,0 176.625 300
3 7 hari 12,69 15 30,4 176.625 350
1 14 hari 12,60 15 30,1 176.625 390
2 14 hari 12,65 15 30,1 176.625 400
3 14 hari 12,73 15 30,5 176.625 400
1 28 hari 12,70 15 30,4 176.625 480
2 28 hari 12,65 15 30,5 176.625 460
3 28 hari 12,60 15 30,2 176.625 420

LUAS = 1/4πd2
BEBAN RATA-RATA ( P ) = Beban Tekan Dijumlahkan/3
KUAT TEKAN BETON ( σ bk ) = P/A

Hasil Perhitungan
 
Beban tekan rata-rata Kuat tekan beton
Umur (P) (σnk)
3 hari 200 1.13
7 hari 323.33 1.83
14 hari 396.67 2.25
28 hari 453.33 2.57

CATATAN
Masukkan data hasil pemeriksaan kedalam formulir kekuatan tekan beton.
Benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton berdasarkan PBI’71 ada 3 bentuk,
yaitu :
44
No Benda uji Pembanding kuat tekan
1 Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
2 Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
3 Silinder 15 x 30 cm 0,83

Benda uji kubus permukaan bidang tekannya tidak dilapisi adukan merata.
Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari, 14
hari, 28 hari.

PERBANDINGAN KEKUATAN TEKAN BETON PADA


BERBAGAI UMUR
Umur beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 360
Semen Portland ( biasa ) 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland kekuatan
awal tinggi 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20

Laporkan kekuatan tekan karakteristik beton.


Maka dapat di simpulkan dari hasil grafik perbandingan kuat tekan beton dan umur
beton pada praktikum diatas diperoleh nilai kuat tekan beton pada 28 hari adalah
2,57 kN/cm2.

BAB
45 3
PENUTUP
 KESIMPULAN

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Dunia maupun di
Indonesia. Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan,
beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai
struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat
dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
Ada beberapa catatan penting dalam proses pembuatan hingga pencetakan
sebuah beton. Yang pertama adalah seorang ahli beton harus bisa memilih dan
mengatur metode terbaik yang dilakukan dalam pembuatan yang sesuai dengan
keadaan lingkungan serta kondisi saat pembuatan. Yang kedua adalah pemilihan
bahan-bahan yang sesuai dengan daerah kerja, waktu kerja dan kemampuan pemilik
proyek. Dan yang ketiga adalah keahlian dalam menghadapi persoalan-persoalan
yang ada di lapangan.
Beton sendiri sudah di uji dalam kekuatan dan ketahanannya di bandingkan
dengan material lainnya. Beton dalam penggunaannya lebih kuat dan lebih di
unggulkan, bahan – bahannya pun mudah di dapat hampir di semua bangunan di
Indonesia memakai pondasi beton baik itu dalam pembuatan rumah, jembatan, jalan
raya maupun bendungan. Jadi dapat kami simpulkan bahwa Beton merupakan salah
satu bahan kontruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern.
Beton sangat banyak digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan baja. Hampir
60% material yang digunakan dalam konstruksi adalah beton (concrete) yang
dipadukan dengan baja (composite) atau jenis lainnya. Kegunaan beton adalah untuk
penopang rangka utama suatu bangunan baik struktural atau non struktural karena
beton mempunyai sifat kuat dan tahan lama. Dan beton sendiri mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam pesatnya pembangunan yang ada saat ini namun akan
percuma dan sia – sia saja jika tidak di buat dengan benar dan kokoh.

Dengan demikian Setiap tahap yang dilakukan harus secara baik dan teliti
sehingga juga menghasilkan suatu beton yang kita inginkan dan kualitas kontrol oleh
pengawasnya juga menentukan. Prinsip efisien dan efektif juga diperlukan agar
beton tersebut menjadi optimum supaya bangunan aman untuk di huni dan layak
juga untuk di tempati serta tidak membahayakan manusia dan lingkungan sekitar.

46

Anda mungkin juga menyukai