DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ir. Fakhrul Rozi Yamali, M.E
DISUSUN OLEH :
1. BINTANG MULIARDI UTAMAS
2. IKHSAN PRIRATNO
3. BENGET OKTAVIANTO
4. REZKI KURNIAWANSYAH
UNIVERSITAS BATANGHARI
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2017/2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
tugas makalah dari dosen Teknologi Bahan Kontruksi, yaitu Dr. Ir. Fakhrul
Rozi Yamali, M.E.Tentang “ B E T O N ” dapat kami selesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Demikian kata pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat ber-
manfaat bagi kita semua. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan,
tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-
batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil,
berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di
Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan
sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di
Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau
Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu.
Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini
awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali
ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli,
Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi,
sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat
menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas
dimanfaatkan dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material
yaitu suatu cabang ilmu yan meliputi pengembangan dan penerapan pengetahuan
yang mengkaitkan komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat
kegunaannya.semen termasuk material yang sangat akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari.
Beton, sebuah kata yang tidak asing bagi Kami mahasiswa Teknik Sipil
khususnya yangnantinya akan menjadi seorang Engineer dan tidak asing di telinga
masyarakat padaumumnya. Perbedaannya hanya terletak pada sejauh mana seorang
Engineer tahu bahkan paham apa itu beton dibanding masyarakat pada umumnya.
Seorang Engineer harus paham betul akan sejarah beton dan perkembangannya,
tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bahan bangunan yang kita kenal dengan “ beton”
inimempunyai pengaruh besar terhadap pembangunan ( konstruksi ) di seluruh
pelosok dunia, tak terkecuali di Negara Kita ini, Indonesia. Sehingga dengan
memgetahui sejarahdan perkembangannya dapat memberikan wawasan kepada
masyarakat sendiri yang memang concern terhadap beton, baik melalui pembuatan
buku, penulisan makalah, penulisan jurnal atau media apapun yang dapat
memberikan pengetahuan tersendiri kepada masyarakat secara umum tentang beton.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Definisi Beton ?
2. Sejarah Beton ?
3. Bahan Pembuat Beton ?
4. Proses Pembuatan Beton ?
5. Jenis – Jenis Beton ?
6. Sifat – Sifat Beton ?
7. Kelebihan Dan Kekurang Beton ?
8. Kegunaan Beton ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui Definisi Beton
2. Mengetahui Sejarah Beton
3. Menyebutkan Bahan Pembuat Beton
4. Menjelaskan Proses Pembuatan Beton
5. Menyebutkan Jenis – Jenis Beton
6. Menyebutkan Sifat – Sifat Beton
7. Mendeskripsikan Kelebihan Dan Kekurang Beton
8. Mengetahui Kegunaan Beton
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi penulis: melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan tentang apa itu beton ? sejarah
beton ? dan Proses pembuatan beton ? dan ruang lingkup beton tersebut.
BAB
2
2
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BETON
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil
atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat
semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan
beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan
1 - 20 %
5Seme 7 - 15 %
n Air
Perbandingan volume
bahan pembuat beton 3 - 50 %
2 - 30 % 0 Batu
5 Pasi peca
r h
dicampur secara tepat dengan perbandingan volume setiap bahan secara tepat.
B. SEJARAH BETON
Periode waktu selama beton pertama kali ditemukan tergantung pada
bagaimana orang menafsirkan istilah "beton." Bahan Kuno semen mentah dibuat
dengan menghancurkan dan membakar gipsum atau kapur. Kapur juga mengacu
hancur, batu kapur dibakar. Ketika pasir dan air ditambahkan ke semen tersebut,
mereka menjadi mortir, yang merupakan bahan plester-seperti digunakan untuk
mematuhi batu satu sama lain. Selama ribuan tahun, bahan tersebut diperbaiki,
dikombinasikan dengan bahan lain dan, pada akhirnya, berubah menjadi beton
modern.
` Beton saat ini dibuat dengan menggunakan semen Portland, agregat kasar dan
halus dari batu dan pasir, dan air. Pencampuran adalah bahan kimia ditambahkan ke
campuran beton untuk mengontrol pengaturan sifat dan digunakan terutama ketika
menempatkan beton selama lingkungan ekstrim, seperti suhu tinggi atau rendah,
3
kondisi berangin, dll.
Sebagai salah satu unsur utama dari beton modern, semen telah sekitar untuk
waktu yang lama. Sekitar 12 juta tahun lalu di wilayah yang sekarang disebut Israel,
deposito alam dibentuk oleh reaksi antara batu kapur dan serpih minyak yang
dihasilkan oleh pembakaran spontan. Namun, semen tidak konkret. Beton
merupakan bahan bangunan komposit dan bahan-bahan, yang semen adalah salah
satu, telah berubah dari waktu ke waktu dan berubah bahkan sekarang. Karakteristik
kinerja dapat berubah sesuai dengan kekuatan yang berbeda bahwa beton akan perlu
melawan. Kekuatan ini dapat dilakukan secara bertahap atau intens, mereka
mungkin berasal dari atas (gravitasi), bawah (tanah naik-turun), sisi (beban lateral),
atau mereka mungkin mengambil bentuk erosi, abrasi atau serangan kimia. Bahan-
bahan beton dan proporsi mereka disebut campuran desain.
Mesir
Sekitar 3000 SM, orang Mesir kuno menggunakan lumpur dicampur dengan
jerami untuk membentuk batu bata. Lumpur dengan jerami lebih mirip dengan adobe
dari beton. Namun, mereka juga menggunakan mortir gipsum dan kapur dalam
membangun piramida, meskipun sebagian besar dari kita berpikir mortar dan beton
sebagai dua bahan yang berbeda. Piramida Besar di Giza diperlukan sekitar 500.000
ton mortar, yang digunakan sebagai bahan tempat tidur untuk batu casing yang
membentuk permukaan terlihat dari piramida selesai. Hal ini memungkinkan tukang
batu untuk mengukir dan mengatur casing batu sendi dengan membuka tidak lebih
luas dari 1/50-inch.
Cina
Tentang hal ini saat yang sama, Cina utara menggunakan bentuk semen di
perahu-bangunan dan dalam membangun Tembok Besar. Spektrometer pengujian
telah mengkonfirmasi bahwa bahan utama dalam mortar yang digunakan dalam
Great Wall dan struktur lain Cina kuno glutenous, ketan. Beberapa struktur ini telah
bertahan dalam ujian waktu dan telah menolak bahkan upaya yang modern di
pembongkaran.
Roma
Pada 600 SM, orang Yunani telah menemukan bahan pozzolan alami yang
dikembangkan sifat hidrolik bila dicampur dengan kapur, tapi orang-orang Yunani
adalah tempat dekat sebagai produktif dalam membangun dengan beton sebagai
Roma. Pada 200 SM, Roma sedang membangun sangat berhasil menggunakan
beton, tapi itu tidak seperti beton kita gunakan saat ini. Itu bukan plastik, bahan
dituangkan ke dalam bentuk yang mengalir, tetapi lebih seperti puing-puing
disemen. Bangsa Romawi membangun sebagian besar struktur mereka dengan
menumpuk batu berbagai ukuran dan tangan mengisi ruang antara batu dengan
mortar. Di atas tanah, dinding dilapisi dalam dan luar dengan batu bata tanah liat
yang juga menjabat sebagai bentuk untuk beton. Bata memiliki sedikit atau tidak ada
nilai struktural dan penggunaannya terutama kosmetik. Sebelum saat ini, dan di
sebagian besar tempat pada waktu itu (termasuk 95% dari Roma), mortir umum
digunakan adalah semen kapur sederhana yang mengeras perlahan-lahan dari
bereaksi dengan karbon dioksida di udara. Benar hidrasi kimia tidak terjadi. Ini
mortir lemah.
Untuk struktur megah dan lebih berseni bangsa Romawi, serta infrastruktur
berbasis tanah mereka membutuhkan lebih banyak daya tahan, mereka membuat
semen dari pasir vulkanik alami reaktif disebut harena fossicia. Untuk struktur laut
dan mereka yang terkena air tawar, seperti jembatan, dermaga, badai saluran air dan
saluran air, mereka menggunakan pasir vulkanik yang disebut pozzuolana. Kedua
bahan mungkin mewakili penggunaan berskala besar pertama dari bahan pengikat
yang benar-benar cementicious. Pozzuolana dan harena fossicia bereaksi secara
kimia dengan kapur dan air untuk melembabkan dan memantapkan menjadi massa
batuan-seperti yang dapat digunakan di bawah air. Bangsa Romawi juga
menggunakan bahan-bahan untuk membangun struktur yang besar, seperti Roman
Baths, Pantheon, dan Colosseum, dan struktur ini masih berdiri saat ini. Sebagai
admixtures, mereka menggunakan lemak hewani, susu dan darah - bahan yang
mencerminkan metode yang sangat sederhana. Di sisi lain, selain menggunakan
pozzolans alami, orang-orang Romawi belajar untuk memproduksi dua jenis
pozzolans buatan - dikalsinasi kaolinitik tanah liat dan batu vulkanik dikalsinasi -
yang, bersama dengan prestasi spektakuler bangunan bangsa Romawi, adalah bukti
dari tingkat tinggi kecanggihan teknis untuk waktu itu.
The Pantheon
Dibangun oleh Kaisar Roma Hadrian dan selesai pada 125 Masehi, Pantheon
memiliki kubah beton terbesar un-diperkuat pernah dibangun. Kubah adalah 142
meter dengan diameter dan memiliki lubang 27 kaki, yang disebut oculus, pada
puncaknya, yaitu 142 meter di atas lantai. Itu dibangun di tempat, mungkin dengan
memulai di atas dinding luar dan membangun lapisan semakin tipis saat bekerja
menuju pusat.
The Pantheon memiliki eksterior dinding pondasi yang 26 meter dan lebar 15
meter dan terbuat dari semen pozzolana (kapur, pasir vulkanik reaktif dan air) turun
tamped atas lapisan agregat batu padat. Itu kubah masih ada adalah sesuatu
kebetulan. Pembenahan dan gerakan selama hampir 2.000 tahun, bersama dengan
gempa bumi sesekali, telah menciptakan keretakan yang biasanya akan melemah
struktur cukup bahwa, sekarang, seharusnya telah jatuh. Dinding eksterior yang
mendukung kubah berisi tujuh relung merata spasi dengan ruang antara mereka yang
memperpanjang ke luar. Ini relung dan ruang, awalnya dirancang hanya untuk
meminimalkan berat struktur, lebih tipis dari bagian utama dari dinding dan
bertindak sebagai kontrol sendi yang mengontrol lokasi retak. Menekankan
disebabkan oleh pergerakan yang lega dengan retak di relung dan ruang. Ini berarti
bahwa kubah pada dasarnya didukung oleh 16 tebal, pilar beton struktural suara
dibentuk oleh bagian-bagian dari dinding eksterior antara relung dan ruang. Cara
lain untuk menghemat berat adalah penggunaan agregat sangat berat rendah dalam
struktur, dan penggunaan ringan, agregat kurang padat, seperti batu apung, tinggi di
dinding dan kubah. Dinding juga lancip ketebalan untuk mengurangi berat badan
lebih tinggi.
Guilds Romawi
Tonggak Teknologi
Versi Smeaton ini (ketiga) dari Lighthouse Eddystone, selesai pada 1759.Setelah
126 tahun, gagal karena erosi dari batu karang yang berdiri.
Kiln
Pada hari-hari awal produksi semen Portland, kiln yang vertikal dan stasioner.
Pada tahun 1885, seorang insinyur Inggris mengembangkan kiln lebih efisien yang
horisontal, sedikit miring, dan bisa memutar. The rotary kiln memberikan kontrol
suhu yang lebih baik dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dari bahan
pencampuran. Pada tahun 1890, rotary kiln mendominasi pasar. Pada tahun 1909,
Thomas Edison menerima paten untuk kiln panjang pertama. Kiln ini, dipasang di
Semen Portland Edison Bekerja di Desa Baru, New Jersey, adalah 150 meter. Ini
adalah sekitar 70 meter lebih panjang dari kiln yang digunakan pada saat itu. Kiln
industri saat ini mungkin sepanjang 500 meter.
Milestones Bangunan
Pada tahun 1915, Matte Trucco membangun lima lantai Fiat-Lingotti Autoworks di
Turin menggunakan beton bertulang. Bangunan ini memiliki trek tes mobil di atap.
Eugène Freyssinet adalah seorang insinyur Perancis dan pelopor dalam penggunaan
konstruksi beton. Pada tahun 1921, ia membangun dua raksasa hanggar pesawat
parabola melengkung di Bandara Orly di Paris. Pada tahun 1928, ia diberi paten
untuk beton pra-stres.
Air Entrainment
Thin Shell
Keahlian dalam membangun dengan beton bertulang akhirnya memungkinkan
pengembangan cara baru bangunan dengan beton, teknik tipis-shell melibatkan
struktur bangunan, seperti atap, dengan cangkang relatif tipis beton. Kubah,
lengkungan dan kurva senyawa biasanya dibangun dengan metode ini, karena
mereka adalah bentuk alami kuat. Pada tahun 1930, Spanyol insinyur Eduardo
Torroja merancang kubah bertingkat rendah untuk pasar di Algeciras, dengan
ketebalan 3 ½ inci yang membentang 150 meter. Kabel baja yang digunakan untuk
membentuk sebuah cincin ketegangan. Pada waktu yang sama, Italia Pier Luigi
Nervi mulai membangun hanggar untuk Angkatan Udara Italia, terlihat pada foto di
bawah ini.Hanggar yang dilemparkan di tempat, tapi banyak karya Nervi yang
digunakan beton pra-cetak.
Beberapa atap paling mencolok di mana saja telah dibangun menggunakan teknologi
thin-shell, seperti yang digambarkan di bawah ini.
Hoover Dam
The Grand Coulee Dam di Washington, selesai pada tahun 1942, adalah
struktur beton terbesar yang pernah dibangun. Ini berisi 12 juta meter beton.
Penggalian diperlukan penghapusan lebih dari 22 juta meter kubik tanah dan batu.
Untuk mengurangi jumlah truk, ban berjalan 2 mil panjang dibangun. Pada lokasi
yayasan, nat dipompa ke dalam lubang dibor 660-880 meter (dalam granit) untuk
mengisi setiap celah yang mungkin melemahkan tanah di bawah bendungan. Untuk
menghindari penggalian runtuh dari berat overburden, pipa 3-inch dimasukkan ke
bumi melalui mana cairan dingin dari tanaman pendingin dipompa. Ini membeku
bumi, menstabilkan cukup bahwa konstruksi bisa berlanjut.
11
Beton untuk Grand Coulee Dam ditempatkan menggunakan metode yang
sama digunakan untuk Hoover Dam. Setelah ditempatkan di kolom, air sungai yang
dingin dipompa melalui pipa tertanam dalam beton menyembuhkan, mengurangi
suhu dalam bentuk dari 105 ° F (41 ° C) sampai 45 ° F (7 ° C). Hal ini menyebabkan
bendungan untuk kontrak sekitar 8 inci panjang, dan kesenjangan yang dihasilkan
diisi dengan nat.
Konstruksi High-Rise
Ini adalah struktur mixed-use, dengan sebuah hotel, kantor dan ruang ritel,
restoran, klub malam, kolam renang, dan 900 tempat tinggal.Konstruksi yang
digunakan 431.600 meter kubik beton dan 61.000 ton rebar.Bangunan itu memiliki
berat kosong sekitar 500.000 ton, yang adalah tentang apa mortir ditimbang yang
masuk ke pembangunan Piramida Besar di Giza.Burj Khalifa dapat menampung
35.000 orang sekaligus.Untuk menutupi 160 cerita, beberapa 57 elevator perjalanan
40 mph.Panas, iklim lembab Dubai, dikombinasikan dengan pendingin udara yang
diperlukan untuk menangani suhu luar yang mencapai lebih dari 120 ° F,
menghasilkan begitu banyak kondensasi bahwa itu dikumpulkan dalam tangki
penampungan di bawah tanah dan digunakan untuk irigasi lanskap.
Piramida Besar di Giza memegang rekor sebagai buatan manusia tertinggi struktur
dunia selama sekitar 4.000 tahun. Sebuah bangunan 568 meter lebih tinggi dari Burj
Khalifa yang dijadwalkan selesai pada 2016 di Kuwait.
12
C.BAHAN PEMBUAT BETON
Semen
m
e
n
Air
i
Pasta
r
Pasir
Mortal
Split
Keri
/ kil Beton
1) Semen
Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air
atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
a) semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai
perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sd. V.
b) semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan
digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
c) oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan
dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas
pantai.
13
d) mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly
ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran
batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan
oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai
campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras.
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen
portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan
cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
Pada umumnya semen portland yang digunakan adalah jenis semen portland
biasa (ordinary cement portland), yaitu semen portland yang digunakan untuk tujuan
umum. jenis semen portland dapat dibagi menurut beberapa segi yaitu: Segi
kebutuhan khusus dan Segi Penggunaan.
2) semen Portland tahan sulfat sedang dan semen Portland tahan sulfat,semen ini
mempunyai bentuk yang lebih tahan sulfat daripada semen biasa, karena kadar
tricalsium aluminate rendah. Kadar maksimum untuk semen tahan sulfat sedang
adalah 8% dan untuk semen tahan sulfat adalah maksimum 5%. Semen ini tahan
terhadap sulfat, namun berarti tidak tahan terhadap asam sulfat. Yang dimaksud
sulfat disini adalah garam sulfat yang larut, misalnya air laut, rawa, dan sebagainya,
dimana kadar sulfatnya lebih dari 1%. Semen ini termasuk semen portland type II A
dan type V.
3) semen Portland Pozzolanic, semen ini merupakan campuran dari semen biasa (85-
60 %) dengan bubuk halus trass atau pozzolan (15-40%), atau benda-benda yang
bersifat pozzolan (seperti abu volkanis, abu bahan bakar, tanah liat bakar, atau fly
ash). Penggunaan adalah pada bangunan yang mendapat gangguan garam sulfat atau
panas rendah. Bila bahan yang dicampurkan terak dapur tinggi, disebut semen
portland terak dapur tinggi.
4) semen Portland panas rendah (Low Heat Cement), Semen jenis ini memiliki kadar
C3S maksimum 35% dan kadar C3A maksimum 7 %. Semen ini memiliki derajat
pengersan yang lambat dan panas yang dihasilkannya lebih rendah dibandingkan
dengan semen lain. Penggunaannya terutama terbatas pada turap penahan tanah
gravitasi, bendungan besar, dan konstruksi beton pejal di mana suhu massa beton
14
naik. Semen ini dalam standar ASTM termasuk semen portland type IV.
5) masonry Cement ,Semen jenis ini adalah semen portland yang dicampur dengan
bubuk batu atau batuan kapur sampai ± 50 %. Penggunaan semen jenis ini adalah
untuk aduk pasangan.
6) Semen Portland putih, Semen ini adalah semen portland dimana bahan-bahan
dasarnya mengandung senyawa besi yang rendah. Kadar Fe203 pada semen ini
dibatasi maksimum 0,5%, karena senyawa besi tersebut menimbulkan warna tua
pada semen. Semen ini mempunyai sifat yang biasa dengan semen portland biasa.
Proses pembuatan semen ini memerlukan ketelitian tinggi dan bahan dasarnya mahal
oleh karena itu, harga semen putih lenih mahal daripada semen biasa, kira-kira satu
sampai empat kali smen portland biasa.
Segi Penggunaan
1) Jenis I
Semen portland penggunaan umum (normal portland cement), yaitu jenis
semen portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton yang tidak memerlukan
sifat-sifat khusus. Misalnya untuk pembuatan trotoar, pasangan bata, dan
sebagainya. Semen ini merupakan semen yang paling banyak digunakan yaitu 80-
90% dari produksi semen portland.
2) Jenis II
Semen pengeras pada panas sedang. Semen ini memiliki panas hidrasi lebih
rendah dan keluarnya panas lebih lambat daripada semen jenis I. Semen jenis ini
biasanya digunakan pada bangunan-bangunan yang berhubungan dengan rawa,
pelabuhan,jembatan besar, bendungan, bangunan-bangunan lepas pantai, saluran-
saluran air buangan dan sebagainya. Jenis ini juga dapat digunakan untuk bangunan-
bangunan drainase di tempat yang memiliki konsentrasi sulfat agak tinggi.
3) Jenis III
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi (high-early –strength-portland-
cement). Semen jenis ini memperoleh kekuatan besar dalam waktu singkat, sehingga
dapat digunakan untuk pembuatan beton pracetak, perbaikan bangunan-bangunan
beton yang perlu segera digunakan atau yang acuannya perlu segera dilepas serta
pembetonan di daerah cuaca dingin(salju).
4) Jenis IV
Semen portland dengan panas hidrasi yang rendah (low heat port land cement)
jenis ini merupakan jenis khusus untuk penggunaan yang memerlukan panas hidarasi
serendah-rendahnya. Untuk mengurangi panas hidrasi yang terjadi (penyebab retak),
maka pada semen jenis ini senyawa C3S 15 dan C3A dikurangi. Selain itu, semen jenis
ini kekuatannya tumbuh lambat. Semen jenis ini biasanya digunakan pada
bangunan-bangunan sebagai berikut:
- Konstruksi DAM
- Basement
- Pembetonan pada daerah bercuaca panas.
5) Jenis V
Semen portland tahan sulfat (sulfate resisting portland cement). Jenis ini
merupakan jenis khusus yang maksudnya hanya untuk penggunaan pada bangunan-
banguan yang kena sulfat, seperti di tanah atau air yang kadar I alkalinya tinggi.
Pengerasan berjalan lebih lambat daripada semen biasa.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
a) Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air, dihancurkan dan
diuapkan kemudian dibakar dengan menggunakan bahan bakar minyak, bakar
(bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah keterbatasan energi
BBM.
b) Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian dibakar
dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan yaitu :
1) proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
2
)
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang
telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan
aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah
batuan induk yang lebih besar.
Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh
alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm.
Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum
yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian.
Pada teknologi beton, agregat terdiri dari banyak klasifikasi, yaitu;
1. kerikil dan pasir alam agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam
dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terba-
wa arus air atau angin, dan mengendap 17 di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan
kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat
aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak
homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus.
Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton
yang dibuat agregat tersebut.
2. Agregat batu pecah,Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku
yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak
karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk
mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan
agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton
dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah
biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah
lebih baik daripada butiran yang halus. Macam-macam batu yang cocok digunakan
untuk agregat beton yaitu:
a) Batu kapur adalah hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium
karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini semakin cocok untuk
pembuatan beton.
b) Batu api. Meliputi granit, basalt, dolerit, gabbros dan porphyries. Granit adalah
keras ulet dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Basalt
merupakan batu api yang menyerupai granit, tetapi struktur butirnya lebih halus
karena pendinginan yang cepat pada proses pembentukannya. Dolerit mempunyai
struktur butir kristal yang halus dan mengandung felspar banyak. Beberapa dolerit
bilamana digunakan untuk beton dapat menyebabkan retak-retak dan
menggangggu penggunaannya. Diketahi bahwa batu ini mengembang dan
menyusut sesuai dengan kelembaban.
c) Sandstone. Sandstone bervariasi mulai dari yang paling keras dengan komposisi
butiran yang berdekatan , sampai yang lebih lunak dengan butiran yang lebih lepas,
seperti batu tulis yang berpasir, dimana adanya tanah liat menyebabkannya
menjadi lunak, gampang pecah dan daya serapnya tinggi.
d) Batu tulis biasanya agregat yang tidak baik , lunak, lemah, dan berlapis dan
daya serapnya tinggi. Selain itu bentuknya yang pipih menyebabkan partikel-
partikel ini sulit dipadatkan di dalam beton.
Agregat buatan 18
Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan
khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh
agregat buatan:
3) cooke breeze
cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang
yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah
tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak
sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan
menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat
perhatian.
4) Hydite
Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur
berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale
dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan
akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang
mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga
mencapai susunan butir yang diperlukan.
5) Lelite
lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-
senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan
pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini
butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa
lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini
dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan
butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan
untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panas.
19
Ditinjau dari berat jenisnya
Ditinjau dari berat jenisnya, agregat dibedakan menjadi tiga macam :
1. Agregat Ringan
Agregat ini adalah agregat yang memiliki berat jenis kurang dari 2,0, dan
biasanya digunakan untuk beton non struktural. Agregat ini juga dapat digunakan
untuk beton struktural atau blok dinding tembok. Kelebihan agregat ini adalah
memiliki berat yang rendah , sehingga strukturnya ringan dan fondasinya dapat lebih
kecil. Agregat ini dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Beberapa contoh
agregat ringan : agregat batu apaung, rocklite, lelite, dan sebagainya.
2. Agregat Normal
Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 - 2,7.
Agregat ini berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa, dan sebagainya. Beton yang
dihasilkan memiki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan antara 15 Mpa sampai
40 Mpa. Betonnya dinamakan beton normal.
3. Agregat Berat
Agregat ini memilik berat jenis lebih dari 2,8. contoh agregat berat , misalnya
magnetik (Fe2O4), barytes (BaSO4), dan serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga
memiliki berat jenis tinggi (sampai 5,0), yang efektif sebagai pelindung sinar radiasi
sinar X.
Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai
rongga udara minimum 33%. Agregat ini hanya memerlukan sedikit pasta semen
untuk menghasilkan adukan beton yang baik. Agregat jenis ini tidak cocok untuk
beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya. Agregat berbentuk bulat sebagian
mempunyai rongga udara yang lebih besar daripada agregat bulat, yaitu berkisar 35-
38%. Dengan demikian agregat jenis ini membutuhkan pasta semen lebih banyak
untuk mendapatkan beton segar yang baik (dapat dikerjakan).
Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, memiliki sudut-sudut yang tajam dan
permukaannya kasar. Termasuk jenis ini adalah semua jenis batu pecah hasil
pemecahan dengan mesin. Agregat ini memiliki rongga yang lebih besar, yaitu
antara 38% sampai 40%. Ikatan antar butirnya baik sehingga membentuk daya lekat
yang baik. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis
perkerasan jalan.
Pipih
Agregat jenis ini adalah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar
dan tertebal pada butiran itu lebuh dari 3. Agregat ini berasal dari batu-batuan yang
berlapis.
Memanjang (Lonjong)
20
Butiran agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang
terpanjang dan terlebar lebih dari 3.
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air
yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang
digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-
bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan
terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau
tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen
dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang
dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut
hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena
mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat.
Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat
beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok:
yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada
pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama
disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran.Ada beberapa macam
bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik
tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan
penambah.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu
zat pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai
untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum
udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk
pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat
ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat
tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat
pendispersi.
1) Penangkaran (Penimbangan)
Bahan-Bahan Penangkaran (penimbangan) bahan-bahan adalah pengambilan
bahan-bahan untuk beton menurut takaran yang ditentukan. Takaran bahan dapat
ditentukan menurut perbandingan berat atau perbandingan volume. Baik
penangkaran dengan ukuran berat maupun dengan volume, penangkaran harus
dilakukan dengan cermat. Takaran yang tidak tepat dapat mengakibatkan kualitas
beton yang dihasilkan mungkin kurang memenuhi syarat mutu. Terutama takaran
yang berkaitan dengan banyaknya air pengadukan atau banyaknya semen, sebab jika
faktor air semen tidak tepat maka akan sangat mempengaruhi kualitas betonnya.
Makin besar harga faktor air semen pada komposisi bahan yang sama, akan makin
kecil kekuatan beton yang dihasilkan.
2) Pengadukan Beton
Pengadukan beton adalah proses pencampuran antara bahan-bahan dasar
beton, yaitu semen, pasir, krikil, dan air dalam perbandingan yang telah ditentukan.
Pengadukan dilakukan sedemikian rupa sampai adukan beton benar-benar homogen,
warnanya tampak rata, kelecekan cukup (tidak terlalu cair dan tidak terlalu kental),
tidak tampak adanya pemisahan butir (segregasi). Aduk beton yang kurang homogen
akan dapat menghasilkan beton yang kurang baik kualitasnya. Pengadukan dapat
dilakukan dengan tangan atau dengan mesin (molen),yaitu :
Mesin pengaduk atau pencampur beton ada beberapa jenis. Secara umum dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran yang berputar, dan mesin pengaduk yang memiliki tempat
pencampuran tetap yang dilengkapi dengan
22 pengaduk untuk mencampur bahan.
Mesin pengaduk ada yang memiliki sejenis silinder putar yang dapat dimiringkan
atau tidak dapat. Pencampur yang terus-menerus ada dua jenis, yaitu pencampur
yang prosesnya dikerjakan oleh sejenis silinder putar, dan pencampuran yang
prosesnya dilakukan oleh semacam garpu yang berputar pada suatu tempat yang
tepat.
3) Pengankutan Beton
Pengangkutan aduk beton dari tempat mencampur ke tempat pencetakan dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan alat. Beberapa jenis alat yang biasa dipakai
untuk pengangkutan beton antara lain:
1. Gerobak beroda satu.
2. Kereta dorong.
3. Truk ringan.
4. Kotak pembawa (tempat) beton dengan bukaan dibawah.
5. Gerobak (lorries).
6. Chutes (saluran curam untuk mencurahkan adukan beton).
7. Ban berjalan.
8. Pompa adukan beton, dan sebagainya.
Dengan cara apa pun dan dengan menggunakan alat pengangkut apa pun,
pengangkutan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
c. Adukan beton pada umumnya harus sudah dicor dalam waktu satu jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai
dua jam, tetapi adukan beton harus digerakkan kontinu secara mekanis. Jika
diperlukan jangka waktu yang lebih lama lagi, harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan.
b. Permukaan cetakan yang berhadapan dengan adukan beton harus dioles minyak
atau oli agar beton setelah kering tidak melekat pada cetakannya.
c. Selama penuangan dan pemadatan harus dijaga agar posisi cetakan maupun
tulang tidak berubah.
d. Adukan beton jangan dijatuhkan dari ketinggian lebih dari satu meter, agar tidak
terjadi adanya pemisahan bahan-bahan atau butir.
f. Kelecekan beton harus makin keatas makin kental. Misalnya pada 11/2 m
pertama (paling bawah), slump 120 mm, maka 11/1 m kedua kurangi tinggi slum
misalnya menjadi 100 mm, dan seterusnya setiap 11/2 m slump dikurangi 20 atau
25 mm.
g. Pengecoran pada tempat yang miring, sebaiknya dilakukan dari bagian yang
rendah, sebab jika dilakukan dari tempat yang tinggi akan menyebabkan terjadinya
segregasi.
i. Pada pengecoran dinding atau kolom,24 usahakan agar jatuhnya adukan beton
selalu di tengah, jangan sampai menyentuh cetakan atau terkena tulangan.
k. Pada beton massa, sebaikanya tebal lapisan beton untuk setiap kali penuangan
tidak lebih dari 45 cm, dan pad beton tertulang 30 cm.
5. Pemadatan Beton
Pada pemadatan beton, kita berusaha untuk mendapatkan beton yang betul-
betul padat, tanpa sarang krikil, tetap homogen dan semua ruangan terisi. Dengan
kata lain hubungan antara beton dengan tulangan atau benda dapat dilakuakn dengan
tangan atau dengan penggetar. Jika dipakai beton tumbuk, alat penumbuknya harus
dibuat sedemikian beratnya sehingga dapat menghasilkan pemadatan yang baik.
Pemadatan beton biasa dapat dilakukan dengan tangan,asal dapat mencapai
kepadatan yang baik. Pemadatan secara manual dilakukan dengan alat berupa
tongkat baja atau tongkat kayu.
Adukan beton yang baru saja dituang ke dalam cetakan harus segera
dipadatkan dengan cara ditusuk-tusuk dengan tongkat baja atau kayu. Sebaiknya
tebal beton yang ditusuk tidak lebih dari 15 cm. Penusukan dengan tongkat itu
dilakukan beberapa waktu sampai tampak suatu lapisan mortar diatas permukaan
beton yang dipadatkan itu. Pemadatan yang kurang mengakibatkan kurang baiknya
mutu beton karena berongga (keropos). Jangan menambahkan air pada adukan beton
untuk memudahkan pemadatan. Pemadatan dengan bantuan mesin dilakukan dengan
menggunakan alat getar (vibrator). Alat getar itu mengakibatkan getaran pada beton
segar yang baru saja dituang, sehingga aduk beton mengalir dan menjadi padat.
Penggetaran yang terlalu lama harus dicegah untuk menghindari mengumpulnya
krikil di bagian bawah dan hanya mortar di bagian atas beton.
2. Alat getar cetakan (form vibratir; external vibrator), ialah alat getar yang
ditempelkan di bagian luar cetakan sehingga cetakan bergetar, sehingga membuat
beton segar ikut bergetar pula hingga menjadi padat.
25
6. Perawatan Beton (Curing)
Perawatan beton adalah suatu langkah atau tindakan untuk memberikan
kesempatan pada semen atau beton mengembangkan kekuatannya secara wajar dan
sempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu perkerjaan beton perlu dijaga
agar permukaan beton segar selalu lembap, sejak adukan beton dipadatkan sampai
beton dianggap cukup keras. Kelembapan beton itu harus dijaga agar proses hidrasi
semen dapat terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini
tidak dilakuakan, akan terjadi beton yang kurang kuat, dan juga timbul retak-retak.
Selain itu, kelembapan permukaan beton tadi juga dapat menambah beton menjadi
lebih tahan terhadap pengaruh cuaca dan lebih kedap air.
Dalam konsep Pedoman Beton tahun 1989, perbandingan campuran seperti itu
hanya boleh dilakukan untuk beton dengan mutu kurang dari 10 Mpa, dan dengan
slump yang tidak lebih dari 100 mm. Perencanaan adukan beton (cincrete mix
design) dimaksudkan untuk mendapatkan beton yag sebaik-baiknya, yang tinggi
sesuai perncanaan :
4. Tipe D : Water Reducing and Retarding Admixture Jenis bahan tambahan yang
berfungsi ganda, yaitu untuk mengurangi penggunaan air tetapi tetap memperoleh
adukan beton dengan konsistensi tertentu, dan memperlambat proses pengikatan dan
pengerasan adukan beton.
1. Bahan Tambah yang Tidak Larut Jenis admixture ini dapat berupa tepung atau
suspensi dalam cairan. Umumnya ada dua jenis.
Bahan untuk membuat AEA jenis ini pada umumnya dari senyawa organik.
AEA yang terbuat dari damar vinsol (yang berasal dari kayu pinus), juga sangat
efektif. Dia adalah senyawa aromatis asam abiet (abietic acid), yang biasanya juga
disebut soda api. Jenis bukan detergen Jenis ini misalnya bubuk almunium yang
halus (100 mikron) dengan air, di dalam beton akan bereaksi membuat gelembung
udara gas hidrogen.
Pempercepat Pengerasan
Bahan jenis ini yang banyak dipakai adalah garam CaCl2 bahan yang tidak
mengandung klorida misalnya kalsium format, natrium nitrit, dan aluminat, juga
triethnol amine.
Zat tanpa klorida lebih sedikit dipakai daripada CaCl2 :
Bahan Untuk Pengurangan Air dan Membuat aduk lebih cair (Water Reducing
and Fludifying agent):WRA
Bahan ini adalah jenis plastimen (pembuat kelecekan) yang juga mampu
mengurangi penggunaan air. Dalam beberapa hal, bahan ini memiliki kesamaan
dengan AEA, yang aktif terhadap permukaan (surface active).
Zat WRA ini mengakibatkan butir-butir semen (yang sementara belum mengeras)
dan butir-butir agregat terdispersi merata sehingga zat ini juga berfungsi sebagai
pelumas atau pelicin antara butir-butir sehingga aduk beton mudah diaduk.
Admixture untuk beton adalah sekedar zat penolong untuk menambah supaya
sifat beton itu lebih baik. Tetapi admixture sendiri bukan zat yang membuat beton
buruk menjadi baik.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka jika kita akan memakai admixture,
bahan tersebut harus betul-betul memberikan keuntungan pada kita atau adukan
betonnya, bukan sebaliknya. Pertimbangan-pertimbangan dalam pemakaian
admixture adalah sebagai berikut:
1. Jangan memakai admixture jika tidak tahu tujuannya yang pasti.
2. Admixture tidak akan membuat beton buruk menjadi beton baik.
3. Suatu admixture dapat merubah lebih dari satu sifat adukan beton.
4. Pengawasan terhadap bahan ini amat penting, juga pengawasan atas
pengaruhnya pada adukan beton.
E. JENIS – JENIS BETON 30
1. Beton siklop
Beton jenis ini sama dengan beton normal biasa, perbedaannya ialah pada
beton ini digunakan ukuran agregat yang relative besar - besar. Beton ini digunakan
pada pembuatan bendungan, pangkal jembatan,dan sebagainnya. Ukuran agregat
kasar dapat sampai 20 cm,namun proporsi agregat yang lebih besar dari biasanya ini
sebaiknya tidak lebih dari 20 persen dari agregat seluruhnya.
2. Beton Mortar
Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga
ragam mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton
mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai
ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan aktilitas yang baik.
31
3. Beton
Ringan
Beton
jenis ini
sama
dengan
beton biasa
perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu dapat
pula dengan beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk
gelembung udara waktu pengadukan beton berlangsung. Beton semacam ini
mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.
32
5. Beton bertulang / Ferrosemen
Beton biasa sangat lemah dengan gaya tarik, namun sangat kuat dengan gaya
tekan, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk
membantu beton. Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut
beton bertulang.
6. Beton
prategang
Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah batangnya
baja yang dimasukkan ke dalam beton ditegangkan dahulu . Batang baja ini tetap
mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras. Bagian balok beton ini
walaupun menahan lenturan tidak akan terjadi retak.
33
7. Beton pracetak
Beton biasa dicetak /dituang di tempat,namun dapat pula dicetak di tempat
lain,fungsinya di cetak di tempat lain agar memperoleh mutu yang lebih baik. Selain
itu dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas. Sehingga sulit menyediakan
tempat percetakan perawatan betonnya.
8. Beton massa
Beton yang dituang dalam volume besar yaitu perbandingan antara volume dan
permukaannya besar. Bila dimensinya lebih besar dari 60 sm. Pondasi besar,pilar,
bendungan. Harus diperhatikan perbedaan temperatur.
34
9. Beton serat
Beton komposit yang terdiri dari beton biasa dan bahan lain yang berupa serat.
Serat berupa batang 25 s/d 500 mm,panjang 25 s/d100 mm. Serat asbatos,tumbuh –
tumbuhan,serat plastik, kawat baja. Hal ini dilakukan agar beton tidak mudah retak
dan
partikel-partikel beton bisa saling terikat satu sama lain. Hasilnya kekuatan
beton serat memiliki daya tahan yang bagus.
Beton berat merupakan beton yang memiliki berat isi berkisar > 3200 kg/m3.
Beton berat pada dasarnya memiliki tingkat kerapatan dan bobot massa yang padat
dan berat, beton berat banyak diaplikasikan pada konstruksi khusus misalnya
dinding nuklir, tanur, silo, fasilitas pengujian, penelitian atom dan fasilitas kesehatan
dll yang membutuhkan struktur dengan tingkat kerapatan dan massa yang cukup
kompak sehingga sulit untuk ditembus oleh paparan gas / radiasi. Beton berat pada
umumnya dibuat dengan menggunakan material agregat yang berat seperti biji
besi/logam atau material lain yang berat.
4. Perbandingan Poisson
Ketika sebuah silinder beton menerima beban tekan , silinder tersebut tidak
hanya berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi (pemuaian) dalam arah
lateral.Perbandingan ekspansi lateral dengan perpendekan disebut perbandingan
Poisson (Poisson's Ratio).
5. Susut (Shrinkage)
Setelah beton mengering kelebihan campuran air (yang menjadi bahan
pembentuk pasta dengan semen) mencari jalan ke luar permukaan beton tempat
dimana campuran ini akan menguap.Akibatnya beton akan susut dan retak.Susut
berlangsung selama bertahun-tahun , tetapi dalam kondisi normal , sekitar 90 % susut
terjadi pada tahun pertama.
6. Rangkak (Creep)
Ketika menerima beban tekan terus menerus , beton akan mengalami
deformasi untuk waktu yang lama.Setelah deformasi awal terjadi , deformasi yang
terjadi selanjutnya disebut rangkak (creep) , atau aliran plastis (plastic flow).Jika
beban tekan diterapkan kepada suatu batang beton , terjadi pemendekan sesaat atau
elastis.Jika beban dibiarkan tetap ada untuk waktu yang lama batang tersebut akan
terus memendek selama beberapa tahun dan deformasi akhir yang terjadi biasanya
sebesar 2 sampai 3 kali deformasi awal.Jika beban jangka panjang ini bisa
dihilangkan , batang akan memperoleh kembali sebagian besar regangan elastisnya
dan sebagian kecil dari regangan rangkaknya.Jika beban tersebut diterapkan lagi ,
regangan elastis dan regangan rangkak akan terjadi kembali.
7. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8% sampai dengan 15% dari kuat
tekannya.Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa beton
dipenuhi oleh retak-retak halus.Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton
menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup sehingga
memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan.
8. Kuat Geser 38
Kuat geser selama bertahun-tahun selalu menghasilkan nilai-nilai leleh yang
terletak diantara 1/3 sampai 4/5 dari kuat tekan maksimumnya.
G. KARAKTERISTIK BETON
39
Di bawah ini karakteristik- karakteristik beton secara lengkap, di antaranya :
1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta
tegangan hancur tarik yang rendah.
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen
lengkung atau tarikan.
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang makin – lama makin besar;
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi.
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya.
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka
dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik.
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative
rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai
50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta
aman terhadap bahaya kebakaran.
14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi, dan
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa
susut dan rangkak.
H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
40 BETON
Berikut ini kelebihan – kelebihan beton, antara lain :
I. KEGUNAAN BETON 41
Beton adalah sebuah bahan bangunan yang komposit yang terdiri dari
kombinasi agregat mineral pengisi pasir, kerikil, air dan pengikat semen Portland.
Pada saat ini, beton merupakan bahan bangunan yang paling banyak digunakan
dalam struktur bangunan di dunia. Beton merupakan salah satu bahan kontruksi yang
banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern. Beton sangat banyak
digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan baja. Hampir 60% material yang
digunakan dalam konstruksi adalah beton (concrete) yang dipadukan dengan baja
(composite) atau jenis lainnya . Beton digunakan dalam pembuatan jalan dan
perkerasan badan jalan, struktur bangunan, fondasi bangunan, jembatan jembatan
penyeberangan maupun tembok blok.
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konsruksi teknik sipil, dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal, antara lain :
Dalam teknik sipil, strukur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom,
balok, pelat atau pelat cangkang, seperti rumah, gedul, jembatan, dll
Dalam teknik sipil hidro, strukur beton digunakan untuk bangunan air seperti,
bendung, bendungan,saluran dan drainase perkotaan, dll.
Dalam teknis sipil transportasi, strukur beton digunakan untuk pekerjaan rigid
pavement (lapis keras, permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong,
pembuatan jalan, dll.
Jadi beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu sipil. Artinya semua
struktur dalam teknik sipil akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan
pondasi. Beton mempunyai kuat tarik yang sangat rendah, oleh sebab itu,untuk
mengatasinya dapat diperkuat dengan menambahkan tulangan baja sehingga
terbentuk suatu struktur komposit yang kemudian disebut sebagai beton bertulang.
Bahan
Adukan beton untuk benda uji harus diambil langsung dari mesin pengaduk
dengan menggunakan peralatan yang tidak menyerap air, adukan beton harus diaduk
lagi sebelum dimasukan dalam cetakan.
PROSEDUR PERCOBAAN
Pembuatan benda uji :
1. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis, setiap lapis berisi kira-kira
1/3 isilah cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak
25 kali secara merata.
2. Ratakan permukaan beton.
3. Biarkan beton dalam cetakan selama ± 24 jam dan letakkan pada tempat yang
bebas getaranserta ditutup dengan bahan yang kedap air.
4. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
5. Rendam benda uji dalam bak yang berisi air agar proses perawatan (curring)
beton berlangsung dengan baik, maka peredam dilakukan sampai batas waktu
pengujian kuat tekan beton.
Penekanan benda uji :
1. Ambil benda uji dari bak perendam dan lap dengan menggunakan lap
lembab.
2. Tentukan berat dan ukuran benda uji.Perhatikan :Jika benda ujinya
berbentuk silinder, sebelum benda uji tersebut ditekan harus diberi lapisan
mortal / semen dipermukaan atas dan bawah setebal 4 mm untuk meratakan
permukaan bidang tekan.
3. Letakkan benda uji pada mesin penekan secara sentris.
4. Jalankan mesin penekan dengan penambahan beban terutama berkisar antara 2
- 4 kg/cm2.
Keterangan :
P = Beban maksimum ( kN )
A = Luas penampang bidang tekan (cm2 )
LUAS = 1/4πd2
BEBAN RATA-RATA ( P ) = Beban Tekan Dijumlahkan/3
KUAT TEKAN BETON ( σ bk ) = P/A
Hasil Perhitungan
Beban tekan rata-rata Kuat tekan beton
Umur (P) (σnk)
3 hari 200 1.13
7 hari 323.33 1.83
14 hari 396.67 2.25
28 hari 453.33 2.57
CATATAN
Masukkan data hasil pemeriksaan kedalam formulir kekuatan tekan beton.
Benda uji untuk pemeriksaan kuat tekan beton berdasarkan PBI’71 ada 3 bentuk,
yaitu :
44
No Benda uji Pembanding kuat tekan
1 Kubus 15 x 15 x 15 cm 1,00
2 Kubus 20 x 20 x 20 cm 0,95
3 Silinder 15 x 30 cm 0,83
Benda uji kubus permukaan bidang tekannya tidak dilapisi adukan merata.
Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari, 14
hari, 28 hari.
BAB
45 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan
penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan
kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan.
Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Dunia maupun di
Indonesia. Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan,
beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai
struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat
dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.
Ada beberapa catatan penting dalam proses pembuatan hingga pencetakan
sebuah beton. Yang pertama adalah seorang ahli beton harus bisa memilih dan
mengatur metode terbaik yang dilakukan dalam pembuatan yang sesuai dengan
keadaan lingkungan serta kondisi saat pembuatan. Yang kedua adalah pemilihan
bahan-bahan yang sesuai dengan daerah kerja, waktu kerja dan kemampuan pemilik
proyek. Dan yang ketiga adalah keahlian dalam menghadapi persoalan-persoalan
yang ada di lapangan.
Beton sendiri sudah di uji dalam kekuatan dan ketahanannya di bandingkan
dengan material lainnya. Beton dalam penggunaannya lebih kuat dan lebih di
unggulkan, bahan – bahannya pun mudah di dapat hampir di semua bangunan di
Indonesia memakai pondasi beton baik itu dalam pembuatan rumah, jembatan, jalan
raya maupun bendungan. Jadi dapat kami simpulkan bahwa Beton merupakan salah
satu bahan kontruksi yang banyak dipergunakan dalam struktur bangunan modern.
Beton sangat banyak digunakan untuk kontruksi di samping kayu dan baja. Hampir
60% material yang digunakan dalam konstruksi adalah beton (concrete) yang
dipadukan dengan baja (composite) atau jenis lainnya. Kegunaan beton adalah untuk
penopang rangka utama suatu bangunan baik struktural atau non struktural karena
beton mempunyai sifat kuat dan tahan lama. Dan beton sendiri mempunyai pengaruh
yang sangat besar dalam pesatnya pembangunan yang ada saat ini namun akan
percuma dan sia – sia saja jika tidak di buat dengan benar dan kokoh.
Dengan demikian Setiap tahap yang dilakukan harus secara baik dan teliti
sehingga juga menghasilkan suatu beton yang kita inginkan dan kualitas kontrol oleh
pengawasnya juga menentukan. Prinsip efisien dan efektif juga diperlukan agar
beton tersebut menjadi optimum supaya bangunan aman untuk di huni dan layak
juga untuk di tempati serta tidak membahayakan manusia dan lingkungan sekitar.
46