Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN

“BETON”

Disusun oleh

AWALUDIN 2105903020021

TEHNIK SIPIL

PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS TEUKU UMAR

ANGKATAN 2020/2021

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Segala


Limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana .Semoga makalah ini dapat di pergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keguruan .

Harapan saya msemoga makalah ini membantu menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepanya dapat
lebih baik.makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harap
kepada pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersiafat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Meulaboh,08 Oktober 2021

AWALUDIN

2
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………….……………….……2

DAFTAR ISI……….………………………………………………...….3

BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN BETON……………….……5

1.1 PERKEMBANGAN BETON DARI MASA KE MASA…...….5

BAB II MATERIAL PEMBENTUK BETON…………………………..…6

2.1 BETON………………………………………………..………...6
2.2 PROSES TERJADINYA BETON……………………....……...7
2.3 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON……………....……...7

BAB III JENIS-JENIS BETON…………………………………………….11

3.1.BETON NON-PASIR…………………………………..………11

3.2.BETON RINGAN………………………………………………11

3.3.BETON HAMPA………………………………………….……11

3.4.BETON SERAT…………………………………………………11

3.5.BETON MORTAR……………………………………..………11

3.6.BETON MASSA………………………………………….……11

3.7.BETON BERTULANG……………………………..…………12

3.8.BETON PRATEGANG………………………………..………12

3.9.BETON PRACETAK…………………………………….……12

3.10.BETON SIKLOP…………………………………………..…12

BAB IV KELAS DAN MUTU BETON……………………………..13

4.1 BETON KELAS I……………………………………….…..13

4.2 BETON KELAS II……………….……………………..……13

4.2 BETON KELAS III………………………………………..…13

3
BAB V SIFAT DAN KARAKTERISTIK BETON SERTA
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON………………………..14

5.1 KARAKTERISTIK BETON……………………………….…..14

5.1 SIFAT DAN KARAKTERISTIK BETON……………….…..15

REFRENSI……………………………..……………………………….16

4
BAB I

SEJARAH PERKEMBANGAN BETON

1.1 PERKEMBANGAN BETON DARI MASA KE MASA

Dalam konstruksi, beton adalah sebuah bahan bangunan komposit yang


terbuat dari kombinasi aggregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dari
beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya
kerikil dan pasir), semen dan air. Menaruh sebuah lantai beton untuk bangunan
komersial Biasanya dipercayai bahwa beton mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, beton tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi
semen berhidrasi, mengrekatkan komponen lainnya bersama dan akhirnya
membentuk material seperti-batu. Beton digunakan untuk membuat perkerasan
jalan, struktur bangunan, fondasi, jalan, jembatan penyeberangan, struktur
parkiran, dasar untuk pagar/gerbang, dan semen dalam bata atau tembok blok.
Nama lama untuk beton adalah batu cair. Dalam perkembangannya banyak
ditemukan beton baru hasil modifikasi, seperti beton ringan, beton semprot (eng:
shotcrete), beton fiber, beton berkekuatan tinggi, beton berkekuatan sangat tinggi,
beton mampat sendiri (eng: self compacted concrete) dll. Saat ini beton
merupakan bahan bangunan yang paling banyak dipakai di dunia. SejarahSunting
Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai
pembentuknya telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin
sebelumnya. Dengan campuran kapur, pozzolan, dan batu apung, bangsa Romawi
banyak membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-
lain. Di Indonesia penggunaan yang serupa bisa dilihat pada beberapa bangunan
kuno yang tersisa. Benteng Indrapatra di Aceh yang dibangun pada abad ke-7 oleh
kerajaan Lamuri, bahan bangunannya berupa kapur, tanah liat, dan batu gunung.
Orang Mesir telah menemukan sebelumnya bahwa dengan memakai aditif debu
vulkanik mampu meningkatkan kuat tekan beton. Penggunaan beton secara masif
diawali pada permulaan abad 19 dan merupakan awal era beton bertulang. Pada
tahun 1801, F.Coignet menerbitkan tulisannya mengenai prinsip-prinsip
konstruksi dengan meninjau kelembapan bahan beton terhadap taruknya. Pada
tahun 1850, J.L. Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan
semen untuk dipamerkan dalam Expo tahun 1855 di Paris. J.Moiner, seorang
ahli taman dari Prancis mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton
untuk mengatasi taruknya yang digunakan untuk tanamannya. Pada tahun
1886, Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan
struktur beton. C.A.P Turner mengembangkan pelat slab tanpa balok
tahun 1906.

5
BAB II

MATERIAL PEMBENTUK BETON

2.1 BETON

Beton merupakan fungsi dari bahan penyusun yang terdiri dari bahan
semen sebagai bahan ikatnya, agregat kasar, agregat halus, air, dan bahan tambah
lainnya. Beton didefinisikan sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi
dari material pembentuknya (Nawy, 1990). Murdock dan Brook (1986) secara
jelas menyebutkan bahwa beton adalah suatu bahan bangunan dan bahan
konstruksi, yang sifat-sifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan mengadakan
perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih.
Bahan-bahan pilihan itu adalah ikatan keras, yang ditimbulkan oleh reaksi kimia
antar semen dan air, serta agregat, dimana semen yang mengeras itu ber-adhesi
dengan baik maupun kurang baik. Agregat boleh berupa kerikil, batu pecah, sisa
bahan mentah tambang, agregat ringan buatan, pasir, atau bahan sejenis lainnya.
Kekuatan, keawetan, dan sifat beton tergantung dari nilai perbandingan bahan
dasar beton, sifat bahan dasarnya, cara pengadukan, pengerjaan, penuangan,
pemadatan serta perawatan selama proses pengerasan. Untuk membuat beton yang
baik maka harus diperhitungkan cara mendapatkan adukan beton segar yang baik
dan beton keras yang dihasilkan juga baik. Pencapaian kuat beton yang baik perlu
diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya karena umumnya semakin keras
dan padat massa penyusunnya makin tinggi kekuatan dan durability-nya.

Untuk memperoleh kekuatan desak beton yang tinggi ada beberapa factor
yang harus diperhatikan selain faktor air semen dan kepadatan semen. Menurut
Mulyono (2004) faktor-faktor tersebut diantaranya:
a. kualitas semen,
b. proporsi semen terhadap air dalam campuran,
c. kekuatan dan kebersihan agregat,
d. interaksi adhesi antara pasta semen dengan agregat,
e. pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton,
f. penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar,
g. perawatan pada temperatur yang tidak lebih rendah dari 50ºF pada saat
beton hendak mencapai kekuatan,
h. kandungan klorida tidak melebihi 0,15% dalam beton yang diekspos dan 1%
bagi beton yang tidak diekspos.

6
2.2 PROSES TERJADINYA BETON

Proses terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air
dan semen (Mulyono, 2004). selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus
menjadi mortar dan jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton

2.3 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON

 Semen Portland
Semen Portland (Portland cement) merupakan bahan ikat yang sangat
penting dalam konstruksi beton, yang bersifat hidrolis, yaitu akan
mengalami proses pengerasan jika dicampur air yang digunakan untuk
mengikat bahan material menjadi satu kesatuan yang kuat. Suatu semen
jika diaduk dengan semen air akan menjadi adukan pasta semen,
Sedangkan jika diaduk dengan air kemudian ditambah pasir menjadi mortar
semen, dan jika ditambah dengan kerikil menjadi beton (Tjokrodimujo,
1992). Semen Portland berfungsi sebagai pengikat bahan-bahan bangunan
yang
lain (batu bata, batu kali, pasir). Selain itu juga untuk mengisi rongga-
rongga di antara butiran agregat.

 Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk proses reaksi kimia, dengan
semen untuk pembentukan pasta semen. Air juga digunakan untuk pelumas
antara butiran dalam agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan.Air
diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen,
membasahi agregat, dan memberikan kemudahan dalam penerjaan beton.
Air yang dapat diminum umunya dapat digunakan sebagai campuran beton.
Air
yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya, yang tercemar garam,
minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton
akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton
yang dihasilkan (Mulyono, 2004).
Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses hidrasi dengan
semen. Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton.
Namun air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi yang tidak
merata. Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi persyratan
sebagai berikut ini (Tjokrodimuljo, 1992).
1. Tidak mengandung organik (benda melayang lainnya) lebih dari 2
gram/liter.
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam,zat
organik, dll) lebih dari 15 gram/liter.
3. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.

7
 Ageregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar atau beton (Tjokrodimuljo, 1992). Agregat ini
harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat
berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen, dan rapat, dimana agregat
yang berukuan kecil befungsi sebagai pengisi celah yang ada diantara
agregat berukuran besar (Nawy,
1990). Dua jenis agregat adalah:
1. Agregat kasar (kerikil, batu pecah)
2. Agregat halus (pasir)

 Ageregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil yang dihasilkan secara alami atau berupa batu
yang dipecah dan bergradasi antara 5-40 mm. Syarat-syarat agregat kasar:
1. Harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori.
2. Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton,seperti zat-zat yang reaktif alkali.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 1 %. Apabila
kadar Lumpur melampaui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.

Jenis agregat kasar yang umum digunakan (Nawy, 1990):


1. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami
yang digali. Batu ini dapat berasal dari gunung api, jenis sedimen, atau
jenismetamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi
terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan
pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
2. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan
tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil
memberikan kekuatan yang lebih rendah dibandingkan batu pecah, tetapi
memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi.
3. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan utnuk beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari
proses lain seperti blast-furnace dan lain-lain.
4. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Dengan adanya
tuntutan yang spesifik pada zaman atom sekarang ini, juga untuk pelindung
dari radiasi nuklir ssebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit
atom dan stasiun tenaga nuklir, maka perlu ada beton yang dapat
melindungi dari sinar x, sinar gamma, dan neutron. Pada beton demikian
syarat ekonomis maupun syarat kemudahan pengerjaan tidak begitu
menentukan. Agregat kasar yang dikalsifikasikan di sini misalnya baja
pecah, barit, dan limonit.

 Ageregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintregasi alami batuan
ataupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir lebih kecil dari 3/16 inci atau 5 mm (lolos saringan no. 4).

8
Pada umumnya agregat halus yang dipergunakan sebagai bahan dasar
pembentuk beton adalah pasir alam, sedangkan pasir yang dibuat dari
pecahan batu umumnya tidak cocok untuk pembuatan beton karena
biasanya mengandung partikel yang terlalu halus yang terbawa pada saat
pembuatannya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat halus menurut spesifikasi
bahan bangunan bagian A (SK SNI S-04-1989-F) adalah sebagai berikut
ini.
1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan 2,2.
2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimal 12 %
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimal
10 %
4. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah
bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,060 mm. Apabila kadar
lumpur melampaui 5 %, maka agregat halus harus dicuci.
5. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu
banyak yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-
Harder. Untuk itu, bila direndam larutan 3% NaOH, cairan di atas endapan
tidak boleh lebih gelap daripada warna larutan pembanding. Agregat halus
yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal
kekuatan desak adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak
kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama tetapi dicuci
dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan air,
pada umur yang sama.
6. Susunan besar butir agregat halus harus memenuhi modulus kehalusan
antara 1,5 – 3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya. Apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus
masuk salah satu dalam daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3, dan 4
dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus maksimum 2 % berat
Sisa di atas ayakan 1,2 mm, harus maksimum 10 % berat
Sisa di atas ayakan 0,3 mm, harus maksimum 15 % berat
7. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir dengan
alkali harus negatif.
8. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan
bahanbahan yang diakui.
9. Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan spesi
terapan harus memenuhi persyaratan di atas (pasir pasang)
Susunan besar butir agregat halus lebih penting daripada susunan besar
butir agregat kasar, karena agregat halus bersama dengan semen dan air
membentuk mortar yang akan melekatkan dan mengisi rongga-rongga antar

9
butiran agregat kasar sehingga beton yang dihasilkan permukaannya
menjadi rata. Pemakaian agregat halus yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan:
1. Terjadi segregasi, karena agregat kasar dengan mudah saling
memisahkan
diri akibat mortar yang tidak dapat mengisi rongga-rongga antara butiran
agregat kasar dengan baik.
2. Campuran akan kekurangan pasir, yang disebut under sanded.
3. Adukan beton akan menjadi sulit untuk dikerjakan sehingga dapat
menimbulkan sarang kerikil.
4. Finishing akan menghasilkan beton dengan permukaan kasar.
5. Beton yang dihasilkan menjadi tidak awet.

Jika pemakaian agregat halus terlalu banyak maka akan mengakibatkan:


1. Campuran menjadi tidak ekonomis.
2. Diperlukan banyak semen untuk mencapai kekuatan yang sama yang
dihasilkan oleh campuran dengan perbandingan optimum antara agregat
halus dan agregat kasar.
3. Campuran akan kelebihan pasir, yang disebut over sanded.
4. Beton yang dihasilkan menunjukkan gejala rangkak dan susut yang lebih
besar.

 Abu Bonggol Jagung


Bonggol jagung yang merupakan salah satu produk samping dari proses
penggilingan jagung, selama ini hanya menjadi limbah yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Bonggol jagung lebih sering hanya
digunakansebagai bahan pembakar bata merah atau dibuang begitu saja.
Limbah bonggol jagung memiliki unsur yang bermanfaat untuk
peningkatan mutu beton, karena mempunyai kandungan silika yang cukup
tinggi yaitu 66,38 (Raheem, 2009). Dengan begitu kita tidak perlu
mengeluarkan biaya besar untuk memperoleh bahan, dan kita juga
memanfaatkan sampah menjadi bahan yang lebih berguna selain menjadi
sampah, dan tentu saja dengan tidak mengurangi kuat desak yang diijinkan
sebagai bahan bangunan.

10
BAB III

JENIS-JENIS BETON

3.1 BETON NON-PASIR

Seperti namanya, beton non-pasir, proses pembuatannya sama


sekali tidak menggunakan pasir. Hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini
menyebabkan terbentuknya rongga-rongga yang berisi udara di celah-
celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tanpa
pasir, persentase semen pada beton ini juga lebih sedikit. Beton non-pasir
biasanya digunakan pada pembuatan struktur ringan, kolom dan dinding
sederhana, bata beton, serta buis beton.

3.2 BETON RINGAN

Beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan.


Seringkali ditambahkan zat aditif yang dapat menyebabkan terbentuknya
gelembung-gelembung udara di dalam adonan beton. Banyaknya gelembung
udara yang terjadi menyebabkan volume adonan juga semakin besar sementara
bobotnya lebih ringan dibandingkan beton lain dengan volume yang sama. Beton
ringan biasanya digunakan untuk dinding non-struktural.

3.3 BETON HAMPA

Beton jenis ini banyak digunakan untuk pembangunan gedung-


gedung tinggi, karena memiliki kekuatan yang cukup tinggi. Hal ini
disebabkan karena proses penyedotan air pengencer adonan beton dengan
alat vakum sehingga adonan hanya mengandung air yang sudah
tercampur dengan semen saja.

3.4 BETON SERAT

Beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke


dalam adonan beton, seperti: asbestos, plastik, kawat baja, dan
sebagainya. Denghan penambahan serat, beton yang dihasilkan memiliki
nilai keuletan tinggi (ductility) sehingga tidak mudah retak.

3.5 BETON MORTAR

Beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga jenis
mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur.

3.6 BETON MASSA

Beton massa adalah penuangan beton yang sangat besar di atas


kebutuhan rata-rata. Umumnya, beton massa memiliki dimensi yang
berukuran lebih dari 60 cm. Perbandingan antara volume dan luas

11
permukaannya pun sangat tinggi. Beton ini digunakan dalam pembuatan
pilar-pilar bangunan, pondasi berukuran besar, dan juga bendungan.

3.7 BETON BERTULANG

Beton bertulang adalah adukan beton yang diberi tulangan dari


baja. Penambahan tulangan baja ini akan meningkatkan kekuatan
terhadap gaya tarik dan juga ductility struktur bangunan. Beton bertulang
cocok digunakan dalam struktur dengan bentangan yang lebar, seperti
jalan raya, jembatan, pelat lantai dan sebagainya.

3.8 BETON PRATEGANG

Beton prategang adalah beton bertulang yang tulangan bajanya


diberi tegangan lebih dulu sebelum dicor, sehingga kuat untuk
menyangga struktur dengan bentangan lebar.

3.9 BETON PRACETAK

Beton pracetak adalah beton yang dicetak terpisah di luar area


pekerjaan. Hal ini biasanya dilakukan karena terbatasnya lahan area
pekerjaan dan juga karena alasan kepraktisan. Pengerjaan bangunan
dapat dipersingkat sehingga lebih efektif dan efisien.

3.10 BETON SIKLOP

Beton jenis ini menggunakan bahan tambahan agregat yang


berukuran besar (sekitar 15 sampai 20 cm) dalam adonan beton. Hal ini
untuk meningkatkan daya tahan beton untuk digunakan dalam pengerjaan
bangunan yang bersinggungan dengan air, seperti jembatan dan
bendungan.

12
BAB IV

KELAS DAN MUTU BETON

4.1 BETON KELAS I

Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan non-strukturil. Untuk


pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan terhadap
kekuatan tekan tidak diisyaratkan pemeriksaan.

4.2 BETON KELAS II

Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan strukturil secara umum.


Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan dibawah
pimpinan tenaga-tenaga ahli.Beton Kelas II dibagi dalam mutu-mutu standar : B1,
K125, K175 dan K225. Pada mutu B1, pengawasan mutu hanya dibatasi pada
pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan sedangkan terhadap kekuatan
tekan tidak diisyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K125, K175, K225,
pengawasan mutu terdiri dari pengawasan yang ketat terhadap mutu bahan-bahan
dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu.

4.3 BETON KELAS III

Beton Kelas III adalah beton untuk pekerjaan strukturil dimana dipakai
mutu beton dengan kekuatan tekan karakteristik yang lebih tinggi dari 225
kg/cm2. Pelaksanaannya memerlukkan keahliian khusus dan harus dilakukan
dibawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Diisyaratkan adanya laboratorium beton
dengan peralatan yang lengkap yang dilayani oleh tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutuu beton secara kontinu. Mutu beton kelas III
dinyatakan dengan huruf K dengan angka dibelakangnya yang menyatakan
kekuatan karakteristik beton yang bersangkutan.

13
BAB V

SIFAT DAN KARAKTERISTIK BETON SERTA KELEBIHAN


DAN KEKURANGAN BETON

5.1 KARAKTERISTIK BETON

Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi


serta tegangan hancur tarik yang rendah Beton adalah suatu material yang
menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang
mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan koral atau agregat lainnya, dan
air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai dengan
bentuk dan dimensi struktur yang di inginkan.(George Winter, 1993).
Beton di dapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir,
batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya
bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi
kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat halus
dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan komponen
utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi
dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan
susun, metode pelaksanaan pengecoran dan kondisi perawatan pengerasannya.
(Istimawan Dipohusodo, 1996) Semen adalah suatu bahan yang adhesive dan
kohesif yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu
massa yang padat. (Chu-Kia Wang, 1993).
Perancangan campuran beton perlu dilakukan untuk menentukan perbandingan
campuran bahan guna mendapatkan beton dengan sifat yang diperlukan dan
paling murah. Sifat yang diminta tergantung pada pembangunan beton. Sifat-sifat
yang dapat diatur oleh perbandingan campuran adalah kekuatan, ketahanan kedap
air dan kemampuan pengerjaan. Ada dua cara dalam menghitung perbandingan
campuran yang diperlukan. Pertama, tentukan perbandingan campuran kira-kira
dengan Teori perbandingan air-semen menentukan kekuatan beton kalau
persyaratan di bawah ini di penuhi:
1. Kualitas dan pengujian semen adalah sama,
2. Kekuatan agregat lebih tinggi daripada pasta,
3. Beton sangat mampat, dan
4. Beton dapat diolah dan plastis.

Makin kecil perbandingan air-semen makin tinggi kekuatan beton. Hukum Lyse
menunjukkan bahwa satuan volume air untuk memberikan adukan sama adalah
tetap bagi beton dengan agregat tertentu (Tata Surdia, 1995).
Material seperti semen pada saat ini sering timbul banyak masalah yaitu biayanya
yang relatif mahal. Sehingga mulai muncul banyak pemikiran untuk pengadaan
bahan material alternatif sebagai pencampur semen. Pembuatan jerami dan briket
arang jerami menghasilkan abu. Abu jerami padi berasal dari jerami yang digiling
atau ditumbuk halus. Abu jerami padi dapat dimanfaatkan untuk abu gosok, bahan
ameliorasi tanah asam dan bahan campuran dalam pembuatan semen hidrolik

14
serta dapat dimanfaatkan untuk campuran beton/mortar, batako, dan campuran
batu bata press (Mulyono, 2004). Pembakaran jerami yang menghasilkan abu
mengandung bahan silika dan bahan alumunium yang bereaksi dan saling
mengikat dengan kalsium oksida pada pasta semen dapat memungkinkan
membentuk bahan yang kuat sehingga dapat meningkatkan mutu beton
(Wuwungan, N, 1993). Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini
digunakan abu jerami padi yang dapat berpeluang sebagai pengisi (bahan tambah)
dalam pembuatan Beton/mortar sehingga memungkinkan untuk pemanfaatan
limbah.

5.2 SIFAT DAN KARAKTERISTIK BETON

1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi


serta tegangan hancur tarik yang rendah
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi
retak yang makin – lama makin besar.
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan
dikenal dengan proses hidrasi.
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butir
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran
semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk
memeriksa dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan
kekuatan beton yang tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen
konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok,
maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik
11. ada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam
menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang
relative rendah.
13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya
mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan
tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran.
14. 1Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri
konstruksi.Dengan massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki
berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN, di mana gravitasi
dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat berat
15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu
berupa susut dan rangkak

15
REFERENSI

1. ^ Mulyono, Tri. 2004. Teknologi Beton. Jakarta:Penerbit Andi.


2. ^ Brook, K.M. dan Murdock, L.J. 1979. Bahan dan Praktik Beton.
Jakarta:Penerbit Erlangga.

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai