Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ILMU BAHAN BANGUNAN

MENJELASKAN PROSES PEMBUATAN BETON

Disusun Oleh:
Mochammad Rizky Ramadhandi
1503623024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
Proses Pembuatan Beton
Beton merupakan salah satu bahan utama dalam pelaksanaan berbagai proyek seperti jalan
raya, jembatan, gedung, maupun struktur lainnya. Beton merupakan sebuah bahan bangunan
komposit yang terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen.
Salah satu proses penting dalam proyek pembangunan adalah beton. Proses ini harus dilakukan
dengan benar supaya diperoleh hasil yang benar-benar berkualitas. Pengolahan beton meliputi
beberapa tahapan yakni pencampuran atau pengadukan bahan bahan beton, memadatkan
adukan beton, meratakan permukaan beton dan perawatan beton.
Untuk menghasilkan beton yang baik dan mempunyai kekuatan sesuai persyaratan konstruksi
diperluakan pengetahuan tentang pengolahan beton dan sifat sifat beton. Sebelum memulai
pengelohan beton diperlukan pengetahuan yang baik tentang pengolahan beton dan sifat sifat
beton. Sebelum memulai pengolahan beton diperlukan pengetahuan yang baik tentang bahan-
bahan penyusun beton yang terdiri dari agregat, bahan perekat dan air. Selain pengetahuan
tentang bahan bangunan penyusun beton. Pengetahuan tentang bahan logam/baja juga sangat
diperlukan untuk tulangan beton.

1. Bahan - Bahan Penyusun Beton

1.1.Semen
Semen adalah bahan yang bersifat adhesif dan kohesif, yaitu bahan pengikat/perekat.
Semen ketika bereaksi dengan air membentuk pasta semen yang berfungsi untuk merekatkan
butir – butir antar agregat agar terjadi suatu masa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen
juga untuk mengisi rongga – rongga antara butir – butir agregat. Ada dua macam semen yaitu
semen hidrolis dan non hidrolis. Semen hidrolis adalah semen yang akan mengeras bila beraksi
dengan air, tahan terhadap air (water resistence) dan stabil di dalam air ketika mengeras. Semen
non hidrolis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil dalam air.
Semen terbagi menjadi dua jenis yaitu semen portland dan semen portland pozzoland. Pada
semen portland memiliki sifat yang berbeda – beda dari masing – masing komponennya.
ASTM (American Standart for Testing Material) menentukan komposisi semen berbagai tipe
yaitu : (1) Tipe I, adalah semen portland untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus, (2) Tipe II, adalah semen portland untuk konstruksi yang agak tahan
terhadap sulfat dan panas hidrasi, (3) Tipe III, adalah semen portland untuk konstruksi dengan
syarat kekuatan awal tinggi, (4) Tipe IV, adalah semen portland untuk konstruksi dengan syarat
panas hidrasi yang rendah, dan (5) adalah semen portland untuk konstruksi dengan syarat
sangat tahan terhadap sulfat.
Semen portland pozzoland (PPC) adalah suatu perekat hidrolis yang dibuat dengan menggiling
klinker semen portland dan pozzoland, atau suatu campuran yang merata bubuk semen portland
dan bubuk pozzoland selama penggilingan atau pencampuran. Pozzoland adalah bahan alami
atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silikat (SiO2) dan atau Aluminat
(Al2O3) yang reaktif. Semen portland pozzoland menghasilkan panas hidrasi lebih sedikit
daripada semen biasa. Sifat ketahanan terhadap kotoran dalam air (misalnya kandungan garam)
lebih baik. Semen portland pozzoland cocok jika dipakai pada; (1) bangunan di air payau atau
laut yang selalu berhubungan dengan air yang mengandung sulfat, (2) bangunan beton yang
memrlukan kekedapan tinggi misalnya dinding ruang basement, bak penyimpan air bersih dan
bangunan sanitasi, (3) beton massa (dam, bendungan, fondasi besar) yang membutuhkan panas
hidrasi rendah, dan (4) pekerjaan plesteran ( mortar ) yang memerlukan adukan mortar/beton
yang plastis.
1.2.Agregat
Agregat dibedakan berdasarkan ukuran butir-butirnya, agregat yang mempunyai ukuran yang
lebih besar di sebut agregat kasar (kerikil, kericak, batu pecah atau split). Agregat yang ukuran
butirannya lebih kecil disebut agregat halus (pasir). Di dalam teknologi beton nilai batas ukuran
agregat antara 4,75 mm atau 4,8 mm. Agregat yang butirannya lebih besar dari 4,75 mm disebut
agregat kasar sedangkan yang lebih kecil disebut agregat halus. Sedangkan butir yang lebih
kecil dari 0,075 mm disebut silt dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay. Dalam praketk
agregat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu; (1) Batu, ukuran lebih dari 40 mm, (2) Kerikil,
ukuran antara 5 – 4 mm, dan (3) Pasir, ukuran antara 0,25 mm – 5 mm.
Untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat dibutuhkan informasi tentang berat jenis
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga
sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton.
Jadi berat jenis agregat akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.
Berat jenis agregat ialah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume yang
sama (tanpa satuan). Berat jenis agregat dibendakan menjadi; (1) Berat jenis mtlak, jika volume
benda padatnya tanpa pori, dan (2) Berat jenis semu, jika benda padatnya termasukpori
tertutupnya. Berdasarkan berat jenisnya agregat dibedakan menjadi agregat normal (Bj 2,5 –
2,7), agregat berat (BJ > 2,8, dan agregat ringan (Bj < 2,0).
Agar biaya pembuatan beton berkurang maka perlu diperhatikan ukuran butir – butir
maksimum agregat kasar yang tidak terlalu besar dan faktor – faktor lain yang mempengaruhi
antaranya jarak bidang samping cetakan, dimensi plat beton yang dibuat, dan jarak bersoh
antara baja tulangan beton, yaitu : (1) ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar
dari ¼ kali jarak bersih antar baja tulangan, (2) ukuran maksimum butir agregat tidak boleh
lebih besar dari 1/3 kali tebal plat, dan (3) ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih
besar dari 1/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan.
Dengan pertimbangan diatas, maka ukuran maksimum butir agregat untuk beton bertulang
umumnya sebesar 10 mm, 20 mm, atau 40 mm. Untuk beton masa biasa dipakai ukuran
maksimum sebesar 75 mm atau 150 mm.
1.3.Bahan Tambah
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan
kedalam pencampuran beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan
atau betonnya. Pemberian bahan tambah pada beton dimaksudkan untuk memperlambat waktu
pengerasan, mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah daktalitas
(mengurangi sifat getas), mengurangi retak – retak pengerasan, mengurangi panas hidrasi,
menambah kekedapan, dan menambah keawetan.
Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan
tambah yang bersifat kimiawi (cemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral
(additive). Bahan tambah kimiawi digunakan pada saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan
pengecoran, sedangkan bahan tambah mineral diberikan pada saat pengadukan. Dalam proses
pembuatan beton, juga diberikan bahan tambah pembantu untuk memperoleh sifat – sifat
khusus dalam pengerjaan adukan, waktu pengikatan, waktu pengerasan, dan maksud – maksud
lainnya. Bahan tambah mineral yang umum digunakan untuk memperbaiki kinerja beton
adalah pozzoland, fly ash, slag dan silca fume.
2. Proses Pengolahan Beton
Adapun pengolahan beton meliputi beberapa tahapan, diantaranya :
2.1.Persiapan
Sebelum melakukan penuangan beton dilaksanakan, ada hal hal terlebih dahulu yang harus
diperhatikan :
- Pastikan peralatan-peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih
- Ruangan yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran yang mengganggu
- Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan
bahan khusus, antaralain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia atau lembaran
polyurethane
- Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.
- Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan
- Air yang terdapat pada ruangan yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali apabila
penuangan dlakukan dengan terim atau telah siijin pengawas.
- Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada permukaan beton
yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada
permukaan beton mengeras.

2.2.Pencampuran atau pengadukan bahan bahan beton


Pada dasarnya beton dibuat dengan mencampurkan tiga bahan utama yakni semen, agregat dan
air. Untuk agregat, terdapat dua macam agregat yang umum dipakai yakni kerikil sebagai
agregat kasar dan pasir sebagai agregat halus. Selain ketiga bahan tersebut, ada kalanya
dicampurkan pula zat aditif, contohnya saja zat aditf untuk mewarnai beton, zat aditif agar
beton tahan air, zat aditif agar beton cepat kering dan zat-zat aditif sejenis lainnya.

Adapun komposisi material adukan beton dalam setiap 1m3 telah diatur berdasarkan standar
SNI 7394: 2008. Contohnya saja beton mutu K 125 komposisi materialnya terdiri dari semen
276 kg, pasir 828 kg, kerikil 1.012 kg, dan air 215 kg. Beton mutu K 125 adalah beton klas E
yang dipakai untuk konstruksi lantai dasar.
Dalam jumlah kecil, pengadukan bahan-bahan beton bisa dilakukan dengan mengandalkan
tenaga kerja yang ada. Tetapi untuk pengadukan dalam jumlah besar, tentunya dibutuhkan alat
bantu. Alat bantu ini membuat hasil adukan material beton lebih merata, sempurna, dan
tentunya lebih cepat. Alat pengaduk beton atau yang dikenal dengan istilah molen ini ada yang
berupa mesin statis, semi mobile dan full mobile atau mixer truck.

Agregat Halus (pasir) Agregat Kasar

Semen Gamping

Pengadukan Dengan Tangan Pengadukan Dengan Mesin


2.3.Pengangkukatan Beton
Setelah pengadukan selesai. Campuran beton dibawa ketempat penuangan atau ketempat
dimana konstruksi akan dibuat. Pengangkutan beton dari tempat pengadukan hingga tempat
penyimpanan akhir (sebelum dituang) harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya pemisahan agregat. Alat pengangkutan harus mampu menyediakan beton ketempat
penyimpanan akhir dengan lancar tanpa mengakibatkan pemisahan dari bahan – bahan yang
telah dicampur dan tanpa hambatan yang dapat mengakibatkan hilangnya plastisitas beton antar
pengangkutan yang berurutan.
Alat angkut dibedakan menjadi dua yakni alat angkut manual dan mesin. Alat angkut manual
menggunakan tenaga manusia, dengan alat bantu sederhana (ember, gerobak dorong, talang)
dan biasanya mempunyai kapasitas kecil. Alat angkut mesin dibutuhkan untuk pengerjaan yang
kapasitasnya besar dan jarak antara pengolahan beton dan tempat pengerjaan struktur jauh,
contoh truk mixer, pompa, dan tower crane.

Pengangkutan adukan beton dengan Pengangkutan adukan beton dengan


Pompa Ember

2.4. Penuangan Beton


Untuk menghindari terjadinya segresi dan bleeding, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penuangan beton yaitu; (1) Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1,5 meter, jika terjadi jarak
yang lebih besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa, (2) Tidak dilakukan
penuangan selama terjadi hujan agar kadar air tetap terjaga, kecuali jika pengecoran dibawah
atap, (3) Setiap kali penuangan, tebal lapisan maksimum 30 – 45 cm agar pemadatannya dapat
dilaksanakan dengan mudah, dan (4) Penuangan berhenti pada titik momen sama dengan nol.
Penuangan beton atau pengecoran dengan pemompaan melalui pipa – pipa sangat
menguntungkan apabila cara lainnya tidak bisa dilakukan. Cara ini sangat menguntungkan jika
hal – hal berikut terpenuhi : (a) gunakan campuran dengan sifat pengerjaan sedang, dengan
ukuran agregat tidak lebih dari 40 mm, (b) pengawasan yang ketat selama pelaksanaan, dan (c)
gunakan bahan tambah yang memperbesar sifat plastis dari beton segar.
Jenis – jenis pompa beton antara lain pompa torak, pompa pneumatic dan pompa peras-tekan.
Alat pompa ini dilengkapi dengan pipa – pipa penghantar beton. Penggunaan cara – cara
pemompaan memiliki keuntungan diantaranya adalah pengurangan tenaga kerja, hasilnya baik
jika persiapan baik, dan produksi kerja akan tinggi jika kapasitas pompa juga besar dan baik.
Dalam melakukan penuangan beton, hal – hal yang perlu diperhatikan antara lain
(PB,1989:28): (1) Campuran yang akan dituangkan harus ditempatkan sedekat mungkinn
dengan cetakan akhir untuk mencegah segregasi karena penanganan kembali atau pengaliran
adukan, (2) Pembetonan harus dilaksanakan dengan kecepatan penuangan yang diatur
sedemikian rupa sehingga campuran beton selalu dalam keadaan plastis dan dapat mengalir
dengan mudah ke dalam rongga di antara tulangan, (3) Campuran beton yang telah mengeras
atau yang telah terkotori oleh material asing tidak boleh dituang ke dalam strktur, (4) Campuran
beton yang setengah mengeras atau telah mengalami penambahan air tidak boleh dituangkan,
kecuali telah disetujui oleh pengawas ahli, (5) Setelah penuangan campuran beton dimulai,
pelaksanaan harus dilakukan tanpa henti hingga diselesaikan penuangan suatu panel atau
penampang, yang dibentuk oleh batas – batas elemennya atau batas penghentian penuangan
yang ditentukan, kecuali diijinkan atau dilarang dalam pelaksanaan siar pelaksanaan
(contruction joint), (6) Permukaan atas dari acuan yang diangkat secara vertical pada umumnya
harus terisi rata campuran beton.
(7) Bila diperlukan, siar pelaksanaan harus dibuat sesuai dengan ketentuan : (a). Permukaan
beton pada siar pelaksanaan harus bersih. (b). Sebelum pengecoran harus dibasahi. (c). Tidak
mengurangi kekuatan konstruksi. (d). Siar pelaksanaan yang terletak pada lantai ditempatkan
sepertiga dari bentang bagian tengah plat, balok anak, balok induk. Siar pelaksanaan pada balok
induk harus ditempatkan menjauhi daerah persilangan antara balok induk tersebut dengan
balok lainnya sejarak tidak kurang dari dua kali lebar balok yang menyilang. (e). Balok anak,
balok induk atau pelat yang didukung oleh kolom tidak boleh dituang sebelum hilang sifat
keplastisannya. (f). Balok anak, balok induk, penebalan miring balok dan kepala kolom harus
dituang secara monolit dengan pelat sebagai suatu bagian dari system pelat tersebut, kecuali
ditentukan lain dalam perencanaanya, (8) Beton yang dituangkan harus dipadatkan dengan alat
yang tepat secara sempurna dan harus diusahakan secara maksimal agar dapat mengisi semua
rongga beton.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah : (1). Tinggi jatuh tidak boleh lebih dari 1.50 meter.
Jika terjadi jarak yang lebih besar maka perlu ditambahkan alat bantu seperti tremi atau pipa.
(2). Tidak dilakukan penuangan selama terjadi hujan agar kadar air tetap terjaga, kecuali jika
pengecoran dilakukan dibawah atap. (3). Setiap kali penuangan, tebal lapisan maksimal 30 –
40 cm, agar pemadatannya dapat dilaksanakan dengan mudah. (4). Penuangan hanya berhenti
dititik momen sama dengan nol.
a. Penuangan yang Tertunda
Batas penundaan yang masih dapat ditoleransi adalah sesuai dengan lamanya waktu pengikatan
beton. Lamanya waktu pengikatan awal beton selama 2 jam dan pengikatan akhir selam 4 jam.
Dengan penundaan selama 2-2.5 jam kuat tekan beton masih dapat tercapai (lihat Gambar 9.4).
penundaan akan mengakibatkan kehilangan Faktor Air Semen akibat penguapan beton segar
serta akibat terserap oleh agregat.
b. Penuangan Beton dalam Air
Untuk penuangan beton atau pengecoran dalamair, dapat ditambahkan sekitar 10% semen
untuk menghindari kehilangan pada saat penuangan. Penuangan ini dapat dilakukan dengan
alat-alat bantu, yaitu: (1). Karung (protective sandbag walling), (2). Bak khusus, (3). Tremi,
(4). Katup hydro (hydro valve) dan (5). Beton pra-susun (prepacked concrete).
Berikut ini adalah penjelasan untuk masing – masing :
a. Penuangan menggunakan karung dilakukan dengan mengisi karung-karung dengan beton
segar, kemudian memasukkaknya kedalam air.Untuk konstruksi yang padat dan massif,
karung-karung tersebut dipantek satu dengan yang lainnya. Penuangan dengan cara ini
memerlukan bantuan penyelam sehingga biasanya mahal.
b. Pada penuangan beton dengan bak khusus, campuran beton diisikan dalam sebuah bak.
Campuran tersebut akan keluar melalui pintu yang otomatis terbuka sendiri. Setelah pintu
terbuka, bak diangkat secara perlahan – lahan sehingga beton mengalir.
c. Penuangan dengan pipa tremi banyak digunakan karena efisien dan efektif. Penuangan
dilakukan dengan cara mengisikan campuran beton ke dalam pipa tremi, kemudian
mengangkat pipa tremi secara perlahan sampai beton mengalir keluar. Ujung pipa bagian
bawah harus selalu terbenam dalam beton yang dituangkan.
d. Katup hydro terdiri dari pipa nylon diameter 600 mm yang fleksible untuk menuangkan
beton. Ujung bawahnya dilengakpi pelindung kaku berbentuk silinder. Cara pengerjaannya
sama dengan tremi.
e. Penuangan dengan beton pra-susun dilakukan dengan menyusun terlebih dahulu agregat
kasar yang lebih besar dari 28 mm, kemudian melakukan grouting (grout colodial). Grout
dibuat dengan mencampurkan semen, pasir dan air atau dapat juga ditambah bahan tambah
plastisizer pada alt pengaduk khusus.
c. Penuangan Beton dengan Pemompaan
Penuangan beton atau pengecoran dengan pemompaan melalui pipa-pipa sangat
menguntungkan apabila cara lainnya tidak bias dilakukan. Cara ini sangat menguntungkan jika
hal-hal berikut dipenuhi : (1) gunakan suatu campuran dengan sifat pengerjaan sedang, dengan
ukuran agregat tidak lebih dari 40 mm, (2) pengawasan yang ketat selama pelaksanaan, dan (3)
gunakan bahan tambah yang memperbesar sifat plastis dari beton segar.
Keuntungan cara ini adalah: (1). Pengurangan tenaga kerja, (2). Hasilnya baik jika
persiapannya baik dan (3). Produksi kerja akan tinggi jika pompa yang digunakan berkapasitas
besar dan baik. Jenis-jenis pompa beton antara lain pompa torak, pompa pneumatik dan pompa
peras-tekan. Alat pompa ini dilengkapi dengan pipa- pipa pengahntar beton.

Pengecoran Plat Lantai Pengecoran Kolom


2.5.Pemadatan Beton
emadatan dilakukan segera setelah beton dituang dan kebutuhan akan alat pemadatan
disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan
dilakukan sebelum terjadinya initian setting time pada beton. Dalam prakteknya,
pengindikasian initian setting dilakukan dengan cara menusuk beton tersebut dengan tongkat
tanpa kekuatan. Jika masih dapat ditusuk sedalam 10 cm berarti setting time belum tercapai.
Pemadatan dilakukan untuk menghilangkan rongga – rongga udara yang terdapat dalam beton
segar. Rongga – rongga dalam beton dapat menyebabkan kekuatan beton berkurang.
Pada pengerjaan beton dengan kapasitas kecil, alat pemadatan beton dapat berupa kayu atau
besi tulangan. Untuk pengecoran dengan kapasitas besar lebih dari 10 m3 , alat pemadat mesin
harus digunakan. Alat pemadat ini dikenal dengan vibrator atau alat getar. Pemadatan dilakukan
dengan penggetaran, campuran beton akan mengalir dan memadat karena rongga – rongga akan
terisi dengan butir – butir yang lebih halus.
Alat getar dibagi menjadi; (a) alat getar intern (internal vibrator), yaitu alat getar yang berupa
tongkat dan digerakkan dengan mesin. Alat ini dimasukkan kedalam beton pada waktu tertentu,
(b) alat getar cetakan (external vibrator), yaitu alat getar yang menggunakan form work
sehingga betonnya bergetar dan memadat.
Beberapa pedoman umum dalam proses pemadatan adalah: (1) Pada jarak yang
berdekatan/pendek, pemadatan dengan alat getar dilaksanakan dalam waktu yang pendek, (2)
Pemadatan dilaksanakan secara vertikal dan jatuh dengan beratnya sendiri, (3) Tidak
menyebabkan adanya bleeding, (4) Pemadatan merata, (5) Tidak terjadi kontak antara alat getar
dengan bekisting, dan (6) Alat getar tidak berfungsi untuk mengalirkan, mengangkut atau
memindahkan beton.

Pemadatan beton menggunakan Pemadatan beton menggunakan vibrator


vibrator tipe poros fleksibel ( screed vibrator)

2.6. Pekerjaan Akhir (Finishing)


Pekerjaan finishing dimaksudkan untuk mendapatkan sebuah permukaan beton yang rata dan
mulus. Pekerjaan ini dilakukan pada saat betol belum mencapai final setting, karena pada masa
ini beton dapat dibentuk. Alat yang digunakan untuk pekerjaan finishing ini adalah ruskam,
jidar, dan alat perata yang lain.
2.7.Perawatan Beton
Perawatan dilakukan setelah beton mencapai final setting berarti beton telah mengeras.
Perawatan dilakukan agar proses hidrasi dalam beton tidak mengalami gangguan. Hal ini
dilakukan agar beton terjaga kelembaban sehingga beton terhindar dari keretakan kareana
kehilangan aira yang begitu cepat. Perawatan beton dilakukan minimal selam 7 hari.
Perawatan ini dimaksudkan untukk mendapatkan kekuatan beton tekan beton yang tinggi tapi
juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kkedapan terhadap air,
ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. Apabila beton berukuran kecil;
mis silinder beton, gentengg beton, balok beton, maka perawatan dapat dilakukan yaitu
menaruh beton segar dalam ruangan lembab, menaruh beton segar di dalam air, dan menaruh
beton segar dii atas air
Apabila beton berukuran besar, mis kolom, plat lantai, balok beton , maka perawatan dapat
dilakukan; (a) Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah, (2) Menggenangi
permukaan beton dengan air, dan (3) c. Menyiramii permukaan beton secara terus-menerus.
• Perawatan yang di Percepat
Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan atmosferik, pemanasan dan
pelembapan atau proses n yang dapat diterima, boleh digunakan untuk mencapai kekuatan
tekan dan mengurangi waktu perawatan. Perawatan ini harus mampu menghasilkan kekuatan
tekan sesuai dengan renacana, dan prosesnya harus mampu menghasilkan beton.
Untuk cuaca yang panas perlu diperhatikan bahan – bahan penyusunnya, cara produksi,
penanganan dan pengangkutan, penuangan, perlindungan dan perawatan untuk mencegah suhu
beton atau penguapan air yang berlebihan sehingga dapat mengurangi kekuatan tekannya dan
mempengaruhi kekuatan struktur.
• Macam Perawatan
Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan pembasahan atau penguapan (steam) serta dengan
menggunakan membran. Pemilihan cara mana yang digunakan semata – mata
mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan.
1) Perawatan dengan pembasahan
Pembasahan dilakukan di laboratorium ataupun dilapangan. Pekerjaan perawatan dengan
pembasahan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : (a) Menaruh beton segar dalam
ruangan yang lembab, (b) Menaruh beton segar dalam genangan air, (c) Menaruh beton segar
dalam air, (d) Menyelimuti permukaan beton dengan air, (e) Menyelimuti permukaan beton
dengan karung basah, (f) Menyirami permukaan beton secara kontinyu, dan (g) Melapisi
permukaan beton dengan air dengan melakukan compound.
Cara a, b, dan c digunakan untuk contoh uji. Cara d, e , f digunakan untuk beton di lapangan
yang permukaannya mendatar, sedangkan cara f dan g digunakan untuk yang permukaannya
vertikal. Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghindarkan beton dari : (a)
Kehilangan air – semen yang banyak pada saat – saat setting time concrete, (b) Kehilangan air
akibat penguapan pada hari – hari pertama, dan (c) Perbedaan suhu beton dengan lingkungan
yang terlalu besar.
Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat dilakukan langkah – langkah
perbaikan dengan perawatan. Pelaksanaan Curing Compound, sesuai dengan ASTM C.309,
dapat diklasifikasikan menjadi : (a) Tipe I, Curing Compound tanpa Dye, biasanya terdiri dari
parafin sebagai selaput lilin yang dicampur dengan air, (b) Tipe I-D, Curing Compound dengan
Fugitive Dye (Warna akan hilang selama beberapa minggu), dan (c) Tipe II, Curing Compound
dengan zat berwarna putih.
Dipasaran, kita dapat menjumpai beberapa merek sikament, misalnya Antisol Red (termasuk
tipe I-D), Antisol White (termasuk tipe II) dan Antisol E (termasuk Tipe I, Non Pigmented
Curing Compound). Curing compound ini selain berguna untuk perawatan pada daerah vertiksl
juga berguna untuk daerah yang mempunyai temperature yang tinggi, karena bersufat
memantulkan cahaya (terutama Tipe I).
2) Perawatan dengan penguapan
Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan tekanan rendah dan
perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah berlangsung selama 10 – 12 jam
pada suhu 400-550 C, sedangkan penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16
jam pada suhu 650-950 C, dengan suhu akhir 400-550C. Sebelum perawatan dengan
penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 100-300C selama beberapa jam.
Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai musim dingin. Perawatan
ini harus diikuti dengan perawatan dengan pembasahan setelah lebih dari 24 jam, minimal
selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada umur 28
hari.
3) Perawatan dengan membrane
Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik untuk menghalangi
penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai final setting
time), dan membentuk selembar film yang kontinyu, melekat dan tidak bergabung, tidak
beracun, tidak selip, bebas dari lubang – lubang halus dan tidak membahayakan beton.
Lembaran plastik atau lembaran lain yang kedap air dapat digunakan dengan sangat efisien.
Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada lapisan
perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakn sesegera mungkin setelah waktu
pengikatan beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum
perawatan dengan pembasahan.
4) Perawatan lainnya
Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan dengan
menggunakansinar infra merah, yaitu dengan melakukan penyinaran selama 2 – 4 jam pada
suhu 900C. Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi.
Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan untuk beton – beton
pra-cetak selama 4 jam pada suhu 650C) dan perawatan dengan karbonisasi. (Aq.Seruni,
18/05/2018)
Daftar Pustaka
https://strong-indonesia.com/artikel/6-tahap-pengolahan-beton/#axzz8DivToQbb
https://sasaqgagah14.wordpress.com/2018/05/18/pengolahan-
beton/https://www.ilmutekniksipil.com/struktur-beton/pengolahan-beton

Anda mungkin juga menyukai