Disusun Oleh:
Mochammad Rizky Ramadhandi
1503623024
1.1.Semen
Semen adalah bahan yang bersifat adhesif dan kohesif, yaitu bahan pengikat/perekat.
Semen ketika bereaksi dengan air membentuk pasta semen yang berfungsi untuk merekatkan
butir – butir antar agregat agar terjadi suatu masa yang kompak/padat. Selain itu pasta semen
juga untuk mengisi rongga – rongga antara butir – butir agregat. Ada dua macam semen yaitu
semen hidrolis dan non hidrolis. Semen hidrolis adalah semen yang akan mengeras bila beraksi
dengan air, tahan terhadap air (water resistence) dan stabil di dalam air ketika mengeras. Semen
non hidrolis adalah semen yang dapat mengeras tetapi tidak stabil dalam air.
Semen terbagi menjadi dua jenis yaitu semen portland dan semen portland pozzoland. Pada
semen portland memiliki sifat yang berbeda – beda dari masing – masing komponennya.
ASTM (American Standart for Testing Material) menentukan komposisi semen berbagai tipe
yaitu : (1) Tipe I, adalah semen portland untuk konstruksi umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus, (2) Tipe II, adalah semen portland untuk konstruksi yang agak tahan
terhadap sulfat dan panas hidrasi, (3) Tipe III, adalah semen portland untuk konstruksi dengan
syarat kekuatan awal tinggi, (4) Tipe IV, adalah semen portland untuk konstruksi dengan syarat
panas hidrasi yang rendah, dan (5) adalah semen portland untuk konstruksi dengan syarat
sangat tahan terhadap sulfat.
Semen portland pozzoland (PPC) adalah suatu perekat hidrolis yang dibuat dengan menggiling
klinker semen portland dan pozzoland, atau suatu campuran yang merata bubuk semen portland
dan bubuk pozzoland selama penggilingan atau pencampuran. Pozzoland adalah bahan alami
atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur – unsur silikat (SiO2) dan atau Aluminat
(Al2O3) yang reaktif. Semen portland pozzoland menghasilkan panas hidrasi lebih sedikit
daripada semen biasa. Sifat ketahanan terhadap kotoran dalam air (misalnya kandungan garam)
lebih baik. Semen portland pozzoland cocok jika dipakai pada; (1) bangunan di air payau atau
laut yang selalu berhubungan dengan air yang mengandung sulfat, (2) bangunan beton yang
memrlukan kekedapan tinggi misalnya dinding ruang basement, bak penyimpan air bersih dan
bangunan sanitasi, (3) beton massa (dam, bendungan, fondasi besar) yang membutuhkan panas
hidrasi rendah, dan (4) pekerjaan plesteran ( mortar ) yang memerlukan adukan mortar/beton
yang plastis.
1.2.Agregat
Agregat dibedakan berdasarkan ukuran butir-butirnya, agregat yang mempunyai ukuran yang
lebih besar di sebut agregat kasar (kerikil, kericak, batu pecah atau split). Agregat yang ukuran
butirannya lebih kecil disebut agregat halus (pasir). Di dalam teknologi beton nilai batas ukuran
agregat antara 4,75 mm atau 4,8 mm. Agregat yang butirannya lebih besar dari 4,75 mm disebut
agregat kasar sedangkan yang lebih kecil disebut agregat halus. Sedangkan butir yang lebih
kecil dari 0,075 mm disebut silt dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay. Dalam praketk
agregat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu; (1) Batu, ukuran lebih dari 40 mm, (2) Kerikil,
ukuran antara 5 – 4 mm, dan (3) Pasir, ukuran antara 0,25 mm – 5 mm.
Untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat dibutuhkan informasi tentang berat jenis
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan berat jenis dari beton sehingga
sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat dalam campuran beton.
Jadi berat jenis agregat akan mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.
Berat jenis agregat ialah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan volume yang
sama (tanpa satuan). Berat jenis agregat dibendakan menjadi; (1) Berat jenis mtlak, jika volume
benda padatnya tanpa pori, dan (2) Berat jenis semu, jika benda padatnya termasukpori
tertutupnya. Berdasarkan berat jenisnya agregat dibedakan menjadi agregat normal (Bj 2,5 –
2,7), agregat berat (BJ > 2,8, dan agregat ringan (Bj < 2,0).
Agar biaya pembuatan beton berkurang maka perlu diperhatikan ukuran butir – butir
maksimum agregat kasar yang tidak terlalu besar dan faktor – faktor lain yang mempengaruhi
antaranya jarak bidang samping cetakan, dimensi plat beton yang dibuat, dan jarak bersoh
antara baja tulangan beton, yaitu : (1) ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar
dari ¼ kali jarak bersih antar baja tulangan, (2) ukuran maksimum butir agregat tidak boleh
lebih besar dari 1/3 kali tebal plat, dan (3) ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih
besar dari 1/5 jarak terkecil antara bidang samping cetakan.
Dengan pertimbangan diatas, maka ukuran maksimum butir agregat untuk beton bertulang
umumnya sebesar 10 mm, 20 mm, atau 40 mm. Untuk beton masa biasa dipakai ukuran
maksimum sebesar 75 mm atau 150 mm.
1.3.Bahan Tambah
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan
kedalam pencampuran beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan
atau betonnya. Pemberian bahan tambah pada beton dimaksudkan untuk memperlambat waktu
pengerasan, mempercepat pengerasan, menambah encer adukan, menambah daktalitas
(mengurangi sifat getas), mengurangi retak – retak pengerasan, mengurangi panas hidrasi,
menambah kekedapan, dan menambah keawetan.
Bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan
tambah yang bersifat kimiawi (cemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral
(additive). Bahan tambah kimiawi digunakan pada saat pengadukan dan atau saat pelaksanaan
pengecoran, sedangkan bahan tambah mineral diberikan pada saat pengadukan. Dalam proses
pembuatan beton, juga diberikan bahan tambah pembantu untuk memperoleh sifat – sifat
khusus dalam pengerjaan adukan, waktu pengikatan, waktu pengerasan, dan maksud – maksud
lainnya. Bahan tambah mineral yang umum digunakan untuk memperbaiki kinerja beton
adalah pozzoland, fly ash, slag dan silca fume.
2. Proses Pengolahan Beton
Adapun pengolahan beton meliputi beberapa tahapan, diantaranya :
2.1.Persiapan
Sebelum melakukan penuangan beton dilaksanakan, ada hal hal terlebih dahulu yang harus
diperhatikan :
- Pastikan peralatan-peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih
- Ruangan yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran yang mengganggu
- Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh dilapisi dengan
bahan khusus, antaralain lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia atau lembaran
polyurethane
- Pasangan dinding bata yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.
- Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang dapat
merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan
- Air yang terdapat pada ruangan yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali apabila
penuangan dlakukan dengan terim atau telah siijin pengawas.
- Semua kotoran, serpihan beton dan material lain yang menempel pada permukaan beton
yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada
permukaan beton mengeras.
Adapun komposisi material adukan beton dalam setiap 1m3 telah diatur berdasarkan standar
SNI 7394: 2008. Contohnya saja beton mutu K 125 komposisi materialnya terdiri dari semen
276 kg, pasir 828 kg, kerikil 1.012 kg, dan air 215 kg. Beton mutu K 125 adalah beton klas E
yang dipakai untuk konstruksi lantai dasar.
Dalam jumlah kecil, pengadukan bahan-bahan beton bisa dilakukan dengan mengandalkan
tenaga kerja yang ada. Tetapi untuk pengadukan dalam jumlah besar, tentunya dibutuhkan alat
bantu. Alat bantu ini membuat hasil adukan material beton lebih merata, sempurna, dan
tentunya lebih cepat. Alat pengaduk beton atau yang dikenal dengan istilah molen ini ada yang
berupa mesin statis, semi mobile dan full mobile atau mixer truck.
Semen Gamping