TEKNIK PONDASI II
OLEH :
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik,
lancar dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dosen mata kuliah Teknik Pondasi II .
Susunan Makalah ini sudah dibuat dengan sebaik-baiknya, namun tentu masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu jika ada kritik atau saran apapun yang sifatnya
membangun dengan senang hati akan saya terima. Akhir kata saya berharap semoga
Makalah ini dapat bermanfaat dan sekaligus demi menambah pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Turap adalah dinding vertical yang relative tipis yang berfungsi untuk
menahan tanah juga untuk menahan masuknya air ke dalam lubang galian.
Karena pemasangan yang mudah dan biaya yang murah, turap banyak digunakan
pada pekerjaan-pekerjaan seperti, penahan tebing galian sementara, penahan
longsong, stabilitas lereng, bangunan-bangunan pelabuhan, bendungan serta
bangunan lainnya. Dinding turap tidak cocok untuk menahan tanah timbunan yang
tinggi karena akan memerlukan luas tampang bahan turap yang besar. Selain itu,
dinding turap juga tidak cocok digunakan pada tanah yang mengandung banyak
batuan-batuan, karena menyulitkan pemancangan.
2.1 Jenis-jenis Turap
Berdasarkan material pembuatannya, turap dapat dikelompokkan
menjadi beberapa tipe di antaranya :
2.1.1 Turap Kayu
Tiang turap kayu digunakan hanya untuk konstruksi ringan yang
bersifat sementara yang berada di atas permukaan air. Tiang turap yang
biasa digunakan adalah papan kayu atau beberapa papan yang digabung
(wakefield piles). Papan kayu kira-kira dengan ukuran penampang 50 mm x
300 mm dengan takik pada ujung-ujungnya seperti terlihat pada Gambar
1(a). Tiang wakefield dibuat dengan memakukan tiga papan secara
bersama-sama dimana papan tengahnya dioffset sejauh 50 - 75 mm seperti
pada Gambar 1(b). Papan kayu juga bisa ditakik dalam bentuk takik lidah
dalam Gambar 1(c). Atau pada Gambar 1(d) dengan menggunakan besi
yang ditanamkan pada masih-masing papan setelah tiang dimasukkan ke
dalam tanah.
v
2.1.2 Turap Beton & Baja
Tiang turap beton pracetak adalah untuk konstruksi berat yang dirancang
dengan tulangan untuk menahan beban permanen setelah konstruksi dan juga untuk
menangani tegangan yang dihasilkan selama konstruksi. Penampang tiang- tiang ini
adalah sekitar 500 - 800 mm lebar dan tebal 150 - 250 mm. Gambar 1(e)
memperlihatkan diagram skematik ketinggian dan penampang tiang turap beton
bertulang.
6
Tabel 1 dan Tabel 2 menunjukkan sifat-sifat penampang tiang turap baja yang
dihasilkan oleh U.S. Steel Corporation. Tegangan lentur rencana yang diijinkan untuk
tiang turap baja diberikan pada tabel di bawah ini:
7
Tiang turap baja sangat baik digunakan karena daya tahannya terhadap
tegangan yang tinggi selama penyorongan ke dalam tanah yang keras. Tiang ini juga
8
relatif ringan dan dapat digunakan kembali (penggunaan yang berulang- ulang). Oleh
karena itu turap baja sering dipakai untuk pemakaian sementara. Turap sementara
dipakai ketika dilakukan penggalian, misalnya dalam pembuatan gorong-gorong.
Setelah gorong-gorong berada pada kedudukan yang direncanakan, turap dicabut dan
penggalian ditimbun kembali. Konstruksi sementara sering juga dipakai pada
bendungan elak (cofferdam). Bendungan elak ini dibangun untuk melaksanakan
proses dewatering selama konstruksi berlangsung.
9
olah tergantung. Stabilitas turap jenis ini sangat tergantung pada panjang penanaman
tiang. Sedangkan turap berjangkar, disamping ujungnya tertanam, di sekitar ujung
lainnya dipasang jangkar yang akan memberikan gaya tarik melawan kecenderungan
tiang turap terdorong ke arah yang berlawanan dengan tanah.
Dalam metode konstruksi tiang turap terdapat beberapa cara, yaitu pertama
dengan meletakkannya di dalam tanah yang terlebih dahulu digali lalu kemudian diisi
kembali dengan tanah isian, dan yang kedua dengan memancangkannya ke dalam
tanah, kemudian tanah di depannya digali. Atau dalam hal konstruksi dermaga, tiang
turap dipancangkan dalam air hingga mencapai tanah, kemudian tanah isian diberikan
di belakangnya. Dalam banyak kasus tanah isian yang diletakkan di belakang dinding
turap biasanya adalah tanah granular. Sementara tanah di bawah garis penggalian bisa
tanah pasir atau lempung. Permukaan tanah pada sebelah dimana air berada biasanya
diacu sebagai garis galian (dredge line). Berdasarkan hal ini terdapat dua macam
metode konstruksi turap, yaitu (a) struktur urugan (backfilled structure) dan (b)
struktur galian (dredged structure). Langkah-langkah pelaksanaan struktur urugan
diperlihatkan pada Gambar 3 dan struktur galian pada Gambar 4.
12
2.2 Fungsi Pondasi Turap
Perbedaan turap dan dinding penahan tanah, dari segi konstruksi turap lenih ringan dan
tipis, sedangkan DPT berat dan besar. Turap pelaksanaan nya cepat, sedangkan DPT relatif
lebih lama. Stabilitas turap berdasarkan jepitan pada tanah/angker, sedangkan DPT
berdasarkan berat sendiri.
a. Turap yang direncanakan tidak mengganggu atau merusak aliran air sungai ( tidak
mengganggu luas penampang basah sungai ).
b. Turap berfungsi sebagai dinding yang dapat menahan kelongsoran tebing sungai dan
melindungi tebing sungai terhadap gerusan air.
c. Turap dapat menahan tekanan tanah aktif serta tekanan air dan beban-beban lainnya
yang bekerja pada dinding turap.
d. Turap direncanakan memiliki ketahanan jangka panjang pada llingkungan dengan siklus
basah, kering dan dan lembab.
e. Turap juga berfungsi sebagai pelataran terbuka (open space) yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan publik.
f. Struktur turap terdiri dari tiang turap, dinding turap dan plat penutup tiang ( pile cap ).
g. Dinding turap memiliki tekanan tanah lateral tanah aktif dan air, sedangkan tiang turap
berfungsi memiliki gaya aksial dan lateral yang bekerja pada dinding turap, lantai
penutup berfungsi sebagai beban aksial (counter weight) dan juga dapat dimanfaatkan
sebagai open space.
14
2.5 Contoh Soal :
Pondasi tiang pancang dalam kelompok pada tanah lempung seperti tergambar, Cu=40
kN/m2 , γ=18 kN/m3,e0=1,0 ; Cc=0,30 ; Cr=0,05 ; σc=70 kN/m2; sedangkan diameter
tiang= 40 cm.
Pertanyaan :
a. Hitung beban maksimum yang dapat dipikul pondasi bla SF = 3.
b. Hitung penurunan pondasi akibat konsolidasi tanah lempung dengan anggapan penyebaran
beban sampai kedalaman 2B di bawah ujung tiang.
15
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
17
DAFTAR PUSTAKA
Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York,
1988.
Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1990.
http://dokumen.tips/documents/rpl-modul-1-turap-kantilever.html diakses pada
tanggal 5 desember 2016
Nur Zainal, Sri Respati.1995.Pondasi.Bandung : Pusat Pengembangann
Pendidikan Politeknik.
18